G Kemdi, Suspnsi, Roda & Wheel Aligm
G Kemdi, Suspnsi, Roda & Wheel Aligm
Penelaah :
Ch. Wawan D.; 081233072105; chandrakusuma@yahoo.com
Copyright 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan
Elektronika,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
1
i
KATA SAMBUTAN
ii
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena
Karya.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan Pembelajaran 2
C. Peta Kompetensi 3
D. Ruang Lingkup 7
E. Saran Cara Penggunaan Modul 9
Kegiatan Pembelajaran 1 : Sistem Kemudi 10
A. Tujuan 10
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 10
C. Uraian Materi 10
D. Aktifitas Pembelajaran 32
E. Latihan / Tugas 32
F. Rangkuman 35
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 35
H. Kunci Jawaban 35
Kegiatan Pembelajaran 2: Memperbaiki Roda 37
A. Tujuan 37
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 37
C. Uraian Materi 37
D. Aktifitas Pembelajaran 60
E. Latihan / Tugas 60
F. Rangkuman 63
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 63
Kegiatan Pembelajaran 3: Sistem suspensi 65
A. Tujuan 65
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 65
C. Uraian Materi 65
D. Aktifitas Pembelajaran 87
E. Latihan / Tugas 88
D. Rangkuman 91
iv
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 91
F. Kunci Jawaban 92
Kegiatan Pembelajaran 4: Wheel Alignment 93
A. Tujuan 93
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 93
C. Uraian Materi 93
D. Aktifitas Pembelajaran 120
E. Latihan/Tugas 120
F. Rangkuman 122
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 122
H. Kunci Jawaban 123
Penutup 124
Evaluasi 125
Glosarium 141
Daftar Pustaka 142
Modul Geometri Roda, pppptk vedc Malang, 2010. 142
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. 1: Geometri Kemudi Ackermann 11
Gambar 1. 2: Komponen Utama Sistem Kemudi 14
Gambar 1. 3: Pitman-Arm 14
Gambar 1. 4: Relay Rod 14
Gambar 1. 5: Rack End ( Long Tie Rod ) 15
Gambar 1. 6: Tie Rod 15
Gambar 1. 7: Steering Linkage 15
Gambar 1. 8: Knuckle Arm 16
Gambar 1. 9: Steering Knuckle 16
Gambar 1. 10: Idler Arm 16
Gambar 1. 11: Mobil BMW Seri 327 Tahun 1939 17
Gambar 1. 12: Jenis Kemudi Rack & Pinion 17
Gambar 1. 13: Komponen Jenis Kemudi Rack & Pinion 18
Gambar 1. 14: Pinion Tengah Tie Rod Pinggir 18
Gambar 1. 15: Pinion Pinggir Tie Rod Tengah 19
Gambar 1. 16: Pinion Pinggir Tie Rod Pinggir 19
Gambar 1. 17: Jenis Kemudi Recirculating Ball 20
Gambar 1. 18: Konstruksi Kemudi Worm & Roll 21
Gambar 1. 19: Kemudi Worm & Roll dan Nama Komponen 21
Gambar 1. 20: Kontak Gigi di Tengah 21
Gambar 1. 21: Kontak Gigi di Pinggir22
Gambar 1. 22: Komponen Kemudi Recirculating Balls 22
Gambar 1. 23: Pasangan Mur dan Baut Perantara bola baja 23
Gambar 1. 24: Hydraulic Power Steering 24
Gambar 1. 25: Sistem Kemudi dengan Hydraulic Power Steering 25
Gambar 1. 26: Pompa Power Steering 25
Gambar 1. 27: Unit Penekan Pompa Power Steering 26
Gambar 1. 28: Konstruksi Katup Pengatur Aliran 26
Gambar 1. 29: Keluar dan Masuknya Aliran Cairan 27
Gambar 1. 30: Konstruksi Aliran Fluida saat Lurus 27
vi
Gambar 1. 31: Konstruksi Aliran Fluida saat Belok 28
Gambar 1. 32: Katup Pengatur Volume 28
Gambar 1. 33: Katup Pengatur pada Putaran 650 - 1250 RPM 29
Gambar 1. 34: Katup Pengatur pada Putaran 1250 - 2500 RPM. 29
Gambar 1. 35: Katup Pengatur pada Putaran di atas 2500 RPM 30
Gambar 1. 36: Katup Pengatur pada Tekanan Lebih 30
Gambar 1. 37: Komponen Steering Linkage Kemudi Recirculating Balls 31
Gambar 1. 38: Sambungan Kemudi Prinsip Achermann 32
Gambar 1. 39: Prinsip Achermann saat Belok 32
Gambar 2. 1: Roda dari Piringan Kayu 39
Gambar 2. 2: Roda Mobil Sekarang 39
Gambar 2. 3: Peleg Baja 40
Gambar 2. 4: Peleg Aluminium Paduan 41
Gambar 2. 5: Macam-macam Offset Peleg 42
Gambar 2. 6: Peleg Terbagi 42
Gambar 2. 7: Komponen Peleg Terbagi 43
Gambar 2. 8: Mur-Baut Roda Truck 43
Gambar 2. 9: Mur Roda Model Tirus 43
Gambar 2. 10: Mur Roda Model Rata 44
Gambar 2. 11: Urutan Pengencangan Mur Roda 44
Gambar 2. 12: Memikul Beban Kendaraan 45
Gambar 2. 13: Meredam Guncangan45
Gambar 2. 14 Meneruskan Gaya Gerak 46
Gambar 2. 15: Meneruskan Pengemudian 46
Gambar 2. 16: Konstruksi Ban Bias 46
Gambar 2. 17: Nama Bagian Ban Bias 47
Gambar 2. 18:Nama Bagian Ban Radial 48
Gambar 2. 19: Struktur Ban 49
Gambar 2. 20: Bagian Bead Area 50
Gambar 2. 21: Kode dan Ukuran Ban Radial50
Gambar 2. 22: Ban Tube Type 52
Gambar 2. 23: Ban Tubeless 52
Gambar 2. 24: Macam-macam Valve Stem Tubeless 52
Gambar 2. 25: Kode Ply Rating pada Ban 53
vii
Gambar 2. 26: Tread Wear Indicator ( TWI ) 54
Gambar 2. 27: Tanda TWI pada Ban 54
Gambar 2. 28: Mengukur Kedalaman Grove ( Alur Ban ) 54
Gambar 2. 29: Pola Telapak Ban Directional55
Gambar 2. 30 Pola Telapak Ban Symmetric 55
Gambar 2. 31: Pola Telapak Ban Assymmetric 56
Gambar 2. 32: Konstruksi RFT 57
Gambar 2. 33: Tanda Stempel pada Ban Baru 58
Gambar 2. 34: Tanda Titik pada Ban Baru 58
Gambar 2. 35: Mesin Tyre Changer 59
Gambar 2. 36 Cara Melonggarkan Bead 59
Gambar 2. 37 Memasang Roda pada Mesin 59
Gambar 2. 38 Melepas Bead dari Peleg 59
Gambar 2. 39: Peleg Terpasang pada Mesin 60
Gambar 2. 40 Melumasi Bead dengan Lubricant 60
Gambar 3. 1: Sistem Suspensi 66
Gambar 3. 2: Sistem Suspensi Depan 67
Gambar 3. 3: Suspensi Dependen ( Aksel Rigid ) 68
Gambar 3. 4: Suspensi Rigid Aksel Canggah 68
Gambar 3. 5: Suspensi Rigid Aksel Kepalan Tinju 69
Gambar 3. 6: Aksel Rigid Berpegas Coil 69
Gambar 3. 7: Aksel Rigid dengan Lengan Panhard 70
Gambar 3. 8: Aksel Rigid Berpegas Daun 71
Gambar 3. 9: Gaya Memanjang dari Kendaraan 71
Gambar 3. 10: Gaya Kesamping dari Kendaraan 72
Gambar 3. 11: Aksel De-Dion72
Gambar 3. 12: Sistem Suspensi Independent 73
Gambar 3. 13: Suspensi Mc Pherson Strut 74
Gambar 3. 14: Suspensi Mc Pherson dengan Lengan L 75
Gambar 3. 15: Suspensi Double Wishbone 76
Gambar 3. 16: Suspensi Wishbone "Honda" 76
Gambar 3. 17: Suspensi Double Wishbone Berpegas Coil 77
Gambar 3. 18: Suspensi Double Wishbone Berpegas Coil 78
Gambar 3. 20: Suspensi Trailing Arm 79
viii
Gambar 3. 21: Suspensi Semi-Trailing Arm 80
Gambar 3. 23: Massa Terpegas dan Tak Terpegas 81
Gambar 3. 24: Pegas Daun 82
Gambar 3. 25: Pegas Daun Terpasang pada Mobil 82
Gambar 3. 26: Pegas Coil ( Coil Spring ) 83
Gambar 3. 27: Pegas Puntir ( Torsion Bar ) 84
Gambar 3. 28: Pegas Torsi Terpasang pada Mobil 84
Gambar 3. 29: Prinsip Kerja Stabilisator 85
Gambar 3. 30: Pemasangan Stabilisator pada Mobil 86
Gambar 3. 31: Ujung Stabilisator di Ikat pada Bodi 86
Gambar 3. 32: Gerakan Mobil tanpa Shock Absorber 87
Gambar 3. 33: Gerakan Mobil Dengan Shock Absorber 87
Gambar 3. 34: Prinsip Kerja Shock Absorber 88
Gambar 3. 35: Penampang Shock Absorber 88
Gambar 4. 1: Sudut Camber pada mobil 95
Gambar 4. 2: Camber apositif pada kendaraan. 96
Gambar 4. 3: Camber Negatif 96
Gambar 4. 4: Camber Nol 96
Gambar 4. 5: Rolling camber 97
Gambar 4. 6 : Scrub Radius 97
Gambar 4. 7: Letak beban pada bearing dalam 98
Gambar 4. 8: Letak beban pada bearing luar 99
Gambar 4. 9: Reaksi camber nol 99
Gambar 4. 10: Sudut Caster pada Mobil 100
Gambar 4. 11: Caster Positif 101
Gambar 4. 12: Caster Negatif102
Gambar 4. 13: Gaya yang bekerja pada caster 102
Gambar 4. 14 : Roda saat belok 103
Gambar 4. 15: Caster terlalu besar 104
Gambar 4. 16: Toe roda depan dan toe rodabelakang 105
Gambar 4. 17: Toe-In ( Toe Positif ) 105
Gambar 4. 18: Toe-Out 106
Gambar 4. 19: Reaksi rolling camber positif 107
Gambar 4. 20 : Koreksi Toe-In 107
ix
Gambar 4. 21 : Mobil Penggerak belakang dan Mobil Penggerak depan
108
Gambar 4.22 : Satuan Toe 108
Gambar 4. 23: Sudut Ackermann 109
Gambar 4. 24: Prinsip Ackermann saat belok 109
Gambar 4. 25 Toe Out On Turns ( TOOT ) 110
Gambar 4. 26 Sudut King-Pin111
Gambar 4. 27: Posisi spindle saat belok 112
Gambar 4. 28: Macam-macam Offset 112
Gambar 4. 29: Pengaruh Offset Positif 113
Gambar 4. 30 : Proses dan hasil pengereman pada offset positif 113
Gambar 4. 31: Proses dan hasil pengereman pada offset Negatif 114
Gambar 4. 32: Geometric Centerline 115
Gambar 4. 33: Thrustline 115
Gambar 4. 34: Thrust angle 116
Gambar 4. 35: Gerak bebas roda kemudi 117
Gambar 4. 36: Pemeriksaan sambungan kemudi 117
Gambar 4. 37: Pemeriksaan karet pelindung debu pada rack & pinion
117
Gambar 4. 38: Menyamakan panjang tie rod kiri dan kanan 118
Gambar 4. 39: Kelurusan roda kemudi terhadap roda depan 118
Gambar 4. 40: Pemeriksaan karet stabilisator 118
Gambar 4. 41: Pemeriksaan kerja sock absorber 119
Gambar 4. 42: Pemeriksaan ball joint dan bushing 119
Gambar 4. 43: Menentukan keausan pada bearing daan ball joint 120
Gambar 4. 44: Ban aus akibat tekanan angin 120
Gambar 4. 45: Bodi mobil miring 120
x
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sistem Kemudi atau Steering System adalah merupakan komponen
kendaraan yang berfungsi untuk merubah arah gerak kendaraan melalui roda
depan, dengan cara memutar roda kemudi.Sistem kemudi pada kendaraan
merupakan komponen penting , adapun sistem kemudi terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu , roda kemudi, poros kemudi , roda gigi kemudi dan
sambungan kemudi atau steering linkage . Dan masing-masing komponen
sistem kemudi mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Sistem kemudi jika ditinjau
dari bentuk roda gigi kemudinya ada beberapa jenis , diantaranya yaitu sistem
kemudi Rack & Pinion , sistem kemudi Worm &Roll dan sistem kemudi
Recirculating Ball atau bola bersirkulasi.
xi
modelnya, masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan
sendiri-sendiri dan digunakan pada jenis kendaraan yang berbeda juga.
Sebagai contoh suspensi independen yang banyak digunakan pada
kendaraan penumpang adalah jenis suspensi Wishbone dan suspensi Mc
Pherson. Dua jenis suspensi tersebut yang paling banyak digunakan pada
kendaraan penumpang yang ada di sekitar kita. Pada dasarnya sistem
suspensi terdiri dari komponen utama , yaitu : pegas , shock absorber ,
lengan-lengan ( control arm ) dan stabilisator.
Wheel Alignment merupakan pengetahuan tentang sudut – sudut yang
ada pada posisi kemiringan roda maupun posisi kemiringan sumbu putar
kemudi ( steering axis ). Kemiringan pada roda maupun sumbu putar kemudi (
steering axis ) bisa di lihat dari depan roda maupun dari samping roda serta
dari atas roda. Adapun yang dipelajari pada wheel alignment adalah : sudut
camber , sudut caster , Toe , sudut kingpin , set back , dan thrust angle.Data
spesifikasi sudut-sudut wheel alignment yang ada pada mobil berbeda satu
dengan mobil lainnya. Oleh karena itu untuk melakukan penyetelan wheel
alignment pada mobil harus selalu melihat data spesifikasinya dan
menyesuaikannya. Jika melakukan penyetelan jauh dari data spesifikasi,
maka hasilnya bisa berdampak pada jalannya kendaraan , pengemudiannya
dan stabilitasnya maupun kenyamanan mobil itu sendiri.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menelaah sistem kemudi pada mobil
2. Mendiagnosis kerusakan sistem kemudi pada mobil
3. Memperbaiki sistem kemudi pada mobil
4. Menelaah peleg dan ban
5. Mendiagnosiskerusakan peleg dan ban
6. Memperbaiki peleg dan ban
7. Menelaah sistem suspensi
8. Mendiagnosis kerusakan sistem suspensi
9. Memperbaiki sistem suspensi
10. Menelaah wheel alignment
xii
11. Mendiagnosis kesalahan wheel alignment
12. Melaksanakan wheel alignment
xiii
C.Peta Kompetensi
PETA KOMPETENSI GURU
Program Keahlian : Teknik Otomotif
Paket Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan (043)
Kompetensi
Grade Guru Paket Indikator Pencapaian Kompetensi
Keahlian
1
Merawat berkala Menelaah prinsip Merawat berkala
mekanisme kerja mekanisme mekanisme katup
katup katup
Merawat
Merawat berkala Menelaah prinsip Menelaah minyak
berkala sistem
sistem kerja sistem pelumas
pelumasan dan
pelumasan dan pelumasan dan
pendinginan
pendinginan pendinginan
xiv
Diesel
2
Merawat berkala Menelaah prinsip Merawat berkala
sistem kopling kerja kopling kopling
xv
Merawat berkala Menelaah prinsip Merawat berkala
sistem kerja sistem
penghapus/ penghapus/pemb penghapus/
pembersih kaca ersih kaca pembersih kaca
xvi
pengaman pengaman pengaman
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem penghapus/ kerusakan sistem sistem
penghapus/ pembersih kaca penghapus/ penghapus/
pembersih kaca pembersih kaca pembersih kaca
Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
Memperbaiki pengapian kerusakan sistem sistem
sistem konvensional dan pengapian pengapian
pengapian elektronis konvensional dan konvensional
6 elektronis dan elektronis
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem starter starter dan kerusakan sistem sistem starter
dan pengisian pengisian starter dan dan pengisian
pengisian
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem kemudi kemudi kerusakan sistem sistem kemudi
kemudi
Memperbaiki Menelaah peleg Mendiagnosis Memperbaiki
roda dan ban kerusakan peleg peleg dan ban
dan ban
7
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem suspensi suspensi kerusakan sistem sistem suspensi
suspensi.
Melaksanakan Menelaah wheel Mendiagnosis Melaksanakan
Wheel Alignment aligment kesalahan wheel wheel aligment
aligment
Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
Memperbaiki
8 bahan bakar kerusakan sistem sistem bahan
sistem bahan
bensin bahan bakar bakar bensin
bakar bensin
bensin
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem bahan bahan bakar kerusakan sistem sistem bahan
bakar Diesel Diesel bahan bakar bakar Diesel
xvii
Diesel
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
system kopling kopling kerusakan sistem sistem kopling
kopling
Memperbaiki Menelaah Mendiagnosis Memperbaiki
transmisi transmisi kerusakan transmisi
9
transmisi
Memperbaiki Menelaah poros Mendiagnosis Memperbaiki
poros propeller,gardan kerusakan poros poros
propeller,gardan dan aksel roda propeller,gardan propeller,gardan
dan aksel roda dan aksel roda dan aksel roda
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem Air Air Conditioning kerusakan sistem sistem Air
Conditioning (AC) Air Conditioning Conditioning
(AC) (AC) (AC)
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
10
assesoris audio video dan kerusakan pada sistem audio
sistem tambahan sistem audio video dan
(GPS, dsb) video dan sistem sistem
tambahan (GPS, tambahan
dsb) (GPS, dsb)
D. Ruang Lingkup
Sistem Kemudi
Fungsi sistem kemudi
Komponen utama sistem kemudi
Sistem kemudi Rack & Pinion
a. Rangkaian jenis kemudi Rack & Pinion
b. Komponen-komponen kemudi jenis rack & pinion
c. Macam-macam konstruksi rack & pinion
d. Perbandingan bervariasi gigi kemudi jenis rack & pinion
Sistem kemudi worm & roll dan recirculating ball
a. Konstruksi dan nama-nama bagian worm & roll
xviii
b. Nama komponen gigi kemudi recirculating ball
c. Konstruksi gigi kemudi recirculating ball
Power steering
a. Fungsi power steering
b. Hydraulis power steering
c. Komponen power steering
Memperbaiki Roda
Peleg dan ukuran kode
Offset peleg
Ban
Tread patern
Fungsi ban
Konstruksi ban
Ply rating
a. TWI ( tread wear indicator )
b. Hydroplaning
c. Roling resistance
d. RFT ( run flat tire )
Memperbaiki Sistem Suspensi
Sistem suspensi dependen
Sistem suspensi independen
Suspensi Mc Pherson
Suspensi Wishbone
Pegas
a. Stabilisator
b. Shock absorber
Melaksanakan Wheel Alignment
Camber
Caster
Toe
Sudut king pin
a. Sudut belok dan Toe Out On Turn
b. Offset pada suspensi
c. Set-back
xix
d. Thrust angle
e. Pemeriksaan sistem kemudi
f. Pemeriksaan susoensi
g. Pemeriksaan roda
h. Pemeriksaan bodi
xx
Kegiatan Pembelajaran 1 : Sistem Kemudi
A. Tujuan
Setelah belajar materi kegiatan belajar 1 ini peserta diharapkan:
1. mampu menelaah sistem kemudi
2. Mampu mendiagnosis kerusakan sistem kemudi
3. Mampu memperbaikisistem kemudi
xxi
Fungsi Sistem Kemudi
Sistem kemudi pada kendaraan berfungsi untuk : Merubah arah gerak
kendaraan melalui roda depan, dengan cara memutar roda kemudi
sehingga tercapai tujuan pengemudi sesuai keinginannya.
a. Komponen utama sistem kemudi dan fungsinya :
1) STEERING WHEEL berfungsi untuk mengendalikan arah roda depan
melalui lengan penghubung .
2) STEERING COULUMN berfungsiuntuk meneruskan arah putaran
dari kemudi ke steering gear . Steering column atau batang kemudi
merupakan tempat daripada poros utama atau yang bisa juga disebut
main shaft. Steering column terdiri dari main shaft yang mempunyai
fungsi untuk meneruskan putaran dari steering wheel ke steering
gear, dan column tube yang berfungsi untuk mengikat main shaft ke
body. Ujung atas poros utama dibuat meruncing dan bergerigi, dan
steering wheel diikatkan ditempat tersebut dengan sebuah mur.
Steering column juga merupakan mekanisme penyerap energi yang
menyerap gaya dorong dari pengemudi pada saat tabrakan. Ada dua
tipe steering column yaitu :
a) Model Collapsible
Model ini mempunyai keuntungan : Apabila kendaraan
berbenturan / bertabrakan dan steering gear box mendapat
tekanan yang kuat, maka main shaft column atau bracket akan
runtuh sehingga pengemudi terhindar dari bahaya.
Kerugiannya adalah : Main shaft nya yang kurang kuat, sehingga
hanya digunakan pada mobil penumpang atau mobil ukuran kecil.
Konstruksinya lebih rumit.
b) Model Non collapsible
Model ini mempunyai keuntungan : Main shaftnya lebih kuat
sehingga banyak digunakan pada mobil-mobil besar atau mobil-
mobil kecil, Konstruksinya sederhana.
Kerugiannya adalah : Apabila berbenturan dengan keras,
kemudinya tidak dapat menyerap goncangan sehingga
keselamatan pengemudi relatif kecil.
xxii
3) STEERING GEAR ( Gearbox steering ) berfungsi untuk
memungkinkan roda depan dapat diarahkan sesuai dengan arah
putaran kemudi yang diinginkan atau Steering Gear berfungsi untuk
mengarahkan roda depan dan juga berfungsi sebagai gigi reduksi
untuk meningkatkan momen agar pengemudian menjadi lebih ringan.
Untuk itu diperlukan perbandingan reduksi yang disebut
perbandingan Steering Gear, Perbandingan yang semakin besar
akan menyebabkan kemudi menjadi semakin ringan, tetapi jumlah
putarannya akan bertambah banyak, untuk sudut belok yang sama.
Steering gear ada beberapa type dan yang paling banyak di gunakan
adalah type recirculating ball dan rack and pinion. Tipe yang pertama
( recirculating ball ) digunakan pada mobil penumpang ukuran
sedang sampai besar dan mobil komersial. Sedangkan tipe kedua (
rack and pinion ), digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil
sampai sedang.
4) STEERING LINGKAGE berfungsi sebagai penghubung untuk
memindahkan tenaga putar dari steering wheel ke roda depan.
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan tenaga
gerak dari steering gear ke roda depan. Walaupun mobil bergerak
naik dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan ke roda-roda
depan dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering
linkage dan konstruksi joint yang dirancang untuk tujuan tersebut.
Steering linkage untuk suspensi rigid
Steering linkage untuk suspensi independent
Bentuk yang tepat sangat mempengaruhi kestabilan pengendaraan.
xxiii
Gambar 1. 2: Komponen Utama Sistem Kemudi
o Pitman Arm
Gambar 1. 3: Pitman-Arm
Pitman arm meneruskan gerakan gigi kemudi ke relay rod atau
drag link. Berfungsi untuk merubah gerakan putar steering column
menjadi gerakan maju mundur.
o Relay Rod
xxiv
o Rack End ( Long tie rod )
Ujung tie rod yang berulir dipasang pada ujung rack end ( long tie
rod ) pada kemudi rack & pinion, atau ke dalam pipa penyetelan
pada recirculating ball, dengan demikian jarak antara joint- joint
dapat disetel.
xxv
o Knuckle arm
Knuckle arm berfungsi meneruskan gerakan tie rod atau drag link
ke roda depan melalui steering knuckle.
o Steering knuckle
o Idler arm
xxvi
2. Sistem Kemudi Rack & Pinion
Rack & pinion dirancang memiliki kelebihan sangat besar yaitu kemudi
langsung bereaksi menggerakkan roda apabila roda kemudi diputar.
Kerugiannya adalah bahwa hal itu tidak ada penyetelan pada gigi
kemudinya, sehingga ketika terjadi keausan pada gigi kemudi , satu-
satunya jalan adalah menggantinya.
BMW mulai menggunakan sistem kemudi Rack & pinion di tahun 1930-
an, dan banyak produsen Eropa lainnya mengadopsi teknologi tersebut.
Mobil Amerika mengadopsi kemudi rack & pinion dimulai dengan Ford
Pinto pada tahun 1974.
xxvii
b. Komponen – Komponen Kemudi Jenis Rack & Pinion
Cara kerja :
Dengan memutar roda kemudi , maka putaran tersebut diteruskan oleh
coulumn dan Pinion akan berputar, kemudian rack akan bergerak ( ke
kiri dan ke kanan ).
Keuntungan :
Jika terjadi tabrakan , keamanan lebih baik karena tidak terhubung langsung
dengan batang kemudi
Produksi lebih efisien untuk dibuat kemudi kiri atau kanan.
xxviii
Kerugian :
Kontak gigi kecil
Pemegasan tidak baik, karena tie rod pendek
Pemakaian tempat besar
Keuntungan :
Kontak gigi besar
Pemegasan baik, tie rod yang panjang pada waktu pemegasan terjadi
perubahan geometri roda kecil
Pemasangan tie rod bebas / tidak terikat dengan tinggi lengan suspensi
Kerugian :
Konstruksi rumah lebih kuat, karena rumah menahan gaya radialdan tie rod
Pemakaian tempat besar
xxix
Keuntungan:
Kontak gigi besar( pinion miring terhadap rak )
Harga murah
Memerlukan sedikit tempat
3. Sistem Kemudi Worm & Roll dan Kemudi Recirculating Balls
Desain sistem kemudi yang lebih tua menggunakan dua jenis utama, yaitu
jenis Worm & Roll ( Cacing dan rol ) dan jenis Screw & Nut atau jenis
Recirculating balls. Kedua jenis ditingkatkan dengan mengurangi gesekan,
untuk screw & nut itu adalah mekanisme bola bersirkulasi, yang masih
ditemukan di truk dan kendaraan angkutan lainnya. Kolom kemudi
merupakan sekrup besar yang berpasangan dengan mur dan dibatasi oleh
bola sirkulasi. Jika sekrup atau baut yang merupakan kolom kemudi
diputar, maka mur menggerakkan gigi sektor yang menyebabkan sektor
berputar terhadap sumbu. Bola bersirkulasi ini mengurangi gesekan yang
cukup besar dengan menempatkan bantalan bola besar antara baut dan
mur, di kedua ujung pipa pada mur keluar bola antara dua lubang internal
yang menyalurkan ke kotak yang menghubungkan mereka dengan ujung
pipa sehingga mereka "diresirkulasi"
a. Rangkaian sistem kemudi Recirculating balls
xxx
Gambar 1. 18: Konstruksi Kemudi Worm & Roll
b. Konstruksi Dan Nama – Nama Bagian Worm Dan Rol
xxxi
Rol pada posisi pinggir :Celah kontak gigi besar.
Cara kerja :
xxxii
Fungsi Bola
xxxiii
Ukuran ban ( lebar ban )
Perbandingan gigi kemudi yang tinggi
Kerusakan pada sistem pompa
xxxiv
Gambar 1. 25: Sistem Kemudi dengan Hydraulic Power Steering
5. Komponen Power Steering
a. Pompa Power Steering
Pompa power steering berfungsi untuk membangkitkan tekanan hidrolis
pada sistem power steering. Tekanan tersebut tercipta karena mesin
mobil hidup dan menggerakkan pompa power steering, adapun cara
bekerjanya pompa power steering tersebut , adalah sebagai berikut :
Rotor berputar bersama-sama pulley yang digerakkan oleh mesin
mobil melalui belt.
Bersamaan dengan berputarnya rotor, maka baling-baling akan
mengembang untuk menghisap fluida, dan seterusnya ditekan ke out
put dengan cara baling-baling mengecil sehingga terciptalah tekanan
pada fluida.
xxxv
Gambar 1. 27: Unit Penekan Pompa Power Steering
xxxvi
Gambar 1. 29: Keluar dan Masuknya Aliran Cairan
Aliran fluida pada sistem power steering di saat jalan lurus , adalah aliran
fluida seperti mengalir pada sirkuit tertutup yaitu dari reservoir ke pompa
kemudian diteruskan oleh katup pengatur aliran ke reservoir. Adapun pada
saat belok ke kiri atau kekanan alirannya sebagai berikut : Aliran fluida dari
reservoir masuk ke pompa power steering, kemudian ditekan ke katup
pengatur aliran dan diteruskan tekanan fluida ke silinder kemudi kiri atau
kanan. Dari silinder kemudi kiri atau kanan fluida yang bertekanan rendah
dialirkan kembali ke reservoir. Dengan adanya batang torsi pada poros gigi
rack, dimungkinkan bahwa apabila kemudi dibelokkan dan roda kemudi
diam maka posisi katup pengatur aliran akan memosisikan netral seperti
pada saat jalan lurus. Hal ini agar sistem kemudi dengan power steering
nyaman dan aman untuk dikendalikan.
xxxvii
Gambar 1. 31: Konstruksi Aliran Fluida saat Belok
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa power steering pada saat
belok diam kedudukan katup seperti keadaan lurus.
xxxviii
Cara kerja katup pengatur Volume
Putaran rendah ( 650 – 1250 rpm )
xxxix
Putaran Tinggi ( Di Atas 2500 rpm )
Minyak yang menuju rumah gigi kemudi hanya lewat lubang 1 denan
volume terbatas 3,3 liter / menit
xl
d. Sambungan Kemudi
xli
jari yang berbeda atau sudut belok berbeda untuk roda kiri dan kanan
pada saat mobil berbelok.
Hal ini ditemukan oleh orang Jerman pada saat pembangunan kereta
yang bernama Georg Lankensperger di Munich pada tahun 1817,
kemudian dipatenkan oleh agennya di Inggris, Rudolph Ackermann
(1764-1834) pada tahun 1818 untuk kereta kuda.
xlii
D. Aktifitas Pembelajaran
Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang
kurang jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi yang dibahas.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas
yang ada.
Selain itu peserta perlu mengidentifikasi peralatan keselamatan kerja yang
layak digunakan pada saat pelatihan di bengkel agar terhindar dari
kecelakaan .
E. Latihan / Tugas
Soal
xliii
a. Pompa power steering
b. Gear box steering
c. Gigi rack
d. Gigi pinion
a. Tie rod
b. Long tie rod
c. Knuckle arm
d. Pitman arm
xliv
7. Mengapa pada saat penyetelan speeling pada sistem kemudi
recirculating ball pada posisi gigi ditengah ?
a. Agar celah gigi sektor dan gigi mur pada saat jalan lurus masih ada.
b. Agar pada saat belok tidak mengunci gigi kemudinya
c. Agar pada saat belok setirnya tidak berat
d. Agar pada saat kecepatan tinggi stabil.
xlv
F. Rangkuman
1. Materi tentang Sistem Kemudi terdiri dari : (a) Sistem Kemudi Rack &
Pinion dan Sistem Kemudi Recirculating ball , dalam sistem kemudi ini
membahas tentang kemudi manual , yang mana fungsi sistem kemudi
adalah merubah arah gerak kendaraan melalui roda depan, dengan cara
memutar roda kemudi sehingga tercapai tujuan pengemudi sesuai
keinginannya. (b) nama komponen dan fungsinya , gearbox steering
berfungsi memungkinkan roda depan dapat diarahkan sesuai dengan arah
putaran kemudi yang diinginkan, sambungan kemudi untuk meneruskan
gaya dari roda kemudi ke roda depan.
2. Materi power steering terdiri dari : (a) Pompa yaitu untuk membangkitkan
tekanan pada fluida untuk membantu meringkan pengemudian, (b) katup
pembagi aliran yaitu mengatur kemana aliran fluida yang bertekanan
tersebut diarahkan.
H.Kunci Jawaban
1. (a) Rack & Pinion
2. (a) Pompa power steering
xlvi
3. (a) Tie rod
4. (a) Gerak bebas ( speeling ) roda kemudi menjadi besar
5. (a) Setir / kemudi menjadi lebih berat pada saat belok
6. (a) Gerak bebas ( speeling ) roda kemudi menjadi besar
7. (a) Agar celah gigi sektor dan gigi mur pada saat jalan lurus masih ada.
xlvii
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: MEMPERBAIKI
RODA
A. Tujuan
Setelah belajar materi kegiatan belajar 2 ini pesertadiharapkan:
1. mampu menelaah peleg dan ban
2. mampu mendiagnosis kerusakan peleg dan ban
3. mampu memperbaiki peleg dan ban
C. Uraian Materi
1. Roda
Sejarah Roda
Penemuan roda jatuh di Neolitik akhir, dan dapat dilihat dalam
hubungannya dengan kemajuan teknologi lainnya yang memunculkan
awal Zaman Perunggu.
9500-6500 SM: Aceramic Neolitik
xlviii
4500-3300 SM: Chalcolithic, kendaraan roda awal, domestikasi kuda
Roda sekarang terdiri dari pelek dan ban, yang merupakan komponen
utama mobil dengan segala tuntutan sesuai dengan teknologi kendaraan
masa kini. Pelek terbuat dari logam sedangkan ban terdiri dari bahan
terbanyak adalah karet , kawat baja, karbon dan nilon atau polyester.
2. Peleg ( Velg )
RIM adalah tepi luar peleg yang memegang ban. Kebanyakan orang
menyebut RIM istilah lain dari peleg.
Peleg adalah bagian dari roda yang berfungsi untuk menerima berat dan
semua beban kendaraan serta gaya yang ditimbulkan oleh kondisi jalan.
Oleh karena itu pelek dituntut harus :
xlix
Kuat dan ringan
Dapat memindahkan panas dengan baik ( akibat dari rem dan
gesekan ban)
Perawatan mudah
Pelek ini dibuat dari baja yang dipres (dari lembaran baja yang
digulung dan dipres)
Sifat-Sifatnya :
d) Murah
l
Kekencangan mur / baut roda perlu diperiksa berkala (1500 km
pertama harus diperiksa)
c. Offset Peleg
Adapun kode ET merupakan ukuran offset peleg. Peleg memiliki dua
tanduk yaitu tanduk luar dan tanduk dalam. Jika dudukan baut peleg
berada tepat di tengah-tengah antara tanduk luar dan tanduk dalam
( centerline) berarti peleg memiliki offset “0”. Posisi dudukan baut peleg
semakin ke arah luar berarti peleg memiliki offset positif demikian pula
sebaliknya jika posisi dudukan roda cenderung lebih ke arah dalam
berarti negatif. Jadi jika pada peleg tertulis ET +40 itu artinya posisi
dudukan baut roda pada peleg bergeser ke luar sejauh 40 mm.
li
Gambar 2. 5: Macam-macam Offset Peleg
d. Peleg Terbagi
Dikatakan peleg terbagi karena pada peleg ini ada ring pengunci sebagai
pengunci pada saat memasang atau mengganti ban.
lii
Gambar 2. 7: Komponen Peleg Terbagi
Untuk memasang peleg atau roda pada hub mobil maka diperlukan mur
sebagai penguncinya. Akan tetapi ada beberapa mobil yang
menggunakan baut untuk mengunci roda, contohnya : Mercedes , dan
BMW serta Peugeot.
Ada dua jenis mur yang digunakan pada pengikatan yaitu bentuk rata dan
kerucut atau tirus.
liii
Gambar 2. 10: Mur Roda Model Rata
Mengapa demikian ?
3. Ban
Ban adalah peranti yang menutupi velg suatu roda. Ban adalah bagian
penting dari kendaraan darat, dan digunakan untuk mengurangi getaran
yang disebabkan ketidakteraturan permukaan jalan, melindungi roda dari
aus dan kerusakan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan
tanah untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan.
liv
a. Fungsi Ban
1) Fungsi Utama Ban
Menahan beban
Meredam guncangan
Tekanan angin dan tipe ban (radial/ bias) sangat berpengaruh
dalam meredam guncangan awal sebelum diredam lagi oleh
suspensi. Ban tipe radial mampu meredam guncangan lebih baik
daripada ban tipe bias.
lv
Gambar 2. 14 Meneruskan Gaya Gerak
b. Konstruksi Ban
1) Ban Bias ( Diagonal )
Ban bias adalah ban yang dibuat dengan susunan dua atau lebih
benang yang melingkar dari bead ke bead dengan membentuk
sudut 40 derajat hingga 65 derajat terhadap garis tengah lingkaran
ban. Ban dengan struktur bias adalah yang paling banyak dipakai
pada kendaraan angkutan, karena ban konstruksi ini hanya
mengandalkan kekuatan menahan beban berat.
2) Ban Radial
Ban radial adalah sejenis desain banotomotif. Rancangan ban
radial pertama dipatenkan pada tahun 1915 oleh Arthur W.
Savage, seorang produsen ban yang sukses dan seorang penemu
di San Diego, California. Paten Savage telah kadaluarsa pada
tahun 1949. Ban radial biasanya digunakan untuk mobil
berpenumpang dan truk ringan dan jarang digunakan untuk
kendaraan berat seperti tronton atau kendaraan berat lainnya. Ban
radial memiliki konstruksi carcass cord membentuk sudut 90
derajat terhadap keliling lingkaran ban. Jadi dilihat dari samping
lvii
konstruksi cord adalah dalam arah radial terhadap pusat atau
crown dari ban. Bagian dari ban berhubungan langsung dengan
permukaan jalan diperkuat oleh semacam sabuk pengikat yang
dinamakan "Breaker" atau "Belt". Ban Radial memiliki jalinan
plycord yang membentang dari satu bibir ban ke bibir ban
sampingnya. Jalinan antara Plycord juga di perkuat oleh sabuk
kawat baja.
lviii
Carcass / Casing adalah lapisan benang pembentuk ban dan
merupakan rangka ban yang keras, berfungsi untuk menahan
udara yang bertekanan tinggi, tetapi harus cukup flexibel untuk
meredam perubahan beban dan benturan. Carcass terdiri dari ply
( layer ) dari tire cord yang direkatkan menjadi satu dengan karet.
Bead adalah bundelan kawat yang disatukan oleh karet yang
keras dan berfungsi berfungsi untuk mencegah robeknya ban dari
rim oleh karena berbagai gaya yang bekerja. Udara bertekanan di
dalam ban mendorong bead keluar pada rim peleg dan tertahan
kuat disana. Bead dilindungi dari kerusakan karena gesekan
dengan peleg dengan jalan memberinya lapisan karet keras yang
disebut Chafer strip.
Sidewall adalah lapisan karet yang menutup bagian samping ban
dan berfungsi untuk melindungi carcass terhadap kerusakan dari
luar.Di sidewall tercantum nama pabrik pembuat, ukuran ban, dan
informasi lainnya.
Inner Liner adalah pengganti ban dalam dan terbuat dari
campuran karet yang kedap udara.
lix
Gambar 2. 20: Bagian Bead Area
lx
b) Indeks ( Simbol ) Kecepatan dan Indeks Beban
Indeks kecepatan adalah simbol huruf mulai dari J sampai dengan
Z yang telah disepakati bersama seluruh produsen ban untuk
menunjukkan batas kecepatan maksimum yang aman, yang juga
berhubugan dengan indeks beban. Tabel di bawah ini
memberikan informasi nilai indeks beban dan simbol kecepatan
untuk masing-masing simbol atau nilai.
LI Kgs LI Kgs LI Kg LI Kg LI Kg LI Kg
lxi
Tube Type
Ban tube type adalah ban yang memiliki ban dalam, artinya dalam
penggunaannya harus memakai ban dalam. Jenis ban ini paling
banyak terdapat jenis ban motor. Adapun untuk mobil jenis ban ini
banyak digunakan pada kendaraan angkutan. Keunggulan dari jenis
ban ini antara lain, harga ban lebih murah ketimbang ban tubeless,
biaya tambal lebih murah ketimbang ban tubeless, dan bisa memakai
peleg jenis apa saja .
Ban Tubeless
Ban tubeless lebih keras dibanding ban biasa, hal tersebut karena
struktur karet lebih tebal dan padat. Tujuannya adalah pada saat
dipasang pada peleg tidak akan bocor ban tersebut melalui pori-
pori ban. Adapaun pada ban tubeless peleg sudah terpasang cop
pentil seperti pada gambar 2.39 : valve stem terpasang pada
peleg.
lxii
d) PR ( Ply Rating )
Ply Rating adalah ukuran kekuatan ban bias. Semakin tinggi
angka rating (selalu bilangan genap), semakin tinggi tekanan
angin yang dapat ditahan. Dari tekanan angin itulah, kemampuan
mengangkat beban bisa ditentukan dari tabel beban vs tekanan
angin.
Angka yang ditulis di depan Ply Rating bukan menunjukkan jumlah
lapisan yang sebenarnya, tetapi menunjukkan angka kekuatan
dari ban. Hal ini tergantung dari jenis bahan yang digunakan
sebagai lapisannya
lxiii
Gambar 2. 26: Tread Wear Indicator ( TWI )
lxiv
1) Searah ( Directional )
Ban searah memiliki ciri telapak searah yang menyerupai anak
panah atau pola kembangannya berbentuk huruf "v".
lxv
Karakteristik
Nyaman dan sangat hening atau tidak berisik
Alur utama untuk menepis air
Dan sangat cocok untuk Pengemudi yang menyukai
kenyamanan dan keheningan dalam berkendara.
3) Asimetris ( Assymmetric )
Ban asimetris memiliki pola yang unik untuk membedakan
kedua bagian sisinya. Bagian luar ban biasanya memiliki
desain alur yang lebih besar untuk menepis air dan
meningkatkan pengendalian pada jalan basah. Sedangkan
bagian dalam ban memiliki alur yang lebih kecil guna
memperluas bidang yang bersentuhan dengan jalan sehingga
ban lebih stabil.
Karakteristik
Pengendalian yang baik di jalan basah maupun kering.
Pengendalian yang baik pada saat membelok pada kecepatan
tinggi.
Dan sangat cocok untuk Pengemudi yang menyukai performa
tinggi.
lxvi
bisa berjalan dengan aman pada kecepatan tertentu walau
tanpa angin. Ban runflat telah dikembangkan guna menjamin
keselamatan si pengemudi pada saat ban mengalami bocor
dan habis anginnya secara tiba-tiba. Ban-ban konvensional
atau biasa akan kempes cepat dan tidak dapat lagi menopang
kendaraan ketika sudah tidak ada lagi angin di dalam ban dan
akan rusak bila pengemudi meneruskan perjalanan
kendaraan.
lxvii
o Peleg .
Pastikan bahwa peleg dalam kondisi bersih dan kondisi
baik tidak bengkok maupun oleng.
o Ban.
Ban harus diperhatikan tanda stempel dari pabrik, berupa
tanda bulatan warna putih, warna merah dan warna
kuning.
Tanda bulatan warna kuning harus tepat pada lubang
tempat valve stem atau cop pentil, karena pada tanda
bulatan kuning tersebut adalah posisi ban yang paling
ringan.
lxviii
Gambar 2. 35: Mesin Tyre Changer
lxix
Gambar 2. 39: Peleg Terpasang pada Mesin
lxx
D. Aktifitas Pembelajaran
Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang
kurang jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi yang dibahas.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas
yang ada.
Selain itu peserta perlu mengidentifikasi peralatan keselamatan kerja yang
layak digunakan pada saat pelatihan di bengkel agar terhindar dari
kecelakaan .
E. Latihan / Tugas
Soal
1. Gambar berikut menunjukkan konstruksi ban . . . .
a. Radial
b. Bias / diagonal
c. Semi radial
d. Rotasi
6. Gambar berikut adalah jenis pola telapan ban . Apa jenis pola telapak
tersebut ?
a. Rib
b. Lug
c. Rib Lug
d. Kombinasi
lxxii
b. Karena lebarnya
c. Karena konstruksi karkasnya dianyam tegak lurus
d. Karena daya cengkeramannya
lxxiii
F. Rangkuman
1. Materi Peleg terdiri dari : (a) Konstruksi peleg ,yaitu peleg terbagi dan
peleg utuh (b) Bahan peleg ,terbuat dari baja dan ada yang terbuat dari
aluminium paduan, ukuran dan kode peleg untuk mengetahui berapa
ukuran dan offset peleg
2. Mareti Ban terdiri dari : (a) Konstruksi ban , yaitu ban radial dan
konstruksi ban bias (b) ukuran dan kode ban , 205 / 65 R 15 H 89 yaitu
lebar ban ukuran 205 mm , apek rasio 65% dan diameter peleg 15 inchi ,
kecepatan maksimum ( H ) adalah 210 Km/jam serta mempunyai indek
beban 89 adalah maksimum 582 Kg, (c) Tread patern adalah pola telapak
ban
3. Materi RFT terdiri dari : (a) fungsi Run Flat Tire , yaitu jenis ban yang
aman karena mobil masih bisa berjalan dengan kecepatan 80 Km/jam
dengan jarak 80 Km walaupun tekanan angin ban nol.(b) Konstruksi RFT
yaitu ada tambahan karet penguat disidewallnya sehingga mampu
menahan beban yang tinggi walapun tekanan angin nol.
A. Kunci Jawaban
1. (a) Radial
2. (a) Lebar ban dalam satuan mm
3. (a) Diameter pelek dalam satuan inchi
4. (a) Tanpa menggunakan ban dalam
lxxiv
5. (a) Tekanan angin kurang
6. (a) RIB
7. (c) Karena konstruksi karkasnya dianyam tegak lurus
8. (a) Lebar ban ( inchi )
9. (d) Diameter pelek ( inchi )
10. (c) Asymetris
lxxv
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: SISTEM SUSPENSI
A. Tujuan
Setelah belajar materi kegiatan belajar 3 ini peserta diharapkan:
1. Mampu menelaah sistem suspensi.
2. Mampu mendiagnosis kerusakan sistem suspensi
3. Mampu memperbaikisistem suspensi.
1. Sistem Suspensi
lxxvi
Memungkinkan roda tetap menapak pada jalan
Mengabsorsi dan meredam getaran bodi akibat kondisi jalan
Meneruskan gaya pengemudian dan pengereman.
Ada dua jenis utama suspensi yaitu :
Sistem suspensi dependen atau sistem suspensi poros kaku ( aksel
rigid)
Sistem suspensi independen atau sistem suspensi bebas.
lxxvii
Gambar 3. 3: Suspensi Dependen ( Aksel Rigid )
Bahan aksel rigid umumnya dibuat dari baja yang diperkuat dengan
proses perlakuan panas (temper). Yang menjadi perhatian penting
adalah tidak boleh memanaskan aksel sampai temperatur tertentu
yang menyebabkan struktur bahan berubah, sehingga kekuatan aksel
menjadi berkurang.
1) Aksel Canggah
lxxviii
semacam ini sering digunakan pada mobil berat yaitu truck
dan bus dan aksel dibuat dari baja profil I.
Konstruksi aksel rigid dengan pegas koil lebih rumit karena harus
dilengkapi dengan lengan melintang ( lateral rod / panhard rod )
dan lengan memanjang, tetapi pemegasan lebih nyaman dan
suspensi menjadi lebih ringan.
lxxix
kedudukan pegas berubah-ubah. Untuk itu tugas ini dipikul oleh
lengan memanjang.
lxxx
Gambar 3. 8: Aksel Rigid Berpegas Daun
lxxxi
Penahan gaya samping
Pegas diikat kuat oleh dua buah klem “U” pada aksel sehingga
tidak bisa bergeser ke samping ketika terjadi gaya kesamping Fs.
Gaya kesamping terjadi ketika mobil berbelok dan memegas.
5) Aksel De – Dion
lxxxii
b. Suspensi Independen
lxxxiii
1) Suspensi Tipe Mc Pherson
Suspensi tipe ini banyak digunakan pada roda depan. Konstruksi
dari suspensi tipe strut adalah : lower arm, strut bar, stabilizer bar
dan strut assembly. Ujung lower arm dipasang pada suspension
member melalui bushing karet dan dapat bergerak naik turun.
Ujung lainnya dipasang ke steering knuckle arm melalui ball joint.
Sebagai bagian dari suspension linkage, shock absorber
berfungsi menyerap kejutan dari jalan dan menopang berat
kendaraan. Bagian atasnya dipasang pada fender apron melalui
bantalan karet dan bearing. Bagian bawah strut diikat dengan
baut pada steering knuckle.
lxxxiv
Gambar 3. 14: Suspensi Mc Pherson dengan Lengan L
lxxxv
Gambar 3. 15: Suspensi Double Wishbone
lxxxvi
permukaan jalan yang bergelombang. Masalahnya, suspensi
wishbone ini membutuhkan tempat yang luas jadi mobil dengan
suspensi ini cenderung panjang bagian depannya.
lxxxvii
kendaraan. Beberapa keuntungan sistem ini adalah daya
tahan, dan penyesuaian tinggi mobil.
lxxxviii
c) Suspensi Trailing-Arm
Suspensi ini biasanya digunakan pada roda belakang mobil kecil denga
penggerak roda depan. Pada jenis ini bagian belakang lengan suspensi
dihubungkan dengan jalan dilas pada axle beam. Saat roda-roda
bergerak dengan arah yang berlawanan (satu arah ke atas dan yang
satu ke bawah), gerakan puntiran dari ujung lengan suspensi
diteruskan kedalam gerakan puntiran axle beam belakang. Puntiran
dari axle beam belakang dan stabilisator menghasilkan gaya reaksi
yang berlawanan dengan puntiran lengan suspensi.
Lengan memanjang mengantar gerakan roda dan menahan gaya
memanjang / melintang. Dan penggunaannya pada Aksel belakang
tanpa penggerak roda.
Pada umumnya jenis ini memiliki konstruksi yang sederhana dan tidak
memerlukan banyak tempat. Biasanya jenis ini digunakan pada
kendaraan roda belakang dan mobil penumpang. Jenis ini dirancang
untuk meningkatkan kekakuan dengan memperlihatkan beban dari
samping dan memperkecil alignment yang terjadi pada saat roda
bergerak ke atas dan bawah.
lxxxix
Gambar 3. 20: Suspensi Semi-Trailing Arm
a. Pegas
xc
Gambar 3. 22: Massa Terpegas dan Tak Terpegas
1) Pegas Daun
Pegas ini biasanya dibuat dari plat baja yang memiliki ketebalan
3 – 6 mm. susunan pegas daun terdiri atas 3 – 10 lembar plat
yang diikat menjadi satumenggunakan baut atau klem pada
bagian tengahnya. Pada ujung plat terpanjang dibentuk mata
pegas untuk pemasangannya. Sementara itu bagian belakang
dari plat baja paling atas dihubungkan dengan kerangka
menggunakan ayunan yang dapat bergerak bebas saat panjang
pegas berubah-ubah karena pengaruh perubahan beban.
Pegas daun biasanya digunakan pada kendaraan angkutan
seperti pick-up, truck, dan ada beberapa mobil penumpang
yang juga menggunakan pegas tipe ini. Pegas ini
mempunyai keuntungan kontruksinya lebih sederhana,
dapat meredam getaran sendiri, lebih kuat dan juga
xci
berfungsi sebagai lengan penyangga (tidak memerlukan
lengan memanjang dan melintang). Pada pegas tipe ini
biasanya yang paling banyak terjadi kerusakan adalah
bushingnya.
xcii
2) Pegas Koil
Pegas Koil atau sering disebut juga coil spring dan sering juga
disebut per keong atau pegas ulir dan pegas spiral.. Pegas
sepiral ini terdiri atas sebuah uliran batang baja dalam bentuk
melingkar seperti rumah siput atau keong. Pegas ini memiliki
ketahanan sangat baik terhadap beban kejut, dan ketika terjadi
defleksi tidak akan menimbulkan gesekan. Namun pegas spiral
tidak memiliki sifat meredam beban kejut, sehingga dalam
pemakaiannya selalu dirangkaikan dengan peredam kejut (shock
absorber) serta memerlukan dudukan pegas yang dipasang
dikedua ujung pegas spiral.
Pada saat pemegasan, batang pegas koil menerima beban puntir
dan lengkung. Pegas koil ini terbuat dari batang baja khusus dan
berbentuk spiral. Pegas ini banyak digunakan pada kendaraan
kecil kecil terutama kendaraan yang mementingkan kenyamanan
penumpang, sebagai contoh adalah mobil sedan. Pegas coil
memeliki kelebihan dapat menyerap getaran atau kejutan lebih
besar (baik) daripada pegas daun dan pegas batang torsi, dan
lengkah pemegasan panjang. Tetapi memiliki kerugian tidak
dapat meredam dirinya sendiri, tidak dapat menerima gaya
horizontal. Pegas koil dapat digunakan pada suspensi
independen dan axle rigid.
xciii
3) Pegas Batang Torsi ( Puntir )
b. Stabilisator :
xciv
mengurangi efek rolling bodi kendaraan dan memperbaiki sifat jalan
belok kendaraan. Untuk suspensi depan, stabilizer bar biasanya
dipasang pada ke dua lower arm melalui bantalan karet dan linkage.
Pada bagian tengah ke frame pada dua tempat melalui bushing.
Cara kerja :
Pada saat salah satu roda terpegas ( misal : pada saat kendaraan
belok ), maka bagian melintang stabilisator menerima beban puntir
karena gaya pada kedua sisi memanjang berlawanan arah.
Karena salah satu sisi stabilisator berhubungan langsung dengan
bodi, maka gaya Fa menarik bodi ke bawah, gaya Fb mengangkat
bodi ke atas, sehingga kecenderungan “ Rolling “ berkurang.
xcv
Gambar 3. 29: Pemasangan Stabilisator pada Mobil
xcvi
Tanpa Peredam Getaran
Gerakan oksilasi mobil pada saat berjalan seperti gelombang dan relatif
membutuhkan waktu yang lama untuk berhenti. Sehingga membuat
pengemudi dan penumpang merasa tidak nyaman dan tidak aman pula.
D. Aktifitas Pembelajaran
Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang
kurang jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi yang dibahas.
xcviii
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas
yang ada.
Selain itu peserta perlu mengidentifikasi peralatan keselamatan kerja yang
layak digunakan pada saat pelatihan di bengkel agar terhindar dari
kecelakaan .
E. Latihan / Tugas
Soal-soal
xcix
3. Suspensi berikut di bawa ini adalah . . . .
a. Suspensi wishbone
b. Suspensi Mc. Pherson
c. Suspensi aksel rigid
d. Suspensi Dedion
c
8. Suspensi yang digunakan pada Truk dan Bus adalah :
a. Rigid bagian belakang, independent bagian depan
b. Rigid bagian belakang, rigid bagian depan
c. Rigid bagian depan, independent bagian belakang
d. Independent bagian depan, independent bagian belakang
10. Perhatikan gambar di bawah ini, apa nama komponen yang ditunjukkan
angka 1 pada gambar ?
1
1
a. Upper arm
b. Mc Pherson
c. Lower arm
d. Double Wishbone
ci
D. Rangkuman
a. Materi suspensi terdiri dari : (a) suspensi aksel rigid ( dependen ) yaitu
jenis suspensi kaku yang banyak digunakan pada mobil angkutan, (b)
suspensi Mc Pherson Strut yaitu jenis suspensi independen yang banyak
digunakan mobil penumpang karena konstruksi lebih sederhana, mudah
perawatannya , (c) suspensi double wishbone yaitu suspensi yang
menggunakan 2 lengan yaitu lengan ata dan lengan bawah ( upper arm
dan lower arm ) merupaka suspensi yang lebih sempurna akan tetapi
perawatannya lebih rumit.
b. Materi pegas dan stabilisator terdiri dari : (a) macam-macam pegas yaitu
pegas daun , pegas koil dan pegas puntir ( batang torsi ), (b) stabilistor
yang berfungsi untuk menstabilkan mobil setelah belok agar tidak terjadi
rolling atau melewati jalan yang bergelombang.
c. Shoc absorber terdiri dari : (a) fungsi shock absorber yaitu untuk
meredam getaran yang ditimbulkan oleh permukaan jalan terhadap roda
yang diteruskan ke bodi , (b) macam-macam shock absorber yaitu
monotube , twintube dan jenis sock aksorber gas.
cii
F. Kunci Jawaban
1. (a)Suspensi aksel rigid
2. (a) Suspensi Mc. Pherson
3. (a) Suspensi wishbone
4. (a) Sebagai sendi pada saat mobil mengayun dan belok
5. (a) Meredam getaran akibat kondisi permukaan jalan
6. (a) Mengurangi dan meredam getaran akibat permukaan jalan
7. (d) Long tie-rod
8. (b) Rigid bagian belakang, rigid bagian depan
9. (a) Shock absorber
10. (c) Lower arm
ciii
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: WHEEL
ALIGNMENT
A. Tujuan
Setelah belajar materi kegiatan belajar 4 ini peserta diharapkan mampu
menyetel wheel alignment.
C. Uraian Materi
Wheel Alignment
civ
1. Camber
Camber angle adalah sudut yang dibentuk oleh roda kendaraan yaitu sudut
antara sumbu vertikal roda yang digunakan untuk kemudi dengan sumbu
vertikal kendaraan bila dilihat dari depan atau belakang. Hal ini digunakan
dalam desain kemudi dan suspensi. Jika bagian atas roda keluar dari bagian
bawah maka disebut camber positif, jika bagian atas roda ke dalam dari
bagian bawah maka disebut camber negatif.
Pada mobil dengan suspensi double wishbone, sudut camber dapat disetel
(disesuaikan) menurut spesifikasi pabrik atau tetap (tidak bisa disetel) , tapi
suspensi Mc Pherson strut, biasanya tidak bisa disetel. Dengan meniadakan
penyetelan camber yang tersedia dapat mengurangi kebutuhan
pemeliharaan, tetapi jika mobil diperbaiki dengan melepas atau mengganti
salah satu komponen suspensi, contoh penggantian lower arm maka sudut
camber akan berubah. Perubahan sudut camber yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan keausan ban dan kenyamanan dalam
pengemudian.
a. Camber Positif ( + )
Apabila roda kendaraan bagian atas miring keluar terhadap garis vertikal
jika dilihat dari depan kendaraan, maka dinamakan sudut camber positif
( + ).
cv
Gambar 4. 2: Camber apositif pada kendaraan.
b. Camber negatif ( - )
Bagian roda miring ke dalam jika dilihat dari depan kendaraan, sehingga
garis vertikal dengan garis tengah roda membentuk sudut ( sudut “
negatif “ )
c. Camber Nol ( 0 )
Garis tengah roda sejajar dengan garis vertikal jika dilihat dari depan
kendaraan disebut camber nol.
cvi
Di sisi lain, untuk maksimum percepatan pada saat kendaraan jalan lurus,
traksi yang paling besar akan dicapai ketika sudut camber adalah nol dan
menapak rata di jalan.
d. Fungsi Camber
Fungsi Camber positif ( + )
cvii
semakin makin jauh, maka Rolling camber mengarah ke dalam ke titik 0.
Dengan adanya arah rolling camber ke dalam dan jarak titik ( 1 ) dengan
titik ( 2 ) menyebabkan gaya ke samping besar, sehingga Camber negatif
menyebabkan pengemudian semakin berat. Pengemudian yang relatif
berat pada kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi sangat
diperlukan, karena kendaraan pada kecepatan tinggi pengemudian
menjadi ringan.
cviii
Gambar 4. 8: Letak beban pada bearing luar
Camber Nol ( 0 )
Pada camber nol apabila berkendaraan di atas jalan yang berbatu atau
jalan yang tidak rata, maka getaran yang ditimbulkan besar karena Gaya B
dari roda akan langsung diteruskan ke sambungan kemudi dan kemudian
ke roda kemudi sehingga menjadi bergetar.
Jadi Camber nol menyebabkan getaran pada roda kemudi besar dan tidak
stabil tergantung jarak titik A terhadap sumbu putar kemudi. Dan untuk
mengatasi hal tersebut maka diperlukan sistem suspensi yang bagus,
sehingga getaran yang ditimbulkan tidak akan sampai pada roda kemudi.
2. Caster
cix
Sudut caster merupakan sudut yang dibentuk dari sumbu vertikal roda
dengan sumbu putar kemudi pada mobil, sepeda motor, dan sepeda. Untuk
mobil balap kadang-kadang sudut caster disesuaikan untuk mengoptimalkan
penanganan karakteristik mobil dalam situasi pengemudian tertentu.
Kemiringan sumbu putar kemudi ( steering axis ) terhadap garis tengah roda
vertikal jika dilihat dari samping kendaraan , kemiringan sumbu putar kemudi
ini berlaku untuk semua kendaraan.
cx
Caster Positif
Caster positif adalah kemiringan sumbu putar kemudi ( steering axis )
bagian atas miring ke belakang terhadap garis vertikal roda , apabila
roda dilihat dari samping kendaraan.
Apabila sumbu putar kemudi miring maka garis yang ditarik dari sumbu
putar kemudi memotong permukaan jalan sedikit di depan telapak
kontak ban di trotoar. Tujuan dari ini adalah untuk memberikan tingkat
self-centering untuk kemudi dan roda caster berada di sekitar trail di
belakang sumbu kemudi. Hal ini membuat mobil lebih mudah untuk
mendorong dan meningkatkan stabilitas arahnya (mengurangi
kecenderungan untuk melayang). Sudut caster yang berlebihan akan
membuat kemudi lebih berat dan kurang responsif.
Caster Negatif
Caster Negatif apabila sumbu putar kemudi ( steering axis ) bagian atas
berada di depan garis vertikal dari sumbu tengah roda jika dilihat dari
samping kendaraan. Caster negatif tersebut hampir tidak mungkin
diterapkan pada kendaraan atau mobil. Hal ini sangat berbahaya pada
kendaraan yang berjalan pada kecepatan tinggi , maka mobil bisa terasa
melayang , stabilitas pengemudian tidak ada.
cxi
Gambar 4. 12: Caster Negatif
cxii
Pada saat belok kekiri untuk caster positif, maka :
Spindle roda kiri bergerak turun
Badan mobil kiri bergerak naik menyebabkan camber berubah ke
arah positif.
Spindle roda kanan bergerak naik
Badan mobil kanan bergerak turun dan menyebabkan camber
berubah ke arah negatif
Begitu juga sebaliknya, apabila roda dibelokkan kekanan.
Jadi dari uraian diatas maka pada saat belok kiri maupun belok kanan
maka camber akan berubah kearah positif dan roda satunya menjadi
camber negatif, sehingga mobil berbelok dengan roda menahan gaya
sentrifugal beban kendaraan dan mobil tidak akan selip terlempar keluar dari
radius jalan.
cxiii
Gambar 4. 15: Caster terlalu besar
Makin besar penyetelan caster positif, makin panjang jarak caster atau
trail, makin besar kemampuan roda kembali pada posisi lurus.
Kemudi terasa berat saat dibelokkan
Getaran pada roda kemudi terasa besar jika lewat jalan yang kasar atau
tidak rata.
Besar sudut caster berkisar antara 10 sampai dengan 100dan perbedaan
yang diijinkan antara roda kiri dan kanan : ½° ( 30 menit )
3. Toe
Selisih jarak antara roda bagian depan dengan roda bagian belakang jika
dilihat dari atas kendaraan, atau kemiringan sikap roda terhadap garis
memanjang kendaraan ( geometric centerline ) jika dilihat dari atas kendaraa.
Hampir semua kendaraan roda empat atau lebih mempunyai Toe dan hampir
semuanya bisa dilakukan penyelarasan atau penyetelan. Toe mudah sekali
berubah, perubahan ini dikarenakan banyak faktor antara lain :
Perubahan kondisi rangka atau bodi
Kerusakan pada komponen sistem suspensi independen
Perbaikanpada komponen sistem suspensi independen
Kerusakan pada komponen sambungan-sambungan kemudi
Pergantian pada komponen sambungan kemudi
cxiv
Gambar 4. 16: Toe roda depan dan toe rodabelakang
Selain Toe nol atau roda kiri dan roda kanan paralel , ada juga yang jarak
roda depan bagian depan dengan roda depan bagian belakang. Kondisi
toe yang demikian itu dinamakan Toe Positif ( + ) dan hampir semua
kendaraan kategori kendaraan angkutan menggunakan spesifikasi toe
positf dan besarnya tergantung dari data spesifikasi masing-masing merk
mobil. Toe juga dapat digunakan untuk mengubah sifat penanganan
kendaraan. Toe-in biasanya akan mengakibat kan berkurangnya
oversteer, membantu menstabilkan mobil dan meningkatkan stabilitas
kecepatan tinggi.
cxv
Dengan adanya Rolling resistance Ban menyebabkan sedikit ada tarikan
yang mengakibatkan gerakan lengan suspensi ke belakang terhadap
bushingnya. Karena itu, sebagian besar kendaraan dengan penggerak
roda belakang menggunakan spesifikasi Toe positif ( toe-in ) untuk
mengkompensasi gerakan tersebut, yang memungkinkan ban untuk
berjalan dengan kecepatan roda sejajar satu sama lain. Adapun Toe
positif adalah jarak roda depan bagian depan lebih pendek dari pada
jarak roda depan bagian belakang
b. Toe-Out ( Toe-Negatif )
Toe Negatif atau toe out adalah jika jarak roda depan bagian depan lebih
panjang dari pada roda depan bagian belakang, atau roda bagian depan
miring keluar terhadap geometri centerline jika dilihat dari atas kendaraan.
Untuk roda bagian depan biasanya dikondisikan dalam spesifikasi toe out,
jika kendaraan berpenggerak depan. Hal ini bertujuan untuk
mengkompensasi perubahan pada steering linkage dan roda ketika
kendaraan bergerak. Ketika kendaraan bergerak, toe akan menurun
dikarenakan roda meluruskan kembali pada saat akselerasi dan steering
linkage melentur sedikit demi sedikit. Penyetelan toe-out biasanya akan
mengakibatkan berkurangnya understeer, membantu membebaskan
mobil terutama saat belok tajam memasuki tikungan.
Perubahan toe terjadi ketika pada tie rod kemudi berubah panjang atau
terinstalasi pada sudut yang salah. Hal ini akan menarik atau menekan
knuckle arm (lengan kemudi) dan roda membentuk sudut atau ukuran toe
yang baru.
cxvi
c. Fungsi Toe
Sebagai Koreksi Camber ( Saat Jalan Lurus )
Pada saat kendaraan berjalan lurus , reaksi rolling camber positif
menyebabkan roda menggelinding ke arah luar oleh sambungan kemudi
( steering linkage ) roda dipaksa bergerak lurus ke arah jalannya
kendaraan. Akibatnya roda menggelinding dengan ban menggosok
pada permukaan jalan.
cxvii
Sebagai Koreksi Gaya Penggerak
d. Ukuran Toe
Ukuran Toe tiap – tiap kendaraan berbeda lebih tepatnya bisa melihat
buku manual.
cxviii
Sudut belok adalah sudut roda untuk membelokkan kendaraan, dalam hal ini
dilayani oleh sistem sambungan kemudi. Dan sambungan kemudi ( steering
linkage ) yang umum digunakan pada kendaraan adalah sambungan Kemudi
Lengan Trapesium yang dikenal dengan prinsip Ackermman.
Dengan prinsip Acherman didapatkan titik pusat lingkaran belok semua roda
yang terpusat sehingga kendaraan dapat membelok dengan baik tanpa
menimbulkan gesekan antara ban dengan permukaan jalan .
cxix
benar, yang harus bebas dari ban menggosok pada permukaan jalan. Karena
roda belakang tetap, pusat putaran akan terletak di suatu tempat di
sepanjang garis tengah poros belakang, tergantung pada seberapa jauh roda
kemudi diputar dari posisi lurus ke depan. Keselarasan otomatis yang benar
ini diperoleh dengan menggunakan prinsip Ackerman.
Dan pengukuran Toe out on turns adalah pada saat roda dibelokkan sebesar
20° (derajat) untuk roda dalam, kemudian di baca sudut belok untuk roda
luarnya. Ketentuannya adalah sudut belok roda luar harus lebih kecil dari
sudut belok roda dalam (20°).
cxx
Gambar 4. 26 Sudut King-Pin
b. Fungsi Sudut King – Pin
Pada saat roda kemudi diputar untuk belok kanan suspensi terangkat ke
atas dan saat belok kiri juga terangkat. Gerakan ke atas suspensi
diteruskan ke body kendaraan dengan menahan beban kendaraan.
cxxi
Gambar 4. 27: Posisi spindle saat belok
7. Offset
a. Difinisi Offset :
Jarak antara titik temu, garis tengah roda terhadap permukaan jalan dengan
titik temu perpanjangan garis sumbu king – pin terhadap permukaan jalan
disebut “ OffSet “.
cxxii
Gambar 4. 29: Pengaruh Offset Positif
cxxiii
Offset Negatif Saat Di Rem
Pada saat kendaraan lewat pada jalan yang jelek atau bila koefisien
gesek tidak sama , maka sifat pengereman dapat dikurangi. Sehingga
pada saat dilakukan pengereman kendaraan cenderung lurus
walaupun gaya pengereman kiri dan kanan berbeda.
8. Thrust Angle
Thrust angle mengacu pada semua keempat roda dan hubungan mereka
satu sama lain , selain hubungan keempat roda ke garis tengah imajiner yang
membentang dari masing-masing pasang roda di tengah-tengah kendaraan.
Istilah "thrust line" mengacu pada arah di mana roda belakang yang
menunjuk artinya garis arah gerak roda belakang ke depan. Thrust angle
dapat disesuaikan pada kendaraan dengan suspensi belakang disesuaikan
yaitu dengan penyetelan toe roda belakang. Pada kendaraan yang tidak
memiliki suspensi belakang dengan penyetelan toe, thrust angle dapat
dikompensasikan dengan menyelaraskan roda depan ke roda belakang.
cxxiv
Gambar 4. 32: Geometric Centerline
cxxv
Gambar 4. 34: Thrust angle
Situasi yang ideal adalah di mana thrust line dan centerlines bertepatan.
Namun, mengingat ukuran kendaraan, toleransi selama pembuatan, tekanan
operasional, dan pemakaian komponen, maka hal tersebut jarang terjadi. Jika
penyimpangan sangat kecil, maka tindakan perbaikan biasanya tidak perlu.
Namun, penyimpangan besar dapat menimbulkan kekhawatiran yang cukup
besar ketika kendaraan sedang berjalan.
cxxvi
Gambar 4. 35: Gerak bebas roda kemudi
Jika ada kebebasan yang benar atau tidak ada kebebasan setel
kebebasan gigi kemudi
Periksa sambungan kemudi, karet penutup debu dan sebagainya
Gerakkan roda kemudi dan perhatikan kelonggaran pada joint-joint
sambungan kemudi.
Gambar 4. 37: Pemeriksaan karet pelindung debu pada rack & pinion
Jika ada joint yang longgar maka ganti joint
Jika keret penutup debu rusak ganti karet penutup debu
Periksa komponen sambungan kemudi dari kerusakan / kebengkokan
Jika ada yang bengkok maka perbaiki / ganti komponen sambungan
kemudi
Periksa panjang tie – rod kiri dan kanan
cxxvii
Gambar 4. 38: Menyamakan panjang tie rod kiri dan kanan
Jika panjang tie-rod tidak sama maka setel panjang tie – rod ( tie rod
kanan / kiri harus sama )
Periksa kelurusan roda kemudi terhadap roda depan
Luruskan roda dan perhatikan posisi roda kemudi. Jika pemasangan
roda kemudi tidak simetris, tepatkan pemasangan roda kemudi hingga
simetris.
b. Pemeriksaan suspensi
Periksa bantalan karet dan klem pengikatan satabilisator, bila ada yang kendor /
rusak maka perbaiki / ganti
Periksa peredam getaran ( sock absorber ), bila oli bocor harus ganti
sock absorber
Dan jika bantalan karetnya longgar / rusak, karet harus diganti
Periksa bekerjanya, tekan mobil kemudi lepas dan perhatikan geraknya naik /
turun
cxxviii
Gambar 4. 41: Pemeriksaan kerja sock absorber
Bila geraknya lebih dari dua kali kondisinya jelek
cxxix
Kekocakan terjadi pada joint / bantalan suspensi maka ganti /
perbaiki
c. Pemeriksaan roda
Jika keausan ban melebihi batas maka ganti bannya dengan
ukuran yang sama. Jika keausan ban masih dalam batas
toleransi, keausan ban kiri dan kanan harus sama
Perilksa tekanan ban
cxxx
D. Aktifitas Pembelajaran
Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang
kurang jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi yang dibahas.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas
yang ada.
Selain itu peserta perlu mengidentifikasi peralatan keselamatan kerja yang
layak digunakan pada saat pelatihan di bengkel agar terhindar dari
kecelakaan .
E. Latihan/Tugas
Soal-soal
1. Salah satu fungsi Toe adalah . . . .
a. Mengoreksi sudut camber
b. Mengoreksi sudut caster
c. Mengoreksi sudut king pin
d. Mengoreksi thrust angle
cxxxi
a. Kemiringan sumbu putar kemudi jika dilihat dari depan kendaraan
b. Kemiringan roda jika dilihat dari atas kendaraan
c. Kemiringan control arm atas dan bawah
d. Kemiringan roda terhadap garis vertical jika dilihat dari depan
kendaraan
6. Selisih jarak roda depan bagian depan dengan roda depan bagian
belakang disebut :
a. Toe
b. Camber
c. Caster
d. SAI / KPI / King pin
10. Ketidaklurusan roda kiri dan kanan jika dilihat dari samping disebut ?
a. Toe
b. Set back
c. Thrust angle
d. Caster
F. Rangkuman
1. Materi wheel alignment terdiri dari : (a) Camber, caster , toe , toe out on
turn, sudut kingpin, thrust anggle dan set back. (b) fungsi camber adalah
agar pengemudian ringan dan stabil, fungsi caster adalah membuat
mobil stabil lurus dan tidak mudah slip, fungsi toe adalah untuk koreksi
rolling camber dan koreksi gaya penggerak dan fungsi king pin untuk
mengembalikan setir ke posisi lurus dengan sendirinya setelah belok.
2. Materi pemeriksaan komponen sebelum melakukan spooring terdiri dari :
(a) pemeriksaan sistem kemudi, pemeriksaan roda, dan pemeriksaan
suspensi serta pemeriksaan bodi.
cxxxiii
guru/pendidik, dan untuk bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji
kompetensi guru dengan ketuntasan minimal materi 80%.
Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban
mengikuti uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat
mencapai batas nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji
kompetensi wajib mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang
dicapai.
H. Kunci Jawaban
cxxxiv
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modul diklat dengan judul” Memperbaiki sistem kemudi , Memperbaiki
roda, Memperbaiki sistem suspensi dan melaksanakan wheel alignment”
ini memuat materi tentang:
Sistem kemudi dengan sub judul: kemudi jenis Rack & pinion , kemudi jenis
Worm & roll , kemudi jenis Recirculating ball, Power steering , steering linkage.
Roda dengan sub judul : Peleg , Ban , Konstruksi ban, hydroplaning , Kode dan
ukuran , tread patern , tread wear indicator , Run flat Tire.
Sistem suspensi dengan sub judul : suspensi dependen, suspensi De-Dion ,
suspensi Mc Pherson, Suspensi Double Wishbone, Suspensi semi trailing,
suspensi trailing, multilink suspension, pegas dan stabilisator, sock absorber
Wheel alignment dengan su judul : Camber , caster , Toe , Sudut belok dan Toe
out no turn ( TOOT ), sudut king pin, offset , thrust angle , set-back.
.
B. Tindak Lanjut
Diharapkan setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: menelaah
sistem kemudi, mendiagnosis kerusakan sistem kemudi, memperbaiki
sistem kemudi, menelaah peleg dan ban pada mobil, mendiagnosis
kerusakan peleg dan ban , memperbaiki peleg dan ban pada mobil.
Menelaah sistem suspensi pada kendaraan, mendiagnosis kerusakan
sistem suspensi, memperbaiki sistem suspensi. Dan menelaah wheel
alignment, mendiagnosis kesalahan wheel alignment serta melaksanakan
wheel alignment pada kendaraan ringan.
Dan penulis sadar bahwa isi dari modul diklat ini masih jauh dari
sempurna, jauh dari harapan bapak/sdr/i sebagai pengguna
modul,olehkarena itu penulis mengharapkan kritik, saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan modul ini.
cxxxv
EVALUASI
Soal :
Waktu : 60 menit
cxxxvi
3. Gambar berikut adalah . . . .
a. Tie rod
b. Long tie rod
c. Knuckle arm
d. Pitman arm
cxxxvii
d. Agar pada saat kecepatan tinggi stabil.
12. Ban dengan ukuran 5.50 – 13, apa arti angka 5.50 ?
a. Lebar ban ( mm )
b. Lebar ban ( inchi )
c. Tinggi Ban ( inchi )
d. Diameter pelek ( inchi )
cxxxviii
13. Ban ukuran 5.00 – 13 , apa arti angka 13 ?
a. Seri ban
b. Tanda ban bias
c. Tinggi ban ( inchi )
d. Diameter pelek ( inchi )
cxxxix
18. Untuk apa ban diberi tanda TWI ?
a. Batas akhir pemakaian
b. Ausnya kelihatan
c. Supaya ban tidak gundul
d. Supaya habisnya rata
19. Selisih jarak roda depan bagian depan dengan roda depan bagian
belakang disebut :
a. Toe
b. Caster
c. SAI / KPI / King pin
d. Set Back
20. Kemiringan roda terhadap garis memanjang kendaraan jika dilihat dari
atas disebut :
a. Toe
b. Camber positif
c. Caster positif
d. SAI / KPI / Sudut King Pin
21. Bila tekanan angin pada ban terlalu keras, apa akibatnya ?
a. Kemudi oleng
b. Ausnya bergelombang
c. Ausnya rata
d. Ausnya bagian tengah
24. Ketidaklurusan roda kiri dan kanan jika dilihat dari samping disebut ?
a. Toe
b. Set back
c. Thrust angle
d. Caster
29. Kemiringan roda bagian atas kearah luar terhadap garis vertical jika
dilihat dari depan adalah :
a. Caster positif
b. Caster negative
c. Camber positif
d. Camber negative
30. Kemiringan sumbu putar kemudi terhadap garis vertikal jika dilihat dari
depan adalah :
a. Caster positif
b. Caster negative
c. SAI / KPI / Sudut king pin
d. Camber positif
31. Garis arah gerak roda belakang terhadap garis tengah kendaraan disebut
:
a. Toe
b. Camber
c. Set Back
d. Thrust angle
33. Apabila ada ban dengan ukuran 185 / 65 SR 14, apa arti angka 185 / 65 ?
a. 185 = aspek rasio, 65 = lebar ban ( mm )
cxlii
b. 185 = lebar ban ( mm ), 65 = aspek rasio
c. 185 = aspek rasio, 65 = lebar ban ( inchi )
d. 185 = lebar ban , 65 = aspek rasio ( mm )
cxliii
39. Jika sebuah mobil dengan data Toe roda depan kiri : +2mm dan kanan :
0mm, bagaimana roda kemudi saat jalan lurus ?
a. miring kekiri
b. miring kekanan
c. miring kiri dan kanan
d. mobil miring ke kiri ( lari kea rah kiri )
40. Sebuah mobil hasil pengukuran Camber roda depan kiri = 0, kanan = 30
menit. Cenderung kemana arah jalannya mobil ?
a. lurus bila kemudi dilepas
b. Kekiri bila kemudi dilepas
c. kekanan bila kemudi dilepas
d. kekiri dan kekanan terasa dikemudi
41. Sebuah mobil dengan data Caster sebelah kiri lebih kecil dibanding roda
kanan, cenderung kemana arah jalannya mobil ?
a. ke kiri c. ke kiri dan kekanan
( melayang )
b. ke kanan d. belok sulit kembali
42. Gambar berikut yang dimaksud dengan Sudut Camber adalah garis …
thd garis vertical
1
2
0
a. 1 - 0 - 2
cxliv
b. 2 - 0 - 3
c. 1 – 0 - 3
d. 2 – 0 - 1
43. Gambar soal no 42, Sudut King Pin adalah yang ditunjukkan oleh garis :
a. 1 – 2 - 3
b. 1 –0 - 3
c. 1 – 0 - 2
d. 2–0- 3
44. Perhatikan gambar potongan ban di bawah ini ! Yang dimaksud dengan
Belt adalah nomor berapa ?
2
4
a. 1, b. 2, c. 3, d. 4,
cxlv
46. Soal nomor 44, yang dimaksud dengan Beads yaitu angka nomor :
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
49. Ban Run Flat ( RFT ) yaitu ban dengan tingkat keamanan paling tinggi,
secara teori jika ban tersebut tekanannya 0 psi tapi masih bisa berjalan
sejauh :
a. 60 Km dengan kecepatan maksimum 60 Km / jam
b. 70 Km dengan kecepatan maksimum 70 Km / jam
cxlvi
c. 80 Km dengan kecepatan maksimum 80 Km / jam
d. 90 Km dengan kecepatan maksimum 90 Km / jam
50. Mengapa RFT tersebut bisa berjalan sejauh itu dengan kecepatan itu
pula ?
a. Karena side wall bagian dalam ada tambahaan karet penguatnya
b. Karena karet yang digunakan untuk ban tersebut keras
c. Karena kawat baja untuk belt sangat kuat
d. Karena side wallnya ada tambahan kawat baja sebagai penguatnya
52. Yang membuat mobil stabil lurus kembali setelah belok adalah sudut :
a. King pin. b. Caster. c. Camber. d. Toe.
53. Yang membuat mobil stabil lurus waktu jalan lurus walaupun setir tidak di
pegang adalah sudut :
a. King pin. b. Caster. c. Camber. d. Toe.
54. Perhatikan gambar di bawah ini, jenis suspensi apakah gambar tersebut ?
cxlvii
1
1
a. De-dion
b. Mc Pherson
c. Dual link system
d. Double Wishbone
cxlviii
57. Gambar Soal no 56. Yang ditunjukkan angka 2 adalah :
a. Lower arm
b. Uper arm
c. Idler arm
d. Steering Knuckle
cxlix
A. Kunci Jawaban
1. (a) Rack & Pinion
2. (a) Pompa power steering
3. (a) Tie rod
4. (a) Gerak bebas ( speeling ) roda kemudi menjadi besar
5. (a) Setir / kemudi menjadi lebih berat pada saat belok
6. (a) Gerak bebas ( speeling ) roda kemudi menjadi besar
7. (a) Agar celah gigi sektor dan gigi mur pada saat jalan lurus tetap ada.
8. (c) Karena konstruksi karkasnya dianyam tegak lurus
9. (b) Rigid bagian belakang, rigid bagian depan
10. (c) Long tie-rod
11. (d) Kemiringan roda terhadap garis vertical jika dilihat dari depan
kendaraan
12. (b) Lebar ban ( inchi )
13. (d) Diameter pelek ( inchi )
14. (a) Karena konstruksi karkasnya dianyam miring dari Bead ke Bead
15. (d) Kemiringan roda bagian atas kedalam jika dilihat dari depan
16. (b) Ban tanpa ban dalam
17. (d) Ausnya bagian pinggir
18. (a) Batas akhir pemakaian
19. (a) Toe
20. (a) Toe
21. (d) Ausnya bagian tengah
22. (a) Kemiringan sumbu putar kemudi terhadap garis vertikal jika dilihat dari
samping
23. (c) derajat dan millimeter
24. (b) Set back
25. (a) Kemiringan sumbu putar kemudi bagian atas miring kebelakang jika
dilihat dari samping
26. (b)2
27. (d) Radial dan Bias
28. (d) kemudi tidak shimmy
29. (c) Camber positif
cl
30. (c) SAI / KPI / Sudut king pin
31. (d) Thrust angle
32. (d) Included angle
33. (b) 185 = lebar ban ( mm ), 65 = aspek rasio
34. (a) Diameter pelek ( inchi )
35. (b) S = Indek kecepatan, R = Radial
36. (a) Perbandingan antara tinggi dan lebar ban
37. (a) aus sebelah dalam
38. (c) untuk mengembalikan kemudi ke posisi lurus setelah belok
39. (a) miring kekiri
40. (c) kekanan bila kemudi dilepas
41. (a) ke kiri
42. (b) 2 - 0 - 3
43. (c) 1 – 0 – 2
44. (d)4
45. (c)3
46. (d)5
47. (d) Agar velg menempel dengan rata pada hub
48. (b) 8 – 12 kgm
49. (c) 80 Km dengan kecepatan maksimum 80 Km / jam
50. (a) Karena side wall bagian dalam ada tambahaan karet penguatnya
51. (b) Tahanan gelindinnya menjadi besar
52. (a) King pin
53. (b) Caster
54. (b) Mc Pherson
55. (d) Control arm
56. (a) Sumbu putar kemudi
57. (d) Steering Knuckle
cli
GLOSARIUM
IRS : Independen Rear Suspension
TOOT : Toe Out On Turn
RFT : Run Flat Tire
SUV : Sport Utility Vehicle
TWI : Tread Wear Indicator
PR : Ply Rating
PCD : Pitch Circle Diameter
clii
DAFTAR PUSTAKA
https://miningundana07.wordpress.com/2010/01/16/factor-produksi/
www.vintage-car.athallah.biz/2015/06/istilah-penting-dalam-ban
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_suspensi_(kendaraan)
cliii