Anda di halaman 1dari 6

FTSP Series :

Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

Analisis Spasial Sebaran Kondisi Resapan Air


Pada Area Kejadian Banjir Di Kabupaten Bandung
(Studi Kasus : Kecamatan Baleendah, Kecamatan
Dayeuhkolot, Kecamatan Katapang, dan
Kecamatan Margahayu)
TUWAN MUHAMAD TORIQ1, APRILANA2

1. Institut Teknologi Nasional


2. Institut Teknologi Nasional
Email : tuwanmuhamadtoriq21@gmail.com@gmail.com

ABSTRAK

Daerah resapan air di daerah perkotaan sangat penting keberadaannya, karena berfungsi untuk
pelestarian air tanah dan mencegah terjadinya banjir. Penelitian ini dilakukan pada 4 kecamatan
yaitu Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Katapang, dan Kecamatan
Margahayu. Dari 4 kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian banjir paling sering terjadi di
Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot. Banjir dapat terjadi dikarenakan kurang
baiknya kondisi daerah resapan air di kecamatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
sebaran kondisi resapan air yang terdapat di lokasi penelitian dan menganalisa sebaran kondisi
resapan air pada area kejadian banjir di lokasi penelitian. Analisa juga dilakukan terhadap area
kejadian banjir pada batas Daerah Aliran Sungai (DAS). Metode analisis data yang digunakan
adalah metode overlay dan skoring data dengan software ArcGIS untuk mengidentifikasi kondisi
resapan air. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan terdapat enam kriteria kondisi resapan air di
lokasi penelitian. Kondisi resapan air yang mendominasi adalah normal alami dengan luas 3684,07
Ha (46,72 %). Pada hasil analisa terhadap kondisi resapan air pada area kejadian banjir untuk
kejadian banjir kriteria kondisi resapan air yang mendominasi adalah normal alami dengan luas
2154,08 Ha (52,64 %). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian banjir yang terjadi
bukan disebabkan oleh kondisi resapan air yang kurang baik. Pada hasil analisa terhadap area
kejadian banjir pada batas daerah aliran sungai (DAS). Sub DAS Cikapundung didominasi oleh
kejadian banjir 6 (enam) kali, Sub DAS Cisangkuy oleh kejadian banjir 5 (lima) kali, Sub DAS
Citarum Hulu oleh kejadian banjir 3 (tiga) kali, dan Sub DAS Ciwidey oleh kejadian banjir 2 (dua)
kali.

Kata kunci: Resapan air, Banjir, Kabupaten Bandung, Sistem Informasi Geografis.

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dengan Ibu
kota Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung terletak diantara 6°41'-7°19' LS dan
107°22'-108°5' BT dengan luas wilayah 1.767,96 km² (Pemkab Bandung, 2012). Kecamatan
Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Katapang, dan Kecamatan Margahayu
merupakan bagian dari Kabupaten Bandung yang menjadi lokasi penelitian ini. Bencana yang
paling sering terjadi di lokasi penelitian adalah banjir. Kecamatan yang paling sering dilanda
banjir dari 4 kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Baleendah dan
Kecamatan Dayeuhkolot. Banjir dapat terjadi dikarenakan kurang baiknya kondisi daerah
resapan air di kecamatan tersebut.
FTSP Series :
Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

Menurut Batubara (2019) daerah resapan air merupakan daerah masuknya air permukaan
tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanah yang mengalir ke
daerah yang lebih rendah. Fungsi dari daerah resapan air tersebut untuk menampung debit
air hujan yang turun di daerah tersebut. Secara tidak langsung daerah resapan air memiliki
peran penting sebagai pengendali banjir dan kekeringan di musim kemarau.

Dari pemikiran tersebut dilakukan penelitian resapan air terhadap kejadian banjir di Kabupaten
Bandung tepatnya di Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Katapang,
dan Kecamatan Margahayu. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan analisis spasial
dengan metode skoring dan pembobotan pada aspek curah hujan, penggunaan lahan,
kemiringan lereng dan jenis tanah. Selain itu dilakukan juga analisis spasial dengan proses
overlay antara peta sebaran kondisi resapan air dengan peta kejadian banjir dan peta batas
daerah aliran sungai dengan tujuan menganalisis sebaran kondisi resapan air pada batas
administrasi, area kejadian banjir. Analisis spasial juga dilakukan dengan proses overlay antara
peta sebaran kejadian banjir dengan peta batas Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tujuan
untuk mengetahui termasuk dalam batas Daerah Aliran Sungai (DAS) manakah banjir yang
terjadi di lokasi penelitian.

2. METODOLOGI

2.1 Data Penelitian


Data-data penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Penelitian
No Jenis Data Format Sumber Tahun
Peta Batas Administrasi Kabupaten Bandung
1. SHP BAPPEDA Kabupaten Bandung 2016
1:5.000
Peta Batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
2. SHP BAPPEDA Kabupaten Bandung 2015
Kabupaten Bandung 1.25.000
3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bandung 1:25.000 SHP BAPPEDA Kabupaten Bandung 2015
Peta Kejadian Banjir Kabupaten Bandung
4. SHP BAPPEDA Kabupaten Bandung 2015
1 :25.000
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung
5. SHP BAPPEDA Provinsi Jawa Barat 2018
1:25.000
6. Peta Curah Hujan Kabupaten Bandung 1:25.000 SHP BAPPEDA Kabupaten Bandung 2015
7. Data DEM resolusi 8 m TIF Badan Informasi Geospasial 2020

2.2 Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan lebih lengkapnya pada laporan tugas
akhir.
Tabel 2.2 Diagram Alir Penelitian
Input
Peta Jenis Tanah Peta Curah Hujan Peta Penggunaan Peta Kemiringan Peta Kejadian Peta Batas Daerah
Lahan Lereng Banjir Aliran Sungai (DAS)

Proses
Analisis Spasial, Slope, Query, Clip, Pembobotan dan Skoring Klasifikasi Kondisi Resapan Air
Overlay

Output
Peta Sebaran Kondisi Resapan Air di Kecamatan Peta Sebaran Kondisi Resapan Air pada Area
Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Kejadian Banjir di Kecamatan Baleendah,
Katapang dan Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Katapang, dan
Kecamatan Margahayu Kecamatan Margahayu
FTSP Series :
Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

2.3 Model Penentuan Sebaran Kondisi Resapan Air


Nilai bobot parameter resapan air didasarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia nomor P.32/MENHUTII/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRLH-DAS). Parameternya antara lain
jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan kemiringan lereng. Nilai bobot parameter
resapan air dan Klasifikasi kriteria kondisi resapan air dapat dilihat pada Tabel 2.3. Untuk skor
dar setiap parameter dapat dilihat pada laporan tugas akhir.

Tabel 2. 3 Nilai Bobot Parameter Resapan Air


No Parameter Bobot
1 Jenis Tanah 5
2 Curah Hujan 4
3 Penggunaan Lahan 3
4 Kemiringan Lereng 2
(Sumber : RTkRLH-DAS Dalam Adibah, 2013)
Klasifikasi kriteria kondisi resapan air diperoleh dari proses skoring dan overlay peta jenis
tanah, curah hujan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Klasifikasi kriteria kondisi
daerah resapan air diperoleh melalui metode skoring yaitu penjumlahan hasil kali antara skor
dan bobot pada setiap parameter seperti pada persamaan berikut (Hastono, Fajar Dwi, 2012
dalam Adibah, 2013).
Nilai Total = Kb*Kp + Pb*Pp + Sb*Sp+ Lb*Lp…………………………………(2.1)
Keterangan :
Kb = Skor jenis tanah Lb = Skor kemiringan lereng
Kp = Bobot jenis tanah Lp = Bobot kemiringan lereng
Sb = Skor penggunaan lahan Pb = Skor curah hujan
Sp = Bobot penggunaan lahan Pp = Bobot curah hujan
Kriteria kondisi resapan air terdiri dari 6 kelas yaitu sangat kritis, kritis, agak kritis, mulai kritis,
normal alami, dan baik.Adapun untuk menentukan nilai interval kondisi resapan air
menggunakan rumus interval Sturgesss. Nilai interval yang diperoleh kemudian digunakan
untuk menentukan rentang nilai kondisi resapan air. Rumus interval Sturgess (Hendriana,
2013) :
(𝑋𝑡−𝑋𝑟)
Ki = …………………………………………………………………………..…………..(2.2)
𝑘

Keterangan:
Ki = Kelas Interval
Xt = Nilai tertinggi dari nilai total
Xr = Nilai terendah dari nilai total
k = Jumlah kelas kondisi resapan air

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sebaran Kondisi Resapan Air di Lokasi Penelitian


Untuk mendapatkan nilai sebaran kriteria kondisi resapan air diperlukan 4 parameter yaitu,
jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan kemiringan lereng. Nilai sebaran kriteria
kondisi resapan air didapat dari hasil perkalian antara skor dan bobot dari setiap parameter
lalu dilakukan penjumlahan dari hasil perkalian skor dan bobot dari setiap parameter tersebut.
Sebaran kriteria kondisi resapan air di lokasi penelitian dapat dilihat pada pada Gambar 3.1.
FTSP Series :
Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

Gambar 3.1 Peta Sebaran Kondisi Resapan Air


Berdasarkan hasil pengolahan data, di lokasi penelitian terdapat 6 kriteria kondisi resapan air
yaitu, sangat kritis, kritis, agak kritis, mulai kritis, normal alami, dan baik. Untuk sebaran
kriteria kondisi resapan air di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sebaran Kriteria Kondisi Resapan Air di Lokasi Penelitian


No Nilai Skoring Total Kriteria Kondisi Luas (Ha) Persentase (%)
1 < 24 Sangat Kritis 9,93 0,13
2 25-28 Kritis 351,59 4,46
3 29-32 Agak Kritis 1113,02 14,12
4 33-36 Mulai Kritis 2238,81 28,39
5 37-40 Normal Alami 3684,07 46,72
6 >41 Baik 487,83 6,19
Jumlah 7885,25 Ha 100 %

Hasil sebaran kriteria kondisi resapan air di setiap kecamatan di lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Sebaran Kriteria Kondisi Resapan Air di Setiap Kecamatan


No Kecamatan Kriteria Kondisi Luas (Ha) Total Luasan Persentase (%)
Sangat Kritis 9,93 0,13
Kritis 351,59 4,46
Agak Kritis 1070,64 13,58
1 Baleendah 970,88 4155,54
Mulai Kritis 12,31
Normal Alami 1646,46 20,88
Baik 106,04 1,34
Agak Kritis 24,71 0,31
Mulai Kritis 438,35 5,56
2 Dayeuhkolot 1102,91
Normal Alami 600,45 7,61
Baik 39,40 0,5
Agak Kritis 12,86 0,16
Mulai Kritis 542,8 6,88
3 Katapang 1572,46
Normal Alami 817,47 10,37
Baik 199,33 2,53
Agak Kritis 4,80 0,06
Mulai Kritis 286,78 3,64
4 Margahayu 1054,33
Normal Alami 619,69 7,86
Baik 143,06 1,81
Jumlah 7885,25 7885,25 100

3.2 Sebaran Kondisi Resapan Air Pada Area Kejadian Banjir


Kejadian banjir yang terjadi di lokasi penelitian kemungkinan besar terjadi dikarenakan kondisi
resapan air yang kurang baik. Untuk membuktikannya maka dilakukan proses overlay antara
FTSP Series :
Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

data kondisi resapan air dengan data kejadian banjir di lokasi penelitian. Kejadian banjir yang
terjadi sebanyak 1 (satu) sampai dengan 6 (enam) kali dalam setahun. Untuk tabel sebaran
kriteria kondisi resapan air pada area kejadian banjir dapat dilihat pada Tabel 3.3. Untuk
petanya dapat dilihat pada laporan tugas akhir.
Tabel 3. 3 Sebaran Kriteria Kondisi Resapan Air pada Area Kejadian Banjir
Kejadian Banjir Luas Kejadian Banjir (Ha) Kriteria Kondisi Luas Kriteria (Ha) Persentase (%)
Agak Kritis 1,75 0,043
Mulai Kritis 191,02 4,668
1 677,79
Normal Alami 425,19 10,39
Baik 59,84 1,462
Agak Kritis 14,74 0,36
Mulai Kritis 514,63 12,575
2 1539,72
Normal Alami 872,83 21,328
Baik 137,52 3,36
Agak Kritis 0,83 0,02
Mulai Kritis 37,41 0,914
3 127,19
Normal Alami 56,54 1,381
Baik 32,42 0,792
Mulai Kritis 0,13 0,003
4 1,98 Normal Alami 0,56 0,014
Baik 1,29 0,032
Sangat Kritis 4,18 0,102
Kritis 46,12 1,127
Agak Kritis 211,62 5,171
5 1053,16
Mulai Kritis 290,14 7,09
Normal Alami 456,26 11,149
Baik 44,84 1,096
Agak Kritis 21,07 0,515
Mulai Kritis 295,47 7,22
6 692,48
Normal Alami 342,71 8,374
Baik 33,22 0,812
Jumlah 4092,32 4092,32 100

3.3 Analisis Area Kejadian Banjir Pada Batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Untuk mengetahui sumber utama datangnya air yang menjadi penyebab banjir di lokasi
penelitian dilakukan overlay antara peta kejadian banjir dengan peta batas daerah aliran
sungai (DAS). Sehingga diketahui banjir yang diketahui termasuk daerah aliran sungai mana
banjir yang terjadi di lokasi penelitian. Daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di lokasi
penelitian adalah DAS Citarum yang terbagi menjadi 4 Sub DAS yaitu, Sub DAS Cikapundung,
Sub DAS Cisangkuy, Sub DAS Citarum Hulu, dan Sub DAS Ciwidey. Tabel luasan area kejadian
banjir pada batas daerah aliran sungai (DAS) dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Luasan Area Kejadian Banjir pada Batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
No Sub DAS Kejadian Luas (Ha) Total Luasan Persentase (%)
1 250,75 6,127
2 169,71 4,147
3 0,93 0,023
1 Cikapundung 1309,53
4 1,98 0,048
5 193,69 4,733
6 692,48 16,921
1 171,97 4,202
2 Cisangkuy 1147,59
2 116,46 2,846
FTSP Series :
Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2021

3 0,91 0,022
5 858,26 20,972
1 0,16 0,004
3 Citarum Hulu 13,67
3 13,51 0,330
1 254,92 6,229
2 1253,55 30,632
4 Ciwidey 1621,53
3 111,85 2,733
5 1,21 0,030
Jumlah 4092,32 4092,32 100

4. KESIMPULAN
1. Sebaran kondisi resapan air di lokasi penelitian tersebar dalam 6 kriteria kondisi
resapan air yaitu, sangat kritis 9,93 Ha (0,13 %), kritis 351,59 Ha (4,46 %), agak kritis
1113,02 Ha (14,12 %), mulai kritis 2238,81 Ha (28,39 %), normal alami 3684,07 Ha
(46,72 %), dan baik 487,83 Ha (6,19 %). Kriteria kondisi resapan air di lokasi penelitian
didominasi oleh kriteria kondisi resapan air normal alami. Begitu pula dengan setiap
kecamatan, kriteria kondisi resapan air yang mendominasi juga adalah normal alami.
2. Pada lokasi penelitian setiap kejadian banjir yang terjadi didominasi oleh kriteria kondisi
resapan air normal alami dengan luas 2154,08 Ha (52,640 %). Pada kejadian banjir 1
(satu), 2 (dua), 3 (tiga), 5 (lima), dan 6 (enam) didominasi pula oleh kriteria kondisi
resapan air normal alami. Kejadian banjir 1 (satu) kali memiliki luas kriteria kondisi
resapan air normal alami 425,19 Ha (10,390 %), 872,83 Ha (21,328 %) untuk kejadian
banjir 2 (dua) kali, 56,54 Ha (1,381 %) untuk kejadian banjir 3 (tiga) kali, 456,26 Ha
(11,149 %) untuk kejadian banjir 5 (lima) kali, dan 342,71 Ha (8,374 %) untuk
kejadian banjir 6 (enam) kali. Sedangkan untuk kejadian banjir 4 (empat) kali
didominasi oleh kriteria kondisi resapan air baik dengan luas 1,29 Ha (0,032 %).
3. Pada Sub DAS Cikapundung didominasi oleh kejadian banjir 6 (enam) kali dengan luas
692,48 Ha, Sub DAS Cisangkuy didominasi oleh kejadian banjir 5 (lima) kali dengan
luas 858,26 Ha, Sub DAS Citarum Hulu didominasi oleh kejadian banjir 3 (tiga) kali
dengan luas 13,51 Ha, dan Sub DAS Ciwidey didominasi oleh kejadian banjir 2 (dua)
kali dengan luas 1253,55 Ha.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak yang mendukung
terlaksananya penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor ITENAS,
Dekan FTSP ITENAS, dan Ketua Program Studi Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional
yang telah mendukung dalam penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing yang sudah membimbing saya sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adibah, Niswatul dkk. (2013). Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
untuk Analisis Daerah Resapan Air. Jurnal Geodesi. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013,
(ISSN : 2337-845X) UNDIP : Semarang.
Batubara, Dinda Nabila dkk. (2019). Analisis Metode K-MEANS Pada Pengelompokan
Keberadaan Area Resapan Air Menurut Provinsi. Program Studi Sistem Informasi STIKOM
Tunas Bangsa. Pematangsiantar.
Hendirana, Ika (2013). Sistem Informasi Geografis Penentuan Wilayah Rawan Banjir di
Kabupaten Buleleng. KARMAPATI vol 2 no 5. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.
Pemerintah Kabupaten Bandung. (2012). Peta dan Topografi.
http://www.bandungkab.go.id/arsip/peta-dan-topografi. Diakses pada 05 September
2020

Anda mungkin juga menyukai