Analisis Potensi Simpanan Karbon Agroforestri Perkebunan Kopi Robusta (Coffea Canephora) Di Pegunungan Argopuro, Kabupaten Bondowoso
Analisis Potensi Simpanan Karbon Agroforestri Perkebunan Kopi Robusta (Coffea Canephora) Di Pegunungan Argopuro, Kabupaten Bondowoso
ABSTRACT
serasah dan tanah (Hairiah, et al., 2011). sebagai upaya penyediaan tempat simpanan
Sejumlah karbon yang terkandung di bagian karbon yang sangat dibutuhkan untuk
tubuh penyusun tumbuhan hidup atau menyerap karbondioksida di atmosfer.
biomassa pada suatu area dapat digambarkan Penelitian ini bertujuan untuk
dengan sejumlah karbondioksida di udara menentukan parameter lingkungan abiotik
yang diserap oleh tanaman (Hairiah, et al., agroforesti perkebunan kopi robusta dan
2011). menentukan potensi simpanan karbon pada
Salah satu daerah agroforestri berbasis agroforesti perkebunan kopi robusta. Manfaat
tanaman kopi adalah Pegunungan Argopuro di dari penelitian ini sebagai sumber data dan
Kabupaten Bondowoso yang memiliki potensi informasi bagi Dinas Lingkungan Hidup dan
dikembangkan menjadi kopi dengan indikasi Kehutanan maupun Pemerintah Kabupaten
geografis (IG certification) karena Bondowoso mengenai potensi cadangan dan
menghasilkan cita rasa kopi yang khas.. simpanan karbon pada agroforesti perkebunan
Karakteristik alam, iklim mikro dan tanaman kopi robusta, serta penelitian ini sebagai acuan
yang tumbuh di perkebuan kopi menjadikan untuk Dinas Lingkungan Hidup dan
kawasan ini sebagai salah satu daerah Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten
penghasil kopi unggul selain kawasan lereng Bondowoso untuk memperbanyak jumlah
Ijen. Salah satu lokasi budidaya tanaman kopi tanaman kopi agar dan tanaman hutan
yang cukup dikenal adalah Lereng Selatan sehingga dapat mendukung mitigasi dampak
Hyang Argopuro di Desa Tanah Wulan, pemanasan global.
Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso.
Kemudian, menurut Sianturi dan Wachjar 2. METODOLOGI
(2016), sebagian wilayah Lereng Hyang
Argopuro yang terletak di Kabupaten Studi ini dilaksanakan pada bulan
Bondowoso mempunyai topografi lahan
April – Juli 2020. Pengambilan sampel atau
cenderung bergelombang dan berbukit-bukit.
Menurut Badan Pusat Statitik (BPS) Provinsi contoh uji tanaman kopi robusta dilakukan di
Jawa Timur (2018), Bondowoso merupakan kawasan perkebunan kopi Desa Tanah Wulan,
daerah dengan luas area tanaman perkebunan Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso,
terluas nomor 4 di Wilayah Provinsi Jawa Provinsi Jawa Timur pada koordinat
Timur. Produksi kopi tanaman kopi sejumlah 113o44’1.363’’ BT dan 8o1’8.940’’ LS yang
8.670 ton dengan luas lahan sekitar 12.798 ha dapat dilihat di peta pada Gambar 1. Jumlah
di Tahun 2017-2018.
plot penelitian yaitu 20 plot, dengan luas 1
Pada dasarnya tanaman kopi
memerlukan tanaman pendamping untuk plot sebesar 10 m x 10 m dengan total luasan
menunjang pertumbuhan dan stabilitas tanah. 2000 m2. Selanjutnya, penentuan nilai berat
Oleh sebab itu, pengembangan agroforestri kering sampel dan analisis data dilakukan di
dibutuhkan agar tanaman kopi dilengkapi Laboratorium Teknik Pengendalian dan
dengan pohon-pohon hutan maupun tanaman Konservasi Lingkungan Jurusan Teknik
jenis lain yang dapat berfungsi sebagai Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
naungan. Agroforestri ialah sistem
pemanfaatan lahan yang mengkombinasikan Universitas Jember. Penentuan peletakan plot
komoditi pertanian dan non-pertanian menggunakan metode simple random
(tanaman kehutanan) guna mendukung sampling. Pengambilan data dilaksanakan
peningkatan produktivitas dan kelestarian pada plot dengan luasan 10 meter x 10 meter.
alam dan lingkungan (Martini, et al., 2017). Jumlah plot yang digunakan dalam penelitian
Implementasi sistem agroforestri dapat sebanyak 20 plot yang diletakan sesuai dengan
menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan
bentuk lahan yang bisa diamati atau datar.
perubahan iklim, karena terdapat upaya
penjagaan kawasan hutan tidak memerlukan Data pada penelitian ini yaitu data biomassa
lahan baru untuk dijadikan sebagai lahan pohon, data parameter lingkungan abiotik
perkebunan. Langkah tersebut juga dipandang (intensitas cahaya, suhu udara, pengukuran
ECOTROPHIC • 15(2): 165-175 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 166
Analisis Potensi Simpanan Karbon Agroforestri... [Elida Novita, dkk]
intensitas cahaya, kelembababn udara, pH Dimana :
tanah, suhu tanah), data berat kering sampel Wk = Biomassa kanopi (kg/pohon)
pohon. Kemudian data yang didapat diolah Vk = Volume kanopi (m3)
menggunakan rumus penentuan nilai 0,5 = Nilai konstanta
biomassa. Vk = x %K (4)
Nilai biomassa dan stok karbon
Dimana :
ditentukan berdasarkan data nilai berat jenis,
Db2 = Lebar kanopi (m)
biomassa batang, biomassa kanopi, dan
%K = Persen kanopi
biomassa bawah (akar). Nilai berat jenis setiap
pohon ditentukan dengan membagi berat Wa = 0,2 (Wb+Wk) (5)
kering sampel batang dengan volume batang
Dimana :
tumbuhan (Chave et al. 2005). Nilai berat
Wa = Biomassa bawah (akar)
jenis ditentukan dengan menggunakan rumus
0,2 = Nilai konstanta
1 (Hairiyah dan Rahayu, 2007). Kemudian
Wb = Biomassa batang
persamaan untuk menentukan biomassa pada
Wk = Biomassa kanopi
tanaman, dapat dilihat pada persamaan 2-9.
Setelah diperoleh data kondisi lingkungan Wp = Wb+Wk+Wa (6)
abiotik agroforestri dan simpanan karbon pada
Wptotal = Wp1 + Wp2 + Wp3 +......+Wpn (7)
tanaman kopi, dilakukan analisis data. Analisis
data dilakukan menggunakan pendekatan Dimana :
deskripsi kuantitatif. Data – data tersebut Wptotal = Biomassa total seluruh
disajikan dalam bentuk tabel dan dibahas tanaman kopi
sesuai dengan tujuan penelitian. Wp1 = Biomassa tanaman kopi 1
Wp2 = Biomassa tanaman kopi 2
ρ=Dw/V (1)
Wp3 = Biomassa tanaman kopi 3
Dimana: Wpn = Biomassa tanaman kopi n
3
ρ = Berat jenis (wood density) (g/cm )
Dw = Dry weight batang (g)
V = Volume batang (cm3) dimana C = 0,5 x Wptotal (8)
2
V:πR T
Dimana :
π = 3,14
C = Stok karbon
R = Jari-jari batang
Wp = Biomassa total
T = Tinggi batang (m)
0,5 = Nilai konstanta ( Winrock dalam
2
Wb = 0,0509 x ρD T (2) Hernandez, 2004).
Dimana : Biomassa(tanaman pisang) = 0,030 x D2.13 (9)
Wb = Biomassa batang (kg/pohon)
Dimana :
D = Diameter batang (m)
D = Diameter pohon (cm)
T = Tinggi batang (m)
0,0509 = Nilai konstanta
Wk = Vk x 0,5 x ρ (3)
Gambar 1.
Peta Lokasi Titik Koordinat Plot Penelitian di Desa Tanah Wulan
perkebunan kopi robusta. Jumlah individu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman yang terindentifikasi
direpresentasikan pada Tabel 1.
3.1 Profil Kawasan Agroforestri Data hasil penelitian menunjukan
sebanyak 756 pohon pada kawasan
Perkebunan Kopi
perkebunan kopi robusta terdiri dari kopi
Berdasarkan hasil indentifikasi pada sebanyak 684 pohon, mangga 12 pohon,
kawasan perkebunan kopi robusta yang telah alpukat 14 pohon, dadap 5 pohon, pinus 5
dilakukan pengamatan pada plot dengan pohon, dan pisang 36 pohon. Perhitungan
jumlah 20 titik pada lokasi dengan luasan 1 jumlah tanaman diidentifikasi pada plot 10 x
titik 10 m x 10 mdengan total luasan 2000 m2. 10 meter dengan jumlah plot 20. Jenis-jenis
Terdapat tanaman kopi robusta sebagai tanaman keras yang terdapat di agroforestri
tanaman pokok yang diselingi tanaman perkebunan kopi diperlihatkan pada Gambar 2.
mangga, alpukat, pisang, pinus, dan dadap
(cangkring) yang ditemukan pada kawasan
Tabel 1. Tanaman kawasan perkebunan kopi robusta
No. Nama Pohon Jumlah Pohon
1 Kopi Robusta 684
2 Mangga 12
3 Alpukat 14
4 Dadap 5
5 Pinus 5
6 Pisang 36
Total 756
Suhu menjadi salah satu faktor ditanam pada tanah dengan tingkat keasaman
penentuan terhadap pertumbuhan dan atau pH antara 5,6-6. Maka tanaman kopi pada
produktivitas tanaman. Apabila tanaman kawasan perkebunan kopi robusta Desa Tanah
ditanam pada daerah yang memiliki kondisi Wulan sangat baik untuk tumbuh. Hal ini
iklim yang kurang sesuai, maka kemungkinan selaras dengan pernyataan Rejo et al. (2011),
memiliki produktivitas dan pertumbuhan yang nilai derajat keasaman tanah yang sesuai untu
kurang baik (Syakur, 2011). Berdasarkan pertumbuhan tanaman kopi adalah sekitar 5 -
Tabel 2 ditemukan rata-rata suhu lingkungan 6,5.
kawasan perkebunan kopi yaitu 29,2 oC yang
tergolong normal untuk proses fotosintesis dan 3.3 Potensi Simpanan Karbon pada
pertumbuhan kopi. Suhu hasil pengukuran Agroforestri Kopi Robusta
sangat mendukung untuk proses fotosintesis.
Hal ini didukung oleh pertanyaan Yamori et 3.3.1 Berat Jenis Tanaman
al. (2013), suhu optimum untuk fotosintesis Pada kawasan perkebunan kopi robusta
adalah 20-30 oC. Sedangkan untuk proses kopi di Desa Tanah Wulan, terdapat tanaman
robusta tumbuh dan berproduksi baik pada
selingan atau tanaman naungan seperti pohon
kisaran suhu 19-32oC (Djaenudin et al. 2003).
Banyaknya air yang berada di udara mangga, pohon alpukat, pohon pinus dan
pada suhu tertentu disebut kelembaban udara. pohon belintung. Naungan akan
Kondisi kelembaban yang tinggi diperlukan mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman
saat fase pembungaan. Hal ini disebabkan jika kopi karena dengan menggunakan naungan
suhu udara terlalu tinggi mengakibatkan akan dapat mengatur jumlah paparan cahaya
terjadinya kerontokan bunga. Kelembaban matahari yang diperoleh oleh tanaman oleh
udara bersifat berbanding terbalik dengan
sebab itu dapat mendukung pertumbuhan dan
suhu. Ketika suhu udara tinggi maka kadar air
di udara dan tanah menjadi rendah karena perkembangan tanaman atau tumbuhan.
proses penguapan. Menurut Anggara dan Berdasarkan data pada Tabel 3 berat
Marini (2011), kopi akan tumbuh dengan baik jenis kopi robusta sebesar 0,6448 g/cm3.
jika berada pada kelembaban udara 70-80%, Sedangkan untuk naungannya seperti mangga
dan merupakan tanaman yang tidak tahan 0,6034 g/cm3, alpukat 0,4502 g/cm3, pinus
terhadap tiupan angin kencang, Berdasarkan 0,6211 g/cm3 dan dadap 0,4721 g/cm3. Berat
Tabel 2 kelembaban udara di lahan
perkebunan kopi robusta sebesar 35-73 %, jenis tanaman kopi akan digunakan sebagai
berarti perkebunan kopi robusta Desa Tanah salah satu variabel pengukuran cadangan
Wulan mengalami pertumbuhan yang baik. karbon dalam tanaman. Berat jenis tumbuhan
Pengukuran pH tanah atau derajat merupakan variabel yang penting pada model
keasaman tanah menunjukan nilai rata-rata 6. allometrik pengukuran biomassa (Chave, et
Menurut Raharjeng (2015), tanaman kopi pada al., 2005; Hernandez, 2004).
umumnya akan tumbuh dengan baik jika
Tabel 5. Nilai biomassa dan simpanan karbon kawasan perkebunan kopi robusta
No. Nama Pohon Jumlah Biomassa (ton/ha) Karbon (ton/ha)
1 Kopi Robusta 684 19,15 9,57
2 Mangga 12 5,54 2,77
3 Alpukat 14 6,14 3,07
4 Dadap 5 0,27 0,13
5 Pinus 5 51,66 25,83
6 Pisang 36 62,08 31,04
Total 756 144,84 72,42
Gambar 3.
Peta Besaran Biomassa berdasarkan Plot Penelitian
4.2 Saran
4. SIMPULAN DAN SARAN
Terdapat peluang lanjutan kajian dari
4.1 Simpulan penelitian yang sudah dilakukan yaitu (1)
Kajian terhadap parameter lingkungan pengukuran tinggi batang dan kanopi pada
abiotik di agroforestri perkebunan kopi penelitian ini dilakukan dengan mengunakan
menunjukkan nilai rata rata suhu 29,2 oC, RH tongkat dan estimasi visual. Penelitian
atau kelembaban udara 54 semakin% nilai selanjutnya diharapkan dapat mengunakan
rerata intensitas cahaya 2166 lux dan nilai metode yang lebih akurat. (2) Pencatatan titik
rerata pH tanah 6. Menunjukan bahwa kordinat diharapkan pada penelitian
agroforestri perkebunan kopi robusta sangat selanjutnya dapat dilakukan dengan pencatatan
baik untuk perkembangan tumbuh tanaman kordinat pada setiap individu untuk
kopi robusta. Hasil perhitungan diperoleh nilai mendapatkan data lokasi individu tumbuhan
biomassa pada agroforestri perkebunan kopi yang telah dihitung biomassannya.
robusta dengan luasan 2000 m2 adalah sebesar
144,834 ton/ha, kemudian nilai simpanan DAFTAR PUSTAKA
karbon sebesar 72,417 ton/ha dihasilkan dari
Anggara, A., Marini, S. 2011. Kopi Si Hitam
tanaman kopi robusta, mangga, alpukat, pinus,
Menguntungkan Budi Daya dan
dan pisang. Hasil perhitungan diperoleh nilai Pemasaran. Cahaya Atma Pustaka,
biomassa dan stok karbon pada batang pohon Yogyakarta.
sebesar dengan total 1324, 59 kg.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
Timur. 2018. Luas Areal Perkebunan
Menurut Kabupaten Dalam Angka
2018. Surabaya, BPS Provinsi Jawa Martini, E, Riyandoko, Roshetko, J.M. 2017.
Timur. Pedoman Membangun Agroforestri
Kopi. Bogor: World Agroforestry
Chave, J., Andalo, C., Brown, S., Cairns,
Centre (ICRAF) Southeast Asia
M.A., Chambers, J.Q., Eamus, D.,
Regional Program.
Lescure, J.P. 2005. Tree allometry and
improved estimation of carbon stocks Nasruddin, Musa, Y., Kuruseng, MA. 2006.
and balance in tropical Aktivitas beberapa proses fisiologi
forests. Oecologia, 145(1): 87-99. tanaman kakao muda di lapang pada
berbagai naungan buatan. Jurnal
Djaenudin, U.D., Marwan H., Subagyo H.,
Agrisistem, 2(1):25-33.
Hidayat. 2003. Kriteria Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Raharjeng, A.R.P. 2015. Pengaruh faktor
Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan abiotik terhadap hubungan kekerabatan
Agroklimat. tanaman Sansevieria trifasciata L.
Jurnal Biota, 1(1): 33-41.
FWI, 2009. Penghitungan Potensi Karbon Di
Kawasan Hutan. Lampung. Rasiska, S. 2017. Efek tiga jenis pohon
penaung terhadap keragaman serangga
Habibi P. 2009. “Kajian Fotorespirasi pada
pada pertanaman kopi di Perkebunan
Kopi Robusta dengan Naungan
Rakyat Manglayang, Kecamatan
Berbeda” (tesis). Jember: Universitas
Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
Jember.
Jurnal Agrikultura, 28(3): 161-166.
Hairiah, K., Subekti, S. 2007. Pengukuran
Rejo, A., Rahayu, S., Panggabean, T. 2011.
Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
“Karakteristik Mutu Biji Kopi pada
Penggunaan Lahan. World
Proses
Agroforestry Centre, ICRAF Southeast
Dekafeinasi”(skripsi). Palembang:
Asia, Bogor.
Universitas Sriwijaya.
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R. R.,
Rubiyo, Siswanto. 2012. Peningkatan produksi
Rahayu, S. 2011. Pengukuran
dan pengembangan kakao (Theobroma
Cadangan Karbon dari Tingkat Lahan
cacao L.) di Indonesia. Buletin RISTRI,
ke Bentang Lahan Edisi ke 2. Bogor:
3(1): 33-48.
Agroforestry Centre.
Sianturi, V. F., Wachjar, A. 2016. Pengelolaan
Handriawan, A., Respatie, D.W., Tohari.
pemangkasan tanaman kopi arabika
2016. Pengaruh intensitas naungan
(Coffea arabica L.) di Kebun Blawan,
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga
Bondowoso, Jawa Timur. Buletin
kultivar kedelai (Gilcine max (L.)
Agrohorti, 4(3): 266-275.
Merrill) di Lahan Pesisir pantai Bugel,
Kulon Progo. Vegetalika, 5(3): 1-14. Syakur, A. 2011. Analisis iklim mikro di
dalam rumah tanaman untuk
Hernandez, R.P. 2004. Assessing Carbon
memprediksi waktu pembungaan dan
Stocks And Modelling Win-Win
matang fisiologis tanaman tomat
Scenarios Of Carbon Sequestration
dengan menggunakan metode Artificial
Through Land-Use Changes. Vol. 1.
Neural Network. Agroland: Jurnal
Food and Agriculture Organization of
Ilmu-ilmu Pertanian, 18(2): 97-103.
United Nation.
Kusmana, C. 2015. Pengelolaan hutan
mangrove yang berkelanjutan dan Utomo S.B. 2011. “Dinamika Suhu Udara
terintegrasi. Jurnal Pengelolaan Siang-Malam terhadap Fotorespirasi
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fase Generatif Kopi Robusta di Bawah
5(1): 1-6. Naungan yang Berbeda pada Sistem