Anda di halaman 1dari 15

Penganggaran sektor publik

Dituliskan Kembali Oleh: Hera Khairunnisa, S.E., M.Ak.

Sumber: Nurkholis dan Moh. Khusaini –


Penganggaran Sektor Publik, Penerbit UB Press
Capaian pembelajaran lulusan (cpl)

1. Dapat memahami dan menguraikan pengertian anggaran

2. Dapat memahami dan menguraikan fungsi anggaran sektor publik

3. Dapat memahami dan menguraikan pengelolaan anggaran daerah di era


desentralisasi fiskal
1.1 pengertian anggaran

Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan yaitu pendapat dan
pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-masing kegiatan sesuai dengan
fungsi dan sasaran yang hendak dicapai.

Anggaran daerah adalah rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah)
dalam satu periode tertentu (satu tahun).

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan


masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya
agar terjamin secara kayak.
1.2 fungsi anggaran sektor publik

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:

1. Anggaran Sebagai Alat Perencana (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat perencana manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.

Anggaran sebagai alat perencana digunakan untuk:

• Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang diterapkan;

• Merencanakan barbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif
sumber pembiayaan;

• Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun; dan

• Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.


2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara proses perencanaan dan proses
pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat
dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.

3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)


Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebiajakan fiskal pemerintah,
sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, menfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan terhadap prioritas tersebut. Pada
sektor publik, anggaran merupakan political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif
atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik
membutuhkan political skill, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip
manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa
kegagalan dalam melaksanakan anggran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling
tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication


Tool)
Setiap unit kerja pemerintahan terlihat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat
koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu
mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu,
anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran
harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
6. Anggaran Sebagai AlatPenilaian Kinerja (Performance Meansurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif).
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivasion Tool)


Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis,
efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi
pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya
adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi. Namun juga jangan
terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
1.3 pengelolaan anggaran daerah di era desentralisasi fiskal

Secara garis besar pengelolaan (manajemen) keuangan daerah dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah.

Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua
pendekatan tersebut adalah:

1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional.

2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management. Aspek
utama budgeting reform adalah perubahan dari traditional budget ke performance budget.
1. Anggaran Traditional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara berkembang dewasa ini.
Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas
pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item. Ciri lain yang
melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (a) cenderung sentralistis; (b) bersifat spesifikasi;
(c) tahunan; dan (d) menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri
tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan
anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh
karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran. Masalah utama anggaran
traditional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money.

Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran traditional memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:

a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka
panjang.

b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh
efektivitasnya.
c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat
dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja
dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.

d. Sekat-sekat antardepartemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. Keadaan
tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen.

e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.


f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek, terutama
untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan
kolusi).

g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya
perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.

h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk
pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan 'manipulasi anggaran.“

i. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar mekanisme
pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
2. Era New Public Management (NPM)
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management telah
mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran
sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik,
misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS).Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut
cenderung memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

a. Komprehensif/komparatif;
b. Terintegrasi dan lintas departemen;
c. Proses pengambilan keputusan yang rasional;
d. Berjangka panjang.
e. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas,
f. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
g. Berorientasi input, output, dan outcome (value for money)bukan sekedar input.
h. Adanya pengawasan kinerja.
Perbandingan Anggaran Tradisional Vs Anggaran dengan Pendekatan NPM

Anggaran Traditional New Public Management

Sentralistis Desentralisasi & devolved management

Berorientasi pada Input Berorientasi pada input, output, dan


outcome
Tidak terkait dengan perencanaan jangka Utuh dan komprehensif dengan
Panjang perencanaan jangka Panjang
Line-item dan incrementalism Berdasarkan sasaran dan target kinerja

Batasan departemen yang kaku (rigit Lintas departemen


departement)
Menggunakan aturan klasik: Vote Zero-base budgeting, planning
accounting programming budgeting system
Prinsip anggaran Sistematik dan rasional

Bersifat tahunan Bottom-up budgeting


3. Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai "pertanggungjawaban”.

Suatu entitas (atau organisasi) yang accountable adalah entitas yang mampu menyajikan informasi secara
terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut,
memungkinkan pihak luar (misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview informasi
tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan korektif.

4. Value for money


Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas
tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money)
tersebut dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan
anggaran tersebut harus mencapai target- target atau tujuan kepentingan publik.

5. Kejujuran Dalam Pengelolaan Keuangan Publik (Probity)


Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang
tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.

This template has been created by Slidesgo


6. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga
dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya
akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta
pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.

7. Pengendalian
Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan
dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran
daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians dan tindakan antisipasi ke depan. Prinsip-
prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan daerah tersebut harus senantiasa dipegang teguh dan dilaksanakan
oleh penyelenggara pemerintahan, karena pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap
pemerintah, yaitu

Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:

a. Mengetahui kebijakan pemerintah.


b. Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah.
c. Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dankeputusan tertentu.
d. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas
permasalahan-permasalahan perdebatan publik.

e. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di era otonomi daerah adalah sebagai berikut:

Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.

a. Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost less).
b. Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan
siklus anggaran.

c. Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk seluruh jenis
pengeluaran maupun pendapatan.

d. Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait.
e. Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya untuk memaksimalkan
pengelolaan dananya dengan memperhatikan prinsip value for money.

Anda mungkin juga menyukai