Anda di halaman 1dari 2

Siaran Pers Jakarta, 10 Januari 2022

Menteri Investasi Mencabut Izin Usaha Pertambangan Secara Bertahap Mulai Hari Ini

Jakarta, 10 Januari 2022 - Sebagai tindak lanjut arahan Presiden RI Joko Widodo,
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mulai melakukan
pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) hari ini (10/1). IUP yang dicabut merupakan izin
yang tidak beroperasi, tidak ditindaklanjuti dengan izin usaha, ataupun tidak menyampaikan
Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan
tebang pilih dalam proses pencabutan IUP. Menurut Bahlil, ini merupakan bentuk
pembenahan dan tindakan tegas pemerintah kepada pihak-pihak yang menyalahgunakan
izin.

“Pencabutan izin ini tidak untuk ditujukan pada satu kelompok tertentu. Semua sama. Jangan
ada yang berpikir pengusaha tertentu bisa mengendalikan pemerintah. Kita ingin menyatakan
bahwa Indonesia akan melakukan proses penegakan hukum dalam konteks izin-izin,
berdasarkan aturan yang sudah ada,” ucap Bahlil.

Pada keterangan pers yang dilakukan pada Jumat lalu (7/1), Bahlil mengungkapkan total
perizinan yang akan dicabut, antara lain 2.087 IUP dengan total luas lahan 3.201.046 hektare
dan adanya tambahan sebanyak 19 IUP, sehingga total menjadi 2.097 IUP, 192 izin sektor
kehutanan (IPPKH, HPH, HTI) dengan total luas 3.126.439 hektare, dan HGU Perkebunan
dengan total luas 34.448 hektare.

Sebagai implementasinya, pagi ini Bahlil telah menandatangani 19 surat pencabutan IUP,
yang terdiri dari 13 IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan 6 IUP Operasi Produksi Batu
Bara, yang mayoritas berlokasi di luar pulau Jawa. Pemilik IUP Mineral Logam berlokasi di
Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Sementara pemegang IUP Operasi
Produksi Batu Bara berlokasi izin di Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Barat, dan
Sumatera Selatan.

“Ini bentuk penataan yang dilakukan oleh pemerintah untuk kita distribusi kepada pelaku
usaha di daerah yang memiliki kompetensi. Kita tidak mau izin-izin yang kita berikan itu hanya
jadi kertas di bawah bantal atau dibawa lagi untuk mencari investor yang pada akhirnya tidak
bisa terealisasi,” imbuh Bahlil.

Bahlil menekankan pentingnya investasi yang berkeadilan dan bermanfaat bagi masyarakat
luas. Kolaborasi antara investor besar dengan pengusaha di daerah penting dilakukan untuk
menghindari munculnya konflik wilayah di daerah. Distribusi aset sumber daya alam
merupakan salah satu instrumen dalam mewujudkan pemerataan kepada pertumbuhan
ekonomi daerah.
“Kita butuh pemerataan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Pembangunan infrastruktur yang masif sudah dilakukan sejak era pemerintahan Jokowi-JK,
bisa dioptimalkan dengan baik. Pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan
pemerataan, itu menimbulkan ketidakadilan,” ujar Bahlil.

Bahlil mengapresiasi masukan dan saran dari berbagai Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
yang mengingatkan tentang isu lingkungan. Bahlil yakin bahwa pemerintah tidak akan
mengabaikan permasalahan lingkungan tersebut.

“Kita hargai saran dari teman-teman LSM. Itu merupakan saran yang membangun dan dapat
dijadikan referensi dalam memberikan izin berikutnya, atau dalam teknis pelaksanaan
penerbitan AMDAL. Kalau perusahaan main-main lagi, tidak memperhatikan lingkungan dan
mengurus AMDAL-nya, ya tidak menutup kemungkinan izinnya bisa kita evaluasi dan dicabut
lagi,” tegas Bahlil. (**)
-Selesai-

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:

Leidy N. Surianingrat
Pranata Humas Ahli Madya Kementerian Investasi/BKPM
Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190
E-mail: leidy@bkpm.go.id
Mobile: (62) 812 8439 6413

Anda mungkin juga menyukai