Anda di halaman 1dari 40

Peran DPR RI dalam

Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim


Nasional Indonesia
Recommendations for Parliamentary
Climate Action in Indonesia

March 2023
Laporan ini disusun oleh Westminster Foundation for
Democracy (WFD) di Jakarta, Indonesia, dengan
dukungan dari program UK Partnering for Accelerated
Climate Transitions (UK PACT) pada Juni 2022.

Disclaimer

All rights in this work, including copyright, are owned


by the Westminster Foundation for Democracy Limited
Penyunting (WFD) and are protected by applicable UK and
international laws. This work cannot be copied, shared,
Ravio Patra (Ravio.Patra1@wfd.org) translated into another language, or adapted without
prior permission from the WFD. All rights reserved.
The information and views set out in this report are those
of the author(s) and do not necessarily reflect the official
opinion of WFD, its funders, or the UK Government.
Tim Peneliti dan Penulis Neither WFD nor any person acting on its behalf may be
held responsible for the use which may be made of the
Brurce M. Mecca, Sari Kusumaningsih, et al. information contained therein.
Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif 04

Latar Belakang 08

Pendekatan 11

Temuan 12

Temuan 1: Perubahan iklim adalah konsep yang rumit, sehingga belum


12
mendapatkan perhatian politik yang signifikan di Indonesia
Temuan 2: Ambisi iklim Indonesia cenderung tertinggal relatif terhadap
13
negara-negara lain dengan kemiripan karakteristik
Temuan 3: DPR dapat mengisi beragam celah kebijakan untuk menguatkan
15
ambisi dan aksi iklim nasional Indonesia
Temuan 4: Perubahan iklim belum menjadi prioritas DPR RI, meskipun
25
fungsi-fungsinya dapat memperkuat implementasi komitmen dan aksi iklim
Temuan 5: Alat kelengkapan DPR RI dapat berkoordinasi dengan pemerintah
untuk melakukan aksi-aksi konkret dalam meningkatkan efektivitas kebijakan 28
iklim di Indonesia

Kesimpulan 31

Rekomendasi 32

Rencana peningkatan koordinasi DPR RI dan pemerintah dalam


34
tata kelola perubahan iklim

Daftar Pustaka 38

Catatan Akhir 38

3
Ringkasan Eksekutif

Perubahan iklim adalah isu global yang genting Keilmuan terkait perubahan iklim memang
dan penting, tetapi masih belum mendapatkan termasuk cukup rumit dan cenderung sulit
sorotan politik yang signifikan di Dewan untuk disederhanakan untuk masyarakat luas
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). sehingga rawan terjadi misinformasi. Kendati
Tentunya, fenomena ini juga merupakan penelitian sudah banyak membuktikan bahwa
cerminan masyarakat Indonesia yang sampai perubahan iklim global disebabkan oleh ulah
saat ini masih belum serius menganggap isu manusia, para ahli masih banyak menemukan
iklim genting dan penting. Padahal, isu kesulitan untuk mengkomunikasikan pesan-
perubahan iklim perlu menjadi perhatian oleh pesan tersebut untuk mendapat perhatian
khalayak karena dampak dari perubahan iklim masyarakat luas. Akibatnya, tentu tidak
sangat luas. Berbagai studi, termasuk publikasi mengherankan bahwa kebijakan publik di
dari Intergovernmental Panel on Climate Indonesia masih cenderung mengesampingkan
Change (IPCC), menunjukkan bahwa atau bahkan meragukan urgensi dari
perubahan iklim adalah ancaman nyata perubahan iklim.
terhadap pertumbuhan ekonomi dan tatanan
sosial masyarakat. Data menunjukkan bahwa pemahaman
masyarakat Indonesia akan urgensi isu
perubahan iklim masih sangat minim. Survei
global opini publik terkait perubahan iklim
menunjukkan bahwa kendati 78% responden
Indonesia setuju dan merasakan iklim sedang
berubah, 63% responden masih menjawab
“tidak tahu sama sekali” atau “hanya tahu
sedikit” tentang apa itu perubahan iklim.

Gambar RE 1. Skor ambisi iklim Indonesia relatif terhadap beberapa negara lain

Skor ambisi iklim untuk mencapai target 1.5° 2030

Negara-negara hutan tropis

Negara-negara Emerging Markets

Negara-negara ASEAN

Indonesia

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

4 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Kemudian, 73% responden Indonesia juga DPR RI berpotensi untuk meningkatkan
mengakui bahwa mereka “membutuhkan keseriusan Indonesia dalam target perubahan
lebih banyak informasi lagi” terkait perubahan iklim dengan mengisi beragam celah dalam
iklim — mengindikasikan tingkat pemahaman kebijakan-kebijakan iklim nasional, baik yang
masyarakat yang masih rendah terkait masih dalam rancangan maupun yang sudah
perubahan iklim. disahkan. Studi ini menjabarkan daftar panjang
kebijakan-kebijakan iklim yang berlaku di
Ambisi Indonesia untuk aksi iklim cenderung Indonesia dalam Lampiran 2, serta membuat
tertinggal dari negara-negara lainnya dengan pembobotan kualitatif untuk daftar pendek
karakteristik serupa, meskipun kebanyakan kebijakan-kebijakan pendek di Indonesia di
negara lain juga masih belum memiliki ambisi Tabel 3 dan Lampiran 4. Hasilnya adalah
iklim yang cukup ambisius. Melalui pembobotan sebuah tabel komprehensif yang memuat daftar
sederhana, studi ini menginvestigasi data-data pertanyaan-pertanyaan kritis untuk beberapa
ambisi iklim global yang sudah melalui peer kebijakan iklim sektoral yang dinilai akan
review (Climate Action Tracker1, Climate Watch memberikan dampak sistemis berupa
Data2, dan Climate Analytics3) untuk menakar penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang
ambisi iklim Indonesia relatif terhadap ambisi signifikan. Daftar pertanyaan-pertanyaan ini
iklim 10 negara hutan tropis, emerging markets, dapat digunakan sebagai “amunisi” untuk DPR
dan anggota ASEAN. RI dalam rangka mengawal keseriusan
pemerintah dalam mencapai target iklim
Indonesia.

5
Gambar RE 2. Rekomendasi kerangka kerja peningkatan peran DPR RI dalam kebijakan iklim

Pemerintah Indonesia Memenuhi Komitmen


Persetujuan Paris 2030 (UU No. 16/2016)

Fungsi Legislasi Fungsi Anggaran Fungsi Pengawasan

Memastikan sinkronisasi Memastikan terpenuhinya Memastikan akuntabilitas


dan harmonisasi berbagai alokasi dan efektivitas dan transparansi
undang-undang terkait koordinasi pendanaan iklim pelaksanaan regulasi dan
perubahan iklim dan secara komprehensif pendanaan iklim
peraturan pelaksanaannya

Target pelaksanaan fungsi DPR RI terkait perubahan iklim

Rapat Kerja Komisi Rapat Dengar Pendapat Kunjungan Kerja

Mengangkat isu, target, Pendalaman isu, data, Verfikasi isu/data,


rencana kegiatan, dan dan informasi pembanding pemantauan lapangan,
anggaran perubahan iklim terkait perubahan iklim dan penyerapan aspirasi/
pengaduan

Ruang koordinasi pemerintah dan DPR RI

Inventarisasi dan analisis Analisis efektivitas dan Intrumen transparansi dan


kebijakan perubahan iklim koordinasi pendanaan iklim pengawasan pelaksanaan
kebijakan dan pendanaan
iklim

Dukungan penyediaan materi dan pengelolaan pengetahuan oleh


Badan Keahlian (BK) dan Tenaga Ahli (TA) DPR RI

6 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Misalnya, dalam aspek pembiayaan perubahan Terdapat 3 ruang koordinasi yang diprioritaskan
iklim, DPR RI perlu memastikan strategi dalam peningkatan koordinasi pemerintah dan
pemerintah untuk mendapatkan dana non- DPR RI, antara lain melalui Rapat Kerja Komisi,
APBN dalam rangka membiayai aksi iklim. Rapat Dengar Pendapat, serta kunjungan kerja.
Dalam sektor kehutanan, DPR RI dapat Studi ini juga merekomendasikan dukungan
menagih efektivitas program pengurangan penyediaan materi dan pengelolaan
deforestasi pemerintah dan memastikan pengetahuan oleh Badan Keahlian (BK) dan
keterlibatan masyarakat adat. Dalam sektor para Tenaga Ahli (TA) DPR RI melalui
energi, DPR RI dapat membantu pemerintah inventarisasi dan analisis kebijakan perubahan
dalam memantau penutupan pembangkit listrik iklim, analisis efektivitas dan koordinasi
bertenaga batu bara selagi memastikan pendanaan iklim, serta pengenalan dan
pertumbuhan penggunaan energi terbarukan. penguatan instrumen transparansi dan
pengawasan pelaksanaan kebijakan dan
Dari analisis terhadap risalah rapat komisi pendanaan iklim.
termasuk wawancara dengan beberapa tenaga
ahli komisi, ditemukan bahwa DPR RI pernah
cukup aktif dalam memperhatikan isu
perubahan iklim dan mengekspresikan
dukungan berdasarkan fungsinya, tetapi hal
tersebut masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam
fungsi legislasi, Komisi IV terbilang aktif dalam
menerbitkan perubahan rancangan undang-
undang terkait iklim dan lingkungan. Terkait
dengan fungsi penganggaran, terdapat dua
aspek utama yang perlu diperhatikan oleh
Komisi DPR RI terkait pendanaan iklim, yakni (i)
DPR RI perlu menekankan pengawasan
pendanaan iklim yang bersumber dari
APBN serta (ii) memastikan pengawasan
sumber non-APBN khususnya hibah luar
negeri. Sementara itu, terkait dengan
fungsi pengawasan, Komisi DPR RI telah
mengembangkan instrumen kebijakan dalam
mengawasi pelaksanaan setiap undang-
undang yang berada dalam lingkup tugasnya

7
Latar Belakang

Kerangka peraturan tentang aksi iklim di DPR RI belum mengoptimalkan fungsinya


Indonesia telah dirumuskan dengan sedikit sebagai lembaga legislatif terutama dalam
keterlibatan dan pengawasan dari pihak Dewan mengawasi dan menjejaki pencapaian target
Perwakilan Rakyat (DPR RI) sebagai parlemen. iklim yang dilaksanakan pemerintah. Hal ini
Sejak peraturan menyeluruh tentang aksi iklim mengindikasikan perubahan iklim belum
pertama kali diperkenalkan pada 20114 hingga dipandang penting dalam agenda politik aktor-
dibatalkan satu dekade kemudian,5 kerangka aktor di DPR RI. Namun, hal ini bisa jadi
kebijakan iklim Indonesia tidak memiliki disebabkan oleh anggota parlemen yang belum
kedudukan hukum yang secara eksplisit memiliki kapasitas untuk dapat memeriksa dan
menjabarkan peran aktif lembaga legislatif memberikan pengawasan terhadap
dalam mencapai target iklim. Hal ini implementasi kebijakan iklim oleh pemerintah,
menunjukkan bahwa wacana iklim di Indonesia terutama menimbang diskusi kebijakan yang
selama ini didominasi oleh lembaga eksekutif ada masih fokus pada pembahasan kegiatan
dengan keterlibatan parlemen yang minim. dan anggaran sektoral,6 bukan efektivitas
kebijakan iklim domestik dan performa
Indonesia relatif terhadap tujuan global.

Gambar 1. Beberapa kebijakan dan peta jalan perubahan Iklim di Indonesia

8 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Saat ini, ambisi iklim Indonesia tidak sejalan Keterlibatan luas dan proaktif dari Anggota
dengan komitmen pencegahan pemanasan DPR RI adalah kunci untuk meningkatkan
global sebesar 1,5 derajat dari Persetujuan Paris.7 ambisi dan integritas iklim serta mendorong
Tingkat ambisi Indonesia saat ini dianggap Indonesia untuk menyelaraskan diri dengan
tidak cukup ambisius untuk mencapai target target 1,5 derajat Paris. Dari 11 komisi di DPR RI,
Paris, meskipun inisiatif pemerintah untuk secara tematik isu perubahan iklim dapat
mencanangkan komitmen peningkatan tersebar di 10 komisi. Sementara itu, terdapat 9
penggunaan energi bersih dan penghentian mekanisme spesifik untuk menjalankan fungsi
batu bara pada 2060 juga mengindikasikan legislasi, anggaran, dan pengawasan (lihat
bahwa masih ada ruang bagi tujuan iklim Tabel 1), terutama melalui Komisi IV sebagai
Indonesia agar menjadi jauh lebih ambisius mitra utama Kementerian Lingkungan Hidup
sejalan dengan target Persetujuan Paris. dan Kehutanan (KLHK) yang selama ini
menjadi kementerian/lembaga (K/L) teknis
Masalah pertama yang harus diatasi adalah terdepan dalam hal penyusunan, pelaksanaan,
memahami bagaimana anggota DPR RI dan pengawasan kebijakan iklim.
memandang perubahan iklim sebagai isu yang
penting dan mendesak. Sebuah studi di Inggris
(Wills, 2018) menunjukkan bahwa perspektif
anggota parlemen mereka tentang perubahan
iklim dipengaruhi oleh 3 faktor utama:

• Identitas: bagaimana anggota parlemen


mempertimbangkan masalah iklim dalam
konteks identitas profesional dan norma
budaya masing-masing.

• Representasi: bagaimana anggota parlemen


menilai peran mereka sebagai perwakilan
rakyat dan apakah aksi iklim dipandang
sesuai dengan fungsi representatif mereka.

• Rutinitas kerja: bagaimana ritual dan


tekanan kerja sehari-hari dapat
memengaruhi pandangan anggota
parlemen terhadap isu perubahan iklim.

9
Tabel 2. Pengarusutamaan isu kebijakan iklim di DPR RI

Komisi DPR RI Isu Terkait K/L Terkait Mekanisme

Komisi I Negosiasi kebijakan iklim Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) 1. Rapat kerja (Raker)
internasional dengan pimpinan K/L
dan pemerintah
Komisi II Kebijakan iklim daerah Kementerian Dalam Negeri daerah (Pemda).
(Kemendagri)
2. Konsultasi dengan
Komisi III Tidak relevan Tidak relevan
Dewan Perwakilan
Daerah (DPD RI).
Komisi IV Kebijakan iklim nasional Kementerian Pertanian (Kementan),
dan sektoral (terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan 3. Rapat Dengar
terkait pertanian, Kehutanan (KLHK), Kementerian Pendapat (RDP)
kehutanan, dan kelautan) Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan dengan perwakilan
Restorasi Gambut dan Mangrove pemerintah.
(BRGM)
Komisi V Infrastruktur, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), 4. Rapat Dengar
transportasi, dan Kementerian Perhubungan Pendapat Umum
informasi terkait iklim (Kemenhub), Badan Meteorologi dan (RDPU) atas
Geofisika (BMKG) permintaan komisi
Komisi VI Perdagangan dan Kementerian Perdagangan atau lainnya.
investasi hijau (Kemendag), Kementerian Investasi
(BKPM) 5. Pertemuan dengan
menteri atau dengar
Komisi VII Penyediaan dan Kementerian Energi dan Sumber pendapat dengan
permintaan energi, Daya Mineral (ESDM), Dewan Energi pejabat lainnya yang
industri hijau, keilmuan Nasional (DEN), Badan Riset dan tidak sesuai dengan
dan penelitian iklim Inovasi Nasional (BRIN), serta lembaga ruang lingkup komisi
lainnya seperti BPPT, BATAN, LAPAN, (jika diperlukan).
LIPI, dan BIG
Komisi VIII Adaptasi iklim, terutama Badan Nasional Penanggulangan 6. Kunjungan
pengelolaan bencana Bencana (BNPB) lapangan.

7. Rapat dan
Komisi IX Adaptasi iklim, terutama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) koordinasi lintas
kesehatan masyarakat komisi dan fraksi.

Komisi X Mitigasi iklim, terutama Kementerian Pendidikan dan 8. Kunjungan kerja.


pendidikan terkait iklim Kebudayaan (Kemendikbud)
9. Pembentukan tim
teknis atau tim
Komisi XI Kebijakan fiskal serta Kementerian Keuangan (Kemenkeu), khusus.
kerangka pembiayaan Badan Perencanaan Pembangunan
iklim nasional Nasional (Bappenas), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI)

Oleh sebab itu, terdapat kebutuhan nyata iklim. Pemahaman tersebut kemudian harus
untuk meningkatkan keterlibatan DPR RI dimanfaatkan untuk memperbaiki dan
dalam mengupayakan ambisi dan aksi iklim meningkatkan kualitas koordinasi DPR RI
di Indonesia. Langkah pertama adalah dengan dengan pemerintah tentang perubahan iklim
meningkatkan pemahaman anggota parlemen di Indonesia.
tentang urgensi dan signifikansi isu perubahan

10 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Pendekatan

Studi ini mencakup analisis terhadap ambisi Studi ini dilakukan dengan 5 pendekatan
dan implementasi komitmen iklim Indonesia utama, yakni:
dalam rangka memperkaya pemahaman dan
strategi DPR RI terhadap isu perubahan iklim.
• Menyusun daftar panjang kebijakan terkait
Dengan pendekatan kualitatif, studi ini
iklim yang berdampak signifikan terhadap
menggunakan pendekatan analisis dokumen
target iklim Indonesia.
berbagai kebijakan iklim serta wawancara
mendalam dengan sejumlah pemangku
• Mengukur tingkat ambisi iklim Indonesia
kepentingan terkait. Lampiran 1 laporan ini
saat ini relatif terhadap rerata negara-
memuat penjelasan rinci terkait metode
negara lain dengan karakteristik serupa
penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan
dengan Indonesia.
studi ini.
• Menakar hambatan utama implementasi
berbagai kebijakan iklim yang penting untuk
menjadi perhatian DPR RI.

• Menilai koordinasi DPR RI dan pemerintah


dalam mengelola perubahan iklim.

• Memberikan rekomendasi akhir bagi DPR RI


untuk meningkatkan perannya dalam
mengelola perubahan iklim.

Gambar 2. Alur pendekatan studi

Ambisi Iklim Indonesia

Daftar panjang kebijakan-kebijakan iklim di Indonesia


Analisis
Ambisi Iklim Koordinasi
Shortlisting negara-negara Kebijakan Iklim
Iain DPR dan
Pemerintah
Daftar pendek kebijakan-kebijakan iklim di Indonesia

Pertanyaan panduan untuk perhatian DPR RI Benchmarking

Kesimpulan dan Rekomendasi

11
Temuan

Temuan 1: Perubahan iklim adalah Kedua, isu perubahan iklim sulit


konsep yang rumit, sehingga disederhanakan dan dikomunikasikan dengan
baik oleh kalangan ahli kepada pemerintah dan
belum mendapatkan perhatian masyarakat umum sehingga rentan terjadi
politik yang signifikan di Indonesia misinformasi dan bahkan disinformasi. Kendati
beragam penelitian telah membuktikan
Minimnya sorotan politik terhadap narasi isu kenaikan rerata temperatur global disebabkan
perubahan iklim merupakan cerminan dari oleh manusia, masih sulit untuk
belum populernya isu perubahan iklim di mengomunikasikan pesan-pesan utama terkait
tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal ini pentingnya intervensi kolektif dalam
disebabkan oleh tiga faktor utama. pengendalian perubahan iklim kepada
masyarakat luas (Palmer & Stevens, 2019).
Pertama, penjelasan sains terkait perubahan Utamanya, bagian tersulit adalah memberikan
iklim merupakan sesuatu yang rumit dan global, pemahaman akan betapa cepatnya perubahan
sehingga tidak mudah untuk dicerna secara iklim terjadi dan bagaimana dampaknya
lokal (Goldberg, Gustafson & Linden, 2020). dirasakan secara lokal. Akibatnya, banyak aktor
Selain itu, informasi baru yang terus ditemukan utama yang bertugas mengelola kebijakan
membuat pemahaman keilmuan terkait perubahan iklim mengesampingkan urgensi
perubahan iklim harus terus berkembang dan aksi dan komitmen perubahan iklim.
berevolusi. Laporan terbaru Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) tentang Ketiga, pemahaman masyarakat Indonesia
mitigasi perubahan iklim, misalnya, merupakan terkait urgensi isu perubahan iklim masih relatif
dokumen raksasa yang terdiri atas 64 halaman rendah. Survei global opini publik terkait
rangkuman bagi pembuat kebijakan, 145 perubahan iklim (Leiserowitz, Carman, &
halaman rangkuman teknis, dan 2.913 halaman Rosenthal, 2021) menunjukkan bahwa kendati
laporan lengkap (The Working Group III, 2022). 78% responden Indonesia setuju dan
merasakan iklim sedang berubah, 63%
responden masih menjawab “tidak tahu sama
sekali” atau “hanya tahu sedikit” tentang apa itu
perubahan iklim. Kemudian, 73% responden
Indonesia juga mengakui bahwa mereka
“membutuhkan lebih banyak informasi lagi”
terkait perubahan iklimv — mengindikasikan
tingkat pemahaman masyarakat yang masih
rendah terkait perubahan iklim.

12 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Gambar 3. Skor perbandingan ambisi iklim Indonesia relatif terhadap negara lain

Skor ambisi iklim untuk mencapai target 1.5° 2030

Negara-negara hutan tropis

Negara-negara Emerging Markets

Negara-negara ASEAN

Indonesia

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Temuan 2: Ambisi iklim Indonesia Visualisasi penilaian pada Gambar 2


cenderung tertinggal relatif menunjukkan bahwa Indonesia masih
cenderung tertinggal dari negara-negara lain,
terhadap negara-negara lain terutama negara-negara yang terbilang “setara”
dengan kemiripan karakteristik atau serupa secara karakteristik — kawasan
hutan tropis yang luas, status sebagai kekuatan
Studi ini menelaah ambisi iklim jangka ekonomi baru (emerging markets), serta
menengah Indonesia yang tertuang dalam keanggotaan dalam Asosiasi Negara Asia
dokumen Nationally Determined Contribution Tenggara (ASEAN). Kendati demikian, perlu
(NDC) serta jangka panjang yang tertuang digarisbawahi bahwa hampir semua dari 30
dalam dokumen Long-Term Strategy for Low negara yang memenuhi kemiripan karakteristik
Carbon and Climate Resilience (LTS LCCR). tersebut memiliki skor yang rendah dalam hal
Kemudian, kami membuat perbandingan kesesuaian dengan target Persetujuan Paris.
sederhana (benchmarking) untuk menakar Dengan kata lain, kendati performa Indonesia
seberapa ambisius performa aksi iklim masih jauh dari cukup, kerja sama global dalam
Indonesia dibanding negara-negara lainnya. mencapai target iklim Paris juga masih sangat
Skor 1 adalah skor terendah yang berarti paling jauh dari ideal.
tidak ambisius dan skor 5 adalah skor tertinggi
yang berarti paling ambisius dan sesuai dengan
target Persetujuan Paris.

13
Tabel 2. Lanskap target iklim jangka panjang Indonesia relatif terhadap negara-negara hutan tropis,
kekuatan ekonomi baru, dan anggota ASEAN8

Kategori Target Iklim Jangka Panjang setelah Persetujuan Paris

Kendati sudah memiliki target NZE 2060 dalam dokumen LTS-LCCR, masih belum
Indonesia
ada payung hukum atau legalitas yang kuat.

Singapura dan Vietnam memiliki target NZE, tetapi masih belum ada data
ASEAN benchmarking global. Selebihnya, negara-negara ASEAN terbagi menjadi dua:
belum memiliki target NZE atau target NZE yang ada belum lengkap.
Cina memiliki target NZE namun dinilai buruk. Sembilan negara kekuatan ekonomi
Kekuatan ekonomi baru baru lainnya antara masih belum memiliki target NZE atau target yang ada belum
lengkap.

Sepuluh negara hutan tropis yang menjadi fokus studi ini antara masih belum
Negara hutan tropis
punya target NZE atau target yang ada belum lengkap.

Gambar 4. Sektor penyumbang emisi GRK nasional 2010 dan 2030

2010

91% 9%

2030

93% 7%

Lahan dan Kehutanan / Energi / Pertanian


Sektor Lainnya

14 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Temuan 3: DPR dapat mengisi produksi emisi GRK Indonesia. Sedangkan,
beragam celah kebijakan untuk pada tahun 2030, diperkirakan kedua sektor
tersebut bersama sektor limbah akan
menguatkan ambisi dan aksi iklim berkontribusi terhadap 93% produksi emisi
nasional Indonesia Indonesia.

Turunan ambisi iklim Indonesia dibagi ke Data tersebut menunjukkan bahwa diperlukan
dalam sejumlah sektor spesifik, yakni: fokus yang lebih bagi kebijakan-kebijakan iklim
di sektor lahan dan kehutanan serta energi
guna menjamin ketercapaian ambisi penurunan
• Lahan dan kehutanan; atau Forest and
emisi jangka menengah dan panjang Indonesia.
Land Use (FOLU).
Setiap sektor tentu memiliki kebijakan yang
bersinggungan dengan ambisi iklim,
• Energi, Pertanian, dan Industri; atau
Industrial Processes and Product Use
dan beberapa kebijakan akan berpengaruh
(IPPU).
lebih besar terhadap penurunan emisi
dibanding kebijakan lainnya.
• Limbah.
Studi ini telah memetakan daftar panjang9
• Adaptasi perubahan iklim meliputi
kebijakan iklim di Indonesia, yang terbagi
ketahanan ekonomi, sosial, dan ekosistem.
berdasarkan sektor-sektor dalam dokumen
Dalam hal mitigasi iklim, sektor lahan dan NDC. Dari daftar panjang tersebut, dilakukan
kehutanan serta energi, pertanian, dan industri pemilihan dan pembobotan kualitatif
cenderung mendominasi tren produksi GRK berdasarkan seberapa besar tiap kebijakan
nasional, sebagaimana diindikasikan oleh data tersebut berpengaruh terhadap profil emisi
emisi GRK historis dan prediksi NDC untuk Indonesia. Hasilnya adalah suatu daftar pendek
skenario business as usual (BAU). Pada 2010, (shortlist)10 kebijakan iklim utama yang paling
kedua sektor tersebut jika digabung dengan krusial dalam rangka mencapai ambisi iklim
sektor pertanian berkontribusi terhadap 91% Indonesia.

15
Tabel 3. Daftar pendek kebijakan iklim krusial untuk penurunan emisi GRK Indonesia

Potensi
Kebijakan
No. Sektor Penurunan Referensi Peraturan Utama
terkait Iklim
Emisi GRK
Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2017
Pembiayaan
1 Tinggi Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2017
Lintas perubahan iklim
Sektor Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.01/2019
Penerapan nilai
2 Tinggi Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021
ekonomi karbon
Menurunkan laju
Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
3 deforestasi dan Tinggi
Resilience 2050
degradasi hutan
Konservasi hutan
FOLU Net Sink 2030 (Surat Keputusan Menteri
dari dampak
4 Tinggi Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 168/MENLHK/
deforestasi dan
PKTL/PLA.1/2/2022)
degradasi lahan
Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
5 Rehabilitasi lahan Tinggi
Lahan dan Resilience 2050
Kehutanan FOLU Net Sink 2030 (Surat Keputusan Menteri
Rehabilitasi hutan
6 Tinggi Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 168/MENLHK/
dan lahan
PKTL/PLA.1/2/2022)
Restorasi lahan
Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
7 gambut dan lahan Tinggi
Resilience 2050
basah
FOLU Net Sink 2030 (Surat Keputusan Menteri
Pengelolaan lahan
8 Tinggi Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 168/MENLHK/
gambut
PKTL/PLA.1/2/2022)
Pembakaran bersih Peraturan Presiden No. 55/2019
9 menggunakan Tinggi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
biofuel No. 12/2015
Meningkatkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
10 penggunaan Tinggi
2020–2024
transportasi umum
Mengganti Rancangan Peraturan Menteri Energi
pembangkit listrik dan Sumber Daya Mineral11
11 tenaga diesel milik Tinggi
Rencana Dedieselisasi Nasional
PLN dengan energi
Energi terbarukan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021–2030
Co-firing untuk
pembangkit listrik
tenaga batu bara Rancangan Peraturan Menteri Energi
12 Tinggi
dengan sumber dan Sumber Daya Mineral12
bahan bakar
terbarukan
Prioritas daerah
tertinggal untuk Rancangan Undang-Undang Energi Baru
13 Tinggi
energi baru dan dan Energi Terbarukan
terbarukan

16 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Potensi
Kebijakan
No. Sektor Penurunan Referensi Peraturan Utama
terkait Iklim
Emisi GRK
Ketentuan
kandungan dalam Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan
14 Tinggi
negeri energi baru Terbarukan
dan terbarukan
Mekanisme
penetapan tarif Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan
15 Tinggi
energi baru dan Terbarukan
terbarukan
Mekanisme insentif Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan
16 energi baru dan Tinggi Terbarukan
Energi terbarukan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
Pembentukan Dana
Rancangan Undang-Undang Energi Baru
17 Energi Baru dan Tinggi
dan Terbarukan
Terbarukan
Moratorium
pembangkit listrik
tenaga batu bara Rancangan kebijakan oleh Kementerian Koordinator
18 baru dan Tinggi Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian
penghentian Energi dan Sumber Daya Mineral13
penggunaan batu
bara
Pemberian
kemudahan investasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
19 Tinggi
untuk perkebunan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021
kelapa sawit baru
Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
Meningkatkan Resilience 2050
20 produktivitas kelapa Tinggi
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
sawit
Rencana Umum Energi Nasional
Pertanian
Meningkatkan Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
penggunaan bahan Resilience 2050
21 bakar berbasis crude Tinggi
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
palm oil (CPO) atau
biofuel Rencana Umum Energi Nasional
Moratorium izin
perkebunan kelapa
22 Tinggi Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2018
sawit baru di lahan
hutan

17
Tabel 4. Celah diskusi daftar pendek kebijakan iklim Indonesia untuk perhatian DPR RI

Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Lintas Sektor
1. Intervensi pemerintah
terkait pembiayaan iklim dari
sumber asing (contoh 1. Bagaimana pemerintah dapat
terakhir adalah kasus memastikan bahwa pendanaan
berakhirnya kerja sama iklim iklim dari sumber-sumber asing
Indonesia–Norwegia). akan dimobilisasi untuk target
iklim yang dibutuhkan dan
2. Kesiapan institusional sesuai dengan konteks lokal?
pemerintah untuk
menerapkan beberapa 2. Bagaimana pemerintah dapat
instrumen ekonomi seperti mendapatkan lebih banyak
Pembiayaan
insentif/disinsentif, dana komitmen pembiayaan iklim dari
perubahan Tinggi
lingkungan, dan pasar sumber non-APBN — baik asing
iklim
karbon. maupun domestik — untuk
membiayai pencapaian target
3. Meningkatkan NDC?
kepercayaan donor tentang
akuntabilitas instrumen 3. Bagaimana pemerintah
ekonomi yang dikelola memastikan standar yang
Indonesia untuk transparan, efisien, dan efektif
1. Presiden RI
mengucurkan pendanaan untuk manajemen pembiayaan
2. Kementerian iklim (Naran, et. al., 2021). iklim?
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan 1. Kekhawatiran akan
dampak peraturan karbon
3. Kementerian
tentang daya saing ekonomi 1. Bagaimana pemerintah dapat
Keuangan
domestik (contoh: memastikan implementasi pasar
4. Bappenas penerapan Cap-and-Trade karbon tanpa mengorbankan
dan Pajak Karbon). pertumbuhan ekonomi
2. Pasar karbon adalah domestik?
konsep yang relatif baru, 2. Bagaimana pasar karbon
sehingga diperlukan waktu domestik dapat dikelola secara
persiapan dan percobaan efektif antara pemerintah dan
Penerapan yang signifikan. sektor swasta?
nilai ekonomi Tinggi
karbon 3. Kepercayaan publik 3. Bagaimana memastikan
bahwa pemerintah dapat bahwa skema-skema yang
menjamin transparansi dan tertuang dalam peraturan nilai
akuntabilitas pengelolaan ekonomi karbon dapat
karbon relatif rendah; memberikan dampak
sementara kedua hal lingkungan dan ekonomi yang
tersebut adalah segala nyata, seperti bertambahnya
sesuatu yang krusial dalam pendapatan bagi masyarakat
memberi nilai ekonomi pada lokal?
karbon.

18 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Lahan dan Kehutanan


1. Apa rencana pemerintah untuk
memastikan bahwa anggaran
1. Sumber daya penegakan
untuk mendukung penurunan
hukum dan pencegahan
laju deforestasi dan degradasi
Menurunkan kebakaran hutan.
hutan dan lahan digunakan
laju deforestasi
Sedang 2. Perlindungan dan secara efisien?
dan degradasi
keterlibatan hak atas tanah
hutan 2. Apa rencana pemerintah
masyarakat adat.
untuk mendapatkan pembiayaan
alternatif non-APBN?

3. Bagaimana pemerintah
dapat menjamin transparansi
Konservasi penegakan hukum dalam
hutan dari menurunkan laju deforestasi
dampak dan degradasi hutan di tingkat
Rendah tapak?
deforestasi
dan degradasi Memastikan sumber
4. Bagaimana pemerintah dapat
lahan daya yang dibutuhkan
memastikan keterlibatan
(anggaran, teknis, dukungan
Kementerian masyarakat adat dalam
masyarakat, dan sebagainya)
Lingkungan konservasi hutan secara adil?
tersedia.
Hidup dan
Rehabilitasi
Kehutanan Sedang
lahan 1. Apa rencana pemerintah untuk
memastikan bahwa anggaran
Rehabilitasi rehabilitasi lahan gambut dan
hutan dan Sedang lahan basah digunakan secara
lahan efisien?
Restorasi 1. Memastikan pengawasan
2. Apa rencana pemerintah
lahan gambut BRGM dalam mencegah
Tinggi untuk mendapatkan pembiayaan
dan lahan kebakaran hutan sambil
alternatif non-APBN, khususnya
basah memulihkan/mengelola
menimbang biaya rehabilitasi
lahan gambut dan lahan
lahan yang relatif mahal,
basah.
minimnya celah komersialisasi,
2. Memastikan partisipasi dan waktu rehabilitasi lahan
masyarakat. yang lama?
Pengelolaan 3. Memastikan sumber 3. Apa rencana pemerintah
Tinggi
lahan gambut daya yang diperlukan untuk memastikan bahwa
(anggaran, teknis, dukungan masyarakat terlibat dalam
masyarakat, dan sebagainya) pengelolaan lahan gambut
tersedia. dan lahan basah?

19
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Energi
1. Bagaimana memastikan
deforestasi di lahan gambut
1. Perlu mempertimbangkan
dapat dicegah ketika pemerintah
harga minyak global yang
sedang berupaya memenuhi
fluktuatif karena akan
target produksi biofuel dari CPO
mempengaruhi permintaan
di waktu bersamaan?
biofuel.
1. Presiden RI 2. Bagaimana pemerintah dapat
2. Kurangnya
Pembakaran 2. Kementerian memastikan efektivitas
kesinambungan dengan
bersih Energi dan moratorium perkebunan kelapa
Sedang penerapan moratorium
menggunakan Sumber Daya sawit baru di kawasan hutan?
perkebunan sawit untuk
biofuel Mineral mencegah deforestasi. 3. Bagaimana memastikan
transisi yang lancar dari biofuel
3. Perlu ada rencana
ke kendaraan listrik atau electric
menyeluruh untuk peralihan
vehicles (EV), selagi
penggunaan bahan bakar
meminimalkan kerusakan akibat
biofuel ke bahan bakar listrik.
penambangan nikel yang lebih
luas?

1. Bagaimana pemerintah
1. Mahalnya modal menemukan pembiayaan
pembangunan transportasi non-APBN yang memadai untuk
umum perkotaan (terutama transportasi umum
biaya pembebasan lahan), berkelanjutan tanpa
sehingga dibutuhkan mengorbankan daya beli dan
Meningkatkan investasi swasta dan/atau minat publik untuk beralih ke
penggunaan asing. transportasi umum?
Bappenas Tinggi
transportasi
2. Subsidi bisa jadi 2. Bagaimana strategi
umum
dibutuhkan untuk pemerintah dalam
memastikan publik beralih mengakselerasi penyediaan
dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang layak
transportasi publik. di wilayah perkotaan Indonesia,
khususnya luar pulau Jawa?

20 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Energi
Mengganti 1. Perlu dipikirkan cara
pembangkit mengurangi dampak batu
listrik tenaga bara, seperti aset mangkrak
diesel milik PT PLN Tinggi dan hilangnya pekerjaan
PLN dengan bagi tenaga ahli di industri
energi batu bara.
terbarukan
2. Kurangnya pemahaman
1. Bagaimana pemerintah dapat
bahwa untuk menghentikan
mengelola potensi dampak aset
krisis iklim global, kita
mangkrak dan hilangnya
membutuhkan pertumbuhan
pekerjaan terkait coal phase-
hijau untuk negara-negara
out?
berkembang dan degrowth
untuk negara maju. 2. Bagaimana pemerintah dapat
mengarusutamakan paradigma
3. Perlu dipastikan bahwa
pembangunan bersih dan
co-firing biomassa tidak
meninggalkan pembangunan
akan menyebabkan
kotor?
deforestasi lebih lanjut.
3. Terkait aspek keberlanjutan,
4. Co-firing pembangkit
bagaimana pemerintah dapat
listrik dengan sumber
memastikan bahwa co-firing
terbarukan mungkin bisa jadi
Co-firing untuk biomassa dan batu bara tidak
1. Kementerian baik, namun berpotensi
pembangkit akan menyebabkan deforestasi
Energi dan menunda tenggat penutupan
listrik tenaga lebih lanjut, menimbang suplai
Sumber Daya pembangkit tenaga batu
batu bara biomassa akan selalu
Mineral Tinggi bara.
dengan diperlukan?
sumber bahan 2. PT PLN 5. Perlu ada cara untuk
4. Apakah ada potensi kerja
bakar membantah ketakutan
sama untuk mempercepat laju
terbarukan masyarakat terkait
penutupan pembangkit batu
peningkatan harga listrik
bara?
akibat transisi batu bara ke
energi terbarukan. 5. Bagaimana memastikan harga
energi/listrik masih terjangkau
6. Banyak masalah yang
oleh masyarakat selepas coal
masih perlu dipikirkan,
phase out?
seperti kontinuitas bahan
baku, tingkat teknologi, dan
lain sebagainya.
7. Teknologi pembangkit
co-firing tidak bisa
memfasilitasi seluruh jenis
biomassa.

21
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Energi
1. Bagaimana pemerintah
menjamin kualitas penyediaan
listrik dari sumber energi baru
untuk masyarakat di daerah
tertinggal?
2. Bagaimana pemerintah
melihat urgensi energi nuklir
dibanding sumber energi
1. Kurangnya kesadaran dan terbarukan lainnya, seperti solar
pemahaman masyarakat dan angin?
terkait pembangkit listrik
tenaga nuklir, termasuk 3. Untuk jenis energi baru
Prioritas manfaat dan risiko (terutama nuklir), bagaimana
daerah keamanannya. pemerintah dapat memastikan
tertinggal aspek keselamatan baik dari sisi
Tinggi 2. Sumber energi alternatif lingkungan maupun kesehatan
untuk energi
harus mempertimbangkan masyarakat?
baru dan 1. Presiden RI daya beli konsumen,
terbarukan 4. Bagaimana pemerintah
2. DPR RI terutama di daerah
pedesaan (Wijaya, Haesra & meyakinkan masyarakat terkait
3. Kementerian Mecca, 2020). keamanan pembangkit listrik
Energi dan tenaga nuklir?
Sumber Daya
5. Apa rencana pemerintah
Mineral
untuk memastikan bahwa
masyarakat memiliki daya beli
energi baru, terutama konsumen
pedesaan, tanpa terlalu
membebani APBN dan APBD
dengan biaya subsidi?

Bagaimana memastikan bahwa


persyaratan proporsi konten
dalam negeri tidak menghambat
Ketentuan
Mencegah kebutuhan laju pertumbuhan industri energi
kandungan
konten dalam negeri terbarukan dalam negeri
dalam negeri Sedang
menghalangi pertumbuhan (terutama menimbang beberapa
energi baru
industri dalam negeri. bahan baku, seperti sel solar
dan terbarukan
photovoltaic, memiliki harga
impor lebih murah daripada
produksi dalam negeri)?

22 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Energi
1. Bagaimana pemerintah
Mekanisme memastikan keterjangkauan
penetapan tarif energi baru dan terbarukan bagi
Rendah 1. Memastikan sinergi antara masyarakat umum, terutama di
energi baru
dan terbarukan daya beli masyarakat dan kalangan rumah tangga wilayah
1. Presiden RI keuntungan berkelanjutan Indonesia Timur yang rasio
tanpa membebani fiskal elektrifikasinya relatif rendah?
2. DPR RI negara.
2. Bagaimana pemerintah dapat
3. Kementerian 2. Mencari cara untuk memastikan bahwa investor
Energi dan menarik investor swasta swasta lebih memilih investasi di
Sumber Daya dalam pengembangan bidang energi terbarukan
Mekanisme
Mineral energi terbarukan tanpa daripada energi kotor?
insentif energi
Sedang mengorbankan rencana
baru dan 3. Bagaimana dana APBN/
terbarukan elektrifikasi PLN.
APBD dapat digunakan menarik
minat investor swasta agar
berinvestasi dalam
pengembangan sumber energi
terbarukan?
1. Bagaimana pemerintah dapat
memastikan bahwa Dana Energi
Baru dan Terbarukan akan
digunakan untuk jenis energi
terbarukan yang “lebih
Pembentukan Cara untuk memastikan berkelanjutan” (misal solar,
Dana Energi dana investasi dapat angin, dan sebagainya) dan
Sedang bukan untuk memberi insentif
Baru dan digunakan dengan tepat
Terbarukan guna bagi masyarakat bagi energi kotor?
2. Bagaimana pemerintah akan
mengurangi potensi tumpang
tindih Dana Energi Baru dan
Terbarukan dengan mekanisme
pendanaan lain?
1. Apa payung hukum kebijakan
1. Belum ada payung hukum yang akan mendasari
kebijakan yang konkret moratorium batu bara di
1. Presiden RI
tentang moratorium batu Indonesia?
2. Kementerian bara.
Moratorium 2. Apa strategi untuk mengatasi
Koordinator
pembangkit 2. Tidak ada rencana untuk potensi penolakan, khususnya di
Bidang
listrik tenaga memitigasi penolakan dari kalangan asosiasi pengusaha
Kemaritiman
batu bara baru asosiasi industri batu bara. batu bara, terhadap moratorium
dan Investasi Tinggi
dan batu bara di Indonesia?
3. Menumbuhkan kesadaran
penghentian 3. Kementerian
bersama akan pentingnya Bagaimana pemerintah dapat
penggunaan Energi dan
penutupan pembangkit batu memastikan kepada masyarakat
batu bara Sumber Daya
bara untuk tujuan bahwa pertumbuhan hijau akan
Mineral
pengendalian perubahan menghasilkan kesejahteraan
iklim. yang lebih baik dibandingkan
pertumbuhan kotor?

23
Kebijakan
Iklim Sektoral Implikasi Celah Diskusi Kebijakan untuk
K/L Terkait Hambatan Kebijakan
yang Intensif Fiskal Perhatian DPR RI
Emisi GRK

Sektor Pertanian
Pemberian
1. Presiden RI Peningkatan insentif untuk
kemudahan
investasi perkebunan kelapa 1. Bagaimana pemerintah dapat
investasi untuk 2. DPR RI
Rendah sawit dapat memberikan menjamin kemudahan investasi
perkebunan
3. Kementerian dampak negatif berupa akan berjalan bersamaan
kelapa sawit
Pertanian peningkatan laju deforestasi. dengan pencegahan deforestasi
baru
melalui kebijakan moratorium?
Meningkatkan produktivitas
2. Bagaimana pemerintah dapat
perkebunan kelapa sawit
memberikan insentif baik
Meningkatkan dapat mencegah deforestasi
berupa kemudahan — fiskal
produktivitas Rendah hanya jika diiringi oleh
1. Kementerian maupun non-fiskal — untuk
kelapa sawit moratorium perkebunan
Lingkungan praktik perkebunan kelapa sawit
kelapa sawit di kawasan
Hidup dan berkelanjutan (contoh: sertifikasi
hutan.
Kehutanan ISPO dan/atau RSPO)?
1. Kurangnya kepercayaan
2. Kementerian publik — baik domestik 3. Bagaimana pemerintah dapat
Perindustrian maupun internasional — memastikan efektivitas
tentang aspek keberlanjutan moratorium perkebunan kelapa
3. Kementerian
Meningkatkan produksi kelapa sawit. sawit baru di kawasan hutan?
Energi dan
penggunaan Sertifikasi keberlanjutan
Sumber Daya 4. Bagaimana memastikan
bahan bakar Rendah kelapa sawit (ISPO) dinilai
Mineral deforestasi di lahan gambut
biofuel sangat tidak memadai. dapat dicegah ketika pemerintah
berbasis CPO
2. Kekhawatiran bahwa juga sedang berupaya
penggunaan CPO di memenuhi target produksi
Indonesia memperburuk biofuel dari CPO?
deforestasi. 5. Bagaimana pemerintah dapat
Tidak ada target khusus memastikan bahwa dana yang
dalam Keputusan Presiden terkumpul dari Badan Pengelola
terkait moratorium sawit, Dana Kelapa Sawit (BPDPKS)
1. Presiden RI
hanya “arahan”, seperti: tidak hanya digunakan untuk
2. Kementerian subsidi biofuel tetapi juga dapat
1. Menangguhkan konversi
Lingkungan digunakan untuk
kawasan kehutanan ke
Hidup dan pengembangan kapasitas petani
perkebunan kelapa sawit.
Moratorium Kehutanan sawit dan meningkatkan nilai
izin 2. Menangguhkan tambah rantai pasok (supply
3. Kementerian
perkebunan penerbitan Hak Guna Usaha chain) kelapa sawit Indonesia?
Pertanian Rendah
kelapa sawit (HGU) jika pengajuan
6. Karena hanya bersifat arahan,
baru di lahan 4. Kementerian dianggap tidak sesuai
pemerintah daerah tidak begitu
hutan Agraria dan dengan UU dan peraturan
berminat menerbitkan aturan
Tata Ruang agraria/tata ruang terkait.
turunan moratorium. Bagaimana
5. Pemerintah 3. Menangguhkan pemerintah dapat memastikan
Daerah penerbitan rekomendasi implementasi moratorium
dan/atau izin untuk efektif?
pembentukan perkebunan
kelapa sawit di dalam area
hutan oleh kepala daerah.

24 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Temuan 4: Perubahan iklim Akan tetapi, anggota DPR RI terbilang jarang
belum menjadi prioritas DPR mengikuti forum-forum serupa atau mengambil
inisiatif membicarakan perubahan iklim di
RI, meskipun fungsi-fungsinya ranah domestik secara terbuka. Salah satu dari
dapat memperkuat implementasi sedikit contoh yang ada adalah Rapat Dengar
komitmen dan aksi iklim Pendapat Umum (RDPU) Komisi XI pada 2011
membahas laporan sejumlah aktivis soal utang
Perkembangan wacana perubahan iklim di pemerintah terkait program perubahan iklim.
lingkungan DPR RI relatif masih terbatas.
Dari penelusuran berita termasuk publikasi di Koordinasi antara DPR RI dan pemerintah
situs resmi DPR, eksposur dan sirkulasi wacana dalam tata kelola perubahan iklim terbilang
perubahan iklim di lingkungan DPR RI masih relatif kuat di awal proses ratifikasi
berada pada tatanan forum-forum internasional Persetujuan Paris, namun cenderung
terkait perubahan iklim yang diikuti oleh melemah dalam beberapa tahun
pimpinan DPR, terutama melalui Badan Kerja belakangan. Akibatnya, penting bagi alat
Sama Antar-Parlemen (BKSAP). Beberapa kelengkapan DPR RI untuk mengembangkan
contoh spesifik berikut dapat digarisbawahi: instrumen pengawasan khusus terkait
kebijakan iklim — mulai dari regulasi,
• Pada 2011, Marzuki Alie yang ketika itu pendanaan, hingga pelaksanaan dan
menjabat sebagai Ketua DPR RI berbicara di pengawasan kebijakan iklim.
International Youth Forum on Climate
Change (IYFCC) di Jakarta, Indonesia.
Marzuki menyuarakan pentingnya komitmen
politik pemimpin dunia, terutama negara-
negara maju, dalam mengendalikan
perubahan iklim.

• Pada 2019, delegasi DPR RI yang dipimpin


oleh anggota BKSAP Yohanis Fransiskus
Lema hadir di 19th Asia Pacific
Parliamentarians’ Conference on
Environment and Development (APPCED) di
Seoul, Korea Selatan.

• Pada 2022, Ketua DPR RI Puan Maharani


menyatakan bahwa komitmen DPR RI untuk
mendukung aksi iklim tidak akan berakhir
sebagai dokumen kebijakan saja di 144th
Assembly of the Inter-Parliamentary Union
(IPU) di Nusa Dua, Bali. Di kegiatan yang
sama, bekerja sama dengan Westminster
Foundation for Democracy (WFD), DPR RI
mengadakan forum anggota parlemen dunia
untuk mendukung Actions for Climate
Empowerment (ACE).

25
Salah satu kesulitan dalam menganalisis Pada Oktober 2017, Komisi VII DPR RI dan
keseriusan DPR RI dalam mengelola kebijakan KLHK kembali melakukan rapat kerja dengan
iklim disebabkan oleh sistem dokumentasi agenda membahas implementasi UU Ratifikasi
informasi yang buruk. Tidak ada risalah Persetujuan Paris dengan catatan berikut:
mengenai pembahasan ratifikasi yang bisa
diakses oleh publik secara bebas. Dari 1. Komisi VII DPR RI meminta Menteri LHK
dokumentasi terbatas yang ada, risalah rapat untuk mempercepat penyelesaian Peraturan
kerja Komisi VII dengan KLHK pada Februari Pemerintah (PP) terkait instrumen ekonomi
2017 mencatat diskusi yang cukup menarik lingkungan sebagai landasan hukum bagi
antara para anggota komisi dengan Menteri pendanaan perubahan iklim, khususnya
LHK Siti Nurbaya Bakar. Catatan rapat kerja dalam rangka mencapai target NDC.
tersebut menunjukkan anggota DPR RI
memiliki kepedulian terhadap perubahan iklim 2. Komisi VII DPR RI mendukung
dan mendesak agar ratifikasi Persetujuan Paris sepenuhnya pemerintah melalui Menteri LHK
dibarengi dengan koordinasi yang baik antara untuk penyelesaian aturan-aturan mengenai
parlemen dan pemerintah. Berikut adalah trust fund (dana perwalian) perubahan iklim
beberapa catatan penting dari rapat kerja ataupun lingkungan hidup.
tersebut:
Dari risalah tersebut, DPR melalui Komisi VII
1. Komisi VII DPR RI meminta Menteri LHK terbilang cukup konsisten mengawal dan
untuk mendorong tumbuhnya inovasi-inovasi memastikan UU Ratifikasi Persetujuan Paris
perubahan iklim, terutama dalam hal dijalankan secara konsisten melalui rapat kerja
adaptasi dan mitigasi bencana di masyarakat dengan kementerian. Namun, pengawalan ini
dengan mengalokasikan anggaran yang terlihat mulai berkurang pada periode DPR RI
memadai. 2019–2024. Ketika laporan ini ditulis,
berdasarkan daftar risalah rapat Komisi IV and
2. Komisi VII DPR RI meminta Menteri LHK Komisi VII yang dapat diakses di situs resmi
untuk menyampaikan secara rinci kebutuhan DPR RI, tidak tercatat satu pun pertemuan
pendanaan dan program NDC, yang pada dengan K/L terkait yang secara khusus
periode 2016–2020 ditetapkan sebesar 68 membahas implementasi UU Ratifikasi
miliar dolar AS dalam rencana kerja tahunan Persetujuan Paris.
dan laporan perkembangannya.

3. Komisi VII DPR RI meminta KLHK


sebagai focal point Indonesia ke UNFCCC
untuk mendorong pemerintah membuat
payung hukum dan mekanisme pengawasan
terhadap penggunaan dana-dana non-APBN
termasuk konsekuensi hukumnya sebagai
fungsi pengawasan atas implementasi
Persetujuan Paris.

4. Komisi VII DPR RI meminta Menteri LHK


untuk menyusun matriks skema penurunan
emisi karbon di tiap K/L terkait.

26 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Dari analisis terhadap risalah rapat serta Terkait fungsi anggaran, terdapat dua aspek
wawancara dengan beberapa tenaga ahli DPR utama yang perlu diperhatikan oleh DPR RI:
RI terkait, ditemukan bahwa DPR RI
sebenarnya cukup memperhatikan isu 1. Pendanaan yang bersumber dari APBN.
perubahan iklim dan mengekspresikan Dalam pembahasan Rencana Kerja
dukungannya dalam meningkatkan upaya Pemerintah (RKP), DPR RI perlu mengetahui
menurunkan emisi GRK serta inisiatif berapa dana APBN yang digulirkan untuk
membangun ketahanan iklim. Terkait fungsi penanggulangan perubahan iklim termasuk
legislasi, selain penetapan UU Ratifikasi rinciannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
Persetujuan Paris, DPR RI juga menginisiasi mengadopsi dan terus meningkatkan
beberapa rancangan undang-undang yang penggunaan metode penandaan anggaran
mendukung upaya mengatasi perubahan iklim iklim (green budget tagging). Pendanaan
seperti perlindungan lingkungan hidup, tersebut perlu didorong guna mendukung
kehutanan, pertanian berkelanjutan, serta inovasi-inovasi masyarakat.
energi baru dan terbarukan.
2. Pendanaan yang bersumber dari non-
Di Komisi IV DPR RI, saat ini setidaknya ada 3 APBN, khususnya hibah luar negeri. DPR RI
rancangan perubahan undang-undang terkait perlu sangat menekankan agar pendanaan
perubahan iklim, yaitu Perubahan Kedua atas diawasi dan dilaporkan oleh para penerima
UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan, kepada pemerintah untuk kemudian
Perubahan atas UU Nomor 5/1990 tentang dilaporkan secara rinci kepada DPR RI.
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Pendanaan iklim merupakan bagian dari
Ekosistemnya (KSDAHE), dan Perubahan atas
implementasi Persetujuan Paris, sehingga
UU Nomor 32/2009 tentang Pengelolaan dan
semua pengelolaannya harus dilaporkan
Perlindungan Lingkungan Hidup.
secara transparan kepada DPR RI.

Terkait fungsi pengawasan, DPR RI juga


telah mengembangkan instrumen kebijakan
untuk konsisten mengawasi dan meninjau
setiap peraturan perundang-undangan
secara berkala. Instrumen tersebut
menginventarisasi semua undang-undang dan
peraturan pelaksana yang terkait dengan
bidang atau sektor ruang lingkup kerja tiap
komisi serta informasi tentang status
pelaksanaan undang-undang dilaksanakan
oleh pemerintah.

Meskipun secara umum pelaksanaan fungsi


komisi sudah berjalan cukup baik, beberapa
hal masih perlu disiapkan untuk
meningkatkan keterlibatan DPR RI secara
menyeluruh dalam upaya mengatasi
perubahan iklim di Indonesia.

27
Temuan 5: DPR RI dapat Studi ini mengidentifikasi bahwa kebijakan
berkoordinasi dengan pemerintah dan aksi iklim yang ada belum cukup untuk
mencapai target penurunan emisi GRK
untuk melakukan aksi-aksi 2030. Kesenjangan tersebut disebabkan oleh
konkret dalam meningkatkan ketidaksesuaian antara permintaan dan
efektivitas kebijakan iklim di persediaan serta belum efektifnya koordinasi
Indonesia kebijakan untuk pendanaan iklim yang
komprehensif.17
Setelah ratifikasi Persetujuan Paris,
pemerintah Indonesia terus Temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa
mengembangkan berbagai kebijakan dalam peran DPR RI untuk mendorong pemerintah
rangka adaptasi dan perubahan iklim, meningkatkan ambisi dan percepatan
peningkatan kapasitas kelembagaan dan penanganan perubahan iklim semakin
sumber daya manusia, serta pengembangan dibutuhkan. Dengan kerangka pengawasan
berbagai sistem yang diperlukan.16 melalui pemantauan dan peninjauan
Pemerintah Indonesia juga sudah melakukan pelaksanaan UU, DPR RI dapat lebih
mobilisasi pendanaan iklim dengan berbagai mengoptimalkan kembali fungsi-fungsinya
instrumennya. Walaupun koordinasi dan untuk memastikan pemerintah akuntabel dalam
konsolidasi pendanaan iklim masih menjadi memenuhi komitmen yang telah disusun.
tantangan, saat ini pemerintah telah Beberapa langkah tersebut termasuk
membentuk Badan Pengelola Dana peningkatan intensitas dan kualitas ruang-
Lingkungan Hidup (BPDLH) dan menerbitkan ruang koordinasi antara pemerintah dan DPR
Peraturan Presiden tentang Nilai Ekonomi RI serta penyediaan dukungan materi dan
Karbon. bukti-bukti basis kebijakan yang kuat oleh
Badan Keahlian (BK) dan para Tenaga Ahli (TA)
DPR RI.18

Tabel 5. Potensi peningkatan keterlibatan DPR dalam isu perubahan Iklim secara umum

Fungsi Potensi Peningkatan Keterlibatan Lintas Komisi DPR RI

1. Mengidentifikasi kebutuhan legislasi untuk meningkatkan serta mendorong


hasil optimal dari komitmen perubahan iklim Indonesia.
Legislasi
2. Menginisiasi perumusan undang-undang tentang perubahan iklim.
3. Sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan perubahan iklim.

1. Mendukung/mengusulkan peningkatan alokasi anggaran untuk aktivitas


yang terbukti efektif mengurangi/menyerap emisi GRK.15
Anggaran 2. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi
pembiayaan iklim dari berbagai sumber pendanaan dan memperkuat
lembaga pengelola dana lingkungan hidup (Mafira, Mecca & Muluk).

1. Membuat instrumen khusus untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang


dan peraturan terkait dengan perubahan iklim.
Pengawasan
2. Mendesak pemerintah untuk menyediakan repositori informasi pelaksanaan kebijakan
dan pembiayaan perubahan iklim nasional yang bisa diakses publik secara bebas.

28 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Tabel 6. Contoh usulan agenda dan pertanyaan dalam koordinasi DPR RI dan pemerintah

Unsur DPR RI Usulan Agenda Usulan Pertanyaan

• Sejak diratifikasi pada 2016, sudah sejauh mana perkembangan


• Perkembangan pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan Paris?
implementasi
Pimpinan • Apa saja kebijakan pemerintah yang sudah diterapkan sebagai
pelaksanaan UU
DPR RI implementasinya?
ratifikasi Persetujuan
Paris. • Dukungan apa yang diperlukan dari DPR RI dalam memastikan
pelaksanaannya?

• Sejauh mana pemerintah telah berhasil mencapai target


penurunan emisi GRK?
1. Perkembangan • Apakah target tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan
Pencapaian Target kerangka waktu 2030?
Penurunan Emisi
• Skenario apa saja. yang sudah disiapkan dan dijalankan
GRK sesuai kerangka
untuk mencapai target tersebut?
NDC 2030.
Pimpinan dan
• Bagaimana perkembangan penurunan emisi menurut
Anggota Komisi 2. Upaya dan
sektor-sektor prioritas?
IV DPR RI perkembangan
penurunan emisi GRK • Apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
sektor lahan dan penurunan emisi GRK?
kehutanan.
• Apa yang sudah dilakukan untuk menanggapi kendala
dan tantangan tersebut?
• Dukungan apa yang diperlukan dari DPR RI untuk
mempercepat pencapaian target penurunan emisi GRK?

1. Percepatan transisi
energi baru dan
Pimpinan dan terbarukan.
• Bagaimana perkembangan penurunan emisi GRK di sektor
Anggota Komisi 2. Upaya dan energi?19
VII DPR RI perkembangan
penurunan emisi GRK
sektor energi.

• Rancangan seperti apa yang dibuat oleh Bappenas


dan Kementerian Keuangan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan iklim?
• Berapa besar pendanaan iklim yang sudah dibelanjakan
hingga saat ini sejak ratifikasi Persetujuan Paris?
Dari mana saja sumber pendanaan tersebut?
Alokasi Anggaran dan • Siapakah yang selama ini mengelola dana tersebut dan
Pimpinan dan
Koordinasi Pendanaan bagaimana pelaksanaannya?
Anggota Komisi
Iklim untuk mencapai
XI DPR RI • Evaluasi seperti apa yang telah pernah dilakukan terhadap
target NDC 2030.
pendanaan iklim?
• Apakah ada proses verifikasi terhadap hasil penurunan emisi
GRK yang dibiayai oleh pendanaan-pendanaan tersebut?
• Bagaimana pendanaan iklim dari berbagai sumber
dikoordinasikan agar tidak tumpang tindih serta dilaksanakan
secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel?

29
Gambar 5. Rekomendasi kerangka kerja peningkatan peran DPR RI dalam kebijakan iklim

Pemerintah Indonesia Memenuhi Komitmen


Persetujuan Paris 2030 (UU No. 16/2016)

Fungsi Legislasi Fungsi Anggaran Fungsi Pengawasan

Memastikan sinkronisasi Memastikan terpenuhinya Memastikan akuntabilitas


dan harmonisasi berbagai alokasi dan efektivitas dan transparansi
undang-undang terkait koordinasi pendanaan iklim pelaksanaan regulasi dan
perubahan iklim dan secara komprehensif pendanaan iklim
peraturan pelaksanaannya

Target pelaksanaan fungsi DPR RI terkait perubahan iklim

Rapat Kerja Komisi Rapat Dengar Pendapat Kunjungan Kerja

Mengangkat isu, target, Pendalaman isu, data, dan Verfikasi isu/data,


rencana kegiatan, dan informasi pembanding pemantauan lapangan,
anggaran perubahan iklim terkait perubahan iklim dan penyerapan aspirasi/
pengaduan

Ruang koordinasi pemerintah dan DPR RI

Inventarisasi dan analisis Analisis efektivitas dan Intrumen transparansi dan


kebijakan perubahan iklim koordinasi pendanaan iklim pengawasan pelaksanaan
kebijakan dan pendanaan
iklim

Dukungan penyediaan materi dan pengelolaan pengetahuan oleh


Badan Keahlian (BK) dan Tenaga Ahli (TA) DPR RI

30 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Kesimpulan

Terdapat 4 (empat) kesimpulan utama 3. DPR RI memiliki potensi dan fungsi yang
dari studi ini: tepat untuk dapat meningkatkan keseriusan
Indonesia dalam aksi perubahan iklim.
1. Perubahan iklim adalah konsep yang Terdapat beberapa cara bagi tiap alat
sulit dicerna masyarakat umum, sehingga kelengkapan DPR RI untuk meningkatkan
belum mendapatkan perhatian politik yang pengawasan terhadap ambisi dan aksi iklim
signifikan di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia. Salah satunya adalah dengan
oleh (1) sains terkait perubahan iklim yang memiliki persiapan yang matang dengan
cukup rumit, sulit dijelaskan dalam konteks basis bukti yang kuat untuk menyusun daftar
lokal, dan pemahaman yang terus pertanyaan kunci ketika melakukan
berkembang; (2) narasinya yang sulit pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan
disederhanakan dan dikomunikasikan oleh iklim di berbagai sektor.
kalangan ahli kepada pemerintah dan
masyarakat umum; serta (3) masih minimnya 4. Dari analisis terhadap risalah rapat serta
pemahaman masyarakat Indonesia akan wawancara dengan beberapa tenaga ahli,
urgensi isu perubahan iklim. ditemukan bahwa DPR RI cukup
memperhatikan isu perubahan iklim dan
2. Ambisi iklim Indonesia cenderung mengekspresikan dukungan berdasarkan
tertinggal dari negara-negara lain dengan fungsinya. Komisi IV DPR RI, misalnya, aktif
karakteristik serupa. Kendati ambisi iklim dalam melakukan legislasi terhadap
kebanyakan negara yang diukur dalam studi persoalan lingkungan hidup yang
ini juga masih terbilang belum kompatibel berpengaruh langsung terhadap perubahan
dengan komitmen Persetujuan Paris, ambisi iklim. Dalam konteks fungsi anggaran, DPR
iklim Indonesia masih berada di bawah rerata RI perlu menguatkan pengawasan
ambisi iklim negara-negara hutan tropis, pendanaan iklim baik yang bersumber dari
ekonomi baru, dan anggota ASEAN. APBN maupun non-APBN, terutama yang
bersifat hibah dari luar negeri. Sementara itu,
terkait fungsi pengawasan, DPR RI telah
mengembangkan instrumen kebijakan untuk
mengawasi dan meninjau pelaksanaan
undang-undang dan aturan pelaksananya.

31
REKOMENDASI

Berikut adalah beberapa rekomendasi 2. Meningkatkan koordinasi DPR RI dan


langkah yang perlu diprioritaskan pemerintah dengan agenda mendesak
berdasarkan berbagai temuan dalam akuntabilitas pelaksanaan UU Ratifikasi
studi ini: Persetujuan Paris. Penelusuran terhadap
hasil-hasil kesepakatan pemerintah dan
1. Meningkatkan pemahaman dan DPR RI terkait pelaksanaan ratifikasi
kapasitas internal DPR RI terkait Persetujuan Paris perlu dilakukan dan
perubahan iklim serta perkembangan diangkat kembali terutama antara Komisi
pelaksanaan kebijakan iklim di Indonesia. IV dan KLHK sebagai focal point
Hal ini dapat dilakukan melalui penugasan kesepakatan ini melalui kegiatan berikut:
penyediaan materi dan pengelolaan
pengetahuan oleh Badan Keahlian dan/ • Rapat kerja komisi: utamanya untuk
atau Tenaga Ahli untuk hal-hal berikut: mengangkat isu-isu terkini perubahan iklim,
pencapaian target komitmen iklim
• Inventarisasi dan analisis kebijakan Indonesia, serta rencana kegiatan dan
perubahan iklim dari undang-undang anggaran perubahan iklim. Rapat kerja
hingga aturan turunan di tingkat daerah. komisi adalah salah satu mekanisme
Pada saat ini, kesenjangan antara koordinasi yang perlu diprioritaskan,
pengawasan upaya pengendalian terutama dengan K/L yang masih
perubahan iklim pasca ratifikasi Persetujuan cenderung kurang terkoordinasi satu sama
Paris merupakan prioritas utama. lain.

• Analisis efektivitas dan koordinasi • Rapat dengar pendapat: utamanya untuk


pendanaan iklim, penajaman instrumen mendalami isu-isu sektoral serta aktivitas
transparansi, serta pengawasan komparasi data dan informasi perubahan
pelaksanaan kebijakan dan pendanaan iklim.
iklim. DPR RI perlu memperkuat koordinasi
dengan pemerintah dalam rangka • Kunjungan kerja: utamanya untuk
memantau dan memastikan bahwa setiap memverifikasi isu/data, pemantauan
rupiah APBN yang mengalir untuk aksi iklim lapangan untuk proyek-proyek iklim, serta
menghasilkan nilai pengembalian positif menyerap aspirasi dan pengaduan
dalam mengurangi dampak perubahan masyarakat terkait perubahan iklim.
iklim.

• Melakukan langkah-langkah konkret untuk


meningkatkan pamor politik isu perubahan
iklim di dalam DPR RI serta di tengah
masyarakat luas. Menimbang adanya
peningkatan popularitas aktivisme iklim
utamanya di kalangan orang muda urban di
Indonesia, perubahan iklim dapat
ditransformasi menjadi modal politik yang
kuat di DPR RI.

32 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
3. Mempertajam proses pengawasan
pemerintah menggunakan pertanyaan-
pertanyaan kunci terkait isu perubahan
iklim di Indonesia.20 Menimbang
dampaknya yang besar terhadap
perubahan iklim, pertanyaan-pertanyaan
yang ditawarkan oleh laporan ini terbagi ke
dalam tiga tujuan utama, yaitu:

• Pada sektor pembiayaan, DPR RI perlu


memastikan bahwa pemerintah memiliki
strategi berkelanjutan untuk mendapatkan
dana non-APBN untuk menunjang berbagai
pembangunan, kegiatan, dan inisiatif-
inisiatif mengembangkan inovasi mengatasi
dampak perubahan iklim.

• Pada sektor kehutanan, DPR RI perlu


menagih bukti efektivitas program
pengurangan deforestasi dari KLHK dan
memastikan keterlibatan masyarakat,
terutama masyarakat adat, dalam berbagai
proses pengambilan keputusan.

• Pada sektor energi, DPR RI perlu membantu


pemerintah dalam memantau penutupan
pembangkit listrik bertenaga batu bara
selagi terus memastikan percepatan transisi
ke energi baru dan terbarukan.

33
Rencana peningkatan koordinasi DPR RI dan
pemerintah dalam tata kelola perubahan iklim

DPR RI sebagai lembaga legislatif memiliki Peningkatan peran DPR RI dalam upaya
kewenangan dan kapasitas yang memadai mengatasi perubahan iklim dilakukan dengan
untuk mengawal pemerintah dalam mengoptimalkan fungsi-fungsi dasarnya––
melaksanakan ketentuan-ketentuan UU legislasi, anggaran, dan pengawasan––dalam
Ratifikasi Persetujuan Paris guna memenuhi mengawal pelaksanaan UU Ratifikasi
komitmen perubahan iklim yang tertuang Persetujuan Paris. Pelaksanaan ketiga fungsi
dalam Nationally Determined Contribution tersebut melekat pada setiap anggota,
(NDC) sesuai target dan alur waktu yang sudah pimpinan, dan alat kelengkapan DPR RI.
dijanjikan. Pimpinan, anggota, dan alat
kelengkapan DPR RI perlu secara konsisten Pada aspek regulasi, DPR RI perlu
mengawal pemenuhan komitmen ini dengan mendorong dan memastikan terjadinya
mengoptimalkan fungsi-fungsi, ruang-ruang sinkronisasi dan harmonisasi berbagai undang-
koordinasi, dan sumber daya yang tersedia. undang sektoral terkait perubahan iklim. seperti
UU Kehutanan, UU Pertanian, UU Perkebunan,
Beberapa pertanyaan pokok terkait pemenuhan UU Energi, dan lain-lain agar sejalan dengan
komitmen ini di antaranya: upaya pemenuhan komitmen Persetujuan Paris
yang ditetapkan pemerintah. Termasuk di
1. Sejauh mana pemerintah telah berupaya dalamnya yakni memastikan pemerintah
mencapai target penurunan emisi GRK? menerbitkan berbagai peraturan pelaksanaan
dan membentuk kelembagaan yang
2. Apakah target tersebut dapat dipenuhi diamanatkan setiap UU tersebut. Jika
sesuai dengan tenggat waktu 2030? diperlukan, DPR RI dapat menginisiasi undang-
undang khusus tentang perubahan iklim dan/
3. Apa saja skenario yang sudah dijalankan atau mendorong percepatan pembahasan dan
untuk mencapai target tersebut? penetapan UU terkait yang mendukung
pencapaian target NDC.
4. Apa kendala dan tantangan yang
dihadapi dalam mencapai target tersebut?

5. Apa yang dilakukan/disiapkan dalam


menghadapi kendala tantangan tersebut?

6. Dukungan apa yang diperlukan DPR RI


untuk mengawal pencapaian target tersebut?

34 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Pada aspek pendanaan, pemerintah sudah Dalam hal koordinasi dengan pemerintah, DPR
menyusun peta jalan dan skenario untuk RI dapat memprioritaskan 3 jalur utama. Melalui
mencapai pemenuhan target pengurangan rapat kerja komisi, DPR dapat berkoordinasi
emisi hingga 2030. Pembiayaan iklim sendiri dengan presiden, menteri, dan/atau pimpinan
merupakan komponen krusial untuk mencapai K/L lainnya yang terkait dengan urusan-urusan
target tersebut. Akan tetapi, kesenjangan antara tertentu. Oleh sebab itu, rapat kerja komisi
kebutuhan pembiayaan iklim dengan merupakan forum koordinasi yang strategis.
ketersediaan dana publik masih sangat besar. Berkaca dari pengalaman rapat kerja antara
DPR RI perlu mendorong pemerintah untuk Komisi VII dan KLHK pada proses pembahasan
memastikan terlaksananya peta jalan RUU Ratifikasi Persetujuan Paris yang terlihat
pemenuhan target NDC melalui dukungan cukup efektif, rapat kerja komisi perlu
anggaran dan koordinasi pendanaan iklim yang ditingkatkan intensitasnya dan diperluas
efisien dan efektif. Koordinasi pendanaan iklim cakupannya menimbang isu perubahan iklim
yang melibatkan berbagai aktor (publik dan yang memiliki keterkaitan dengan berbagai
swasta) dengan sumber pendanaan iklim sektor, terutama Komisi IV, VII, dan XI. Beberapa
beragam (dalam dan luar negeri) wajib materi pokok bahasan di antaranya:21
mendapat perhatian dan pengawalan dari DPR
RI agar alokasi pendanaan terjamin efisien, 1. Meminta laporan perkembangan
efektif, akuntabel, dan transparan. penurunan emisi GRK dan strategi
pemenuhan target NDC 2030.
Pada aspek transparansi dan akuntabilitas,
sesuai dengan mandat UU Ratifikasi 2. Mengevaluasi dan menetapkan target
Persetujuan Paris, setiap aksi dan sumber daya penurunan emisi tahunan.
yang dikerahkan guna mengatasi dampak
perubahan iklim wajib dikomunikasikan secara 3. Membahas dan menetapkan kegiatan-
transparan kepada publik. Sejalan dengan itu, kegiatan prioritas mitigasi dan adaptasi
DPR RI perlu mengawasi pemerintah agar perubahan iklim serta dukungan alokasi
menjaga prinsip transparansi dan akuntabilitas anggaran dan strategi pendanaan iklim.
dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan
menggunakan anggaran melalui 4. Mengangkat isu perubahan iklim lainnya.
pengembangan sistem informasi pendanaan
iklim yang terintegrasi. Hal ini akan
memudahkan publik untuk berpartisipasi aktif
mengawasi pengelolaan dana iklim secara
efektif dan efisien.

35
Melalui rapat dengar pendapat, komisi dapat Melalui kunjungan kerja di luar masa sidang,
memperkuat perannya dengan melibatkan DPR RI dapat mengoptimalkan kesempatan
pejabat eselon 1 yang ditujukan untuk menemui konstituen atau para pihak yang
melakukan pendalaman isu atau materi yang relevan, terutama kelompok-kelompok rentan
dibahas pada rapat kerja dengan presiden, yang terdampak besar oleh perubahan iklim.
menteri, dan/atau pimpinan K/L lainnya. Selain Hasil-hasil kunjungan kerja kemudian dapat
itu, komisi juga dapat mengadakan rapat digunakan sebagai bahan pembahasan dengan
dengar pendapat umum melibatkan kementerian terkait pada rapat kerja komisi.
perseorangan, kelompok, organisasi (terutama Beberapa agenda utama yang dapat
organisasi masyarakat sipil), dan/atau badan diprioritaskan dalam kegiatan kunjungan kerja
swasta. Hasil-hasil rapat dengar pendapat di luar masa sidang di antaranya:
kemudian dapat digunakan sebagai materi
bahasan dengan K/L terkait dalam rapat kerja 1. Verifikasi isu dan data terkait perubahan
komisi untuk disikapi dan diambil keputusan. iklim di lapangan.
Beberapa agenda yang diprioritaskan di
antaranya: 2. Pemantauan dan peninjauan
pelaksanaan kebijakan dan anggaran
1. Melakukan pendalaman isu perubahan perubahan iklim oleh K/L dan pemerintah
iklim di Indonesia. serta dukungan dari organisasi masyarakat
dan swasta.
2. Mendapatkan data dan informasi
pembanding terkait dengan kondisi dan 3. Menyerap aspirasi dan pengaduan
dampak perubahan iklim. masyarakat terkait dampak perubahan iklim.

3. Menerima masukan terkait strategi dan DPR RI juga memiliki kapasitas yang memadai
kebijakan mengatasi perubahan iklim yang untuk mengembangkan pusat data dan
efektif dan efisien. informasi terkait perubahan iklim. Di bawah
Badan Keahlian (BK) DPR RI, terdapat
4. Menerima laporan atau pengaduan beberapa institusi yang dapat dioptimalkan
terkait pelaksanaan kebijakan iklim oleh untuk mengembangkan hal tersebut, yakni
pemerintah. Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-
Undang (Puspanlak), Pusat Kajian Anggaran
(PKA), Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara (PKAKAN), Pusat Perancangan
Undang-Undang (PUU), dan Pusat Penelitian
(Puslit). BK dan para tenaga ahli DPR RI
berperan penting dalam menyediakan materi
yang menjadi bahan pembahasan dalam rapat
kerja maupun rapat dengar pendapat, sehingga
penting mereka memahami kerangka kerja dan
kebijakan yang ada terkait upaya pengendalian
perubahan iklim di Indonesia. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan BK DPR RI
untuk mendukung peningkatan peran DPR
dalam mendorong pelaksanaan kebijakan iklim
di antaranya:

36 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
1. Mengkaji, menganalisis, dan menyusun Hasil-hasil analisis tersebut wajib dikerjakan
laporan pemantauan pelaksanaan UU yang secara independen dan dilaporkan kepada
terkait dengan perubahan iklim, khususnya pimpinan dan alat kelengkapan DPR RI
UU Ratifikasi Persetujuan Paris dan beberapa sehingga dapat ditindaklanjuti melalui
UU sektoral terutama di bidang kehutanan, koordinasi dengan pemerintah. Para analis,
perlindungan lingkungan hidup, pertanian peneliti, dan tenaga ahli yang berada di bawah
berkelanjutan, dan energi. koordinasi BK DPR RI perlu mendorong agar
data dan informasi yang diproduksi tersebut
2. Melakukan inventarisasi berbagai digunakan untuk merumuskan agenda rapat
kebijakan dan regulasi perubahan iklim, dan kegiatan anggota, pimpinan, dan alat
mulai dari UU dan peraturan pemerintah kelengkapan DPR RI, misalnya dengan
hingga peraturan-peraturan teknis di tingkat menyiapkan ringkasan kebijakan (policy brief )
daerah. dan pedoman pertanyaan kunci sebagaimana
dicontohkan dalam laporan ini.
3. Melakukan analisis kebijakan iklim,
termasuk mengidentifikasi kesenjangan,
peluang, dan tantangan pencapaian target
penurunan emisi GRK sesuai NDC.

4. Melakukan analisis terhadap penandaan


anggaran iklim oleh pemerintah untuk
mengetahui sejauh mana kesenjangan
alokasi dan pelaksanaan pendanaan iklim di
tiap-tiap K/L terkait.

5. Menganalisis efektivitas koordinasi


pendanaan iklim Indonesia, terutama dalam
hal sinkronisasi dan koordinasi pendanaan
yang disediakan baik melalui pendanaan
pemerintah maupun pendanaan swasta dari
sumber dalam dan luar negeri.

6. Mengembangkan instrumen Scan to read


pemantauan pelaksanaan berbagai kebijakan the annex document
dan pendanaan iklim agar pengelolaan dan
penggunaannya transparan dan dapat
diakses bebas oleh masyarakat.

Or visit

www.wfd.org/UKPACT-annexes

37
Daftar Pustaka Catatan Akhir

Goldberg, M. H., Gustafson, A., & Linden, S. v. (2020) 1. Lihat https://climateactiontracker.org.


“Leveraging Social Science to Generate Lasting
Engagement with Climate Change Solutions.” One Earth 2. Lihat https://www.climatewatchdata.org.
(3), 314–324. 3. Lihat https://climateanalytics.org.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2021) Data 4. Melalui disahkannya Perpres 60 Tahun 2011 tentang
Realisasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri 2012–2019 . Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN GRK).
Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
5. Melalui disahkannya Perpres 98 Tahun 2021 tentang
Leiserowitz, A., Carman, J., & Rosenthal, S. (2021) Nilai Ekonomi Karbon (NEK).
International Public Opinion on Climate Change. New
Haven: Yale Program on Climate Change Communication 6. Ketika proses diskusi pembuatan Rencana Kerja
and Facebook Data for Good. Pemerintah (RKP) dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Mafira, T., & Sutiyono, G. (2015) Improving Land
Productivity through Fiscal Policy: A Framework of 7. Berdasarkan beberapa referensi permodelan seperti
Analysis. San Francisco: Climate Policy Initiative. Climate Action Tracker, Climate Watch Data, dan
Climate Analytics.
Mafira, T., Larasati, L., Mecca, B., Haesra, A., & Meattle, C.
(2021). Assessing Jakarta’s Climate Investments. London: 8. Untuk data lengkap skor ambisi tiap negara yang
Cities Climate Finance Leadership Alliance. menjadi fokus studi ini, lihat Lampiran 3.

Mafira, T., Mecca, B., & Muluk, S. (2020) Indonesia 9. Lihat Lampiran 2.
Environmental Fund: Bridging the Financing Gap in
10. Lihat Lampiran 4.
Environmental Programs. San Francisco: Climate Policy
Initiative. 11. Kebijakan terkait masih berupa rancangan pada saat
laporan ini ditulis (Juni 2022).
Naran, B., Fernandes, P., Padmanabhi, R., Rosane, P.,
Solomon, M., Stout, S., … Buchner, B. (2021) Global 12. Kebijakan terkait masih berupa rancangan pada saat
Landscape of Climate Finance 2021. San Francisco: laporan ini ditulis (Juni 2022).
Climate Policy Initiative.
13. Kebijakan terkait masih berupa rancangan pada saat
Palmer, T., & Stevens, B. (2019) “The Scientific Challenge laporan ini ditulis (Juni 2022).
of Understanding and Estimating Climate Change.”
Proceedings of the National Academy of Sciences, 14. Lihat Lampiran 4.
24390–24395. 15. Dapat merujuk ke daftar aktivitas iklim berbasis bukti
The Working Group III (2022) Climate Change 2022: yang diidentifikasi oleh IPCC.
Mitigation of Climate Change. Intergovernmental Panel 16. Lihat Lampiran 2.
on Climate Change.
17. Lihat Tabel 3 untuk tantangan yang lebih spesifik
Wijaya, E., Haesra, A., & Mecca, B. (2020) Enhancing pada level teknis pelaksanaan.
Decentralized Renewable Energy Investment to Achieve
Indonesia’s Nationally Determined Contribution. San 18. Lihat Gambar 5.
Francisco: Climate Policy Initiative.
19. Lihat Tabel 3 – Sektor Energi untuk pertanyaan
Wills, R. (2018) “How Members of Parliament Understand lainnya.
and Respond to Climate Change.” The Sociological
Review, 475–971. 20. Lihat Tabel 3, Lampiran 2, dan Lampiran 4 untuk
daftar pertanyaan lengkap dan contoh
penggunaannya.
21. Beberapa pokok bahasan dan contoh pertanyaan
lebih dalam dapat dilihat di Lampiran 2.

38 Peran DPR RI dalam Memperkuat Ambisi dan Aksi Iklim Nasional Indonesia
Westminster Foundation for Democracy (WFD) is the UK
public body dedicated to supporting democracy around
the world. Operating internationally, WFD works with
parliaments, political parties, and civil society groups
as well as on elections to help make political systems fairer,
more inclusive and accountable.

www.wfd.org
@WFD_Democracy
@WestminsterFoundation

Scan here to sign up to WFD news

Westminster Foundation for Democracy is


an executive Non-departmental Public Body
sponsored by the Foreign, Commonwealth
& Development Office.

Westminster Foundation for Democracy Limited, Clive House, 70 Petty France, London, SW1H 9EX, United Kingdom

Anda mungkin juga menyukai