Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat-Nyalah maka kami

dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan Demam Kejang. Penulisan asuhan keperawatan ini

merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Anak I.

Kami juga mengakui dengan selesainya makalahini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar

besarnya kepada yang telah memberikan pengarahan dan dorongan serta ilmu dalam menyelesaikan makalah

ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan

maupun dari segi materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki untuk lebih banyak belajar untuk itu

kritik, masukan, dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penempurnaan pembuatan asuhan

keperawatan ini.

Timika, 13 April 2016

Penyusun

( kelompok 4 )

KEJANG DEMAM 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………...………………………………………...……I

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...2

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….3

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………...3

B. Tujuan ………………………………………………………………………………………………...4

BAB II : TINJAUAN TEORI………………………………………………………………………………….5

A. Konsep Dasar Medik…………………………………………………………………………………..5

1. Pengertian ………………………………………………………………………………………...5

2. Anatomi Fisiologi ………………………………………………………………………………...5

3. Etiologi……………………………………………………………………………………………9

4. Klasifikasi…………………………………………………………………………………………9

5. Patofisiologi ……………………………………………………………………………………..10

6. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………………..11

7. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………………….11

8. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………………....…..12

9. Komplikasi………………………………………………………………………………………14

10. Pathway………………………………………………………………………………………….15

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………16

1. Pengkajian……………………………………………………………………………………….16

2. Diagnose Keperawatan…………………………………………………………………………..18

3. Intervensi dan Rasional………………………………………………………………………….19

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………………........…25

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………..25

B. Saran………………………………………………………………………………………………….25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………...26

KEJANG DEMAM 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam pada anak adalah suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang

tua karena kejadian yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang

demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38 oC) yang disebabkan

oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan

kejang atau tidak.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak.

Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran

pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.

Dari penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %,

artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Insiden terjadinya

kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak

yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering

didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita

didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.

(ME. Sumijati, 2000;72-73)

Kejadian kejang demam di Amerika Serikat, Amerika selatan, Eropa barat diperkirakan 2-

4%. Dalam 25 tahun terakhir terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia

kurang lebih 2 tahun (17-23 bulan). (kadafi. 2013).

Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6

bulan-5 tahun pada tahun 2012-2013. Di provinsi jawa tengah mencapai 2-3% dari anak yang

berusia 6 bulan-5 tahun pada tahun 2012-2013. (Depkes Jateng 2013)

KEJANG DEMAM 3
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan

aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga

diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan

kebutuhan penanganannya.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit kejang
demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada anak.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatn dengan kejang demam serta

factor-faktor yang berhubungan dengan masalh tersebut.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan nefrotik sindrom,

maka mahasiswa diharapkan mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kejang demam

b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan kejang demam

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kejang deman

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kejang demam

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan kejang demam

KEJANG DEMAM 4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal

lebih dari 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan

yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut

kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.

Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi

bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang

terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

KEJANG DEMAM 5
1) Sel Saraf (Neuron)

Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan impuls

listrik. Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat

exitability, artinya siap memberi respon apabila terstimulasi. Salah satu sel saraf

mempunyai badan sel (sama) yang mempunyai satu atau lebih tonjolan(dendrit).

Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu atau dua ekspansi yang

sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu neuron.

2) Sistem Saraf Pusat (Central Neuron Sistem)

Sistem saraf pusat (central neuron sistem) terdiri atas otak dan medulla spinalis.

Dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi CNS. Meningen

terdiri atas 3 (tiga) lapis yaitu terdapat rongga-rongga (space) yaitu :

a) Rongga epidural (epidural space). Berada diantara tulang tengkorak dan durameter.

Rongga ini berisi pembulu darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai

bantalan.

b) Rongga subdural (subdural space). Berada diantara diameter dan arachnoid yang

berisi cairan serosa.

c) Rongga sub arachnoid (subarachnoid space). Terdapat diantara arachnoid dan

plameter, berisi cairan serebrospinalis.

Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interprestasi, intekrasi,

koordinasi dan inisiasi berbagai impuls saraf. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum),

otak kecil (cerebellum) dan batang otak (brainstem).

a) Cerebrum (otak besar)

Terdiri dari dua belahan yang disebut Hemipherium cerebri dan keduanya

dipisahkan oleh fissure longitudinalis cerebri menjadi hemisfer kanan dan kiri.

Hemisfer cerebri dibagi menjadi lobus – lobus yang diberi nama sesuai dengan

tulang diatasnya, yaitu :

1) Lobus frontalis

2) Lobus parietalis

KEJANG DEMAM 6
3) Lobus occipitalis

4) Lobus temporalis

b) Batang otak (brainstem)

Terdiri atas diencephalons, mid brain, pond, medulla oblongata merupakan

tempat berbagai macam pusat vital seperti pernapasan pusat vasemotor, pusat

pengaturan kegiatan jantung, pusat muntah, bersin dan batuk.

c) Cerebellum (otak kecil)

Terletak dibagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior dibawah

lapisan cluaramer. Tentrium cerbelli, dibagian depannya terdapat batang otak. Berat

cerebellum sekitar 150 gram atau ±8% dari berat batang otak seluruhnya.

Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisfer cerebella kanan dan kiri yang dipisahkan

oleh vesmis. Fungsi cerebellium pada umumnya adalah mengkoordinasi gerakan-

gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.

3) Pembuluh darah

Otak merupakan organ tubuh yang bekerja terus-menerus tentu membutuhkan suplai

darah yang cukup terdiri secara kontinu agar fungsi otak berlangsung dengan baik.

Jaringan otak mendapat suplai darah dari dua arteri besar yaitu arteri carotis intra kanan

dan kiri dan arteri vertebralis kanan dan kiri.

4) Cairan Otak (cerebro spinalis fluid)

Di dalam jaringan otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang

disebut ventrikulus yang berisi cairan otak. Cairan otak terdapat dalam spantum

subaracnoidal dan ventrikulus. Cairan otak diproduksi oleh flexus choroideus

ventrikulus lateralis kanan kemudian masuk ke dalam ventrikulus lateralis, dari

ventrikulus lateralis kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen luscka dan

bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen megendie. Fungsi cairan otak

adalah sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau terutama

kepala,mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10-20 mmHg serta

memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah di otak.

KEJANG DEMAM 7
b. Fisiologi

Sistem persyarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk

sistem saraf pusat perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis

sedangkan sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar ssp yang membawa

pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Stimulasi (rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik

yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai

perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap

seimbang, upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf

disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan

terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.

Stimulasi diterima oleh reseptor ( penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya

akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls

diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (respon) kembali melalui sistem saraf tepi

menuju efektor yang berfungsi pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa

jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi

oleh kemauan (involunter).

Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatik sedangkan involunter

melibatkan sistem saraf otonom yang berfungsi sebagai efektor dari sistem saraf somatic

adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.

Secara garis besar sistem saraf mempunyai 4 (empat) fungsi tentang :

1) Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf

sensori (afferent sensory pathway).

2) Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dari sistem saraf pusat.

3) Mengelolah informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupun diotak

untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon).

4) Menghantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (effereny motorik pathway)

ke organ-organ tubuh sebagai control atau modifikasi dari tindakan.

KEJANG DEMAM 8
3. Etiologi

Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui dengan

pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yang tinggi. Demam yang

terjadi sering disebabkan oleh :

a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

b. Gangguan metabolic

c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.

d. Keracunan obat

e. Faktor herediter

f. Idiopatik.

4. Klasifikasi

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun,

insidens tertinggi pada umur 18 bulan.

Kejang demam dibagi atas :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure).

1) Berlangsung singkat (< 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri.

2) Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik), tanpa gerakan fokal.

3) Kejang hanya sekali / tidak berulang dalam 24 jam.

4) Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.

b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

1) Berlangsung lama (> 15 menit).

2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.

3) Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

KEJANG DEMAM 9
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih

dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8 %

bangkitan kejang demam.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didauhului kejang parsial.

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang

anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.

5. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam

waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat

teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat

meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut

neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak

berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari

15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi

otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh

metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu

tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan

selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan

peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan

timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah

medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat

menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang

demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi

epilepsi.

KEJANG DEMAM 10
6. Manifestasi Klinis

a. Suhu anak tinggi.

b. Anak pucat / diam saja

c. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.

d. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.

e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan

fokal.

f. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )

g. Anak hilang kesadaran

h. Sulit bernapas

i. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan

j. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. EEG (Elektroesenfalografi)

Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik,

melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.

b. CT SCAN

Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.

c. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan

kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis

d. Laboratorium

Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila

ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

KEJANG DEMAM 11
8. Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :

a. Pengobatan Fase Akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk

mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.

Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi

jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan

intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan

1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,

hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila

diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5

mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila

tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena

perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan

dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan

langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1

tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis

rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk

hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum

membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa

dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan

kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkan fenitoin

dengan dosis 4-8mg/Kg BB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

KEJANG DEMAM 12
b. Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian

kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai

meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.

c. Pengobatan profilaksis

Ada 2 cara profilaksis, yaitu: (1) profilaksis intermiten saat demam atau, (2) profilaksis

terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian

diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien

demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg

(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping

diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2)

yaitu :

1) sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau

perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)

2) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara

dan menetap.

3) Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.

4) bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang

multiple dalam satu episode demam.

KEJANG DEMAM 13
9. Komplikasi

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :

a. Kerusakan sel otak

b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat

unilateral

c. Kelumpuhan

d. Apnea

e. Depresi pusat pernapasan

f. Relaksasi mental

g. Terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis.

h. besar mengalami epilepsi.

KEJANG DEMAM 14
10. pathway

Infeksi bakteri Rangsangan mekanik dan


virus dan parasit biokimia. Gangguan Susunan saraf pusat
keseimbangan cairan dan terganggu
elektrolit
Reaksi Inflamasi Hiperterm
Hambatan pada
Perubahan konsentrasi pusat pernapasan
Proses demam ion diruang ekstraseluler

Spasme bronkus
Resiko kejang Ketidakseimbangan potensial
berulang membran ATP ASE
Hipoksia

Resiko keterlambatan Perubahan difusi


perkembangan Na+dan K+ Dispnea, sekresi Kelemahan

Pelepasan muatan listrik semakin


meluas keseluruh sel maupun Perubahan beda
membrane sel sekitarnya dengan potensial membran Ketidakefektifan Intoleransi
bantuan neurotransmiter sel neuron pola nafas/
bersihan jalan

Kejang

Kurang Dari 15 menit (KDS) Lebih Dari 15 menit (KDK)

Kesadaran Menurun Perubahan suplai


darah ke otak

Resiko
Resiko Kerusakan sel neuron
otak

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

KEJANG DEMAM 15
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dan asuhan keperawatan dalam asuhan keperawatan

sebagai perawatan mengunakan pendekatan komperhensif yaitu pendekatan bio, psiko, sosial dan

spiritual. Hal hal yang harus di kaji yaitu:

a. Identitas pasien dan keluarga

1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan alamat

2) Nama Ayah (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa

3) Nama Ibu (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa.

b. Kesehatan fisik

1) Pola nutrisi

Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai muntah. Perlu

dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari – hari, jam makan, pemberian makan

oleh siapa, frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.

2) Pola eliminasi

Inkontenensia episodic : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.

Posiktal: Otot relaksasi yang mengakibatkan inkontenensia (baik urine/fekal)

3) Pola Aktivitas

Anak tampak lemah, gelisah atau cengeng.

4) Neuorosensori

Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing, riwayat trauma

kepala, anoreksi dan infeksi serebral. Adanya aura, kelemahan, nyeri otot area

parestese/paralitis.

5) Nyeri/Kenyamanan

Sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posiktal, nyeri abnormal

paroksismal selama fase Tanda : Sikap/tingkahlaku yang berhati-hati, perubahan pada

tonus otot, tingkahlaku distraksi/gelisah.

KEJANG DEMAM 16
6) Pernafasan

Gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat, peningkatan sekresi mucus.

Fase Posiktal: Apnea

c. Riwayat kesehatan yang lalu

1) Riwayat prenatal

Dikaji mengenai kehamilan ke berapa, tempat pemeriksaan kehamilan, keluhan ibu

saat hamil, kelainan kehamilan dan obat – obatan yang diminum saat hamil.

2) Riwayat kelahiran

Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau premature. Perlu juga

ditanyakan berat badan lahir, panjang badan, ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.

3) Riwayat yang berhubungan dengan hospitalisasi

Pernahkah dirawat di rumah sakit, berapa kali, sakit apa, pernahkah menderita

penyakit yang gawat.Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada

keluarga yang pernah menderita kejang.

4) Tumbuh kembang

Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat

usia, baik perkembangan emosi dan sosial.

5) Imunisasi

Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah imunisasi

lengkap, jika belum apa alasannya.

d. Riwayat penyakit sekarang

1) Awal serangan : Sejak timbul demam, apakah kejang timbul setelah 24 jam pertama

setelah demam

2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu badan meningkat

3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan apabila pasien

berada di rumah, tiindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kejang.

KEJANG DEMAM 17
4) Riwayat psikologis

Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua sehubungan

dengan penyakit dan hospitalisasi.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38° C, nadi cepat, pernafasan (mungkin

dyspnea nafas pendek, nafas cepat, sianosis)

3) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise

4) Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebral

5) Paru – paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan

Interaksi Sosial

Masalah berhubungan dengan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya,

pembatasan/penghindaran terhadap kontak social.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas/bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler, hypersekresi trakeobronkial

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan metabolisme basal rata-rata

c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan aliran darah ke

otak akibat kerusakan sel neuron otak

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

e. Resiko cedera berhubungan dengan aktivitas motorik meningkat (kejang)

f. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

KEJANG DEMAM 18
3. Intervensi Dan Rasional

a. Ketidakefektifan pola nafas/bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler, hypersekresi trakeobronkial

Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.

Kriteria hasil :

- respirasi normal,

- tidak ada retraksi otot.

Intervensi :

1) Kosongkan mulut klien dari benda / zat makanan

Rasional : kekosongan mulut akan membantu menurunkan resiko aspirasi masuknya

sesuatu benda asing ke dalam faring

2) Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar,miringkan kepala

selama serangan kejang).

Rasional: posisi miring akan membantu meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh

dan tersumbatnya kejalan nafas.

3) Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.

Rasional: pakaian longgar adalah fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.

4) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

Rasional: pemberian oksigen dapat menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi

yang menurunkan/oksigenskunder terhadap spasme selama serangan kejang

5) Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda lunak sesuai dengan

indikasi

Rasional : spatel lidah dapat berguna untuk mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi

saat melakukan suction

6) Kolaborasi pemberian broncodilator sesuan indikasi

Rasional: broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkialsehingga

menurunkan tekanan terhadap aliran udara

KEJANG DEMAM 19
7) Lakukan pengisapan lender sesuai indikasi

Rasional: secret yang banyak apat menyumbat jalan nafas, dalam hal ini dapat

mengakibatkan distress pernafasan sehingga harus dilkukan section bila banyak lender

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan metabolisme basal rata-rata

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal, klien bebas dari demam

Kriteria Hasil :

- Suhu tubuh normal

- tidak mengalami komplikasi yang berhubungan

Intervensi:

1) Kaji penyebab hypertermi (misalnya adanya infeksi pada saluran pencernaan seperti GEA

atau infeksi saluran pernapasan seperti bronchitis)

Rasional: Hypertermi merupakan salah satu gejala/ kompensasi tubuh terhadap adanya

infeksi baik secara local maupun secara sistemik. Hal ini perlu diketahui sebagai

dasar/pedoman dalam rencana intervensi.

2) Observasi tanda-tanda vital (TD,N, S, dan P)

Rasional: Pada pasien dengan hipertermi terjadi kenaikan tanda vital terutama suhu, nadi,

pernapasan, hal ini disebabkan karena metabolisme tubuh meningkat.

3) Beri kompres hangat pada daerah dahi dan aksila

Rasional: Daerah dahi dan aksila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembuluh darah

sehingga proses perpindahan panas lebih cepat.

4) Beri minim sedikit-sedikit tapi sering (6-8 gelas/hari(1500-2000cc)

Rasional: air merupakan pengaturan suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh melebihi

normal, kebutuhan metabolisme air akan meningkat dari kebutuhan. Air juga akan

membantu mengganti cairan yang hilang dan mempertahankan keseimbangan cairan

didalam tubuh.

5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat

KEJANG DEMAM 20
Rasional: Pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat dapat mempercepat

evaporasi

6) Pertahankan cairan parenteral yaitu cairan infus

Rasional: Pemberian cairan parenteral sangat efektif untuk memenuhi kebutuhab cairan

tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat antipiretik

Rasional: Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

terutama bagian hipotalamus posterior sebagai penyimpan panas.

c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan aliran darah ke

otak akibat kerusakan sel neuron otak

Tujuan dan kriteria hasil : Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau perbaikan kognisi,

dan fungsi motorik atau sensori.

Intervensi:

1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang

menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.

Rasional: Penurunan tanda atau gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya

setelah serangan awal menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan

intensif.

2) Pantau suhu dan atur suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut dan beri kompres

hangat saat demam.

Rasional: Demam dapat mencerminkan kerusakan pada hipotalamus. Peningkatan

kebutuhan metabolism dan konsumsi oksigen terjadi,terutama saat kejang dan menggigil,

selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan TIK

3) Pertahankan leher atau kepala pada posisi tengah, kemudian sokong dengan handuk kecil

atau bantal kecil.

Rasional: Kepala yang miring pada salah satu sisi akan menekan vena jugularis dan

menghambat aliran darah vena, yang selanjutnya meningkatkan TIK.

KEJANG DEMAM 21
4) Berikan waktu istirahat diantara aktivitas keperawatan yang dilakukan.

Rasional: Aktivitas yang dilakukan terus-menerus dapat meningkatkan TIK dapat

menimbulkan efek stimulasi kumulatif.

5) Catat adanya penurunan refleks-refleks(seperti refleks menelan, batuk, babinzki dan

reaksi pupil)

Rasional: Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau

batang otak yang sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.

6) Anjurkan orang tua /orang terdekat untuk berbicara dengan pasien.

Rasional: Ungkapan keluarga yang menyenangkan pasien tampak mempunyai efek

relaksasi pada beberapa pasien.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanagn antara suplei dan kebutuhan

oksigen

Tujuan: klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, N,

RR

Kriteria Hasil:

- Mampu melakukan aktivita sehari-hari secara mandiri

- Status rspirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

Intervensi:

1) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien

seperti mandi, makan, eliminasi.

Rasional: pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah

tanpa membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat

2) Observasi TTV

Rasional: manifestasi kardio pulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa

jumlah oksigen adekuat ke jaringan

3) Respon perubahan keadaan psikolog pasien ( menaangis, murung, dll) dengan baik

Rasional: stress dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan

KEJANG DEMAM 22
4) Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak

Rasional: perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang kebutuhan akan

oksigen yang meningkat

5) Instruksikan keluarga tentang teknik penghematan energi

Rasional: teknik mengnemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu

keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

6) Latih dan bimbing dalam merubah posisi

Rasional: salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas

7) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik

Rasional: mengembangkan program latihan individual dan emngidentifikasi kebutuhan

alat untuk menghilangkan spasme otot meningkatkan fungsi motorik, mencegah/

menurunkan atrofi dan kontraktur pada sistem muskular

e. Resiko cedera berhubungan dengan aktivitas motorik meningkat (kejang)

Tujuan: tidak terjadi cedera fisik

Kriteria Hasil:

- Kejang tidak ada dan

- cedera tidak terjadi

intervensi:

1) Kaji adanya tanda-tanda kejang (seperti badan kaku, gigi terkatup, badan tampak

gemetar, badan tampak sianosis)

Rasional: Adanya tanda-tanda kejang menunjukkan adanya gangguan pada sistem saraf

pusat.

2) Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang (seperti lidah

tergigit)

Rasional: Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi kejang.

KEJANG DEMAM 23
3) Sediakan spatel lidah yang dibungkus dengan verban

Rasional: Spatel lidah digunakan untuk menahan lidah jika tergigit

4) Beri posisi miring kiri/kanan saat kejang

Rasional: posisi miring kiri/kanan akan mencegah aspirasi pada lambung.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat antikonvulsan

Rasional: Obat antikonvulsan sebagai pengatur gerakan motorik dalam dalam hal ini obat

antikonvulsan menghentika gerakan motorik yang berlebihan

f. Resiko keterlambatan perkembangan

Tujuan: pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai

dengan usia

Kriteria Hasil:

- Pasien dapat mengikuti tahap perkembangan yang seusia

- Kematangan fisik: wanita: perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi

dengantransisi dari masa kanak-kanak ke dewasa

Intervensi:

1) Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat

Rasional: menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta

meningkatkan daya tahan tubuh

2) Monitor BB/TB buat catatan khusus sebagai monitor

Rasional: monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat

3) Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi

Rasional: mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagai akibat penurunan kardiak

output

KEJANG DEMAM 24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal

lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

2. Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)

3. Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang

tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)

B. Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan

2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.

3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.

KEJANG DEMAM 25
DAFTAR PUSTAKA

1. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),

2. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman UntukPerencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

3. Mansyur, Arif (2004), Kapita selekta anak Media Aesculapius FKUI Sumijati M.E, dkk,

2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak,

PERKANI : surabaya. Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2,

PT. Sagung Seto: Jakarta.

4. ASKEP KEJANG DEMAM (NIC-NOC) – BUKU SAKU PERAWAT

http://buku-perawat.blogspot.com/2015/09/askep-kejang-demam-nic-noc.html?m=1

KEJANG DEMAM 26

Anda mungkin juga menyukai