Askep Demam Kejang
Askep Demam Kejang
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat-Nyalah maka kami
dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan Demam Kejang. Penulisan asuhan keperawatan ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Anak I.
Kami juga mengakui dengan selesainya makalahini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar
besarnya kepada yang telah memberikan pengarahan dan dorongan serta ilmu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun dari segi materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki untuk lebih banyak belajar untuk itu
kritik, masukan, dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penempurnaan pembuatan asuhan
keperawatan ini.
Penyusun
( kelompok 4 )
KEJANG DEMAM 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...2
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………...3
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………………...4
1. Pengertian ………………………………………………………………………………………...5
3. Etiologi……………………………………………………………………………………………9
4. Klasifikasi…………………………………………………………………………………………9
5. Patofisiologi ……………………………………………………………………………………..10
6. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………………..11
7. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………………….11
8. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………………....…..12
9. Komplikasi………………………………………………………………………………………14
10. Pathway………………………………………………………………………………………….15
1. Pengkajian……………………………………………………………………………………….16
2. Diagnose Keperawatan…………………………………………………………………………..18
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………..25
B. Saran………………………………………………………………………………………………….25
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………...26
KEJANG DEMAM 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam pada anak adalah suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang
tua karena kejadian yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38 oC) yang disebabkan
oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak.
Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
Dari penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %,
artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Insiden terjadinya
kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering
didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
Kejadian kejang demam di Amerika Serikat, Amerika selatan, Eropa barat diperkirakan 2-
4%. Dalam 25 tahun terakhir terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia
Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6
bulan-5 tahun pada tahun 2012-2013. Di provinsi jawa tengah mencapai 2-3% dari anak yang
KEJANG DEMAM 3
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga
diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan penanganannya.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit kejang
demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatn dengan kejang demam serta
2. Tujuan Khusus
KEJANG DEMAM 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
lebih dari 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
KEJANG DEMAM 5
1) Sel Saraf (Neuron)
listrik. Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat
exitability, artinya siap memberi respon apabila terstimulasi. Salah satu sel saraf
mempunyai badan sel (sama) yang mempunyai satu atau lebih tonjolan(dendrit).
Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu atau dua ekspansi yang
sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu neuron.
Sistem saraf pusat (central neuron sistem) terdiri atas otak dan medulla spinalis.
Dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi CNS. Meningen
a) Rongga epidural (epidural space). Berada diantara tulang tengkorak dan durameter.
Rongga ini berisi pembulu darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan.
b) Rongga subdural (subdural space). Berada diantara diameter dan arachnoid yang
Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interprestasi, intekrasi,
koordinasi dan inisiasi berbagai impuls saraf. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum),
Terdiri dari dua belahan yang disebut Hemipherium cerebri dan keduanya
dipisahkan oleh fissure longitudinalis cerebri menjadi hemisfer kanan dan kiri.
Hemisfer cerebri dibagi menjadi lobus – lobus yang diberi nama sesuai dengan
1) Lobus frontalis
2) Lobus parietalis
KEJANG DEMAM 6
3) Lobus occipitalis
4) Lobus temporalis
tempat berbagai macam pusat vital seperti pernapasan pusat vasemotor, pusat
lapisan cluaramer. Tentrium cerbelli, dibagian depannya terdapat batang otak. Berat
cerebellum sekitar 150 gram atau ±8% dari berat batang otak seluruhnya.
Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisfer cerebella kanan dan kiri yang dipisahkan
3) Pembuluh darah
Otak merupakan organ tubuh yang bekerja terus-menerus tentu membutuhkan suplai
darah yang cukup terdiri secara kontinu agar fungsi otak berlangsung dengan baik.
Jaringan otak mendapat suplai darah dari dua arteri besar yaitu arteri carotis intra kanan
Di dalam jaringan otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang
disebut ventrikulus yang berisi cairan otak. Cairan otak terdapat dalam spantum
ventrikulus lateralis kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen luscka dan
bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen megendie. Fungsi cairan otak
adalah sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau terutama
KEJANG DEMAM 7
b. Fisiologi
Sistem persyarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk
sistem saraf pusat perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis
sedangkan sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar ssp yang membawa
pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Stimulasi (rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik
perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap
seimbang, upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf
disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan
Stimulasi diterima oleh reseptor ( penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (respon) kembali melalui sistem saraf tepi
menuju efektor yang berfungsi pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa
jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi
melibatkan sistem saraf otonom yang berfungsi sebagai efektor dari sistem saraf somatic
1) Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf
2) Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dari sistem saraf pusat.
3) Mengelolah informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupun diotak
4) Menghantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (effereny motorik pathway)
KEJANG DEMAM 8
3. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui dengan
pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yang tinggi. Demam yang
b. Gangguan metabolic
c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
f. Idiopatik.
4. Klasifikasi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun,
2) Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik), tanpa gerakan fokal.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
KEJANG DEMAM 9
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih
dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8 %
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didauhului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang
anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.
5. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari
15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi
epilepsi.
KEJANG DEMAM 10
6. Manifestasi Klinis
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal.
h. Sulit bernapas
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (Elektroesenfalografi)
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
b. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.
c. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
d. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila
KEJANG DEMAM 11
8. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan
1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila
diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5
mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila
tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena
dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1
tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis
rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk
hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa
dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan
kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkan fenitoin
KEJANG DEMAM 12
b. Mencari dan mengobati penyebab
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu: (1) profilaksis intermiten saat demam atau, (2) profilaksis
terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian
diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien
demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg
(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2)
yaitu :
1) sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
2) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara
dan menetap.
3) Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4) bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang
KEJANG DEMAM 13
9. Komplikasi
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat
unilateral
c. Kelumpuhan
d. Apnea
f. Relaksasi mental
KEJANG DEMAM 14
10. pathway
Spasme bronkus
Resiko kejang Ketidakseimbangan potensial
berulang membran ATP ASE
Hipoksia
Kejang
Resiko
Resiko Kerusakan sel neuron
otak
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
KEJANG DEMAM 15
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dan asuhan keperawatan dalam asuhan keperawatan
sebagai perawatan mengunakan pendekatan komperhensif yaitu pendekatan bio, psiko, sosial dan
1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan alamat
2) Nama Ayah (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa
3) Nama Ibu (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa.
b. Kesehatan fisik
1) Pola nutrisi
Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai muntah. Perlu
dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari – hari, jam makan, pemberian makan
oleh siapa, frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.
2) Pola eliminasi
3) Pola Aktivitas
4) Neuorosensori
Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing, riwayat trauma
kepala, anoreksi dan infeksi serebral. Adanya aura, kelemahan, nyeri otot area
parestese/paralitis.
5) Nyeri/Kenyamanan
KEJANG DEMAM 16
6) Pernafasan
1) Riwayat prenatal
saat hamil, kelainan kehamilan dan obat – obatan yang diminum saat hamil.
2) Riwayat kelahiran
Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau premature. Perlu juga
ditanyakan berat badan lahir, panjang badan, ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.
Pernahkah dirawat di rumah sakit, berapa kali, sakit apa, pernahkah menderita
penyakit yang gawat.Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada
4) Tumbuh kembang
5) Imunisasi
Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah imunisasi
1) Awal serangan : Sejak timbul demam, apakah kejang timbul setelah 24 jam pertama
setelah demam
2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu badan meningkat
3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan apabila pasien
KEJANG DEMAM 17
4) Riwayat psikologis
Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua sehubungan
e. Pemeriksaan fisik
2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38° C, nadi cepat, pernafasan (mungkin
Interaksi Sosial
2. Diagnosa Keperawatan
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
oksigen
KEJANG DEMAM 18
3. Intervensi Dan Rasional
Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
Kriteria hasil :
- respirasi normal,
Intervensi :
2) Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar,miringkan kepala
Rasional: posisi miring akan membantu meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh
Rasional: pemberian oksigen dapat menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi
5) Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda lunak sesuai dengan
indikasi
Rasional : spatel lidah dapat berguna untuk mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi
KEJANG DEMAM 19
7) Lakukan pengisapan lender sesuai indikasi
Rasional: secret yang banyak apat menyumbat jalan nafas, dalam hal ini dapat
mengakibatkan distress pernafasan sehingga harus dilkukan section bila banyak lender
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal, klien bebas dari demam
Kriteria Hasil :
Intervensi:
1) Kaji penyebab hypertermi (misalnya adanya infeksi pada saluran pencernaan seperti GEA
Rasional: Hypertermi merupakan salah satu gejala/ kompensasi tubuh terhadap adanya
infeksi baik secara local maupun secara sistemik. Hal ini perlu diketahui sebagai
Rasional: Pada pasien dengan hipertermi terjadi kenaikan tanda vital terutama suhu, nadi,
Rasional: Daerah dahi dan aksila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembuluh darah
Rasional: air merupakan pengaturan suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh melebihi
normal, kebutuhan metabolisme air akan meningkat dari kebutuhan. Air juga akan
didalam tubuh.
5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat
KEJANG DEMAM 20
Rasional: Pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat dapat mempercepat
evaporasi
Rasional: Pemberian cairan parenteral sangat efektif untuk memenuhi kebutuhab cairan
Rasional: Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
Tujuan dan kriteria hasil : Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau perbaikan kognisi,
Intervensi:
Rasional: Penurunan tanda atau gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya
setelah serangan awal menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan
intensif.
2) Pantau suhu dan atur suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut dan beri kompres
kebutuhan metabolism dan konsumsi oksigen terjadi,terutama saat kejang dan menggigil,
3) Pertahankan leher atau kepala pada posisi tengah, kemudian sokong dengan handuk kecil
Rasional: Kepala yang miring pada salah satu sisi akan menekan vena jugularis dan
KEJANG DEMAM 21
4) Berikan waktu istirahat diantara aktivitas keperawatan yang dilakukan.
reaksi pupil)
Rasional: Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau
oksigen
Tujuan: klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, N,
RR
Kriteria Hasil:
Intervensi:
1) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien
Rasional: pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah
2) Observasi TTV
Rasional: manifestasi kardio pulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
3) Respon perubahan keadaan psikolog pasien ( menaangis, murung, dll) dengan baik
KEJANG DEMAM 22
4) Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak
Kriteria Hasil:
intervensi:
1) Kaji adanya tanda-tanda kejang (seperti badan kaku, gigi terkatup, badan tampak
Rasional: Adanya tanda-tanda kejang menunjukkan adanya gangguan pada sistem saraf
pusat.
2) Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang (seperti lidah
tergigit)
Rasional: Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk
KEJANG DEMAM 23
3) Sediakan spatel lidah yang dibungkus dengan verban
Rasional: Obat antikonvulsan sebagai pengatur gerakan motorik dalam dalam hal ini obat
Tujuan: pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai
dengan usia
Kriteria Hasil:
- Kematangan fisik: wanita: perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi
Intervensi:
Rasional: menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta
Rasional: monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat
Rasional: mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagai akibat penurunan kardiak
output
KEJANG DEMAM 24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
2. Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
3. Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.
KEJANG DEMAM 25
DAFTAR PUSTAKA
3. Mansyur, Arif (2004), Kapita selekta anak Media Aesculapius FKUI Sumijati M.E, dkk,
2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak,
PERKANI : surabaya. Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2,
http://buku-perawat.blogspot.com/2015/09/askep-kejang-demam-nic-noc.html?m=1
KEJANG DEMAM 26