Anda di halaman 1dari 21

MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALUI METODE RESITASI DALAM RANGKA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. H. Undang Ruslan W, M. Pd.

.Disusun oleh :
Asep Mubarok
1810632030005

PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSUTAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi
masyarakat sehingga harus membuat siswa-siswanya sebagai calon anggota
masyarakat, agar mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.

Permasalahan yang muncul dalam proses belajarnya tidak pernah lepas,


bahkan menjadi bagian integral dari peris tiwa pribadi dan sosial yang terjadi pada diri siswa
akan berakibat pada proses belajar siswa dan akhirnya akan mendatangkan masalah
dalam belajarnya.

Dalam proses belajar, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh seseorang anak,
hambatan dapat datang dari dalam diri anak, sebagai akibat pertumbuhan dan
perkembangannya dan dapat pula data ng dari luar dirinya. Banyak faktor yang
mempengaruhi anak kemudian menga ntarkannya kepada keberhasilan atau kegagalan.
Faktor-faktor yang positif mem ungkinkan anak berhasil dalam belajar, sebaliknya faktor-
faktor yang bersifat negatif dapat merugikan dan mengakibatkan anak kurang
atau tidak sukses dalam belajar.

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, ka dang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari, kada ng-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang tinggi,
tetapi te rkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang
seri ng kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam ka itannya
dengan aktivitas belajar.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah berkembang demikian


pesatnya, bahkan tiada kunjung habis sejalan dengan perkembangan zaman. Situasi yang
demikian dapat menimbulkan bermacam-macam perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.

Perubahan tersebut berdampak pada setiap individu di mana setiap individu


dituntut untuk mampu menyesuaikan diri. Dalam proses penyesuaian diri tersebut individu-
individu khususnya remaja mungkin saja akan menghadapi berbagai masalah. Adapun
masalah yang sering diha dapi remaja antara lain masalah penyesuain diri, masalah
keluarga, masa lah pendidikan, masalah sosial, masalah pekerjaan, dan lain-lain. Dengan
timbulnya masalah tersebut , maka remaja perlu mendapatkan bantuan agar dapat memecahkan
masalahnya.

Setiap individu memang tidak ada ya ng sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku bela jar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana
anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan kesulitan
belajar.

Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh siswa sekolah, merupakan
masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius , karena kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa di sekol ah akan membawa dampak negatif, baik terhadap siswa itu
sendiri maupun te rhadap lingkungannya. Hal ini biasanya termanifestasi dalam bentuk
timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, hasil belajar yang rendah dan
sebagainya.

Kesulitan belajar yang dialami siswa, berpengaruh juga terhadap metode


pembelajaran. Jika pembelajaran menggunaka nmetode yang bers ifatsiswa pasif, maka hal ini
akan membuat siswa kurang semangat dan membosankan sehingga membuat siswa
mengalami kesulitan dala m belajar. Karena metode berperan sebagai alat untuk
menciptakan pros es mengajar dan belajar. Dengan menggunakan metode
diharapkan terjadi inte raksi belajar menga jar antara siswa dengan guru dalam proses
pembelajaran.

Kesulitan belajar dapat diatasi dengan cara siswa melakukan latihan, karena
memberikan latihan merupakan salah satu cara yang dianggap efektif. Guru yang sering
memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa
yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak
memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, kesulitan belajar siswa sangat dite
ntukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada siswa,
disamping juga metode yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran tersebut.

Salah satu metode pembelajaran ada yang dikenal dengan nama metode resitasi
(pemberian tugas). Pada metode resitasi, siswa mempertanggung jawabkan tugas untuk
menemukan kembali dan lebih memahami pelajaran. Resitasi yang diberikan oleh guru
kepada siswa dapat dikerjakan di rumah /dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah.
Sehingga metode resitasi ini lebih luas bila dibandingkan dengan pekerjaan rumah (PR).
Metode ini akan dilengkapi dengan soal-soal yang berkaitan dengan beberapa mata
pelajaran. Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar
siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, penulis membuat judul : “MENGATASI KESULITAN


BELAJAR MELALUI METODE RESITASI DALAM RANGKA PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR SISWA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masa lah, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah
sebagai berikut:

1. Kurangnya persiapan siswa dalam menerima pelajaran

2. Kurangnya persiapan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai


dengan materi dan kondisi kelas

3. Keluarga yang kurang harmonis dan keluarga yang kurang mendukung


karena kesibukan kerja

4. Kurangnya motivasi dalam diri sendiri

5. Kurangnya dukungan atau motivasi dari luar siswa (ekstern)


C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, maka


penulis dapat merumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan


metode resitasi?

2. Apakah dengan menggunakan metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar


untuk peningkatan prestasi belajar siswa?
BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Kesulitan Belajar

1) Pengertian Belajar
Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme (manusia atau hewan) di sebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi
dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman
tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organism.
Sedangkan menurut morgan belajar adalah setiap pe rubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
Maka dapat disimpulkan bahwa bela jar adalah aktivitas atau
kegiatan yang merubah individu dalam bertingkah laku yang disebabkan
oleh pengalaman atau latihan serta membantu individu tersebut dalam
menyesuaikan diri dan bersifat menetap.
2) Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan. Tujuan belajar ini
ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang disadari oleh
orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut sangat erat kaitannya dengan
perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu.

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk


mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik:

a. Tujuan belajar kognitif yaitu untuk memperoleh pengetahuan


fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kema mpuan
berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tujuan belajar afektif yaitu unt uk memperoleh sikap,


apresiasi, karakteristik.

c. Tujuan belajar psikomotorik yaitu untuk memperoleh


keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak
maupun keterampilan ekspresi verbal, dan non verbal.

3) Kesulitan Belajar

Dalam kamus bahasa Indonesia kesulitan adalah sulit atau suatu yang
sulit. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia belajar adalah berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu
kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar, jadi kondisi dimana siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya.

Menurut Alisuf Sabri, kesulitan belajar yang dialami siswa adalah kesukaran
siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah

Dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi


masalah adanya peserta didik yang tidak dapa t mengikuti pelajaran dengan
siswa yang memperoleh prestasi belajar meskipun telah diusahakan untuk
belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering
menghadapi dan menemukan peserta didiknya atau siswanya mengalami
kesulitan belajar.
Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar

1. Faktor Siswa

2. Faktor Sekolah

3. Faktor Keluarga

4. Faktor Lingkungan

B. Metode Resitasi

1) Pengertian Metode Resitasi

Resitasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru memberikan


tugas kepada siswa, dan kemudian siswa mempertanggung jawabkan hasil tugas
tersebut.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode resitasi


(penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Menurut Darwayan Syah, dkk metode resitasi adalah penyajian bahan


pelajaran dengan memberikan tugas tert entu kepada siswa yang dapat dilakukan
di dalam atau di luar kelas, di laborator ium, di perpustakaan, di bengkel atau di
rumah.

Sedangkan menurut Sudirman dkk metode resitasi adalah cara penyajian


bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar.

Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan


agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama tugas; sehi ngga berpengalaman dalam menghadapi
masalah-masalah baru.
2) Manfaat Metode Resitasi

Bila metode pemberian tugas direncanakan dengan baik akan dapat


mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara
membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain daripada itu, pemberian tugas
dapat membiasakan siswa berp ikir dengan membandingkan dan mencari hukum-
hukum yang berhubungan. Serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan
yang tidak hanya sekedar hafalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan
dan memupukl inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.

Manfaat lain dari metode pember ian tugas yang direncanakan dengan baik
untuk siswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa
melaksanakan latihan (menyelesaikan soal-soal latihan) dengan kondisi seperti
mengakibatkan pengalaman siswa dalam mempelajari masalah sosiologi dapat lebih
terintegrasi. Selain daripada itu pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman belajar akan lebih mendalam dan lama tersimpan di dalam ingatan.

3) Langkah-langkah Metode Resitasi

Pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:

1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama


mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.

2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan


mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara
individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan
keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran.

3. Apabila tugas tersebut berupa kelompok, maka perlu diupayakan agar


seluruh anggota kelompok dapat ter libat secara aktif dalam proses
penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan
di luar kelas.
4. Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik.

5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang


dikerjakan siswa.

C. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan


kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa Prestasi Belajar dibedakan menjadi lima
aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19).

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “Prestasic” yang berarti hasil usaha.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Prestasi Belajar didefinisikan sebagai hasil
penilaian yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

2) Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi Belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena belajar
merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses
pembelajaran tersebut. Bagi seorang anak belajar merupakan suatu kewajiban.
Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam pendidikan tergantung pada proses
belajar yang dialami oleh anak tersebut.

Prestasi Belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai
siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka
waktu tertentu. Prestasi Belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf
sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa, 1991).
Prestasi Belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi.
Prestasi Belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor.
Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam
pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi Belajar dari siswa adalah
hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi
Belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu
terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.

3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun menghambat. Demikian
juga yang dialami dalam belajar. Ahmadi, (dalam Yulita, 2008) menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri dari:

1. Faktor intelegensi
2. Faktor minat
3. Faktor keadaan fisik dan psikis.
b) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi
prestasi belajar. Ada beberapa faktor eksternal yaitu:

1. Faktor Guru
2. Faktor lingkungan keluarga
3. Faktor sumber belajar
D. Kerangka Berfikir
Untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan
metode mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas
mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.

Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi,


menelusuri, dan memperoleh sendiri. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Sedangkan
mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari
itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat
lainnya. Tugas dan resitasi merangsang ana k untuk aktif belajar baik secara individual
maupun kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula
secara kelompok .

Kelompok belajar merupakan strategi dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar


Mengajar (PBM). Dengan diadakan kelompok belajar siswa dapat saling membantu dalam
melaksanakan tugas, memecahkan masalah baik masalah yang datang dari kekurang
mengertian terhadap materi yang dipelajari maupun masalah - masalah yang berkenaan
dengan hal - hal yang menghambat kelancaran belajar.

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang pelaksanaannya
menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda den gan format belajar mengajar
yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

Berhasil tidaknya kegiatan belajar akan bergantung kepada faktor dan kondisi yang
mempengaruhinya, oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik - baiknya
ma ka perlu memperhitungkan faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses kegiatan belajar.

Pelaksanaan Metode Resitasi Mengurangi kesulitan belajar


Kerja Kelompok atau individu dan meningkatkan prestasi
dalam belajar mengajar belajar siswa
BAB III

PEMBAHASAN

A. Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar

Adapun strategi guru saat ini dalam mengatasi kesulitan belajar selama ini
kebanyakan belum mengoptimalkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan utama, banyak
faktor yang mempengaruhinya mulai dari guru yang memang bukan ahli dibidangnya,
guru yang memang bukan lulusan Pendidikan Guru, guru yang belum siap dalam
pembelajaran, ataupun guru yang sudah mampu dibidangnya namun belum optimal.

Inilah penyebabnya banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami pelajaran, siswa
seharusnya dibimbing dan diarahkan sesuai tujuan utama dalam pembelajaran. Dan
kebanyakan orang tua kurang memperhatikan anaknya dalam belajar disekolah.

Apabila hal ini dibiarkan, maka dampaknya siswa yang memiliki keterampilan kurang
dalam memahami pelajaran akan kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas selanjutnya. Oleh
karena itu, strategi guru untuk mengatasi kesulitan belajar pada siswa sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siswa diantaranya faktor fisiologis, faktor
intelekstual, faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor penyelenggaraan pendidikan
yang kurang tepat.

Berdasarkan kendala-kendala yang dialami siswa sehingga membuah hasilkan kesulitan


belajar bagi siswa, peneliti mencoba menerapkan metode resitasi atau metode penugasan
yang mana dalam metode tersebut siswa diharapkan aktif, bertanggung jawab dan siswa
dapat berkembang kearah dan tujuan yang diharapkan.

B. Strategi Metode Resitasi

Dalam strategi metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode pemberian tugas
(resitasi) antara lain :
1. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :

a. Tujuan yang akan dicapai;

b. Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut;

c. Sesuai dengan kemampuan siswa;

d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa;

e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan petunjuk-
petunjuk yang diberikan harus terarah.

2. Langkah Pelaksanaan Tugas

a. Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.

b. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

c. Dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik

Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan petunjuk-petunjuk
guru.

3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

a. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

b. Ada tanya jawab diskusi kelas.

c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.
Adapun metode resitasi ini memiliki kelebihan dana kekurangan, menurut Sudirman dalam ‘Ilmu
Kependidikan’ menguraikan kelebihan – kelemahan penerapan metode resitasi dalam proses
belajar mengajar,

Kelebihan dari Metode Resitasi, yakni; Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk
belajar lebih banyak, baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas. Metode ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan kehidupan kelak. Tugas dapat lebih
meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau
memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari. Dan tugas dapat membina kebiasaan siswa
untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.

Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan
dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

Sedangkan kelemahan dari Metode Resitasi, yakni : Siswa sulit dikontrol, apa benar
mengerjakan tugas ataukan orang lain, tidak mudah memberikan tugas yang sesuai
dengan perbedaan individu siswa, sering memberikan tugas yang monoton, sehingga
membosankan.

C. Strategi Penigkatan Prestasi Belajar Siswa

Setiap pelajar tentu menyadari bahwa belajar merupakan bagian yang sangat penting dari
tugas serta tanggung jawab dalam hidup. Karena dengan belajar, individu yang sejak kecil belum
mengerti apapun akhirnya semakin lama semakin tahu banyak hal. Aktivitas belajar dimulai dari
kecil untuk mengupayakan potensi mulai dari perkembangan fisik, psikis, pengetahuan, dan
keterampilan , yang semuanya dipersiapkan untuk masa depannya. Pada akhirnya, diharapkan
pada usia dewasa , akan mampu dan mahir d alam berbagai tugas-tugas atau pekerjaan dalam
kehidupan.

Proses belajar memang tidak mudah. Suatu ketika dalam sebuah artikel di jejaring sosial, tanpa
sengaja ditemukan perkataan yang isinya cukup menggelikan. Isi artikel tersebut secara
singkatnya berbunyi: “Orang dahulu butuh peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan
ilmu. Sementara orang sekarang cukup peras kuota internet sambil duduk manis ditemani
minuman dan snack. Bila orang dahulu harus duduk berjam-jam di hadapan guru dengan penuh
rasa hormat dan sopan, maka ilmu merasuk bersama keberkahan. Namun orang sekarang
hanya cukup tekan tombol atau layar sambil tidur-tiduran, maka ilmu merasuk bersama
kemalasan”. Sekilas memang nampak lucu , n amun dibalik kelucuan perkataan tersebut, ada
semacam sindiran pahit yang mengandung makna yang dalam. Artinya, apapun usaha yang telah
dikorbankan oleh seorang pelajar selama belajar sangat menentukan kualitas belajarnya, baik
dari waktu, usaha, atau biaya , demi mendapatkan prestasi atau hasil yang diinginkan.

Perlu diketahui bersama bahwa setiap pelajar pasti menginginkan agar dirinya mampu berusaha
menyelesaikan materi pembe lajarannya dengan baik di sekolah . Guru-guru juga berusaha
membimbing setiap pelajar supaya mereka berhasil dalam pelajarannya, namun tidak sedikit pula
pebelajar yang sudah lama mengenyam materi pelajaran, pada akhirnya mendapatkan nilai yang
tidak sesuai harapan .

Dalam aktivitas mencari ilmu , terdapat dua pilihan akhir yang harus diterima oleh pelajar:
berhasil atau gagal dalam belajar. Pilihan ini sangatlah lumrah dalam pendidikan, atau bahkan
pada aktivitas lainnya seperti pekerjaan atau pun karier . Pilihan tersebut b ergantung pada proses
bagaimana cara melakukannya (melakukan kegiatan belajar-red.) . Jika dikembalikan kepada hati
mereka masing-masing, sebenarnya mereka tidak menghendaki adanya kegagalan dalam studi,
seperti tidak naik kelas atau tidak lulus ujian. Akan tetapi derajat inteligensi (tingkat kecerdasan)
yang kurang dan munculnya sifat malas akibat ketidaktahuan pelajar terhadap tujuan belajar
yang sebenarnya , akan sangat mempengaruhi upaya berhasil tidaknya pelajar men jalani proses
belajarnya.

Ada beberapa cara belajar yang baik yang bisa digunakan antara lain:

a) Membuat rencana belajar (program studi) yang dapat dijadikan semacam rencana belajar
selanjutnya.

Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari pembuatan rencana belajar ini, antara lain:

1) Sebagai wadah penyimpanan berbagai jenis catatan dan bahan-bahan berguna lainnya.

2) Sebagai alat belajar dan mempermudah pekerjaan yang berguna untuk mencapai tujuan.

3) Memberikan motivasi belajar dan merangsang belajar secara teratur.


4) Bagi guru, dapat mempergunakannya sebagai sarana penilaian bagi siswa, terutama dalam
hal kebersihan dan kerajinan siswa.

5) Dapat membantu teman sebayanya yang ketinggalan atau yang catatannya kurang lengkap.

Pembuatan rencana belajar dalam sebuah buku catatan ini dianjurkan agar ditulis secara teliti dan
serapi mungkin serta disusun secara sistematis, logis, teratur dan bersih, jangan
dicampuradukkan dengan catatan-catatan yang lain agar tidak membingungkan si penulis.

Begitu pula dengan merawat buku rencana belajar ini. Diusahakan buku catatan rencana belajar
agar disimpan dan dipelihara dengan baik. Hal itu penting untuk efisiensi belajar.

b) Syarat-Syarat Yang Harus Diperhatikan Dalam Belajar

Beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar siswa dapat dengan baik, yakni meliputi faktor-
faktor:

1) Kesehatan jasmaniah

Jasmani yang sehat berarti tidak mengalami penyakit tertentu, dan tercukupinya gizi sehingga
fungsi badan berjalan dengan baik.

2) Rohani yang sehat

Rohani yang sehat berarti tidak terganggu syaraf / jiwanya, tidak mengalami gangguan
emosional dan berpikiran tenang dan stabil. Dan juga tidak mempunyai banyak persoalan yang
menyangkut pribadi pelajar maupun persoalan lingkungan yang mempengaruhi jiwanya. Sebab
kondisi psikologis sangat mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan pelajar.

3) Lingkungan yang tenang

Yakni lingkungan yang tidak sedang dalam kondisi ribut, ramai, dan beberapa gangguan suara
lainnya.

4) Tempat belajar yang menyenangkan

Tempat yang efektif untuk belajar adalah tersedianya cukup udara, ventilasi yang memadai,
penerangan yang cukup dan lain sebagainya.
5) Tersedianya cukup bahan dan alat-alat pelajaran yang diperlukan

Bahan-bahan dan alat-alat yang menjadi sumber belajar sebaiknya tersedia dan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Apabila kurang maka setidak-tidaknya akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang memuaskan.

Dengan memakai cara-cara tersebut diatas maka diharapkan akan meningkatkan prestasi belajar
setiap siswa dengan tidak melupakan sebuah upaya untuk meningkatkan gairah belajar dan
pembiasaan hidup disiplin secara teratur.

c) Teknik Mempelajari Buku Pelajaran

Teknik mempelajari buku pelajaran antara lain:

1) Membaca buku pelajaran harus ada tujuan tertentu, tidak asal membaca dan harus mampu
memahami isi buku.

2) Menggarisbawahi hal-hal yang penting dari isi buku.

3) Membuat rangkuman (outline) dari setiap mata pelajaran

d) Membuat Diskusi Kelompok

Membentuk kelompok teman-teman untuk belajar bersama terdiri dari 5-8 orang dan
direncanakan berdiskusi bersama dalam kelompok dengan topik atau masalah yang ditentukan
lebih dahulu.

Berdiskusi kelompok sebaiknya dilakukan secara kontinu dan setiap anggota kelompok
harus belajar lebih dahulu mengenai topik yang akan didiskusikan. Dengan diskusi kelompok
akan diperoleh:

1) pertukaran pendapat

2) pengalaman dari teman yang lain

3) ada take and give dalam belajar.

4) lebih mudah menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama.


5) menambah efisiensi belajar

6) membantu teman-teman yang malas, pemalu, dan sebagainya

e) Melakukan Tanya Jawab

Setiap mata pelajaran yang kurang dimengerti sebaiknya ditanyakan pada guru atau
teman sebayanya yang lebih pandai dan mengerti, sehingga mata pelajaran dapat dimengerti
semuanya. Dengan demikian akan lebih memudahkan untuk memahami dan menghafal pelajaran
yang dipelajarinya.

f) Belajar Berpikir Kritis

Penguasaan keterampilan berupa berpikir mendalam (kritis) merupakan suatu syarat


mutlak cara belajar secara efisien. Dengan berpikir kritis maka akan dapat memecahkan masalah
dari setiap mata pelajaran yang telah diberikan di sekolah.

g) Memantapkan Hasil Belajar

Mempelajari suatu mata pelajaran hendaknya dilakukan berkali-kali, seperti ulangan


harian atau latihan-latihan soal. Cara ini disebut pemantapan hasil belajar atau kompetensi siswa.
Dengan begitu, maka akan melatih siswa untuk lebih memahami isi pelajaran dan tidak mudah
dilupakan begitu saja.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jika Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar, disebabkan adanya ancaman,hambatan ataupun gangguan dalam belajar.jadi
penyebab kesulitan belajar peserta didik dengan sudut pandang mereka masing-
masing.Walaupun sebenarnya masalah yang menggangu keberhasilan belajar anak didik
ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan anak itu sendiri.Ada yang meninjaunya
dari sudut intern anak didik dan ektern anak didik.

Maka melalui Metode Resitasi ini supaya dapat mengurangi kesulitan belajar
peserta didik, dan dapat membantu meningkatkan prestasi belajatr peserta ddik

B. SARAN

Adapun kesulitan yang diderita anak didik tidak hannya yang bersifat
menetap,tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu.Jadi kesulitan
belajar peserta didik dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan bantuan guru atau
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993)

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Grasindo)

Muhammad Azhar, Proses belajar Mengajar Pola CBSA (Surabaya: Usaha Nasional, 1993)

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995)

Surihadi Saputro, Dasar- Dasar Metodologi Pengajaran Umum (IKIP Malang, 1993)

Suryobroto. B. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses
Belajar Mengajar. (Yokyakarta, 1986)

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005)

B.S. Sijadbat, Mengajar Secara Profesional, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993),

Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004)

Mulyani. S dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, (JATENG: DEPDIKBUD Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 1999).

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002).

Anda mungkin juga menyukai