Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I

ِ ِ ِ ‫هلل الّ ِذي لَهُ َما يِف‬


ِ ‫احلم ُد‬
‫ض‬ ْ ‫يم اخْلَبِريُ َي ْعلَ ُم َما يَل ُج يِف‬
ِ ‫اَأْلر‬ ُ ‫اآلخرة احْلَك‬
َ
‫ض َولَهُ احلَ ْم ُد يِف‬ ْ ْ‫السم َاوات َو َما يِف ا‬
ِ ‫َألر‬ َ َْ

َ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ اهللُ َو ْح َدهُ ال‬. .‫الر ِحيم الغَ ُف ْور‬ ِ ِ َّ ‫وما خَي رج ِمْنها وما ين ِز ُل ِمن‬
ّ ‫الس َماء َو َما َي ْعُر ُج ف َيها وهو‬ َ َ َ َ َ ُ ُْ َ َ
ِ َّ ‫َّاعى بَِقولِِه وفِعلِ ِه ِإىَل‬
ِ ‫َأن سيِّدنا حُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه الد‬
َ َ‫ اَللَّ ُه َّم ف‬.‫الر َشاد‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى‬ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ ْ‫َش ِري‬
َ َّ ‫ َوَأ ْش َه ُد‬، ُ‫ك لَه‬
.‫آب‬ِ ‫ان ِإىَل يوِم اْمل‬ ٍ ‫اب وعلَى التَّابِعِ هَل م بِِإحس‬
ْ ُ َ ‫نْي‬ َ ِ ‫لصو‬َّ ِ‫َأص َحاِ ِبه اهلَ ِاديْ َن ل‬
ْ ‫َسيِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َعلَى آلِِه َو‬
َ ْ َ َ ْ َ َ
: ِ‫اىل يِف كِتَابِِه الْ َك ِرمْي‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ اَّت ُق ْوااهللَ َح َّق ُت َقاته َوالَمَتُْوتُ َّن االََّوَأنـْتُ ْم ُم ْسل ُم ْو َن َف َق ْد قَ َال اهللُ َت َع‬،‫ َفيَااَيُّ َها الْ ُم ْسل ُم ْو َن‬،‫اََّما َب ْع ُد‬
ِ ‫الْيوم خَن ْتِم علَى َأْفو ِاه ِهم وتُ َكلِّمنَا َأي ِدي ِهم وتَ ْشه ُد َأرجلُهم مِب َا َكانُوا يك‬
‫ْسبُو َن‬ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َْ

Hari ini tanggal 4 Januari adalah Jum’at pertama di tahun 2019, masih dalam suasana tahun
baru masehi. Baru saja kita merasakan atau terlibat langsung dalam semarak perayaan pergantian
tahun dengan beragam bentuknya, ramai pada setiap sudut kota dan desa. Beragam acara digelar, dari
yang resmi pemerintahan, kelompok sosial, keluarga dan individu masing-masing. Suara riuh
terompet, aneka kembang api, petasan, panggang jagung dan ikan bakar menghiasi meriahnya malam
pergantian tahun baru tersebut.

Dari gambaran perayaan tersebut di atas, kita dapat menangkap kesan bahwa datangnya tahun baru
menimbulkan rasa gembira pada sebagian orang. Pertanyaan adalah apa yang membuat kita gembira?
Maka alangkah baiknya apabila rasa gembira tersebut didasari oleh spirit makna yang terkandung
pada setiap perayaan tahun baru dengan sedikit banyak mengetahui asal-usulnya.

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Ada beberapa makna yang dapat kita jadikan spirit pada perayaan tahun baru ini:

Pertama, bahwa tahun baru adalah tahun harapan dan optimis. Ada banyak sistem penanggalan di
dunia terkait dengan pergantian tahun secara periodik selain tahun baru masehi saat ini, yang pada
umumnya bermuatan relijius, dilatarbelakangi oleh sejarah perubahan sosial dari masa kelam kepada
masa yang bersinar, syarat dengan pesan-pesan moral dan lambang kemenangan bagi kebaikan. Maka
kerap saja bahwa pergantian tahun dari generasi ke generasi selalu memunculkan rasa optimisme dan
harapan-harapan baru yang akan dicapai bagi setiap penganutnya. Sejatinya, harapan dan rasa
optimisme itu dibangun tidak pada saat tahun baru saja, namun pada setiap saat, setiap detik waktu
kita tidak boleh putus akan harapan. Namun barangkali karena sifat manusia lalai dan pelupa, maka
disediakanlah oleh Allah fasilitas-fasilitas waktu istimewa untuk menumbuhkan kesadaran untuk
memperbaiki diri, salah satunya adalah tahun baru masehi sekarang ini.

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Kedua, makna tahun baru yang dapat kita ambil hikmahnya adalah bahwa dengan bertambahnya
tahun, maka hakikatnya semakin berkurang usia atau umur kita. Maka menyadari sepenuhnya seraya
mengintrospeksi diri kita dan mentaubati segala dosa dan kekeliruan kita di tahun yang lalu adalah
langkah bijak di tahun baru ini. Membangun optimisme serta berusaha memperbaiki segala kesalahan,
serta mengisi hari-hari yang akan datang dengan perbuatan-perbuatan baik dan hal-hal yang
bermanfaat lainnya jadikanlah harapan dan resolusi kita untuk tahun-tahun yang akan kita lalui.

Rasa gembira kita dengan datangnya tahun baru ini jadikan sebagai perwujudan rasa syukur kita
kepada Allah swt bahwa kita masih diberi kesempatan untuk mempergunakan umur dan segala
fasilitas hidup yang akan kita pertanggungjawabkan nanti, sebagaimana disabdakan Nabi saw.

‫ َو َع ْن َشبَابِِه‬،ُ‫يما َأْفنَاه‬ِِ ٍ ْ‫آد َم َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة ِم ْن ِعْن ِد َربِِّه َعَّز َو َج َّل َحىَّت يَ ْسَألَهُ َع ْن مَخ‬
َ ‫ َع ْن عُ ْم ِره ف‬:‫س‬ َ ‫ول قَ َد ُم ابْ ِن‬
ُ ‫اَل َتُز‬

‫يما َعلِ َم‬ِ ِ


َ ‫ َو َما َعم َل ف‬،ُ‫يما َأْن َف َقه‬
ِ ِ ِِ
َ ‫ َو َع ْن َماله م ْن َأيْ َن ا ْكتَ َسبَهُ َوف‬،ُ‫يما َأبْاَل ه‬
َ‫ف‬
ِ

“Tidak akan bergeser kaki manusia pada hari kiamat dari sisi Rabnya sehinga ditanya tentang lima
hal: tentang umurnya untuk apa ia pergunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, tentang
hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infakkan, dan tentang ilmunya apa yang ia amalkan
(darinya).

Waktu adalah sebuah anugerah. Manusia menerima kesempatan di dunia untuk mencapai
tujuan-tujuan akhirat. Sebagaimana Islam ajarkan bahwa kehidupan dunia adalah ladang yang mesti
digarap serius untuk masa panen di akhirat kelak. Karena itu sifat waktu dunia adalah sementara,
sedangkan sifat waktu di akhirat adalah kekal abadi.

Islam mengutamakan kehidupan akhirat di atas kehidupan dunia. Dua kehidupan tersebut
dikontraskan sebagai dua jenis waktu yang sejati dan tidak sejati. Al-Qur’an melukiskan kehidupan
dunia dengan istilah “tempat permainan” belaka.

‫َّار اآْل ِخَر َة هَلِ َي احْلََي َوا ُن لَ ْو َكانُوا َي ْعلَ ُمو َن‬ ‫ِإ‬ ِ ‫وما َٰه ِذ ِه احْل ياةُ ُّ ِإ‬
ٌ ‫الد ْنيَا اَّل هَلٌْو َولَع‬
َ ‫ب َو َّن الد‬ ََ ََ

Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS al-Ankabut:
64)
Kalimat “kehidupan dunia ini merupakan senda gurau dan main-main” bukan berarti kita dianjurkan
untuk berbuat seenaknya di dunia ini layaknya sebuah permainan. Redaksi tersebut dimaksudkan
untuk menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini tidak sejati, tidak kekal, dan penuh dengan tipuan.
Karena itu, maknanya justru seseorang harus lebih banyak mencurahkan perhatian kepada kehidupan
akhirat. Lantas apa yang harus dilakukan agar kesempatan hidup di dunia berkualitas? Al-Qur’an
telah memberikan garis bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengabdi secara total
kepada Allah.

ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واِإْل نْس ِإاَّل لِيعب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56)

Allah tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada Allah.
Mereka diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk diri mereka
sendiri. Pengertian ibadah itu pun sangat luas, tak sekadar ritual kepada Allah (seperti shalat, puasa,
haji, atau sejenisnya) melainkan meliputi pula kebaikan-kebaikan yang membawa kemaslahatan bagi
orang lain.

Memanfaatkan umur di dunia ini menjadi sangat penting karena waktu terus berjalan, dan tak akan
bisa terulang kembali. Manusia dituntut untuk memaksimalkan waktu atau kesempatan yang
diberikan untuk perbuatan-perbuatan bermutu, sehingga tak menyesal di kehidupan kelak. Orang-
orang yang menyesal di akhirat digambarkan oleh Al-Qur’an merengek-rengek minta kembali agar
bisa memperbaiki perilakunya.

ۖ ‫ت ۚ َكاَّل ۚ ِإن ََّها َكلِ َمةٌ ُه َو قَاِئلُ َها‬


ُ ‫يما َتَر ْك‬
ِ ‫ لَعلِّي َأعمل حِل‬، ‫ون‬
َ ‫صا ًا ف‬
َ ُ َْ َ
ِ ‫ب ار ِجع‬
ُ ْ ِّ ‫ت قَ َال َر‬
ُ ‫َأح َد ُه ُم الْ َم ْو‬ ‫ِإ‬
َ َ‫َحىَّت ٰ َذا َجاء‬
‫َو ِم ْن َو َراِئ ِه ْم َبْر َز ٌخ ِإىَل ٰ َي ْوِم يُْب َعثُو َن‬

Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang yang durhaka itu) hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun: 99-100)
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,

Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat
dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar.
:Sebagaimana yang ia nyatakan—dengan mengutip hadits—dalam kitab Ayyuhal Walad

ِ ِ ِ ‫عالَمةُ اِ ْعر‬
ِ ‫ و اَ ﱠن امرًأ ذَهبت س‬،‫ ا ْشتِغَالُه مِب َا الَ يعنِ ِيه‬،‫اهلل َتعاىَل ع ِن الْعب ِد‬
ُ‫ يف َغ ِري َما ُخل َق لَه‬،‫اعةٌ م ْن عُ ُم ِر ِه‬
َ َ ْ ََ َْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ‫اض‬ َ َ َ
ِ َ ُ‫ جَل ِدير اَ ْن تَط‬،‫ِمن الْعِباد ِة‬
ُ‫ول َعلَْيه َح ْسَرتُه‬ ٌ َ ََ َ

Artinya: "Pertanda bahwa Allah ta'ala sedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba
tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat saja yang seseorang menghabiskannya
tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima kerugian berkepanjangan.”

Dari penjelasan ini, kita patut memikirkan ulang tentang hakikat perayaan tahun baru. Momen
tahunan ini seyogianya disikapi secara wajar dan tepat. Kebahagiaan terhadap tahun baru semestinya
diarahkan kepada rasa syukur terhadap masih tersisanya usia, bukan uforia kebanggaan atas tahun
baru itu sendiri. Sisa usia itu merupakan kesempatan untuk menambal kekurangan, memperbaiki yang
belum sempurna, dari perilaku hidup kita di dunia. Tahun baru lebih tepat menjadi
momen muhasabah (introspeksi) dan ishlah (perbaikan).

Sebuah kata-kata Syekh Ahmad ibn Atha'illah as-Sakandari dalam al-Hikam ini patut menjadi
renungan:

.ُ‫داده‬
ُ ‫ْأم‬ ٌ‫ثرية‬ ُ ٌ‫ب عُ ُم ٍر قَليلَة‬
َ ‫آمادهُ َك‬ َّ ‫ َو ُر‬،ُ‫داده‬ ْ َّ‫آمادهُ َو َقل‬
ُ ‫ت ْأم‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫َّس َع‬ ٍ َّ ‫ُر‬
َ ‫ب عُ ُمر ات‬

"Kadang umur berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek
namun manfaat melimpah."

Semoga kita menjadi pribadi yang orang-orang yang mampu menunaikan sisa usia kita dengan
sebijak-bijaknya, dan terhindar dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Amiin. Wallahu a’lam
bisshawâb.
‫والذ ْك ِر احلَ ِكْي ِم‪ .‬إنّهُ تَعاَىَل َج ّو ٌاد َك ِرمْيٌ َملِ ٌ‬
‫ك َبٌّر‬ ‫آن الع ِظي ِم‪ ،‬و َن َفعيِن وِإيا ُكم بِ ِ‬
‫اآليات ِّ‬ ‫لكم يِف ال ُق ْر َ ْ َ َ ْ َ ّ ْ‬
‫ِ‬
‫باََر َك اهللُ يِل ْ َو ْ‬
‫ف َر ِحْي ٌم‬
‫َرُؤ ْو ٌ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬
‫لى َت ْوفْيق ِه َوا ْمتِنَانِِه‪َ .‬وَأ ْش َه ُد َأ ْن الَ الَهَ ِإالَّ اهللُ َواهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَهُ‬ ‫لى ِإ ْح َسانِِه َو ُّ‬
‫الشكُْر لَهُ َع َ‬
‫ِ‬
‫اَحْلَ ْم ُد هلل َع َ‬
‫ص َحابِِه‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫َّاعى إىل ِر ْ ِِ‬
‫أن سيِّ َدنَا حُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه الد ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد ِو َعلَى اَله َواَ ْ‬
‫الله َّم َ‬
‫ض َوانه‪ُ .‬‬ ‫َ‬ ‫َ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ‬ ‫َوَأ ْش َه ُد َّ َ‬
‫َو َسلِّ ْم تَ ْسلِْي ًما كِ ْثيًرا‬

‫َّاس اَِّت ُقوااهللَ فِْي َما ََأمَر َوا ْنَت ُه ْوا َع َّما َن َهى َو ْاعلَ ُم ْوا َّ‬
‫َأن اهللَ ََأمَر ُك ْم بِ َْأم ٍر بَ َدَأ فِْي ِه بَِن ْف ِس ِه َوثَـىَن مِب َآل‬ ‫ََّأما َب ْع ُد فَياَ اَُّي َها الن ُ‬
‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‪.‬‬ ‫ِ‬
‫لى النَّىِب يآ اَُّي َها الَّذيْ َن َآمُن ْوا َ‬ ‫ِئ َكتِ ِه بُِق ْد ِس ِه َوقَ َال تَعاَىَل ِإ َّن اهللَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ ُّ‬
‫صل ْو َن َع َ‬
‫ك َو َمآلِئ َك ِة‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ك َو ُر ُسل َ‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِآل َسيِّدناَ حُمَ َّمد َو َعلَى اَنْبِيآِئ َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد َ‬ ‫الله َّم َ‬‫ُ‬
‫الص َحابَِة َوالتَّابِعِنْي َ َوتَابِعِي‬ ‫ض اللّ ُه َّم َع ِن اْخلُلَ َف ِاء َّ‬
‫الر ِاش ِديْ َن َأىِب بَ ْك ٍر َوعُ َمر َوعُثْ َمان َو َعلِى َو َع ْن بَِقيَّ ِة َّ‬ ‫اْملَُقَّربِنْي َ َو ْار َ‬
‫ك يا اَرحم َّ مِح ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ٍِ ِ‬ ‫ِ‬
‫الرا نْي َ‬ ‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم بَرمْح َت َ َ ْ َ َ‬ ‫التَّابِعنْي َ هَلُ ْم بِا ْح َسان الَ َىي ْوم الدِّيْ ِن َو ْار َ‬

‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬


‫الله َّم َأعَّز اِْإل ْسالَ َم َواْملُ ْسلمنْي َ‬‫لله َّم ا ْغف ْر ل ْل ُمْؤ مننْي َ َواْملُْؤ منَات َواْملُ ْسلمنْي َ َواْملُ ْسل َمات اَالَ ْحيآءُ مْن ُه ْم َواْالَ ْم َوات ُ‬ ‫اَ ُ‬
‫اخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل اْمل ْسلِ ِمنْي َ َو َد ِّم ْر‬ ‫ْ‬ ‫صَر الدِّيْ َن َو‬ ‫َ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ‬ ‫ُ‬ ‫ص ْر ِعبَ َاد َك اْمل َو ِّح ِديَّةَ َوانْ‬
‫ُ‬ ‫َو َِأذ َّل الش ِّْر َك َواْمل ْش ِركِنْي َ َوانْ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫الزالَ ِز َل َواْملِ َح َن َو ُس ْوءَ اْ ِلفْتنَ ِة َواْملِ َح َن‬ ‫ك ِإىَل َي ْو َم الدِّيْ ِن‪ُ .‬‬
‫الله َّم ْادفَ ْع َعنَّا اْلبَالَءَ َواْ َلوبَاءَ َو َّ‬ ‫ِ‬
‫َأع َداءَالدِّيْ ِن َو ْاع ِل َكل َماتِ َ‬ ‫ْ‬
‫ب اْ َلعالَ ِمنْي َ ‪ .‬ربَّنَا آتِناَ ىِف‬
‫َ‬ ‫عآمةً يَا َر َّ‬ ‫خآصةً َو َساِئِر اْ ُلب ْل َد ِان اْمل ْسلِ ِمنْي َ َّ‬ ‫َما ظَ َهَر ِمْن َها َو َما بَطَ َن َع ْن َبلَ ِدنَا اِنْ ُدونِْي ِسيَّا َّ‬
‫ُ‬
‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَْن ُف َسنَ َاواِ ْن مَلْ َت ْغ ِف ْر لَنَا َوَت ْرمَحْنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْنيَا َح َسنَةً َوىِف اْآلخَر ِة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬‫ُّ‬
‫تآء ِذي اْل ُقرىب ويْنهى ع ِن اْل َفح ِ‬
‫شآء َواْملْن َك ِر َواْ َلب ْغي‬ ‫ان وِإي ِ‬ ‫اس ِرين‪ِ .‬عباد ِ‬
‫اهلل ! ِإ َّن اهلل يْأمرنَا بِاْلع ْد ِل واِْإل حس ِ‬ ‫اْخلَ ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن واذْ ُكروا اهلل اْلع ِظيم ي ْذ ُكر ُكم وا ْش ُكروه على نِع ِم ِه ي ِز ْد ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫اهلل َأ ْكَب ْر‪.‬‬ ‫َ ْ َ ْ ُْ َ ُ َ َ َْ َ ْ ْ َ ُْ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai