Anda di halaman 1dari 11

1

A. Latar Belakang

Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa


kemasa semakin besar dan kompleks, hal itu disebabkan antara lain adanya
perubahan tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan itu
sendiri. Masyarakat selalu menuntut agar lembaga pendidikan dapat
memenuhi segala kebutuhannya yang semakin banyak, dilain sisi lembaga
pendidikan pun telah mengerahkan segenap kemapuannya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, terkadang dalam proses
pelayanan masyarakat tadi ada beberapa aspek yang harus di benahi oleh
lembaga pendidikan sehingga dapat menghasilakn kualitas dan kuantitas yang
baik bagi negara Indonesia.

Perkembangan dalam bidang pendidikan tentunya harus diiringi


dengan kualifikasi guru yang memadai, sehingga guru benar benar dalam
kondisi matang ketika memberikan menu pendidikan terhadap peserta didik,
dan guru yang profesional harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial Begitu pula aspek aspek
penting dalam pembelajaran harus dikembangka secara matang, mulai dari
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran sampai evaluasi
pembelajaran,

Maka demi meningkatakan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa


calon pendidik bangsa, pada makalah evaluasi pembelajaran kali ini kami akan
mengulas beberapa penjelasan tentang masalah tes, mulai pengertian tes, ciri
ciri tes yang baik, hingga jenis jenis tes akan kami sampaikan pada sore hari
ini

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari tes?
2. Bagaimanakah ciri-ciri tes yang baik?
3. Apasajakah jenis jenis tes?
2

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tes
2. Dapat mengerti ciri ciri tes yang baik
3. Dapat mengetahui beberapa jenis tes

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.

Seorang ahli bernama Jamess Ms Cattel, pada tahun 1890 telah


memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang
berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini
berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama
masyarakat mulai menggunakannya.

Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang,
namun yang terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusun oleh seoran
Prancis bernama Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon,
sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat
ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat
intelegensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian kita kenal
istilah-istilah; umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological age),
dan indeks kecerdasan. Intelegensi Kuosien atau Intelegence quotient(IQ).1

Dan dalam bidang psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian:

1
Prof. Dr. Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2005) p. 52
3

1. Tes intelegensia unum, yaitu tes untuk mengukur kemampuan umum


seseorang.
2. Tes kemampuan khusus, yaitu tes untuk mengukur kemampuan potensial
dalam bidang tertentu.
3. Tes prestasi belajar, yaitu tes untuk mengukur kemampuan aktual sebagai
hasil belajar.
4. Tes kepribadian, yaitu tes untuk mengukur karakteristik pribadi
seseorang2.

Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan


diterangkan terlebih dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan
dengan tes ini:

1. Tes
(Sebelum adanya EYD dalam bahasa Indonesia ditulis test), adalah
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara aaturan-aturan yang sudah
ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang
diberikan misalanya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban,
menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau
suruhan, menjawab dengan lisan. dan sebagainya.
2. Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan.Dapat juga
dikatakan testing adalah pengambilan tes.
3. Testee
(Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang
mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai dan diukur, baik
mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.
4. Tester

2
Prof. Dr. Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2005) p. 54
4

(Dalam istilah Indonesia: pencoba), adalah orang yang diserahi untuk


melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain,
tester adalah subyek evaluasi (tetapi ada kalanya hanya orang yang
ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
Tugas tester antara lain:
a. Mempersiapkan ruangan dan perlengakapan yang akan diperlukan.
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerjakan tes.
d. Mengawasi respondem mengerjakan tugas.
e. Memberikan tanda-tanda waktu.
f. Mengumpulkan pekerjaan responden.
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada)3.

B. Ciri-Ciri Tes yang Baik


Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a) Validitas
Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami
terlebih dahulu perbedaan arti istilah “validitas” dengan “valid”.
“Validitas” merupakan sebuah kata benda, sedangkan “valid”
merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit
siswa atau guru mengatakan “Tes ini baik karena sudah validitas”
jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah “Tes ini sudah
baik karena sudah valid” atau “Tes ini baik karena memiliki
validitas yang tinggi”.
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila
sesuai dengan keadaan senyatanya. Sebagai contoh, informasi

3
Prof. Dr. Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2005) p. 56
5

tentang seorang bernama A menyebutkan bahwa si A pendek


karena tingginya tidak lebih dari 140 cm, Data A ini dikatakan
valid apabila memang sesuainya dengan kenyatan.
Contoh lainnya, data B yang diperoleh dari cerita orang lain
menunjukkan bahwa ia pembohong. Bukti bahwa si B pembohong
diperoleh dari kenyataan bahwa si B sering berbicara tidak benar,
tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian maka data
tentang B tersebut valid dan cerita seorang tersebut benar.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid”, sangat sukar
dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu
shahih, sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Walaupun
istilah “tepat” belum dapat mencagkup semua arti yang tersirat
dalam kata “valid” dan kata “tepat” kadang-kadang digunakan
dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata “tepat” dalam
menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.
b) Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata
reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata reliable yang
artinya dapat dipercaya. Seperti halnya istilah validitas dan valid.
Kekacauan pengggunaan istilah “reliabilitas” sering dikacaukan
dengan istilah “reliable”. “Realibilitas” merupakan kata benda,
sedangkan “reliable” merupakan kata sifat atau kata keadaan.
Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu bicara
ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.
Demikian pula halnya sebuah tes, tes tersebut dapat
dikatakan dipercaya, jika memberikan hasil yang tetap apabila
diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabele apabila hasil-
hasil tes ftersebut menunnjukkan ketetapan.
Jika dihubungkan dengan validitas maka:
a. Validitas adalah ketepatan.
6

b. Realibilitas adalah ketetapan.


c) Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan tepat diketahui
bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya
terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes
itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama
terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (cossistency)
pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan
dalam hasil tes.
Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes:
1. Bentuk tes
Tes yang terbentuk uraian, akan memberikan banyak
kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian
menurut caranya sendiri, dengan demikian maka hasil dari
seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes,
akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.
Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecendrungan penggunaan
tes objektif diberbagai bidang. Untuk menghindari masuknya
unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat
dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan
membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2. Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak
leluasa tereutama dalam tes berbentuk uraian. Faktor-faktor
yang mempengaruhi subjektivitas antara lain:
i. Kesan penilai terhdap siswa.
ii. Tulisan.
iii. Bahasa.
7

iv. Waktu mengadakan penilaian.


v. Kelelahan, dll.

Untuk menghindari atau megurangi masuknya unsur


subjektivitas dalam pekerjaan penilaian, maka penilaian atau
evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman.
Pedoman yang dimaksud, terutaama menyangkut masalah
pengadministrasian yaitu kontinuitas (terus-menertus) dan
komperhensivitas (menyeluruh).

d) Praktikabilitas (Practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes yang praktis adalah tes:
 Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.
 Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi
dengan kunci jawaban maupun skoringnya. Untuk soal
bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan
jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
 Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan/ diwali oleh orang lain.
e) Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa
pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang
mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
8

Pengembangan instrumen Evaluasi jenis tes


Tes merupakan suatu teknik yang digunakan daalm rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat
berbagai pertanyaan, Pernyataan atau serangkaiann tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur
aspek prilaku peserta didik.

Dari rumusan diatas dapat unsur penting dalam tes


1. Tes adalah cara atau teknik yang disusun secara sistematis
dann digunakan dalam rangka kegatan pengukuran
2. Didalam tes terdapat pertanyaan dan pernyataan dan tugas yang
harus dikerjakan dan dijawab oleh peserta didik
3. Tes digunakan untuk mengukur suatu aspek prilaku peserta
didik
4. Hasil tes peserta didik perlu diberi sekor dan nilai

C. Beberapa Jenis Tes4


Dilihat dari segi penyusunannya tes terbagi menjadi dua
a. Tes buatan guru

Adalah tes yang disusun sendiri oleh guru materi, digunakan untuk
ulangan harian, Formatif, dan ulangan umum, sedangkan tujuannya
yaitu mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran yang sudah disampaikan

b. Tes baku
Adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang
tinggi berdasarkan percobaab percobaan terhadap sampel yang cukup
besar dan reperesentatif, digunakan untuk tes bersekala daerah maupun
nasional, sedangkan tujuannya yaitu mengukur kemampuan peserta

4
Drs Zainal Arifin M.Pd, Evaluasi Pendidikan, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung),2009,
Hal 117
9

didik dalam tiga aspek, yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, da


diagnostik

A. Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dibagi menjadi tiga:
1. Tes tertulis
Didalam tes tertulis terdapat dua bentuk
a. Tes berbentuk uraian
Tes ini sering disebut dengan bentuk sekjektif, karena dalam
pelaksanaannya dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru, yang
menuntut Peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan
dan menyatakan jawaban dengan kata kata sendiri, dengan bentuk,
teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Adapun tes berbentuk uraian dibagi menjadi:
1. Uraian terbatas
2. Uraian bebas
b. Tes berbentuk objektif
Sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar
dan salahdan sekornya antara 1-0, penilaiannya pun dengan cara
objektif dan hasil koreksiannya pun akan sama karena memiliki kunci
jawaban yang sama. Tes ini memiliki macam mcam sebagai berikut:
a. Benar salah
b. Pilihan Ganda
c. Menjodohkan
d. Jawaban singkat
2. Tes Lisan
Adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik secara lisan, dengan
kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui secara langsung kemampuab peserta didik
dalam mengemukakan pendapat secara lisan
b. Tidak perlu mencatat soal seara terurai, tetapi cukup pokok
permasalahannya saja
10

c. Dapat menghindari jawaban peserta didik yang menerka nerka dan


berspekulasi

Adapun kekurangannya sebagai berikut:

a. Memakan banyak waktu


b. Sering munculnya unsur subjektivitas

3. Tes Uraian
Adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik berupa prilaku,
tindakan atau perbuatan sebagaiaman pendidik meminta anak didik
untuk melakuakankegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang
akan mengobservasi penampilan dn membuat kesimpulan tentang
kualitas hasil belajaryang didemonstrasikan

Bab III

Penutup

Demikianlah hasl dari beberapa penjelasan yang dapat kita sampai,


dengan mengambil kesimpulan bahwa dalam menentukan lulus tidaknya
suatu proses pembelajaran perlu adanya tes, dan tes tersebut dapat
mengetahui kadar kemampuan peserta didik, dan menjadi evaluasi bagi
guru, untuk menjadikan peserta didiknya lebih baik dari sebelumnya.

Daftar Pusaka:

Arikunto, Suharismi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, , (Jakarta, PT. Bumi Aksara,


2005) .
Arifin, Zainal. Evaluasi Pendidikan, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung),2009, 117
11

Prof. Dr. Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2005) p. 56

Anda mungkin juga menyukai