Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Upaya Hukum Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Mengatasi Kebakaran Hutan


dalam Perspektif Perubahan Iklim

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Perubahan Iklim

Disusun Oleh : ( Kelompok 2 )


Riska Fatika Sari (2008016099)
Vanina Virgy (2008016198)
Andi Besse Daratakku Matasae (2008016182)
Dhani Ari Sanjaya (2008016087)
Rinaldy Sandi (2008016103)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2023
A. Latar Belakang
Hutan memiliki peranan penting dalam mengatur kondisi iklim di bumi melalui
siklus karbon. Hutan memiliki luasan yang besar sebagai tutupan daratan, sehingga
pengaruhnya cukup besar dalam menyerap karbon dari atmosfer yang kian meningkat.
Hutan melalui tumbuhan di dalamnya mampu menyimpan karbon pada dedaunan,
jaringan kayu, materi organik di dalam tanah dan dalam produk yang dihasilkan
seperti buah. Hutan yang ada di bumi mampu menyerap sebanyak 2,4 miliar ton
karbon dioksida per tahun. Nilai ini sebanyak 30% dikontribusikan dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil.
Hutan sebagai tempat menyimpan karbon terestrial di bumi sangat penting
diperhatikan secara khusus. Hal ini dikarenakan sekitar 77% dari seluruh karbon
tersimpan pada vegetasi dan 39% lainnya tersimpan dalam tanah. Hutan memiliki
dampak yang lebih terasa dalam mengatasi perubahan iklim. Peran hutan yang tidak
langsung berkaitan dengan karbon adalah mampu menjaga tutupan awan,
memantulkan kembali sinar matahari keluar dari atmosfer, mendorong terjadinya
transformasi air menjadi uap serta mampu memberikan peningkatan kelembaban di
atmosfer yang dapat menyejukan udara.1
Dalam Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No
P.8/ME NLHK/Setjen/KUM.1/32018 , Pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa
Kebakaran Hutan dan Lahan yang selanjutnya disebut Karhutla adalah suatu peristiwa
terbakarnya hutan dan/atau lahan, baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia,
sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi,
ekonomi, sosial budaya dan politik. Kebakaran hutan dan lahan berdampak
pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh
dan hidup di hutan.
Provinsi Kalimantan Barat terletak di sisi paling barat pulau Kalimantan dan
berada diantara 2˚08` lintang utara hingga 302` lintang selatan, 108˚30 hingga 114˚10
bujur timur pada peta. Wilayah Kalimantan Barat dilintasi garis khatulistiwa atau
garis dengan lintang 0˚. Karena hal tersebut suhu dan kelembapan di wilayah tersebut
relatif tinggi dan juga memiliki hutan tropis yang luas dengan keanekaragaman hayati

1
Indmira,”Peran Hutan Melawan Perubahan Iklim”,Februari 18,2023, https://indmira-enviro.id/peran-hutan-
melawan-perubahan-iklim/
yang berlimpah dan beragam. Namun, fakta keadaan alam Kalimantan barat
memprihatinkan karena sering terjadi kebakaran hutan yang terulang dari tahun ke
tahun dengan dua faktor penyebab yakni, disebabkan faktor alamiah disaat kemarau
berujung kekeringan dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi gesekkan antara
daun – daunan kering dan ranting yang ditiup angina yang mengakibatkan kebakaran
hutan tanpa disengaja. Lalu ada faktor kesengajaan manusia yang banyak terjadi,
contohnya seperti membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan,
pembukaan lahan baru yang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit dengan cara
membakar hutan. Faktor ini yang sering mengakibatkan terulangnya kebakaran hutan.
(Saputro, Handayani, dan Najicha, 2021 : 29).2
Kejadian kebakaran hutan didaerah Kalimantan Barat menimbulkan banyak
reaksi dari pemerintahan daerah dan juga masyarakat sekitar. Dampak langsung yang
dirasakan masyarakat Kalimantan barat terutama masyarkat kota Pontianak adalah
kabut asap. Gangguan yang terjadi yang disebabkan kabut asap dari pembakaran
hutan tersebut meliputi gangguan kesehatan seperti sesak nafas, ISPA (infeksi saluran
pernapasan atas). Kemudian, terjadinya ketidak efiesien dikarenakan sekolah, tempat
dan aktivitas masyarakat terganggu dan berujung di liburkan, tidak hanya manusia
yang terdampak hewan yang tinggal di hutan Kalimantan Barat kehilangan tempat
tinggal dan munculnya persoalan internasional terhadap kabut asap kebakaran hutan
Kalimantan barat sudah sampai merugikan Negara – Negara tetangga. (Putri 2017
dalam Saputro, Handayani, dan Najicha, 2021 : 30).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Upaya Hukum Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam
mengatasi Kebakaran Hutan dalam Perspektif Perubahan Iklim?
2. Bagaimanakah Fakta-fakta Kebakaran Hutan di Kalimantan Barat?

2
Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.8/ME NLHK/Setjen/KUM.1/32018
C. Hasil dan Pembahasan
1. Perubahan Iklim Terhadap Kalimantan Barat
Perubahan iklim memberikan dampak terhadap berbagai sektor yang terkait
dengan kehidupan masyarakat. Dampak perubahan iklim dirasakan pada sektor
perikanan, kelautan, pertanian, kehutanan, kesehatan, lingkungan, sumber daya air,
dan banyak lainnya. Dampak yang paling ekstrim dari perubahan iklim adalah
terjadinya kenaikan temperatur serta terjadinya pergeseran musim (http:// iklim.
dirgantara-lapan.or.id/). Salah satu dampak nyata dari perubahan iklim terhadap sektor
kehutanan adalah bencana kebakaran hutan yang diakibatkan oleh terjadinya cuaca
panas dan curah hujan yang kurang. Pada kurun waktu 1997- 1998, Indonesia
mengalami kebakaran hutan yang sangat parah sebagai akibat berubahnya karakter
gejala alam ElNino yang menjadi lebih sering.
Kebakaran hutan sudah tidak asing di Indonesia, terutama di pulau Kalimantan
karena setiap tahun pasti selalu ada kejadian kebakaran hutan yang melibatkan dua
faktor antara alan dan kesengajaan manusia. Kebakaran hutan terjadi ketika dating
musim kemarau. Hampir keseluruhan hutan di Kalimantan pernah terbakar. Dari
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Sekatan
tidak luput. Kalimantan Tengah, ibukota Pontianak, dimana daerah yangdilewati garis
khatulistiwa. Kalimantan Tengah memiliki hutan tropis yang besar dan menyimpan
banyak sumber daya alam dan hayati ynag berlimpah. Namun tangan – tangan
manusia serakah membuat hutan tidak selebat dahulu.
Satu diantara daerah di Kalimantan Barat yang menjadi titik kebakaran hutan,
yakni Kabupaten Kubu Raya sudah menjadi langganan kebakaran hutan di setiap
musim kemarau. Menurut data unit penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
(UPKHL) DInas Kehutana Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan bulan oktober
2013, jumlah tiitk panas yang terasa di Kabupaten Kubu Raya ialah 349 titik, memang
kabupaten Kubu Raya rawan akan kebakaran lahan dikarenakan didominasi lahan
gambut yang notabene mudah terbakar. (dalam Jawad, Nurdjali, dan Widiastuti, 2015
: 88).3
Sebagian besar wilayah di provinsi Kalimantan Barat merupakan kawasan lahan
gambut apa yang sangat rawan jika terjadi kebakaran. Pada tahun 2019 kebakarah
3
Anggraini, N., & Trisakti, B. (2011). Kajian dampak perubahan iklim terhadap kebakaran hutan dan deforestasi
di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, 8.
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_inderaja/article/view/1609.
hutan dan lahan gambut di Kalimantan Barat mencapai 151.919 Ha. Hal tersebut
mempengaruhi fungsi hutan sebagai sumber daya alam dan hayati, menahan air serta
komoditas hutan (Dicelebica, Akbar, dan Rahayu, 2022 : 116). Selain di kubu raya,
Kota Pontianak menjadi salah satu daerah terdeteksi titik panas kebakaran hutan.
Pontianak secara geografis mempunyai luas sekitar 107,82 km2 yang terdiri dari 6
kecamatan dan 29 kelurahan dalam tahu 2019 terdeteksi sekitar 16 kelurahan
terdampak bencana terutama kebakran hutan dimana 6 kelurahan yakni Bangka
Belitung darat, bansir darat, parit, siantan hulu dan batu laying serta tokoya dan
siantan hilir. (Saputra, 2022 : 2 - 3).4
Kejadian yang menimpa wilayah di Kalimantan Barat terutama Pontianak
mengakibatkan banyak kerugian yang terjadi akibat kebakaran hutan. Tindakan
membakar hutan kebanyakkan tindakan yang disengaja yang ditunjukan dengan
tujuan tertentu seperti pembukaan lahan. Pembakaran hutan ini mudah menjalar bebas
melahap ranting, dedaunan, cabang pohon yang mati semak – semak, gulma dan
lainnya yang berada dihutan tersebut. Kebakaran hutan ini tidak hanya berdampak
disekitaran daerah provinsi Kalimantan Barat yang meliputi Pontianak dan sekitarnya.
Namun, dampaknya sampai ke Negara tetangga yang merasakan kabut asap dari
kebakaran hutan besar – besaran. Banyak protes yang dilayangkan oleh Negara
tetangga terutama Malaysia dan Singapura terhadap Indonesia. Karena menganggu
dan merugikan secara lokal, internasional dan global.

2. Regulasi Kebakaran Kehutanan di Kalimantan Barat


Aturan tentang kebakaran hutan di Kalimantan Barat di atur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 02 Tahun 2022
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan. Terdapat dalam pasal 4
yaitu:
1) Setiap orang , baik sengaja maupun tidak sengaja, dilarang membakar dan/atau
melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kebakaran hutan dan/atau lahan.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
masyarakat yang melakukan kegiatan dengan memperhatikan sungguh-
sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing.
4
Cahyono, S. A., Warsito, S. P., Andayani, W., & Darwanto, D. H. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebakaran hutan di indonesia dan implikasi kebijakannya. Jurnal Sylva Lestari, 3(1), 103-112.
https://doi.org/10.23960/jsl13103-112.
3) Masyarakat yang melakukan kegiatan dengan memperhatikan sungguh-
sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) , pembukaan lahan dengan cara dibakar menggunakan metode sekat
bakar.
4) Setiap pelaku usaha dilarang membiarkan lahan terbakar tanpa upaya
penanggulangan, sehingga kebakaran menyebar dan meluas ke areal lain.
5) Setiap orang dilarang menimbun dan membuang bahan yang dapat
menyebabkan kebakaran hutan dan/atau lahan.5

3. Fakta-Fakta Upaya Kalimantan Barat dalam Mengatasi Kebakaran Hutan


Pencegahan kebakaran telah diupayakan Pemerintah melalui penetapan
kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar “zero burning policy” yang dituangkan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan lahan, Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan serta Peraturan Daerah Kalimantan Barat Nomor 6 Tahun 1998
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakran Hutan Dan Lahan. Menurut
Perda Kalimantan Barat Nomor 6 Tahun 1998, upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan, adalah :
a. Menetapkan lembaga PUSDALKARHUTLADA ( Pusat Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan Daerah) Provinsi Kalimantan Barat,
POSKOLAKDALKARHUTLADA(Pos Komando Pelaksana
Pengendalian kebakaran Hutan dan Lahan Daerah) Kabupaten/ Kota
SATLAKDALKARHUTLA (Satuan Pelaksana Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan) ditingkat kecamatan.
b. Membentuk Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan
(SATGASDAMKARHUTLA)
c. Melakukan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
pelaksaan pembentukan lahan untuk pembangunan perkebunan, pertanian,
trasmigrasi, kehutanan dan lain-lain baik yang dilakukan perusahaan dan
masyarakat.

5
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 02 Tahun 2022 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
d. Mengiventarisik daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan membuat
peta kerawangan.
e. Menediakan peralatan pemadam kebakaran, peralatan perorangan maupun
beregu.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatiahan tenaga inti pemadam
kebakaran hutan dan lahan terutama dari SATGASDAMKARHUTLAdan
masyarakat.
g. Melakuakan kegiatan deteksi dini untuk mengetahui lebih awal
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan menurut Perda
Kalimantan Barat Nomor 6 Tahun 1998, melalui usaha-usaha.
h. Mengarahkan personil SATGASDAMKARHUTLA dan segenap upaya
bantuan dalam bentuk tenaga baik Masyarakat, Aparat Pemerintah baik
Sipil maupun TNI/POLRI.
i. Memobilisasi peralatan pemadaman kebakaran, sarana dan persarana
pendukung lainnya pada lokasi kejadian.
j. Mencari sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan
k. Melakukan pemadaman kebekaran hutan dan lahan6

4. Kebakaran Hutan Dalam Perspektif Perubahan Iklim Di Kalimantan Barat


Kebakaran hutan di Kalimantan Barat dalam perspektif perubahan iklim
adalah fenomena yang serius dan mengkhawatirkan. Perubahan iklim, terutama
peningkatan suhu global dan perubahan pola curah hujan, telah memberikan
kontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko kebakaran hutan di daerah ini.

Salah satu faktor penting dalam kebakaran hutan adalah kondisi kering yang
terkait dengan perubahan iklim. Peningkatan suhu global menyebabkan
penguapan air yang lebih tinggi, mengakibatkan kekeringan yang lebih sering
terjadi. Pola curah hujan yang berubah juga dapat menyebabkan musim kemarau
yang lebih panjang dan intens, menciptakan kondisi yang lebih rentan terhadap
kebakaran hutan.

6
Departemen Pertanian. 2007. Kebijakan Dalam Pengendalian Kebakaran Lahan dan Bencana Asap Makalah
Seminar Lokakarya Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan serta Penanggulangan Bencana Asap.
Banjarmasin 30 Mei 2007, h.22
Selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi ekosistem dan vegetasi di
Kalimantan Barat. Peningkatan suhu dan pola curah hujan yang tidak stabil dapat
mengubah komposisi spesies tumbuhan dan membuatnya lebih rentan terhadap
kebakaran. Pada gilirannya, kebakaran hutan dapat menyebabkan kerusakan lebih
lanjut pada ekosistem, termasuk hilangnya habitat bagi banyak spesies hewan dan
tumbuhan.

Tindakan manusia juga berperan dalam kebakaran hutan di Kalimantan


Barat. Pembukaan lahan secara besar-besaran untuk pertanian, perkebunan kelapa
sawit, dan penambangan batubara telah meningkatkan risiko kebakaran hutan.
Praktik pembakaran hutan yang tidak terkendali juga menjadi faktor utama dalam
terjadinya kebakaran yang meluas.

Untuk mengatasi kebakaran hutan dan dampak perubahan iklim di


Kalimantan Barat, langkah-langkah berikut dapat diambil:

1. Pengurangan emisi gas rumah kaca: Upaya harus dilakukan untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Hal ini melibatkan
peningkatan penggunaan energi terbarukan, pengurangan deforestasi, dan
peningkatan efisiensi energi.
2. Pengelolaan hutan yang berkelanjutan: Perlindungan dan pengelolaan hutan
yang baik sangat penting. Ini termasuk pengawasan yang lebih ketat terhadap
pembukaan lahan ilegal dan pembakaran hutan, pemantauan yang lebih baik
terhadap aktivitas manusia di hutan, dan pengembangan praktik pertanian dan
perkebunan yang ramah lingkungan.
3. Peningkatan kesadaran masyarakat: Edukasi dan kesadaran masyarakat
tentang bahaya kebakaran hutan dan pentingnya menjaga lingkungan harus
ditingkatkan. Ini dapat mencakup kampanye penyuluhan, pelatihan
pengelolaan kebakaran, dan pengembangan alternatif ekonomi yang
berkelanjutan untuk masyarakat lokal.
4. Kerjasama antar negara: Kebakaran hutan tidak mengenal batas administratif.
Negara-negara dan komunitas internasional perlu bekerja sama dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.7

7
Saputro, J. G. J., Handayani, I. G. A. K. R., & Najicha, F. U. (2021). Analisis Upaya Penegakan Hukum Dan
Pengawasan Mengenai Kebakaran Hutan Di Kalimantan Barat. Jurnal Manajemen Bencana (JMB), 7(1).
https://doi.org/10.33172/jmb.v7i1.692.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Hutan adalah satu diantara sumber daya yang memiliki peran penting dan
berpontesi bagi kehidupan sosial keberadaan hutan perlu dipertahankan kepada
dukungan sistem kehidupan. Pengaruh hutan ada banyak, seperti kondisi sumber
daya air, lahan, permukiman, pelindungan satwa atau habitat satwa, tempat
rekreasi atau pariwisata hingga pendidikan, lalu pengelolaan air mencegah banjir,
tanah dan erosi. Kemudian menyuburkan tanah dan masih banyak lagi pengaruh
positif. Manfaat dan pengaruh yang positif dan penting bagi makhluk hidup
menjadikan hutan sebagai paru – paru dunia. Sayangnya, hutan rusak akibat
kebakaran hutan.
Kebakaran hutan di Kalimantan Barat, kota Pontianak. Sangat berskala
besar dimana ditahun 2013 ada 349 titik api dan tahun 2019 yang mengakibatkan
16 kelurahan terdampak karena kebakaran hutan.kebakaran hutan memang
memberikan dampak yang sangat merikan dari aspek ekonomi, social budaya,
hingga gangguan kesehatan pernapasan, yaitu ISPA yang terjadi akibat kabut asap
yang menutupi kota Pontinak. Sehingga banyak aktivitas, tempat kerja dan
sekolah berhenti sementara. Kabut Asap dari kebakaran hutan Kalimantan Barat
ini pun selain merugikan penduduk lokal juga sampai ke Negara tetangga.
Kualitas udara yang yang sangat buruk, jarak pandang sangat terbatas sampai –
sampai peswat membatalkan atau mengundurkan pernembangannya karena kabut
asap yang menutupi seluruh bandara dan sangat berbahaya terbang dengan kondisi
tersebut. Kualitas udara yang sangat buruk dan tidak baik bagi kesehatan
menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia terutama alat pernapasan.
Individu yang sangat beresiko adalah orang yang mempunyai riwayat sakit
jantung dan pernapasan, usia lanjut usia ibu hamil dan menyesui serta anak bayi
hingga balita. Oleh sebab itu kebakaran hutan yang sering terulang setiap
tahunnya dapat dicegah atau ditanggulangi agar tidak ada kerugian besar lagi.8
Kejadian yang menimpa wilayah di Kalimantan Barat terutama Pontianak
mengakibatkan banyak kerugian yang terjadi akibat kebakaran hutan. Tindakan
membakar hutan kebanyakkan tindakan yang disengaja yang ditunjukan dengan

8
Jawad, A., Nurdjali, B., & Widiastuti, T. (2015). Zonasi daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 3(1). https://doi.org/10.26418/jhl.v3i1.9244.
tujuan tertentu seperti pembukaan lahan. Pembakaran hutan ini mudah menjalar
bebas melahap ranting, dedaunan, cabang pohon yang mati semak – semak,
gulma dan lainnya yang berada dihutan tersebut. Kebakaran hutan ini tidak hanya
berdampak disekitaran daerah provinsi Kalimantan Barat yang meliputi Pontianak
dan sekitarnya. Namun, dampaknya sampai ke Negara tetangga yang merasakan
kabut asap dari kebakaran hutan besar – besaran. Banyak protes yang dilayangkan
oleh Negara tetangga terutama Malaysia dan Singapura terhadap Indonesia.
Karena menganggu dan merugikan secara lokal, internasional dan global.
Pencegahan kebakaran telah diupayakan Pemerintah melalui penetapan
kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar “zero burning policy” yang dituangkan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan lahan, Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan serta Peraturan Daerah Kalimantan Barat Nomor 6 Tahun 1998
Tentang Pencegahan DanPenanggulangan Kebakran Hutan Dan Lahan.9
2. Saran

Kebakaran hutan di Kalimantan Barat merupakan masalah serius yang


berkontribusi pada perubahan iklim global. Berikut adalah beberapa saran untuk
mengatasi kebakaran hutan dan mengurangi dampaknya terhadap perubahan
iklim:
Pencegahan kebakaran hutan: Melakukan upaya pencegahan adalah langkah
yang paling efektif. Masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait perlu bekerja
sama untuk mengurangi risiko kebakaran hutan dengan mengimplementasikan
langkah-langkah seperti:
 Meningkatkan pengawasan dan patroli untuk mendeteksi kebakaran secara
dini.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran
hutan dan upaya pencegahannya.
 Menerapkan aturan dan hukuman yang tegas bagi pelaku pembakaran
hutan ilegal.
 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
9
Dicelebica, T. F., Akbar, A. A., & Rahayu, D. J. (2022). Identifikasi dan Pencegahan Daerah Rawan Bencana
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 20(1), 115- 126.
dan menjaga kelestarian hutan.
 Pengelolaan hutan yang berkelanjutan: Penting untuk menjaga kelestarian
hutan dengan melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan
yang berkelanjutan. Beberapa tindakan yang dapat diambil adalah:
 Mendorong pemanfaatan hutan secara berkelanjutan dengan melibatkan
masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
 Meningkatkan pemantauan dan pengawasan terhadap aktivitas ilegal
seperti penebangan liar dan pembakaran hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Indmira,”Peran Hutan Melawan Perubahan Iklim”,Februari 18,2023, https://indmira-


enviro.id/peran-hutan-melawan-perubahan-iklim/

Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.8/ME


NLHK/Setjen/KUM.1/32018

Anggraini, N., & Trisakti, B. (2011). Kajian dampak perubahan iklim terhadap
kebakaran hutan dan deforestasi di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, 8.
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_inderaja/article/view/1609.

Cahyono, S. A., Warsito, S. P., Andayani, W., & Darwanto, D. H. (2015). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebakaran hutan di indonesia dan implikasi kebijakannya.
Jurnal Sylva Lestari, 3(1), 103-112. https://doi.org/10.23960/jsl13103-112

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 02 Tahun 2022
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

Departemen Pertanian. 2007. Kebijakan Dalam Pengendalian Kebakaran Lahan dan


Bencana Asap Makalah Seminar Lokakarya Pengendalian Kebakaran Lahan dan
Hutan serta Penanggulangan Bencana Asap. Banjarmasin 30 Mei 2007, h.22
Saputro, J. G. J., Handayani, I. G. A. K. R., & Najicha, F. U. (2021). Analisis Upaya
Penegakan Hukum Dan Pengawasan Mengenai Kebakaran Hutan Di Kalimantan
Barat. Jurnal Manajemen Bencana (JMB), 7(1).
https://doi.org/10.33172/jmb.v7i1.692.

Jawad, A., Nurdjali, B., & Widiastuti, T. (2015). Zonasi daerah rawan kebakaran hutan
dan lahan di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 3(1). https://doi.org/10.26418/jhl.v3i1.9244.

Dicelebica, T. F., Akbar, A. A., & Rahayu, D. J. (2022). Identifikasi dan Pencegahan
Daerah Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Berbasis Sistem
Informasi Geografis di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Lingkungan, 20(1), 115-
126.

Anda mungkin juga menyukai