Anda di halaman 1dari 11

LATAR BELAKANG HISTORIS LAHIRNYA ALIRAN AL-MURJI’AH DALAM

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM


Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam
Dosen pengampu:
DR. M. SUAIB TAHIR

Disusun oleh:
Itmamul Wafa
Irfan Rajes

Program Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (IPTIQ) Jakarta
2022
LATAR BELAKANG HISTORIS LAHIRNYA ALIRAN AL-MURJI’AH DALAM
SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM

Itmamul Wafa, Irfan Rajes


Institut PTIQ Jakarta
Itmamulwafa@ptiq.ac.id ,abiirfanrajes@gmail.com

Abstrak

Murji’ah merupakan aliran yang mulanya berasal dari persoalan politik yang kemudian
berkembang menjadi persoalan teologi. Aliran teologi ini memiliki sifat netral dan memberi
pengharapan terhadap pelaku dosa besar. Penamaan dalam murji’ah terkandung makna yang
tersirat bahwasanya ajaran teologi ini mengutamakan iman dan menomorduakan amal
perbuatan. Murji’ah dapat juga men takhir-kan penentuan sikap yang benar atau siapa yang
salah dalam suatu pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Ajaran pokok murji’ah
pada dasarnya merupakan sumber dari gagasan atau doktrin yang diaplikasikan dalam banyak
persoalan.

Kata kunci: Murji’ah, Teologi, ilmu Kalam

Abstract

Murji'ah is a genre that originally came from a political problem which later developed into a
theological problem. This school of theology has the nature of neutrality and giving towards
the perpetrators of mortal sins. The naming in the murji'ah contains the meaning that this
theological teaching puts faith first and puts deeds second. Murji'ah can also update the right
attitude or who is wrong in a dispute between Ali bin Abi Talib and Muawiyah. The main
teachings of murji'ah are basically the source of ideas or doctrines that are applied in many
problems.

Keywords: Murji’ah, Theologi, Kalam

‫امللخص‬
‫ هذه املدرسة الالهوتية هلا طبيعة‬.‫املرجية هي مدرسة نشأت يف األصل من مشكلة سياسية تطورت فيما بعد إىل مشكلة الهوتية‬
‫ حتتوي التسمية يف املرجعة على معىن أن هذا التعليم الالهويت يضع اإلميان أوالً ويضع‬.‫احلياد والعطاء جتاه مرتكيب اخلطااي املميتة‬
‫ إن‬.‫أيضا حتديث املوقف الصحيح أو املخطئ يف اخلالف بني علي بن أيب طالب ومعاوية‬
ً ‫ ميكن ملرجعية‬.‫األعمال يف املرتبة الثانية‬
‫التعاليم الرئيسية للمرجعية هي يف األساس مصدر األفكار أو املذاهب اليت يتم تطبيقها يف العديد من املشاكل‬.

‫ علم‬,‫ علم الكالم‬,‫مرجعه‬:‫الكلمه الداله‬


PENDAHULUAN

Dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam, terdapat beberapa aliran ilmu kalam.
Diawali oleh pertentangan politik Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang
berujung pada peristiwa Tahkim. Dalam hal ini muncullah pertentangan-pertentangan teologis
di kalangan umat Islam.
Murji’ah merupakan salah satu aliran teologi islam yang netral atau memberi
pengharapan terhadap umat yang telah melakukan dosa besar, munculnya ditimbulkan oleh
persoalan politik yang berkembang menjadi persoalan teologis. Dengan demikian kaum
murji’ah pada awalnya tidak mau ikut campur dengan pertentangan yang terjadi ketika itu dan
mengambil sikap menyerahkan perseteruan hukum kafir maupun tidak kafir.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif
sendiri memiliki arti yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif dengan
menggambarkan sejarah kemunculan aliran murji’ah baik dalam golongan politik maupun
teologi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Secara garis besar murji’ah terbagi menjadi 2, yaitu murjia’h yang moderat dan
murji’ah yang ekstrim. Dan kedua golongan ini yang berdiri sendiri telah hilang, aliran
murji’ah yang moderat telah masuk kedalam aliran Ahlussunnah Wal jama’ah dan aliran yang
ekstrim telah hilang, namun ada sebagian umat islam yang mungkin secara tidak sadar telah
mengambil pemikiran dari aliran murji’ah ekstrim.

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUNCULNYA MURJI’AH


1. Pengertian Murji’ah
Mur’jiah bentuk isim fa’ilnya yaitu (murji’un-murji’atun). Fa’il madhinya yaitu
(arja’a)-yurji’u-irja’a yang artinya menunda atau menangguhkan, memberi harapan
atau bisa juga mengesampingkan. Amin Nurdin dalam bukunya menjelaskan ketiga
makna tersebut:1
a) Menunda atau menangguhkan adalah dalam hal menanggapi para sahabat
yang bertentangan, mereka yang mengeluarkan pendapat siapa yang
bersalah. Sikap mereka yakni menunda dan menangguhkan dalam
penyelesaian persoalan tersebut di hari akhir kelak dihadapan Allah SWT.
b) Memberi harapan adalah orang muslim yang berbuat dosa besar tidak
menyebabkan mereka menjadi kafir. Maka, mereka tetap mukmin dan tetap

1
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran IslamI (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h.24
mendapatkan ridha Allah SWT, meskipun mereka harus masuk lebih dahulu
kedalam neraka karena perbuatan dosanya.
c) Mengesampingkan adalah golongan ini menganggap yang penting dan yang
diutamakan adalah iman, sedang amal perbuatan merupakan persoalan
kedua. Dalam golongan ini yang menentukan mukmin atau kafirnya seorang
muslim adalah keimanannya bukan perbuatannya, dengan kata lain
perbuatan berada di urutan ter belakang setelah iman.
Dr. Abdul Mun’im menerangkan bahwasanya irja’ memiliki dua makna, yang
pertama: ta’khir yakni mengakhirkan, yang artinya golongan ini sepakat untuk
mengakhirkan perbuatan setelah iman. Yang kedua: I’tha’u ar-raja’a yakni memberi
harapan, yang artinya golongan ini sepakat memberi harapan bagi pelaku dosa besar
dan pelaku tetap mendapatkan pahala atas keimanannya.2
Amin Nurdin menyatakan bahwa terdapat kecenderungan terhadap penamaan
golongan ini yakni golongan ini sendiri. 3 Namun, belum ada bukti yang pasti mengenai
siapa yang memberi nama golongan ini.

2. Asal-usul Lahirnya Aliran Murji’ah


Latar belakang lahirnya aliran murji'ah ditimbulkan akibat persoalan politik dan
perang saudara yang terjadi antara khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin
Abi Sufyan. Aliran ini merupakan suatu paham yang dikembangkan oleh segolongan
dari pengikut Ali bin Abi Thalib yang tidak menyetujui gencatan senjata dalam perang
shiffin melawan Muawiyah. 4 Fazlur Rahman juga mengatakan bahwa reaksi atas
khawarij ini telah menimbulkan dukungan terhadap sikap para pasif atau minimal non-
aktivis di masyarakat yang dikenal dengan irja’.5
Pemimpin Murji’ah ialah Hasan bin Bilal Al-Muzni, Abu Salat AS-Saman dan
Tsauban Dirar bin Umar. Yang mengarang syair kepercayaan-kepercayaan kaum
murji'ah ialah Tsabit bin Qathan. Ia adalah penyair terkenal pada pemerintahan Bani
Umayah.6
Sebagaimana aliran Khawarij, aliran teologi murji'ah ditimbulkan akibat
persoalan politik. setelah Utsman bin Affan wafat muncullah kaum khawarij yang
berbalik memusuhi Ali. Perlawanan kaum khawarij memperkuat pendukung-
pendukung yang bertambah keras membela Ali yang akhirnya membentuk
golongannya tersendiri yang dikenal dengan nama Syi’ah (Syiah Aliyin). Meskipun
keduanya bermusuhan, namun mereka tetap menentang kekuasaan Bani Umayah
dengan alasan yang berlainan. Abu Zahiran menjelaskan dalam suasana pertentangan
inilah muncul golongan murji’ah yang bersikap netral dan tidak mau turut andil dalam
praktik kafir mengkafirkan diantara dua golongan yang bertentangan itu. Bagi mereka,

2
Abdul Mu’im Al-Hafni, ensiklopedia Golongan, kelompok, aliran, madzhab, partai dan gerakan Islam
(Jakarta: Soegeng Sarjadi Syndicate bekerjasama dengan Grafindo Khazanah Isalam,2006) h.808
3
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h.25
4
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h. 22, lihat Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: CV Pustaka Setia,2008) h.111
5
Fazlu Rahman, Gelombang Perubahan dalam Islam Studi Tentang Fundamentalisme Islam (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2001) h.94
6
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (teologi Islam)- Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persad,2012) h.152
sahabat-sahabat yang bertentangan itu adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan
tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu, kaum murji’ah tidak mengeluarkan
pendapat terkait tentang siapa yang sebenarnya bersalah. Pandangan mereka lebih baik
menunda penyelesaian persoalan mereka kepada Tuhan di akhirat kelak.7

Selain teori diatas ada beberapa teori lain yang mengatakan tentang asal usul
murji’ah, yakni:8
a) Teori yang pertama mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja dikembangkan oleh
Sebagian sahabat yang bertujuan untuk menjamin persatuan dan kesatuan umat
Islam Ketika terjadi pertikaian politik juga menghindari sektarianisme 9. Sebagai
kelompok politik maupun teologis murji’ah diperkirakan lahir bersamaan dengan
kemunculan syi’ah dan khawarij. Kelompok murji’ah merupakan musuh berat dari
khawarij.
b) Teori kedua mengatakan bahwa gagasan ini muncul pertama kali sebagai gerakan
politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, yakni Al-Hasan bin
Muhammad Al-Hanafiyyah sekitar tahun 695 H. penggagas dari teori ini
menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian Muawiyah, pada tahun 680 H dunia
Islam dikoyak oleh pertikaian sipil. Sebagai respon dari keadaan ini, munculnya
gagasan irja’. Gagasan ini pertama kali dipergunakan oleh cucunya Ali dalam surat
pendeknya dalam surat itu, Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan
mengatakan “Kita mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan
keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik sipil pertama yang melibatkan
Utsman, Ali dan Zubair” dengan sikap politik ini Al-Hasan mencoba
menanggulangi perpecahan umat Islam.
c) Teori ketiga mengatakan bahwa Ketika terjadinya perseteruan atara Ali dan
Muawiyah. Dilakukanlah tahkim (arbitrase) 10 atas usulan dari Amr bin Ash,
seorang kaki tangan dari Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kelompok
yakni pro dan kontra. Kelompok kontra yang akhirnya keluar dari Ali yakni
khawarij mereka memandang bahwa tahkim bertentangan dengan Al-Qur’an.
Mereka perbendapat bahwa melakukan tahkim adalah dosa besar dan pelakunya
dihukumi kafir. Pendapat ini lalu ditentang oleh murji’ah, yang menyatakan bahwa
pembuat dosa besar tetap mukmin, sementara dosanya diserahkan kepada Allah
SWT, Dia akan mengampuni atau tidak.

Dari seluruh yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwasannya murji’ah lahir
dengan paham yang bertentangan dengan khawarij.

7
Muhammad Abu Zahirah, Tarikh al-Madzahib al-Islami, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi) h.221
8
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (bandung: CV Pustaka Setia, 2007) h.56
9
Sektarianisme yakni semangat membela suatu sekte atau madzhab, kepercayaan atau pandangan agama
yang berbeda dari pandangan yang lebih ladzim diterima oleh para penganut agama tersebut.
10
Arbitrase asalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral, yang berarti
menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan.
B. AJARAN DALAM MURJI’AH
1. Ajaran Pokok Murji’ah
Pada dasarnya ajaran pokok dari murji’ah bersumber dari irja’ yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan baik dalam persoalan politik maupun teologis.
Pada bidang politik ajaran ini diimplementasikan dengan sikap politik netral atau bisa
dibilang non-blok, yang hampir selalu diekspresikan dengan diam. Maka dari itu,
kelompok ini dikenal juga sebagai the quietest (kelompok bungkam).11
Dalam bidang teologi, menurut Ahmad Amin persoalan yang dibicarakan dalam
aliran ini berkisar antara pembahasan iman, kufur, mukmin dan kafir. 12 Persoalan
tersebut dibahas oleh aliran ini, karena melihat golongan khawarij dengan
mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar.
Pendapat murji’ah tentang iman ialah mengetahui Allah dan Rasul-Nya. Barang
siapa yang mengetahui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mereka adalah mukmin. Maka, dalam aliran ini yang penting hanyalah iman dan
yang menentukan mukmin atau tidaknya seseorang, perbuatan tidak berpengaruh dalam
hal ini. Dengan demikian, ucapan dan perbuatan seseorang tidak merusak iman
seseorang.13 Maka dari itu, bagi kaum murji’ah seseorang yang telah melakukan dosa
besar dengan iman dalam hatinya tidak dihukumi kafir. Berbeda dengan pendapat
khawarij yang menyatakan bahwa mereka menghukumi kafir seseorang yang berdosa
besar, walaupun masih terdapat iman di dalam hatinya. Dengan demikian jelas bahwa
iman bagi murji’ah hanya keyakinan dalam hati tidak berkaitan dengan amal atau
perbuatan.

Abu A’la Al-Maududi menyebutkan 2 doktrin pokok ajaran murji’ah :


a) Iman adalah kepercayaan Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal dan perbuatan
tidak termasuk keharusan. Dalam hal ini, seseorang tetap dikatakan mukmin
walaupun meninggalkan perbuatan yang difardhukan dan melakukan dosa besar.
b) Dalam keselamatan iman semata. Selama masih ada iman didalam hatinya, setiap
maksiat tidak mendatangkan mudharat. Untuk mendapatkan pengampunan dari
Allah SWT, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati
dalam keadaan akidah tauhid.
Selain ajaran pokok para ahli diatas ada beberapa anggapan tentang ajaran yang ada
di dalam aliran ini.

2. Perbedaan Anggapan Dalam Aliran Murji’ah


Aliran yang pada awalnya tumbuh karena masalah politik ini yang kemudian
pindah ke ranah teologi, dalam perkembangannya terdapat berbagai perbedaan
anggapan dalam ajaran-ajaran murji'ah dan pengikutnya.14

11
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (bandung: CV Pustaka Setia, 2007) h.25
12
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h. 25
13
Novan Ardi Wiyani, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Teras,2015) h.67
14
Abul Hasan Isma’il Al-Asy’ari, Prinsipp-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam (Bandung: CV Pustaka
Setia, 1998) h.196-219
a) Iman
Dalam hal keimanan murji’ah memiliki 12 kelompok anggapan yakni:
1) Jahamiyyah yakni para pengikut Jaham ibn Shafwan, mereka
beranggapan bahwa iman itu meliputi pengenalan terhadap-Nya, Rasul-
Nya dan apapun yang didatangkan-Nya. Sedangkan amal baik tidak
termasuk kedalam iman.
2) Pengikut Abu al-Husein al-Shali yang mana mereka beranggapan bahwa
iman itu hanya pengenalan terhadap Allah SWT semata dan kufur pun
hanya kejahilan atas-Nya dan tidak pula kufur pun atas kejahilan-Nya.
Maka seseorang yang mengatakan Allah SWT itu ada tiga tidak
dianggap kafir kecuali secara zhahir orang kafir, sebab kaum muslim
bersepakat tidak mengkafirkan perkataan seorang pun kalau dia bukan
kafir.
3) Pengikut yunus al-Samiri yang mana mereka beranggapan bahwa iman
itu pengenalan terhadap-Nya, patuh atas-Nya, tidak bersikap sombong
kepada-Nya. Mereka beranggapan bahwa seseorang tidak disebut
mukmin kecuali pada dirinya terhimpun hal-hal tersebut, terkadang
mereka menyebut kafir jika seseorang itu meninggalkan salah satu dari
hal itu.
4) Syamsuriyyah yakni pengikut Abu Syamr dan Yunus, mereka
beranggapan bahwa iman itu pengenalan terhadap Allah, patuh atas-
Nya, mencintai-Nya sepenuh hati dan menyatakan ikrar bahwa dia itu
esa tanpa sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Mereka beranggapan
iman adalah menyatakan dan membenarkan semua hal ini, sementara
pengenalan terhadap sesuatu yang didatangkan Allah termasuk iman.
5) Tsaubaniyyah yakni pengikut dari Abu Tsauban. Mereka menganggap
bahwa iman itu menyatakan ikrar kepada Allah, Rasul-Nya, terhadap
apapun itu. Karena menurutnya iman bukanlah sekedar mengenal Allah
SWT semata.
6) Najariyyah yakni pengikut dari al-Najar. Mereka beranggapan bahwa
iman itu pengenalan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, patuh atas
semua yang diwajibkan oleh-Nya. Maka dalam hal ini jika seseorang
tidak mengenal semua hal ini atau hanya mengenalnya tanpa
menyatakan ikrar niscaya ia pun disebut seorang kafir.
7) Ghailaniyyah yakni para pengikut dari Ghailani, mereka menganggap
bahwa iman itu pengenalan terhadap Allah SWT berdasarkan akal dan
dalil-dalil-Nya, mencintai-Nya dan segenap yang didatangkan-Nya.
8) Pegikut Muhammad ibn Syabib beranggapan bahwa Dia adalah Esa
tanpa sesuatu yang menyerupai-Nya, iman itu menyatakan ikrar kepada
Allah SWT dan mengakui semua yang didatangkan oleh Allah SWT
kepada muslim melalui Rasululah ‫ ﷺ‬seperti shalat dan lain-lain.
9) Hanafiyyah yakni para pengikut Hanifah yang beranggapan yakni iman
itu mengenal dan menyatakan ikrar kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan
apapun yang didatangkan secara total.
10) Tumaniyyah yakni pengikut dari Abu Mu’adz al-Tumani yang
beranggapan bahwa iman itu merupakan hal yang menghindarkan
seseorang dari kekufuran.
11) Marisiyyah yakni pengikutnya Bisyr al-Marisini, yang beranggapan
bahwa iman merupakan pembenaran (tashdiq) secara lisan dan hati.
12) Karamiyyah yaitu para pengikut Muhammad in Karam yang
beranggapan bahwa iman itu menyatakan ikrar dan pembenaran secara
lisan, bukan dengan sepenuh hati. Bahkan orang munafik di zaman
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menurut anggapan mereka pada dasarnya mukmin,
karena itu disebut kufur jika mengingkari-Nya secara lisan.
b) Batasan dari kufur
Batasan kufur ini terbagi menjadi 7 kelompok anggapan yakni:
1) Kelompok jamhiyyah beranggapan kufur merupakan sesuatu hal yang
berkenaan dengan hati.
2) Kelompok kedua beranggapan bahwa kufur merupakan banyak hal yang
berkenaan dengan hati ataupun selainnya.
3) Kelompok ketiga. 15
4) Kelompok keempat yakni pengikut Muhammad ibn Karam yang
beranggapan bahwa kufur itu mendustakan-Nya, membangkang dan
mengingkari secara lisan.
5) Kelompok kelima beranggapan bahwa kufur itu membangkang dan
mengingkari-Nya baik itu berupa lisan maupun sepenuh hati.
6) Kelompok 6 yaitu kempok Abu Syamr
7) Kelompok Muhammad ibn Syahib.
c) Perbuatan maksiat
Dalam hal ini terbagi menjadi 2, yang pertama kelompok pengikut Bisyr
al-Marisi yang menganggap segenap perbuatan maksiat adalah dosa besar.
Yang kedua beranggapan bahwa perbuatan maksiat terbagi 2 yakni dosa
besar dan dosa kecil.
d) Perintah dan larangannya
Dalam hal ini terbagi menjadi 2 yakni: kelompok pertama, beranggapan
perintah dan larangan Allah SWT itu sebenarnya dinyatakan secara khusus,
sampai nanti datangnya alasan yang memaksudkannya secara umum.
Kelompok kedua beranggapan bahwa perintah dan larangan Allah SWT
itu dinyatakan secara umum, kecuali datangnya alasan secara khusus.
e) Qadar
Aliran ini beranggapan bahwa yang pertama, memiliki anggapan sesuai
dengan aliran murji’ah. Yang kedua beranggapan sebaliknya, yang
menisbatkan qadar itu datangnya dari Allah SWT.

15
Kelompok ini tidak dijelaskan oleh Al-Asy’ari
3. Sekte-sekte dalam murji’ah
Murji’ah berkembang dibawah kekuasaan Bani Umayyah, sehingga bermunculan-
lah tokoh-tokoh yang memiliki corak berbeda. 16 Dalam hal ini terdapat problem yang
mendasar ketika penulis mengklasifikasikan sekte-sekte yang ada di dalam aliran
murji’ah. Kesulitan itu diantaranya adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu
yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut murji’ah, namun tidak diklaim
oleh penganut lain. Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha dari mu’tazilah dan
Abu Hanifah dari Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, Ash-Shahrastani seperti yang dikutip
oleh watt menyebutkan sekte-sekte murji’ah sebagai berikut:17
a) Murji’ah Khawarij
b) Murji’ah Qadariyah
c) Murji’ah Jabariya
d) Murji’ah Murni
e) Murji’ah Sunni
Muhammad Imarah menyebutkan bahwa sekte murji’ah terdapat 12 yakni: 18
a) Al-Jamiyyah
b) Ash-Shalihiyah
c) Al-Yunusiyah
d) As-Samiriyah
e) Asy-Syaubaniyah
f) AK-Ghailaniyah
g) An-Najariyah
h) Al-Hanafiyah
i) Asy-Syabibiyah
j) Al-Mu’aziyah
k) Al-Murisiyah
l) Al-Karamiyah
Sedangkan Abdul Mun’im al-Hafni menjelaskan bahwa kelompok murji'ah terbagi
dalam beberapa sekte:
a) Sekte pertama ialah yang mengambil sikap irja’ dalam masalah qadar Allah
SWT
b) Sekte kedua ialah yang mengambil sikap irja’ dalam masalah iman.
c) Sekte ketiga ialah yang dikenal dengan sebutan kelompok murji’ah Khalisah.
Sekte-sekte dalam murji'ah memiliki banyak corak pemikiran yang berbeda, namun
secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu murji’ah ekstrim dan murji’ah yang
moderat.
Dalam murji’ah ekstrim berpendapat bahwa orang Islam yang percaya dengan
Tuhan, kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena
kafir dan iman bukan bertempat dalam tubuh manusia namun dalam sanubarinya.
Mereka menyatakan orang yang telah menyatakan iman meskipun menyembah berhala

16
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h. 25
17
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014) h. 25
18
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (bandung: CV Pustaka Setia, 2007) h. 59
sekalipun, melaksanakan ajaran Yahudi atau Kristen dengan menyembah salib tidaklah
menjadi kafir melainkan tetap muslim dalam pandangan Allah SWT. Pandangan ini
muncul dari prinsip mereka bahwa tidak bertambah dan tidak berkurang karena
perbuatan apapun dan amal tidak punya pengaruh apa-apa terhadap iman.19
Adapun murji’ah yang moderat berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa
besar bukanlah kafir dan tidak kekal di neraka, namun dihukum di dalam neraka sesuai
dengan besar dosanya yang ia lakukan dan ada kemungkinan Tuhan akan
mengampuninya, sehingga mereka tidak akan masuk neraka sama sekali. Didalam
golongan ini terdapat nama al-hasan Ibnu Muhammad ibn Ali bin Abi Thalib, Abu
Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa Ahli Hadits. 20 Maka iman seluruh umat Islam itu
dianggap sama, baik yang beriman dalam hati tanpa diiringi perbuatan dengan yang
taat beribadah.
Menurut nasution murji’ah ekstrim ini amat berbahaya jika diikuti, karena dapat
menimbulkan kehancuran dalam bidang akhlak dan budi pekerti luhur. Karena dalam
pandangan murji’ah yang dipertimbangkan hanyalah iman, maka norma-norma akhlak
dapat dianggap kurang penting dan diabaikan. Pada akhir ulasannya Nasution
menyimpulkan bahwa golongan murji’ah moderat sebagai golongan yang berdiri
sendiri telah hilang dalam ajaran-ajaran mereka mengenai iman, kufur, dan dosa besar
masuk kedalam aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Adapun untuk golongan murji’ah
ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri, namun dalam prakteknya
masih terdapat beberapa umat Islam yang mengajarkan ajaran-ajaran ekstrim itu,
mungkin dengan tidak sadar bahwasannya mereka sebenarnya mengikuti ajaran dari
golongan murji’ah ekstrim.21

KESIMPULAN
Aliran murji’ah lahir oleh persoalan politik yang terjadi, diantara pertiakaian yang
terjadi antara yang setia pada Ali bin Abi Thalib dan yang keluar dari barisan Ali, maka
muncullah aliran yang bersikap netral yang mana aliran ini tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan
yang terjadi di antara golongan tersebut. Golongan yang bersifat netral inilah yang dinamakan
dengan golongan murji’ah.
Kemudian golongan ini berkembang menjadi aliran teologi, dengan seiring berjalannya
waktu murji’ah sudah menghilang dari pentas sejarah, gagasan murji’ah yang ekstrim dapat
menimbulkan efek negatif sampai ke tahap nihilism moral, namun gagasan murji’ah moderat
telah masuk kedalam aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

19
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 1998) h.35-36
20
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 1998) h.34
21
Harun Nasution, Theologi Islam (Jakarta: UI Press, 1986) h.32
Daftar Pustaka

Al-Asy’ari Abul Hasan Isma’il, Prinsipp-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1998)
Al-Hafni Abdul Mu’im, ensiklopedia Golongan, kelompok, aliran, madzhab, partai dan
gerakan Islam (Jakarta: Soegeng Sarjadi Syndicate bekerjasama dengan Grafindo
Khazanah Isalam,2006)
Anwar Rosihon, Ilmu Kalam (bandung: CV Pustaka Setia, 2007)
Bakker, Sejarah Filsafat Dalam Islam, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1987)
Nasution Harun, Theologi Islam (Jakarta: UI Press, 1986)
Nata Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 1998)
Nurdin M. Amin, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014)
Rahman Fazlu, Gelombang Perubahan dalam Islam Studi Tentang Fundamentalisme Islam
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001)
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (teologi Islam)- Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persad,2012)
Supriyadi Dei, Sejarah Peradaan Islam (Jakarta: CV Pustaka setia, 2008)
Wiyani,Novan Ardi, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Teras,2015)
Zahirah Muhammad Abu, Tarikh al-Madzahib al-Islami, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi)

Anda mungkin juga menyukai