Laporan Pelatihan
Laporan Pelatihan
PENDAHULUAN
1
menentukan operabiliti kanker paru. Bahkan kini digunakan pula Bronkoskop
Autofluoresen dengan menggunakan sinar biru atau violet light dari ion Krypton
dalam membantu menegakkan diagnosis dini kanker paru.
Namun, tindakan Bronkoskopi ternyata tidak selalu berlangsung mulus. Ada
beberapa Komplikasi yang dapat terjadi karena tindakan ini. Komplikasi itu dapat
terjadi akibat obat-obat anestesi lokal, adanya spasme laring atau bronkus,
Hipoventilasi, Aritmia, Infark Miokard, Infeksi pascabronkoskopi, dan
Hipoksemia.
Selain untuk diagnostik, Bronkoskopi pada kasus kanker paru juga
digunakan untuk tindakan terapeutik dan evaluasi operasi. Contoh tindakan
terapeutik ini adalah pemasangan Stent Trakeobronkial Tindakan Bronkoskopi
dalam pasien kanker paru dilakukan untuk Bilasan Bronkus (membersihkan
bronkus dari sekret, daerah bekuan darah atau benda asing), Sikatan Bronkus
(pemeriksaan dalam bentuk sel untuk pemeriksaan patologi anatomi), Biopsi
Forsep, Aspirasi Jarum melalui Bronkus, Biopsi paru melalui Bronkus, Stent
Trakeobronkial dan terapi laser.
Makin banyaknya kasus-kasus dengan kedaruratan di bidang Respirasi,
seperti kasus-kasus SNBB (Saluran Nafas Bagian Bawah) yaitu Kanker Paru,
Tumor Paru/Mediastinum, Nodul Paru Soliter, penyakit Paru Interstisial, TB
Endobronkial yang menyebabkan perlunya segera untuk menegakkan diagnosis
maupun terapi.
Dengan menggunakan alat Bronkoskopi maka dapat melihat secara
langsung kelainan yang berada di saluran nafas bagian atas maupun bawah. Selain
untuk melihat kelainan-kelainan, dengan alat ini kita juga dapat melakukan
tindakan yang bersifat terapeutik terhadap beberapa penyakit seperti Corpus
alienum (pengeluaran benda asing), TB Paru, evakuasi akumulasi secret bronkus/
mucus plug ( bronchial toilet ), dan atau pada pemasangan pipa trakea.
Melihat dari segi fisik dan juga harga yang sangat mahal, maka perlu
sekali perhatian khusus dan ekstra hati-hati terhadap perawatan dan penyimpanan
dari alat Broskoskopi tersebut agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Serta kondisi alat tetap optimal, sehingga akan diperoleh hasil pemeriksaan
2
yang akurat. Mengingat tindakan Bronkoskopi merupakan salah satu pemeriksaan
atau tindakan yang invasif serta memiliki banyak penyulit atau komplikasi, karena
itu dalam persiapan pemeriksaan Bronkoskopi saluran Nafas perlu dipersiapkan
alat yang optimal, obat-obatan yang diperlukan dan harus dipersiapkan informed
concent yang baik bagi pasien/keluarganya, dan hal ini merupakan tugas dan
tanggung jawab dari perawat Bronkoskopi selaku perawat mahir tingkat dasar
dibidang Bronkoskopi. Agar perawat Bronkoskopi dapat melaksanakan tugas dan
peran serta fungsinya dengan baik, maka diperlukan suatu program pelatihan dan
pendidikan khusus secara berkelanjutan mengenai Bronkoskopi yang ditujukan
kepada perawat sehingga akhirnya mampu memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan sebelum dan sesudah tindakan FOB.
Untuk mewujudkan pelayanan yang optimal pada Klien dengan tindakan
FOB maka kami dipercaya oleh RSUD Bangil untuk mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Bronkoskopi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang selama 3 bulan.
3
BAB 2
TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
A. PENGERTIAN RESPIRASI
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi
di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara
bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
4
Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
Diafragma datar
Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara
pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun
menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika
oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energi.
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:
1. Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus
8. Paru-paru (Pulmo)
5
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung
terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,
bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan.
6
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar
masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring
juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
7
tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari
paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
6. Paru-paru (Pulmo)
8
Gambar 4. Anatomi Paru-paru,lapisan paru dan otot pernafasan
9
Gambar 5. Pembuluh darah paru dan alveoli
Kapasitas Paru-Paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan
pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara
pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal
orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik
napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai
1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik
napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar
1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah
mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam
paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan
udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume
residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang
kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk
melalui saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus.
Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel
alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh
hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin.
Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
10
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin
kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari
pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya
sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui
saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen
masuk dan karnbondioksida keluar.
Proses Pernafasan
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau
inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas,
otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.
Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat
dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya
rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara
masuk. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang
rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di
dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari
tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.
11
dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses
’inspirasi’
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot
dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan
udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan
dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini
disebut ’ekspirasi’.
2. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma
dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi
diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada
bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan
tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara
mengalir masuk ke paru- paru (inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar
tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
12
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
13
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki
volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.
Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara
yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.
Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
spirometer.
Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan
kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
14
hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (3) Karbondioksida
terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO₂) melalui proses berantai
pertukaran klorida.
6. Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung
pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang
dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan
oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki
ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih
banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang
vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut
berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa
kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi
berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah
berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler
darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen
diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk
diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini
tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi
dan globin yang berupa protein.
15
Gambar 6. Proses pertukaran O2 dan CO2
16
hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke
udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen
100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya
40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam
darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat
oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
8. Frekuensi Pernafasan
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas
disebut sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi
17
pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau
lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya :
Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah
frekuensi pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang
dibutuhkan.
Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta
produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin
cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan
proses metabolism yang terjadi dalam tubuh.
Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang
duduk akan berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu
berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh
organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan
akan membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau
santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih
tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan
yang terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh
konsentrasi karbondioksida (CO₂) dalam darah.
18
Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi, seperti debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan
ini dapat diturunkan.Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu
lingkungan.
Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-
bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan
semakin luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya
paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan
para penderita TBC napasnya sering terengah-engah.
Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
infuenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan
pilek.
Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling
berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak
terkendali. Penyakit ini lama-kelamaan dapat menyerang seluruh
tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan
merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan
kerusakan paru-paru.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar
(disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut
hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran
pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan
kerusakan alveoli. Perubahan anatomi saluran pernapasan menyebabkan
fungsi paru-paru terganggu.
19
Gambar 7. Diagram representasi dari pohon bronchial
White Light
CT Scan
20
Gambar 8. Carina dengan “Right and Left Main Bronchus”
21
Gambar 10. “Right Middle and Lower Lobe”
22
Gambar 12. “Left Upper Lobe”
23
BAB 3
TINDAKAN BRONKOSKOPI
3.1 SEJARAH
Rigid bronchoscopy ditemukan tahun 1897 oleh Gustav killian.
Pada mulanya bronchoscopy digunakan hanya untuk operasi obstruksi
saluran napas oleh karena benda asing dan stenosis trakea oleh karena
difteri. Tahun 1950, bronchoscopy mulai digunakan untuk diagnosis
kanker paru. Kemudian dengan berkembangnya optik berupa fibers glass,
flexible fiberoptic bronchoscopy pertama kali digunakan tahun 1967 oleh
Shigeto Ikeda. Saat ini Flexible bronchoscopy banyak digunakan untuk
diagnosis kelainan paru. (Armst ernst,et all,2007)
24
3.2 PENGERTIAN
Tindakan Bronkoskopi Serat Optik adalah tindakan invasif dengan
menggunakan alat bronkoskopi serat optic ke dalam percabangan bronkus untuk
keperluan diagnostic dan terapi.
TUJUAN :
Menilai percabangan bronkus
Mengambil bahan ( spesimen ) pemeriksaan untuk diagnosis
Melakukan tindakan terapeutik
Secara terperinci indikasi pelaksanaan bronkoskopi mencakup :
a. Diagnosis untuk mengetahui :
Penyakit atau keadaan paruyag belum jelas penyebab/situasi/lokasinya
Penilaian percabangan bronchus (tracheobronchial tree)
Pemeriksaan bilasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL)
Pengambilan bahan/specimen di bronchus
Bronkografi selektif
Sumber perdarahan pada batuk darah
Pneumotoraks paru yang tidak mengembang
Kelainan foto toraks yang belum jelas penyebabnya perlu melakukan
biopsi sikatan dan bilasan bronkus pada tempat yang selektif
b. Terapeutik
Pengeluaran benda asing
Pemasangan pipa trakea
Evakuasi akumulasi sekret bronkus/ mucus plug (bronchial toilet)
Penanganan batuk darah masif
Terapi kanker dengan laser ( NAD-YAG, KTP )
Pemasangan tracheobronchial stent
Abces paru
c. Perioperatif
- Menentukan diagnosis prabedah
- Melihat keadaan saluran napas selama dan setelah tindakan bedah
25
KONTRA INDIKASI TINDAKAN BRONKOSKOPI
a. Kontra Indikasi Absolut antara lain :
Pada dasarnya tidak ada, sangat tergantung keterampilan operator dan
teknik yang digunakan
b. Kontra Indikasi Relatif antara lain :
Gangguan fungsi paru/ jantung berat
Keadaan umum yang menurun baik karena demam atau penyebab
lainnya
Hipoksemia berat
Pasien tidak kooperatif
PERSIAPAN
1. Bahan dan alat
1 set peralatan bronkoskopi dengan “light source” berfungsi dengan baik
Sumber oksigen dengan aparatusnya tersedia dengan baik
Unit penyedot/ Suction berfungsi baik
Lampu kepala
Aparatus instilasi lidokain
Oksimeter dan 1 set tensimeter
Sulfas atropin ( SA) 0,25 mg (2 ampul )
Diazepam 5 mg/ Midazolam HCL 5 mg
Spuit 10cc/5cc/3cc = 4/2/1 buah
Kain penutup mata penderita, Mouth piece
Kasa dan cidezyme yang diencerkan (untuk mencuci bronkoskopi)
Cairan NACL 0,9 %
1 Set kedaruratan (Adrenalin deksametason, sulfas atropin (SA),
bikarbonat, bronkodilator) dan alat-alat infus/ iv (venocath, cairan infus
dan ditambah semprit), aksesoris bronkoskopi , fiksasi bahan.
Formulir status bronkoskopi dan Fomulir tindakan bronkoskopi
26
2. Pasien
Persetujuan tindakan bronkoskopi dari penderita yang diketahuai
keluarga terdekat dengan saksi petugas medis, setelah pasien diberi
penjelasan tentang tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya
Perlu adanya pemeriksaan sebagai berikut :
Faal paru ( VC minimal 1000 ml )
EKG tak ada kelainan
Faal hemostasis normal
Tes lidokain
Codein 20 mg yang diminum 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan FOB
Foto toraks PA dan lateral terbaru,CT scan toraks bila ada
Puasa sekurang-kurangya 4-6 jam sebelum tindakan FOB
TEKNIK BRONKOSKOPI
Trans oral
Trans nasal
Via Rigid bronchoscopy/ Endotracheal Tube
PROSEDUR TINDAKAN
Sebelum tindakan bronkoskopi dilakukan, penderita harus dijelaskan
prosedur tindakan dan bila penderita tersebut dirawat sebaiknya telah dilakukan di
bangsal rawat. Pada penderita rawat jalan prosedur tindakan dijelaskan pada saat
akan dilakukan prosedur bronkoskopi. Jelaskan pada penderita bahwa tindakan
bronkoskopi “relatif aman” ( bila perlu dijelaskan segala risiko tindakan
bronkoskopi mulai dan prosedur anestesi, bronkoskopi, tindakan seperti biopsi)
dan idealnya penderita diperlihatkan video pemeriksaan bronkoskopi terlebih
dahulu bila ada fasiliti peralatan tersebut, hal tersebut dimaksudkan supaya
penderita kooperatif dalam pemeriksaan.
Lakukanlah anamnesa apakah penderita sebelumnya pernah dilakukan
pemeriksaan bronkoskopi, riwayat penyakit penderita dan periksa apakah telah
dilakukan pemeriksaan jantung (EKG), darah, analisa gas darah atau pemeriksaan
lain. Tindakan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi bila
terjadi komplikasi dan risiko selama tindakan bronkoskopi. Bila penderita
27
ménggunakan kaca mata, ikat pinggang, kalung, atau gigi palsu sebaiknya
dilepaskan terlebih dahulu untuk kenyamanan penderita.(Alijanpour,2007)
Langkah-Langkah pelaksanaan
Pasien dipersiapkan di ruang pemeriksaan dengan memeriksa tanda
tanda vital, status paru dan jantung
Premedikasi dengan Sulfas Atropine ( 0,25 mg ) 2 ampul Intramuskuler 15
menit sebelum anestesi dan diazepam 5-10 mg atau Midazolam 0,07-0,67
mg/kgBB. Dosis tergantung umur dan kondisi pasien.
Anestesi lokal dengan kumur-kumur menggunakan lidokain 2 %
Sebanyak 5 ml selama 5 menit dalam posisi duduk
Anestesi lokal lanjutan didaerah laring dan faring serta pita suara
dengan bantuan kaca laring menggunakan xylocain spray (5-7 semprot )
dilanjutkan dengan instilasi lidokain 2 % sebanyak 5ml kedalam trakea
melalui pita suara
Pasien siap diperiksa dalam posisi telentang dengan kepala ekstensi
maksimal (posisi duduk bila tidak bisa telentang) dengan operator berdiri
di belakang kepala pasien
Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk pasien,kanul hidung di
pasang dan oksigen di berikan sebesar 3-4 ltr / menit dan kedua mata
ditutup dengan kain penutup untuk mencegah terkena larutan lidokain/
pembilasan
Dipasang manset tekanan darah
Mouth piece diletakan di antara gigi atas dan bawah untuk mencegah
tergigitnya bronkoskop (jika bronkoskopi melalui mulut)
Bila telah sampai pita suara dan pasien terbatuk selama melakukan
tindakan, dapat diberi instilasi lidokain 1-2 ml melalui bronkoskopi (dosis
maksimal lidocain 400mg)
Nilai keadaan pita suara,trakea dan karina,bronkus kanan dan kiri
beserta cabang cabangnya sampai bronkus subsegmen
Dilakukan pengambilan specimen dengan cara ( aspirasi secret, bilasan/
washing, sikatan/brushing, biopsy, TBNA )
28
Membuat laporan bronkoskopi
3.3 TINDAKAN BRONKOSKOPI YANG LAZIM DILAKUKAN
3.2.1. Bilasan Bronkus ( Bronchial Washing )
a. Definisi
Tindakan membilas daerah bronkus dan cabang cabangnya dengan
bantuan bronkoskop (terutama daerah yang dijumpai terdapat
kelainan).
b. Tujuan
- Mengambil spesimen /bahan untuk dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi dan patologi anatomi
- Membersihkan bronkus dari sekret, darah atau bekuan darah
c. Indikasi
Diagnostik : Pada penyakit paru infeksi,non infeksi (misalnya
penyakit paru kerja ) dan keganasan
Terapi : Evakuasi bahan yang teraspirasi/terinhalasi
Pasca bedah : Membersihkan sisa sisa darah dan bekuan
bekuan darah selama terjadi tindakan operasi.
d. Prosedur Tindakan
Sama seperti melakukan tindakan bronkoskopy
Setelah bronkoskopi berada pada daerah bronkus yang
dicurigai
sesuai dengan tujuan pemeriksaan dibilas dengan
memasukan cairan nacl 0.9% hangat sebanyak 5 ml yang
kemudian segera di sedot,ditampung didalam wadah
penampung kusus yang di pasang pada alat broncoscopy.
Tindakan tersebut dapat diulang sampai dirasa cukup bersih
atau di dapat bahan pemeriksaan.
3.2.2. Sikatan Bronkus ( Bronchial Brushing )
a. Definisi
Tindakan menyikat daerah bronkus yang dicurigai terdapat
kelainan.
29
b. Tujuan
Mengambil spesimen /bahan untuk dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi dan patologi anatomi
Tindakan ini pada kasus dengan keganasan dapat menegakkan
diagnosa 50-90 % dengan sensitivitas 65 % dan spesifisitas 98 %
c. Indikasi
Kelainan di daerah trakeo bronkial berupa jaringan infiltrative
yang dicurigai keganasan
Curiga TB endobronkial
Penyakit inpeksi peru saluran napas bawah
d. Prosedur Tindakan
Sama seperti tindakan pada bronkoskopi
Setelah bronkoskopi berada pada daerah bronkus yang di
inginkan dan di curigai terdapat kelainan alat sikat yang di
kehendaki di masukkan melalui manuver channel bronkoskopi,
kemudian dilakukan sikatan beberapa kali sampai dirasakan
cukup.
Setelah selesai melakukan sikatan, alat sikat ditarik kedalam
inflan sampai ujung sikat masuk dalam plastik pembungkus
dan di keluarkan melalui kanal bronkoskopi. Setelah berada di
luar sikat dikeluarkan dari ujung pembungkusnya sepanjang =
5 cm kemudian sikatan di jentik jentikkan pada gelas objek dan
dibuat sediaan hapusan.
Sediaan hapusan untuk pemeriksaan sitologi di rendam dalam
wadah berisi alkohol 96% dan dikirim ke laboratorium patologi
anotomi
Evaluasi lokasi yang dilakukan sikatan,apakah ada masalah
atau pendarahan.
Setelah yakin tidak ada masalah lagi, Bronkoskopi dapat di
keluarkan
.
30
3.2.3. Biopsi Forcep
a. Definisi
Tindakan biopsi dengan menggunakan alat biopsi forcep melalui
bronkoskop
b. Tujuan
Mengambil spesimen dari mukosa dan jaringan trakeo bronkial
untuk pemeriksaan histologi
c. Prosedur Tindakan
Sama seperti prosedur pada bronkoskopi
Setelah bronkoskop pada daerah bronkus yang
dinginkan/dicurigai terdapat kelainan, ujung bronkoskop di
tempatkan = 4 cm di daerah tersebut
Kemudian alat biopsi forcep dimasukan melalui manuver
channel/ kanal perasat sampai terlihat keluar dari ujung
bronkoskop.Asisten diintruksikan untuk membuka forcep lalu
forcep di dorong sampai terbenam di masa/ jaringan,kemudian
asisten di intruksikan untuk menutup forcep sambil melihat
apa yang di dapat ( sedapat mungkin jangan mengambil
daerah nekrotik )
Setelah selesai melakukan biopsi,forcep bersama material
yang didapat ditarik keluar dari bronkoskop
Bahan/material yang didapat di rendam dalam wadah formalin
40% dan di kirim ke laboratorium patologi anatomi
bronkocoscop dilanjutkan untuk di evakuasi,bila ada
pendarahan harus segera diatasi dan setelah yakin tidak ada
masalah lagi, bronkoskop dapat di keluarkan
31
3.2.4. TBNA (TRANSBRONCHIAL NEDLLE ASPIRATION)
a. Definisi
TBNA adalah tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan
jarum melalui bronkoskop
b. Tujuan
Mengambil spesimen /bahan untuk dilakukan pemeriksaan sitologi
dan histology
c. Indikasi
Kecurigaan adanya keganasan paru, keganasan mediastinum, dan
adanya pembesaran kelenjar oleh karena metastase.
d. Prosedur Tindakan
Sama seperti prosedur tindakan pada bronkoskopi
Setelah bronkoskopi berada pada daerah bronkus yang di
inginkan dan di curigai terdapat kelainan alat jarum yang di
kehendaki di masukkan melalui manuver channel bronkoskopi,
kemudian dilakukan tusukan beberapa kali sampai dirasakan
cukup.
Ukuran jarum yang digunakan sesuai dengan kepentingan
diagnosis. Jarum ukuran 22 G, 21 G, 20 G hasil spesimen yang
didapatkan untuk pemeriksaan sitologi. Sedangkan jarum 19 G
untuk pemeriksaan histologi.
Setelah selesai melakukan tusukan, alat jarum dibiarkan
sejenak tenggelam didalam jaringan sambil dilakukan aspirasi
menggunakan spuit 10 cc.
Specimen yang ada di dalam spuit 10 cc di semprotkan ke
objek glass sebagai bahan pemeriksan.
Selanjutnya jarum ditarik kedalam inflan sampai ujung jarum
masuk dalam plastik pembungkus dan di keluarkan melalui
kanal bronkoskopi.
32
Sediaan hapusan untuk pemeriksaan di rendam dalam wadah
berisi alkohol 95% dan dikirim ke laboratorium patologi
anotomi
Evaluasi lokasi yang dilakukan tusukan, apakah ada masalah
atau pendarahan.
Setelah yakin tidak ada masalah lagi, Bronkoskopi dapat di
keluarkan.
3.2.5. Pengambilan Benda Asing
a. Definisi
Pengambilan/pengeluaran benda asing dalam saluran napas yang
bertujuan membebaskan jalan napas.
b. Persiapan Tindakan
Bahan dan alat sama dengan bronkoskopi
Pasien
Bila mungkin puasa selama 4-6 jam
Tindakan foto toraks PA lateral terbaru
Laboratorium hemostasis,AGDA dan elektrolit
Konsultasi anastesi
Konsultasi kardiologi atas indikasi
Ruang tindakan
Dilaksanakan pada ruangan bedah bila memungkinkan
c. Prosedur Tindakan
Tahap awal seperti prosedur tindakan bronkoskopi
Lihat benda asing yang terdapat pada lumen bronkus
Penggunaan alat di sesuaikan dengan jenis benda asing yang
akan dikeluarkan. Belum ada standar baku untuk ukuran yang
akan digunakan
Grasping Forsep untuk mengeluarkan pipih tipis inorganik
seperti pin, baut, mur, klips atau organik keras misal tulang
Basket untuk mengeluarkan berukuran besar dan bulky
33
Magnet untuk benda yang terbuat dari logam yang kecil,
jarum, klip
Jangan mendorong benda asing sehingga masuk lebih ke
distal.
Setelah selesai mengambil benda asing, forcep dan benda
asing yang didapat, ditarik keluar dari bronkoskop
3.3. PERAWATAN PENDERITA POST BRONKOSKOPI
Observasi gejala cardio, tekanan darah/ nadi, apakah ada tanda-tanda
aritmia, bradikardi, takikardi, serta tanda-tanda lain seperti pusing,
mual, muntah, keringat dingin dan adanya bronkospasme, catat semua
tanda tersebut pada lembar observasi di ruang tindakan paru, dan
selanjutnya dilaksanakan di ruang penderita dirawat.
Bagi penderita yang dirawat jalan apabila tidak terdapat kelainan
tersebut di atas, maka penderita diperbolehkan pulang dengan catatan:
bila timbul keluhan-keluhan diharapkan penderita di bawa kembali
atau langsung di bawa ke IGD.
Observasi pernafasan dan perdarahan
Bila terjadi sesak nafas, diberikan oksigen 3 liter per menit atau dengan
masker oksigen 6 liter per menit, pemberian bisa ditambah sesuai
petunjuk dokter. Sebaiknya kalau penderita merasa ingin batuk jangan
ditahan, agar sisa-sisa perdarahan keluar semua, dan tidur penderita
dengan possisi trendelenberg/ miring ke posisi yang mengalami
perdarahan.
Penderita puasa minimal 2 jam sesudah tindakan bronkoskopi dengan
tujuan agar sisa-sisa efek obat anestesi hilang dan fungsi menelan
kembali normal.
34
1.4 KOMPLIKASI BRONKOSKOPI
Keamanan pada pelaksanaan prosedur ini dapat membawa operator
mengabaikan hal yang membawa kedalam kesalahan-kesalahan
pelaksanaan, yang secara tiba tiba ditemukan dan mungkin terjadi.
Diharapkan sikap yang hati-hati dan cermat dalam menghadapi segala
kemungkinan walaupun prosedur pelaksanan relatif aman. Survei yang
dilaksanakan pada pelaksanan selama ini dapat diabaikan jumlah
mortalitas dalam kasus ini. Salah satu survei melaporkan kematian
bersekitar 0,01 % dari 48000 prosedur yang dilaksanakan. Pada pusat
pelakasanann dilaporkan kematian terjadi akibat reaksi tropical anasthetic,
pendaraham masif dan pendarahan yang berasal dari tumor, myocardial
infark, tidak boleh diabaikan kronik respirasi insufiensi seperti pneumonia
dan sakit jantung yang menyertai akan menjadi faktor penyebab kematian.
Penyebab kematian dari kardiovascular biasanya disebabkan
Myocardial infark atau kegagalan ventrikel kanan.hal lain yang juga
pernah dilaporkan akibat timbulnya aspirasi pneumonia.
Pneumothorax juga sering ditemukam dalam pelaksanaan kasus
ini,terutama pelaksanaan trans bronkial bekisar 5,5 % 3387
prosedur,Walaupun jarum aspirasi melalui intercostal.
Jika seluruh prosedur telah dilaksanakan dan terjadi pendarahan
masif dan menimbulkan aspiksia yang diakibatkan tertutupnya lumen jalan
napas. Dengan intubasi buta harus segera dilaksanakan segera pada
broncus paru sebelah yang normal sesegera mungkin.
1.5. PERAWATAN ALAT BRONKOSKOPI
Yang harus diperhatikan dari perawatan alat bronkoskopi adalah setiap
selesai skop dikeluarkan dari klien, segera bersihkan permukaan
bronkoskopi dengan kasa steril yang di basahi dengan Detergent Enzimatik
( Cidezyme ) yang sudah diencerkan dengan air steril atau detergent yang
tidak bersipat korosif dan tekan penuh kedua piston air/water dan suction
feeding sehingga air yang dikeluarkan dari nozle dan penginapan dalam
kondisi normal.
35
A. Pembersihan dan Desinfeksi Fiberskop
Mencuci skop secara manual kalau dilakukannya sesuai
prosedur, maka hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Fiberskop
mempunyai saluran di dalamnya dan semua saluran dapat dibilas dengan
desinfektan dan air pembilas selama prosedur dekontaminasi.
1. Persiapan alat untuk mencuci skop secara manual
Sumber air yang mengalir
Kain / kasa steril
Irrigator set atau injection tube/Spuit 50 cc
Bak untuk merendam skop
Bahan desinfektan yang tidak korosip (Cidezyme,Cidex OPA dll)
2. Proses Pre Cleaning alat Bronkoskopi
Peganglah fiberskop dengan erat dan mantap, keringkan tube
insersi dengan kain/kasa basah enzymatic.
Bersihkan bagian dalam Fiberskop dengan suction cairan
detergent enzymatik melalui kanal biopsi sampai bersih
Rendam Fiberskop ke dalam larutan detergent enzimatik sambil
dibersihkan dengan kain halus untuk bagian luar dan dengan
sikat khusus pada bagian dalam selama 5 – 10 menit.
3. Hight Level Desinfection (HLD)
Lakukan proses pre cleaning sampai selesai
Letakkan Fiberskop dalam bak yang telah diisi larutan HLD
sekitar 5 – 10 menit
Semprotkan larutan HLD dengan spuit 50 cc melalui saluran
suction dan valve biopsi sampai salurannya terendam cairan
desinfektan
Angkat skop dan bilas dengan aquabidest irigasi yang
mengalir
Setelah itu keringkan Fiberskop dengan kain/kasa steril dan
saluran valve biopsi di suction dengan mesin suction sampai
kering
36
Simpan Fiberskop dalam lemari kaca tertutup yang dilengkapi
dengan lampu ultraviolet/ lampu sterilisasi ruangan (bila
memungkinkan)
B. Pemeliharaan Fiberskop
1. Periksa pandang
Semua aparatus harus diperiksa sesering mungkin dan sebaiknya
setiap kali akan digunakan.
2. Pemeriksaan terhadap system optis
Dengan menggunakan kain kasa steril yang dibasahi kapas
alcohol 70%, bersihkan permukaan lensa, jangan menggunakan
alat pembersih yang kasar karena dapat merusak lapisan lensa.
Hubungkan alat dengan sumber cahaya dan nyalakan dengan
menggunakan videoskop, hubungkan dengan video prosessor
dan nyalakan.
Periksa apakah gambarnya jelas atau tidak, dengan
menggunakan suatu benda yang diletakkan kira-kira 15 mm dari
ujung alat.
Dengan serat optic/Fiberskop, catatlah jumlah fiber/serat yang
rusak/bintik hitam pada gambar, peningkatan mendadak jumlah
bintik hitam, ini menunjukkan alat tersebut rusak.
3. Pemeriksaan Umum
Periksalah keluarnya cahaya dari ujung Fiberskop untuk memastikan
berfungsinya penuntun cahaya. Semua kotoran harus dibersihkan
secara visual dengan kapas alcohol 70 %, dan bagian lain peralatan
harus diperiksa secara visual, apakah ada tanda-tanda kerusakan atau
keausan.
a. Lakukan tes fungsi kebocoran setiap akan dilakukan
perendaman.
b. Bila tidak ada kebocoran, lakukan perendaman, kalau ada
kebocoran pada Fiberskop, maka air akan masuk ke fiberskop
C. Penyimpanan Fiberskop
37
1. Fiberskop harus dikeringkan dengan cermat sebelum disimpan.
2. Tempat penyimpanan harus bersih, kering, dan suhu ruangan diatur
antara 22 derajat Celsius dengan kelembaban tidak melebihi 50 %.
3. Fiberskop harus disimpan dengan pipa insersi selurus mungkin,
idealnya Fiberskop di gantung pada lemari/tempat yang didesain
khusus.
4. Jika alat tersebut harus digulung sebelum disimpan, pipa insersi
jangan digulung melebihi keadaan di dalam kotak.
5. Alas sandaran untuk menyimpan Fiberskop harus dari bahan yang
mudah dibersihkan, jangan yang kasar atau berbulu.
38
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
- Untuk mencapai hasil yang baik perlu kerjasama yang baik antar tim
Bronkoskopi, klien serta petugas lain.
- Pemeliharaan alat merupakan salah satu hal yang penting agar
setiap saat alat tersebut langsung dapat dipakai serta dapat
digunakan dalam jangka waktu lama.
- Anggota tim Bronkoskopi harus terlebih dahulu mendapat
pendidikan dan pelatihan yang baik.
4.2. Saran
1. Petugas Bronkoskopi.
Untuk menghindari infeksi nosokomial, tim Bronkoskopi harus
melindungi diri antara lain :
o Memakai perlindungan standar yaitu masker, scort, sepatu khusus
dan sarung tangan sekali pakai.
o Toilet klien dan petugas harus sendiri-sendiri.
2. Untuk klien.
Untuk menghindari terjadinya penularan bagi klien dengan TB
Paru dan mempercepat penyembuhan klien, disarankan untuk :
Tidak meludah sembarangan, ada tempat tampungan yang
tertutup
Pasien memakai masker.
Klien hendaknya menaati prosedur pelaksanaan FOB mulai pre,
intra maupun post
3. Untuk alat.
39
Untuk menghindari terjadinya kerusakan dan infeksi nosokomial
disarankan :
a. Melaksanakan Desinfeksi alat sesuai dengan protap yang ada
meskipun situasi dan kondisi pasien cukup banyak
b. Dalam menyiapkan alat harus betul-betul bersih dan kering.
Pelatihan yang ada selama ini sudah cukup baik tapi alangkah baiknya
jika dikembangkan sistemnya, dimana ada waktu tersendiri untuk
pembelajaran teori oleh tim dokter dan perawat Bronkoskopi sehingga
diharapkan hasil yang dicapai oleh peserta pendidikan dan pelatihan benar-benar
optimal.
Materi yang diberikan hendaknya didokumentasikan dan diberikan kepada
peserta pelatihan bronkoskopi sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi dan sebagai
pengingat dan pembelajaran selanjutnya.
40
6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan operator maupun asisten
(update skill dan knowledge) secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Tucker Martin dkk, Standar Perawatan Pasien, alih bahasa Yasmin Aih dkk
Volume 4, Edisi V,
Jakarta : EGC ; 1999
41
Alsagaff, Hood, dkk, Pengantar Ilmu Penyakit Paru,
Surabaya : Airlangga University Press, 1993
Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan “Proses dan Praktik, Edisi
ke-4
Jakarta : EGC ; 2005
Prosedur Tetap IRNA I, SMF Paru, SOP Spirometri dan Tindakan Bronkoskopi,
RSUD Dr.Saiful Anwar, Malang 2012
42
43