Anda di halaman 1dari 57

Chapter 3

DIETETIK PADA SINDROM METABOLIK


• Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang
muncul akibat peningkatan resistensi insulin dan kelainan
deposisi lemak
• Sindrom metabolik terdiri dari dislipidemia aterogenik,
resistensi insulin dan peningkatan gula darah, peningkatan
tekanan darah, kondisi protrombotik, dan kondisi
proinflamasi.
• Penyakit ini merupakan faktor risiko terjadinya
aterosklerosis dan diabetes mellitus tipe 2.
• Sindrom metabolik dapat menimbulkan manifestasi klinis
berupa hipertensi, hiperglikemia, hipertrigliseridemia,
penurunan kolesterol high-density lipoprotein (HDL),
obesitas sentral, nyeri dada atau sesak napas, akantosis
nigrikan, hirsutisme, neuropati atau retinopati diabetik,
serta xantoma dan xanthelasma
The Metabolic Syndrome
1. Hypertensi 4. Cancer 9. Type 2
on 5. Dementia diabet
2. Heart 6. Lipid
Disease Problems
3. Insulin 7. POCS
Resistance 8. Nafld
You can prevent or reverse metabolic syndrome by
making lifestyle changes
ketiga definisi tersbeut memiliki komponen utama yang sama
dengan penentuan kriteria yang berbeda.
- Jika kriteria WHO 1999 menekankan pd adanya resistensi
insulin yg disertai sedikitnya 2 faktor risiko lainnya, yaitu
hipertensi, dyslipidemia, obesitas sentral, dan
mikroalbuminaria.
- Kriteria yg sering digunakan untuk menilai pasien SM
adalah NECP-ATP III, yaitu apabila seseorang memenuhi 3
dari 5 kriteria yang disepakait. NECP (National Cholesterol
Education Program). ATP III (Adult Treatment Panel III)
- IDF (International Diabetes Federation) :seseorang
dikatakan menderita SM bila ada obesitas sentral (lingkar
perut >90 cm untuk pria Asia dan lingkar perut >80 cm
untuk wanita Asia) ditambah 2 dari 4 faktor.
PRINSIP DIET UNTUKSINDROM METABOLIK
1. Diet TLC (Theapeutic Lifestyle Changes)
2. Targer BB ideal
3. Peningkatan aktivitas fisik
4. Disiplin dan konsisten
Diet TLC (Therapeutic Lifestyle Changes)
Kunci dari jenis diet ini adalah mengurangi asupan lemak,
khususnya lemak jenuh serta mendapatkan lebih banyak serat.
TUJUAN DIET SM
• Mencapai IMT normal, targetkan BB normal secara
bertahap
• Komposisi KH 60%, Prot 20 %, & Lemak 20 %
• Sumber KH  Tinggi serat , low GI, hindari gula sederhana
• Tinggi protein terutama jika pasien masih dalam
pertumbuhan
• Atur asupan Lemak
FAT
• A total fat intake below 35% of calories is advised
• trans fat should be restricted
• The remaining 20% to 25% of calories derived from fat
should be divided between polyunsaturated and
monounsaturated fat in a ratio of between 1:1 and 1:2
• Polyunsaturated fat should be divided between n-6 and n-3
fatty acids in a ratio between 4:1 and 1:1
• A daily intake of at least 30 g of fiber
PAGT SM
Assesment sesuai masalah pasien, lihat PAGT pasien obesitas
Diagnosis sesuai permasalahan pasien
Intervensi dengan tujuan dan prinsip Dietetik SM
Monev terutama perubahan pola hidup dan pola makan
Chapter 4

MEDICAL NUTRITION THERAPY FOR


HYPERTENSION
Bu Ratih
OVERVIEW
 Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
 Tekanan darah sistolik merupakan nilai tekanan darah saat
fase kontraksi jantung sedangkan tekanan darah diastolik
adalah tekanan darah saat fase relaksasi jantung.
 Dx Hipertensi ditegakan ketika pasien telah diukur 3 kali
dengan waktu yang berbeda
ETIOLOGI
- Hipertensi dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
- Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, tetapi mungkin disebabkan oleh berbagai
faktor
- hipertensi sekunder terjadi karena adanya penyakit lain,
seperti penyakit ginjal, penyakit jantung serta gangguan
endokrin dan saraf.
- Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat
diubah
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
- Intevensi farmakologis
- Nonfarmakologis  Diet DASH ( Dietary Approaches to
Stop Hypertension)
- Diet ini menekankan pada pola makan rendah garam
namun tetap mengandung gizi seimbang
- Agar terhindar dari hipertensi, setiap orang disarankan
mengonsumsi natrium kurang dari 2.300 mg (setara dengan
1 sendok teh garam) per hari.
- Penderita hipertensi dibatasi sekitar 1.500 mg natrium
(setara dengan 2/3 sendok teh garam) per hari.
Diet ini pertama kali dikemukakan pada pertemuan
American Hearth Association (AHA) pada tahun 1996
DASH
 Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam
maupun makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam
kemasan (makanan kalengan), dan makanan cepat saji.
 Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung
gula tinggi.
 Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan
mengandung lemak trans.
 Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan
olahan susu rendah lemak.
 Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan
makanan dengan gandum utuh.
Pengaturan Diet Pada Pasien Hipertensi
ASSESEMEN/PENGKAJIAN GIZI
- Perlu dikaji adanya zat gizi yang dapat berinteraksi dengan
obat antihipertensi yang dikonsumsi pasien
- Pengumpulan data riwayat gizi dan makanan pada pasien
hipertensi meliputi data riwayat kebiasaan makan, makanan
pantangan, makanan kesukaan, ada tidaknya alergi serta
rata-rata asupan makan pasien sehari.
Selain harus melihat obatnya, juga harus melihat nila Lab yg
berkaitan dg mineral pasien.
Misla pasien diberi obat antihipertensi berjenis kalsium channel
blocker, jadi obat antihipertensi ini mengatur kalsium agar masuk
ke dalam otot jantung7 pembuluh darah, shgg pembuluh darah
menjadi rileks, mengalami fase dilatasi, shgg tekanan darahnya
turun. Jika nilai kalsium pasien cenderung normal rendah, brrt
agrs bisa membeirkan makanan yg mengandung kalsium tinggi,
spt susu dan olahannya.
DIAGNOSA GIZI
 NI 5 : kelebihan asupan zat gizi berkaitan dengan
kebiasaan makan dalam porsi besar ditandai oleh hasil
recall > 150% kebutuhan dan IMT >25.
 NI 8 : kekurangan asupan serat berkaitan dengan seringnya
mengkonsumsi makanan gorengan dan kurang menyukai
sayur dan buah ditandai oleh asupan serat harian 14 gram
dan frekuensi buang air besar (BAB) hanya 3 kali
seminggu.
 NC 3.3 : overweight berkaitan dengan kelebihan asupan
energi ditandai oleh IMT 28
 NC 2.1 : gangguan utilitas zat gizi berkaitan dengan
kegagalan fungsi ginjal ditandai oleh tekanan
sistolik/diastolik 165/95 mm Hg.
 NB 1.5 : Gangguan pola makan berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang ditandai oleh seringnya
mengkonsumsi makanan kaleng dan minuman bersoda
 NB 1.3 : ketidaksiapan melakukan diet atau perubahan
pola makan berkaitan dengan kurangnya motivasi ditandai
oleh ketidakpatuhan terhadap anjuran diet dan masih
mengkonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam.
INTRVENSI GIZI
Tujuan Diet
- Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh
- Membantu menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
- Menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang
berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat
darah, dan harus memperhatikan pula penyakit degeneratif
yang lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung,
ginjal dan diabetes mellitus.

Prinsip Diet
- Energi sesuai kebutuhan, jika pasien mengalami
kegemukan, disarankan diet rendah kalori dan
meningkatkan aktivitas
- Membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol
- Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium,
kalsium dan isoflavon
- Hindari minuman yang mengandung alkohol dan kafein
Pada pirnsip diet : jika keadaan natrium berlebih, maka mineral2
yg bersifat antagonis thdp natrium hrs ditingktkan (kalium Mg,
kalsium). Jadi peningkatan asupan kalium dpt memberikan efek
penurunan tekanan darah karena siftanya yg diuretik shgg dpt
menurunkan tekanan darah.
Kebutuhan kalium/hari: 1500-3000 mg, komsumsi kalium 4700
mg/hari berdasarkan penelitian dapat menurunkan asupan rasio
natirum kalium terhadap penurunan tekanan darah. Makanan
tinggi kalium pst buah dan sayur, maka pd prinsip diet DASH,
pasien konsumsi sayur 4x sehari. Untuk kalsium, penting untuk
mencegah dan mengobati hipertensi, biasanya mengonsumsi 2-3
gelas susu skim/hari atau mengkonsumsi olahan dari susu.
Kebutuhan asupan kalsium harian berdasarkan usia pasien.
Dianjurkan lebih dari 800 mg/hari. Asupan Mg biasanya Mg
kebutuhannya sedikit sekitar 200-500 mg/hari (buah, syaur,
kacang2, biji2a, hewani spt daging susu ciklat teri), berfungsi sbg
faselidilatator (zat yg dpt menyebabkan terjadinya
dilatasi/pelebaran pembuluh darah, shgg mampu menurunkan
tekanan darah pasien.
Jadi pada prinsipnya, strategi utama dalam penanganan hipertensi
adalah dg memodifikasi gaya hidup dan diet si pasien.
DIET RENDAH GARAM
 Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) untuk pasien
dengan edema, ascites dan/atau hipertensi berat. Pada
pengolahan masakannya tidak menambahkan garam dapur.
 Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na) untuk pasien
dengan edema, asites dan/atau hipertensi tidak terlalu berat.
Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½
sendok teh garam dapur.
 Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) untuk pasien
dengan edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sendok teh
(4 gram) garam dapur.
Penentuan/pemberian diet rendah garam harus sesuai instruksi
dari dpjp.. karena ketika dokter sudah memeberikan obat
antihipertensi yg menurunnkan kadar natrium dg dosisi tinggi,
pasien tdk lagi perlu diberikan diet rendah garam, karena ketika
pasien mengalami hiponatremia, itu jg menjadi bahaya bagi
paisen, pasien akan mengalami penurunan kesadaran. Oleh karena
itu, harus hati2 seringkali saat pemberian diet rendha garam pada
pasien hipertensi, harus komunikasi dengan dpjp.
MONEV
- Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara memonitor
perkembangan, mengukur hasil dan mengevaluasi hasil.
- Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan intervensi gizi tersebut adalah asupan makan
dan minum (konsumsi selama dirawat), asupan ini
dimonitor setiap hari, nilai laboratorium terkait gizi,
perubahan berat badan, keadaan fisik klinis pasien.
Chapter 5

DIET DIABETES MELITUS


Bu Ratih
GAMBARAN UMUM
- penyakit DM merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.
- Ada beberapa jenis penyakit DM seperti penyakit DM tipe
1, DM tipe 2, DM gestasional, atau penyakit DM tipe lain
- Penyakit Diabetes yang paling banyak ditemukan di
masyarakat adalah Diabetes Melitus tipe 2 (DM tipe 2).
- Upaya mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal dapat mencegah atau menunda perkembangan
terjadinya penyakit penyulit atau komplikasi diabetes, baik
komplikasi akut maupun kronik.
LATAR BELAKANG
- Pada DM tipe 2, penyebab utama akibat kegagalan sekresi
insulin secara progresif yang melatarbelakangi terjadinya
resistensi insulin
- Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta
kegagalan sel beta pankreas untuk sekresi insulin
merupakan kelainan dasar yang terjadi pada penyakit DM
tipe 2
- Pilar utama pengelolaan DM meliputi edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologis.
ASESMEN GIZI
- Riwayat terkait gizi dan makanan
- Data antropometri
- Data biokimia  glukosa darah, HbA1C, kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta kadar
kolesterol HDL
- Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi
- Data riwayat klien.

DIAGNOSIS GIZI
Contoh Diagnosis
 NI. 1.3 Kelebihan asupan energi berkaitan dengan sering
mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak
pada makanan selingan ditandai dengan asupan energi
120% kebutuhan energi.
 NC. 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan
dengan gangguan metabolisme karbohidrat akibat resistensi
insulin ditandai dengan gula darah puasa 195mg/dl, gula
darah 2 jam PP 330 mg/dl, gula darah sewaktu 430 mg/dl,
dan trigliserida 275 mg/dl.
 NB. 1.3 Tidak siap merubah diet/merubah perilaku
berkaitan dengan sikap yang tidak mendukung tentang
makanan dan gizi ditandai dengan menyangkal kebutuhan
perubahan makanan dan zat gizi, mengabaikan jadwal
konseling.
INTERVENSI GIZI
Tujuan Diet
- Memepertahankan kadar glukosa darah mendekati
normaldengan menyeimbangkan asupan makanan dengan
insulin, obat oral, dan aktivitas fisik
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau
mencapai BB ideal
- Menghindari komplikasi akut
- Meningkatkan derajat Kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi yang optimal
Kebutuhan Energi Paisen DM Dewasa
- menggunakan rumus Bocca  pria 30 kkal/BB ideal
wanita 25 kkal/BB ideal
- BB Ideal = ( TB dalam cm – 100 ) x 10%
Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan
yang tingginya < 150 cm berlaku rumus :
BB Ideal = ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg
- Umur  kebutuhan energi di atas umur 40-59 tahun
dikurangi 5% umur 60-69 dikurangi 10% sedangkan >70
tahun dikurangi 20%
- Aktivitas fisik
o Istirahat/bed rest ditambah 10%
o Ringan (pegawai kantor, ibu rumah tangga) ditambah
20%
o Sedang (Mahasiswa, polisi, pegawai pabrik yang
berdiri) ditambah 30%
Perhitungan Energi Lain untuk DM

Syarat Diet
- Pemberian energi untuk mempertahankan atau mencapai
BB ideal
- Karbohidrat sebesar 45-65% total energi
- Lemak 20-25% tidak boleh lebih dari 30%
- Protein 10-20%
- Serat 20-25 gram/hari
- Pemanis alternatif dapat digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman.
- Natrium untuk Diabetes dianjurkan < 3000 mg, sedangkan
bagi pasien DM disertai
- hipertensi ringan sampai sedang, maka natrium diberikan
2400 mg per hari.
- Diet diabetes dikelompokan menjadi 1100-2500 kalori
yang dinyatakan dalam satuan penukar
MONITORING & EVALUASI
Chapter 6

ASUHAN GIZI TERSTANDAR UNTUK PASIEN


PENYAKIT GINJAL KRONIK
Bu Ratih
PENDAHULUAN
 Ginjal merupakan salah satu organ penting yang
mempunyai fungsi menjaga komposisi darah dengan
mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit
seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta
memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam
mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah
dan menjaga tulang tetap kuat.
 Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis
(GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara
bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal
ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju
penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih.
GEJALA
- Kemunculan darah dalam urine.
- Pembengkakan pada tungkai.
- Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali
Beberapa penyakit yang bisa menjadi penyebab gagal
ginjal tersebut, antara lain diabetes, tekanan darah tinggi, atau
penyakit asam urat.

1. ASSESMENT/PENGKAJIAN
- Antropometri  Pengkajian meliputi TB, BB, IMT, dan
Lila
Hati2 ketika pasien mengalami oedema, brrt antropometri BB tdk
bisa dijadikan patokan, maka dapat digunakan BIA(Bioelecrical
Impedance Analysis) untuk mnegetahui massa otot dan massa
lemaknya/ menggunakan lila untuk menentukan apakah pasien tsb
punya faktor resiko mengalami malnutrisi
- Biokimia  Hb, albumin, serum transferrin, kolesterol
total, ureum, kreatinin, status inflamasi : seperti C-
Reactive Protein (CRP). dan elektrolit
Terutama berkaitan dg ginjal, albumn (karena pasien akan
mengalami proteinurea/urin yg mengandung protein, hati2 dg
kadar albumin darah pasien. Tentu untuk mengukur GFR, kita hrs
mengetahui kadar ureum dan kreatinin, serum transferin(ginjal
berkaitan dg sel darah merah dan kadar Hb jg harus dicek apakah
pasinen mengalami anemia/tdk). Dan kadar kolesterol total.
Jangan lupa dilihat status inflamasi pasien dgmelihat kadar CRP.
Juga elektrolit yg berkaitan dg mikronutrien yg akan diberikan pd
tahap intervensi (kadar kalium, kalsium)
- Fisik & klinis  SGA, BIA, penurunan BB/kehilangan
massa otot 5% selama 3 bulan atau lebih atau 10 % selama
lebih dari 6 bulan. Adanya penumpukan cairan, edema,
atau acites.
Menggunakan Subject Global Assesmen (SGA). Menggunakan
BIA terutama ketika pasien mengalami penumpukan cairan. Juga
dihitung kehilangan BB pasien. Penurunan BB diebdakan menjadi
selama 3 bulan (Jadi jika slama 3 bulan kehilangannya 5%, sudah
termasuk malnutrition) atau lebih dari 6 bulan (selama 6 bulan
kehilangan lebih dari 10% sudah malnutrisi).
- Riwayat diet  Food recall dan food record
Harus digali, apakah pasien mengalami penurunan nafsu makan,
karena biasanya pasien gagal ginjal kronis itu lelah dan tdk nafsu
makan.
- Malnutrition Inflammation Score (MIS).
Indikator Malnutrition
• SGA (B) : Gizi kurang dan SGA (C) : gizi buruk
• Albumin serum < 3 – 8 g/dl
• Kreatinin serum < 10 mg/dl
• IMT < 18 kg/m² atau > 23,4 kg/m² (IMT tidak dapat
dipakai jika Pasien oedem)
• Kolesterol < 147 mg/dl
• Prealbumin serum < 30mg/dl
Erat kaitannya dengan pemberian protein pd saat intervensi.
Diberikan maksimum ketika pasien mengalami kehilangan
protein dari urin.
2. DIAGNOSIS GIZI
- Asupan energi inadekuat (NI-1.2).
- Asupan oral inadekuat (NI-2.1).
- Asupan cairan berlebihan (NI-3.2).
- Penurunan kebutuhan zat gizi (NI-5.4).
- Asupan protein berlebihan (NI-5.7.2).
- Jenis Asupan protein atau asam amino tidak optimal
(spesifik) (NI-5.7.3).
- Pemanfaatan zat gizi terganggu (NC-2.1).
- Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (spesifik) (NC-
2.2).
- Kepatuhan yang rendah terhadap rekomendasi gizi (NB-
1.6).
- Pilihan makanan yang tidak diinginkan (NB-1.7).
3. INTERVENSI DIET
Tujuan Umum Diet
• Mengendelikan gejala uremia
• Mempertahankan status gizi optimal
• Memperlambat progresifitas penurunan laju filtrat
glomerulus (GFR) menuju gagal ginjal stadium akhir
• Mengendalikan kondisi terkait PGK seperti anemia,
hipertensi, dislipidemia, penyakit tulang dan kardiovaskuler
Tujuan Khusus
• PGK Pre-dialisis bertujuan untuk mengurangi akumulasi
produk-produk sisa nitrogen, mengurangi gangguan
metabolit terkait uremia, memperlambat laju progresivitas
penyakit ginjal, mengatur keseimbangan air dan elektrolit,
mengendalikan kondisi terkait PGK seperti anemia,
penyakit tulang, dan penyakit kardiovaskuler.
• PGK Hemodialisis bertujuan untuk memperbaiki dan
mempertahankan status gizi optimal, mencegah
penimbunan sisa metabolisme berlebih, mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengendalikan kondisi
terkait PGK seperti penyakit tulang, dan penyakit
kardiovaskuler.
• PGK Peritonial Dialisis bertujuan untuk memperbaiki dan
mempertahankan status gizi optimal, mencegah
penimbunan sisa metabolisme berlebih, mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengendalikan kondisi
terkait PGK seperti penyakit tulang, dan penyakit
kardiovaskuler, mempertahankan fungsi ginjal sisa.
Disesuaikan dg kondisi gagal ginjal oleh pasien. Sudah
mengalami dialisis/ belum atau tdk mengalami dialisis tapi
menggunakan territonial dialisis (sma dg dialisis tapi dia bisa
melakukannya sendiri. Melalui perut diberikan lubang yg terdapat
cairan dimana dalam sehari bisa diganti 3-4x sesuai dg kondisi
pasien).
Cara pemasangannya tdk membutuhkan alat, hanya
membutuhkan gravitasi: cairannya diletakkan dibawah shgg
mengalir dan diganti dg cairan baru yg ditaruh diatas.
Tujuan Khusus Transplantasi Ginjal
• Jangka pendek (< 6 minggu pasca transplantasi) bertujuan
untuk membantu penyembuhan luka meningkatkan
anabolisme, mencegah infeksi, mengantisipasi dan
mengatasi efek metabolisme obat imunosupresan.
• Jangka panjang (> 6 minggu pasca transplantasi) bertujuan
untuk mencapai atau mempertahankan berat badan ideal,
mempertahankan kadar gula, mempertahankan kadar
kolesterol <200mg/dl, mempertahankan tekanan darah
normal, mempertahankan densitas tulang optimal,
mengantisipasi dan mengatasi efek metabolisme obat
imunosupresan, mempertahankan gaya hidup sehat.
Rekomendasi Asupan Gizi
1. Asupan Energi
• PGK pre-dialisis : 35 kkal/kgBB ideal/hari. Pada pasien
sedentary live styleatau aktifitas minimal atau usia lanjut :
30 -35 kkal/kgBB ideal/hari.
• PGK-HD : 30 -35 kkal/kgBB ideal/hari.
• PGK-PD : 30 -35 kkal/kgBB ideal/hari, dengan
memperhitungkan asupan kalori (dekstrosa) dari cairan
dialisat.
• Transplantasi ginjal : 30 -35 kkal/kgBB ideal/hari.
Disesuaikan dg usia dan aktivitas fisik pasien.
Ketika pasien diatas/dibawah umur 60 tahun tapi aktivitas
fiisknya ringan/sendenary lifestyle, kita bisa memberinya 30
kkal/kgBB/hari.
2. Asupan Protein
• PGK pre-dialisis : 0,6 – 0,75 g/kgBB ideal/hari.
• PGK-HD : 1,2 g/kgBB ideal/hari.
• PGK-PD (peritengila dialisis : 1,2 -1,3 g/kgBB ideal/hari.
• Transplantasi ginjal : 1,3 g/kgBB ideal/hari pada 6 minggu
pertama pasca transplantasi (ntuk recovery). Selanjutnya
0,8 -1 g/kgBB ideal/hari.
• Protein yang diberikan minimal 50% dengan kandungan
biologis tinggi (protein hewani).
3. Asupan Lemak
• PGK pre-dialisis, PGK-HD, PGK-PD : 25 30% dari total
kalori.
• Pembatasan lemak jenuh < 10%.
• Bila didapatkan dislipidemia dianjurkan kadar kolesterol
dalam makanan < 300 mg/hari.
Asupan lemak biasa diberikan tinggi (30%), karena ada protein yg
dibatasi dan biasanya pasien gaagl ginjal kronis juga disertai
dengan DM, sehgg sumber yg bisa dinaikkan istilahnya lemak
dibandingkan dg karbohidrat, karena takut mempengaruhi kadar
glukosa darah pasien. Ketika idberikan 30% dari total kalori,
pilihlah lemak baik.
4. Asupan KH
• KH cukup yaitu sisa dari perhitungan pasien. Perhatikan
jenis KH terutama jika pasien juga mengalami DM
Tidak boleh memberikan buah belimbing pd pasien gagal ginjal
kronis, karena belimbing tinggi asam oksalat yg menyebabkan
keracunan, karena asam oksalat tertahan didalam tubuh, karena
ginjalnya tdk optimal dalam mengeluarkan asam oksalat pd
kondisi normal karena mengalami gagal ginjal, shgg tertumpuk
dan pasien akan mengalami keracunan asamoksalat.
5. Asupan Mikronutrien  disesuaikan dengan nilai Lab
pasien
• Natrium <2000 mg/hari
• Kalium 39 mg/kg BB
• Kalsium 1200 mg/hari
• Fosfor 800-1000 mg/hari
• Cairan dibatasi dan disesuaikan dengan jumlah urin yang
keluar selama 24 jam
Bisa dilihat dari nilai lab pasien (terutama kalium dna kalsium).
Biasanya ada bbrp pasien yg ditambah kalsiumnya dg
multivitamin yg hrs dikonsumsi. Terutama juga cairan, ketika
pasien tdk dialisis, biasanya rentan memgalami oedema (ciran hrs
dibatasi), disesuaikan dg urin yg keluar, biasnaya urinnya sedikit
karena tertahan shgg tertimbun dan mengalami edema. Dari urin
yg ditmapung, kita tambahkan kurleb 300-500 ml/ hari untuk
minum.
Misal: urin ditampung selama 24 jam dan didapat hanya 200 ml,
ditambah 500 ml. maka pasien hanya boleh meminum 700
ml/hari. Biasanya apsien akan cepat hasu, sarannya bisa diberikan
es batu yg keil2 ditmabahkan jeruk nipis agar lebih segar. Jadi dia
ngemut es batu jadi tdk terlalu haus karena pembatasan cairan.
Diperhatikan jg bentuk makanannya, jangan diberikan bubur
karena cairannya banyak, palagi idberikan sup klo bisa tumis2an,
jika sulit untuk menelan lebih baik diberikan nasi tim
dibandingkan bubur
STANDAR DIET DI RS
Diet GGK (pre dialisis) Biasanya dilihat dari jumlah
gram hewani yg diebrikan pd
• Diet Protein Rendah 30
saat di RS.
• Diet Protein Rendah 35
• Diet Protein Rendah 40 DIET GGK dengan HD
(saat sudah mengalami
perawatan dg hemodialisa,
akan diberikan tinggi • Diet CAPD III 80
protein)
Biasanya ketika sudah
• Diet Hemodialisis terminal tapi belum dilaisis
(HD) 60 karena pasien blm berani,
• Diet Hemodialisis biasanya diberikan diet
(HD) 65 rendah protein 30, tapi klo
• Diet Hemodialisis sudah yg sedang dan berat,
(HD) 70 disesuaikan lagi.
Penentuan standar diet Begitu jg dg pasien yg sudha
disesuaikan dg lFG nya (Laju HD. Ketika pasien HD, tapi
filtrasi glomerulus) untuk proteinuria yg keluar banyak,
pasien GGK Predialisis biasanya dibeikan diet HD yg
70 atau ketika massa otot
DIET GGK dengan CAPD
pasien menurun, itu diberikan
• Diet CAPD I 65 70, begitupun dg pasien yg
• Diet CAPD II 70 peritoneal dialisis.
MONEV

TARGET ASUHAN GIZI


GGK pre-dialysis
• Asupan makanan > GGK denga HD atau PD
80%dari yang
• Asupan makanan >
direkomendasi
80%dari yang
• IMT 20 -25 kg/m²
direkomendasi
• Cadangan massa
• IMT 20 -25 kg/m²
otot/lemak adekuat
• Cadangan massa
SGA (A)
otot/lemak adekuat
• Albumin 3,5 – 5,0 g/dl
• SGA (A)
(dapat lebih rendah
• Albumin ≥ 4,0 g/dl
pada sindrom nefrotik)
• Kolesterol 150 –
• Kolesterol 150 –
200mg/dl
200mg/dl
• Trigliserida ¸150 mg/dl
• Trigliserida ¸150 mg/dl
• HDL : pria > 40 mg/dl
• HDL : pria > 40 mg/dl
dan wanita > 50 mg/dl
dan wanita > 50 mg/dl
• Kreatinin serum > 10
• Kreatinin mencapai
mg/dl
kadar yang stabil
• Saturasi transferin 20 –
• Saturasi transferin 20 –
50%
50%
Chapter 7

PAGT DM DENGAN KOMPLIKASI


Bu Ratih
Nefropati Diabetik
PENDAHULUAN
• Penyakit diibetes melitus yang tidak terkendali dengan baik
dapat menimbulkan berbagai komplikasi/ penyulit, salah
satunya penyakit gagal ginjal kronik yang dikenal dengan
nefropati diabetik.
• Makin lama seseorang menderita diabetes, atau adanya
faktor risiko lain seperti hipertensi, makin tinggi juga
risikonya terserang nefropati diabetik.
• Nefropati diabetik terjadi ketika diabetes menyebabkan
kerusakan nefron
Nefropati diabetik akibat dari gula darah yg tdk terkntrol. Pada
diabetisi, ketika gula darahnya tdk terkontrol, hal ini dapat
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah2 kecil (ginjal, mata,
kaki) shgg byk terjadi amputasi ketika gula darahnya tdk
terkontrol.
Nefropati diabetik: penyandang DM mengalami maslaah pd
ginjalnya karena seharusnya glukosa tdk keluar melalui urin, shgg
ketika gula darah tdk terkontrol, otomatis glukosa banyak keluar
melalui urin, brrt kerja ginjal sangat berat. Ketika kerja ginjal
sangat berat, dia mengalami hipertrofi/pembesaran. Jika terus2an
mengalami kerja yg berat, akhirnya lelah, hal ini menyebabkan
gagal ginjal.
ASSESMENT
Yg perlu diketahui, nefropati diabetik didahului oleh pasien DM
(pasien sudah terdiagnosis DM), tdk menjalankan pola hidup dan
makan yg sehat, , shgg gula darah tdk terkontrol, akibatnya
menyebabkan diawali dg tekanan darah tinggi akibatnya kerja
ginjal semakin berat, akhirnya mengalami gagal ginjal lalu
akibatnya mengalami nefropati diabetik.
- Data riwayat gizi dan makanan
Yang perlu digali: sejak kapan pasien terdiagnosis DM?, obat2
apasaja yg telah dikonsumsi.
- Data antropometri
Hati2 ketika biasanya pasien mengalami edema, karena ginjal
terganggu, maka cairan akan mnegalami retensi (cairan ditahan
untuk keluar dari urin, shgg mengalami edem). Ketika mengalami
edema, bisa menggunakan BBI
- Data pemeriksaan fisik klinis
- Data Riwayat klien
Apakah di keluarganya ada yg mengalami DM sebelumnya, shgg
kita tahu bahwa faktor genetiknya yg menyebabkan hal tsb.
- Data biokimia
Bagaimana ureum kreatininnya? Supaya mengetahui seberapa
berst gagalginjal yg dialamipasien.
DIAGNOSIS NEFROPATI DIABETIK
Nilai2 biokimia yg menjurus keara h nefropatik
1. Tes BUN (blood urea nitrogen) atau ureum
Kadar BUN normal tergantung kepada usia dan jenis kelamin,
yaitu 8-24 mg/dL pada pria dewasa, 6-21 mg/dL pada wanita
dewasa, dan 7-20 mg/dL pada anak usia 1-17 tahun.
2. Tes kreatinin.
kreatinin normal pada individu usia 18-60 tahun berkisar antara
0.9-1.3 mg/dL untuk pria, dan 0.6-1.1 mg/dL untuk wanita.
3. Tes LFG (laju filtrasi glomerulus)/GFR (Glomerulus
Filtration Rate)
Tes LFG adalah jenis tes darah yang dilakukan untuk mengukur
fungsi ginjal. Makin rendah nilai LFG, makin buruk fungsi ginjal
Khusus untuk menilai kinerja ginjal (dilakukan untuk mengukur
fungsi ginjal). Makin rendha nilai GFR, makin buruk fungsi
ginjalnya. Nilaiya dibagi ke 5 stadium/stage:
- Stadium 1: nilai RFG 90 keatas (ginjal maish berfungsi dg
baik)
- Stadium 2: nilainya 60-89 (terjadi gangguan ringan pd
fungsi ginjal)
- Stadium 3: 30-59 (tahap menengah, sudah hrs terjadi
oengurnagan sedikit protein)
- Stadium 4: 15-29 (mengalami gangguan berat pd fungsi
ginjal, sudah hrs menurunkan protein sampe 0,06/kgBB)
- Stadium 5: Dibawah 15 (sdh terjadi gagal ginjal, pasien hrs
dilakukan HD (Hemodialisa))
4. Tes urine mikroalbuminuria.
Kadar albumin dalam urine masih terbilang normal bila di bawah
30 mg.
DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI
• Tujuan :
- mencegah progresivitas kerusakan ginjal,
- mempertahankan status gizi optimal,
- mengendalikan kadar glukosa darah,
- mengendalikan kadar lipida darah,
- mengendalikan tekanan darah,
- mempertahankan keseimbangan cairan dan elekrtolit
Intinya: bagaimana kita membantu kualitas hidup pasien jadi
lebih baik, dg memberikan intervensi diet yg tepat.

Perhitungan tepat: dilihat dari gambar, jika menghitungnya


menggunakan BBA, diakhirnya harus dikurnagi 20%, karena
termasuk kategori gemuk
Tapi jika awalnya mengalikan dengan BBI, jangan dikurnagi lagi
dg pengurnagan kategori iMT. Tdk perlu lagi dikurnagi 20%
karena mengalami kegemukan. Hanya perlu menambahkan faktor
aktivitas dan faktor stress ketika pasien mengalami koma
diabetik, stress metabolik.
• Syarat Diet
Pasien dg nefropati diabetik, biasanya stress metabolik
dikalikan dg 10-20% dari kebutuhan energi bagi lk2/pr.
Kecuali pasien dengan koma/sepsis habis operasi dikali 30%
- Energi: Kebutuhan energi untuk pasien nefropati diabetik,
yaitu 35 kcal/kgBB/hari (tanpa ditambah factor stress
metabolic). Atau dapat juga menggunakan 25 kal/kg BB
untuk wanita sedangkan pria 30 kkal/kg BB. (ditambah
stress metabolic)
Jika sudah mengalikan dengan 35 kkal/kgBB, tdk perlu
ditmabah dengan stress metabolik, krena diawal sudah
dikalikan dg besar.
- Lemak: Lemak dianjurkan 30% dari total kalori. Lemak
diutamakan dari jenis tidak jenuh ganda maupun tunggal
yaitu minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun. Asupan
lemak jenuh dianjurkan kurang dari 10%. Asupan
kholesterol dianjurkan kurang dari 300 mg/hari
Dibuat sedikit lebih tinggi, karena mengejar ketika ada
pembatasan KH dan protein. Ketika pasien tdk HD/CAPD, maka
protien kan pasti dibatasi, ketika masuk ke GFR stadium 4,
biasanya diebrikan protein 0,6 g/kgBBA, maka otomatis
sumbangan energi dari protein akan kecil, sedangkan pasien jg
DM, shgg usmbangan dari KH jg dibatasi, maka untuk memenuhi
kebutuhan energinya didapat dari lemak. Tapi harus hati2 dg
pemilihan jenis lemak, jangan menambahkannya dg yg digoreng,
tapi bisa menggunakan olive oil, alpukat yg berlemak baik
idbandingkan dg lemak trans mentega harus dihindari, karena
tujuan pemebrian diet juga adalah menstabilkan kadar lipid darah,
bukan menambah berat kerja pembuluh darah dg menambha
sumbangan2 lemak2 jahat.
- Karbohidrat: yang dianjurkan adalah 60% dari total kalori.
Penggunaan karbohidrat komplek tetap diutamakan.
Hati2 dg perhitungan KH, ketika pasien CAPD, biasa diberikan
ciran dextros untuk membersihkan proses CAPD. Maka
kebutuhan KH harus dikurnagi sesuai dg jml dextros yg diberikan
pada saat CAPD.
- Protein
Jika masih GFR stadium 3, bisa diberikan 0,8 tapi jika sudah
stadium 4 haya diberi 0,6. Jika HD diberikan tinggi protein
1,2, ketika CAPD proteinnya lbh tinggi mnjd 1,3-1,5.
Protein disesuaikan dengan fungsi ginjal. Pada prinsipnya asupan
protein moderat 0.8 gr/kg BB. Apabila fungsi ginjal menurun
lebih lanjut, dapat diberikan diet rendah protein 0.6 gr/kg BB.
Pada nefropati diabetik dengan terapi pengganti hemodialisis
asupan protein dianjurkan 1.2 gr/kg BB, sedangkan pada CAPD
kebutuhan protein lebih tinggi lagi yaitu1.3 - 1.5 gr/kg BB. Cairan
CAPD diperhitungkan sebagai sumber energi, sehingga asupan
KH dari makanan dan minuman disesuaikan
Mikronutrien
Karena ginjal jg mengatur elektrolit2 mineral, maka byk sekali
keseimbangan mineral yg terganggu.
Pasien ginjal diharamkan untuk diberikan belimbing, walaupun di
masyarakat biasa diberikan belimbing untuk menurunkan tekanan
darah tinggi. Hati2 karena belimbing tinggi asam oksalat, ketika
pasien mengalami gangguan ginja; dan diberikan asam oksalat,
maka itu adalah racun bagi pasien.
- Garam (natrium): Anjuran asupan garam natrium (Na)
pasien nefropati diabetik berkisar antara 1000 – 3000 mg
Na sehari,
- Fosfor: Pada pasien nefropati diabetik, apabila terjadi
hiperfosfatemia (kadar fosfat darah > 6 mg/dl), asupan
fosfor dari makanan harus dibatasi. Anjuran asupan pospor
berkisar 8-12 mg/kg BB/hari.
- Cairan: Kebutuhan cairan perhari disesuaikan dengan
jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml)
- Kalium: Anjuran asupan kalium tidak selalu dibatasi,
kecuali bila terjadi hiperkalemia yaitu kalium darah > 5.5
mEq, jumlah urine sedikit atau GFR/CCT kurang atau sama
dengan 10 ml/mt. Pada kondisi ini anjuran asupan kalium
berkisar 40-70 mEq/hari (1600-2800 mg/hari) atau 40
mg/kgBB/hari,
- Kalsium: Keadaan hipokalsemia (kadar kalsium darah <
8.5 mg/dl) kadang terjadi pada pasien nefropati diabetik.
Asupan kalsium yang dianjurkan adalah 1200 mg/hari.
Kadar kalsium darah yang diharapkan berkisar 8.5 – 11
mg/dl
PROSEDUR PENYUSUNAN DIET
• Tentukan kebutuhan zat gizi
• Lakukan recall kebiasaan makan
• Hitung jumlah protein yang bernilai biologi tinggi yang
dibutuhkan
• Penuhi kekurangan kalori dari lemak dan karbohidrat yang
mengandung rendah protein
• Susunan diet diusahakan mendekati kebiasaan makan
pasien
DM Gestasional
DM PADA KEHAMILAN
1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan
kemudian pasien tersebut itu hamil (DM Hamil/DMH/ DM
Prsgestasional)
Disesuaikan dg diet dia sebelumnya.
2. DM yang baru ditemukan saat hamil (DM
gestasional/DMG)  didefinisikan sebagai intoleransi
glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat
hamil
Biasanya terjadi karena hormonal, yg di khawatirkan adalah
ketika BB bayi/janinnya besar, shgg resiko kematian ibu dan
anak pada saat melahirkan akan semakin besar, karena gula
menyebabkan obes, jadi janin mengalami obes, biasanya lahir
diatas 4 kg.
DM gestasional terjadi terjadi pada TS-2 dan TS-3 akibat
perubahan metabolic untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizi pada ibu dan janin. Hormon human placental lactogen (HPL)
berinteraksi dengan kerja insulin. Biasanya setelah melahirkan,
gula darah Kembali normal
PENGKAJIAN GIZI
1. Antropometri
- TB (cm)
- BB actual (kg) dan BB sebelum hamil  Penambahan BB
sebelum hamil
- IMT berdasarkan BB sebelum hamil
- LiLA (cm)
2. Biokimia  GDPP, GDP
3. Pemeriksaan fisik  tekanan darah
4. Riwayat personal
- Usia saat hamil
- Riw DM dalam keluarga, dan kehamilan sebelumnya
- Riw melahirkan bayi >4kg
5. Riwayat gizi
- Riw makan sebelum hamil
- Riw makan selama hamil

INTERVENSI
Tujuan Diet
• Menormalkan kadar GDP dan GDPP. Sasarannya GDP 65-
95 mg/dL dan GDPP <120 md/dl
• Memberikan padat gizi disesuaikan kebiasaan makan
pasien
• Mengendalikan kenaiakn BB selama hamil
Syarat Diet
• Kebutuhan energi 30 kkal/kg BB saat hamil untuk
IMT>30kg/m2. Untuk yg sudah obese sebelum hamil
diberikan 25 kkal/kg BB ideal ditambah
o TS-1 : 150 kkal/hari
o TS-2&3 : 300 kkal/hari
• Protein diberikan 1,1 g/kb BB actual atau sekitar 15-20%
keb total
• Lemak diberikan cukup 20-25%

Chapter 8

DIET PADA PEMERIKSAAN


Bu Ratih
1. DIET PEMERIKSAAN BENZIDIN
Prosedur Pemeriksaan
• Px akan diperiksa, setelah melakukan diet untuk
pemeriksaan benzidine.
• Keesokan harinya , feses pasien diperiksa dg test benzidine
• Hasil (+) : timbul warna biru gelap pada kertas saring
Diet yang diberikan
• Diet ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pendarahan pada saluran cerna bagian atas.
• Bahan makanan yang dapat menimbulkan reaksi dengan
larutan benzidin tidak diperbolehkan (bahan makanan yang
mengandung hemoglobin dan klorofil).
• Diet Benzidin biasanya hanya diberikan selama 2-3 hari
saja
• Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk
saringan atau lunak.
• Biasanya hanya diberikan bubur kecap pada jam makan
berat dan crackers sebagai snack
2. DIET PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI
Diet Pra Kolonoskopi
• Kolonoskopi adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi usus besar bagian dalam dengan menggunakan alat
endoskopi
• Pembersihan usus wajib dilakukan sebelum pemeriksaan
• Penerapan diet bukan untuk terapi melainkan untuk
persiapan diagnostik
Pengkajian Gizi
• Riwyat alergi
• Penggunaan obat yang dikonsumsi pasien sebelumnya
• Dikarenakan pasien akan diberikan pencahar, maka pasien
harus patuh untuk minum lebih dari 2 liter per hari
menghindari dehidrasi
• Cek kondisi ginjal pasien
Tujuan Diet
Memeberikan makan secukupnya yang meninggalkan sisa
minimal dalam usus agar pada saat pememriksaan usus besar
dalam kondisi bersih atau tidak ada sisa makanan sehingga
kolonoskopi akurat
Syarat dan Prinsip Diet
1. Energi dan protein minimal memenuhi BMR
2. Rendah sisa agar menjadi bersih  serat kurang dari 10
g/hari selam 1-3 hari sebelum Tindakan
3. Diet rendah lemak dan laktosa
4. Banyak minum
5. Makanan diberikan bertahap  jenis yang berbeda pada 2
hari dan 1 hari sebelum permeriksaan
2 Hari Sebelum Kolonoskopi (Menu yg diberikan H-2)

1 Hari Sebelum Pemeriksaan


• Sehari sebelum kolonoskopi, pasien hanya diberikan
makanan cair jernih (tembus pandang)
• Tidak dianjurkan makanan padat
• Hindari menuman berwarna seperti santan, minuman
mengandung krimmer, jus buah
• Yang diperbolehkan kaldu/kuah sup, wedang jahe, teh
manis, minuman isotonik

3. DIET PRA ESOPHAGOGASTRO DUODENOSCOPY


Esophagogastroduodenoscopy (EGD)
• Pemeriksaan untuk melihat lapisan dsri esofagus, lambung,
dan duodenum dengan kamera kecil.
• EGD juga dikenal dengan upper endoscopy
• Diet pra EGD diberikan sebagai persiapan sebelum
melakukan endoskopi pada saluran cerna tubuh bagian atas
TUJUAN DIET
• Memberikan makanan cair bening kepada pasien sehingga
memudahkan pemeriksaan pra-EGD
SYARAT & PRINSIP DIET
• Sehari sebelum EGD  menu makan dalam diberikan
dalam bentuk lunak atau biasa sesuai dengan kekmampuan
pasien
• Pada hari pelaksanaan EGD pasien dipuasakan dari
makanan 6-8 jam sebelum Tindakan. Minuman cair bening
dapat diberikan
• Menjelan 2 jam sebelum EGD, pasien dipuasakn total

Chapter 9

PAGT DIET PENYAKIT JANTUNG & PEMBULUH


DARAH
Bu Ratih
GAMBARAN UMUM
• Dislipidemia adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan konsentrasi kolesterol total, kolesterol
Low-Density Lipoprotein (LDL), atau trigliserida, dan/atau
penurunan kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL) dan
merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
• Target utama pengendalian dislipidemia adalah mengontrol
kadar kolesterol LDL, trigliserida, dan BB
• Grundy dkk melaporkan bahwa untuk setiap penurunan
LDL sebesar 30 mg/dL maka akan terjadi penurunan risiko
PJK 30%
PENGKAJIAN GIZI
• Pengkajian yang utama adalah mengkaji karakteristik
pasien termasuk pemeriksaan fisik, lab, dan kebiasaan
makan
• Penderita dislipidemia memiliki kecenderungan untuk
mengkonsumsi makanan padat energi khususnya energi
dari lemak, daging berlemak, junk food, gula yang
berlebihan, soft drink, rendah konsumsi serat (sayuran dan
buah).
• Pemeriksaan lab yang utama adalah kadar total kolesterol,
kadar LDL, kadar HDL, dan trigliserid
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.1: kelebihan asupan zat gizi berkaitan dengan
kebiasaan makan dalam porsi besar ditandai oleh hasil
recall > 150% kebutuhan dan IMT >27.
• NI.5.8: kekurangan asupan serat berkaitan dengan
seringnya mengkonsumsi makanan gorengan dan kurang
menyukai sayur dan buah ditandai oleh asupan serat harian
14 gram dan frekuensi buang air besar (BAB) hanya 3 kali
seminggu.
• NC 3.3: Overweight berkaitan dengan kelebihan asupan
energi ditandai oleh IMT lebih dari 27
• NB 1.5: Gangguan pola makan berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang ditandai oleh seringnya
mengkonsumsi makanan mengandung gula tinggi dan
berlemak.
• NB 1.3: ketidaksiapan melakukan diet atau perubahan pola
makan berkaitan dengan kurangnya motivasi ditandai oleh
ketidakpatuhan terhadap anjuran diet.
Contoh: Gangguan pola makan berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang ditandai oleh seringnya mengkonsumsi makanan
mengandung gula tinggi dan berlemak.
INTERVENSI DIET
Tujuan Diet
• Menurunkan atau mempertahanakan kadar kolesterol LDL
normal
• Menurunkan asupan lemak jenuh dan lemak trans (<7%)
dan menurunkan asupan kolesterol makanan <200 mg/dL
• Menurunakan atau mempertahankan status gizi dalam
kondisi optimal
• Meningkatkan asupan KH kompleks (maks 55%) dana
menurunkan asupan KH sederhana (<5% dari enenrgi total)
• Meningkatkan aktifitas fisik
Syarat Diet
• Energi yang dibutuhkan disesuaikan dengan BB dan
aktivitas fisik
• Lemak diberikan 25-35% dari kebutuhan enenrgi total
- Lemak jenuh dan lemak trans dihindari
- Lemak tak jenuh ganda maksimal 10% dari
kebutuhan energi total
- Lemak tidak jenuh tunggal maksimum 20 % dari
kebutuhan energi total
- Kolesterol kurang dari 200 mg
• Protein cukup yaitu rata-rata 15% dari kebutuhan energi
• Karbohidrat sedang 50-60% dari kebutuhan total
• Tinggi serat
• Tinggi sumber antioksidan, salah satunya sterol atau stanol
yang berasal dari tumbuhan 2 g/hari\
• Vitamin dan mineral yang cukup khususnya asam folat,
vitamin B6, dan vitamin B12
• Meningkatkan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan
Pasien
• Berhenti merokok
MONEV
• Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara memonitor
perkembangan, mengukur hasil dan mengevaluasi hasil.
• Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan intervensi gizi tersebut adalah asupan makan
dan minum (konsumsi selama dirawat), asupan ini
dimonitor setiap hari, nilai laboratorium terkait gizi ,
perubahan berat badan, keadaan fisik klinis pasien.
Chapter 10

PAGT GOUT ARTHRITIS


Bu Ratih
PENDAHULUAN
• Penyakit asam urat atau gout adalah sejenis penyakit sendi
yang terjadi akibat kadar asam urat yang terlalu tinggi
dalam darah. Pada kondisi normal, asam urat larut dalam
darah dan keluar melalui urine.
• Kristal asam urat yang berlebihan akan menumpuk di
jaringan tubuh dan menyebabkan inflamasi (peradangan)
pada persendian (artritis).
• Semua sendi di tubuh berisiko terkena asam urat, tetapi
sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut,
pergelangan kaki, dan jari kaki.
• Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme
adenin dan guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida
purin.
• Diet asam urat telah lama dikaitkan dengan gaya hidup
yang kaya melibatkan konsumsi daging, seafood, dan
alkohol
• Gejala asam urat (gout) yang umunya dirasakan oleh
penderitanya, panas, kemerahan dan pembengkakan pada
sendi yang terjadi secara tiba-tiba
• Hiperurisemia adalah kondisi dimana kadar asam urat
dalam darah > 7 mg/dl pada pria dan > 6 mg/dl pada
wanita.
HIPERURISEMA
1. Pemecahan jaringan tubuh yang berlebihan sehingga
banyak purin yangdibebaskan untuk kemudian
dimetabolisir dengan zat sisa serupa asam urat.
2. Ekskresi asam urat yang menurun karena air seni yang
asam (misalnya akibat konsumsi lemak atau alkohol yang
tinggi) atau karena penurunan fungsi ginjal.
3. Konsumsi makanan yang kaya purin secara berlebihan.
Contoh: jerohan, kaldu, kacang, emping dan tape.
PNATALAKSANAAN GIZI PENYAKIT GOUT
ARTHRITIS
1. ASSESMEN
1) Antropometri meliputi berat badan (BB),
tinggi badan (TB), IMT, dan pengukuran lain
seperti panjang depa, lingkar lengan atas
(LLA) atau tinggi lutut apabila pasien tidak
dapat diukur BB dan TBnya.
2) Biokimia: kadar asam urat, kristal urat urin,
BUN, kreatinin.
3) Klinis dan fisik:
- Gejala Khas : nyeri pada persendian, bengkak pada
sendi lutut / ibu jari.
- Vital sign: tekanan darah, nadi, respirasi.
4) Dietary: asupan makan (energi, protein, lemak,
karbohidrat, purin, vit C) dan kebiasaan makan
sebelum sakit.
5) Kondisi ekonomi dan data lain yang
menunjang : kondisi ekonomi dan sosial
pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat
penyakit keluarga, riwayat pengobatan dan
lain-lain.
2. DIANOSIS GIZI
- Intake purin berlebihan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi ditandai dengan
setiap hari mengkonsumsi tempe dan jeroan
- Perubahan nilai laboratorium disebabkan oleh
gangguan metabolisme purin dibuktikan dengan
peningkatan kadar asam urat di atas normal.
- Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang
rendah purin berkaitan dengan kurangnya informasi
tentang gizi seimbang ditandai dengan pemilihan
bahan makanan tinggi purin.
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan Diet
1) Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
2) Menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
3) Mencegah terjadinya komplikasi.
Syarat Diet
1) Energi sesuai dengan kebutuhan individu
2) Protein cukup : (1,0 -1,2 g/kg BB) atau 10-15% dari
kebutuhan energi total. Hindari bahan makanan sumber
protein dengan kandungan purin>150mg/100 g.
3) Lemak sedang 10-20% kebutuhan energi total.
4) Karbohidrat 65-75% dari kebutuhan energi total, pilih
Karbohidrat kompleks.
5) Vitamin dan Mineral cukup.
6) Cairan 2-2,5 liter/hari.
MAKANAN YANG HARUS DIJAGA
 Dihindari : Kelompok I
Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan
makanan). Yaitu : Otak, Hati, Jantung, Ginjal, Jeroan, Ekstrak
daging atau kaldu, Bebek, ikan sarden, Makarel, Remis, Kerang.
 Dibatasi : Kelompok II
Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100 g bahan makanan),
maksimal dikonsumsi 50-75 g daging, ikan atau unggas atau 1
mangkuk (100 g) sayuran sehari. Yaitu : Daging sapi, Ikan,
Ayam, Udang, Kacang kering, Tahu, Tempe, Asparagus, Bayam,
Daun singkong, Kangkung, Melinjo
 Diperbolehkan dikonsumsi setiap hari : Kelompok
III
Kandungan purin rendah, yaitu : Nasi, ubi, jagung, singkong, roti,
mei, bihun, tepung beras, cake, kue-kue kering, pudding, susu,
semua sayuran dan buah-buahan kecuali yang dibatasi.
4. MONEV
Chapter 11

DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN


Bu Ratih
1. KURANG ENERGI KRONIS
Latar Belakang
• Kecenderungan semakin tingginya angka Kekurangan
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil akan meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
• Syarat pengaturan makanan ibu hamil pada trimester I
ditambah 180 kkal dari kebutuhan sebelum hamil
sedangkan untuk trimester II dan III ditambah 300 kkal dari
kebutuhan sebelum hamil.
2. HIPEREMESIS GRAVIDARIUM
Latar Belakang
• Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual yang parah
disertai muntah sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, ketonuria, dan
penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badan ibu
hamil.
• keluhan mual yang dialami ibu hamil pada pagi hari di
trimester pertama, umumnya disebut sebagai morning
sickness.
• Etiologi hiperemesis gravidarum merupakan multifaktoral.
Namun penyebab utamanya terkait dengan peningkatan
kadar hormon yang berkaitan dengan kehamilan seperti
hCG, estrogen, dan progesteron.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum tergantung pada
tingkat keparahan gejala. Secara umum, penatalaksanaan
terdiri dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi.
• Terapi farmokologi dengan pemberian antiemesis oral dan
pengaobatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
• Terapi nonfarmakologi mulai dari pemberian penjelasan
dan dukungan emosional dan modifikasi diet (asuhan gizi).
ASESMEN GIZI
a) Riwayat terkait gizi dan makanan
b) Data antropometri  berat badan saat ini, berat badan
sebelum hamil, kenaikan atau penurunan berat badan
selama kehamilan, Lingkar Lengan Atas (LiLA) ibu hamil.
c) Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi  Data fisik klinis
ibu hamil dapat meliputi penampilan keseluruhan, sistem
jantung-paru, sistem pencernaan, ekstremitas, pemeriksaan
abdomen & uterus, status hidrasi atau tanda-tanda
dehidrasi, pemeriksaan goiter, serta tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi).
d) Data riwayat klien. Pada riwayat medis pasien / keluarga
dapat digali penyakit yang berdampak pada status gizi
pasien, termasuk keluhan yang dialami pasien Hiperemesis
Gravidarum terkait gizi. Sedangkan riwayat sosial
dibutuhkan untuk mengetahui situasi rumah, atau dukungan
asuhan medis dan keterlibatan pasien dalam kelompok
sosial.
DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI GIZI
Tujuan Diet
• Membantu mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis
• Porsi bertahap (sedikit tetapi sering)
• Nilai gizi ditingkatkan sesuai keadaan dan kebutuhan
pasien
Syarat dan Prinsip Diet
• Kebutuhan energi  TS 1 + 180 kal TS 2&3 + 300 kal
• TS 1  KH boleh diberikan tinggi 75-80% dari kebutuhan
energi total
• Protein TS 1  0,8-1,1 g/kg BB sebelum hamil. Sedangkan
TS2&3 ditambah 25 g dari kebutuhan sebelum hamil
• Zat gizi mikro dianjurkan suplemantasi vitamin B6, B1,
Cal, K, B12, Asam folat, Vitamin D, Fe, dan yodium
• Kebutuhan cairan 35-40 mL/kg BB sebelum hamil/hari
• Hindari bumbu tajam seperti bawang-bawangan
• Bila makan pagi dan siang sulit diterima ibu, dioptimalkan
pemberian makan malam dan snack malam untuk
meningkatkan asupan makanan sehari.
• Secara bertahap, makanan ditingkatkan pemberiannya
dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien.
MONEV
• menetapkan data sign atau symptom yang tepat pada setiap
masalah gizi di masing-masing domain yang dapat menjadi
indikator atau parameter asuhan gizi untuk dimonitor dan
dievaluasi.
• Indikator monitoring dan evaluasi asuhan gizi untuk pasien
Hiperemesis Gravidarum dapat ditetapkan dari sign atau
symptom yaitu asupan makanan melalui oral atau asupan
zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat), perubahan
berat badan, Lingkar Lengan Atas (LiLA), haemoglobin
(Hb), kadar elektrolit dalam darah (Kalium, Natrium,
Chlorida), keton urin, atau hasil pemeriksaan fisik klinis
seperti status hidrasi atau tanda-tanda dehidrasi, dan
tandatanda vital.
3. PRE EKLAMSIA
Latar Belakang
• Preeklampsia adalah sindrom yang terjadi saat kehamilan
memasuki minggu ke -20 ditandai dengan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih dan adanya protein urine 300 mg atau
lebih dalam sampel urine 24 jam.
• Preeklampsia berat didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
110 mmHg atau lebih dan terdapat 5 g protein dalam
sampel urine 24 jam.
• Tidak ada sebab yang pasti dari PE
Penatalaksanaan Terapi Pre Eklamsia
• Obat antihipertensi diberikan dengan tujuan untuk menjaga
tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan MAP (Mean
Arterial Pressure) < 125 mmHg.
• Kondisi preeklampsia berat harus diberikan magnesium
sulfat untuk mencegah kejang.
• Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi : kreatinin,
elektrolit serum, tes fungsi hati, hitung darah lengkap, dan
pembekuan darah
• Tekanan darah dan denyut nadi diukur setiap 15 menit
sampai stabil, kemudian dapat dilakukan setiap setengah
jam.
ASESMEN GIZI
a) Riwayat terkait gizi dan makanan
b) Data antropometri
c) Data biokimia  meliputi pemeriksaan protein urine, kadar
enzim hati (SGOT, SGPT), kreatinin, urat dan elektrolit
serum, kadar albumin dan trombosit, hitung darah lengkap,
dan pembekuan darah. Pengumpulan urin 24-jam
merupakan standar baku untuk pemeriksaan proteinuria.
Kriteria proteinuria jika terdapat 0,3 gram atau lebih dalam
urin 24 jam.
d) Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi
e) Data riwayat klien
DIAGNOSIS GIZI

INTERVENSI
Tujuan Diet
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal.
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
3. Mencegah atau mengurangi retensi garam/air.
4. Mencapai keseimbangan nitrogen.
5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak berlebihan.
6. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain
atau penyakit penyerta lain yang dapat menjadi penyulit
baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.

Syarat dan prinsip Diet


• Kebutuhan energi  TS 1 + 180 kal TS 2&3 + 300 kal
• KH +40 g/hari dari kebutuhan normal yang bersumber dari
KH kompleks
• Protein TS 1  0,8-1,1 g/kg BB sebelum hamil. Sedangkan
TS2&3 ditambah 25 g dari kebutuhan sebelum hamil. Pada
pasien post partum kebutuhan protein ditambah 1,3-1,5
g.kg BB/hari. Jika pasien mengalami proteinuria protein
diberikan bertahap 0,8-1 g/kg BB/hari
• Zat gizi mikro dianjurkan suplemantasi vitamin B6, B1,
Cal, K, B12, Asam folat, Vitamin D, Fe, dan yodium. tetapi
vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
• Kebutuhan cairan 35-40 mL/kg BB sebelum hamil/hari.
Jika pasien terapi obat MgSo4 cairan dibatasi (600-1000
mL/hari
• Kebutuhan serat 34/g/hari
• Bentuk makanan disesuaikan kondisi pasien
MONEV
• Parameter yang spesifik dapat diambil dari sign atau
symptom pasien preeklampsia untuk monitoring dan
evaluasi asuhan gizinya.
• Parameter yang dimaksud mencakup kenaikan berat badan
selama kehamilan, tekanan darah, hasil pemeriksaan seperti
sistem jantung-paru, sistem pencernaan, ekstremitas,
pemeriksaan abdomen dan uterus, pemeriksaan edema
paru, pemeriksaan penglihatan, tanda-tanda klonus, serta
tanda-tanda vital lainnya (tekanan darah, nadi, respirasi).
• Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur setiap 15
menit hingga mencapai stabil dan kemudian diukur setiap
setengah jam

Chapter 12

ASUHAN GIZI TERSTANDAR PASIEN KANKER


Bu Ratih
PENDHULUAN
• Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan
sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh .
• Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal di
sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.
• Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi) genetik
pada sel.
CIRI-CIRI PASIEN
• Anoreksia : Kekurangan/kehilangan nafsu makan
• Malnutrisi : ketidakseimbangan/ketidakcukupan zat gizi
atau gangguan memproses makanan
• Kaheksia : kondisi kesehatan jasmani dan malnutrisi yang
nyata / berat
• Cancer Cachexia : kondisi tubuh yg lemah dan kurus pada
pasien kanker
• Sarcopenia : lean body mass (terutama otot) yang rendah;
disertai rasa lelah, kekuatan otot yang menurun dan
pergerakan fisik yang terbatas
ASSESMEN
• Hasil skrinning dapat digunakan untuk mencari tahu
antropometri Pasien
• Antropometri  TB, BB, IMT, Riwayat penurunan BB,
LiLA. Jika data IMT tidak memungkinkan dapat
menggunakan lingkar betis atau tinggi lutut
• Data pememriksaan fisik/klinis : konjungtiva anemis, gigi,
dysgeusia, disfagia, odinofagia, begah, anorexia, mual,
muntah, stomatitis, sulit menenlan, lemah fatigue, balance
cairan per hari
• Data Riwayat gizi  pola makan, asupan makan asupan
suplemen, obat-obatan yang diresepkan, akses makanan,
pendamping Pasien, dan sosial ekonomi
• Data Riwayat personal
DIAGNOSIS GIZI
• NI 2.1 Asupan Oral Inadekuat
Contoh : Asupan oral tidak adequate berkaitan dengan adanya
mual, muntah ditandai dengan asupan energi 45% dari kebutuhan,
asupan protein 52% dari kebutuhan.
• NC 4.1 Malnutrisi
Contoh : Asupan protein dan energi tidak cukup berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan gizi akibat kanker ditandai dengan IMT
<18,5
• NC 3.2 Penurunan BB yang tidak Diharapkan
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
mual muntah terus menerus, peningkatan kebutuhan gizi ditandai
dengan berat badan menurun 5% dalam 1 bulan.
• NB 1.5 Gangguan pola makan
Gangguan pola makan berkaitan adanya mual, muntah berlebihan,
daya terima makanan terbatas ditandai dengan perubahan
frekuensi makan makanan utama dan selingan, tidak mau sarapan,
porsi makan sedikit (3-4 sdm).
INTERVENSI
Tujuan
• Mempertahankan atau memperbaiki status gizi
• Mempertahankan lean body mass (massa otot).
• Meminimalkan side effect terapi terutama yang
berhubungan dengan gizi
• Meningkatkan kualitas hidup
• Mencegah defisiensi zat gizi
• Membantu upaya medis mencegah komplikasi penyakit
seperti sepsis dan infeksi
Syarat Diet
Kebutuhan energi
• Energi tinggi, yaitu 36 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32
Kkal/kgBB untuk perempuan. (RSUP Persahabatan)
• Atau dihitung berdasarkan ASPEN : Kanker dgn BB
Kurang (30-40 kkal/kg BB/hari) Kanker inactive atau
sepsis (25-30 kkal/kg BB/hari), kanker dengan stress (35
kkal/kg BB/hari
• Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kgBB.
• Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
• Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
• Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B
kompleks, C dan E.
• Kebutuhan air 20-40 ml/kg BB
• Serat 30 g/hari= 400 g atau 5 porsi sayur dan buah
• Porsi makan kecil dan sering diberikan.
Prinsip Diet
1. Asupan < 60% kebutuhan dalam 1 minggu
• Jika asupan kurang dari 60% yang dianjurkan makan
dilanjutkan dengan Oral Nutritional Supplements (ONS),
namun jika tidak memungkinkan maka diberikan enteral
nutrition (EN) melalui NGT
• Jika Pasien mengalami malabsorbsi yang menyebabkan EN
gagal mencukupi kebutuhan, makan diberikan parenteral
nutrition
2. Kondisi Mulut Pasien
• Xerostomia (mulut kering karena atrofi membrane mucus
menyebabkan kesulitan menelan dan mengunyah) 
meningkatkan intake cairan, makanan yang halus dan
berkuah, lip balm, permen rendah kalori, sais
• Untuk masalah gigi seperti karies  hindari gula atau
makanan yang manis
• Saliva yang kental  makanan dalam bentuk halus, tidak
sering diberi roti, dan makanan berminyak
3. Tidak Nafsu Makan, Mual, dan Muntah
a) Mulai dengan memberikan makanan favorit
b) Porsi kecil dan diberikan sering
c) Pilih makanan yang mudah dikonsumsi misalnya makanan
cair
d) Hindari makanan dengan aroma yang menyengat
e) Ciptakan suasana makanan yang menyenangkan
4. Diare
- Banyak minum, dapat dengan mengkonsumsi air
putih
- Hindari buah yang asam dan bergas
- Konsumsi sumber serat larut air (misalnya pisang)
- Tingkatkan asupan kalium dadn elektrolit
- Kurangi makanan berlemak
- Pengolahan makanan dengan di rebus atau tim
- Porsi kecil dan sering
5. Anemia
• Konsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan asam folat
seperti produk hewani (daging, ayam, ikan, telur), sayuran
hijau, kacang – kacangan dan cereal yang difortifikasi.
• Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin c untuk
membantu penyerapan zat besi.
• Hindari mengkonsumsi teh, kopi, susu, coklat bersamaan
dengan makan untuk menghindari terhambatnya
penyerapan zat besi.
• Konsumsi suplemen zat besi jika diperlukan dan sesuai
dengan rekomendasi tenaga kesehatan.
MONITORING & EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai