Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI PILAR UTAMA DALAM


MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA YANG HARMONIS

Disusun Oleh:

Devita Rahayu

2205111191

Dosen Pengampu:

Dr. Ahmal, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tugas makalah ini dapat selesai waktu. Adapun penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan. Serta untuk menambah wawasan
pembaca mengenai salah satu permasalahan bangsa Indonesia yaitu korupsi. Terimakasih
kepada bapak Dr. Ahmal, M. Pd. yang telah memberikan arahan untuk makalah ini.
Penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis harapkan
kritik dan saran kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca.

Pekanbaru, 18 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………............................……...…………i

DAFTAR ISI ………………………………..…………...……….…….........................…..ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………….....………………............................1

1.1 Latar Belakang ………………………………………….…...…….........................1


1.2 Rumusan Masalah ………………........................…………………………...…….2
1.3 Tujuan …………………………………………...….……………..........................2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………….……….........................3

2.1 Identitas Nasional Indonesia ………………………….…………......................…3


2.2 Penyebab, Dampak, dan Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional .....………...6
2.3 Upaya Penguatan Identitas Nasional …..……………..................…....................10

BAB III PENUTUP ………………………..…………….…..…………….......................11

3.1 Kesimpulan …………………………..……….……..……………......................11


DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….........................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kalean dalam Edi (2021) identitas bangsa didefinisikan sebagai


perwujudan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dari aspek kehidupan suatu
bangsa dengan ciri khasnya. Identitas nasional merupakan cerminan dari nilai-nilai,
budaya, sejarah, dan karakteristik suatu bangsa. Setiap bangsa memiliki keberagaman
suku, agama, budaya, dan tradisi. Identitas nasional yang kuat dapat menjadi basis
dalam mengelola keberagaman tersebut dengan cara yang harmonis dan inklusif,
menghormati perbedaan, dan memupuk rasa persatuan serta toleransi antar kelompok
masyarakat.

Unsur-unsur yang membentuk identitas nasional menurut Rahayu (2007) antara


lain: Suku bangsa, agama, bahasa, budaya nasional, wilayah nusantara, dan dasar
Negara. Selain itu, unsur identitas nasional dirumuskan dalam ketiga hal berikut ini
antara lain: a. Identitas fundamental yaitu Pancasila, b. Identitas instrumental yaitu
UUD 1945, bahasa Indonesia, Indonesia Raya, bendera, dan c. Identitas Alamiyah
yaitu suku, bangsa, budaya, dan agama. Identitas nasional menjadi landasan yang kuat
dalam mempertahankan keutuhan bangsa, memperkuat rasa kebersamaan, dan
menghadapi tantangan internal maupun eksternal yang dapat mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa.

Identitas nasional yang kuat dapat menjadi pendorong dalam membentuk


kesadaran bersama untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama dalam membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Identitas nasional yang diperkuat
dapat menghadirkan semangat kebangsaan, kecintaan terhadap tanah air, dan rasa
tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pembangunan negara. Sebagai bangsa yang

1
baik sudah sepatutnya mengerti dan memahami akan tujuan dan jati diri bangsa itu
sendiri. Melalui pemahaman yang baik terhadap identitas nasional sebagai pilar utama
dalam mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis,
diharapkan dapat mendorong upaya untuk membangun bangsa yang bersatu, berdaya
saing, berkeadilan, dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diformulasikan rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa itu Identitas Nasional Indonesia?


2. Apa saja penyebab, dampak, dan upaya mengatasi krisis Identitas Nasional?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam penguatan Identitas Nasional?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Identitas Nasional Indonesia.


2. Untuk mengetahui penyebab, dampak, dan upaya mengatasi krisis Identitas
Nasional.
3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam penguatan Identitas Nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Nasional Indonesia

Menurut Erwin dalam Afifah (2009) identitas nasional Indonesia dapat


dirumuskan pembidangannya dalam tiga bidang sebagai berikut: Pertama, identitas
fundamental, yakni pancasila sebagai filsafat bangsa, hukum dasar, pandangan hidup, etika
politik, paradigma pembangunan. Kedua, identitas instrumental, yang meliputi UUD 1945
sebagai konstitusi negara, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, Garuda Pancasila
sebagai lambang negara, Sang Saka Merah Putih sebagai bendera negara, Bhineka Tunggal
Ika sebagai semboyan negara, dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Ketiga,
identitas alamiah yang meliputi Indonesia sebagai negara kepulauan dan kemajemukan
terhadap sukunya, budayanya, agamanya.

2.1.1. Pancasila

Pancasila sebagai situasi kejiwaan dan karakter bangsa Indonesia yang


mengandung kesadaran, cita-cita, hukum dasar, pandangan hidup telah menjadi nilai,
asas, norma bagi sikap tindak bagi penguasa dan Rakyat Indonesia. Satu-satunya
falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang melandasi, membimbing, dan
mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Para pendiri negara kita. Pembukaan UUD
1945 alinea keempat menyebutkan: “... maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

3
2.1.2 Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan konstitusional bagi bangsa


Indonesia dalam bersikap tindak. UUD 1945 dalam eksistensinya telah mengadakan
pembagian tugas bagi pihak-pihak yang terkait dalam sistem politik di Indonesia dan
sekaligus pula telah memberikan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan itu serta
juga telah menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia di Indonesia.

2.1.3. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berasal dari bahasa Melayu. Alasan
bahasa Melayu yang akhirnya menjadi bahasa persatuan, hal ini memang karena
bahasa Melayu jauh dari sebelum Indonesia merdeka telah digunakan sebagai bahasa
dalam interaksi antar suku yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara dan telah pula
menjadi bahasa niaga yang menghubungkan antar pedagang yang berniaga di
sepanjang gugusan kepulauan Nusantara. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan ini bukan berarti menenggelamkan bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang
jumlahnya tidak kurang dari 300-an dialek bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah tetap
dipelihara sebagai kearifan lokal dan bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatunya.

2.1.4. Lambang Negara

Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal


Ika Garuda Pancasila sebagai lambang negara bangsa Indonesia melaambangkan
kemegahan negara Indonesia. Adapun bentuk lambang Garuda Pancasila ini adalah
buah karya anak bangsa yaitu Sultan hamid II dari Kesultanan Pontianak. Seekor
burung Garuda yang berdiri tegak, yang kepalannya menghadap ke kanan dengan
mengembangkan sayapnya ke kanan dan ke ke kiri. Pada sayap kanan dan sayap
kirinya berelar 17 helai, dengan ekor berelar 8 helai dan leher yang berelar 45 helai
yang menunjuk pada waktu kemerdekaan bangsa Indonesia 17-8-1945. Pada dadanya

4
digantung sebuah perisai yang dibagi menjadi lima ruang di tengah dan empat di tepi.
Bintang cemerlang atas dasar hitam merupakan sinar cemerlang abadi dari Ketuhanan
Yang Maha Esa. Rantai yang terdiri dari pada gelang-gelang persegi dan bundar yang
bersambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada putusnya adalah lambang
perikemanusiaan. Pohon beringin adalah lambang kebangsaan. Banteng merupakan
lambang kedaulatan rakyat. Padi dan kapas adalah lambang kecukupan. Kaki burung
mencengkram sebuah pita yang sedikit melengkung ke atas. Pada pita itu tertulis
Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua sebagai semboyan
negara kita.

2.1.5. Bendera Negara

Bendera negara Indonesia ialah Sang Merah Putih Bendera. Sang Merah Putih
bukan hanya sekedar simbol keindahan belaka, akan tetapi lebih jauh dari situ Merah
Putih adalah cerminan jiwa bangsa Indonesia dengan semangatnya yang memerah dan
dilandasi dengan hati yang putih.

2.1.6. Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya Lagu kebangsaan “Indonesia Raya”


buah karya Wage Rudolf Supratman ini begitu menggambarkan semangat cinta tanah
air dan kegagahan serta kebenaran. Lagu ini pertama kali diperdengarkan dalam forum
resmi yakni pada saat sebelum Kongres Pemuda II (yang merumuskan Sumpah
Pemuda) ditutup pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada peristiwa itu lagu Indonesia
Raya dimainkan dengan biola tanpa sair. Lagu tersebut disambut dengan tetesan
airmata dan semangat menggelora demi Indonesia Merdeka.

5
2.2 Penyebab, Dampak, dan Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional

Menurut Pasha, dkk. (2021) penyebab, dampak, dan upaya dalam mengatasi
krisis identitas nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Penyebab Krisis identitas nasional

Saat usia remaja, kondisi mental seseorang berada dalam fase yang sangat tidak
stabil dibandingkan dengan fase anakanak ataupun dewasa. Pada masa ini remaja
cenderung untuk melakukan tindakantindakan yang merujuk pada pencarian identitas.
Tindakan tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Kepribadian remaja pada masa ini masih berada pada kondisi yang belum sempurna
sehingga tak ayal dibutuhkan suatu perwujudan yang dapat mendukung proses yang
dapat membentuk proses ini. Keadaan inilah yang membuat kepribadian remaja lemah,
dikarenakan tidak adanya pondasi kepribadian kuat yang dimiliki remaja pada masa ini.

2. Lingkungan juga berpengaruh terhadap hal ini, remaja seringkali tidak merasa
percaya diri akibat dari keadaan mereka berbeda dari teman-teman sepantarannya atau
sebuah standar semu yang ditetapkan oleh gaya hidup di lingkungan remaja tersebut.
contoh: pakaian hypebeast, atau hal lain yang mendorong kenakalan remaja.

3. Umumnya orang tua menekan pola perilaku anak sesuai dengan keinginannya. Entah
itu dengan memberikan petunjuk, nasihat, dan saran-saran atau bahkan dengan cara
yang lebih keras seperti kekerasan verbal ataupun fisik. Hal ini justru membuat reaksi
perlawanan secara langsung atau tidak langsung dari remaja itu sendiri yang timbul
akibat dari naluri untuk mempertahankan diri. Hal ini juga mendorong anak untuk
semakin yakin bahwa melawan orang tua adalah perbuatan yang dibenarkan.

4. Kurangnya pendidikan serta informasi mengenai tanah air sendiri, media massa
malah lebih asyik memasukan informasi dari berbagai macam dunia mengenai gaya

6
hidup ataupun berita secara umum. Kemudian memberikan berita buruk saja mengenai
tanah air kita seperti kasus korupsi dan kriminal lainnya. Sehingga menimbulkan rasa
bahwa kita negara yang tidak pernah terbebas dari masalah oleh para remaja. Hal ini
diperparah dengan arus globalisasi yang tidak bisa kita kendalikan membuat wawasan
nusantara para remaja semakin sedikit dan tertutupi oleh derasnya budaya luar.

2.2.2 Dampak Krisis Identitas Nasional Jurnal Kewarganegaraan

1. Menganggap Indonesia lebih rendah dari negara lainnya. Hal ini kerap kali dilakukan
oleh generasi muda yang menganggap semua hal yang berasal dari luar negeri lebih
daripada hal yang serupa namun berasal dari dalam negeri. Contohnya ialah dalam hal
berbusana, umumnya orang akan menganggap pakaian buatan Singapura lebih baik
daripada buatan Singapura secara kualitas, padahal ini tidak selalu benar.

2. Membenci negara Indonesia. Sikap tidak suka sampai membenci menjadi hal yang
lumrah bagi generasi muda belakangan ini. Sikap membenci ini tersampaikan lewat
berbagai macam cara. mulai dari menghina budaya dan perilaku masyarakat indonesia
tanpa maksud untuk memperbaiki hingga yang terberat menanggalkan
kewarganegaraan Indonesia.

3. Melupakan budaya Indonesia. Kurangnya edukasi mengenai budaya indonesia


menjadi penyebab hal ini dapat terjadi. Beberapa dari generasi muda masa kini secara
tidak sengaja melupakan budaya indonesia seperti penyebab diatas, namun ada
golongan yang sengaja melupakan budaya indonesia entah karena alasan tidak sesuai
dengan masa kini, ataupun menganggapnya norak dan tidak sesuai dengan budaya yang
masuk dari luar.

7
2.2.3 Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional

Tentunya, dengan adanya krisis identitas dan integritas nasional, kita tidak
seharusnya tinggal diam mengetahui ini. Dilakukan upaya-upaya sebagai berikut untuk
mempertahankan identitas serta integritas nasional.

1. Adanya penguatan identitas nasional dengan pendidikan multikultural berbasis


kearifan local

Pendidikan dianggap sebagai media yang strategis dalam memperkuat identitas


nasional dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai kemajemukan, dan juga
pelestarian budaya bangsa. Institusi pendidikan juga berperan sebagai agen sosialisasi
politik yang dapat menyatukan peserta didik dari berbagai latar belakang sosial dan
budaya yang berbeda sehingga nilai-nilai kebangsaan dapat bersatu. Selain itu,
pendidikan juga dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dan efisien untuk
melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal karena pendidikan secara praktis
tidak dapat dipisahkan dengan nilainilai budaya yang merupakan unsur identitas
nasional. (Susim et al., 2019) Dengan adanya pendidikan multikultural berbasis
kearifan lokal ini, akan memperkokoh identitas nasional sehingga tumbuh rasa bangga
terhadap bangsa sendiri. Selain memperkokoh identitas nasional, pendidikan
multikultural yang berbasis kearifan lokal ini juga dapat menumbuhkan rasa
kebanggaan, sikap nasionalisme dan sikap patriotisme terhadap bangsa dan negara.
Dengan begitu, upaya ini pastinya dapat mempertahankan identitas dan integritas
nasional.

2. Mengembangkan semangat nasionalisme dan patriotism

Dengan mengembangkan semangat nasionalisme dan patriotisme, tentunya


akan tumbuh rasa cinta terhadap tanah air yang mana hal tersebut merupakan bentuk
upaya mempertahankan identitas serta integritas nasional. Seperti pada pandemi yang

8
tidak memungkinkan kita untuk berkegiatan di luar ini, kita bisa memanfaatkan
berbagai media elektronik dan internet untuk mempelajari dan mengembangkan budaya
sampai ikut serta dalam kegiatan lomba yang dapat memperkuat rasa nasionalisme.
(Aristin, 2018).

3. Melestarikan budaya dengan memanfaatkan media digital

Budaya sendiri merupakan jati diri bangsa ataupun identitas bangsa tersebut.
Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat banyak dari Sabang sampai
Merauke. Dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, cara melestarikan
budaya pun menjadi beragam, sehingga dengan memanfaatkan segala platform yang
ada, kita dapat mempertahankan identitas serta integritas nasional. Seperti menyebarkan
dan mempromosikan berbagai kebudayaan yang kita tahu melalui media sosial,
mempromosikan tempat pariwisata Indonesia, bahkan sampai mengenalkan budaya kita
ke luar negeri. (Hermawan, 2018).

4. Usaha Bela Negara

Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Dengan
begitu, sudah seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia melakukan tindakan bela
negara untuk menjaga dan mempertahankan identitas dan integritas nasional. Bela
negara memiliki arti yang sangat luas di berbagai kehidupan, mulai dari politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Kegiatan bela negara tidak hanya dilakukan oleh militer
untuk turun ke medan perang dengan kekuatan senjata, melainkan juga dilakukan oleh
setiap warga negara dengan kemampuannya masing-masing. Di era modern dan digital
ini, salah satu hal yang mengancam negara ialah hoax atau berita bohong. Kemajuan
teknologi ini memudahkan semua orang untuk mengakses, membuat, sampai
menyebarkan informasi yang belum tentu jelas kebenarannya. Banyak sekali pihak
yang tenggelam sampai diadu domba oleh berita yang belum tentu kebenarannya ini.

9
Tentunya hal tersebut menyebabkan perpecahan dan saling menjelekkan budaya satu
sama lain yang tidak bercermin kepada identitas nasional. Oleh karena itu, kita sebagai
generasi muda, tugas kita adalah membantu mengkampanyekan gerakan anti hoax serta
berhati-hati dalam menelan berita.

2.3 Upaya Penguatan Identitas Nasional

Penguatan identitas nasional terutama dalam pendidikan multikultural dapat


ditarik benang merah bahwa penguatan identitas nasional dapat dimulai dari diri kita
sendiri. Kecintaan terhadap tanah air dapat kita tanamkan di lingkungan sekolah agar siswa
dapat lebih mencintai budayanya sendiri. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh
lingkungan sekolah dimana sekolah merupakan tempat penanaman mindset dan
pembentukan karakter manusia dimulai dari penerapan peraturan akan pentingnya
mempelajar dan menggunakan bahasa daerah, pakaian adat, hari wajib pakaian batik
daerah, adanya tempat khusus untuk memperkenalkan kebudayaan daerah. Tidak hanya itu,
upaya-upaya pendidikan multikultural ini dapat diadaptasi dengan maraknya teknologi
informasi yang berkembang pesat dan arus globalisasi yang tidak dapat dihindari.
Pembuatan konten-konten kreasi bertemakan budaya Indonesia dapat pula dilakukan
sebagai upaya pengenalan budaya kepada dunia luar. Penyerapan budaya luar yang masuk
dengan memfilternya untuk mencapai tujuan glokalisasi dan kemajuan untuk bangsa
sendiri. Karena sejatinya, bangsa yang maju merupakan bangsa yang tidak melupakan jati
dirinya agar memiliki harga diri di mata dunia. Derasnya arus globalisasi seharusnya dapat
kita manfaatkan sebagaimana mestinya agar dapat meraup dampak positif
sebanyakbanyaknya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:


1. Menurut Erwin dalam Afifah (2009) identitas nasional Indonesia dapat dirumuskan
pembidangannya dalam tiga bidang sebagai berikut: Pertama, identitas fundamental,
yakni pancasila sebagai filsafat bangsa, hukum dasar, pandangan hidup, etika
politik, paradigma pembangunan. Kedua, identitas instrumental, yang meliputi
UUD 1945 sebagai konstitusi negara, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
Garuda Pancasila sebagai lambang negara, Sang Saka Merah Putih sebagai bendera
negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, dan Indonesia Raya sebagai
lagu kebangsaan. Ketiga, identitas alamiah yang meliputi Indonesia sebagai negara
kepulauan dan kemajemukan terhadap sukunya, budayanya, agamanya.
2. Penyebab, dampak, dan upaya dalam mengatasi krisis identitas nasional dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Penyebab krisis identitas nasional yaitu; kepribadian yang lemah,
lingkungan yang menuntut keadaan sempurna dimiliki oleh remaja, orang
tua yang menekan remaja, dan sedikitnya pengetahuan mengenai tanah air
sendiri.
b) Dampak krisis identitas nasional yaitu; menganggap Indonesia lebih rendah
dari negara lainnya, membenci negara Indonesia, dan melupakan budaya
Indonesia.
c) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis identitas nasional yaitu;
adanya penguatan identitas nasional dengan pendidikan multikultural
berbasis kearifan lokal, mengembangkan semangat nasionalisme dan

11
patriotisme, melestarikan budaya dengan memanfaatkan media digital, dan
melakukan usaha bela negara.
3. Upaya penguatan identitas nasional yaitu; penanaman mindset dan pembentukan
karakter oleh lingkungan sekolah, serta penidikan multikultural dengan
pemanfaatan media digital.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Tatu. (2018). Identitas Nasional di Tinjau Dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Undang-Undang Nomor 24Tahun 2009. AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2
No. 2. (diakses tanggal 18 April 2023, https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/download/903/pdf).

Aristin, R. (2018). Upaya Menumbuhkan Patriotisme Dan Nasionalisme Melalui


Revitalisasi Makna Identitas Nasional Di Kalangan Generasi Muda. Aspirasi:
Jurnal Ilmiah Administrasi Negara, 2(2), 21–26.

Edi, Agus. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Pertahanan Identitas


Nasional Dalam Pendidikan Multikultural. Jurnal Kewarganegaraan, Vol. 5 No. 2.
(diakses tanggal 18 April 2023,
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/2291/pdf).

Hermawan, A. (2018). Sebuah Upaya Mempertahankan Identitas Nasional: Pelestarian


Indegenous Knowledge melalui Pengembangan Teknologi pada Perpustakaan
Nasional. Pustabiblia: Journal of Library and Information Science, 2(2), 277–295.
(diakses tanggal 18 April 2023, https://doi.org/10.18326/pustabiblia.v2i2.277-295).

Shalahudin Pasha, dkk. (2021). Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional Generasi Z Di
Masa Pandemi. Jurnal Kewarganegaraan, Vol. 5 No. 2. (diakses tanggal 18 April
2023, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1937/pdf).

Susim, N., Kaunang, M., & Singkoh, F. (2019). Sistem Pendidikan Berbasis Budaya Dalam
Mempertahankan Identitas Di Tengah Arus Globalisasi Di Dinas Pendidikan
Kabupaten Maybrat. Jurnal Eksekutif, 3(3), Article 3. (diakses tanggal 18 April
2023, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/27079).

13

Anda mungkin juga menyukai