Makalah Identitas Nasional (Devita Rahayu - 2205111191)
Makalah Identitas Nasional (Devita Rahayu - 2205111191)
Disusun Oleh:
Devita Rahayu
2205111191
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmal, M. Pd
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tugas makalah ini dapat selesai waktu. Adapun penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan. Serta untuk menambah wawasan
pembaca mengenai salah satu permasalahan bangsa Indonesia yaitu korupsi. Terimakasih
kepada bapak Dr. Ahmal, M. Pd. yang telah memberikan arahan untuk makalah ini.
Penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis harapkan
kritik dan saran kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
baik sudah sepatutnya mengerti dan memahami akan tujuan dan jati diri bangsa itu
sendiri. Melalui pemahaman yang baik terhadap identitas nasional sebagai pilar utama
dalam mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis,
diharapkan dapat mendorong upaya untuk membangun bangsa yang bersatu, berdaya
saing, berkeadilan, dan berkelanjutan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Nasional Indonesia
2.1.1. Pancasila
3
2.1.2 Undang-undang Dasar 1945
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berasal dari bahasa Melayu. Alasan
bahasa Melayu yang akhirnya menjadi bahasa persatuan, hal ini memang karena
bahasa Melayu jauh dari sebelum Indonesia merdeka telah digunakan sebagai bahasa
dalam interaksi antar suku yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara dan telah pula
menjadi bahasa niaga yang menghubungkan antar pedagang yang berniaga di
sepanjang gugusan kepulauan Nusantara. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan ini bukan berarti menenggelamkan bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang
jumlahnya tidak kurang dari 300-an dialek bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah tetap
dipelihara sebagai kearifan lokal dan bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatunya.
4
digantung sebuah perisai yang dibagi menjadi lima ruang di tengah dan empat di tepi.
Bintang cemerlang atas dasar hitam merupakan sinar cemerlang abadi dari Ketuhanan
Yang Maha Esa. Rantai yang terdiri dari pada gelang-gelang persegi dan bundar yang
bersambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada putusnya adalah lambang
perikemanusiaan. Pohon beringin adalah lambang kebangsaan. Banteng merupakan
lambang kedaulatan rakyat. Padi dan kapas adalah lambang kecukupan. Kaki burung
mencengkram sebuah pita yang sedikit melengkung ke atas. Pada pita itu tertulis
Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua sebagai semboyan
negara kita.
Bendera negara Indonesia ialah Sang Merah Putih Bendera. Sang Merah Putih
bukan hanya sekedar simbol keindahan belaka, akan tetapi lebih jauh dari situ Merah
Putih adalah cerminan jiwa bangsa Indonesia dengan semangatnya yang memerah dan
dilandasi dengan hati yang putih.
5
2.2 Penyebab, Dampak, dan Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional
Menurut Pasha, dkk. (2021) penyebab, dampak, dan upaya dalam mengatasi
krisis identitas nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saat usia remaja, kondisi mental seseorang berada dalam fase yang sangat tidak
stabil dibandingkan dengan fase anakanak ataupun dewasa. Pada masa ini remaja
cenderung untuk melakukan tindakantindakan yang merujuk pada pencarian identitas.
Tindakan tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Kepribadian remaja pada masa ini masih berada pada kondisi yang belum sempurna
sehingga tak ayal dibutuhkan suatu perwujudan yang dapat mendukung proses yang
dapat membentuk proses ini. Keadaan inilah yang membuat kepribadian remaja lemah,
dikarenakan tidak adanya pondasi kepribadian kuat yang dimiliki remaja pada masa ini.
2. Lingkungan juga berpengaruh terhadap hal ini, remaja seringkali tidak merasa
percaya diri akibat dari keadaan mereka berbeda dari teman-teman sepantarannya atau
sebuah standar semu yang ditetapkan oleh gaya hidup di lingkungan remaja tersebut.
contoh: pakaian hypebeast, atau hal lain yang mendorong kenakalan remaja.
3. Umumnya orang tua menekan pola perilaku anak sesuai dengan keinginannya. Entah
itu dengan memberikan petunjuk, nasihat, dan saran-saran atau bahkan dengan cara
yang lebih keras seperti kekerasan verbal ataupun fisik. Hal ini justru membuat reaksi
perlawanan secara langsung atau tidak langsung dari remaja itu sendiri yang timbul
akibat dari naluri untuk mempertahankan diri. Hal ini juga mendorong anak untuk
semakin yakin bahwa melawan orang tua adalah perbuatan yang dibenarkan.
4. Kurangnya pendidikan serta informasi mengenai tanah air sendiri, media massa
malah lebih asyik memasukan informasi dari berbagai macam dunia mengenai gaya
6
hidup ataupun berita secara umum. Kemudian memberikan berita buruk saja mengenai
tanah air kita seperti kasus korupsi dan kriminal lainnya. Sehingga menimbulkan rasa
bahwa kita negara yang tidak pernah terbebas dari masalah oleh para remaja. Hal ini
diperparah dengan arus globalisasi yang tidak bisa kita kendalikan membuat wawasan
nusantara para remaja semakin sedikit dan tertutupi oleh derasnya budaya luar.
1. Menganggap Indonesia lebih rendah dari negara lainnya. Hal ini kerap kali dilakukan
oleh generasi muda yang menganggap semua hal yang berasal dari luar negeri lebih
daripada hal yang serupa namun berasal dari dalam negeri. Contohnya ialah dalam hal
berbusana, umumnya orang akan menganggap pakaian buatan Singapura lebih baik
daripada buatan Singapura secara kualitas, padahal ini tidak selalu benar.
2. Membenci negara Indonesia. Sikap tidak suka sampai membenci menjadi hal yang
lumrah bagi generasi muda belakangan ini. Sikap membenci ini tersampaikan lewat
berbagai macam cara. mulai dari menghina budaya dan perilaku masyarakat indonesia
tanpa maksud untuk memperbaiki hingga yang terberat menanggalkan
kewarganegaraan Indonesia.
7
2.2.3 Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional
Tentunya, dengan adanya krisis identitas dan integritas nasional, kita tidak
seharusnya tinggal diam mengetahui ini. Dilakukan upaya-upaya sebagai berikut untuk
mempertahankan identitas serta integritas nasional.
8
tidak memungkinkan kita untuk berkegiatan di luar ini, kita bisa memanfaatkan
berbagai media elektronik dan internet untuk mempelajari dan mengembangkan budaya
sampai ikut serta dalam kegiatan lomba yang dapat memperkuat rasa nasionalisme.
(Aristin, 2018).
Budaya sendiri merupakan jati diri bangsa ataupun identitas bangsa tersebut.
Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat banyak dari Sabang sampai
Merauke. Dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, cara melestarikan
budaya pun menjadi beragam, sehingga dengan memanfaatkan segala platform yang
ada, kita dapat mempertahankan identitas serta integritas nasional. Seperti menyebarkan
dan mempromosikan berbagai kebudayaan yang kita tahu melalui media sosial,
mempromosikan tempat pariwisata Indonesia, bahkan sampai mengenalkan budaya kita
ke luar negeri. (Hermawan, 2018).
Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Dengan
begitu, sudah seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia melakukan tindakan bela
negara untuk menjaga dan mempertahankan identitas dan integritas nasional. Bela
negara memiliki arti yang sangat luas di berbagai kehidupan, mulai dari politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Kegiatan bela negara tidak hanya dilakukan oleh militer
untuk turun ke medan perang dengan kekuatan senjata, melainkan juga dilakukan oleh
setiap warga negara dengan kemampuannya masing-masing. Di era modern dan digital
ini, salah satu hal yang mengancam negara ialah hoax atau berita bohong. Kemajuan
teknologi ini memudahkan semua orang untuk mengakses, membuat, sampai
menyebarkan informasi yang belum tentu jelas kebenarannya. Banyak sekali pihak
yang tenggelam sampai diadu domba oleh berita yang belum tentu kebenarannya ini.
9
Tentunya hal tersebut menyebabkan perpecahan dan saling menjelekkan budaya satu
sama lain yang tidak bercermin kepada identitas nasional. Oleh karena itu, kita sebagai
generasi muda, tugas kita adalah membantu mengkampanyekan gerakan anti hoax serta
berhati-hati dalam menelan berita.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
11
patriotisme, melestarikan budaya dengan memanfaatkan media digital, dan
melakukan usaha bela negara.
3. Upaya penguatan identitas nasional yaitu; penanaman mindset dan pembentukan
karakter oleh lingkungan sekolah, serta penidikan multikultural dengan
pemanfaatan media digital.
12
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Tatu. (2018). Identitas Nasional di Tinjau Dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Undang-Undang Nomor 24Tahun 2009. AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2
No. 2. (diakses tanggal 18 April 2023, https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/download/903/pdf).
Shalahudin Pasha, dkk. (2021). Upaya Mengatasi Krisis Identitas Nasional Generasi Z Di
Masa Pandemi. Jurnal Kewarganegaraan, Vol. 5 No. 2. (diakses tanggal 18 April
2023, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1937/pdf).
Susim, N., Kaunang, M., & Singkoh, F. (2019). Sistem Pendidikan Berbasis Budaya Dalam
Mempertahankan Identitas Di Tengah Arus Globalisasi Di Dinas Pendidikan
Kabupaten Maybrat. Jurnal Eksekutif, 3(3), Article 3. (diakses tanggal 18 April
2023, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/27079).
13