Korupsi Di Indonesia
Korupsi Di Indonesia
KORUPSI DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Devita Rahayu
2205111191
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmal, M. Pd
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tugas makalah ini dapat selesai waktu. Adapun penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan. Serta untuk menambah wawasan
pembaca mengenai salah satu permasalahan bangsa Indonesia yaitu korupsi. Terimakasih
kepada bapak Dr. Ahmal, M. Pd. yang telah memberikan arahan untuk makalah ini.
Penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis harapkan
kritik dan saran kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tentang pengertian korupsi, faktor-faktor dan proses terjadinya korupsi, dan solusi
untuk menyelesaikan korupsi.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Menurut Asa, dkk (2021) istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni
corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis
disebut corruption dan dalam bahasa Belanda disebut coruptie. Kata korupsi dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda (Hamzah, 1991: 20). Korup berarti
busuk, buruk, dan suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya) (Poerwadarminta, 1982: 524). Dapat dikatakan
bahwa korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya).
Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang
memanfaatkan kekuasaan atau jabatan mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi
atau kelompok, dengan merugikan kepentingan masyarakat. Korupsi dapat merusak
tatanan sosial, politik, dan ekonomi suatu negara, serta menghambat pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Secara umum, korupsi dipandang sebagai tindakan yang
tidak etis dan merugikan masyarakat secara luas. Korupsi dapat menyebabkan
ketidakadilan, merusak sistem pemerintahan dan ekonomi, serta menghambat
pertumbuhan dan perkembangan suatu negara. Selain itu, korupsi juga dapat
menghambat pengembangan sosial dan ekonomi, serta memperparah kesenjangan
sosial.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memerangi korupsi dengan
memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam sistem pemerintahan dan
bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun lembaga dan regulasi yang kuat,
serta mempromosikan pendidikan dan kesadaran publik tentang pentingnya memerangi
korupsi.
3
2.2 Faktor-Faktor dan Proses Terjadinya Korupsi di Indonesia
4
membuat sebagian orang merasa terpaksa melakukan korupsi untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
3. Budaya nepotisme dan patrimonialisme juga menjadi faktor terjadinya korupsi di
Indonesia. Praktik memberikan keuntungan dan fasilitas kepada keluarga dan teman
dekat sering terjadi dalam berbagai bidang, termasuk di sektor publik.
4. Rendahnya kesadaran akan hukum dan moral juga menjadi faktor terjadinya korupsi
di Indonesia. Beberapa orang merasa bahwa melakukan korupsi adalah hal yang
wajar atau bahkan dibenarkan oleh norma sosial atau kepercayaan mereka.
5. Tidak adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara
dan bisnis juga menjadi faktor terjadinya korupsi di Indonesia. Ketidakterbukaan
dan ketidakjelasan dalam pengelolaan keuangan memberikan peluang bagi korupsi
untuk terjadi.
6. Kondisi politik yang tidak stabil juga menjadi faktor terjadinya korupsi di
Indonesia. Saat kekuasaan berubah tangan, sering terjadi penggelembungan
anggaran atau tindakan korupsi lainnya yang bertujuan untuk memperkaya diri
sendiri atau kelompok mereka.
5
2. Pemberantasan korupsi secara tegas: Pemberantasan korupsi harus dilakukan secara
tegas dan terukur. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan peran lembaga-
lembaga pemberantasan korupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Kejaksaan Agung. Selain itu, pengadilan harus memberikan hukuman yang setimpal
bagi pelaku korupsi.
3. Pendidikan dan sosialisasi anti-korupsi: Pendidikan dan sosialisasi anti-korupsi
dapat membantu mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap korupsi. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengintegrasikan materi anti-korupsi dalam kurikulum
pendidikan, serta mengadakan kampanye sosialisasi anti-korupsi di masyarakat.
4. Peningkatan kesejahteraan pegawai negeri: Peningkatan kesejahteraan pegawai
negeri dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk melakukan korupsi. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan gaji dan tunjangan yang layak, serta
mengurangi birokrasi yang memungkinkan terjadinya korupsi.
5. Perubahan budaya politik: Perubahan budaya politik yang lebih bersih dan beretika
dapat membantu mengurangi korupsi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong
terciptanya budaya politik yang lebih transparan dan akuntabel, serta memperkuat
integritas dan etika politik di kalangan pejabat negara.
6. Kolaborasi antar lembaga dan partisipasi masyarakat: Kolaborasi antara lembaga
pemerintah, masyarakat, dan swasta dapat membantu mengatasi korupsi. Hal ini
dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam pengawasan kebijakan
publik, serta mendorong kerjasama antara lembaga pemerintah dan swasta dalam
pengelolaan keuangan publik.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
7
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Asa, dkk. 2021. Fenomena Korupsi: Tikus Sebagai Insprirasi Lukis. Gorga:Jurnal Seni
Rupa, Vol. 10, No.2, 508-514 (diakses tanggal 26 Februari 2023,
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/download/28059/17481).
Jarwandi dan Pembangunan Putra. 2022. Penanaman Nilai-Nilai Karakter Anti Korupsi
Pada Pembelajaran Kimia. AoEJ: Academy of Education Journal. Vol. 13, No 1,
113-126(diakses pada tanggal 26 Februari 2023,
https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/fkip/article/download/984/1001).
Ninggeding, Hiwa dkk. 2022. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dana
Bantuan Sosial. Jurnal Interpretasi Hukum. Vol. 3, No. 1, 78-82 (diakses pada
tanggal 26 Februari 2023,
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juinhum/article/download/4642/3
331).