Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Aisyah

Nim : 21404019

Kelas : AKS - 4 A

Dasar hukum dan metodologi pengembangan ekonomi mikro Islam

Dalam sejarah fiqh Islam, fungsi ijtihad ini pernah mengalami kemandegan karena
munculnya institusi ijtihad yang telah dibatasi oleh kelembagaan para mujtahid mutlaq, yaitu
empat Imam Mazhab yang sangat populer. Sehingga umat Islam mengalami era taklid yang
begitu panjang dan terlepas dari kualitas dasar-dasar fiqh (ushul fiqh dan gawaidul figh) yang
telah didaftarkan oleh para imam mujtahid itu, atau terlepas dari pengembangan dasar-dasar
tersebut dalam khazanah pemikiran para komentator dari pengikut-pengikut para imam
tersebut.Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang berhubungan dengan perilaku manusia, akan selalu
berkembang sesuai dengan kemauan manusia itu sendiri. Dengan demikian, kebutuhan
penetapan hukum ekonomi yang sesuai dengan syari'ah dan dunia nyata yang dibutuhkan
manusia. 1

Dengan demikian, kebutuhan penetapan hukum ekonomi yang sesuai dengan syari'ah dan
dunia nyata yang dibutuhkan manusia, me- nuntut adanya kebutuhan berijtihad secara kontinyu.
Realita kehidupan ini senantiasa berubah, begitu pun kondisi masyarakatnya yang senan- tiasa
mengalami perubahan dan perkembangan.2

Sumber - Sumber hukum dalam Islam

Sedangkan sumber-sumber hukum yang dimaksud adalah: al- Qur'an dan as-Sunnah,
sebagai sumber rabbany, serta Ijma' dan Qiyas, sebagai sumber yang telah disahkan. Adapun
yang dimaksud al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai sumber rabbany, yaitu bahwa al-Qur'an dan as
Sunnah pada hakikatnya sama-sama wahyu dari Allah swt.

Sumber hukum primer

1. Al- Qur'an

2. As- Sunnah

Sumber hukum sekunder dan tersier

1
Muhammad Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam, Gema Insani Press dan Tazkia
Cendekia, 2001, h. 189.
2
Yusuf Qardawi, Ijtihad Kontenporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, (terjemahan:Abu Barzani), Risalah
Gusti, Surabaya, 2000,h.7.
1. Ijma'

2. Ijtihad dan Qiyas

Metodologi pengembangan ilmu ekonomi Islam

Ilmu atau teori Ekonomi Islami dapat diperoleh apabila manausia mampu menangkap
ayat-ayat Allah. Ayat Allah merupakan: isyarah, buk- ti, hudan dan rahmah kepada kehidupan
keseharian manusia dalam hu- bungannya dengan alam, sesama manusia, dan dalam
hubungannya dengan Allah. Nash kadang menampilkan bukti faktual, kadang mem- berikan
isyarah yang seharusnya mendorong kita untuk meneliti, menga- dakan eksperimen untuk
menemukan hukumnya atau prinsipnya atau menampilkan teorinya. Nash kadang memberikan
kepada kita hudan atau petunjuk bijak yang seharusnya mendorong kita untuk mengembangkan
sistem, organisasi, atau pelaksanaan dalam bidang ekonomi, hidup kema- syarakatan, dan
lainnya.3

Boleh dikatakan di sini, bahwa metodologi bagi masing-masing ilmu itu sama saja,
dengan perbedaannya yang kecil sesuai dengan sifat atau ilmu apa yang diperlukan. Metodologi
ini terdiri dari proses-proses dengan urutan fasenya, yaitu: fase pertama ontologi, fase kedua
epis- timologi dan fase ketiga adalah aksiologi. Dalam penyusunan dan pe- ngembangan ilmu
Ekonomi Islam perlu diperhatikan:

1. Perekonomian Islam yang deskriptif atau empirik disusun atas fakta-fakta yang terkumpul
yang berkaitan dengan masalah atau aspek spesifik. Hipotesisnya perlu diuji terhadap kenyataan
agar suatu teori ekonomi Islam yang dihasilkan itu absah.

2. Asas-asas atau teori ekonomi Islam yang dipergunakan untuk meng- generalisasikan tingkah
laku ekonomi. Ilmu politik ekonomi Islam yang dipergunakan untuk mengawasi atau
mempengaruhi tingkah laku ekonomi dan akibat-akibatnya.

3
Noeng Muhadjir, Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, 2000.

Anda mungkin juga menyukai