Anda di halaman 1dari 12

TREND ISU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KAITAN ANTARA HIPERTENSI DENGAN COVID 19

Dosen Pengampu:
Ns. Debby Silvia Dewi, M.Kep

Oleh:
MUHAMAD RIZKI NIM. 22334074

KELAS 2 C
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibuk Ns. Debby Silvia Dewi,
M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pariaman, 1 September 2023

Muhamad Rizki

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Hipertensi ……………. ……………....................................................... 6
2.2 Hubungan hipertensi dengan covid 19…………………………………. 7
2.3 Perilaku cerdik penderita hipertensi saat covid…………………………. 9
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi COVID-19 memiliki dampak multidimensi bagi masyarakat
termasuk pada bidang kesehatan (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI,
2020).Salah satunya hipertensi.
Hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, ginjal, otak, dan
penyakit lainnya (World Health Organization, 2015). Hipertensi juga menjadi
komorbid yang paling banyak ditemukan pada pasien terkonfirmasi positif
COVID-19. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per tanggal
27 April 2021. pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia paling banyak
memiliki penyakit penyerta atau komorbid hipertensi yaitu sebesar 50,2%, di
mana hipertensi menjadi komorbid kedua paling banyak setelah diabetes mellitus
Oleh karena hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, ginjal,
otak, dan penyakit lainnya serta menjadi penyakit komorbid terbanyak pada
pasien COVID-19, maka perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan
mengendalikan faktor risiko hipertensi sebagai bentuk pencegahan dan
pengendalian hiperrtensi pada saat pandemic covid 19.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu hipertensi?
b. Bagaimanakah hubungan hipertensi dengan covid 19?
c. Apa saja perilaku yang harus dilakukan penderita hipertensi pada masa
pandemic covid 19?

4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban
dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu hipertensi
b. Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan covid 19
c. Untuk mengatuhui apa saja hal yang perlu dilakukan penderita hipertensi pada
saat covid 19

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi ukuran normal atau disebut
juga tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat tenang (Kemenkes RI, 2014)
Dikatakan hipertensi jika telah berumur 18 tahun atau lebih dengan tanda
sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik 140mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
b. Jika dalam kunjungan yang berbeda tekanan diastolik 90 mmHg. Beberapa
kali pengukuran tekanan sistolik menetap 140 mmHg.

Tanda dan gejala:


a. Sakit kepala dan pusing.
b. Nyeri kepala berputar,
c. Rasa berat di tengkuk,
d. Marah emosi tidak terkendali,
e. Mata berkunang-kunang,
f. Telinga berdengung,
g. Suka tidur, h. Kesemutan,
i. Kesulitan bicara,
j. Rasa mual/muntah.

6
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi:
a Riwayat keluarga dengan hipertensi,
b. Umur,
c. Kegemukan.
d. Merokok,
e. Stres,
f. Alkohol,
g. Obat-obatan,
h. Kurang olahraga,
i. Makanan berlemak,
j. Berhenti haid.
k. Penyakit (Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal)

2.2 HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN COVID 19


Prevalensi dari riwayat hipertensi tampak lebih tinggi pada pasien COVID-19
yang mengalami sakit berat dibandingkan dengan yang tidak. Hal serupa juga
ditemukan pada populasi yang mengalami sindrom distres napas akut (SDNA)
atau kematian.
Studi-studi awal tidak melakukan analisa penyesuaian kelompok usia dan
pengaruh faktor usia masih harus dipelajari lebih lanjut. Mekanisme yang
mendasari hubungan potensial antara hipertensi dan COVID 19 masih belum
diketahui namun mempertimbangkan peran penting SRA/ACE-2 dalam
patofisiologi hipertensi, disregulasi dari sistem tersebut mungkin memiliki peran
penting. Berdasarkan hal tersebut juga telah diajukan suatu konsep bahwa terapi
hipertensi dengan penghambat SRA dapat mempengaruhi proses pengikatan
SARS- CoV-2 kepada ACE-2, sehingga mendukung proses infeksi.
Usulan tersebut didasari atas temuan eksperimental bahwa penghambat SRA
yang menyebabkan peningkatan ekspresi ACE- 2 sebagai kompensasi dari terapi
dan penyekat ACE dapat bersifat merugikan pada pasien yang terpapar SARS-

7
CoV-2. Namun, penting ditekankan bahwa belum ada bukti yang jelas bahwa
penggunaan penyekat ACE dan penghambat reseptor angiotensin (angiotensin
receptor blocker/ARB) dapat memicu up-regulation dari ACE-2 pada jaringan
manusia. Data yang tersedia dari sampel darah menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kadar ACE-2 yang bersirkulasi dengan agen antagonis SRA.
Selain itu juga tampak bahwa pada model eksperimental penggunaan ARB
justru memiliki potensi protektif. Hingga saat ini tidak terdapat bukti klinis yang
mendukung pengaruh baik atau buruk dari penghambat SRA padu pasien
COVID-19 dan sesuai dengan panduan dari organisasi bidang ilmu
kardiovaskular besar lainnya, pasien dengan agen penyekat ACE dan ARB tidak
dianjurkan untuk menghentikan pengobatan mereka.
Hipertensi dinyatakan sebagai penyakit paling herbaluya di masa pandemi
Covid-19. Pasalnya, data terkini penderita Covid- 19 menunjukkan hipertensi
menjadi komorbid tertinggi yaitu sebesar 50,1 persen dan dapat memperburuk
kondisi penderita Covid-19.
Hipertensi juga dikenal sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer
karena sering disertai tanpa ada keluhan. Padahal, hipertensi menjadi faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung, stroke, gagal ginjal,
dan demensia.
Hipertensi sangat mungkin dicegah dengan perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat, terutama di masa pandemi ini kita harus berhati-hati dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Untuk itu pandemi COVID-19 ini
bisa kita jadikan sebagai momentum untuk membudayakan gaya hidup sehat. Dia
menjabarkan pola hidup bersih dan sehat bisa dimulai dengan mengukur tekanan
darah secara teratur, menjaga makanan tetap sehat dengan membatasi konsumsi
gula, garam dan lemak. menghindari makanan manis, memperbanyak makan buah
dan sayur, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik secara rutin
seperti jalan atau melakukan aktivitas sehari-hari di rumah.

8
2.3 PERILAKU CERDIK PENDERITA HIPERTENSI DI MASA PANDEMI
COVID 19
A. Cek Kesehatan
penderita hipertensi harus mulai menyadari pentingnya melakukan cek
kesehatan atau screening kesehatan. Agar bisa menyadari kondisi tubuhya.
B. Enyahkan Asap Rokok
sebagian besar penderita hipertensi seharusnya tidak merokok dan
terpapar asap rokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler, selain dari lamanya merokok risiko akibat
merokok terbesar pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang
merokok lebih dari satu pak (15 batang rokok) sehari menjadi 2 kali lebih
rentan untuk menderita hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
C. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang baik
bagi penderita hipertensi adalah aktivitas fisik yang cenderung ringan dan
tidak membutuhkan tenaga ekstra sehingga penderita hipertensi mampu
untuk melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas fisik yang baik seperti
duduk, berjalan-jalan di dalam kamar atau di luar kamar. menyapu kamar
atau sekitarnya, mengepel lantai, mencuci piring atau pakaian, mengikuti
senam, melakukan ibadah, dan membawa makanan dari dapur ke kamar
(Ambardini, 2009).
D. Diet Sehat
Sesuai dengan teori bahwa diet sehat dan seimbang merupakan pola
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk
sehat adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
(Kementrian Kesehatan RI dalam Thasim, 2013). Faktor yang
menyebabkan kurangnya gizi pada lansia adalah keterbatasan ekonomi

9
keluarga. penyakit-penyakit kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi,
kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
cara pengolahannya, serta menurunnya energi (Maryam 2008)
E. Pola istirahat
Sesuai dengan teori bahwa apabila tidur mengalami gangguan maka
dapat meningkatkan resiko terkena hipertensi
F. Pengelolaan stress
Stress dapat memicu terjadinya hipertensi melalui system saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara tidak
menentu.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan antara penyakit hipertensi dengan covid 19 yang mana kebanyakan yang
menderita covid 19 adalah orang orang yang terkena hipertensi.
Ada beberapa cara/ perilaku cerdik yang dapat kita lakukan penderita
hipertensi saat covid 19 yaitu cek kesehatan,enyahkan asap rokok,perbanyak aktivitas
fisik,diet sehat,tidur yang cukup dan jangan stress.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi). Hal 1-7

Alfeus, M. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang: Wineka
Media

Black, Joyce. M & Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Buku 2. 8th ed. Elsevier.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Hipertensi. Jakarta: Pusat Data


dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. doi:
10.1177/109019817400200403

12

Anda mungkin juga menyukai