Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling gizi menurut (Dep.kes, 2000) adalah suatu proses komunikasi
dua arah antara konselor dan klien/pasien untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian , sikap dan perilaku. Konseling gizi bertujuan untuk membantu klien
mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masalah gizi yang dihadapi. Konseling gizi pra nikah bertujuan untuk membantu
calon pengantin dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi pada usia remaja
(pra nikah).
Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi remaja Kurang
Energi Kronis (KEK) pada usia 20-24 tahun adalah 30,6%. Angka anemia pada
remaja usia 15-24 tahun adalah 18,4%. Angka kelahiran dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) mencapai 10,2 dan cakupan ASI eksklusif yaitu 38%. Sedagkan
prevalensi balita gizi buruk BB/U adalah 13,9 % dan gizi buruk BB/TB adalah
5,7%.
Di Kabupaten Banyumas, jumlah ibu hamil yang KEK (Kurang Energi
Kronis) adalah 3570 kasus (10,86%), jumlah ibu hamil yang anemia adalah 9378
kasus (28,54%), cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 50,4%, balita gizi buruk
BB/U adalah 301 kasus dan gizi buruk BB/TB ada 64 kasus. (Dinkes Banyumas,
2015)
Sedangkan di wilayah Puskesmas I Kembaran Tahun 2016 Jumlah ibu
hamil KEK adalah 97 kasus (14,45%), jumlah ibu hamil yang anemia adalah 314
kasus (46,72%), cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 43% , balita gizi buruk
BB/U adalah 11 dan gizi buruk BB/TB ada 1 kasus.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofiati, dkk (2014),
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan calon pengantin belum maksimal dan
masih dibawah 60% terutama pengetahuan tentang masa kehamilan, masa saat
melahirkan, setelah melahirkan dan saat perawatan dan pengasuhan anak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahim, dkk (2013), penambahan
materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi dalam SUSCATIN (Kursus Calon

1
2

Pengantin) dapat meningkatkan pengetahuan wanita periode prakonsepsi sebesar


29,6% dari 70,4% menjadi 100% setelah mengikuti SUSCATIN dan tidak ada lagi
responden yang berpengetahuan kurang. Penambahan materi edukasi gizi dan
kesehatan reproduksi dalam SUSCATIN (Kursus Calon Pengantin) dapat
meningkatkan sikap wanita periode prakonsepsi sebesar 81,5% dari 18,5%
menjadi 100% setelah mengikuti suscatin dan tidak ada lagi responden yang
besikap negatif.
Oleh sebab itu, Puskesmas I Kembaran melakukan program inovasi yang
bekerjasama dengan KUA Kembaran. Calon pengantin yang akan meminta surat
keterangan dokter wajib mendapatkan informasi kesehatan berupa paket
penyuluhan kesehatan calon pengantin yang berisi tentang reproduksi, kehamilan,
menu selama kehamilan, Keluarga Berencana (KB), Infeksi Menular Seksual
(IMS), serta HIV & AIDS.
Namun dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
calon pengantin di Puskesmas I Kembaran yang sudah diberi paket penyuluhan
kesehatan menunjukkan bahwa yang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang
kurang adalah 70%, pengetahuan gizi cukup adalah 30%, dan pengetahuan gizi
baik tidak ada. Oleh karena itu perlu adanya penambahan materi konseling gizi
pada paket penyuluhan kesehatan calon pengantin.. Hal ini karena nantinya
perempuan yang akan memasuki masa kehamilan, menyusui, melahirkan dan
mendominasi dalam mengurus anak. (UNICEF Indonesia, 2012)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat pengaruh
konseling gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap persiapan kehamilan,
menyusui, dan MP-ASI calon pengantin di wilayah Puskesmas I Kembaran
Kabupaten Banyumas.

B. Perumusan Masalah
3

Apakah konseling gizi efektif terhadap pengetahun dan sikap persiapan


kehamilan, meyusui, dan pemberian MP-ASI calon pengantin di wilayah
Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas konseling gizi terhadap pengetahun dan
sikap persiapan kehamilan, menyusui, dan Pemberian MP-ASI calon
pengantin.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengetahuan calon pengantin terhadap persiapan
kehamilan, menyusui dan pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah diberi
konseling gizi.
b. Mendiskripsikan sikap calon pengantin terhadap persiapan kehamilan,
menyusui dan pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah diberi konseling
gizi.
c. Menganalisis perbedaan pengetahuan calon pengantin terhadap persiapan
kehamilan, menyusui, dan pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah diberi
konseling gizi
d. Menganalisis perbedaan sikap calon pengantin terhadap persiapan
kehamilan, menyusui, dan pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah diberi
konseling gizi
e. Menganalisis perbedaan selisih pengetahuan dan sikap persiapan kehamilan,
menyusui, dan pemberian MP-ASI calon pengantin antara kelompok
intervensi dengan kelompok tidak intervensi/ kontrol.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat di institusi
pendidikan yaitu metodologi penelitian statistik maupun ilmu gizi masyarakat
sebagai wahana penelitian efektivitas konseling gizi terhadap pengetahun dan
sikap persiapan kehamilan, meyusui, dan pemberian MP-ASI calon pengantin
di wilayah Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas.
2. Bagi Pemerintah
Memberikan gambaran efektivitas konseling gizi terhadap pengetahun
dan sikap persiapan kehamilan, meyusui, dan pemberian MP-ASI calon
pengantin di wilayah Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas yang
nantinya dapat digunakan sebagai reverensi dalam penentuan kebijakan
pengembangan program konseling di tempat- tempat yang lain.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dalam memberikan kontribusi pada perpustakaan
yang nantinya dapat berguna bagi pembaca khususnya yang berminat di bidang
gizi masyarakat.
4. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, penelitian ini mampu menambah pengetahuan dan
wawasan kesehatan khususnya bidang gizi persiapan kehamilan, meyusui, dan
pemberian MP-ASI bagi calon pengantin di wilayah Puskesmas I Kembaran
Kabupaten Banyumas..

Anda mungkin juga menyukai