Anda di halaman 1dari 3

kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas.

1) Strategi yang dilakukan oleh Guru dalam Pembinaan Moral Siswa.


Strategi pembinaan moral siswa yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
guru adabeberapa macam, yaitu antara lain:
(a) strategi pemberian sangsi pelanggaran berupa denda uang dan dikelola
secaraefektif,
(b) strategi penjadwalan shalat dhuhur berjama’ah,
(c) strategi penghitungan point pelanggaran, dan
(d) strategi pengintegrasian nilai-nilai moral dalam kegiatan proses pembelajaran.
Strategi-strategi yang dilakukan tersebut pada hakekatnya merupakan bentuk
pendekatan yang dilakukan dengan cara indoktrinasi atau intervensi pihak sekolah
melalui penerapan peraturan hukum atau peraturan tata tertib sekolah agar siswa
mentaatinya. Implikasi dari penerapan peraturan hukum ini adalah bagi siswa yang
tidak mematuhi peraturan hukum/tata tertib yang diberlakukan maka akan dikenakan
sangsi pelenggaran berdasarkan tolok ukur standar yang ada setelah melalui proses
persidangan oleh pengelola BP. Dalam hal tolak ukur standar ini pihak sekolah telah
merumuskan peraturan yang secara operasional mudah dipahami dan diterapkan,
termasuk di dalamnya tentang ketentuan parameter pelanggaran dan besarnya denda
uang dalam penerapan sangsi pelanggaran. Sangsi pelanggaran dapat berupa denda
uang sampai pada sangsi dikeluarkannya siswa dari sekolah yaitu apabila telah
mencapai bobot pelanggaran 100 point.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perlunya pembinaan moral yang dilakukan di sekolah dengan cara memasukkan


nilai- nilai moral di dalam setiap penyampaian materi pelajaran baik secara implisit
maupun eksplisit ke dalam sub pokok bahasan. Demikian halnya dengan pembinaan
moral dan kareakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler di mana guru dituntut
untuk mampu membuat suatu perencanaan pembelajaran yang dapat mengintegrasikan
antara materi pelajaran di dalam kelas dengan materi pelajaran pada kegiatan praktis
melalui kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas. Selain itu juga bentuk pendekatan yang
dilakukan dengan cara indoktrinasi atau intervensi pihak sekolah melalui penerapan
peraturan hukum atau peraturan tata tertib sekolah agar siswa mentaatinya. Implikasi
dari penerapan peraturan hukum ini adalah bagi siswa yang tidak mematuhi peraturan
hukum/tata tertib yang diberlakukan maka akan dikenakan sangsi pelenggaran
berdasarkan tolok ukur standar yang ada setelah melalui proses persidangan oleh
pengelola BP. Dalam hal tolak ukur standar ini pihak sekolah telah merumuskan
peraturan yang secara operasional mudah dipahami dan diterapkan, termasuk di
dalamnya tentang ketentuan parameter pelanggaran dan besarnya denda uang dalam
penerapan sangsi pelanggaran. Sangsi pelanggaran dapat berupa denda uang sampai
pada sangsi dikeluarkannya siswa dari sekolah yaitu apabila telah mencapai bobot
pelanggaran 100 point.

5.2 Saran
Penulis mengharapkan agar sekolah- sekolah lain di Indonesia perlu menerapkan
kegiatan pembinaan moral agar dapat meningkatkan moralitas peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Waty,Anna.2017. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Perkembangan Moral Pada Remaja.


Jurnal Psikologi Konseling.Vol 10(1): 11-24

Maharani,Laila.2014.Perkembangan Moral Pada Anak.Jurnal Bimbingan dan Konseling.Vol


1(2):104-109

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Rukiyati.2017.

Pendidikan moral disekolah.Jurnal Humanika.Vol 17 (1): 70-74

Subianto, Jito. 2013. Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 8 (2): 342-343

Anda mungkin juga menyukai