Anda di halaman 1dari 5

BAB 3.

Kedatangan Tante Hana


“Halo.. Assalamualaikum nita..”terdengar panggilan sudah tersambung ke nomor sahabat
Mira.

“ Iya Wa’alaikumsalam Mira ada apa?” jawab Nita.

“ Nggak ada apa-apa kok Nit Cuma ingin nelpon kamu aja pengen curhat, lagi galau banget
ini, kamu sibuk nggak?” tanya Mira pada sahabatnya itu.

“Nggak kok lagi nggak sibuk cuman nyantai saja ngehibur diri sambil nonton video lagu
terbaru BTS hehe” jawab Nita. Sahabat Mira itu memang fans fanatik band tersebut sampe
lagunya bnyak yang dia hafal selain katanya yang nyanyi ganteng-ganteng.

“Kamu sudah dapat kerjaan belum Nit?” tanya Nita lagi pada sahabatnya

“Belum Mir.. makanya sekarang aku lagi ngehibur diri sambil dengerin musik dari pada aku
stress gara-gara belum dapat kerja mending dengerin musik dulu setelah baru deh pusing
lagi” Jawab Nita terkekeh meskipun sebenarnya sedih juga.

“Kirain kamu sudah kerja Nit, ternyata kita sama masih sama-sama jadi pengangguran juga”
Keluh Mira.

“Aku sih sebenarnya sudah masukin lamaran kerja ke sekolah pondok pesantren Mir,
direkomendasiin sama tante aku yang kerja di pesantren itu, jadi aku coba masukin lamaran
kerja disana tapi nggak tahu juga bakal diterima atau nggak karena belum ada info diterima
atau enggaknya padahal sudah seminggu lebih.. tutur Nita”

“Kamu ngelamar jadi guru honor di sekolah pesantren Nit? gajinya guru honor kan nggak
seberapa Nit, menurutku nggak bakal cukup buat nutupin biaya hidup” jawab Mira
berpendapat.

“Iya sih Mir, memang gaji guru honor nggak seberapa tapi yang aku pikir nggak apa-apalah
yang penting punya kerjaan nggak terus-terusan nganggur pandangan masyarakat liat sarjana
nganggur itu kayak bagaimana banget tahu nggak sih Mir” Keluh Nita

“Iya Nit, bener nggak enak banget jadi pengangguran apalagi punya gelar sarjana tapi masih
nganggur dipikirnya kita itu males nggak mau kerja padahal kan emang belum rezekynya saja
jadi belom dapat pekerjaan yang cocok” Curhat Mira

“Sabar Mir.. orang-orang memang kadang suka nggak ngerti perasaan kita, dipikirnya dapat
kerjaan itu gampang kali ya, ngomong-ngomong kamu udah pernah masukin lamaran kerja
belom Mir?” tanya Nita.

“Pernah sih Mir beberapa kali kirim lamaran kerja kirim lewat email tapi nggak ada satupun
yang di balas sama HRD” keluh Mira.

“Yaudah kamu yang sabar ya semoga kita sama-sama bisa cepat dapat kerja, tetap berusaha
dan berdoa juga” ucap Nita berusaha menyemangati Mira.

Tok Tok Tok Assalamualaikum.. terdengar suara pintu yang diketuk beberapa kali

“ Wa’alaikumsalam Iya tunggu sebentar

“Nita sudah dulu ya, kayaknya ada tamu nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi atau kamu jalan-
jalan kekampung aku biar kita bisa ngumpul bareng lagi.

“Iya Mir nanti deh kapan-kapan aku kesana” jawab Nita

Akhirnya pembicara telepon kedua sahabat karib itu berakhir, kemudian Mira beralih keluar
kamar untuk membuka pintu depan yang sudah diketuk berkali-kali.

Ceklek

Setelah pintu terbuka terlihat tante Hana kakak dari ibunya Mira dengan wajah masam

“Lama banget sih buka pintu hampir aku pulang, kirain nggak ada orang dirumah ini” omel
tante hana sambil melangkah masuk kedalam rumah.
“Ibu kamu kemana Mira kok nggak keliatan? Tanya tante Hana

“Nggak tahu tante, aku tadi dikamar lagi nelpon. Mungkin ibu lagi nganterin kue pesananan
kerumah bu Ike” jawab Mira

“Duduk dulu tante sambil nungguin ibu pulang” Ucapa Mira mempersilahkan tantenya.

“Kamu belum juga dapat kerjaan Mira? Harusnya kamu itu sudah kerja biar bisa bantu orang
tuamu, masa sudah di sekolahin tinggi-tinggi malah jadi pengangguran, kan percuma kamu
kuliah kalo begitu” tutur tante Hana seenaknya tanpa peduli perasaan Mira.

Deg..seketika Mira merasa sakit hati dengan ucapan tantenya, iya Cuma bisa menunduk
menahan rasa sakit hatinya, ingin membalas ucapan tantenya iya tak berani takut malah dikira
lancang dan tidak sopan.

Akhirnya yang bisa iya lakukan cuma berusaha tersenyum meskipun hatinya terluka dengan
ucapan tantenya itu.

“Iya tante aku lagi berusaha kok buat cari pekerjaan, aku lagi nungguin pembukaan
pendaftaran CPNS, jawab Mira berusaha membela diri agak tak terus-terusan disudutkan.

“Oh begitu, harus lulus ya biar nggak malu-maluin keluarga, masa sarjana tapi
pengangguran” sinis tante Hana bukannya menyemangati keponakannya malah dengan
sengaja menjatuhkan mentalnya.

“Assalamualaikum..” terdengar suara dari depan pintu yang ternyata ibunya Mira yang baru
pulang setelah mengantarkan kue pesanan yang telah iya buat.

“Eh mbak Hana sejak kapan datang mbak, sudah dari tadi ya?” Tanya ibunya Mira.

Kemudian ibu Sri ikut bergabung duduk bersama kakak dan anaknya, duduk lesehan pada
ruang tamu karena dirumahnya yang sederhana memang tak ada sofa.
“Mira kamu buatin teh dulu buat tantemu sekalian bawa keluar sini kue yang ibu simpan di
meja dapur tadi” Perintah ibu Sri pada anaknya.

“Iya bu.. jawab Mira kemudian beralih kedapur untuk membuat minuman dan mengambil
kue untuk disuguhkan pada tantenya.

“Oh iya Sri aku kesini Cuma mau bilang kalau anakku dila mau lamaran, acara lamarannya
minggu depan, kamu sama suami dan juga anak-anakmu harus datang kerumah buat bantu-
bantu ya Sri” ucap tante Hana

“Alhamdulillah mbak aku turut bahagia juga dengar dila mau lamaran..” jawab ibu Sri
menanggapi.

Kemudian terlihat Mira keluar membawa minuman dan juga sepiring kue untuk disuguhkan
ke tantenya itu.

“Wah jadi kak Dila mau nikah ya tante?” tanya Mira pada tantenya.

“Iya Minggu depan mau lamaran, calon suaminya orang kaya kerjanya di kantor camat sudah
PNS pula, ya wajar sih Dila kan seorang bidan jadi harus dapat suami yang kerjanya mapan
biar hidupnya terjamin.” Ucap tante Hana dengan jumawa.

“Alhamdulillah aku turut bahagia tante, dengar kak Dila mau nikah” ucap Mira.

“Iya makanya kamu juga harus punya pekerjaan yang bagus, biar dapat suami yang kaya
seperti Dila” Ucap tante Hana dengan sombongnya.

Mira hanya tersenyum meskipun sebenarnya capek banget dari tadi terus-terusan disindir
masalah pekerjaan oleh tantenya.

“Kamu mau tahu nggak Sri calonnya Dila itu ngasih mahar apa? Dia itu ngasih satu set
perhiasan, satu rumah dan sebidang tanah juga uang seserahan 50 juta” tutur tante hana
menjelaskan pada adiknya dengan menggebu-gebu karena merasa sangat beruntung.
“Masya Allah banyak banget mba maharnya.. balas Ibu Sri”
Mira hanya menjadi pendengar tak berniat untuk merespon kadung sakit hati gara-gara
ucapan tantenya yang tadi terus-terusan menyindirnya tadi, iya takut jika merespon atau
bertanya maka ujung-ujungnya iya akan sindirb lagi oleh tantenya itu.

Setelah menyampaikan maksud dan tujuannya datang kerumah ibu Sri akhirnya tante Hana
pamit untuk pulang.

“Bu..tante Hana kok begitu amat sih ngomongnya pakai nyindir-nyindir aku mulu gara-gara
belum punya kerjaan” keluh Mira pada ibunya.

“Sabar saja kamu tahu kan tantemu itu orangnya kalau ngomong memang kayak begitu” ucap
Ibu Sri menenangkan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai