Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI

KODIFIKASI HUKUM DAN PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu : Titin Purwaningsih, M.H

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum

Disusun oleh : Indra

Setiawan NPM : 233501005

FAKULTAS SYARIAH, PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AL MA’ARIF WAY KANAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt yang telah
memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan belajar mengajar
dikampus al ma’arif yang kita cintai ini setiap harinya terutama saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dari ibu dosen, sholawat serta salam tak lupa kita
sanjung agungakan kepada baginda nabi besar kita yakni nabi muhammad saw,
semoga kitasemua menjadi kebanggaan umat beliau sehingga dapat bertemu di
yaumul qiyamah kelak aamiin.

Adapun dengan makalah ini saya buat dan saya ajukan untuk memenuhi
tugas dari ibu dosen yang berjudul : kodifikasi hukum dan perkembangan,
sebelumnya juga saya ucapkan terimakasih kepada ibu dosen yang telah
memberikan tugas ini karna nantinya dapat kita pelajari dan kita pahami bersama
sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan kita.

Demikian makalah ini saya buat agar kiranya dapat ibu terima dan mudah
mudahahan ibu suka dengan makalah yang telah saya buat ini, akan tetapi saya
masih butuh koreksi, saran dan masukan apabila ada kata ataupun konteks dalam
pembuatan makalah ini ada yang kurang pas sehingga dapat saya jadikan sebuah
evaluasi ataupun pembelajaran, sekian terimakasih.

Baradatu, 11 september 2023

Indra Setiawan

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................2

1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................4
C. Tujuan Pembahasan............................................................4

2. BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Kodifikasi Hukum....................................................5
B. Sejarah tumbuhnya Kodifikasi Hukum..............................6
C. Perkembangan Kodifikasi Hukum.....................................7
D. Unsur Unsur Kodifikasi Hukum........................................8
E. Tujuan Kodifikasi Hukum.................................................8
F. Contoh Contoh Kodifikasi Hukum....................................9
G. Aliran Aliran Hukum.........................................................9

3. BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................16
B. Saran.................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kodifikasi hukum adalah proses pengumpulan hukum-hukum di wilayah


tertentu untuk menghasilkan sebuah kitab undang-undang. Kodifikasi merupakan
ciri khas negara-negara dengan sistem hukum sipil. Di dalam system hukum,
kodifikasi merupakan proses pengubahan hukum yang ditetapkan oleh hakim
menjadi hukum tertulis. Garis politik hukum nasional menghendaki terbentuknya
kodifikasi pada tiap-tiap bidang hukum yang sesuai dengan kesadaran hukum
masyarakat. Kodifikasi termasuk dalam penggolongan jenis hukum tertentu
berdasarkan asas-asas tertentu ke dalam buku undang-undang yang baku. 1

Kodifikasi memiliki sejarah yang panjang dan selalu menjadi topik utama
dalam perdebatan akademik. Merujuk pada sejarah konsep kodifikasi, jeremy
bentham (1748-1832) adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah
kodifikasi dalam bahasa inggris “codification”. Cikal bakal istilah kodifikasi
maupun perkembangannya ini malah baru dimulai pada abad ke 182 meskipun
kodifikasi yang secara etimologi berasal dari bahasa latin codex yang artinya kitab
bisa kita lacak sejak jaman babilonia melalui code hamurabi 1750 sm yang
mendapatkan pengaruh dari sumerian dan akkadian.
Hampir semua ahli hukum sepakat bahwa code of napeoleon 1804
merupakan produk kodifikasi hukum yang memiliki pengaruh kuat, khususnya
Pada negara-negara yang menganut sistem hukum civil law. Bahkan dalam

1
Butew. 2017. “pengertian kodifikasi hukum”, diakses pada 18 november 2020
pukul 07:33

3
Perkembangannya kodifikasi selalu dihubungkan dengan negara yang menganut
sistem hukum civil law. Meskipun kodifikasi dianggap merupakan
Ciri khas dari negara yang menganut sistem civil law, dalam perkembangannya
kodifikasi telah diadopsi juga oleh negara yang menggunakan sistem common
law. Sehingga kodifikasi tidak lagi dapat diidentifikasikan sebagai sebuah bagian
dari sistem hukum suatu negara melainkan harus dilihat sebagaicara merumuskan
dan memberlakukan peraturan perundang-undangan yang mempunyai tujuan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Kodifikasi Hukum ?


2. Bagaimana sejarah tumbuhnya Kodifikasi Hukum ?
3. Bagaimana perkembangan Kodifikasi Hukum ?
4. Apa saja Unsur Unsur dalam Kodifikasi Hukum ?
5. Apa Tujuan Kodifikasi Hukum ?
6. Apa saja Aliran Aliran yang terdapat dalam Hukum ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Memahami Pengertian dari Kodifikasi Hukum


2. Mengetahui Sejarah tumbuhnya Kodifikasi Hukum
3. Mengetahui Perkembangan Kodifikasi Hukum
4. Mengetahui Unsur Unsur dalam Kodifikasi Hukum
5. Mengetahui Tujuan dari Kodifikasi Hukum
6. Mengetahui Apa saja Aliran Aliran Hukum

4
BAB II

PENDAHULUAN

A. TEORI KODIFIKASI HUKUM

Menurut teori, ada 2 macam kodifikasi hukum, antara lain yaitu :

1. Kodifikasi Terbuka
Adalah kodifikasi yang membuka diri terhadap terdapatnya tambahan-
tambahan diluar induk kodifikasi. Sebagai induk permasalahan yang dapat
dimasukkan ke dalam suatu buku kumpulan peraturan yang sistematis, juga
diluar kumpulan peraturan tersebut isinya menyangkut permasalahan-
permasalahan dalam peraturan tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan atas
kehendak perkembangan hukum itu sendiri. Hukum semestinya dibiarkan
berkembang menurut kebutuhan masyarakat dan hukum tidak lagi disebut
sebagai penghambat kemajuan masyarakat, tetapi hukum disini diartikan
sebagai peraturan yang berifat mutlak.

2. Kodifikasi Tertutup
Adalah semua hal yang menyangkut permasalahan dimasukkan ke
dalam kodifikasi atau buku kumpulan peraturan. Dahulu kodifikasi tertutup
masih bisa dilaksanakan bahkan tentang bidang suatu hukum yang lengkap
dan dampaknya perubahan kehendak masyarakat mengenai suatu bidang
hukum terbilang cukup lambat.

B. SEJARAH TUMBUHNYA KODIFIKASI HUKUM

Ketika pemerintah hindia belanda pada tahun 1942, akibat kalah berperang
dengan pemerintah jepang, terpaksa meninggalkan wilayah

5
Indonesia, maka system hukum yang ditinggalkan di indonesia masih merupakan
hukum yang beraneka warna (pluralisme hukum). Keanekaragaman
Hukum dan pengadilan, mengakibatkan perlunya pengaturan yang membantu
hakim dan pejabat administrasi pemerintah (birokrasi) eksekutif untuk
menentukan hukum mana yang berlaku.

sejarah kodifikasi hukum pidana di indonesia dimulai padatahun 1866 saat


mulai dikenal adanya kodifikasi sebagai pembukuan dari semua peraturan hukum
pidana. Kodifikasi hukum pidana tersebut didahului dengan berlakunya hukum
pidana tertulis pertama kali pada zaman pemerintahan belanda melalui
bataviasche statuten tahun 1642 dengan beberapa pembaruannya dan interimaire
strafbepalingen tahun 1848 yang kemudian menjadi hapus setelah berlakunya
kodifikasi hukum pidana.

Dengan melihat adanya pembagian hukum pidana diatas, maka konsekuensi


logis dari pembagian tersebut adalah lahirnya dualisme pemberlakuan hukum
pidana, yakni satu terhadap golongan eropa dan bagi golongan penduduk asli
nusantara untuk yang lainnya. Keadaan ini berlangsung hingga tahun 1915.

untuk mengatasi tidak adanya kepastian hukum dan kesatuan hukum


di negara perancis maka napoleon memerintahkan kepada portalis untuk
menyusun rancangan undang-undang dengan mengambil hukum kebiasaan yang
berlaku di perancis. Setelah disetujui, rancangan undang-undang tersebut yang
terdiri dari 2000 pasal disahkan dan diundangkan sebagai undang-undang nasional
perancis. Sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional yang berlaku adalah
hukum adat. Menurut v. Vollenhoven, di indonesia terdapat 19 macam masyarakat
hukum adat, sehingga bagi keseluruhan wilayahnya tidak ada kesatuan dan
kepastian hukum.
maka demi untuk adanya kesatuan dan kepastian hukum, indonesia

6
memerlukan hukum yang bersifat nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga
negara republik indonesia.

C. PERKEMBANGAN KODIFIKASI HUKUM

Dengan adanya code civil atau code napoleon, timbullah anggapan


bahwa :
a. Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu undang- undang
nasional.
b. Di luar undang-undang tidak ada hukum.
c. Hakim hanya melaksanakan undang-undang yang berlaku di seluruh negara.
Anggapan tersebut merupakan aliran yang dinamakan aliran legisme/wettelijk
positivisme atau positivisme perundang-undangan yang berpedoman di
luar undang-undang tidak ada hukum. Ahli pikir montesquieu dan
j.j.rousseau mendukung aliran legisme ini.

Menurut montesquieu, dengan trias politikanya memusatkan pemerintahan


dalam 3 kekuasaan. Dengan sistem separation of power (pemisahan
kekuasaan) tersebut, ia berpendapat bahwa di luar undang-undang tidak ada
hukum. Dengan tidak adanya hukum di luar undang-undang satu-satunya
sumber hukum adalah undang-undang dan hakim hanya merupakan mulut
dari pada undang-undang. Banyak negara yang
Mengambil ajaran tersebut secara penuh atau sebagian meskipun ada yang
menolaknya.2

2
Caw, Tumus. 2013. “Kodifikasi Hukum Dan Perkembangannya”. Diakses
pada 18 november 2020 pukul 08:23

7
Dalam perkembangannya lebih lanjut perancis juga membentuk code
du commerce dan code penal. Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa asas
undang- undang hukum nasionalnya sudah lengkap, semua permasalahan hukum
terjawab dalam undang-undang nasionalnya dan hakim
Dalam memutuskan perkara cukup menetapkan keputusannya berdasarkan
undang-undang yang ada atau hakim berfungsi sebagai subsumtieautomaat atau
terompet belaka.

perkembangan hukum indonesia merupakan pengharapan terciptanya


hukum yang selaras dan seimbang bagi segala aspek kehidupan. Sejarah
perkembangan hukum indonesia telah memperlihatkan bahwa kodifikasi sangat
sulit diterapkan di indonesia karena kompleksnya masyarakat indonesia. Selain
itu, pluralisme hukum berlaku di indonesia, sehingga kodifikasi secara
menyeluruh sulit untuk dilakukan, selain itu, kodifikasi hanya dapat dilakukan
secara parsial.

D. UNSUR UNSUR KODIFIKASI HUKUM

Di dalam sebuah kodifikasi hukum terdapat beberapa unsur-unsur


kodifikasi, antara lain adalah sebagi berikut.
1. Jenis-jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata)
2. Sistematis
3. Lengkap

E. TUJUAN KODIFIKASI HUKUM

Adapun Tujuan Kodifikasi Hukum Dari Suatu Hukum Tertulis Adalah


Untuk Memperoleh Antara Lain.
1. Kepastian Hukum

8
2. Penyederhanaan Hukum
3. Kesatuan Hukum3

F. CONTOH CONTOH KODIFIKASI HUKUM

Terdapat beberapa contoh-contoh dari kodifikasi hukum yang berlaku di


eropa dan terdapat pula kodifikasi hukum yang berlaku di indonesia. Contoh-
contoh kodifikasi hukum tersebut adalah antara lain sebagi berikut.

Di eropa
1. Corpus iuris civilis, mengenai hukum perdata yang diusahakan oleh kaisar
justinianus dari kerajaan romawi timur pada tahun 527-565.
2. Code civil, mengenai hukum perdata yang diusahakan oleh kaisar napoleon di
prancis dalam tahun 1604.

Di indonesia
1. Kitab undang-undang hukum sipil (1 mei 1848).
2. Kitab undang-undang hukum dagang (1 mei 1848).
3. Kitab undang-undang hukum pidana (1 januari 1918).
4. Kitab undang-undang hukum acara pidana (31 desember 1981).

G. ALIRAN ALIRAN HUKUM

Aliran-aliran hukum adalah ilmu yang mempelajari tentang peraturan-peraturan


yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang harus di pahamioleh para
masyarkat dalam suatu wilayah tersebut .menurut satjipto Rahardjo,Bahwa : teori
hukum ini tidak bisa dilepaskan dari lingkungan zamannya ia sering dilihat

3
edukasi ppkn. 2016. “unsur dan tujuan kodifikasi hukum”, diakses pada 18
november 2020 pukul 09:39

9
sebagai suatu jawaban yang diberikan terhadap permasalahan hukum atau
menggugat suatu pikiran hukum yang dominan pada suatu saat.karena
itu,sekalipun ia berkeinginan untuk mengutarakan suatu pikiran secara
universal,tetapi alang-kah baiknya apabila senantiasa diwaspadai bahwa teori itu
mempunyai latar belakang pemikiran.sehubungan kedaan yang demikian itu,sudah
seharusnya tidak dilepaskan teori-teori itu dari konteks waktu
pemunculannya,seperti teori-teori yang di lahir pada abad kesimbilan belas atau
belas misalnya,mengangap persoalan-persoalan yang ada pada masa itu dan yang
bukan merupakan karakteristik persoalan untuk abad kedua puluh,berikut ini
adalah beberapa aliran hukum :4

1. Aliran Legisme

Aliran legisme merupakan sebuah aliran atau mahazab yang sangat memuja
undang-undang sebagai satu-satu nya sarana memecahkan masalah hukum.
Menurut soedjono dirdjosisworo, aliran legisme menggangap bahwa semua
hukum terdapat undang-undang. Hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada
undang-undang, sehinnga pekerjaannya melakukan pelaksanaan undang-undang
belaka (wetstoe-passing), dengan jalan pembentukan sigolisme hukum, atau
juridis chesylogisme, yaitu suatu deduksi logis dari suatu perumusan yang luas
kepada keadaan khusus perumusan preposisi major kepada keadaan preposisi
minor sehingga sampai pada kesimpulan.

2. Aliran Frefe Reechtssule (Intersessenjurisprudenz)

Aliran frefe recahtsschule (interessenjurisprundenz) muncul ke permukaan


dari adanya terhadap aliran ini, undangan-undangan jelas tidak lengkap aliran
jurisprudenz. Menurut aliran ini, undang-undang jelas tidak lengkap. Undang-
undang bukan satu-satunya sumber hukum; sedangkan hakim dan pejabat lainnya
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk melakukan “penemuan hukum”

4
Kansil,C.S.T. 1976. Pengantar ilmu hukum dan tata hukum
indonesia.jakarta:balai pustaka

1
, dalam arti kata bukan sekeder penerapan undang-undang oleh hakim. Untuk
mencapai keadilan yang setinggi-tingginya, hakim bahkan boleh menyim-pang
dari undand-undang, demi kemandirian masyarakat. Dikaitkan dengan teori
tujuan hukum, jelas aliran ini penganut utilitarisme. Hakim mempunyai “ “freies
ermessen”.

aliran frefe rechtsschule (interessenjurisprudenz) menyatakan bahwa ukuran


mengenai ketentuan undang-undangan yang sesuai dengan kesadaran hukum dan
keyakinan hukum warga masyarakat, tergantung pada ukuran dari keyakinan
(overtuinging), yaitu kedudukan hakim bebas mutlak. Menurut sudikno
mertokusumo bahwa aliran frefe rechtsschule (interessenjurisprudenz) sangat
berlebih-lebihan karena berpendapat bahwa hakim tidak hanya boleh mengisi
kekosongan undangan-undangan , tetapi boleh menyimpang.

3. Aliran Penemuan Hukum (Rechtsvinding)

Aliran penemuan hukum (rechtsvinding) merupakan aliaran yang


memberikan solusi antara aliran legisme dengan begriffs jurisprudenz yang terlalu
tajam dalam menyikapi pandangannya masing-masing. Menurut aliran
rechtsvinding bahwa hakim terikat pada undang-undang, akan tetapi tidaklah
seketat seperti menurut aliran legisme. Sebab, hakim mempunyai kebebasan.
Namun kebebasan hakim dimaksud, tidak seperti anggapan aliran freie
rechtbeweung, sehingga hakim di dalam memalukan tugasnya mempunyai
“kebebasan yang terikat (gebondedvrijheid) atau keterikatan yang bebas
(vrijegebondenheid), oleh sebab itu, tugas hakim disebutkan sebagai upaya
melakukan rechtsvinding yang artinya menselarakan undang-udang pada Tuntutan
Zaman. Kebebasan Yang Terikat Dan Sebaliknya Terbukti Dari Beberapa
Kewenangan Hakim Dalan Beberapa Hal Seperti Tindakan Penafsiran Undang-
Undang, Menentukan Kompo-Sisi Yang Meliputi Analogi Dan Membuat
Pengkhususan Dari Suatu Asas Undang-Undang Yang Mempunyai Arti Luas.

11
Berdasarkan dari pandangan di atas, pada prinsipnya aliran rechtsvinding
dimaksud, kalau ditarik ke dalam sistem hukum indonesia sama dengan asas,
yaitu hakim merupakan penemu hukum (rechtsvinding) dan pembentuk hukum
(rechtvormimg). Hal ini dapat dibuktikan dari adanya ketentuan dalam pasal 5
undang-undang republik indonesia no. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman, dinyatakan bahwa: (1) hakim dan hakim konstitusi wajib keadilan
yang hidup dalam masyarakat. (2) hakim dan hakim konstitusi harus memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela,jujur,adil,profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum. (3) hakim dan hakim kons-titusi wajib menaati
kode etik dan pedoman perilaku hakim.

Ketentuan pasal 5 uu nomor 48 tahun 2009 di atas, menurut sudikno


mertokusmo, bahwa dari kententuan pasal 5 uu nomor 48 tahun 2009 tampak
jelas bahwa pengadilan atau hakim dalam sistem hukum indonesia bukanlah
hakim yang pasif yang merupakan corong belaka dari badan perundang-undang
seperti digambar oleh montesqiue, namun aktif berperan di dalam menemukan
hukum tetapi juga di dalam mengemukakan bahwa pengadilan mempunyai
kedudukan penting dalam sistem hukum indonesia, karena ia melakukan
perbuatan untuk melengkapi ketentuan hukum tertulis melalui pembentukan
hukum (rechtsvorming) dan penemuan hukum (rechsvinding). Dengan perkataan
lain hakim/pengadilan dalam sistem hukum indonesia yang pada dasarnya tertulis
itu mempunyai fungsi membuat hukum baru (creation of new law). Karena itu
sistem hukum indonesia, walaupun merupakan sistem hukum tertulis, namun
merupakan sistem yang terbuka(open system). Hal dimaksud, dapat dilihat
melalui:

1. Peradilan

Dalam konsep suatu negara modern,akan ditemukan tiga lembaga yang


memegang peranan penting dalam suatu negara,yaitu: eksekutif (Pemerintah),
Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat) Dan Yudikatif (Pengadilan).Lembaga

1
Pengadilan adalah lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
penegakan hukum di suatu negara.sebab,kalau lembaga peradilan tidak mampu
menegakkan hukum,maka akan terjadi kekacauan di negara tersebut.di indonesia
lembaga peradilan diatur dalam pasal 25 uu nomor 48 tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman,yang membagi tingkat tingkat peradilan menjadi empat
tingkatan,yaitu: badan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung meliputi
(a) badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum,(b) peradilan agama,(c)
peradilan militer,dan (d) peradilan tata usaha negara.

Keempat lembaga peradilan tersebut,menjalankan fungsinya sesuai dengan


kewenangannya masing-masing.lembaga pengadilan umum (negeri) mempunyai
fungsi memutus semua perkara yang bersifat umum,misalnya semua perkara yang
bersifat perdata dan yang bersifat pelanggaran pidana.lembaga peradilan tata
usaha negara menyindangkan semua perkara yang terjadi antara pemerintah
dengan warga negaran dan badan hukum publik.sementara itu,lembaga peradilan
militer menyidangkan semua perkara yang khusus menyangkut pelanggaran
disiplin militer,dan lembaga peradilan agama memeriksa dan memutus perkara
yang dilakukan oleh warga negara yang beragama islam,khususnya masalah
perceraian,pembagian harta warisan dan sebagainya.

2. Kepolisian

Kepolisian negara merupakan garda terdepan dalam melakukan


pengamanan dan ketertiban terhadap masyarakat dalam suatu negara.keamanan
dalam negeri merupakan syarat utama terciptanya kondisi yang kondusif dalam
suatu negara.dalam uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara
ri,dinyatakan bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri meliputi upaya
penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat,penegakan hukum,perlindungan,pengayoman,dan
pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh kepolisian negara republik indonesia
selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjujung tinggi hak

1
asasi manusia.perlu pula dicermati bahwa,keberadaan kepolisian negara republik
indonesia sebagai alat pengayom masyarakat yang nota bennya bersimbol
negara.karena itu,kepolisian bukan alat kekuasaan tertentu oleh suatu
pemerintahan tertentu.sebab,jika seandainnya kepolisian negara dinyatakan
sebagai kepolisian pemerintah,maka secara logika,keberadaan kepolisian tersebut
merupakan bentukan pemerintahan yang berkuasa pada saat itu,sehingga akan
dipengaruhi pula oleh siapa yang memimpin pemerintahan saat itu.sebagai
contoh,seandainnya yang menjadi presiden saat itu adalah berasal dari partai
tertentu,maka dapat saja presiden yang berasal dari partai tertentu,mengangkat
polisi dari kalangan partainya,sehingga kepolisian pun akan membela seluruh
kebijakan kepala pemerintahan dari partai tersebut yang menguntungkan tujuan
dari partai yang bersangkuta.

3. Administrasi Peradilan

Administrasi Peradilan Merupakan Suatu Sistem Yang Berintikan


Pengelolaan Administrasi Peradilan Yang Baik,Sehingga Tidak Terjadi
Kekacauan Dalam Pengelolaannya.Administrasi Pengadilan Mempunyai
Perbedaan Dengan Sistem Administrasi Perkara Perdata,Pidana,Militer Dan Tata
Usaha Negara. Administrasi Perkara Perdata Akan Terdiri Atas Beberapa
Hal,Yakni Administrasi Pendaftaran Gugatan,Administrasi Hakim
yangmenangani Perkara, Administrasi Hakim Yang Menangani Perkara Dan
Sebagainya,Sementara Administrasi Perkara Militer Hampir Sama Dengan
Perkara Perdata. Lain Halnya Administrasi Perkara Pidana, Yaitu Akan
Melibatkan Beberapa Instansi Lain Yang Berhubungan Dengan Instansi Proses
Administrasi Perkara Pidana.Hal Dimaksud, Adalah
Kepolisian,Kejaksaan,Pengadilan Lembaga Pemasyarakatan.Dengan Demikian,
Kalau Administrasi Perkara Pidana Tidak Dilakukan Dengan Baik, Akan Terjadi
Kekacauan Administrasi Tersbut.Oleh Karena Itu,Kunci Yang Sebenarnya

1
Terletak Pada Koordinasi Antara Instansi Yang Terlibat Dalam Perkara Pidana.

4. Aliran Yang Berlaku Di Indonesia

Aliran yang berlaku di indonesia adalah aliran rechtsvinding, bahwa hakim


dalam memutuskan suatu perkara berpegang pada undang-undang dan hukum
lainya yang berlaku di dalam masyarakat secara kebebasan yang terikat
(gebonden vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije gebondenheid).

tindakan hakim tersebut berdasarkan pada pasal 20,22 ab dan pasal 16 ayat
(1) dan pasal ayat 28 ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 2004 tentang
kekuasaan kehakiman.

Pasal 20 ab mengatakan bahwa : hakim harus mengadili berdasarkan


undang-undang.

pasal 22 ab mengatakan bahwa : hakim yang menolak untuk mengadili


dengan alasan undang-undangnya bungkam tidak jelas atau tidak lengkap,dapat
dituntut karena menolak untuk mengadili.

pasal 16 ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 2004 berbunyi : pengadilan


tidak boleh menolak untuk memeriksa,mengadili dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada ataukurang jelas,melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya.

pasal 28 ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 2004 berbunyi : hukum


wajib menggalih mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat.

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kodifikasi hukum adalah proses pengumpulan hukum-hukum di wilayah


tertentu untuk menghasilkan sebuah kitab undang-undang. Kodifikasi merupakan
ciri khas negara-negara dengan sistem hukum sipil. Perkembangan hukum
indonesia merupakan pengharapan terciptanya hukum yang selaras dan seimbang
bagi segala aspek kehidupan. Sejarah perkembangan hukum indonesia telah
memperlihatkan bahwa kodifikasi sangat sulit diterapkan di indonesia karena
kompleksnya masyarakat indonesia. Selain itu, pluralisme hukum berlaku di
indonesia, sehingga kodifikasi secara menyeluruh sulit untuk dilakukan, selain itu,
kodifikasi hanya dapat dilakukan secara parsial. Maka demi untuk adanya
kesatuan dan kepastian hukum, indonesia memerlukan hukum yang bersifat
nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga negara republik indonesia.

B. Saran

Demikian makalah yang tealah saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Apabila terdapat saran dan kritik yang ingin disampaikan,
dimohon dan dipersilahkan untuk disampaikan kepada saya. Dengan senang hati,
saya akan menerima saran dan kritik positif dari pembaca demi kemajuan saya
pribadi.
Dan apabila terdapat kesalahan baik itu dari penulisan dan sebagainya, mohon
untuk dapat dimaafkan dan memakluminya. Karena pada dasarnya
Kami adalah manusia yang tak luput dari kesalahan. Dengan demikian saya
ucapkan terima kasih.

1
DAFTAR PUSTAKA

Butew. 2017. “pengertian kodifikasi hukum”,


https://butew.com/2017/12/13/pengertian-kodifikasi-hukum/, diakses pada 18
november 2020 pukul 07:33.

saifudien. 2009. “politik hukum kodifikasi di indonesia”,


http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/politik-hukum-kodifikasi-di-
indonesia.html,
diakses pada 18 november 2020 pukul 07:56.

caw, tumus. 2013. “kodifikasi hukum dan perkembangannya”, http://caw-


tumus.blogspot.com/2013/11/kodifikasi-hukum-dan-
perkembangannya.html#:~:text=kodifikasi%20hukum%20adalah%20pembukuan
%20hukum,civil%20perancis%20atau%20code%20napoleon, diakses pada 18
november 2020 pukul 08:23.

media neliti. 2015. “perkembangan hukum indonesia”,


https://media.neliti.com/media/publications/29392-id-perkembangan-
hukum- indonesia-dalam-menciptakan-unifikasi-dan-kodifikasi-
hukum.pdf,
diakses pada 18 november 2020 pukul 08:45

Edukasi ppkn. 2016. “unsur dan tujuan kodifikasi hukum”,


https://www.edukasippkn.com/2016/06/unsur-unsur-dan-tujuan-
kodifikasi- hukum.html,
diakses pada 18 november 2020 pukul 09:39

fakhri ali arrozi. 2017. “perkembangan kodifikasi”,


http://fakhrialiarrozi07.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
kodifikasi.html, diakses pada 18 november 2020 pukul 10:12

1
Kansil,c.s.t. 1976.pengantar ilmu hukum dan tata hukum indonesia.jakarta:balai
pustaka.

Ali zainuddin.pengantar ilmu hukum.yayasan masyarakat indonesia baru

Soeroso,r.pengantar ilmu hukum,sinar grafika,jakarta 2000

Marzuki peter mahmud.pengantar ilmu hukum airlangga,surabaya

Ashyadie zaeni.pengantar ilmu hukum, aditya bakti, bandung,2005

Anda mungkin juga menyukai