NPM : 233501005
Fakultas Syariah
Dengan Mengucapkan Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT Yang Telah
Memberikan Kita Kesehatan Sehingga Kita Dapat Melaksanakan Belajar Mengajar
Dikampus Al Ma’arif Yang Kita Cintai Ini Setiap Harinya Terutama Saya Dapat
Menyelesaikan Tugas Makalah Dari Bapak Dosen, Sholawat Serta Salam Tak Lupa
Kita Sanjung Agungakan Kepada Baginda Nabi Besar Kita Yakni Nabi Muhammad
SAW, Semoga Kitasemua Menjadi Kebanggaan Umat Beliau Sehingga Dapat
Bertemu Di Yaumul Qiyamah Kelak Aamiin.
Adapun Dengan Makalah Ini Saya Buat Dan Saya Ajukan Untuk Memenuhi
Tugas Dari Bapak Dosen Yang Berjudul : Paradigma Praktek Keberagamaan
Subtantif-Inklusif Vs Subtantif-Eksklusif, Sebelumnya Juga Saya Ucapkan
Terimakasih Kepada Bapak Dosen Yang Telah Memberikan Tugas Ini Karna
Nantinya Dapat Kita Pelajari Dan Kita Pahami Bersama Sehingga Dapat Menambah
Ilmu Dan Wawasan Kita.
Demikian Makalah Ini Saya Buat Agar Kiranya Dapat Bapak Terima Dan
Mudah Mudahahan Bapak Suka Dengan Makalah Yang Telah Saya Buat Ini, Akan
Tetapi Saya Masih Butuh Koreksi, Saran Dan Masukan Apabila Ada Kata Ataupun
Konteks Dalam Pembuatan Makalah Ini Ada Yang Kurang Pas Sehingga Dapat Saya
Jadikan Sebuah Evaluasi Ataupun Pembelajaran, Sekian Terimakasih
Indra Setiawan
i
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..1
B. Maksud Dan Tujuan …………………………………………..3
2. BAB II PEMBAHASAN
A. Paradigma Praktek Keberagamaan …………………………....4
B. Pengertian Subtantif-Inklusif Dan Subtantif-Eksklusif ……….7
C. Perbedaan Inklusif Dan Eksklusif …………………………….8
D. Multikuralisme Sebagai Paradigma Pendidikan Islam ………..9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Aneka Suku, Agama, Ras Dan Bahasa. Terdapat Lebih Dari 300 Kelompok
Etnik Atau Suku Bangsa Di Indonesia (East, 1999, Hal. 88) Atau BPS
Menyatakan Angka 1.340 Suku Bangsa (Gunawan & Rante, 2011, Hal. 212-
224). Dengan Kondisi Yang Begitu Beragam, Jalinan Kebangsaan Indonesia
Sangat Beragam. Kata
Indonesia Sendiri Telah Berhasilmenyatukan 1340 Suku Yang Tersebar
Diantara 17000 Pulau Yang Memiliki Agama, Adat Dan Bahasa Yang
Berbeda Yang Kemudian Mempersatukan Diri Dibawah Naungan Satu Nama
Kondisi Ini Menyebabkan Indonesia Memiliki Struktur Budaya Yang
Berbeda-Beda Dan Unik Di Setiap Wilayah. Perbedaan Ini Dapat Dilihat Dari
Perbedaan Bahasa, Adat Istiadat, Religi, Tipe Kesenian, Dan Lain- Lain. Pada
Dasarnya Suatu Masyarakat Dikatakan Multikultural Jika Dalam Masyarakat
Tersebut Memiliki Keanekaragaman Dan Perbedaan. Keragaman Dan
Perbedaan Yang Dimaksud Antara Lain, Keragaman Struktur Budaya Yang
Berakar Pada Perbedaan Standar Nilai Yang Berbeda-Beda, Keragaman Ras,
Suku, Dan Agama, Keragaman Ciri-Ciri Fisik Seperti Warna Kulit, Rambut,
Raut Muka, Postur Tubuh, Dan Lain-Lain, Serta Keragaman Kelompok Sosial
Dalam Masyarakat.
Kebudayaan Indonesia Merupakan Identitas Bangsa Yang Harus
Dihormati Dan Dijaga Serta Perlu Dilestarikan Agar Kebudayaan Kita Tidak
Hilang Dan Bisa Menjadi Warisan Generasi Yang Akan Datang. Dikarenakan
Ketahanan Budaya Merupakan Identitas Suatu Bangsa. Kebanggaan Bangsa
Indonesia Akan Budaya Yang Beraneka Ragam Sekaligus Mengundang
Tantangan Bagi Seluruh Rakyat Untuk Mempertahankan Budaya Lokal Untuk
Bersinergi Dengan Dinamika Dan Perkembangan Mutakhir (Bandel, 2011,
Hal. 7-8)
2
Masyarakat Indonesia Telah Hidup Dengan Damai Ditengah
Keragaman Budaya, Bahasa Dan Agama. Kehidupan Yang Damai Tercipta
Karena Rasa Persaudaran Dan Kekeluargaan Yang Tercipta Yang Disebabkan
Karena Semua Penduduk Indonesia Telah Mengalami Penderitaan Yang Sama
Yang Disebabkan oleh penjajahan. Sebagaimana Spirit Persaudaraan Yang
Ada Di Fak-Fak Papua Barat Dikenal Dengan Semboyan “Satu Tungkutiga
Batu” Sedangkan Di Kepulauan Raja Ampat Dikenal Semboyan “Satu Rumah
Empat Pintu”. Kedua Semboyan Ini Memiliki Arti Bahwa Islam, Protestan,
Katolik, Dan Kepercayaan Adat Di Tanah Papua Menjadi Pilar Dari Kesatuan
Dan Pembangunan Tanah Papua. Di Samping Islam, Katolik, Dan Protestan,
Animisme Juga Diberikan Penghormatan Yang Sama Sebagai Bagian Dari
Keluarga. Mereka Memiliki Keragaman Agama Antara Satu Dengan Yang
Lainnya (Suardi, 2016, Hal. 299-300)
Senada Dengan Kerukunan Yang Ada Di Papua Kita Bisa Menemukan
Dalam Kehidupan Di Masyarakat Desa Kolam Kanan Kecamatan Barambai
Kabupaten Barito Kuala Memiliki Toleransi. Dengan Anggota Masyarakat
Desa Yang Terdiri Dari Suku Bali, Banjar Dan Jawa Dan Agama Islam,
Hindu Dan Kristen. Masyarakat Desa Kolam Kanan Hidup Dengan Rukun
Dan Damai. Bagi Masyarakat Desa Kolam Kanan Silaturahmi Dan
Musyawarah Menjadi Prinsip Yang Dipegang Teguh Untuk Menciptakan
Kehidupan Yang Damai Ditengah Perbedaan Budaya Dan Agama Yang Ada
Dimasyrakatnya (Akhyar, 2015, Hal. 726-731)
4
Realitas Sosial Maupun Realitas Sosial Keagamaan Sebagai Sebuah
Kenyataan Tidak Tunggal
Tradisi Keberagamaan Dapat Lebih Dipahami Secara Cermat Dengan
Pendekatan Dimensional7 , Juga Melalui Analisis Definisi Dan Kategori
Sejarah Agama8 . Dimensi-Dimensi Keberagamaan Masyarakat
Membuahkan Hasil Sebuah Definisi Agama Sebagai Suatu System Kultural9 ,
Juga Dapat Menggambarkan Suatu Universalisasi Teologi10. Asal Usul
Munculnya Universalisasi Teologi Adalah Karena Absennya Kepekaan
Ummat Atas Keragaman Bentuk Agama Itu Sendiri Ketika Berjumpa Dengan
Konteks Kebudayaan Yang Berbeda-Beda11, Dan Spiritualisasi Global Yang
Didasarkan Pada Pengalaman.
Rasa Ketuhanan Yang Menegaskan Realitas Tuhan, Memberi
Kontribusi Dalam Kesadaran Manusia13. Seperti Halnya Dalam Sejarah
Spiritual Global Yang Melihat Pada Setiap Tradisi Keberagamaan14, Ketika
Itu Ditemukan Adanya Bukti Dan Implikasi Kebangkitan Keberagamaan
Dalam Berbagai Wilayah Global, Hubungan Antara Kekuatan Religius
Kultural Dan Perilaku Serta Karakter Global Organisasi Sosial Ekonomi.
Pengalaman Beragama Dalam Dunia Kontemporer16 Memberikan Kekuatan
Perilaku Keberagamaan Dalam Masyarakat Yang Telah Termodernkan17.
Misalnya, Kehidupan Religius Di Amerika Bukan Hanya Dilihat Dari
Kunjungan Mereka Ke Gereja, Tetapi Harapan-Harapan Yang Berujung Pada
Tempat Akhirnya Yaitu Surga18, Karena Kehadiran Ke Gereja Tidak
Berperan Untuk Mengintegrasikan Moral.
Efek Kehadiran Ke Gereja Dan Kepercayaan Religius Yang Dikaitkan
Dengan Pertumbuhan Ekonomi, Ditemukan Bahwa Pertumbuhan Ekonomi
Memberikan Dampak Secara Positif Ketika Dikaitkan Pada Kepercayaan
5
Religius Khususnya Tentang Neraka Dan Syurga20 Dan Ada Hubungan
Positif Dalam Keanggotaan Religius Islam Untuk Mempromosikan
Pertumbuhan Ekonomi. Di Dalam Masyarakat Modern Terdapat
Kecenderungan Cara Beragama Yang Berakibat Buruk Kepada Kesehatan
(Mental) Karena Memanfaatkan Agama Hanya Untuk Memenuhi
Kepentingannya Saja22. Hanya Kalangan Politisilah Yang Menggunakan
Agama Sebagai Atau Demi Tujuan-Tujuan Politisnya.
Ketika Terjadi Pembentukan Tradisi Religius Memungkinkan Berbeda
Dari Asal Tradisi Keberagamaannya24. Kecenderungan Keaneka Ragaman
Bentuk Religiusitas Justru Memperkaya Varian Model Gerakan
Pengembangan Tradisi Beragama, Misalnya Muncul Gereja Electronik25,
Tradisi Anak Yahudi Di Inggris26, Dan Perkembangan Tradisi Teologi Hare
Krishna.
Gejala Seperti Ini Tidak Hanya Dapat Ditemukan Di Suatu Tempat
Tertentu Saja, Tetapi Secara Serentak Muncul Kebangkitan Agama Di Barat
Dan Timur28. Kebangkitan Agama Yang Menggambarkan Kesemarakan
Pemikiran Dan Gerakan Keberagamaan Berkisar Pada Worldview29
Berkembang Kearah Studi Budaya Yang Berpusat Pada Nilai-Nilai Dan
Kekuasan30, Dapat Menjelaskan Bagaimana Makna Agama Bagi Diri
Pribadinya31, Kontrol Agama Bergeser Kearah Public32. Hal Ini Dapat
Terlihat Payang Tinggi Pada Penciptaan Mampu Menurunkan Tingkat
Kekerasan Yangda Kasus Di Amerika Bahwa Body And Beauty Bagi Kaum
Protestan Putih Kelas Menengah Merupakan Inti Sesuai Ras Dan Secara
Etnis Eksklusif, Religiosas Popular Yang Berkaitan Dengan Kepercayaan
Yang Mematikan.
6
B. Subtantif, Inklusif Dan Eksklusif Dalam Keagamaan
Subtantif Memiliki Arti Dalam Kelas Nomina Atau Kata Benda Sehingga
Subtantif Dapat Menyatakan Nama Dari Seseorang, Tempat, Atau Semua
Benda Dan Segala Yang Dibendakan.
Inklusif Berasal Dari Bahasa Inggris ( Inclution ) Yang Berarti Sebuah
Tindakan Mengajak Atau Mengikut Sertakan. Sementara Itu Sikap Inklusif
Sendiri Dapat Diartikan Sebagai Cara Pandang Seseorang Akan Adanya
Sebuah Perbedaan, Sikap Ini Juga Sering Dikaitkan Dengan Pandangan
Positif Terhadap Sebuah Perbedaan.
Dan Eksklusif Berasal Dari Bahasa Inggris Juga Yaitu ( Exclution )
Yang Artinya Memisahkan Atau Mengeluarkan, Dapat Diartikan Seseorang
Yang Memiliki Sifat Khusus Maupun Terbatas.
7
Permasalahan
3. Dapat Menghargai Diri Sendiri Dan Orang Lain
4. Sadar Bahwa Setiap Manusia Memiliki Hak Dan Kewajiban Yang Sama
5. Mewujudkan Tatanan Masyarakat Yang Lebih Dekat Antar Sesama
8
Menganggap Ada Kebenaran Selain Agama Yang Dianut Meskipun Tidak
Sempurna, Sedangkan
Eksklusifisme Dimaknai Sebagai Keberagamaan Yang Tertutup
Dimana Selain Agamanya Adalah Jalan Kesesatan.
9
Semua Agama Harus Selalu Terbuka Untuk Dikritisi Dan Direvisi (Byrne,
1995)
10
Akan Tetapi Pendidikan Islam Yang Plural Tidak Bertujuan Untuk
Menanamkan Nilai-Nilai Sinkretisme, Relativisme Dan Esensialisme. Karena
Jika Hal Ini Menjadi Tujuan Dari Pendidikan Islam Yang Berwawasan Plural
Dan Multikultural Maka Akan Menghasilkan Patchwork Religion Atau
Agama Gado-Gado Hasil Kombinasi Ajaran-Ajaran Yang Sama Dari Semua
Agama Dan Membuang Ajaran Yang Masih Diperdebatkan. Contohnya
Sikhisme Di India, Baha’isme Di Iran, Cuadaisme Di Vietnam Atau Aliran
Kebathinan Semacam Sumarah, Pangestu, Darmo, Gandul Dan Lain
Sebagainya Di Indonesia
Maka Dalam Hal Ini Pendidikan Islam Yang Berwawasan Plural Dan
Multikultural Bertujuan Untuk Memberikan Pemahaman Kepada Peserta
Didik Akan Realitas Yang Majemuk, Serta Memberikan Pendidikan Tentang
Cara Bersikap Menyikapi Realitas Yang Berbeda. Di Indonesia, Pluralisme
Kerap Dipadankan Dengan Inklusivisme Yang Diartikan Sebagai Paham
Keagamaan Yang Mengakui Dan Menerima Bahwa Agama Lain Memiliki
Potensi Kebenaran Dan Berhak Untuk Menjalankan Aktivitas Keagamaannya
Demi Terwujudnya Kebersamaan Dan Kerukunan Antar Umat Beragama
Tanpa Mereduksi Kecintaan Akan Kebenaran Mutlak Pada Agama Yang
Dipeluk.
11
Kurikulum. Materi Pendidikan Multikultural Dapat Terintegrasi Pada Mata
Pelajaran Lainnya. Tidak Perlu Menjadi Satu Mata Pelajaran Tersendiri
(Wekke, 2015, Hal. 20-38). Hanya Saja Diperlukan Keterampilan Bagi Guru
Untuk Menerapkannya. Hal Utama Kepada Para Siswa Perlu Diajari
Mengenai Toleransi, Kebersamaan, Ham, Demokratisasi, Dan Saling
Menghargai. Kesempatan Tersebut, Akan Menjadi Peluang Bagi Bekal Hidup
Mereka Di Kemudian Hari Dan Sangat Penting Untuk Tegaknya Nilai-Nilai
Kemanusiaan.
12
Kepada Kita Untuk Memiliki Apresiasi Respek Terhadap Budaya Dan
Agama-Agama Orang Lain. Atas Dasar Ini Maka Penerapan
13
Karena Itu, Dengan Meminjam Filsafat Pendidikan Yang
Dikembangkan Paolo Freire Yang Menegaskan Bahwa Pendidikan Harus
Difungsikan Untuk Pembebasan (Liberation) Dan Bukan Penguasaan
(Domination).
14
Sehingga Dalam Merancang Sistem Pendidikan Tidak Hanya Mengandalkan
Basis Kognisi, Tetapi Juga Bagaimana Membentuk Kesadaran Beragama
Dalam Tata Pergaulan Masyarakat Yang Damai Dan Sejahtera. Merancang
Sistem Pendidikan Agama Justru Menampung
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, Ulil Abshor, 2001, “Kata Pengantar”, dalam (Nur Kholik Ridwan) Islam
Borjuis dan Islam Proletar: Konstruksi Baru Masyarakat Islam Indonesia.
Yogyakarta: Galan Press.
Wikipedia
https://ibtimes.id
www.gramedia.com
dosensosiologi.com
17