BERORIENTASI PELAYANAN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Andi Adiyat Mirdin, S.H.
i
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Adi Suryanto
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai Berorientasi Pelayanan pada peserta melalui substansi
pembelajaran yang terkait dengan bagaimana memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat
diandalkan; serta melakukan perbaikan tiada henti. Mata Pelatihan ini
merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II Pelatihan Dasar CPNS
yang dalam penyampaiannya dapat dilakuan secara terintegrasi
dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik pada fase
pembejalaran mandiri, jarak jauh, maupun klasikal.
Materi-materi pokok yang disajikan pada modul ini masih
bersifat umum sehingga dapat dikembangkan dan diperinci lebih
lanjut pembahasannya pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan
panduan dari pengampu. Untuk membantu peserta memahami
substansi materi, maka pada setiap akhir pembahasan materi pokok
dilengkapi dengan latihan soal dan evaluasi. Latihan dan evaluasi
tersebut hendaknya dikerjakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap
peserta.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya, dengan indikator peserta mampu:
1
1. Memahami dan menjelaskan pelayanan publik secara
konseptual/teoretis;
2. Memahami dan menjelaskan panduan perilaku (kode etik) nilai
Berorientasi Pelayanan, serta memberikan contoh perilaku spesifik
yang kontekstual dengan jabatan dan/atau organisasinya;
3. Mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya masing-masing; dan
4. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan
Berorientasi Pelayanan secara tepat.
C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran pada setiap fase pembelajaran modul
ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan (MP) ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS),
sehingga dalam proses pembelajarannya dilakukan secara
terintegrasi dengan menggunakan beragam metode, diantaranya
ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan
presentasi, bermain peran, studi kasus, dan lain-lain.
2. Pada Pelatihan Blended Learning:
a. Fase MOOC:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan adalah
belajar mandiri, dengan membaca materi dan mengerjakan
latihan serta evaluasi yang diberikan pada Aplikasi MOOC.
b. Fase E-learning:
1) Synchronous:
2
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya
jawab, curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok serta
paparan, kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi
dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai DasarPNS.
2) Asynchronous:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya diskusi kelompok dan belajar mandiri, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
c. Fase Klasikal:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya jawab,
curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok dan paparan,
kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi dengan 6
MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS.
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada setiap fase pembelajaran untuk
modul ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran
Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS), sehingga
dalam proses pembejarannya dilakukan secara terintegrasi
dengan 6 Mata Pelatihan lainnya di Agenda ini, secara umum
tahapan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan diantaranya:
3
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Berorientasi
Pelayanan.
b. Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul dan
keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran Agenda II.
c. Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai
BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai Berorientasi
Pelayanan.
d. Memberikan penugasan-penugasan yang relevan sehingga
peserta dapat berdiskusi kelompok secara mandiri, dapat
berupa studi kasus, penugasan bermain peran, dan lain-lain.
e. Memberikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
f. Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan
metode ceramah, tanya jawab, penayangan film pendek, dan
lain-lain.
g. Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi oleh peserta
dengan beragam cara, seperti pemberian soal komprehensif,
kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.
4
serta mengerjakan evaluasi akademis yang tersedia pada
Aplikasi MOOC.
b. Fase E-learning:
1) Synchronous:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS), sehingga dalam proses pembejarannya
dilakukan secara terintegrasi dengan 6 MP lainnya di
Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan pembelajaran
pada Fase E-learning Synchronous yang dapat dilakukan
diantaranya:
a) Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul
Berorientasi Pelayanan.
b) Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul
dan keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran Agenda II.
c) Mengukur tingkat penguasaan materi peserta setelah
mereka belajar secara mandiri pada aplikasi MOOC
dengan menggunakan beragam cara atau metode,
diantaranya tanya jawab dan kuis-kuis interaktif.
d) Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai
BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai
Berorientasi Pelayanan.
e) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan
sehingga peserta dapat berdiskusi kelompok secara
5
mandiri, dapat berupa studi kasus, penugasan bermain
peran, dan lain-lain.
f) Memberikan kesempatan peserta untuk
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
g) Memberikan penguatan dan pendalaman materi
setelah peserta mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan metode ceramah, tanya jawab,
penayangan film pendek, dan lain-lain.
h) Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi oleh
peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.
2) Asynchronous:
Pada fase ini kegiatan pembejaran yang dapat
dilakukan peserta adalah melakukan diskusi kelompok dan
belajar mandiri untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan.
c. Fase Klasikal:
Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran yang
dapat dilakukan pada fase ini adalah:
1) Menjelaskan tujuan dan skenario pembelajaran Agenda II
fase Klasikal.
2) Mereviu atau mengingatkan peserta terhadap materi-
materi Agenda II termasuk materi tentang Berorientasi
Pelayanan yang telah dipelajari pada fase E-Learning.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling
bertukar pengalaman dalam mengatualisasikan nilai
6
BerAKHLAK termasuk nilai Berorientasi Pelayanan selama
masa habituasi.
4) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan untuk
memperkuat penguasaan materi dan pengalaman
aktualisasi peserta sehingga dapat memiliki komitmen
yang kuat untuk terus
mengaktualisasikan/menghabituasikan nilai BerAKHLAK
setelah Pelatihan Dasar berakhir. Penugasan-penugasan
tersebut dapat berupa studi kasus, penugasan bermain
peran, membuat video, dan lain-lain.
5) Memberikan kesempatan peserta untuk
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
6) Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dengan metode ceramah, tanya jawab, penayangan film
pendek, dan lain-lain.
7) Melakukan reviu dan evaluasi terhadap penguasaan materi
peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.
E. Sistematika Modul
Sistematika modul Berorientasi Pelayanan ini adalah sebagai
berikut:
1. Konsep Pelayanan:
a. Pengertian Pelayanan Publik
b. Membangun Budaya Pelayanan Prima
c. ASN sebagai Pelayan Publik
7
d. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
2. Berorientasi Pelayanan:
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
1) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
8
BAB II
MATERI POKOK 1
KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Setelah mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan
pelayanan publik secara konseptual/teoretis.
A. Uraian Materi
1. Pengertian Pelayanan Publik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan
didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara
berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui
suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya
penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administrative,
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan
masyarakat merupakan muara dari Reformasi Birokrasi,
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan
berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang
berkualitas.
9
Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pelayanan publik.
Dalam Oxford Learner’s Dictionary, kata pelayanan (service)
diartikan sebagai “a system that provides something that the public
needs, organized by the government or a private company (sistem
yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan publik, yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta)”. Selain
itu, Hardiyansyah (2011:11) mendefinisikan pelayanan adalah
aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan
mengurus. Baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada
pihak yang lain. Istilah lain yang sejenis dengan pelayanan itu
adalah pengabdian dan pengayoman.
Sementara itu, frasa pelayanan publik (public service) dalam
kamus tersebut memiliki arti “a service such as education or
transport that a government or an official organization provides for
people in general in a particular society (layanan seperti
pendidikan atau transportasi yang disediakan oleh pemerintah
atau organisasi resmi untuk orang-orang pada umumnya dalam
masyarakat tertentu)”. Davit McKevitt dalam Modul Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik” (2017),
menyatakan bahwa “Core Public Services maybe defined as those
sevices which are important for the protection and promotion of
citizen well-being, but are in are as where the market is in capable of
reaching or even approaching a socially optimal state; heatlh,
education, welfare and security provide the most obvious best know
example”.
10
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum
dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Agus Dwiyanto (2010:21) menawarkan alternatif definisi
pelayanan publik sebagai semua jenis pelayanan untuk
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang
memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat
serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan
bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen
perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan
kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah,dan
memenuhi komitmen dunia internasional. Dalam penjelasan lebih
lanjut, Dwiyanto (2010:22) mengatakan bahwa dari segi
mekanisme penyediaannya, pelayanan publik tersebut tidak harus
dilakukan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi dapat dilakukan
oleh sektor swasta (mekanisme pasar).
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU
Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur
Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan
11
publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan
publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang
tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-
prinsip yang digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
12
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga
harus diberi akses yang sebesar- besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila
mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara,
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
13
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan
prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan
tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam
arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat
konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah
dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau
dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel
14
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh
karena itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik
harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara
formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih
tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat
luas melalui media publik baik cetak maupun elektronik.
Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut
sebagai social accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang
penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk
yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa
terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan.
15
2. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti
rendahnya kualitas pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif
dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja,
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam
pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit-
belit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA
DIPERMUDAH”. Selama ini permasalahan penyelenggaraan
pelayanan publik di Indonesia sangat berkaitan erat dengan proses
pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik dari sisi
prosedur, persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang
dirasakan masih belum memadai dan jauh dari harapan
masyarakat.
Budaya paternalisme telah mengakar kuat dalam birokrasi
pelayanan publik di Indonesia. Dalam konteks pelayanan publik,
paternalisme dilihat dari hubungan antara birokrasi sebagai
petugas pelayanan dengan masyarakat pengguna layanan.
Masyarakat pengguna layanan dalam pola paternalisme
mempunyai posisi tawar-menawar yang lemah, artinya
masyarakat pengguna layanan tidak bisa berbuat lebih banyak jika
mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan. Kualitas
pelayanan publik saat ini masih banyak berada di area bureaucratic
paternalism, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya kualitas
pelayanan publik yang berorientasi terhadap kepentingan
masyarakat sebagai pengguna layanan.
16
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi
kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan
dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan
pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi
standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara.
Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan
kualitas pemberian layanan kepada masyarakat. Menurut
Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang baik juga
tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila
terbangun kerja tim di dalam internal organisasi. Melalui kerja
sama yang baik, pekerjaan dalam memberikan pelayanan dapat
diselesaikan dengan hasil terbaik bagi pengguna layanan.
Fokus utama untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat
harus menjadi prinsip utama ASN dalam bekerja.
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima.
Budaya berorientasi pada pelayanan prima harus menjadi
dasar ASN dalam penyediaan pelayanan. Pelayanan Prima
adalah memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan
pengguna layanan. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam
memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan
yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2)
memenuhi harapan pengguna, dan (3) melebihi harapan
pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang diharapkan.
17
c. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada
kemajuan organisasi, apabila pelayanan yang diberikan prima
(baik), maka organisasi akan menjadi semakin maju. Implikasi
kemajuan organisasi akan berdampak antara lain: (1) makin
besar pajak yang dibayarkan pada negara, (2) makin bagus
kesejahteraan bagi pegawai, dan (3) makin besar fasilitas yang
diberikan pada pegawai.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan
publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk
membangun pelayanan yang berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta
menindaklanjuti pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan
keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur
teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggara pelayanan publik.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik tentunya tidak
lepas dari strategi pelaksanaan kebijakan pelayanan publik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian PANRB telah
melahirkan beberapa produk kebijakan pelayanan publik sebagai
18
wujud pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, diantaranya adalah:
a. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;
b. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei
Kepuasan Masyarakat;
c. profesionalisme SDM;
d. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP)
untuk memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat;
e. mendorong integrasi layanan publik dalam satu gedung
melalui Mal Pelayanan Publik;
f. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui
Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional
(SP4N-LAPOR!);
g. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui
Evaluasi Pelayanan Publik sehingga diperoleh gambaran
tentang kondisi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik
untuk kemudian dilakukan perbaikan;
h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif
antara penyelenggara layanan publik dengan masyarakat
untuk membahas rancangan kebijakan, penerapan kebijakan,
dampak kebijakan, ataupun permasalahan terkait pelayanan
publik melalui kegiatan Forum Konsultasi Publik; dan
i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi
Pelayanan Publik.
Budaya pelayanan prima menjadi modal utama dalam
memberikan kepuasan pelanggan. Pemberian kepuasan kepada
19
pelanggan menjadi salah satu kewajiban dan tanggung jawab
organisasi penyedia pelayanan. Melalui pemberian pelayanan yang
baik, pelanggan atau pengguna layanan kita akan secara sukarela
menginformasikan kepada pihak lain akan kualitas pelayanan yang
diterima, hal ini secara langsung akan memperomosikan kinerja
organisasi penyedia pelayanan publik. Penilaian positif dari
pelanggan menjadi semakin penting mengingat saat ini pelanggan
turut menjadi penilai utama organisasi penyedia pelayanan publik.
Keberhasilan pelayanan publik akan bermuara pada
kepercayaan masyarakat sebagai subjek pelayanan publik.
Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah suatu proses yang
secara terus-menerus guna mewujudkan konsep good governance
yang menjadi dambaan masyarakat sebagai pemegang hak utama
atas pelayanan publik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada
layanan prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik. Apabilasetiap
lembaga pemerintah dapat memberikan layanan prima kepada
masyarakat maka akan menimbulkan kepuasan bagi pihak- pihak
yang dilayani. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya, bahwa layanan
untuk kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah.
Ditambah lagi, masyarakat semakin menyadari haknya dan
semakin kritis untuk mendapatkan layanan terbaik dari aparatur
pemerintah.
20
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi
tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan
dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum
pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka
pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui
pembangunan bangsa (cultural and political development) serta
melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social
development) yang diarahkan pada meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran seluruh masyarakat. Selain itu, pembangunan
sumber daya manusia ASN sebagai bagian dari upaya reformasi
birokrasi, diharapkan mampu mengakselerasi pelaksanaan tugas,
fungsi, dan peran ASN sebagaimana dimaksud dalam UU ASN.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan
21
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Selain tugas dan fungsi yang melekat pada pegawai ASN,
pegawai ASN juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Peran tersebut dilaksanakan melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Sehingga ASN tentu akan terlibat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, yang membutuhkan
kesadaran bersama untuk meningkatkan peran pegawai ASN
khususnya dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan
pelayanan publik melalui perbaikan birokrasi di Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat secara umum.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur
mengenai bagaimana perilaku pelaksana pelayanan publik,
termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-
larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas
institusi penyelenggara;
22
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib
dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari
benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan
dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam
memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau
kewenangan yang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.
Dalam mengimplementasikan budaya berorientasi
pelayanan, ASN perlu memahami mengenai beberapa hal
fundamental mengenai pelayanan publik, antara lain:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi. Dengan demikian menjadi kewajiban
pemerintah untuk menyelenggarakannya baik dilakukan
sendiri (oleh birokrasi pemerintah) maupun bekerja sama
dengan sektor swasta;
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar
oleh warga negara. Artinya, para birokrat penyelenggara
pelayanan publik harus paham bahwa semua fasilitas yang
mereka nikmati (gedung, peralatan, gaji bagi ASN, protokoler,
dsb.) dibayar dengan pajak yang dibayarkan oleh warga negara.
Oleh karena itu, ASN harus paham bahwa warga
23
negara adalah agent (tuan) dan Saudara adalah client
(pelayan). Konsekuensinya, Saudara sebagai ASN yang harus
mengikuti kehendak masyarakat pengguna layanan, bukan
sebaliknya masyarakat yang harus mengikuti kehendak
Saudara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa
yang akan datang. Karena sifatnya yang demikian, sebagai
seorang ASN Saudara harus paham bahwa kegagalan dalam
berkontribusi untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas akan berakibat pada kegagalan kita sebagai bangsa
dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam konteks dunia
yang dihadapkan pada tantangan globalisasi maka kegagalan
Saudara sebagai ASN dalam membantu mewujudkan kualitas
pelayanan publik yang baik juga berarti berdampak pada
kegagalan Indonesia dalam memenangkan pertarungan
memperebutkan supremasi globalisasi. Jika ini terjadi, masa
dengan bangsa Indonesia menjadi taruhannya.
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia,
akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan
bagi warga negara (proteksi). Coba Saudara bayangkan ketika
pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik untuk
memberikan perlindungan kepada warga negaranya?
Masyarakat menjadi korban main hakim sendiri karena polisi
tidak hadir. TKI menjadi korban kekejaman para tuan mereka
di negara asing, bahkan ketika menginjakkan kaki di bandara
24
tanah airnya sendiri karena pemerintah gagal memberikan
pelayanan untuk melindungi mereka. Dan banyak contoh lagi
penderitaan warga negara ketika pemerintah gagal
menyelenggarakan pelayanan publik yang baik.
Dengan memahami empat hal pokok tersebut maka
diharapkan Saudara akan memposisikan diri Saudara secara tepat
ketika berhadapan dengan warga yang membutuhkan pelayanan
publik. Mulai saat ini Saudara diharapkan paham bahwa warga
negara yang membutuhkan pelayanan publik perlu Saudara layani
dengan baik dengan memenuhi kebutuhan mereka.
25
oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas
pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya,
dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Secara lebih operasional, Berorientasi Pelayanan dapat
dijabarkan dengan beberapa kriteria, yakni:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk
menjabarkan pedoman perilaku sesuai dengan tujuan yang
terkandung dari masing-masing nilai. Kode etik juga terkadang
dibuat untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh
dan tidak boleh dilakukan, misalnya yang terkait dengan
konflik kepentingan. Dalam menyelenggarakan pelayanan
publik jika terjadi konflik kepentingan maka aparatur ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dari pada
kepentingan dirinya sendiri.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk
sebuah kode perilaku (code of conducts) yang berisi contoh
perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan oleh
pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut.
Contoh perilaku spesifik dapat juga berupa bagaimana
penerapan SOP dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan
menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan.
26
Munculnya rasa kebanggaan dalam memberikan pelayanan
akan menjadi modal dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini
juga sejalan dengan employee value proposition atau employer
branding ASN yakni “Bangga Melayani Bangsa”. Kebanggaan
memberikan pelayanan terbaik membantu kita memberikan
hasil optimal dalam melaksanakan tugas pelayanan. Prinsip
melayani juga menjadi dasar dan perlu diatur dengan prosedur
yang jelas.
Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan menjadi dasar
pembentukan budaya pelayanan tentu tidak akan dengan mudah
dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN,
didukung dengan semangat penyederhanaan birokrasi yang
bermakna penyederhanaan sistem, penyederhanaan proses bisnis
dan juga transformasi menuju pelayanan berbasis digital.
Sikap pelayanan bagi pegawai ASN berarti pengabdian yang
tulus terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah
kebanggaan atas pekerjaan. Sikap Saudara dapat menggambarkan
instansi/organisasi Saudara, karena sikap pelayanan tersebut
mewakili citra organisasi Saudara secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, budaya pelayanan dalam birokrasi
pemerintahan akan sangat ditentukan oleh sikap pelayanan yang
ditunjukkan oleh pegawai ASN.
Pelayanan yang diberikan aparatur harus merujuk pada
standar yang ditetapkan pemerintah. Standar mutu layanan pada
institusi pemerintah dapat dibedakan dalam dua paradigma, yaitu:
(1) standar berbasis peraturan perundang-undangan (producer
27
view), dan (2) standar berbasis kebutuhan dan kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan (consumer view or public view).
Alasan lain yang mendasari pentingnya nilai Berorientasi
Pelayanan bagi seorang ASN adalah untuk menghasilkan suatu
paradigma berpikir bahwa ASN harus seoptimal mungkin
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sehingga
diharapkan ada perubahan mindset yang mempengaruhi ASN
dalam bersikap, dan menghasilkan output/outcome atas perubahan
mindset atau paradigma dan perubahan sikap tersebut. Baik atau
buruknya kualitas pelayanan publik di Indonesia secara nyata akan
tercermin juga kepada hasilnya. Dalam contoh negatif yang
sudah/sedang terjadi, misalnya dalam hal pelayanan dasar, yaitu
pelayanan di bidang pendidikan oleh guru-guru yang tidak
berorientasi pelayanan dan tidak memiliki kompetensi memadai,
akan menghasilkan murid-murid yang kualitasnya juga kurang
memadai, sehingga angkatan kerja yang dihasilkan akan sulit
bersaing dengan talenta global lainnya dalam upaya untuk
mengangkat kesejahteraan dirinya maupun bagi pembangunan
bangsa dan negara.
Ke depan, diharapkan nilai berorientasi pelayanan tersebut
dapat menjadi paradigma ASN dalam melaksanakan tugas fungsi
jabatannya termasuk dalam tugas pelayanan, agar mendasari
bagaimana ASN bersikap dan berperilaku, yang secara langsung
akan berdampak pada tujuan unit kerja pada khususnya, dan cita-
cita organisasi pada umumnya yakni menghasilkan birokrasi yang
profesional. Dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalkan
nilai berorientasi pelayanan tersebut, maka Saudara akan
28
mempelajari konsep dari ketiga kode etiknya, yaitu: (1) memahami
dan memenuhi kebutuhan masyarakat, (2) ramah, cekatan, solutif
dan dapat diandalkan, dan (3) melakukan perbaikan tiada henti.
B. Rangkuman
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders,
atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik,
karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN
bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
29
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya
dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan
sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat
kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat.
30
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015
2. Undang-Undang yang mengatur tentang Pelayanan Publik
adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009
b. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2019
3. Sebutkan yang bukan merupakan fungsi ASN:
a. pelaksana kebijakan publik
b. pelayan publik
c. pengawas kegiatan publik
d. perekat dan pemersatu bangsa
4. Yang dimaksud dengan berorientasi pelayanan adalah
a. Bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan
b. Komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat
c. Saling peduli dan menghargai perbedaan
d. Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta
menghadapi perubahan
5. Secara sederhana, definisi pelayanan publik berdasarkan Agus
Dwiyanto adalah
a. Semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria
yaitu merupakan jenis barang atau jasa
31
b. Pelayanan yang dirasakan melalui loket-loket pelayanan
c. Sumber daya air dan sumber daya mineral yang dikelola
oleh Negara/pemerintah
d. Perintah pimpinan/atasan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat pada jam-jam pelayanan
6. Yang bukan merupakan unsur penting dalam pelayanan publik
adalah
a. Penyelenggara
b. Penerima layanan
c. Tempat pelayanan
d. Kepuasan pelanggan
7. Yang bukan prinsip pelayanan publik yang baik adalah
a. Partisipatif dan transparan
b. Responsif dan tidak diskriminatif
c. Kompleks namun murah
d. Aksesibel
8. “Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara,
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya” adalah
prinsip dari …
a. Akuntabel
b. Aksesibel
c. Berkeadilan
d. Tidak diskriminatif
32
9. “Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan
akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan
tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya”
adalah prinsip dari …
a. Responsif
b. Transparan
c. Efektif dan efisien
d. Tidak diskriminatif
10. Nilai berorientasi pelayanan dijabarkan dalam ... panduan
perilaku
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6
33
BAB III
MATERI POKOK 2
BERORIENTASI PELAYANAN
Setelah mempelajari Materi Pokok 2 ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan
panduan perilaku (kode etik) nilai Berorientasi Pelayanan, serta memberikan contoh
perilaku spesifik yang kontekstual dengan jabatan dan/atau organisasinya.
A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi
berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Dari berbagai sumber, definisi nilai dasar sendiri adalah
kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari
ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit
kerjanya. Sedangkan kode etik adalah pedoman mengenai
kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau perilaku
terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas
atau tidak pantas baik dalam melaksanakan tugas maupun dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Adapun kode perilaku adalah
34
pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan
ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup
sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan
perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai
pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama ini
diantaranya:
1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
Untuk dapat memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat (customer needs) sebagai salah satu unsur penting
dalam terciptanya suatu pelayanan publik, terlebih dahulu kita
melihat pengertian Masyarakat atau publik sebagai penerima
layanan. Masyarakat dalam UU Pelayanan Publik adalah
seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai
orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Zulian Yamit (2010:75) mengemukakan, bahwa:
“Pelanggan adalah orang yang membeli dan menggunakan
produk atau jasa.” Di era global dengan tingkat persaingan
35
yang semakin tinggi, kinerja organisasi lebih diarahkan pada
terciptanya kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan antara
lain dapat dilihat dari kesenangannya ketika mendapatkan
produk/jasa yang sesuai atau bahkan melebihi harapannya,
sehingga mendorong keinginannya untuk melakukan
pembelian ulang atas produk/jasa yang pernah diperolehnya,
tidak merasa kapok, bahkan mereka akan menganjurkan
kepada pihak lain untuk menggunakan produk/jasa tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumberdaya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan (customers).
Dalam Quality Management Journal, “Customer
satisfaction is defined as a measurement that determines how
happy customers are with a company’s products, services, and
capabilities. Customer satisfaction information, including
surveys and ratings, can help a company determine how to best
improve or changes its products and services. An organization’s
main focus must be to satisfy its customers.” Selanjutnya
pendapat Ancok (2014) juga menguatkan pandangan bahwa
kepuasan pelanggan alasan utama pentingnya pelayanan
prima.
Siklus pelayanan itu sendiri menurut A. Imanto dalam
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan
Publik” (2017) adalah “Sebuah rangkaian peristiwa yang
dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima layanan
36
yang diberikan”. Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada
saat konsumen mengadakan kontak pertama kali dengan
service delivery system dan dilanjutkan dengan kontak-kontak
berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut diberikan.
Standar mutu pelayanan yang berbasis kebutuhan dan
kepuasan masyarakat sebagai pelanggan (consumer view or
public view), diarahkan untuk memberikan kesejahteraan
kepada setiap warga negara, misalnya: layanan kesehatan,
pendidikan, dan perlindungan konsumen. Kebutuhan dan
harapan tersebut berbeda-beda sesuai dengan karakteristik
individu yang bersangkutan. Oleh sebab itu konsep mutu
dalam konteks ini menuntut sikap responsif dan empati dari
petugas pemberi layanan kepada harapan individu atau
sekelompok individu pengguna layanan. Aparatur harus
menjadi pendengar yang baik atas keluhan ataupun harapan
masyarakat terhadap layanan yang ingin mereka dapatkan.
Dengan demikian kunci pelayanan kesejahteraan adalah
kepuasan para pengguna layanan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah
wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat.
37
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan
yang kedua ini diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah; dan
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi
bahwa perilaku yang semestinya ditampilkan untuk
memberikan layanan prima adalah:
1) Menyapa dan memberi salam;
2) Ramah dan senyum manis;
3) Cepat dan tepat waktu;
4) Mendengar dengan sabar dan aktif;
5) Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan;
6) Terangkan apa yang Saudara lakukan;
7) Jangan lupa mengucapkan terima kasih;
8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan
9) Mengingat nama pelanggan.
Dengan penjabaran tersebut, pegawai ASN dituntut
untuk memberikan pelayanan dengan ramah, ditandai senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi;
cekatan ditandai dengan cepat dan tepat waktu; solutif
38
ditandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk memilih layanan yang tersedia; dan dapat
diandalkan ditandai dengan mampu, akan dan pasti
menyelesaikan tugas yang mereka terima atau pelayanan yang
diberikan.
Untuk menghasilkan mutu dalam pelayanan publik
yang bersifat jasa, sangat membutuhkan kerja sama dan
partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, ASN harus mampu
memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dengan
masyarakat, bersifat kreatif, proaktif dan inovatif dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda beda. Tidak
hanya itu saja, karena kondisi sosial ekonomi yang terus
membaik, masyarakat pun terus menerus menuntut standard
pelayanan yang semakin tinggi dan semakin responsif
terhadap kemampuan dan kebutuhan yang beragam.
Pelayanan yang baik harus cepat, tepat, dapat diandalkan,
tidak berbelit belit (bertele-tele), dan tidak ditunda-tunda.
Sehingga kode etik ramah, cepat, solutif, dan dapat
diandalkan sebagai penjabaran dari nilai Berorientasi
Pelayanan sangat diharapkan dapat tercermin dari perilaku
Saudara sebagai ASN bukan hanya yang bertanggung jawab di
garis depan (front liner), melainkan menjadi tanggung jawab
semua pegawai ASN pada setiap level organisasi. Ke depan,
citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan
perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi
salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan
tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi
39
Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani
dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima.
40
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan
dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan
menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and
better).
Dalam perkembangannya budaya pelayanan harus
dipandang sebagai sebuah proses belajar yang menghasilkan
bentuk baru serta pengetahuan dan kepandaian yang baru.
Sebagai sebuah proses belajar budaya pelayanan harus dapat
melakukan perubahan kebiasaan, perubahan nilai, dan
perubahan pola pikir atau paradigma pelayanan.
Dalam Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010:
8), “demikian juga halnya inovasi dalam layanan publik
mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mind-set baru sebagai apartur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin”.
Sebagaimana dikemukakan oleh Christopher dan Thor (2001:
65), “They can also organize to encourage and support creativity
and innovation, to do things differently.” Demikian juga di
lingkungan lembaga pemerintahan, aparatur dapat
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya, untuk
melahirkan terobosan- terobosan baru dalam meningkatkan
41
efektivitas dan efisiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
42
dunia termasuk Indonesia, utamanya dalam mendorong
percepatan reformasi birokrasi di Indonesia, Pemanfaatan
informasi teknologi dan internet of things menjadi “keterpaksaan”
baru, telah terjadi perubahan secara masif budaya kerja dan cara
berpikir ASN.
Percepatan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam praktik tata kelola pemerintahan, yang lebih
berorientasi pada hasil dengan mengedepankan pemanfaatan
informasi teknologi dan kecepatannya. Pandemi ini seyogianya
dapat dijadikan momentum bagi ASN dalam mendukung akselerasi
reformasi birokrasi yang tidak hanya sekedar birokrasi profesional
yang mampu melayani raktyat, tapi menjadi faktor determinan
dalam meletakkan fondasi yang diperlukan bangsa untuk
memenangkan persaingan global.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan
akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business
as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu
perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan
publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan
publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi
pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari
lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Peraturan Menteri PANRB Nomor 91 Tahun 2021
memaknai inovasi pelayanan publik sebagai terobosan jenis
pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal
dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi
43
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus berupa suatu
penemuan baru (dari tidak ada kemudian muncul gagasan dan
praktik inovasi), tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru
yang bersifat kontekstual berupa hasil perluasan maupun
peningkatan kualitas inovasi yang sudah ada.
Inovasi di sektor publik memiliki poin berbeda dengan
inovasi di sektor swasta yaitu transferabilitas atau sifat mudah
disebarkan. Semakin banyak penyelenggara pelayanan publik lain
yang terinspirasi dan menerapkan suatu inovasi di wilayah kerja
masing-masing, maka akan semakin tinggi nilai inovasi tersebut
karena dampak dan manfaat inovasi dapat dirasakan oleh lebih
banyak pengguna layanan. Dalam perspektif pelayanan publik,
“meniru” suatu inovasi bukanlah hal yang tabu, karena tujuan
berinovasi di sini bukanlah mencari keuntungan pribadi, melainkan
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Proses meniru
tersebut, atau dengan kata lain proses transfer pengetahuan dari
suatu inovasi, akan menghasilkan inovasi dengan nilai kebaruan
sesuai dengan konteks masing-masing unit kerja atau wilayah,
sehingga tidak ada inovasi yang benar-benar sama persis satu
dengan lainnya.
Pada perkembangannya, inovasi pelayanan publik juga
berkontribusi untuk mengakselerasi pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan SDGs
(Sustainable Development Goals). SDGs saat ini menjadi agenda
bersama dari seluruh negara anggota PBB, termasuk Indonesia.
Inovasi pelayanan publik diarahkan untuk mendukung pencapaian
44
SDGs, dengan berlandaskan pada Peraturan Presiden Nomor 59
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
Namun berdasarkan hasil penelitian World Intellectual
Property Organization (WIPO), Global Innovation Index (GII)
Indonesia berada di posisi ke-85 dari 131 negara anggota, stagnan
sejak tahun 2018 hingga 2020. Kondisi tersebut tertinggal jauh dari
negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum bisa
maksimal memanfaatkan inovasi sebagai salah satu alat dalam
memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Masih banyak
pelayanan publik yang perlu diakselerasi melalui inovasi, perlu
langkah dan metode baru yang diambil terutama dalam
menghadapi era kenormalan baru.
Dalam lingkungan pemerintahan sendiri, banyak faktor
yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Instansi pemerintah dituntut untuk lebih jeli
mengamati permasalahan dalam pelayanan publik sehingga inovasi
yang dilahirkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran.
Inovasi juga tidak boleh monoton karena setiap daerah memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Untuk itu,
adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
45
B. Rangkuman
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat denganperilaku
melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu;
melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan,
keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika
kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari
hari ini (doing something better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan
akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as
usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan
tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan
itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau
permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam
46
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi
pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi
masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
47
c. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah
d. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
3. Yang mana kah diantara panduan perilaku berikut yang
merupakan kode etik dari nilai berorientasi pelayanan?
a. Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan
Negara
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
c. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
d. Melakukan perbaikan tiada henti
4. Dalam memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat,
kedudukan masyarakat dalam konteks tersebut adalah sebagai
…
a. masyarakat sebagai wajib pajak
b. masyarakat sebagai pengawas kinerja pemerintah
c. masyarakat sebagai elemen adanya negara
d. masyarakat sebagai penerima layanan
5. Pengertian masyarakat dalam Undang-Undang Nomor
25/2009 tentang Pelayanan Publik adalah …
a. seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan
hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak
langsung
b. warga negara Indonesia sebagai orang-perseorangan,
kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan
48
sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung
c. seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan
hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik secara langsung
d. warga negara Indonesia sebagai orang-perseorangan,
kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan
sebagai penerima manfaat pelayanan publik secara
langsung
6. Beberapa perilaku pelayanan prima yang perlu dibudayakan
dalam organisasi antara lain sebagai berikut, kecuali …
a. Menyapa dan memberi salam
b. Ramah
c. Cepat dan terlihat sibuk
d. Berpenampilan rapih
7. Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima
ditunjukkan dengan upaya perbaikan secara berkelanjutan
melalui berbagai cara berikut ini, kecuali …
a. Pendidikan dan pelatihan
b. Standardisasi dan sertifikasi kompetensi pemberi layanan
c. Pengembangan ide kreatif
d. Kolaborasi dan benchmark
8. Seorang ASN diharapkan dapat diandalkan untuk memberikan
pelayanan prima yang dicontohkan dengan …
a. Melakukan pelayanan maksimal sesuai dengan tugas
fungsinya
49
b. Melakukan pelayanan maksimal untuk kepuasan
masyarakat meskipun dengan menyerobot tugas fungsi
rekan yang lain
c. Melakukan pelayanan maksimal jika diminta oleh
atasan/pimpinan
d. Melakukan pelayanan terbaik jika akan dilakukan evaluasi
eksternal
9. Memberikan layanan melebihi harapan customer ditunjukkan
dengan ...
a. meningkatkan mutu layanan dan tidak boleh berhenti
ketika kebutuhan customer sudah dapat terpenuhi
b. Selalu menanyakan dan melakukan survey kepuasan
masyarakat
c. Mencari tahu ekspektasi customer di masa yang akan
datang tentang layanan apa yang diharapkan
d. Menunggu perintah atasan terkait terobosan baru
10. Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah …
a. Menjadi dasar pembentukan peraturan internal tentang
kewajiban masuk kerja
b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya
kinerja terbaik
c. Menjadi pertimbangan pimpinan unit kerja dalam
menentukan rekanan dalam proyek strategis
d. Menjadi instrumen pengukuran kinerja ASN oleh
masyarakat
50
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi lagi Materi Pokok 2, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
51
BAB IV
PENUTUP
52
KUNCI JAWABAN
1. B 6. C
2. C 7. C
3. C 8. D
4. B 9. B
5. A 10. A
1. C 6. C
2. B 7. B
3. D 8. A
4. D 9. A
5. A 10. B
53
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ancok, D., Hendrojuwono, W., dan Hartanto, F. D. 2014. ”Mengapa Kita
Perlu Memberikan Pelayanan yang Baik‟. Makalah dipresentasikan
dalam Focus Group Discussion, LAN-RI, Jakarta, Juni.
Daft, Richard L., (2010) Diterjemahkan oleh Tita Maria Kanita. New Era of
Management. Era Baru Manajemen. Buku 1, Edisi 9. Jakarta:
Salemba Empat
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan
Kolaboratif. Yogyakarta: Gamapress.
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil “Komitmen Mutu”.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik”.
Yamit, Zulian. 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Cetakan kelima.
Yogyakarta: Ekonisia.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
54
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 91 Tahun 2021 tentang Pembinaan Inovasi
Pelayanan Publik.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara.
Web:
ASQ – Customer Satisfaction https://asq.org/quality-
resources/customer-satisfaction diakses pada 11 November
2021
Oxford Learner’s Dictionaries
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
definition/english/service_1?q=service diakses pada 20
Desember 2021
Oxford Learner’s Dictionaries
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
definition/english/public-service?q=public+service diakses pada
20 Desember 2021
55
56
i
57
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021
AKUNTABEL
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Ramah Handoko, S.Sn, M.Pd.
i
58
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
ii
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Adi Suryanto
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................................... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................. 1
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN ...................................................................... 2
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................................................. 3
E. SISTEMATIKA MODUL........................................................................................ 4
BAB II POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI.................................................. 6
A. Uraian Materi ........................................................................................................ 6
1. Potret Layanan Publik di Indonesia ......................................................... 6
2. Tantangan Layanan Publik ........................................................................ 10
3. Keutamaan Mental Melayani .................................................................... 11
B. Rangkuman ......................................................................................................... 14
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 14
BAB III KONSEP AKUNTABILITAS ............................................................................. 15
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 15
1. Pengertian Akuntabilitas ........................................................................................ 15
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas.................................................................................... 16
3. Pentingnya Akuntabilitas ....................................................................................... 20
4. Tingkatan Akuntabilitas.......................................................................................... 22
B. Rangkuman ......................................................................................................... 23
C. Soal Latihan .......................................................................................................... 24
BAB IV PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL ............................................................ 25
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 25
1. Akuntabilitas dan Integritas.................................................................................. 25
2. Integritas dan Anti Korupsi ................................................................................... 25
3. Mekanisme Akuntabilitas....................................................................................... 29
4. Konflik Kepentingan ................................................................................................. 35
5. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel .......................................................... 39
iv
6. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi ................................................................. 42
7. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN .......................................................... 44
B. Rangkuman ......................................................................................................... 45
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 46
BAB V AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN ........ 49
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 49
1. Transparansi dan Akses Informasi .................................................................... 49
2. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup ........................................................ 52
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara .......................................................... 56
4. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah .................... 57
5. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan............ 59
B. Rangkuman ......................................................................................................... 60
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 61
BAB VI PENUTUP............................................................................................................. 65
BAB VII KESIMPULAN .................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 67
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Tabel 1. Mata Diklat Akuntabel
Rasionalitas • Peserta diklat adalah golongan
II dan golongan III
• Peserta diklat dipersiapkan
masuk ke dalam sistem
pemerintahan di level
pelaksana atau fungsional
tertentu
• Membantu peserta untuk
menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah
akuntabilitas publik
• Modul ini dibuat untuk
menanamkan nilai-nilai
akuntabilitas yang akan
menjadi dasar
mengatualisasikan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.
Metode • Blended Learning
pembelajaran (self learning dan collaborative
learning)
• Micro learning
(overview video, video
pembelajaran, game)
• Studi kasus
• Praktik di lingkungan kerja
2
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kompetensi
Cakupan
Isi Modul yang ingin
Bahasan
dicapai
1. Potret Kemampuan • Potret Layanan
Pelayanan memahami Publik di
Publik Negeri kebutuhan Indonesia
Ini merubah pola • Tantangan
pikir menjadi ASN Layanan Publik
yang baik • Keutamaan
Mental
Melayani
3
jawab, efektif, dari seorang
dan efisien ASN?
• Kemampuan
menggunakan
Kewenangan
jabatannya
dengan
berintegritas
tinggi
4. Akuntabel Pemahaman atas • Transparansi
dalam ranah dan kasus dan akses
Konteks umum yang informasi
Organisasi terkait dengan • Praktek
Pemerintahan penerapan kecurangan
akuntabilitas dan perilaku
secara korup
menyeluruh • Penggunaan
dalam organisasi sumber daya
milik negara
• Penyimpanan
dan
penggunaan
data dan
informasi
pemerintah
• Membangun
budaya
antikorupsi di
Organisasi
Pemerintahan
E. SISTEMATIKA MODUL
Modul pelatihan disusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahulan
BAB II : Potret Pelayanan Publik Negeri Ini
BAB III : Konsep Akuntabilitas
BAB IV : Panduan Perilaku Akuntabel
BAB V : Akuntabel dalam Konteks Organisasi
Pemerintahan
4
BAB VI : Penutup
BAB VII : Kesimpulan
5
BAB II
POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI
A. Uraian Materi
1. Potret Layanan Publik di Indonesia
6
(Lanjutan)
7
(Lanjutan)
8
(Lanjutan)
9
memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu
layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini
sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima
layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak
sepakat, menjadi kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua
pihak selama puluhan tahun. Sehinga, di masyarakat muncul
peribahasa baru, sebuah sarkasme, ‘kalau bisa dipersulit, buat apa
dipermudah’. Terminologi ‘oknum’ sering dijadikan kambinghitam
dalam buruknya layanan publik, namun, definisi ‘oknum’ itu
seharunya bila hanya dilakukan oleh segelintir personil saja, bila
dilakukan oleh semua, berarti ada yang salah dengan layanan
publik di negeri ini.
10
menjadi masalah besar yang dipandang kecil oleh semua pihak.
Sikap permisif semua pihak terhadap seseorang yang membuang
satu puntung rokok atau bekas botol minum sembarangan seperti
tidak menghitung bila dilakukan oleh jutaan orang yang berarti
menghasilkan jutaan puntung rokok ataupun botol bekas
minuman.
Sejak diterbitkannya UU No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, dampaknya sudah mulai terasa di banyak
layanan. Perbaikan layanan tersebut tidak lepas dari upaya
lanjutan yang dilakukan pasca diterbitkannya aturan. Setidaknya,
aturan tersebut tidak lagi menjadi dokumen statis yang hanya bisa
diunduh dan dibaca ketika diperlukan untuk menulis. Ruang-ruang
layanan dasar seperti KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan
Kehilangan, Pembayaran listrik, air, dan PBB, hingga kebijakan
Zonasi Sekolah dan Keterbukaan Informasi ruang rawat di Rumah
Sakit sudah jauh lebih baik. Belum sempurna, tapi sudah berjalan
di arah yang benar. Hasil ini tidak lain merupakan hasil kerja dan
komitmen semua pihak, baik dari sisi penyelenggara pelayanan
dan masyarakat penerima layanan. Namun, komitmen ini bukan
juga hal yang statis. Perlu upaya keras semua pihak untuk
menjaganya bahkan tantangan untuk meningkatkannya.
Tantangan itu pun tidak statis, godaan dan mental/pola pikir
pihak-pihak yang dahulu menikmati keuntungan dari lemahnya
sektor pengawasan layanan selalu mencoba menarik kembali ke
arah berlawanan. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut
menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses menjaga dan
meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara
aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola
pikir dan mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan
komitment yang ekstra kuat. Sekali lagi, tantangan yang dihadapi
bukan hanya di lingkungan ASN sebagai pemberi layanan, namun
juga dari masyarakat penerima layanan.
11
penerima layanan. Employer Branding yang termaktub dalam
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani
Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan
publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi,
individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa
memberikan dampak serupa.
Kentjacaraningrat dan Mochtar Lubis memiliki pandangan
ciri-ciri sikap dan mental Bangsa Indonesia secara umum:
12
akan kembali ke kondisi di mana praktik Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme masih menjadi hal yang lumrah. Pengurusan KTP yang
menjadi hak paling dasar warga negara dipungli dengan
sewenang-wenang, keluarga yang ingin membuat Kartu Keluarga
dipersulit dengan harapan mendapatkan ‘uang pelicin’ untuk
mempermudah, musibah kehilangan barang atau dokumen yang
sudah membuat sedih masih harus dimintai dana seikhlasnya
ketika mengurus surat kehilangan, mereka yang ingin mencoba
mengurus surat izin secara mandiri kalah dengan mereka yang
memiliki kenalan ‘orang dalam’, keluarga tidak mampu yang
dengan susah payah mendapatkan surat keterangan tidak mampu
harus kalah oleh orang-orang mampu yang memalsukan surat
sejenis untuk menyekolahkan anaknya, dan lain sebagainya.
Semakin parah, ketika, mereka yang salah/tidak sesuai prosedur
merasa benar dan melaporkan balik pihak-pihak yang
menggunakan fasilitas pengaduan sehinga puncak dari kekacauan
itu adalah, mereka yang mencoba mencari keadilan dengan
melaporkan ketidaksesuaian prosedur tersebut justru yang
berurusan dengan hukum. Coba Kita renungkan, mari
berkontempelasi, apakah itu yang Kita inginkan?
Segala yang berkaitan dengan mental dan pola pikir kadang
sering dilemparkan ke pihak lain sebagai penyebab. Seorang
pegawai yang diminta untuk disiplin sering meminta atasannya
melakukannya lebih dulu. Seorang atasan pun akan menggunakan
metode yang sama ketika diminta untuk menjadi individu yang
taat aturan ke atasan di atasnya. Sehingga akhirnya, karena terlalu
sibuk dengan persyaratan dari orang lain, dirinya sendiri tidak
pernah berubah. Pada modul latihan ini, Anda diajak untuk
memulainya dari diri Anda. Aturan dan kode etik tertulis memang
penting, namun, komitment Anda sebagai ASN secara pribadi juga
menjadi hal yang tidak kalah penting. Terlebih, bila Anda
menyadari bahka semua gaji dan fasilitas yang Anda gunakan nanti
berasal dari Pajak yang dibayarkan Masyarakat negeri ini yang
menuntut dilayani dengan layanan yang terbaik. Mari mulai
menunjuk diri sendiri untuk memulai, dari hal-hal kecil di
keseharian, dan di mulai dari sekarang.
13
B. Rangkuman
a. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak
‘oknum’ untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang
memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya.
Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep
sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak
tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan,
dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
b. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut
berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan
kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan dan
payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment
yang ekstra kuat.
c. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik.
Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi,
individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa
memberikan dampak serupa.
C. Soal Latihan
a. Banyak perbaikan yang terjadi di layanan publik yang bisa
ditemukan di keseharian Anda, pilihlah salah satu kasus yang
pernah Anda alami, dan tulislah perubahan/perbaikan yang
terjadi dari kondisi sebelumnya.
b. Masih ada beberapa layanan publik yang belum berubah dari
versi buruknya, pilihlah salah satu layanan yang Anda ketahui
masih belum berubah tersebut, dan tuliskan harapan perubahan
yang Anda inginkan.
c. Lihatlah video unik pada tautan ini yang berakting terkait
sebuah layanan yang sudah berubah dari bentuk
selebelumnya:
https://www.instagram.com/reel/CX3Oa0rJoQ7/?utm_mediu
m=share_sheet dan tuliskan pendapat Anda.
14
BAB III
KONSEP AKUNTABILITAS
A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita
dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya
dengan berintegritas tinggi
15
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
• Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
(Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak
antara individu/kelompok/institusi dengan negara
dan masyarakat. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber
daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab
untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu,
dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah
hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah
pihak.
Contoh:
Bacalah tautan berikut:
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/09/
06202471/cerita-penghulu-yang-88-kali-
laporkan-gratifikasi-amplop-ke-kpk?page=all.
Penghulu dari Cimahi Tengah itu menyadari
bahwa dalam tugasnya, terdapat unsur hubungan
tanggung jawab antara dirinya dengan Lembaga
yang diawakilkan oleh Atasannya ketika
memberikan Surat Tugas, dan hubungan antara
dirinya dengan pengguna layanan, pasangan yang
akan menikah. Apabila dalam konteks moral, Pak
Budi Ali Hidayat terikat relasi baik-buruk dan
benar-salah, namun, dalam konteks Akuntabilitas,
Pak Budi terikat tanggung jawab menyelesaikan
tugas menikahkan pasangan yang menggunakan
layanannya. Apa yang dilakukan dengan
melaporkan gratifikasi kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi setelah Ia terpaksa
menerima ‘amplop’ dari Keluarga mempelai,
adalah sebuah integritas dalam memegang prinsip
aturan dan kode perilaku yang berlaku.
16
• Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability
is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Contoh:
Tontonlah video berikut:
Siapa yang Mengisi Bensin
https://youtu.be/sPbIj3PDVks
Pada sebuah penugasan, Saudara akan
mendapatkan Surat Tugas dengan perincian tugas
yang akan dilakukan, lokasi, waktu, anggaran dana,
sebagainya. Apa yang tertulis pada surat tersebut
adalah arahan yang diberikan lembaga melalui
atasan Saudara yang harus dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan. Apa yang dilakukan
Baharuddin Lopa adalah contoh Akuntabiltas dan
Integritas yang berorientasi pada hasil. Baginya,
alokasi bensin kendaraanya telah direncanakan
untuk dapat digunakan seluruh perjalannya,
sehingga, bila ada pihak lain yang memberikan
bantuan ‘bensin’, itu akan mengganggu
perencanaan tugasnya.
17
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan
yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk
institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah).
Contoh:
Masih senada dengan contoh sebelumnya terkait
Surat Tugas, membuat Laporan Pelaksanaan Tugas
(LTP) adalah bagian dari Akuntabiltas. LPT akan
terkait pertanggungjawaban:
a. Penggunaan waktu, termasuk di dalamnya
pertanggungjawaban waktu yang digunakan
menuju dan pulang dari lokasi yang
disebutkan dalam Surat Tugas, sehingga,
sejatinya, Pelaksana Tugas tidak bisa
menggunakan waktu tugasnya untuk
keperluan pribadi.
b. Penggunaan anggaran, termasuk di dalamnya
pertanggung jawaban penggunaan dana
terkait biaya operasional seperti konsumsi
rapat, sewa ruangan, dan sebagainya, dan juga
transportasi menuju dan dari lokasi
pelaksanan tugas, dan
c. Hasil pelaksanaan tugas, termasuk
dilaporakan bila ada kendala danrekomendasi
tindak lanjut.
18
Contoh:
Bacalah tautan Berita berikut ini
https://jateng.tribunnews.com/2021/08/04/75-
pns-kota-tegal-ketahuan-telat-ngantor-begini-
nasibnya?page=2
Akuntablitas memiliki dimensi konsekuensi, oleh
sebab itu, kebiasaan buruk ‘terlambat’ hadir di
tempat kerja pun demikian. Menepati waktu
bukan hanya dalam konteks mematuhi peraturan,
namun, ada unsur moral menghargai waktu orang
lain yang sudah merencanakan dan
mengalokasikan waktunya untuk tidak terlambat.
Apabila dalam sebuah kegiatan, terlambat dimulai
hanya karena menunggu mereka yang terlambat,
berarti ada usaha dan jerih payah mereka yang
tepat waktu menjadi terbuang sia-sia. Contoh lain,
bila Saudara pernah marah ketika mendapatkan
jadwal penerbangan yang tidak sesuai waktu
(delay), yang menyebabkan rencana kegiatan yang
Saudara sudah rencanakan akan dilaksanakan
dengan penerbangan yang tebat waktu pun tidak
dapat dilakuan, kira-kira seperti itu rasa mereka
yang menunggu orang-orang yang terlambat
dalam sebuah kegiatan. Dalam konteks
penerbangan ‘transit’, bahkan Saudara akan
mengalami kerugian kehilangan jadwal
penerbangan lanjutan yang terganggu karena
penerbangan pertama yang terlambat.
19
awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam
proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang
berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu
kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban
laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal,
akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma
yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi
kebiasaan (“how things are done around here”) dapat
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya
keberadaan PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca
oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS
yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber
daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam
kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan
masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas
untuk membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
(Bovens, 2007), yaitu:
• Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi);
• untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional);
• untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah
dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang
diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua
belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama,
akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang
bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas
interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang
20
menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam
memberi jawaban, respon, rectification, dan sebagainya).
Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan
kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat
dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut
jawaban (Mulgan 2003).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan
akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah
untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme
akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga.
Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para
pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah
lembaga pemilihan umum yang independen, komisi
pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
21
4. Tingkatan Akuntabilitas
22
memenuhi tanggung jawabnya. Pertanyaan penting
yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas
individu seorang PNS adalah apakah individu
mampu untuk mengatakan “Ini adalah tindakan yang
telah saya lakukan, dan ini adalah apa yang akan saya
lakukan untuk membuatnya menjadi lebih baik”.
• Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas
kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah
“Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka
pembagian kewenangan dan semangat kerjasama
yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting
dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
• AkuntabilitasOrganisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil
pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
• Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat
umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
B. Rangkuman
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan
dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal
berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas
berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
23
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens,
2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis
(peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan
yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
C. Soal Latihan
1. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, sering kita
dengan istilah kata responsibilitas dan akuntabilitas. Kedua
kata tersebut mempunyai arti dan makna yang berbeda. Apa
yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas
dilihat dari pengertiannya? Dan berikan pendapat anda
terkait konsep responsibiltas dan akuntabilitas tersebut?
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan
Tahun 2020 Ombudsman Republik Indonesia, menurut
Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks
Akuntabilitas?
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan
keluhan dari masyarakat terhadap kinerja pelayan publik.
Masyarakat merasakan kinerja yang lambat, berbelit-belit,
maupun tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan
publik ataupun birokrasi publik. Padahal sejatinya sebagai
abdi negara, birokrasi publik harus memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat, Menurut anda, seberapa
penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan dengan
fenomena tersebut? Jelaskan.
24
BAB IV
PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL
A. Uraian Materi
1. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang
diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari
sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang
kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan
bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik
akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu
sendiri, dan Transparansi. Bahkan, Ann Everett (2016),
yang berprofesi sebagai Professional Development Manager
at Forsyth Technical Community College mempuplikasikan
pendapatnya pada platform digital LinkedIn bahwa,
walaupun Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor yang
sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas
menjadi hal yang pertama harus dimiliki oleh seorang
pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti
oleh Akuntabilitas. Menurut Matsiliza (2013), pejabat
ataupun pegawai negara, memiliki kewajiban moral untuk
memberikan pelayanan dengan etika terbaik sebagai
bagian dari budaya etika dan panduan perilaku yang harus
dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang baik.
2. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam
pemberantasan korupsi. Secara harafiah, integritas bisa
diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.
Jika ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun
demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat,
integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran atau
ketidakmunafikan.
Dengan demikian, integritas yang konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic
sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan
bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas
tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta,
25
dan masyarakat pada umumnya. Siap untuk
mengaktualisasikan integritas dalam memberantas
korupsi? Mari kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan
integritas? Simaklah video pada tautan berikut:
26
kita teladani? Simaklah hingga tuntas video-video
berikut:
• Demi Sebuah Rahasia:
https://youtu.be/JtoFPfcv1To
• Bola dan Abang Becak: https://youtu.be/ks1LB-
HE6SY
• Siapa yang Mengisi Bensin:
https://youtu.be/sPbIj3PDVks
• Surat Tilang untuk Sultan:
https://youtu.be/iM9wo8-qV0c
27
Kita sendiri. Contoh dari apa yang dilakukan oleh
Penghulu Abdul Bakri dari KUA Klaten membuktikan
bahwa itu bisa dilakukan. Karena apapun yang Kita
lakukan, pro dan kontra itu tidak dapat dihindari, tapi,
setidaknya, Kita berada di pihak yang benar. Di lain
pihak, melakukan kebaikan, juga dapat menjadi
inspirasi bagi orang-orang di sekitar Kita. Berhentilah
menuntut pihak atasan untuk berintegritas lebih dulu,
jadikan diri kita contoh atau inspirasi bagi diri Kita
sendiri, orang-orang tercinta di sekitar Kita, untuk
anak-anak Kita. Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
tidak ada orang tiba-tiba menjadi berintegritas, butuh
peran lingkungan dalam membentuk pola pikir dan
prinsip memegang teguh prinsip kebenaran. Berkaitan
dengan menjadi inspirasi, menjadi teladan, berikut
adalah video tentang keteladanan yang dilakukan
orang-orang di lingkungan pendidikan, dari tingkat
siswa, orang tua, staf sekolah, guru, hingga pimpinan
tertinggi, kepala sekolah. Menjadi teladan adalah salah
satu bagian dari proses pemberantasan korupsi dari
pilar pendidikan, sehingga generasi muda belajar
secara tidak langsung (indirect learning) dari orang-
orang dewasa dan lingkungan di sekitarnya.
28
3. Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas
tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh
mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem
penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,
dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun
software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi).
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas
harus mengandung dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum
(accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
• Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan: apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi?
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah. Pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan
untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi
dan nepotisme.
• Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif
program lain yang memberikan hasil maksimal
dengan biaya minimal.
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan
yang diambil terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas.
29
a. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud
apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia,
alat akuntabilitas antara lain adalah:
• Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang
berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D),
dan Tahunan (Rencana Kerja
Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis
(Renstra) untuk setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
• Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil
(PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014
menerapkan adanya kontrak kerja pegawai.
Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun
ini merupakan kesepakatan antara pegawai
dengan atasan langsungnya. Kontrak atau
perjanjian kerja ini merupakan implementasi
dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46
Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru
Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Prestasi Kerja PNS.
• Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) yang berisi perencanaan dan
perjanjian kinerja pada tahun tertentu,
pengukuran dan analisis capaian kinerja,
serta akuntabilitas keuangan.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan
lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain
(lead by example), adanya komitmen yang tinggi
30
dalam melakukan pekerjaan sehingga
memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-
aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang
baik yaitu hambatan politis maupun
keterbatasan sumber daya, sehingga dengan
adanya saran dan penilaian yang adil dan
bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
• Mendorong komunikasi yang lebih besar
dan kerjasama antara kelompok internal
dan eksternal
• Memberikan perlindungan terhadap
pengaruh yang tidak seharusnya dan
korupsi dalam pengambilan keputusan
• Meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan
• Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
kepada pimpinan secara keseluruhan.
4. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu
kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku,
undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan
kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholders.
5. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas
perseorangan memberikan kewajiban bagi
setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas
perorangan dan responsibilitas institusi.
31
a) Responsibiltas Perseorangan
• Adanya pengakuan terhadap
tindakan yang telah diputuskan
dan tindakan yang telah
dilakukan
• Adanya pengakuan terhadap
etika dalam pengambilan
keputusan
• Adanya keterlibatan konstituen
yang tepat dalam keputusan
b) Responsibilitas Institusi
• Adanya perlindungan terhadap
publik dan sumber daya
• Adanya pertimbangan
kebaikan yang lebih besar
dalam pengambilan keputusan
• Adanya penempatan PNS dan
individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya
6. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari
akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan
harus dihindari karena dapat menghancurkan
kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak
optimal.
7. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain,
lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari
hal- hal yang tidak dapat dipercaya.
8. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
32
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja
harus dapat menggunakan kewenangannya
untuk meningkatkan kinerja. Adanya
peningkatan kerja juga memerlukan adanya
perubahan kewenangan sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan
dalam mewujudkan kinerja yang baik juga
harus disertai dengan keseimbangan kapasitas
sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
9. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen
untuk menciptakan dan mempertahankan
akuntabilitas. Agar individu atau kelompok
dalam melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan
demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan
kinerja baik individu maupun organisasi.
10. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan
yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki
konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan
kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya
komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
33
c. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam
Menciptakan Framework Akuntabilitas
34
• Melakukan implementasi dan memantau
kemajuan yang sudah dicapai. Hal tersebut
penting dilakukan untuk mengetahui hambatan
dari impelementasi kebijakan atau programyang
telah dilakukan.
• Memberikan laporan hasil secara lengkap,
mudah dipahami dan tepat waktu. Hal ini perlu
dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan
akuntabilitas dalam menyediakan dokumentasi
dengan komunikasi yang benar serta mudah
dipahami.
• Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan
masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat korektif.
4. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan
sewaktu seseorang pada posisi yang diberi kewenangan
dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan
atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga
orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan
pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan
ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan
tugasnya. Duncan Williamson mengartikan konflik
kepentingan sebagai “suatu situasi dalam mana
seseorang, seperti petugas publik, seorang pegawai, atau
seorang profesional, memiliki kepentingan privat atau
pribadi dengan mempengaruhi tujuan dan pelaksanaan
dari tugas-tugas kantornya atau organisasinya”.
35
Simak Video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=822SB0PgZSs
36
Tipe-tipe Konflik Kepentingan
Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan:
a. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur) untuk
keuntungan pribadi.
Contoh :
• Menggunakan peralatan lembaga/ unit/
divisi/ bagian untuk memproduksi barang
yang akan digunakan atau dijual secara
pribadi;
• menggunakan peralatan lembaga/ unit/
divisi/ bagian untuk memproduksi barang
yang akan digunakan atau dijual secara
pribadi;
• menerima hadiah atau pembayaran mencapai
sesuatu yang diinginkan;
• menerima dana untuk penyediaan informasi
pelatihan dan/atau catatan untuk suatu
kepentingan;
• menerima hadiah pemasok atau materi
promosi tanpa otoritas yang tepat
b. Non-Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk
membantu diri sendiri dan / atau orang lain.
Contoh:
• Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi
tanpa menggunakan koneksi, asosiasi atau
keterlibatan dengan calon
• Menyediakan layanan atau sumber daya
untuk klub, kelompok asosiasi atau organisasi
keagamaan tanpa biaya
• Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk
• memasarkan atau mempromosikan nilai-nilai
atau keyakinan pribadi
Bagaimana cara mengidentifikasi konflik
kepentingan
• Tugas publik dengan kepentingan pribadi
Apakah saya memiliki kepentingan pribadi
atau swasta yang mungkin bertentangan, atau
37
dianggap bertentangan dengan kewajiban
publik?
• Potensialitas
Mungkinkah ada manfaat bagi saya sekarang,
atau di masa depan, yang bisa meragukan
objektivitas saya?
Bagaimana keterlibatan saya dalam mengambil
keputusan / tindakan dilihat oleh orang lain?
• Proporsionalitas
Apakah keterlibatan saya dalam keputusan
tampak adil dan wajar dalam semua keadaan?
• Presence of Mind
Apa konsekuensi jika saya mengabaikan
konflik kepentingan? Bagaimana jika
keterlibatan saya dipertanyakan publik?
• Janji
Apakah saya membuat suatu janji atau
komitmen dalam kaitannya dengan
permasalahan? Apakah saya berdiri untuk
menang atau kalah dari tindakan/keputusan
yang diusulkan?
Konsekuensi Kepentingan Konflik
• Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan
stakeholders
• Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi
• Tindakan in-disipliner
• Pemutusan hubungan kerja
• Dapat dihukum baik perdata atau pidana
38
• ASN memahami bahwa konflik kepentingan
sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan, meliputi:
o Hubungan dengan orang-orang yang
berurusan dengan lembaga-lembaga yang
melampaui tingkat hubungan kerja
profesional;
o Menggunakan keuangan organisasi
dengan bunga secara pribadi atau yang
berurusan dengan kerabat seperti:
a. Memiliki saham atau kepentingan lain yang
dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau
bisnis secara langsung, atau sebagai anggota
dari perusahaan lain atau kemitraan, atau
melalui kepercayaan;
b. memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran
sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar
atau tidak; dan
c. menerima hadiah atau manfaat.
• Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada
pimpinan secara tertulis, untuk mendapatkan
bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola
situasi secara tepat;
• ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
39
Simaklah video pada tautan berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=w5qojU5vWp8&fe
ature=youtu.be
40
Tindak Pidana Korupsi, Anda punya waktu hingga 30 hari
sejak menerimanya. Namun dalam konteks pola pikir,
gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk,
yang tidak terpikirkan, oleh Kita sebagai pemberi atau
penerima. Coba Kita simak cerita dari seorang Ibu
berikut ini:
41
Bu Ani tidak langsung pergi pulang, melainkan mencoba
mencari tahu, apa yang terjadi terhadap anaknya.
Seperti disamber petir, Bu Ani menyaksikan, ternyata
Wati tidak bergabung dengan siswa yang terlambat di
depan gerbang sekolah, Pak SATPAM memberikan izin
kepada Wati untuk masuk ke sekolah walau sudah
terlambat.
Ternyata, SATPAM yang memberikan izin kepada Wati
untuk masuk ke dalam sekolah adalah SATPAM yang
selama ini membantu Wati keluar dari mobil atau turun
dari motor ketika diantar Bu Ani sejak kelas 1 SD.
Selama itu Bu Ani memberikan sekedar uang terima
kasih, 1000, 2000 atau 5000 rupiah kepadanya. Tak
disangka, karena “gratifikasi” itu, ada perubahan pola
pikir yang terjadi pada SATPAM dan Wati anaknya.
Tergiang bagaimana Wati menjawab pertanyaannya,
“Kenapa Kamu jadi suka terlambat sekarang, Nak?”,
“Kan ada Ibu yang akan bayar Pak SATPAM…”
42
menggunakan SE Kemenpan-RB Nomor 20 Tahun 2021
tentang Implementasi Core Values dan Employer
Branding Aparatur Sipil Negara, adalah membuat rambu-
rambu bagi semua unsur ASN untuk mengetahui hal yang
dapat dan tidak dapat dilakukan. Tapi, faktor individu
dalam menyikapi hal yang baik dan buruk adalah domain
moral yang seharusnya dipegang sebagai prinsip hidup
(Shafritz et al., 2011). Terkait dengan pola pikir
antikorupsi, informasi terkait Dampak Masif dan Dan
Biaya Sosial Korupsi bisa menjadi referensi bagi Kita
untuk melakukan kontempelasi dalam menentukan
sikap untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan
pemberantasan korupsi negeri ini.
Impian kita semua untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan, yaitu Indonesia yang adil, makmur, dan
sejahtera tidak akan terwujud selama masih ada praktek-
praktek korupsi di negeri ini. Ya, korupsi menggerogoti
potensi yang seharusnya bisa dipergunakan untuk
memakmurkan negeri ini. Koruptor yang memakan
nangka, rakyat kebagian getahnya. Anekdot itu rasanya
tepat untuk menggambarkan kenyataan bahwa rakyat
harus menanggung beban biaya sosial yang ditimbulkan
oleh kejahatan para koruptor. Betulkah bahwa korupsi
merupakan biang keladinya?
43
banyak diterabas oleh banyak orang, mulai
memperbaikinya, dan dilakukan mulai dari saat ini. Hal
salah yang banyak dilakukan oleh banyak orang tidak
menjadikan hal tersebut menjadi benar, sebaliknya, hal
benar tidak pernah dilakukan oleh banyak orang tidak
menjadikan hal benar itu menjadi salah. Tidak ada
seorang koruptor pun yang tiba-tiba ingin korupsi,
semua sudah dibiasakan dan dicontohkan sejak mereka
kecil, di keluarga, lingkungan, dan bahkan di lingkungan
kerja. Begitu pula sebaliknya, tidak ada satu pun Tokoh-
tokoh Bangsa yang Kita pelajari pola pikir
berintegritasnya di atas yang tiba-tiba menjadi
berintegritas, semua sudah dibiasakan sejak kecil, di
keluarga dan lingkungannya. Sebagai ASN, Anda tidak
punya pilihan untuk memegang teguh aturan dan prinsip
moral yang menjadi landasan negeri ini dalam konteks
bertanggung jawab kepada masyarakat.
44
• ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan
tepat waktu, memberikan masukan informasi dan
kebijakan.
B. Rangkuman
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh
banyak ahli administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat
mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan
publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran
adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan
publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas
tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda-
beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk
perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme
akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan
(CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor
pegawai menggunakan komputer atau website yang
dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun
lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2)
transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7)
keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk
memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan
Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi
dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan
integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas
dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir
dan budaya antikorupsi.
45
C. Soal Latihan
1. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas
Proses, Akuntabilitas Program, serta Akuntabilitas Kebijakan.
Ada Studi Kasus Seperti Berikut :
Pemerintah Pusat maupun daerah sudah memulai
program pengadaan barang dan jasa dengan mekanisme
secara elektronik yang disebut e-procurement. Tujuannya
adalah pertama, agar tidak ada main mata antara pengada
proyek dan pihak yang mengadakan proyek
(Meminimalisir Kasus KKN). Kedua, agar pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan dengan
cepat dan teratur
46
Berdasarkan video yang Anda yang Anda simak, isilah
tabel berikut:
47
6 Apakah menurut Anda
apa yang dilaukan
oleh Pejabat Lelang
sudah benar? Jelaskan
kenapa?
7 Selain Pemenang
Lelang dan Pejabat
Lelang, siapa lagi yang
bisa berperan agak
kasus itu tidak terjadi?
48
BAB V
AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI
PEMERINTAHAN
A. Uraian Materi
1. Transparansi dan Akses Informasi
Keterbukaan informasi telah dijadikan standar normatif
untuk mengukur legitimasi sebuah pemerintahan. Dalam payung
besar demokrasi, pemerintah senantiasa harus terbuka kepada
rakyatnya sebagai bentuk legitimasi (secara substantif).
Partisipasi ini dapat berupa pemberian dukungan atau penolakan
terhadap kebijakan yang diambil pemerintah ataupun evaluasi
terhadap suatu kebijakan.
Ketersediaan informasi publik ini nampaknya telah
memberikan pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan
urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan
dengan isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola
keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(selanjutnya disingkat: KIP). Konteks lahirnya UU ini secara
substansial adalah memberikan jaminan konstitusional agar
praktik demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses
pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu
pada partisipasi masyarakat maupun akuntabilitas lembaga
penyelenggara kebutuhan publik.
Seperti bunyi Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 tercantum
beberapa tujuan, sebagai berikut: (1) Menjamin hak warga negara
untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program
kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta
alasan pengambilan suatu keputusan publik; (2) Mendorong
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik; (3) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang
baik; (4) Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu
yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat
dipertanggungjawabkan; (5) Mengetahui alasan kebijakan publik
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak; (6)
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan/atau (7) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan
49
informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan
informasi.
Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan
informasi publik1 dari semua Badan Publik. Informasi publik disini
adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan
Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan
Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2). Informasi publik terbagi
dalam 2 kategori:
• Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
• nformasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu
dirahasiakan). Pengecualiannya tidak boleh bersifat
permanen. Ukuran untuk menjadikan suatu informasi publik
dikecualikan atau bersifat rahasia adalah: (i) Undang-
undang; (ii) kepatutan; dan (iii) kepentingan umum.
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1Ayat
3).
Keterbukaan informasi - memungkinkan adanya
ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar pada beberapa
prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh
negara dunia) adalah:
• Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada
prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses
masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan hanya
karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan publik. Pengecualian itu juga harus bersifat
terbatas, dalam arti : (i) hanya informasi tertentu yang
dibatasi; dan (ii) pembatasan itu tidakberlakupermanen.
• Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan
50
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang.
Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa
mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk apa
informasi tersebut diperlukan. Seorang pengacara publik
tidak perlu menjelaskan secara detail untuk apa ia
membutuhkan informasi tentang suatu putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap. Prinsip ini penting
untuk menghindari munculnya penilaian subjektif pejabat
publik ketika memutuskan permintaan informasi tersebut.
Pejabat publik bisa saja khawatir informasi itu
disalahgunakan. Argumentasi ini sebenarnya kurang kuat,
karena penyalahgunaan informasi tetap bisa dipidanakan.
• Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya
guna suatu informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu.
Seorang wartawan misalnya, terikat pada deadline saat ia
meminta informasi yang berkaitan dengan berita yangsedang
dia tulis. Dalam kasus lain, seorang penggiat hak asasimanusia
membutuhkan informasi yang cepat, murah, dan sederhana
dalam aktivitasnya. Informasi bisa jadi tidak berguna jika
diperoleh dalam jangka waktu yang lama, karena bisa
tertutup oleh informasi yang lebih baru. Selain itu,
mekanisme penyelesaian sengketa informasi juga harus
sederhana.
• Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah
informasi yang utuh dan benar. Jika informasi tersebut tidak
benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan pemohon.
Dalam aktivitas pasar modal biasanya ada ketentuan yang
melarang pemberian informasi yang tidak benar dan
menyesatkan (misleading information). Seorang advokat
atau akuntan publik biasanya mencantumkan klausul
disclaimer. Pendapat hukum dan pendapat akuntan dianggap
benar berdasarkan dokumen yang diberikan oleh pengguna
jasa.
• Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis
informasi tertentu yang penting diketahui publik. Misalnya,
informasi tentang bahaya atau bencana alam wajib
disampaikan secara proaktif oleh Badan Publik tanpa perlu
ditanyakan oleh masyarakat.
• Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
51
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang
beriktikad baik harus dilindungi. Pejabat publik yang
memberikan informasi kepada masyarakat harus dilindungi
jika pemberian informasi dilandasi itikad baik. Misalnya,
pejabat yang memberikan bocoran dan dokumen tentang
praktik korupsi di instansinya.
52
dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokratuntuk
menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik. Buruknya
sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi publik
dalam penyelenggaraan pelayanan sebagai inti dari administrasi
publik. Diskresi administrasi menjadi starting point bagi masalah
moral atau etika dalam dunia administrasi publik Rohr (1989: 60
dalam Keban 2008: 166). Sayangnya etika pelayanan publik di
Indonesia belum begitu diperhatikan. Buruknya etika para
aparatur pemerintah Indonesia dapat terlihat dari masih
banyaknya keluhan oleh masyarakat. Laporan Ombudsman Tahun
2020 terkait kasus dugaan maladministrasi mengilustrasikan hal
tersebut.
53
tubuh birokrasi Indonesia yang berkaitan dengan etika para
pelaksananya yaitu aparat pemerintah.
Walaupun data dugaan Penyalahgunaan Wewenang hanya
3.36% dari total keseluruhan laporan, namun, ketiga aspek teratas
juga merupakan bagian dari penyalahgunaan wewenang yang
dimiliki oleh personil pemberi layanan. Penyalahgunaan
wewenang akan berdampak pada praktek kecurangan (fraud). The
Institute of Internal Auditor (“IIA”), mendefinisikan fraud sebagai
“Anarray of irregularities and illegal actscharacterized by
intentional deception”: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan
dan melanggar hukum yang ditandai dengan adanya unsur
kecurangan yang disengaja. International Standards of Auditing
seksi 240 – The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud in an
Audit of Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud
sebagai “...tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen
perusahaan, pihak yang berperan dalam governance perusahaan,
karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau
penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau
illegal”.
Cakupan (tipologi) dari fraud sangat luas. Association of
Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di Amerika Serikat menyusun
peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan
ranting. Tiga cabang utama dari fraud tree adalah: (1) kecurangan
tindak pidana korupsi, (2) kecurangan penggelapan asset
(assetmisappropriation), dan (3) kecurangan dalam laporan
keuangan (fraudulent statement).
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang dapat
terjadi secara bersamaan, yaitu:
• Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. Beberapa
contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan
pribadi. Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang
berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak
realistis.
• Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Hal ini terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para
pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya
bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang
memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.
Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana
54
pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan
kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima
sanksi atas tindakan fraud tersebut.
• Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Hal ini terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para
pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya
bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang
memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.
Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana
pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan
kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima
sanksi atas tindakan fraud tersebut.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur
organisasi yang anti kecurangan dapat mendukung secara efektif
penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang
saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu : 1) Komitmen
dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi
Pegawai; 4)Pelatihan nilai- nilai organisasi atau entitas dan
standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan Saluran Komunikasi
yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Seluruh PNS dapat turut serta mengembangkan lingkungan
kerja yang positif untuk membantu pembentukan suatu etika dan
aturan perilaku internal organisasi. Setiap orang dapat
memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan
pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang
berlaku dalam organisasi; berperilaku yang sesuai dengan code of
conduct; memberikan masukan kepada pimpinan sebelum
mengambil keputusan penting atau yang berhubungan dengan
masalah hukum dan implementasinya terhadap pelaksanaan
sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang
curang dan koruptif (Fraudulent and Corrupt Behaviour):
• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan
kerugian keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang
atau institusinya;
55
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan
kewenangan mereka untuk keuntungan pribadinya;
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan
mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas
yang berlaku di sektor publik.
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Untuk kelancaran aktivitas pekerjaan, hampir semua
instansi pemerintah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti
telepon, komputer, internet dan sebagainya. Tidak hanya itu,
bahkan semua instansi pemerintah memiliki aset-aset lain, seperti
rumah dinas, mobil dan kendaraan dinas lainnya. Kesemuanya itu
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam melayani
publik. Oleh karena itu disebut sebagai fasilitas publik.
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan
pribadi, sebagai contoh motor atau mobil dinas yang tidak boleh
digunakan kepentingan pribadi. Hal-hal tersebut biasanya sudah
diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan prosedur yang
dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan
bahwa:
• Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang
berlaku
• Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan
efisien
• Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
Namun, kadang permasalahannya tidak selalu “hitam dan
putih”. Mari kita ambil contoh kasus.
Contoh Kasus
Seorang PNS mendapat fasilitas mobil dinas. Suatu malam,
anaknya yang balita tiba-tiba panas tinggi, bolehkan dia
menggunakan mobil dinasnya untuk membawa sang anak ke
Rumah Sakit? Bagaimana jika kelurga tetangga yang sakit
meminjam mobil dinas tersebut untuk pergi berobat? Dalam
banyak kasus, penggunaan fasilitas publik sering terkait
dengan masalah etika. Dalam penggunaan fasilitas publik,
pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu dalam
pengambilan keputusan:
• Apakah penggunaan fasilitas tertentu dapat
merugikan instansi dan negara?
56
• Apakah penggunaan fasilitas tertentu merugikan
reputasi pribadi Anda dan juga yang lain?
• Apakah penggunaan fasilitas menguntung diri
pribadi semata?
4. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu
organisasi akuntabel karena adanya kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan
data pemerintah lainnya.
Informasi ini dapat berupa data maupun
penyampaian/penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa
yang sedang dikerjakan, dan apa yang akan dilakukan. Jadi,
akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau
aparatur dapat menjelaskan semua aktifitasnya dengan
memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa yang
telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan
dilaksanakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan
distribusi dari data dan informasi yang telah dikumpulkan
tersebut, sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk
mendapatkan informasi tersebut.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta
dilaporkan tersebut harus relevant (relevan), reliable (dapat
dipercaya), understandable (dapat dimengerti), serta comparable
(dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat
menunjukkan akuntabilitas publik. Untuk lebih jelasnya, data dan
informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai dengan
prinsip sebagai berikut:
• Relevant information diartikan sebagai data dan
informasi yang disediakan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kondisi sebelumnya (past), saat ini
(present) dan yang akan datang (future).
• Reliable information diartikan sebagai informasi
tersebut dapat dipercaya atau tidak bias.
• Understandable information diartikan sebagai
informasi yang disajikan dengan cara yang mudah
dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang
awam sekalipun.
• Comparable information diartikan sebagai informasi
yang diberikan dapat digunakan oleh pengguna
57
untuk dibandingkan dengan institusi lain yang
sejenis.
58
5. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan
59
Dengan integritas yang tinggi, dimensi aturan akan dapat dilihat
dengan lurus dan jelas. Tanpa integritas, aturan hanya akan
dipandang sebatas dokumen dan berpotensi dipersepsikan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi.
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi
pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/tata-kelola-
pemerintahan/infografis/tahap-tahap-dalam-penanganan-
konflik-kepentingan.
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan,
dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani
Konflik Kepentingan.
Penyusunan Kode Etik, Dukungan Lembaga, dan Sangsi bagi
pelaku pelanggaran adalah beberapa hal yang sangat penting
untuk dapat menjadi perhatian. Namun, memegang teguh prinsip
moral, integritas, adalah kunci utama dari terlaksananya sistem
yang disiapkan. Dari beberapa kasus yang dapat diakses pada U4
Expert Answer (diakses: 8 Oktober 2021), Akuntabilitas Pimpinan
Lembaga juga menjadi hal penting untuk menjadi pegangan tindak
dan perilaku pegawai di lingkungan lembaga atau institusi. Namun,
untuk menjadi teladan atau inspirasi, Anda tidak perlu menunggu
untuk menjadi pimpinan terlebih dahulu. Ingat, tidak ada satu pun
Tokoh-Tokoh Bangsa yang berintegritas yang tiba-tiba memiliki
integritas yang tinggi, semua perlu dikomitmenkan, dilatih,
dibiasakan, dan dicontohkan.
B. Rangkuman
• Ketersediaan informasi publik telah memberikan
pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan urusan
publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang
berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan
transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik,
dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP).
• Aparat pemerintah dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
60
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi
etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah
suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
• Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan
pribadi) dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau
orang lain).
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi
pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik
Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk
Menangani Konflik Kepentingan.
C. Soal Latihan
1. Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana
tugas publik dan kepentingan pribadi bertentangan. Ada
dua jenis umum Konflik Kepentingan yaitu Keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan
pribadi) dan Non-Keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang
lain). Ada contoh studi kasus seperti berikut: Bahwa ada
seseorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk
satu pemenang tender proyek pengadaan barang dan jasa
publik tanpa melalui proses yang akuntabel dan
transparan (terindikasi ada permainan atau kongkalikong
antara pemberi dan penerima proyek). Dilihat dari jenis
umum konflik kepentingan, temasuk jenis konflik
kepentingan apakah studi kasus tersebut? Jelaskan.
61
2. Pelajari tulisan berikut:
62
hanya ditemukan sembilan kotak untuk sembilan orang
petugas jaga pagi.
63
akan terjerat dalam
kasus korupsi?
64
BAB VI
PENUTUP
65
BAB VII
KESIMPULAN
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Aulich, C., Batainah, H., and Wettenhall, R. (2010). Autonomy and Control
in Australian Agencies: Data and Preliminary Findings from a Cross-
National Empirical Study, Australian Journal of Public Administration,
69(2), 214-228.
Bovens, M. 2007. Analysing and Assessing Accountability: A Conceptual
Framework’ European Law Journal, Vol. 13(4), pp. 447–468.
Jay M. Shafritz, E. W. Russell, Christopher P. Borick, Albert C. Hyde
(2011). Introducing Public Administration - 7th edition. Longman, Inc.
Maccarthaigh, Muiris & Boyle, Richard. 2014. Civil Service Accountability:
Challenge And Change. An Foras Riarachá in Institute Of Public
Administration
Connors, Roger., Smith, Tom., & Hickman, Craig, 1994, The OZ Principle
Getting Result Through Individual and Organizational Accountability,
Unites States : Prentice Hall Press
Ferrell, Fraedrich, & Ferrell, 2011, Business Ethics Ethical Decision
Making and Cases, United States of America: South-Western Cengage
Learning
Maccarthaigh, Muiris, & Boyle, Richard, 2014, Civil Service Accountability:
Challenge and Change, Institute of Public Administration
Matsiliza, N. S. (2013). Creating a new ethical culture in the South African
local government, The Journal of African & Asian Local Government
Studies, 1(2)
Miller, Brian Cole, 2006, Keeping Employees Accountable For Results
Quick Tips For Busy Managers, New York: American Management
Association
Noluthando Matsiliza and Nyaniso Zonke (2017). Accountability and
integrity as unique column of good governance. Public and Municipal
Finance, 6(1), 75-82. doi:10.21511/pmf.06(1).2017.08
Odugbemi, Sina., & Lee, Taeku, 2011, Accountability Through Public
Opinion From Inerta To Publik Action, Washington DC: The World Bank
67
Public Sector Commision, 2011, A Guide to Accountable and Ethical
Decision Making in the WA Public Sector, Australia: Government of
Western Australia
2. Artikel
https://www.linkedin.com/pulse/accountability-vs-integrity-ann-m-
everett-msm-phr. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2021.
68
1
69
70
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021
KOMPETEN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Dr. Ahmad Jalis, MA.
71
KATA PENGANTAR
Adi Suryanto
ii
DAFTAR ISI
iii
A. Berkinerja dan BerAkhlak ................................................................ 32
B. Learn, Unlearn, dan Relearn............................................................. 33
C. Meningkatkan Kompetensi Diri ....................................................... 37
D. Membantu Orang Lain Belajar ......................................................... 43
E. Melaksanakan tugas terbaik ............................................................ 46
F. Ringkasan .......................................................................................... 52
G. Evaluasi .............................................................................................. 54
BAB V PENUTUP........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
1
Sifat dan kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan instansi
pemerintah yang responsif dan efektif.
2
Kebijakan Pembangunan Aparatur, Pengembangan Kompetensi,
dan Perilaku Kompeten.
3
dengan karakteristik SMART ASN yang akan diuraikan lebih
lanjut dalam modul ini.
3.Pengembangan Kompetensi menguraikan tentang kebijakan
pengembangan ASN, program dan pendekatan pengembangan
ASN. Dengan uraian materi ini diharapkan setiap peserta latsar
CPNS memahami tentang arah kebijakan pengembangan yang
berlaku di linkungan ASN, termasuk program serta pendekatan
pengembangan ASN. Dengan demikian setiap ASN diharapkan
secara aktif dapat memutakhirkan kemampuannya dalam
rangka pelaksanaan tugas pekerjaannya.
4. Dalam uraian Perilaku Kompeten akan dijelaskan tentang aspek-
aspek profesonalitas ASN, termasuk pengamalan nilai
kompeten sebagai bagian ciri penting dalam konteks
profesionalisme ASN. Aspek-aspek lain yang dijelaskan dalam
materi ini, yaitu perilaku kompeten sebagai perwujudan nilai
kompeten ASN. Dengan pemahaman materi ini diharapkan
menumbuhkan kebiasaan perilaku dan inisiatif belajar, berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam mewujudkan semangat
bekerja terbaik dari setiap peserta latsar CPNS.
B. Tujuan Pembelajaran
4
Demikian halnya dengan semangat kompeten, setiap asn
memiliki karakter yang adaptif sejalan dengan dinamika
lingkungannya. Berharap semakin meneguhkan peserta latsar
cpns dalam menginisiasi perilaku penguatan kompetensinya,
sehingga asn tetap mutakhir dan kompetitif.
5
9. menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan kompeten
secara tepat.
C. Metodologi Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran
6
2. Peserta mengerjakan latihan soal dan tugas mandiri sesuai
dengan perintah pada masing-masing bab (Bab II – Bab VI);
3. Berdiskusi dipandu fasilitator dalam kelas (daring/luring)
mengenai pemahaman peserta terkait materi pada Bab II
sampai dengan Bab VI;
4. Berdiskusi kelompok diarahkan Fasilitator terkait studi
kasus/pembahasan isu nilai Kompeten yang disiapkan
fasilitator;
5. Peserta membuat Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai
Kompeten diakhir pembelajaran yang diserahkan kepada
fasilitator untuk direview; dan
6. Pada akhir pembelajaran, Peserta memaparkan rencana tindak
lanjut mewujudkan nilai Kompeten dan fasilitator mencatat
feedback dan harapan peserta terkait materi pembelajaran.
E. Sistimatika Modul
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini b er is i deskripsi singkat mata pelajaran,tujuan
pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan
sistematika modul pembelajaran.
BAB II TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Bab ini memuat uraian tentang Dunia Vuca, Disrupsi
Teknologi Informasi, Kebijakan Pembangunan
Apartur, Tugas Kelompok tentang Implikasi
Lingkungan Strategis pada Tuntutan Karakter dan
Kompetensi ASN, Ringkasan dan Evaluasi.
BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
Bab ini menguraikan Sistem Merit, Pembangunan
7
Aparatur 2020-2024, Karakter ASN, Tugas Individu
Mereview Program Pengembangan Kompetensi
Instasni Dalam Kerangka SMART ASN, dan Ringkasan
dan Evaluasi.
BAB IV PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Bab ini memuat Konsepsi Kompetensi, Hak
Pengembangan Kompetensi, Pendekatan
Pengembangan Kompetensi, Tugas Individu
Mengidentifikasi Pendekatan Pengembangan
Instansi Masing-Masing, Ringkasan dan Evaluasi.
Bab V PERILAKU KOMPETEN
Bab ini menguraikan Berkinerja Yang BerAkhlak,
Meningkatkan Kompetensi Diri, Memebantu Orang
Lain Belajar, Melaksanakan Tugas Terbaik, Tugas
Kelompok Merumuskan Upaya Mewujudkan
Perilaku Kompeten Secara Nyata, Ringkasan dan
Evaluasi.
Bab VI PENUTUP
Bab ini menjelaskan pokok-pokok materi dan tindak
lanjut setelah mempelajari modul ASN Kompeten.
8
BAB II
TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Dunia VUCA
1
Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya
penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
Merujuk pada tren keahlian tahun 2025 (The Future of Jobs Report
2020, World Economic Forum) meliputi: Analytical thinking dan
innovation. Active learning and learning strategies, Complex
problem-solving, Critical thinking and analysis, Creativity,
originality and initiative, Leadership and social influence,
Technology use, monitoring and control, Technology design and
programming, Resilience, stress tolerance and flexibility, Reasoning,
problem-solving and ideation, Emotional intelligence,
Troubleshooting and user experience, Service orientation, Systems
analysis and evaluation, Persuasion and negotiation.
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren
keahlian baru di atas, perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang
relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan aparatur.
Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN
yang lebih dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang
lebih adaptif dan mudah diakses secara lebih luas oleh seluruh
elemen ASN.
B. Disrupsi Teknologi
2
lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan banyak pihak dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas organisasi.
Grafik 2.1
Perbandingan Kemajuan Teknologi dan Produktivas
Organisasi
3
Dalam konteks ini, akuisisi sejumlah kompetensi dalam
standar kompetensi ASN diperlukan, yang memungkinkan
tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang adaptif terhadap
dinamika lingkungannya. Menserasikan standar kompetensi
jabatan dan model pengembangan, dengan pendekatan
pengambangan yang lebih variatif dan individual (seperti dari
klasikal kepada non klasikal), sesuai kebutuhan kesenjangan
kompetensi masing-masing pegawai, selayaknya lebih
diintensifkan.
4
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada setiap warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Tentu saja untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, antara
lain, perlu didukung profesionalisme ASN, dengan tatanan nilai
yang mendukungnya. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN
branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar
operasional BerAkhlak meliputi:
5
aspek VUCA dan disrupsi teknologi, implikasi aspek Pembangunan
Nasional juga dapat mempengaruhi kebutuhan kualifikasi dan
kompetensi selayaknya juga perlu dikaitkan. Untuk mewujudkan
skema orientasi pembangunan membutuhkan profil generik
kompetensi yang berlaku bagi setiap elemen ASN.
Demikian halnya dengan berlakunya tatanan nilai
operasional ASN BerAkhlak, sebagaimana dijelaskan di atas, sesuai
dengan ketentuan PermepanRB tersebut, setiap ASN perlu
berperilaku untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai
berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab
tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
6
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepadaNegara
Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.
7
D. Ringkasan
8
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan
yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.
E. Evaluasi
9
2. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi
itu sendiri (B – S).
10
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan
yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
b. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.
11
BAB III
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
A. Merit Sistem
12
pemetaan/asesmen dan pengembangan pegawai sesuai hasil
pemetaan tersebut.
13
Salah satu tantangan yag dihadapi, diantaranya, terkait
dengan profil pendidikan ASN relatif masih rendah. Sebagaimana
Gambar 2.2 Tentang Profil PNS, pegawai yang berlatar belakang
pendidikan SMA ke bawah masih cukup besar (30,22%). Keadaan
ini tentu saja kurang mendukung wujudnya birokrasi berkelas
Dunia, yang dicirikan organisasi dengan tingkat efesiensi,
kecepatan, inovasi, dan keluwesan bergerak cepat serta
kompetitif.
Gambar 2.2 Profil PNS
14
Gambar 2.3 Keahlian Masa Depan.
15
C. Karakter ASN
16
optimal dan efesien. Sistem ini menggambarkan perubahan dari
cara interaksi kerja yang berjenjang, ke suatu interaksi kerja tim,
berlatar belakang keragaman keahlian/profesi (cross functions),
dengan koordinator tim yang dinamis, yang dapat berubah
menyesuaikan tuntutan sektor kerja dan kinerja tim.
D. Ringkasan
E. Evaluasi
18
BAB IV
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
A. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi
• Biru=Pengetahuan
• Merah= Keterampilan
• Kuning=Sikap
19
Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN,
kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan
(Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional
dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
20
Gambar 4.2
Sumber:
Modul Bimbingan Teknis Analisis Kebutuhan dan Evaluasi Diklat, Pusbang ASN BKN, 2019.
21
2. Pelatihan teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
standar kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
3. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dapat dilakukan
secara berjenjang
4. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis ditetapkan
oleh instansi teknis yang bersangkutan.
5. Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
terakreditasi.
6. Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing- masing
instansi teknis dengan mengacu pada pedoman akreditasi yang
ditetapkan oleh LAN.
22
Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah
Dengan Perjanjian Kerja (PPPK), berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai
berikut:
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung
pelaksanaan tugas, PPPK diberikan kesempatan untuk
pengayaan pengetahuan.
2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di
ikutsertakan dalam pengembangan kompetensi
3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan pengembangan kompetensi pada Instansi
Pemerintah.
4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan
kompetensi, prioritas diberikan dengan memper-hatikan hasil
penilaian kinerja pppK yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pasal 40 diatur lebih lanjut yaitu:
1. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama
24 (dua puluh empat) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa
perjanjian kerja.
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi
PPPK yang melaksanakan tugas sebagai JPT Utama tertentu dan
JPT Madya tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan
kompetensi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Lembaga
Administrasi Negara.
23
ASN. Pengembangan dapat dilakukan dengan pendekatan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan
sosial kultural.
24
atau focus group discussion (FGD). Selanjutnya dari hasil pemetaan
tersebut dapat diidentifikasi metode pengembangan yang sesuai
dengan kesenjangan atau gap/kebutuhan masing-masing pegawai,
baik klasikal maupun non klasikal.
Akses pengembangan kompetensi secara luas dapat
memanfaatkan kemudahan teknologi dalam pelaksanaanya. Akses
pengembangan baik melalui e-learning dan instrumen lainnya,
yang memungkinkan pelatihan dapat dilakukan secara efesien dan
menjangkau ASN, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan
kompetensi tersebut diperlukan, sesuai dengan hak
pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.
25
perubahan yang lebih baik; 6) Memperbaiki komunikasi dan
hubungan antara atasan-bawahan; 7) Mengimplementasikan
keterampilan yang lebih baik; dan 8) Menumbuhkan budaya kerja
yang lebih terbuka dan produktif.
26
Tabel 4.1 Box Talenta ASN
27
Tabel 4.2 Rekomendasi Pengembangan Talenta ASN
D. Ringkasan
28
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial,dan
sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
E. Evaluasi
29
1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting
berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan peranan jabatan (B – S).
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan
prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan (B – S).
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan digital dan
non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan
social kultural
(B – S).
4. Salah satu kebijkan yang penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)
30
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) (B – S).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan pemetaan
pegawai dalam nine box tersebut
(B – S).
31
BAB V
PERILAKU KOMPETEN
32
penentuan tindak lanjut penilaian kinerja yang tepat.
33
dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini telah
diingatkan seorang pakar masa depan, Alfin Toffler (1971),
menandaskan bahwa: “The illiterate of the 21st century will not be
those who cannot read and write, but those cannot learn, unlearn,
and relearn” (Buta huruf abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak
bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar,
melupakan, dan belajar kembali). Sesuaikan cara pandang
(mindset) bahwa aktif meningkatkan kompetensi diri adalah
keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang selalu
berubah.
34
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal-
hal yang benar-benar baru, dan lakukan secara terus-
menerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam
peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah
diketahui berupa pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini
harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi
sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN tak
harus benar-benar melupakan semuanya, untuk hal-hal yang
masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa
satu-satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke
kantor. Padahal, konsep kerja ini hanyalah salah satunya saja.
Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu ke kantor”, namun
membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada
cara lain untuk bekerja, yakni bekerja dari jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn,
kita benar-benar menerima fakta baru. Ingat, proses
membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
35
Sharing (Thijssen et.al, 2002), model pembelajaran
sebagaiamana dalam Gambar 5.1 tentang Learning by Shairng.
Dalam proses ini terdapat tiga aspek yang perlu berkesesuaian,
yakni Kebutuhan program pelatihan itu sendiri dengan harapan
publik dan Pusbang/Pusdiklat. Sedangkan peserta pelatihan
bersinergi dengan para praktisi di kantor dan fasilitator terlibat
secara intensif dalam proses belajar dari uji coba (learning by
experimenting), belajar dari penelahaan/penggalian (learning
by investigating), dan belajar dari praktek (learning by
practising).
Praktisi
Learning by Sharing
Fasilitator
Peserta
36
Sumber: Adaptasi dari “Learning by Sharing: a Model for Life-Long Learning”,
Thijssen et.al, 2002
37
sepenuhnya cukup dalam mempersiapkan kita untuk berkembang
di tempat kerja. Pendekatan yang lebih mandiri dan ditentukan
sendiri diperlukan, yang bersumber dari berbagai sumber
pembelajaran yang tersebar luas dalam dunia internet, di mana
sebagai pembelajar merefleksikan apa yang dipelajari, dan
bagaimana sesuatu yang dipelajari tersebut diwujudkan dalam
konteks pekerjaan. Kemandirian untuk belajar sejalan dengan
perkembangan teknologi yang telah menciptakan kebutuhan
metode pengajaran baru, sumber belajar, dan media digital yang
lebih luas dan masif (Wheeler, 2011 dalam Blaschke, 2014).
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi
atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, yang merupakan
pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari
Internet (Anderson, 2010, hlm. 33; Wheeler, 2011 dalam Blaschk,
2014).
38
tindakan yang efektif dan tepat, (2) menjelaskan tentang diri
mereka, (3) hidup dan bekerja secara efektif dengan orang lain, dan
(4) melanjutkan belajar dari pengalaman mereka, baik sebagai
individu maupun pergaulan dengan orang lain, dalam masyarakat
yang beragam dan berubah.
39
organisasi untuk memilih apa yang dipelajari (Dron & Anderson,
2014; Siemens, 2004 dalam Blaschke & Hase, 2019).
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki
unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja. Para
narasumber/pakar yang didatangkan instansi untuk suatu
kegiatan/projek dapat dimanfaatkan para ASN pembelajar,
sebagai sumber berbagi pengetahuan dengan para pakar atau
menerapkannya pada masalah tertentu dalam pekerjaan. Forum
kegiatan dengan pelibatan pakar merupakan proses transfer
pengetahuan dan keahlian (Thomas H & Laurence, 1998).
40
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan
pegawai dalam organisasi. Komunitas yang disatukan oleh minat
yang sama, biasanya berbicara bersama secara langsung, seperti
melalui telepon, dan melalui email untuk berbagi keahlian dan
memecahkan masalah bersama. Ketika jaringan semacam ini
berbagi cukup pengetahuan yang sama untuk dapat
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif, percakapan
komunitas pegawai yang berkelanjutan sering kali menghasilkan
pengetahuan baru bagi organisasi.
41
Contoh bagaimana membangun energi belajar, dapat
Saudara telaah tulisan tentang “Tips dan Trik Meningkatkan
Motivasi Belajar Untuk Diri Sendiri” sebagai berikut:
42
D. Membantu Orang Lain Belajar
43
pertukaran pengetahuan.
44
Taufik Noor, sang pencerah…
Seorang guru PNS di Jorong yang sampai saat ini masih produktif
menulis untuk membagikan perjuangan dan pandangannya tentang
profesi pengajar.
Tidak itu saja, puluhan artikel dan ratusan puisi sudah dihasilkan
dari tangan anak nelayan ini.
45
itu sendiri, yang dapat mentrasfer pengetahuannya kepada pihak
lain yang membutuhkannya.
Tugas Individu:
Buka dan baca artikel Energi Baik itu Bernama “Berbagi Ilmu”
ditulis Fifin Nurdiyana, tanggal 3 Agustus 2018, link:
https://www.kompasiana.com/fifinfiqih/5b6416ea5a676f4a
33429e45/energi-baik-itu-bernama-berbagi-ilmu
1. Belajar dari artikel di atas, buatlah dalam kalimat aktif,
tindakan apa yang akan Saudara lakukan dalam upaya berbagi
ilmu pengetahuan di lingkungan pekerjaan Saudara nanti?
Tulis dan ungkapkan dalam kelas!
2. Pelajari contoh lain berbagi ilmu dalam tokoh atau sosok yang
Saudara anggap penting, tuliskan praktek berbagi yang akan
dan atau telah Saudara praktekan dalam kehidupan Saudara!
Sumber:
Khoo & Tan, 2004
46
1. Pengetahuan menjadi karya
Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya
manusia. Saat ini, tuntutan organiasi bergeser dari struktur
hierarkis kepada struktur lebih matriks. Pada masa lain,
tuntutan lingkungan mungkin bisa kembali ke arah yang lebih
hirakhis untuk optimalisasi organisasi. Dalam konteks ini energi
kolektif setiap pegawai merupakan salah satu elemen penting
dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan kinerja
organisasi.
Sumber:
Khoo & Tan, 2004
47
meningkatkan modal organisasi dan nilai instansi tempat ASN
bekerja secara keseluruhan.
Sumber:
Khoo & Tan, 2004
48
pekerjaan. Keadaan emosional seperti 'kegembiraan', 'gairah',
'kepercayaan diri', 'kebahagiaan', 'kegembiraan' dapat
membuat setiap pegawai mengambil tindakan dan tampil dalam
keadaan puncak terbaik atau kesuksesan pekerjaan. Sebaliknya
keadaan seperti 'takut', 'kecemasan', 'stres', 'kelembaman',
'depresi', dan 'kelelahan' dapat menahan tindakan kerja secara
maksimal (Khoo & Tan, 2004). Dengan demikian dimensi emosi
sukses yang diperlukan setiap ASN, antara lain, yaitu: motivasi
tinggi, kegembiraan, keyakinan, gairah, kebahagiaan, energi,
dan rasa ingin tahu dengan menghindarkan stres yang
berlebihan, kekhawatiran, dan kemarahan.
49
Khoo & Tan (2004) menekankan beberapa upaya
membangun keyakinan diri untuk bekerja terbaik, yaitu:
• Pertama, pikirkan saat di masa lalu ketika Anda merasa
benar-benar Percaya Diri;
• Kedua, berdirilah seperti Anda akan berdiri jika Anda merasa
benar-benar Percaya Diri;
• Ketiga, bernapaslah seperti Anda akan bernapas jika Anda
merasa benar-benar Percaya Diri;
• Keempat, miliki ekspresi wajah, fokus di mata Anda ketika
Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Kelima, beri isyarat seperti yang Anda lakukan jika Anda
merasa benar-benar Percaya Diri; dan
• Terakhir, katakan apa yang kamu mau, katakan pada diri
sendiri jika Anda merasa benar-benar percaya diri (gunakan
volume, nada, dan nada suara yang sama).
30% 30%
menyerah menyerah
Sumber:Khoo & Tan, 2004
50
3. Makna hidup dan bekerja baik
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang. Beberapa pertanyaan yang layak untuk direnungkan,
antara lain: Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang
sebenarnya mendorong dalam hidup Anda? Mengapa Anda
melakukan apa yang Anda lakukan? Apa yang mendorong
keputusan Anda dan pilihan yang Anda buat terus-menerus?
Rahasia Kinerja Puncak bahwa perilaku Anda lebih didorong oleh
emosi daripada logika. Apa yang Anda lakukan lebih didasarkan
pada apa yang ingin Anda lakukan daripada apa yang Anda pikir
harus Anda lakukan. Secara logis, Anda tahu bahwa Anda harus
mengambil tindakan dan menindaklanjuti tujuan Anda, tetapi
secara emosional, Anda mungkin tertahan oleh perasaan lesu
atau bahkan takut.
51
Anda juga bisa bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini
untuk mendapatkan nilai-nilai Anda.
3.3 Atau, apa yang paling penting bagi saya dalam hidup?
Kebahagiaan Pribadi? Keluarga? Kesehatan? Cinta?
Kebebasan? Keamanan? Seru? Popularitas? Pengakuan?
Ingat: Anda harus menemukan nilai (keadaan emosional) apa
yang Anda sayangi dan bukan objek fisik. Jika Anda
mengatakan 'mobil saya', lalu tanyakan apa yang diberikan
mobil Anda kepada Anda? Apakah itu Kenyamanan?
Kekuasaan? Prestise? Tuliskan ini sebagai nilai-nilai Anda.
F. Ringkasan
52
• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi
sebagai pelayan publik.
• Perilaku etika profesional secara operasional tunduk
pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
konektivitas dalam basis online network.
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin
dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau
tempat lain.
• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di
kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali
menjadi ajang transfer pengetahuan.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu
aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka
(Knowledge Fairs and Open Forums).
• Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang
terkandung dalam dokumen kerja seperti laporan,
53
presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya
ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge
Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan
jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons
learned).
G. Evaluasi
54
c. Perilaku etika professional ASN secara operasional
tunduk pada perilaku berAkhlak (B - S).
2. Berikut pernyataan di bawah ini menggambarkan perilaku
kompeten ASN untuk meningkatkan kompetensi diri yang
relevan/tepat dengan memberikan tanda Benar (B) atau Salah
(S):
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah diperlukan
diutamakan untuk jabatan strategis di lingkungan ASN
(B - S).
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (B - S).
c. Perilaku ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas
dalam basis online network (B - S).
d. Sumber pembelajaran bagi ASN antara lain dapat
memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan,
yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja (B - S).
e. Pengetahuan ASN dihasilkan jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi (B - S).
55
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di
kafetaria kantor sering kali tidak menjadi ajang transfer
pengetahuan, tetapi lebih sebagai obrolan santai kurang
bermakna pengetahuan (B - S).
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu
aktif dalam forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums), dimana setiap ASN wajib melanjutkan kepada
pendidikan lebih tinggi (B - S).
c. Mengambil pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti memo, laporan, presentasi,
artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan
diambil (Knowledge Repositories) merupakan bagian
perilaku kompeten yang diperlukan (B - S).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge
Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan
jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessons learned) adalah bagian ciri dari perilaku
kompeten ASN (B - S).
56
perubahan lingkungan dan melakukan karya terbaik bagi
pekerjaannya (B - S).
57
BAB V
PENUTUP
58
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Lexy & Harris, Stacey. Global Human Capital Management Best
Practices, Research and Analytics at Sierra-Cedar, Sierra-Cedar, Inc., 2015.
Jalis, Ahmad. Sistem Merit dan Manajemen ASN (Modul), LAN-KPK, 2021.
Blaschke, Lisa Marie. Heutagogy and Lifelong Learning: A Review of
Heutagogical Practice and Self-Determined Learning. The International
Review of Research in Opern and Distance Learning, May 2014.
Blaschke, Lisa Marie & Hase, Stewart. Heutagogy and digital media
networks: Setting students on the path to lifelong learning. Pacific Journal
of Technology Enhanced Learning, 2019.
Khoo, Adam & Stuart Tan. MASTER YOUR MiND DESIGN YOUR: Proven
Strategies that Empower You to Achieve Anything You Want in Life.
Published by Adam Khoo Learning Technologies Group Pte Ltd 10 Hoe
Chiang Road #01-01 Keppel Towers, Singapore, 2004.
59
Management
Review.https://www.researchgate.net/publication/328158276_Manage
ment_Innovation_in_a_VUCA_World_Challenges_and_Recommendations.
Thijssen, Thomas P. T., Maes, Rik and Vernooij ,Fons T.J., Learning by
Sharing: a Model for Life-Long Learning, January 2002 (See discussions,
stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/254775929).
Margie, Warell. Learn, Unlearn and Relearn: How to Stay Current and Get
Ahead.Forbes.com,tautan:https://www.forbes.com/sites/margieewarrel
l/2014/02/03/learn-unlearn-and-relearn/?sh=bc7f9e5676fe);
Daftar Perundang-Undangan
60
Peraturan BKB Nomor 26 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Penilaian
Kompetensi
61
Lampiran:
Formulir Agenda Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku
Kompeten
Tulis Kaitan
dengan Tiga
Target
No Kegitan Aspek Keterangan
Waktu
Perilaku
Kompeten
1 2 3 4 5
Tulis Tuliskan Tuliskan Tulis target Tuliskan
nomor rencana kaitannya waktunya kaitannya
urut aksinya dengan dengan
kegiatan aspek pekerjaan
perilaku
kompeten
62
1 63
i 64
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021
HARMONIS
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Jarot Sembodo, S.E., M.Ak., Ak.
ISBN:
65
Modul Harmonis
KATA PENGANTAR
Adi Suryanto
ii
Modul Harmonis
DAFTAR ISI
iii
Modul Harmonis
BAB IV .......................................................................................................................... 38
STUDI KASUS........................................................................................................ 38
PENERAPAN NILAI HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA. 38
A. Materi Studi Kasus .............................................................................. 38
B. Latihan dan Tugas .............................................................................. 41
C. Praktik Studi Kasus Mandiri ........................................................... 41
BAB V ............................................................................................................................ 43
KESIMPULAN DAN PENUTUP ....................................................................... 43
A. Kesimpulan................................................................................................. 43
B. Penutup........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 45
iv
Modul Harmonis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Pembelajaran
Mata pelatihan ini bertujuan membentuk ASN yang mampu
1
Modul Harmonis
C. Metodologi Pembelajaran
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan orang dewasa
(andragogy). Pembelajaran di berikan dengan berbagai metode,
meliputi paparan, ceramah, diskusi, latihan dan studi kasus. Hal ini
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ASN yang dapat
menciptakan suasana harmonis dalam lingkungan bekerja,
kehidupan bernegara dan memberikan layanan kepada
masyarakat.
Evaluasi kepada peserta berasal dari penilaian sikap perilaku, hasil
latihan atau studi kasus, dan nilai ujian yang diberikan.
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta setelah menerima material pembelajaran dapat
melakukan belajar mandiri membaca dan memahami isi
modul
2
Modul Harmonis
E. Sistematika Modul
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini ber i s i deskripsi singkat mata pelajaran, tujuan
pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan
Sistematika Modul Pembelajaran.
3
Modul Harmonis
4
Modul Harmonis
BAB II
KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta
dampak, manfaat dan potensi disharmonis di dalamnya.
5
Modul Harmonis
6
Modul Harmonis
unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki
semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita
harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan
bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan
persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
7
Modul Harmonis
bangsa kita adalah bangsa yang besar. Pada masa jayanya kepulauan
nusantara pernah berdiri kerajaan besar seperti Sriwijaya dan
Majapahit.
Namun setelah era kejayaan kedua kerajaan besar tersebut, nusantara
terpecah belah sehingga akhirnya jatuh dalam kolonialisme negara
penjajah. Terhitung beberapa negara yang telah nenjajah kepulauan
nusantara. Mulai dari bangsa Portugis dan Inggris yang meliputi
antara lain wilayah Malaka, Demak, Maluku, Mataram, dan Sunda
Kelapa. Kemudian hadirnya VOC/Belanda yang mengambil alih
beberapa wilayah hingga hampir meliputi seluruh wilayah Indonesia
saat ini. Hingga akhirnya pada masa perang dunia kedua Indonesia
jatuh ke tangan Jepang yang menguasai wilayah Asia.
Perjuangan untuk menjadi bangsa merdeka terus dilakukan pada
beberapa wilayah Indonesia. Perlawanan sampai awal abad ke-20
terhadap Belanda tidak dapat terusir dari tanah air Indonesia.
Beberapa kelemahan perjuangan Bangsa Indonesia yang membuat
gagalnya perlawanan tersebut antara lain :
1. Perlawanan dilakukan secara sporadis dan tidak serentak
2. Perlawanan biasanya dipimpin oleh pimpinan kharismatik
sehingga tidak ada yang melanjutkan
3. Sebelum masa kebangkitan nasional tahun 1908 perlawanan
hanya menggunakan kekuatan senjata
4. Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et
impera/politik memecah belah bangsa Indonesia)
Sejarah juga memberikan pembelajaran, kelahiran Budi Oetomo Tahun
1908 dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan Nasional karena
menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan
perjuangan sebelumnya. Kebangkitan nasional mendorong perjuangan
8
Modul Harmonis
9
Modul Harmonis
10
Modul Harmonis
11
Modul Harmonis
12
Modul Harmonis
13
Modul Harmonis
14
Modul Harmonis
15
Modul Harmonis
16
Modul Harmonis
17
Modul Harmonis
18
Modul Harmonis
19
Modul Harmonis
20
Modul Harmonis
BAB III
MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA DAN MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA
MASYARAKAT
Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu memahami pentingnya nilai harmonis sesuai kode
etik ASN dan menerapkan nilai tersebut dalam melaksanakan fungsi
dan peran sebagai pelayan publik
21
Modul Harmonis
dijaga.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani:
harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang
filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh,
seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang
manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut
sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang musik,
sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti
pengretian yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi
menekankan pada urutan bunyi dan nada yang serasi, tetapi
keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah
ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Di lain pihak dalam KBBI juga menyebutkan lawan kata
harmoni yaitu disharmoni/ dis·har·mo·ni/n yang mengandung
arti kejanggalan; ketidakselarasan. Anda dapat menyimak
sebuah lagu berjudul ‘disharmoni’ dari Grup Band Boomerang
yang dirilis pada Tahun 2006. Lagu tersebut dapat disimak
dalam laman you tube berikut
https://www.youtube.com/watch?v=bJ6T0hT-uTk. Semoga
dapat menggambar kan situasi dan kondisi disharmoni
tersebut.
Tentunya kita tidak menginginkan situasi dan kondisi
disharmoni tersebut terjadi dalam kehidupan kita bukan?
Begitu juga saat kita bekerja dan menjalankan tugas sebagai
ASN. Oleh karena itu kita sebisa mungkin mengantisipasi situasi
dan kondisi agar situasi harmonis tercipta dan potensi
22
Modul Harmonis
23
Modul Harmonis
24
Modul Harmonis
atau organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu
motivator terbaik di lingkungan kerja. Demikian juga rasa
memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi
kepada seluruh karyawan dapat meningkatkan rasa
kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan.
25
Modul Harmonis
ketentuanketentuan tertulis.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
2. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus
utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
3. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN)
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang
Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
26
Modul Harmonis
27
Modul Harmonis
28
Modul Harmonis
29
Modul Harmonis
30
Modul Harmonis
31
Modul Harmonis
32
Modul Harmonis
33
Modul Harmonis
34
Modul Harmonis
35
Modul Harmonis
36
Modul Harmonis
anda bekerja?
37
Modul Harmonis
BAB IV
STUDI KASUS
PENERAPAN NILAI HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA
Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan
harmonis secara tepat
38
Modul Harmonis
39
Modul Harmonis
40
Modul Harmonis
cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
41
Modul Harmonis
42
Modul Harmonis
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak
manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman,
karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan
perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di
nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan
Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam
Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
3. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan,
kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
43
Modul Harmonis
B. Penutup
Dengan membaca dan memahami modul ini peserta dapat memiliki
bekal menajdi ASN yang melayani publik dengan memperhatikan
kondisi yang harmonis dilingkungan bekerja. Keharmonisan dapat
tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan
sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat
yang lebih luas.
Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan
tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan
public, dan kehidupan bermasyarakat.
44
Modul Harmonis
DAFTAR PUSTAKA
45
Modul Harmonis
Lampiran 1
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
1 Amerika, Asing/Luar 162.772 7%
Arab, Negeri
Australia,
India, Inggris,
Jepang,
Korea,
Malaysia,
Pakistan,
Philipina,
Singapura,
Thailand,
Belanda
2 Bali Bali Bali/Bali Hindu, 3.946.416 167%
Bali Majapahit,
Bali Aga
3 Banjar Kalimantan Banjar 4.127.124 174%
Kuala/Batang
Banyu/Pahuluan,
Banjar
4 Batak Sumatera Batak Angkola, 8.466.969 358%
Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak
Pakpak Dairi,
46
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Batak Simalungun,
Batak Tapanuli,
Batak Toba, Dair
5 Betawi Jawa Betawi 6.807.968 288%
6 Bugis Sulawesi Bugis 6.359.700 269%
7 Cina, Cina Cina 2.832.510 120%
RRC, Cina
Taiwan
8 Cirebon Jawa Cirebon 1.877.514 79%
9 Dayak Kalimantan Dayak Abai, Dayak 3.009.494 127%
Air Durian/Dayak
Air Upas/Dayak
Batu
Payung/Dayak
Belaban/ Dayak
Kendawangan/Da
yak
Membulu’/Dayak
Menggaling/Daya
k Pelanjau/Dayak
Sekakai/ Dayak
Sempadian, Dayak
Air Tabun/Dayak
Banj
10 Gorontalo Sulawesi Gorontalo 1.251.494 53%
47
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
11 Jawa Jawa Jawa, Osing/Using, 95.217.022 4022
Tengger, Samin, %
Bawean/ Boyan,
Naga, Nagaring,
Suku-suku lainnya
di Jawa
12 Madura Jawa Madura 7.179.356 303%
13 Makassar Sulawesi Makassar 2.672.590 113%
14 Melayu Sumatera Melayu Asahan, 5.365.399 227%
Melayu Deli,
Melayu Riau,
Langkat/ Melayu
Langkat, Melayu
Banyu Asin,
Asahan, Melayu,
Melayu Lahat,
Melayu semendo
15 Minahasa Sulawesi Bantik, Minahasa, 1.237.177 52%
Pasan/Ratahan,
Ponosakan,
Tombulu,
Tonsawang,
Tonsea/Tosawang
, Tonteboan,
Totembuan,
48
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Toulour
49
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
22 Suku Asal Kalimantan bai/Tidung/Tinga 1.968.620 83%
Kalimantan lan/Tudung, Abal,
lainnya Ahe, Anas/Toi,
Apalin/Palin, Ata
Kiwan, Auheng,
Ayus/ Bentian/
Karau/ Lemper/
Leo
Arak/Bentian/Kar
au/ Lemper/Leo
Arak, Badeng,
Bahau, Baka,
Bakung Metulang,
Balangan,
23 Suku Asal Sumatera Lampung, 1.381.660 58%
Lampung Penghulu, Abung/
Bunga Mayang/
Sembilan Marga/
Siwo Megou,
Belalau, Buay
Lima, Krui, Megau
Pak Tulang
Bawang,
Melintang
Rajabasa-
50
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Peminggir MR,
Nagarigung,
Peminggir
Semangka/ Skala
Brak/ Telu
24 Suku Asal Maluku Alfuru, Alune, 2.203.415 93%
Maluku Amahai, Ambelau,
Ambon, Aputai,
Aru, Asilulu,
Babar, Banda,
Barakai, Bati,
Batuley, Benggoi,
Bobot, Buru,
Dagada, Dai,
Damar, Dawelor,
Dawera, Desite,
Dobel, Eli Elat,
Emplawas, Erai, E
25 Suku Asal Nusa Abui, Adabe, 4.184.923 177%
Nusa Tenggara Alor/Belagar/Kel
Tenggara ong/Manete/
Timur Mauta/Seboda/W
ersin,
Atanfui/Atani/Ato
ni/ Atoni
51
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Meto/Dawan,
Babui, Bajawa,
Bakifan,
Barawahing,
Barue, Belu,
Blagar, Boti,
Bunak/ Marae,
Dadua, Deing,
Ende, Fa
26 Suku Asal Papua Abau, Abra, Adora, 2.693.630 114%
Papua Aikwakai, Aiso,
Amabai, Amanab,
Amberbaken,
Arandai, Arguni,
Asienara, Atam,
Hatam, Atori,
Baham, Banlol,
Barau, Bedoanas,
Biga, Buruwai,
Karufa, Busami,
Hattam, Iha,
Kapaur, Inanwa
52
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
27 Suku Asal Sulawesi Atinggola, 7.634.262 322%
Sulawesi Suwawa, Mandar,
lainnya Babontehu,
Amatoa/
Ammatowa/
Orang Kajang,
Ampana, Anak
Suku Seko,
Aserawanua,
Babongko/Boban
gko, Bada/
Lore/Napu,
Bajao/ Bajau/
Bajo/ Bayo/ Wajo,
Balaesang,
Balantak/Tanuto
28 Suku Asal Sumatera Anak Laut/Laut, 2.204.472 93%
Sumatera Akik/Akit, Bonai,
lainnya Hutan, Kuala,
Rawa, Sakai,
Talang Mamak,
Ulu Muara
Sipongi, Lubu,
Pesisir, Siberut,
Siladang,
53
Modul Harmonis
Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Mentawai, Belom,
Gumbak
Cadek/Muslim
Gunung Ko, Keme,
Lambai/Lamuri,
Lin
29 Suku Asal Sumatera Palembang, Daya, 5.119.581 216%
Sumatera Enim, Gumai, Kayu
Selatan Agung, Kikim,
Kisam, Komering,
Lematang,
Lintang, Lom,
Mapur, Sekak,
Meranjat, Musi
Banyuasin, Musi
Sekayu, Sekayu,
Ogan, Orang
Sampan, Pasemah,
Pedamaran,
Pegagan,
30 Suku Nusa Nusa Suku Nusa 1.280.094 54%
Tenggara Tenggara Tenggara Barat
Barat lainnya lainnya
31 Sunda Jawa Sunda 36.701.670 1550
%
54
Modul Harmonis
Modul Harmonis
55
Modul Harmonis
55
56
Modul Harmonis
LOYAL
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Dwi Rahmanendra, S.Hut., M.Pd.
57
Modul Loyal
KATA PENGANTAR
i
Modul Loyal
Adi Suryanto
ii
Modul Loyal
DAFTAR ISI
C. Metodologi Pembelajaran................................................................................ 2
A. Uraian Materi........................................................................................................ 9
C. Rangkuman ......................................................................................................... 26
iii
Modul Loyal
BAB IV MATERI POKOK 3 LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI
PEMERINTAH ............................................................................................................. 4949
iv
Modul Loyal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran
Agenda II Pelatihan Dasar CPNS yang dalam penyampaiannya dapat
dilakuan secara terintegrasi dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda
II yang lainnya, baik pada fase pembejalaran mandiri, jarak jauh
maupun klasikal. Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi
pembentukan nilai Loyal, sehingga peserta memiliki dedikasi yang
tinggi dan senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS.
Materi-materi Pokok yang disajikan meliputi : 1) Konsep Loyal;
2) Panduan Perilaku Loyal; dan 3) Loyal Dalam Konteks Organisasi
Pemerintah. Materi-materi pokok tersebut masih bersifat general
sehingga dapat dikembangkan dan diperinci lebih lanjut
pembahasannya pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan panduan
dari Pengampu Materi.
Untuk membantu peserta memahami substansi materi, maka
pada setiap akhir pembahasan materi pokok dilengkapi dengan latihan
soal dalam bentuk studi kasus (dapat dikembangkan lebih lanjut oleh
Pengampu Materi) dan evaluasi. Latihan dan evaluasi tersebut
hendaknya dikerjakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap peserta.
1
Modul Loyal
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu
mengaktualisasikan nilai loyal (berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai PNS, dengan indikator peserta mampu:
a. Menjelaskan loyal secara konseptual-teoritis yang berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
b. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal;
c. Mengaktualisasikan Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah;
dan
d. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan loyal
secara tepat pada setiap materi pokok.
C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran pada setiap fase pembelajaran Modul
ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan (MP) ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS),
sehingga dalam proses pembejarannya dilakukan secara
terintegrasi dengan menggunakan beragam metode, diantaranya:
ceramah, tanya jawab, curang pendapat, diskusi kelompok dan
presentasi, bermain peran, studi kasus, dan lain-lain.
2. Pada Pelatihan Blended Learning:
a. Fase MOOC
Pada fase ini metode yang dapat digunakan adalah
belajar mandiri, dengan membaca materi dan mengerjakan
latihan serta evaluasi yang diberikan pada Aplikasi MOOC.
2
Modul Loyal
b. Fase E-learning
1) Synchronous
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya
jawab, curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok serta
paparan, kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
2) Asynchronous
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya diskusi kelompok dan belajar mandiri, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
c. Fase Klasikal
Pada fase ini metode yang dapat digunakan diantaranya
ceramah, penanyangan film pendek, tanya jawab, curah
pendapat, studi kasus, diskusi kelompok dan paparan, kuis-kuis
interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi dengan 6 MP lain pada
Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS.
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada setiap fase pembelajaran untuk
Modul ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembejaran
Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS), sehingga
dalam proses pembelajarannya dilakukan secara terintegrasi
dengan 6 MP lainnya di Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan
pembelajaran yang dapat dilakukan diantaranya:
3
Modul Loyal
4
Modul Loyal
b. Fase E-learning
1) Synchronous
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS), sehingga dalam proses pembejarannya
dilakukan secara terintegrasi dengan 6 MP lainnya di
Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan pembelajaran
pada Fase E-learning Synchronous yang dapat dilakukan
diantaranya:
a) Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Loyal.
b) Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul
dan keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran Agenda II.
c) Mengukur tingkat penguasaan materi peserta setelah
belajar secara mandiri pada aplikasi MOOC dengan
menggunakan beragam cara atau metode, diantaranya
tanya jawab dan kuis-kuis interaktif.
d) Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap
nilai BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai
Loyal.
e) Memberikan/menjelaskan penugasan-penugasan yang
relevan, baik tugas kelompok maupun tugas individu
sehingga peserta dapat belajar secara mandiri.
Penugasan tesebut dapat berupa studi kasus, bermain
peran, membuat video dan lain-lain.
5
Modul Loyal
6
Modul Loyal
E. Sistematika Modul
Sistematika Modul Loyal ini adalah sebagai berikut
1. Konsep Loyal:
a. Urgensi Loyalitas ASN
b. Pengertian Loyal dan Loyalitas
c. Loyal dalam Core Values ASN
d. Membangun Perilaku Loyal
1) Dalam Kontek Umum
2) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
3) Meningkatkan Nasionalisme
7
Modul Loyal
8
Modul Loyal
BAB II
MATERI POKOK 1
KONSEP LOYAL
Setelah mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu menjelaskan loyal secara
konseptual-teoritis yang berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.
A. Uraian Materi
1. Urgensi Loyalitas ASN
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa
dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan
Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer
Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal
uraian modul ini adalah kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan dengan melihat
faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia (World Class Government)
9
Modul Loyal
10
Modul Loyal
b. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah
keniscayaan yang harus dihadapi oleh segenap sektor baik
swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi ini
salah satunya ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini
ibarat dua sisi mata uang yang memilik dampak yang positif
bersamaan dengan dampak negatifnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
yang masif saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang
bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus
mampu menggunakan cara-cara cerdas atau smart power
dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan terus mengembangkan
diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi
tantangan global tersebut sehingga dapat memanfaatkan
teknologi informsasi yang ada untuk membuka cakrawala
berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk
meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap/perilaku.
Selain itu perkembang teknologi informasi dapat
digunakan oleh ASN untuk mendukung Implementasi
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang saat ini tengah
11
Modul Loyal
12
Modul Loyal
13
Modul Loyal
15
Modul Loyal
17
Modul Loyal
18
Modul Loyal
2) Meningkatkan Kesejahteraan
Usaha peningkatan kesejahteraan pegawai dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menumbuhkan rasa
dan sikap loyal seorang pegawai. Hal ini sangat
dimungkinkan, karena apabila kesejahteraan pegawai
belum terpenuhi, maka pikiran dan konsentrasinya akan
terpecah untuk berusaha memenuhi kesejahteran yang
dirasa kurang. Sebaliknya, apabila kesejahteraan telah
tercapai, gairah dan motivasi kerja juga akan meningkat,
sehingga produktivitasnya akan meningkat pula. Gairah
dan motivasi kerja memang tidak selalu disebabkan oleh
pendapatan dalam bentuk material, akan tetapi pegawai
yang bekerja demi mendapatkan pemenuhan kebutuhannya
masih tetap mendominasi, sehingga untuk menumbuhkan
gairah dan motivasi kerja dengan kesejahteraan dalam
bentuk materi dapat menjadi salah satu faktor pendukung
timbulnya loyalitas seorang pegawai dalam bekerja.
Peningkatanan kesejahteraan dapat dilakukan
melalui gaji, tunjangan, atau berbagai jaminan yang bisa
mereka dapat. Sebab, hal-hal yang baru saja disebutkan
merupakan kebutuhan mendasar yang akan sangat
berpengaruh pada kualitas kerja dan kesetiaan pegawai.
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
Maksud dari pemenuhan kebutuhan rohani adalah
kemampuan organisasi untuk memberikan hak pegawai
atas hal yang tidak bersifat materi. Ini bisa dilakukan
dengan menawarkan pengalaman dan pendekatan
emosional dalam pekerjaan.
20
Modul Loyal
21
Modul Loyal
22
Modul Loyal
c. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan
Wawasan Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya
kepada bangsa dan negara dan mampu mengaktualisasikannya
dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai
ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan
publik, bangsa dan negara. Dengan demikian ASN tidak akan
lagi berpikir sektoral dengan mental block-nya, tetapi akan
senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni
bangsa dan negara.
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila
adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa : 1) menempatkan persatuan dan
kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; 2)
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara; 3) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah
air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; 4) mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
23
Modul Loyal
B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang
Konsep Loyal, cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan pada studi
kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda jawab secara
perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama rekan-rekan
peserta yang lainnya.
24
Modul Loyal
Studi Kasus 1: Jadi Tersangka KPK, Anak Buah Walkot “X”: Ini Bentuk
Kesetiaan
Oleh: Faiq Hidayat – detikNews
Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Pemkot “X” Mr. E mengaku hanya membantu
Wali Kota “X” nonaktif Mr. R dalam pengadaan proyek. Apalagi dalam kepegawaian
ada indikator soal loyalitas. "Yang penting ini, bagi orang seperti saya entah nanti
Kementerian “Z” atau bagian yang mengurusi masalah kepegawaian mungkin perlu
ada definisi atau redefinisi atau mungkin pemberian batasan-batasan yang jelas
tentang makna kesetiaan atau loyalitas, yang jadi salah satu indikator bagi pegawai
untuk dinilai tentang kesetiaan dan loyalitasnya itu," ujar Mr. E usai diperiksa
penyidik KPK di Gedung KPK, Jakarta.
"Soalnya kalau tidak ada definisi yang jelas nanti ya, banyak yang seperti saya gitu,"
tambah Mr. E yang menyandang status tersangka kasus suap proyek yang dilakukan
Wali Kota “X” nonaktif Mr. R. Mr. E mengaku melakukan hal tersebut sebagai bentuk
kesetiaan terhadap pimpinannya. Sehingga dia meminta perlu ada definisi yang jelas
soal makna kesetiaan atau loyalitas indikator penilaian pegawai.
"Ya kan saya melakukan ini kan sebagai bentuk kesetiaan saya kepada pimpinan. Nah
ini bener tidak seperti itu, ini tolong didefinisikan yang lebih jelas dan tegas," ucap
Mr. E. Selain itu, Mr. E mengatakan Wakil Wali Kota “X” Mr. P saat diperiksa penyidik
KPK hanya dimintai konfirmasi posisi dirinya di Pemkot “X”. Namun ia mengaku
tidak mengetahui apakah Mr. P mengaku proses pengadaan proyek senilai Rp 5,26
miliar, yang dimenangi “PT. D”
"Itu menjelaskan kedudukan saya mungkin, saya nggak tahu pasti," ujar Mr. E. Dalam
kasus ini, Wali Kota “X” nonaktif Mr. R ditangkap terkait suap proyek senilai Rp 5,26
miliar, yang dimenangi “PT. D”. Mr. R mendapatkan komisi 10 persen atau Rp 500
juta dari proyek yang dianggarkan Kota “X” pada 2017 itu.
Dari OTT tersebut, KPK menyita uang tunai Rp 200 juta yang diberikan kepada Mr. R.
Sedangkan Rp 300 juta sebelumnya diberikan untuk keperluan pelunasan mobil
Toyota Alphard milik Mr. R. KPK juga menyita uang tunai Rp 100 juta yang diberikan
tersangka pengusaha “Mr. F” kepada Kepala Bagian Layanan dan Pengadaan Pemkot
“X” “Mr. S” sebagai panitia pengadaan. Ketiganya kemudian ditetapkan sebagai
tersangka.
Pertanyaan :
1. Dari kasus tersebut, uraikan aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi loyalitas seseorang pada sebuah organisasi.
2. Terdapat 3 (tiga) panduan perilaku loyal dalam Core Value ASN,
berikan contoh tindakan yang dapat Anda lakukan di
25
Modul Loyal
C. Rangkuman
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh
faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai
Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
26
Modul Loyal
27
Modul Loyal
28
Modul Loyal
29
Modul Loyal
30
Modul Loyal
31
Modul Loyal
BAB III
MATERI POKOK 2
PANDUAN PERILAKU LOYAL
Setelah mempelajari Materi Pokok 2 ini, peserta mampu menjelaskan panduan perilaku
(kode etik) loyal.
A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia
kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN.
Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
Dalam UU ASN juga disebutkan bahwa ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku
sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, Ayat 2 UU ASN. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
32
Modul Loyal
33
Modul Loyal
34
Modul Loyal
35
Modul Loyal
36
Modul Loyal
37
Modul Loyal
41
Modul Loyal
B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang
Panduan Perilaku Loyal, cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan Studi
Kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda jawab secara
perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama rekan-rekan
peserta yang lainnya.
Studi Kasus 2: ASN, Radikalisme, dan Loyalitas Ideologi Negara
Oleh : Trisno Yulianto - detiknews
42
Modul Loyal
Lanjutan…
43
Modul Loyal
Pertanyaan:
1. Jelaskan tentang Loyal sebagai Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
bagi ASN kaitannya dengan radikalisme dan/atau intoleran.
2. Berdasarkan kasus di atas jelaskan jenis pemikiran radikal ASN
yang tidak mencerminkan keloyalan terhadap bangsa dan negara.
3. Berdasarkan kasus di atas jelaskan beberapa tindakan yang harus
dilakukan oleh pemerintah, terhadap ASN yang telah terpapar
paham radikalisme dan/atau intoleran.
C. Rangkuman
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai
profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik
dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya
(Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK
yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan
perilaku (kode etik)- nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap
bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalamkehidupan
sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
44
Modul Loyal
46
Modul Loyal
48
Modul Loyal
BAB IV
MATERI POKOK 3
LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Setelah mempelajari Materi Pokok 3 ini, peserta mampu mengaktualisasikan Loyal Dalam
Konteks Organisasi Pemerintah.
A. Uraian Materi
1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon
PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan
sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji tersebut
mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami
dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian
atau komponen sebuah organisasi pemerintah. Berikut adalah
petikan bunyi Sumpah/Janji PNS :
"Demi Allah/Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa, saya
bersumpah/berjanji:
a) bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara, dan
pemerintah;
b) bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab;
c) bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan
negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta
49
Modul Loyal
50
Modul Loyal
51
Modul Loyal
b. PNS Dilarang:
1) Menyalahgunakan wewenang;
2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan
orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan
jabatan;
3) Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
4) Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa
izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian;
5) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau
lembaga swadaya masyarakat asing kecuali ditugaskan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
6) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
atau meminjamkan barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;
7) Melakukan pungutan di luar ketentuan;
8) Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
10) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
52
Modul Loyal
53
Modul Loyal
54
Modul Loyal
55
Modul Loyal
56
Modul Loyal
57
Modul Loyal
58
Modul Loyal
59
Modul Loyal
60
Modul Loyal
61
Modul Loyal
62
Modul Loyal
63
Modul Loyal
64
Modul Loyal
65
Modul Loyal
66
Modul Loyal
67
Modul Loyal
68
Modul Loyal
B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang Loyal
Dalam Konteks Organisasi Pemerintah, cobalah Anda kerjakan soal-
soal latihan studi kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda
jawab secara perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama
rekan-rekan peserta yang lainnya.
69
Modul Loyal
Pertanyaan:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Pengebiran Makna Loyalitas
PNS” dan berikan contohnya.
2. Berdasrkan kasus di atas, jelaskan beberapa ciri/karekter
pegawai yang loyal terhadap organisasinya.
3. Terangkanlah bagaimana Penegakkan Disiplin sebagai Wujud
Loyalitas PNS berdasrkan contoh kasus di atas.
C. Rangkuman
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya
dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika
diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-
undangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban
dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang
tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini
dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik sertaperekat
dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga
fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai
loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi
Pemerintah.
71
Modul Loyal
73
Modul Loyal
74
Modul Loyal
75
Modul Loyal
76
Modul Loyal
BAB V
PENUTUP
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi
dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku
loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan olehsetiap ASN di
instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya
adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Oleh karena itu peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat
mempelajari setiap materi pokok dalam modul ini dengan seksama dan
mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang diberikan. Jika terdapat hal-
hal yang belum dipahami dapat ditanyakan dan didiskusikan dengan
Pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh
maupun klasikal.
77
Modul Loyal
KUNCI JAWABAN
78
Modul Loyal
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Denhardt, J.V dan Denhardt, R.B., 2003. The New Public Service: Serving,
not Steering. York and London: M.E. SharpeNew.
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif,
dan Kolaboratif. Yogyakarta: Gamapress.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2017. Modul Nasionalisme Pelatihan
Dasar CPNS. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2017. Modul Pelayanan Publik
Pelatihan Dasar CPNS. Jakarta.
Subagyo, Agus. 2015. Bela Negara, Peluang dan Tantangan di Era
Globalisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Artikel:
Ahmad Turmuzi. "Pengebiran Makna Loyalitas PNS”.
https://www.kompasiana.com/turmuzi.ahmad/55285a2d6ea834e
f6e8b45d9/pengebiran-makna-loyalitas-pns.
Faiq Hidayat, “Jadi Tersangka KPK, Anak Buah Walkot “X”: Ini Bentuk
Kesetiaan (Loyalitas)”. https://news.detik.com/berita/d-
3698166/jadi-tersangka-kpk-anak-buah-walkot-batu-ini-bentuk-
kesetiaan.
Trisno Yulianto. "ASN, Radikalisme, dan Loyalitas Ideologi Negara".
https://news.detik.com/kolom/d-4036049/asn-radikalisme-dan-
loyalitas-ideologi-negara).
79
Modul Loyal
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang PengelolaanSumberdaya
Nasional untuk Pertahanan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara.
80
Modul Loyal
Modul Loyal
Modul Loyal
i
Modul Loyal
Modul Loyal
ADAPTIF
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Yogi Suwarno, MA. Ph.D.
i
Modul Loyal
i
Modul Loyal
Kata Pengantar
i
Modul Loyal
Adi Suryanto
i
Modul Loyal
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Tabel ............................................................................................................ v
Daftar Gambar ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Deskripsi Singkat ............................................................................................... 1
B. Hasil Belajar ......................................................................................................... 1
C. Indikator ............................................................................................................... 1
D. Kegiatan Pembelajaran.................................................................................... 2
E. Sistematika Modul ............................................................................................. 2
BAB II MENGAPA ADAPTIF .................................................................................3
A. Perubahan Lingkungan Strategis ................................................................. 3
B. Kompetisi di Sektor Publik............................................................................. 4
C. Komitmen Mutu ................................................................................................ 11
D. Perkembangan Teknologi ............................................................................. 12
E. Tantangan Praktek Administrasi Publik ................................................. 14
F. Diskusi ................................................................................................................. 18
BAB III MEMAHAMI ADAPTIF ......................................................................... 20
A. Uraian Materi..................................................................................................... 20
B. Kreativitas dan Inovasi .................................................................................. 22
C. Organisasi Adaptif ........................................................................................... 27
D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN ...................................................... 33
E. Rangkuman ........................................................................................................ 41
F. Latihan ................................................................................................................. 42
BAB IV PANDUAN PERILAKU ADAPTIF ......................................................... 43
A. Uraian Materi..................................................................................................... 43
B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional ............................................ 49
C. Perilaku Adaptif Individual .......................................................................... 54
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif............................................... 56
iii
Modul Loyal
E. Rangkuman ........................................................................................................ 61
F. Latihan ................................................................................................................. 62
BAB V ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH ............. 63
A. Uraian Materi..................................................................................................... 63
B. Pemerintahan Yang Adaptif ......................................................................... 64
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic
Governance) ................................................................................................................. 65
D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh ..................................... 70
E. Rangkuman ........................................................................................................ 75
F. Latihan ................................................................................................................. 75
BAB VI STUDI KASUS ADAPTIF ....................................................................... 77
A. Visi Indonesia 2045 ......................................................................................... 77
B. Aplikasi PeduliLindungi ................................................................................ 80
C. Kasus Ponsel Blacberry dan Nokia ............................................................ 81
Daftar Pustaka .................................................................................................... 84
iv
Modul Loyal
Daftar Tabel
Tabel 1. Perbandingan Governance dan Government ......................................... 17
Tabel 2 Perbedaan Organisasi Birokrasi dengan Organisasi Adaptif ........ 31
Tabel 3. Perbandingan Perusahaan yang Adaptif dan Budaya Perusahaan
yang Tidak Adaptif ........................................................................................................ 50
Daftar Gambar
Gambar 1. Perbandingan Aspek Kreativitas dalam GII 2021 .......................... 7
Gambar 2. Skor DCI Berdasarkan Pulau .................................................................. 9
Gambar 3. Perbandingan Skor DCI berdasarkan Provinsi ............................. 10
Gambar 4. Technology-related ....................................................................................... 12
Gambar 5. Dua Jenis Cara Berpikir .......................................................................... 24
Gambar 6. Framework Budaya Adaptif ................................................................. 28
Gambar 7. Kerangka Sistem Dynamic Governance ........................................... 66
v
Modul Loyal
vi
Modul Adaptif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai-nilai Adaptif kepada peserta melalui substansi pembelajaran
yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
lingkungan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas,
berperilaku adaptif serta bertindak proaktif.
B. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini, peserta
diharapan mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai
adaptif dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
C. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
2. Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus
berinovasi dan antusias dalam menggerakan serta menghadapi
perubahan;
3. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif;
4. Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan
kreativitas, bertindak proaktif; dan
5. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan adaptif secara
tepat.
1
Modul Adaptif
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada mata pelatihan ini merupakan
pembelajaran yang didesain secara klasikal maupun online. Dalam
pembelajaran berbentuk klasikal maupun online akan dilakukan
melalui:
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
3. Simulasi, dan
4. Kerja kelompok dan paparan
E. Sistematika Modul
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
1. Mengapa Adaptif;
2. Konsep Adaptif;
3. Panduan Perilaku Adaptif
4. Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah; dan
5. Studi Kasus Adaptif
2
Modul Adaptif
BAB II
MENGAPA ADAPTIF
5
Modul Adaptif
6
Modul Adaptif
60.0
40.5 41.1
37.1
40.0 32.5 30.2 30.8
26.4 24.3
21.1
15.214.114.4 15.8
20.0 12.013.9 11.99.3 11.2
7.4
1.1
-
Rata2 aset tak berwujud kreativitas barang kreativitas online
dan jasa
8
Modul Adaptif
9
Modul Adaptif
10
Modul Adaptif
C. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
melalui kerja ASN di sektornya masing-masing memerlukan banyak
perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai tuntutan pelayanan
terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang berkualitasnya
layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti misalnya
(1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya
program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai
cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan
pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas
menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya
kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih
adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu
layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang
kurang bermutu.
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam
menyelenggarakan pelayanan, serta literasi publik atas kualitas
layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang mendorong
komitmen mutu yang lebih baik.
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang
dalam peran Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”
11
Modul Adaptif
D. Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan
teknologi seperti artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big
Data, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang
mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di mana
teknologi sudah menjadi tulang punggung seluruh business process di
sektor bisnis maupun pemerintahan, maka penggunaan metode
konvensional dalam bekerja sudah seyogyanya ditinggalkan.
Peralihan ini tidak saja bertumpu pada pembangunan infrastruktur
teknologi, tetapi juga memastikan SDM, budaya kerja, mentalitas, dan
yang tidak kalah penting yaitu tingkat aksesibilitas yang memastikan
keadilan bagi warga negara untuk mendapatkan hak pelayanan.
Social media
The
digitization of
Cybersecurity government
services
Gambar 4. Technology-related
12
Modul Adaptif
15
Modul Adaptif
17
Modul Adaptif
F. Diskusi
1. Mendiskusikan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
secara menyeluruh.
2. Mendengarkan pendapat dan pemahaman peserta mengenai
pentingnya karakter adaptif dalam merespon perubahan
lingkungan strategis tersebut.
18
Modul Adaptif
19
Modul Adaptif
BAB III
MEMAHAMI ADAPTIF
One of the greatest pains to human nature is the pain of a new idea. It
makes you think that after all, your favorite notions maybe wrong, your
firmest belief ill-founded. Naturally, therefore, common men hate a new
idea, and are disposed more or less to ill-treat the original man who
brings it.
(Walter Bagehot)
A. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup
untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan
atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak
dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh
perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan
syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi
individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini
organisasi maupun individu menghadapi permasalahan yang sama,
yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik
adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun
individual.
Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah
menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Sedangkan dalam kamus
20
Modul Adaptif
1
https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/adaptive
21
Modul Adaptif
inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika kreativitas
inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam
kenyataannya, kehadiran inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan
adanya kreativitas.
Dalam sejarahnya, kosakata kreatif jauh lebih dulu dikenal
dibandingkan dengan inovasi. Kreatif (creative) baru masuk menjadi
kosakata dalam bahasa Inggris pada akhir abad ke-14. Istilah kreatif
ini lebih ditujukan untuk menjelaskan sifat Creator (atau Tuhan). Jadi
istilah kreatif adalah hal yang berhubungan dengan kapasitas atau
kemampuan Tuhan dalam mencipta. Istilah ini pada masa itu tidak
dilekatkan pada manusia, yang dipandang tidak mempunyai hak
untuk ”mencipta”.
Selanjutnya kreativitas mempunyai pengertian yang lebih
melunak dan melekat pada sifat manusiawi. Kreativitas dapat
dipandang sebagai sebuah kemampuan (an ability) untuk berimajinasi
atau menemukan sesuatu yang baru. Ini artinya kreativitas sudah
mengalami pergeseran makna dari pengertian ”menciptakan” menjadi
”menemukan”. Jadi bukan kemampuan menciptakan sesuatu dari yang
tidak ada (creativity is not the ability to create out of nothing), tetapi
kemampuan memunculkan ide dengan cara mengkombinasikan,
merubah atau memanfaatkan kembali ide. Dari sini kemudian irisan
antara keativitas dan inovasi menjadi membesar. Karakteristik
kreativitas menjadi lebih melekat dengan keinovativan.
Di sisi lain, kreativitas juga dipandang sebagai sebuah sikap (an
attitude), yaitu kemampuan untuk menerima perubahan dan hal-hal
baru, kesediaan menerima ide baru, fleksibel dalam memandang suatu
23
Modul Adaptif
24
Modul Adaptif
25
Modul Adaptif
26
Modul Adaptif
C. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu
lanskap (landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan
(leadership). Unsur lanskap terkait dengan bagaimana memahami
adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
27
Modul Adaptif
2
https://searchcio.techtarget.com/definition/adaptive-enterprise-or-adaptive-organization
28
Modul Adaptif
29
Modul Adaptif
4. Corporate values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai
korporat juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya
adaptif dalam organisasi.
5. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi-
strategi yang lebih operasional untuk menjalankan tugas dan
fungsi organisasi secara terstruktur, efisien dan efektif.
6. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat
diterapkan di organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit
budaya adaptif dapat berkembang dan tumbuh di sebuah
organisasi.
7. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang
timbul dalam organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi
perubahan. Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan besar dari
proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
8. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena
dengan partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan
saling menguatkan dalam penerapan budaya adaptif
9. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang
penting dan tidak bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas
lingkungan internal maupun eksternal organisasi.
30
Modul Adaptif
31
Modul Adaptif
3
ibid
32
Modul Adaptif
4
http://www.mas.org.uk/wellbeing-performance/adaptive_corporate_culture.html
34
Modul Adaptif
35
Modul Adaptif
36
Modul Adaptif
37
Modul Adaptif
5
https://www.forbes.com/sites/jeffboss/2015/09/03/14-signs-of-an-adaptable-
person/?sh=7536fafa16ea
38
Modul Adaptif
39
Modul Adaptif
40
Modul Adaptif
E. Rangkuman
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.
Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi
selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan
hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu
dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
41
Modul Adaptif
F. Latihan
Dalam kelas, bentuk kelompok kecil, dan ikuti instruksi berikut ini:
1. Diskusikan dalam kelompok bagaimana praktek dari penerapan
adaptasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang
merespon perubahan lingkungannya, baik dari sudutu pandang
praktek individu maupun organisasi.
2. Paparkan secara singkat dalam kelas, bagaimana persamaan dan
perbedaan yang mungkin muncul dalam praktek penerapan
adaptasi dari organisasi yang berbeda.
42
Modul Adaptif
BAB IV
PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
A. Uraian Materi
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa
perubahan adaptif, bukan teknis. Dia membuat perubahan yang
menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus meyakinkan
orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan
mereka sendiri dan kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan
Sekretaris Tetap Singapura (Neo dan Chen, 2007).
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi
lingkungan yang bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012)
mengusulkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk
menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility. Johansen menyarankan pemimpin
organisasi melakukan hal berikut:
1. Hadapi Volatility dengan Vision
a. Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan
kerja Anda yang konstan dan tidak dapat diprediksi. Perubahan
merupakan keniscayaan, oleh karena itu perubahan tidak
untuk dilawan tetapi perlu ‘diterima dan dirangkul’ agar
menunjang kinerja organisasi.
43
Modul Adaptif
44
Modul Adaptif
45
Modul Adaptif
46
Modul Adaptif
47
Modul Adaptif
48
Modul Adaptif
49
Modul Adaptif
50
Modul Adaptif
51
Modul Adaptif
52
Modul Adaptif
53
Modul Adaptif
54
Modul Adaptif
55
Modul Adaptif
57
Modul Adaptif
58
Modul Adaptif
59
Modul Adaptif
60
Modul Adaptif
E. Rangkuman
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam
situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan
faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
61
Modul Adaptif
F. Latihan
1. Dari contoh yang sudah didiskusikan, peserta akan diminta untuk
berdialog antar kelompok, dengan pertanyaan “what if”, untuk
menguji dan menstimulasi kemampuan adaptabilitas.
2. Fasilitator akan berkeliling untuk turut mendengarkan dan
berinteraksi dalam kelompok-kelompok dialog tersebut.
3. Fasilitator akan menyampaikan garis besar hasil diskusi di depan
kelas.
62
Modul Adaptif
BAB V
ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
The main challenges today are not technical, but rather ‘adaptive’. Technical
problems are easy to identify, are well-defined, and can be solved by applying
well-known solutions or the knowledge of experts. In contrast, adaptive
challenges are difficcult to define, have no known or clear-cut solutions, and
call for new ideas to bring about change in numerous places.
Sebastian Salicru, 2017.
A. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'.
Masalah teknis mudah diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan
dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi terkenal atau
pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan adaptif sulit untuk
didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan
membutuhkan ide-ide baru untuk membawa perubahan di banyak
tempat.
Selain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah
menyaksikan tiga 3D yaitu ketidakpercayaan (distrust), keraguan
(doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Ini adalah hasil ketika para
pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks perubahan di
mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan
mereka (Salicru, 2017).
63
Modul Adaptif
64
Modul Adaptif
65
Modul Adaptif
66
Modul Adaptif
67
Modul Adaptif
68
Modul Adaptif
69
Modul Adaptif
Sebagai Perdana Menteri Goh Chok Tong saat itu secara grafis
menggambarkannya: “Jalan kita seperti arteri kita: mereka
membawa darah ke kita organ vital. Mobil kita seperti kolesterol
dalam darah. Anda membutuhkan kolesterol untuk berfungsinya
tubuh, tetapi terlalu banyak tidak baik untuk Anda karena itu
menyumbat Anda arteri… Di Singapura, seluruh kota adalah
ekonomi. Jika kota Anda macet, produktivitas dan daya saing kami
akan menderita”.
Sumber: Neo & Chen, 2007.
70
Modul Adaptif
71
Modul Adaptif
72
Modul Adaptif
73
Modul Adaptif
74
Modul Adaptif
E. Rangkuman
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur
bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan
indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c)
Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun organisasi
pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman
bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang
terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah
dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan
dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah
yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan
pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan
organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang
menunjukkan keuletan.
F. Latihan
1. Dari contoh yang sudah didiskusikan, peserta akan diminta untuk
berdialog antar kelompok, dengan pertanyaa Teknik Moderasi
(Moderation Technic)”, untuk menguji dan menstimulasi
kemampuan adaptabilitas.
2. Langkah-langkah Teknik Moderasi: 1) Bagi peserta ke dalam
kelompok kecil 5-8 orang, 2) tentukan topik yang akan dibahas
75
Modul Adaptif
76
Modul Adaptif
BAB VI
STUDI KASUS ADAPTIF
Afrika. Merujuk pada data dari BPS, Indonesia pada sekitar tahun
2040-an akan mendapatkan bonus demografi berupa angkatan
kerja pada rentang usia 25 s.d. 50 tahun yang cukup banyak. Ini
adalah momentum penting dalam milestone pembangunan
Indonesia yang tidak bisa diabaikan oleh pelaku kebijakan maupun
pelaku dunia usaha.
Bagaimana pendekatan adaptif yang harus dilakukan oleh
pemerintah dalam memaksimalkan bonus demografi tersebut?
Diskusikan dalam kelas, catat ide-ide dasarnya, lalu lanjutkan ke
poin berikutnya.
2. Urbanisasi Global
Arus urbanisasi ini diperkirakan akan terus meningkat yang akan
mempengaruhi kualitas daya saing, pertumbuhan ekonomi dan
kualitas hidup masyarakat. Urbanisasi ini merupakan persoalan
domestic, regional dan bahkan internasional, karena merupakan
kegiatan trans nasional. Berbagai kebijakan buruh migran dan
perdagangan bebas menjadi instrument penting untuk
memastikan momentum urbanisasi ini menjadi pendorong
kesejahteraan, bukan sebaliknya.
Berikan contoh kasus urbanisasi global yang sedang terjadi saat
ini, catat kasusnya, lalu lanjutkan ke poin berikutnya.
3. Perdagangan Internasional
Negara-negara di Asia diperkirakan akan menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebanyak 54% dari total pertumbuhan
ekonomi dunia. Hal ini dipengaruhi oleh investasi di bidang SDM
dan infrastruktur, serta reformasi pada birokrasi pemerintah, dan
78
Modul Adaptif
5. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan isu global, tidak mengenal batas-
batas territorial, sehingga setiap negara akan meraskan dampak
yang timbul, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini turut
mempengaruhi segala aspek kehidupan baik ekomoni, kesehatan
79
Modul Adaptif
6. Perkembangan Teknologi
Pertumbuhan dan inovasi teknologi di bidang informasi dalam dua
dekade ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap kegiatan
ekonomi, dan terutama perubahan cara kerja. Teknologi ini turut
melahirkan ide dan kreativitas baru dalam bidang perdagangan,
kesehatan, dan tatanan kehidupan normal baru berbasis media
sosial.
B. Aplikasi PeduliLindungi
Kondisi pandemik membuat pemerintah berupaya mencari
solusi paling efisien untuk memastikan mobilitas penduduk dapat
terpantau dan dikendalikan dengan baik. PeduliLindungi adalah
aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah
terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19).
Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling
membagikan data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat
kontak dengan penderita COVID-19 dapat dilakukan.
Pengguna aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika
berada di keramaian atau berada di zona merah, yaitu area atau
80
Modul Adaptif
81
Modul Adaptif
82
Modul Adaptif
83
Modul Adaptif
Daftar Pustaka
Brunner, R. D., Steelman, T., Coe-Juell, L., Cromley, C., Tucker, D., &
Edwards, C. (2005). Adaptive governance: integrating science,
policy, and decision making. Columbia University Press.
Chang, S. & Lee, M. (2007). A Study on Relationship Among Leadership,
Organizational Culture, The Operation of Learning Organization and
Employees' Job Satisfaction. The Learning Organization, Vol. 14Iss 2
pp. 155 – 185.
Denison, D. (1997). Corporate culture and Organizational Effectiveness.
Michigan: Denison Consulting.
Effendi, Muhrizal (2016). Budaya Perusahaan yang Adaptif. Diunduh
dari https://www.slideshare.net/banditznero/kuliah-12-budaya-
organisasi
Engle, N. L. (2011). Adaptive capacity and its assessment. Global
environmental change, 21(2), 647-656.
Folke, C., Hahn, T., Olsson, P., & Norberg, J. (2005). Adaptive governance of
social-ecological systems. Annu. Rev. Environ. Resour., 30, 441-473.
Fulmer, W. E. (2000). Shaping the Adaptive Organization: Landscapes,
Learning, and Leadershipin Volatile Times. Amacom.
Gerton, T., & Mitchell, J. P. (2019). Grand challenges in public
administration: Implications for public service education, training,
and research.
Grindle, M. S. (Ed.). (1997). Getting good government: capacity building in
the public sectors of developing countries. Harvard University Press.
Johansen, R. (2012). Leaders make the future: Ten new leadership skills
for an uncertain world. Berrett-Koehler Publishers.
McCarthy, I. P., Collard, M., & Johnson, M. (2017). Adaptive organizational
resilience: an evolutionary perspective. Current opinion in
environmental sustainability, 28, 33-40.
Mitchell, F. H., & Mitchell, C. C. (2015). Adaptive Administration: Practice
Strategies for Dealing with Constant Change in Public
Administration and Policy. Crc Press.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber daya
Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Neo, Boo Sion & Geraldine Chen. (2007). Dynamic Governance.
Embedding Culture, Capabilities and Change in Singapura.
Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
84
Modul Adaptif
85
Modul Adaptif
86
Modul Adaptif
Modul Adaptif
87
Modul Adaptif
88
Kolaboratif
KOLABORATIF
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Tri Atmojo Sejati, S.T., S.H., M.Si.
i
Kolaboratif
KATA PENGANTAR
ii
Kolaboratif
Adi Suryanto
iii
Kolaboratif
Daftar Isi
hal
iv
Kolaboratif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
1
Kolaboratif
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran ini untuk membentuk kompetensi
dasar CPNS terkait pelaksanaan kolaborasi. Setelah mengikuti
pembelajaran, peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan serta
mampu membangun kolaborasi untuk mendukung tujuan organisasi.
Indikator hasil belajar dalam pembelajaran adalah diharapkan
peserta dapat:
a. Menjelaskan berbagai konsep kolaborasi, collaborative
governance, serta Whole of Government; dan
b. Dapat menganalisis praktik kolaborasi di organisasi pemerintah
2
Kolaboratif
C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran dalam modul ini terdiri dari ceramah
dan diskusi. Ceramah diharapkan dapat memberikan pengetahuan
yang komprehensif tentang kolaborasi pemerintah. Diskusi akan
membawa pada proses pembelajaran dua arah. Proses tersebut juga
bisa digunakan untuk melatih peserta untuk dapat menyampaikan
hasil analisis terhadap praktik-praktik kolaborasi pemerintah.
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam modul ini menggunakan studi
kasus. Peserta diharapkan dapat menganalisis berbagai praktik-
praktik kolaborasi di organisasi pemerintah.
E. Sistematika Modul
Materi dalam modul ini terdiri dari dua materi pok yaitu : (1)
konsep kolaborasi, dan (2) praktik dan aspek normatif kolaborasi
pemerintah. Sistematika dalam modul ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran
C. Metodologi Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran
E. Sistematika Modul
BAB II Konsep Kolaborasi
A. Definisi Kolaborasi
3
Kolaboratif
4
Kolaboratif
BAB II
KONSEP KOLABORASI
5
Kolaboratif
6
Kolaboratif
7
Kolaboratif
8
Kolaboratif
9
Kolaboratif
10
Kolaboratif
11
Kolaboratif
12
Kolaboratif
13
Kolaboratif
14
Kolaboratif
BAB III
PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI
PEMERINTAH
15
Kolaboratif
16
Kolaboratif
17
Kolaboratif
18
Kolaboratif
19
Kolaboratif
20
Kolaboratif
21
Kolaboratif
22
Kolaboratif
23
Kolaboratif
Ada tiga karakter utama yang dimiliki oleh Bupati Banyuwangi dan
Bupati Kulonprogo sebagai pemimpin kolaboratif yaitu: semangat
entrepreneur, membangun tata Kelola berjejaring dan bersifat
transformasional. Kepemimpinan dan tata Kelola kolaboratif ini
ternyata mampu menjadi ekosistem pemerintahan untuk
mengurangi angka kemiskinan di kedua daerah yang ditelitisecara
signifikan. Praktik baik kepemimpinan kolaboratif ini memiliki
potensi untuk dibentuk, diperluas dan dilaksanakan di
pemerintahan daerah lainnya
24
Kolaboratif
Struktur Jabatan
Pengurus Harian Ketua Sekber Kartamantul
(Sekda Kabupaten Bantul)
Sekretaris Sekber Kartamantul
Bendahara Sekber Kartamantul
Verifikator Sekber Kartamantul
BKAD Kabupaten bantul
Pelaksana Kantor Manajer Kantor
25
Kolaboratif
26
Kolaboratif
LATIHAN EVALUASI
1. Jelaskan Konsep Collaborative Governance dan Pendekatan Whole of
Government!
2. Buatlah rancangan pelaksanaan kolaborasi antar unit kerja Saudara
dengan unit kerja lainnya di instansi Saudara !
3. Jelaskan permasalahan kolaborasi di instansi Saudara!
4. Presiden Jokowi sangat fokus pada pembangunan infrastruktur
yang salah satunya adalah pembangunan jalan tol di daerah pantai
utara Jawa (PANTURA). Bagaimanakah langkah kolaborasi yangbisa
dilakukan oleh daerah-daerah (dapat mengambil contoh 3
Kabupaten/Kota) di area jalan tol tersebut guna meningkatkan
ekonomi daerahnya?Jelaskan!
27
Kolaboratif
BAB IV
PENUTUP
28
Kolaboratif
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
2. Jurnal/Artikel
Ansell, Chris & Gash, Alison. 2012.Collaborative Governance in
Theory and Practice. Jurnal JPART 18: 543-571.
Astarai Mahadin Moh; Mahsyar, Abdul; dan Parawangi, Anwar.
2019. KOLABORASI ANTARORGANISASI PEMERINTAH
DALAM PENERTIBAN MODA TRANSPORTASI DI KOTA
MAKASSAR (STUDI KASUS KENDARAAN BECAK MOTOR).
JPPM: Journal of Public Policy and Management Volume 1
Nomor 1 | Mei 2019.
Costumato, L. (2021), "Collaboration among public organizations: a
systematic literature review on determinants of
interinstitutional performance", International Journal of
Public Sector Management, Vol. 34 No. 3, pp. 247-
273. https://doi.org/10.1108/IJPSM-03-2020-0069
Irawan denny. 2017. COLLABORATIVE GOVERNANCE (Studi
Deskriptif Proses Pemerintahan Kolaboratif Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya).
Kebijakan dan Manajemen Publik. Volume 5, Nomor 3,
September – Desember 2017.
Mahendra Adhi Nugroho, (2018) "The effects of collaborative
cultures and knowledge sharing on organizational learning",
Journal of Organizational Change Management,
https://doi.org/10.1108/ JOCM-10-2017-0385
29
Kolaboratif
3. Website
Celik, A. K., Haddoud, M. Y., Onjewu, A.-K. E., & Jones, P. (2019).
Managerial Attributes and Collaborative Behaviours as
Determinants of Export Propensity: Evidence from Turkish
SMEs. Contemporary Issues in Entrepreneurship Research,
33–49. doi:10.1108/s2040-724620190000010004
Brenda Ghitulescu. 2016. "Psychosocial effects of proactivity: the
interplay between proactive and collaborative behavior",
Personnel Review, https://doi.org/10.1108/PR-08-2016-0209
http://kartamantul.jogjaprov.go.id/tim/ diakses 2 November 2021
30
Kolaboratif
Kolaboratif
31
Kolaboratif
32
Kolaboratif
33
Kolaboratif
BERORIENTASI PELAYANAN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
PENULIS MODUL:
Rizki Amelia, SS, M.Si
Jakarta – LAN –
2021ISBN:
34
Kolaboratif
KATA PENGANTAR
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna. Dengan
segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon kesediaan
pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna
penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Jakarta,
Des
ember 2021Kepala LAN,
Adi Suryanto
ii
Kolaboratif
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Kompetensi Dasar ......................................................................................................... 2
Indikator Keberhasilan................................................................................................ 3
Panduan Penggunaan Modul ...................................................................................... 3
BAB II KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL ...................................................... 5
Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital ............................................................................ 5
1. Uraian Materi ............................................................................................... 7
a. Percepatan Transformasi Digital ............................................................ 8
b. Pengertian Literasi Digital .................................................................... 11
c. Peta Jalan Literasi Digital....................................................................... 19
d. Lingkup Literasi Digital ......................................................................... 22
e. Implementasi Literasi Digital ................................................................ 26
2. Rangkuman ................................................................................................ 29
3. Soal Latihan ................................................................................................ 30
4. Kasus ........................................................................................................... 31
BAB 3 KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL .................................... 33
Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital ............................................................... 33
1. Uraian Materi ............................................................................................. 36
a. Etika Bermedia Digital ........................................................................... 37
b. Budaya Bermedia Digital....................................................................... 54
c. Aman Bermedia Digital .......................................................................... 73
d. Cakap Bermedia Digital ......................................................................... 92
2. Rangkuman ..............................................................................................109
3. Soal Latihan ..............................................................................................112
4. Kasus .........................................................................................................114
iii
Kolaboratif
v
Kolaboratif
DAFTAR TABEL
3
Tabel 3. 3 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial
.................................................................................................................................................... 14
3
Tabel 3. 4 Tujuan Bahasan Netiket
.................................................................................................................................................... 16
0
Tabel 3. 5 Tips Menyeleksi Perilaku Netiket (Limbong, 2018)
.................................................................................................................................................... 16
3
viii
Kolaboratif
DAFTAR GAMBAR
x
Smart ASN
BAB I PENDAHULUAN
2
Smart ASN
Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk berpikir secara kritis
terkait pemahaman konsep efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu di
bidang komunikasi. Oleh karena itu, pahamilah setiap dasar kompetensi
yang harus peserta kuasai, beserta indikator keberhasilan dan sejumlah
capaian belajar untuk mengukur pemahaman peserta tentang modul.
Melalui modul ini, peserta akan dinilai kemampuannya dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar literasi digital.
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah
pembentukan karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan memiliki
kinerjayang bermutu, dalam penyelenggaraan program pemerintah,
khususnya program literasi digital, pilar literasi digital, sampai
implementasi dan implikasi literasi digital dalam kehidupan bersosial
dan dunia kerja.
3
Smart ASN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari isi modul dan mengikuti kegiatan
pembelajaran di dalamnya, peserta diharapkan dapat:
Mata Diklat ini terdiri dari tiga kegiatan belajar, yakni sebagai berikut:
4
Smart ASN
1. Pengantar Literasi Digital
5
Smart ASN
7
Smart ASN
BAB II
KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL
8
Smart ASN
10
Smart ASN
1. Uraian Materi
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital
dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini
termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam
mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital
safety),dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).
11
Smart ASN
Karakteristik Keterangan
Hasil yang Proses bisnis diubah dan fokus model bisnis organisasi
Diharapkan diubah; dalam beberapa kasus proses bisnis
dioptimalkan.
12
Smart ASN
13
Smart ASN
15
Smart ASN
dunia dan cara mengembangkan ide-ide baru tentang dan solusi untuk
masalah yang dihadapi kita.
Konsep literasi digital telah lama berkembang seiring dengan
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut
Gilster (1997) literasi digital mengacu kepada kemampuan untuk
memahami, mengevaluasi dan mengintegrasi ke dalam berbagai format
(multiple formats) dalam bentuk digital. Titik berat dari literasi digital
adalah untuk mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang ada.
Sementara itu, Lankshear dan Knobel (dalam Bawden, 2008)
mendefinisikan literasi digital sebagai analisis praktik sosial yang
mengidentifikasi poin-poin penting untuk pembelajaran yang efektif.
Aktivitas literasi digital ini terjadi dalam sistem pembelajaran sosio-
teknis yang efisien serta prinsip-prinsip pembelajaran dasar yang dapat
disesuaikan dan dimanfaatkan untuk pembelajaran pendidikan yang
adil.Buckingham (2010) menambahkan bahwa literasi digital lebih dari
sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer
dan keyboard, atau cara melakukan pencarian secara daring. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasI, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
merepresentasikan realita di dunia; dan memahami bagaimana
perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan
ekonomi yang lebih luas.
Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman.
Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy
Framework (Law, dkk., 2018) literasi digital adalah...
“...kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan
16
Smart ASN
17
Smart ASN
18
Smart ASN
19
Smart ASN
20
Smart ASN
21
Smart ASN
23
Smart ASN
24
Smart ASN
26
Smart ASN
22
Smart ASN
23
Smart ASN
24
Smart ASN
25
Smart ASN
26
Smart ASN
No Basis Indikator
27
Smart ASN
28
Smart ASN
2. Rangkuman
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan
pentinguntuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari
kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensikognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
a. Guna mendukung percepatan transformasi digital,
ada 5langkah yang harus dijalankan, yaitu:
● Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
● Persiapkan betul roadmap transportasi digital
di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor
penyiaran.
● Percepat integrasi Pusat Data Nasional
sebagaimana sudahdibicarakan.
● Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
● Persiapan terkait dengan regulasi, skema-
skemapendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukansecepat-
cepatnya
b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah
fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan
pencarian online. Literasi
29 digital juga mengacu
Smart ASN
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-
cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini
30
Smart ASN
3. Soal Latihan
1) Peserta diminta menjelaskan secara singkat
program literasidigital yang ada di Indonesia
2) Peserta diminta menjelaskan tentang digital skill,
digital ethics,digital culture, dan digital safety
3) Peserta diminta menjelaskan contoh implementasi
literasi digitaldalam kehidupan bermedia digital
31
Smart ASN
4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk
menyelesaikancontoh kasus berikut.
Studi Kasus:
- Desa memiliki usaha kerajinan kain tenun buatan tangan. Salah satu
pengrajin mengaku mengalami kesulitan untuk menjual produk karena
jarak desa yang cukupjauh dari kota dan kurangnya minat beli di kota
terdekat
33
Smart ASN
Secara berkelompok, buatlah contoh susunan kegiatan/program yang akan Anda dan
kelompok lakukan di Desa Kuta Paya. Rincikan pula perencanaan susunan kegiatan yang
akan Anda dan kelompok lakukan pada kunjungan pertama, kedua, dan ketiga. Fokuslah
membentuk kemandirian digital warga desa secara jangka panjang setelah kegiatan
pendampingan selesai. Presentasikan rekomendasi yang telah dibuat, dan jika
memungkinkan, tampilkanlah role-play singkat berdasarkan rekomendasi yang telah
dibuat!
34
Smart ASN
BAB 3
KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL
35
Smart ASN
36
Smart ASN
37
Smart ASN
1. Uraian Materi
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk
dalam pilar-pilar literasi digital. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–
kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan
individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga
kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat
kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang‘informal–
formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi
literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel,
dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah
kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan
pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan
pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi
semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan
domain kapasitas dan ruangnya.
38
Smart ASN
Kerangka Kerja
Dasar
39
Smart ASN
40
Smart ASN
41
Smart ASN
42
Smart ASN
Tujuan Penjelasan
Sedang urgensi dari netiket bagi netizen adalah karena kita semuamanusia bahkan
sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan
nyata. Pengguna internet berasal dari
43
Smart ASN
bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat.
Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymous, yang
mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas di
internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis (Hartanto,
2019 dalam Frida dan Astuti, 2021). Sehingga kita dapat menyeleksi perilaku sesuai
dengan netiket. Seperti terangkum dalam tabel berikut:
Seleksi dan analisis informasi Sesuai Seleksi dan Analisis Informasi Tidak
netiket Sesuai netiket
Ingatlah akan keberadaan orang lain di Menyebarkan Berita Hoaks atau berita
dunia maya bohong dan palsu
Taat kepada standar perilaku online Ujaran Kebencian (provokasi, hasutan atau
yang sama dengan yang kita jalanidalam hinaan)
kehidupan nyata
44
Smart ASN
Memberi saran atau komentar yang Modus Penipuan Online (voucher diskon,
baik penipuan transaksi shopping online)
Mengakses hal -hal yang baik dan Perjudian Online (judi bola online,
bersifat tidak dilarang blackjack, dan casino online)
Tidak melakukan seruan atau ajakan Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan
ajakan yang sifatnya tidak baik siber (pencurian identitas, pembobolan
kartu kredit, pemerasan, hacking)
Saat ini kita dapat memperoleh informasi dengan sangat mudah. Dengan bantuan
gawai atau telepon seluler di genggaman yang terhubung internet, kita bisa
mendapatkan berbagai informasi yang kita kehendaki maupun yang tidak kita
kehendaki.
45
Smart ASN
Selain itu dengan bantuan teknologi kita juga bisa menciptakan dan menyebarkan
informasi ke banyak orang. Hal tersebut dipermudah setelah media sosial hadir di
tengah kita. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya
berpartisipasi dalam menerima dan mengirim informasi (Maning, 2016 dalam Frida
dan Astuti, 2021).
Soal akses memang terpecahkan berkat adanya teknologi, namun akses ini tidak
hanya soal keahlian mencari atau menyebarkan informasi, namun juga terkait aspek
etika, di mana kita memiliki tanggung jawab moral dalam penggunaan informasi.
Tanggung jawab ini harus berdasar pada nilai respek atau penghargaan terhadap
harkat-martabat manusia dan hak asasi manusia.
Ada dua hal penting saat berinteraksi di dunia digital. Pertama, penghargaan pada
diri sendiri akan menjaga kepentingan kita di dunia digital. Kita akan bijak
mengekspos diri kita melalui pesan yang kita buatdan bagikan. Kedua, penghargaan
pada orang lain bisa kita lihat contoh penerapan prinsip tersebut pada media sosial.
Perkembangan media sosial yang awalnya untuk mempererat hubungan antar
pengguna, lalu mulai bergeser ketika ada ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan
ekonomi, politik, dan SARA. Sehingga ada baiknya kita memahami kontennegatif dan
mewaspadainya.
Tujuan Penjelasan
46
Smart ASN
Definisi konten negatif jelas tertulis dalam UU ITE. Konten negatif ada dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang telah
diubah melalui UU Nomor 19 Tahun 2016 (UU ITE) sebagai informasi dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian,
penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman,
penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian
pengguna.
47
Smart ASN
Konten Fenomena
Hoaks Hoaks, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Kata ini sangat
populer belakangan ini di Indonesia. Berbagai peristiwa besar
sering diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya seperti
peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan
Hate speech Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan
atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk
mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok.
Cara melawan konten negatif diantaranya adalah memverifikasi informasi. Kita wajib
melakukan cross check untuk menguji kebenaran suatu informasi. Langkah verifikasi
akan mengurangi resiko menjadi
48
Smart ASN
korban dari konten negatif. Kita menguji kebenarannya dengan mencari informasi
dari sumber-sumber lain yang kredibel. Lainnya adalahmemegang prinsip kehati-
hatian yang kita lakukan agar secara tidak langsung juga dapat berimbas pada orang-
orang yang mengirimkan informasi yang salah.
Apakah kita perlu menyebarkan setiap informasi yang kita miliki?Kita perlu memiliki
beberapa pertimbangan sebelum menyebarkan suatuinformasi. Apakah informasi ini
benar? Apakah informasi ini penting? Apakah informasi ini bermanfaat bagi
keselamatan dan perbaikan situasimasyarakat jika disebarkan? Gunakan kreatifitas
kita untuk memproduksi/membuat konten yang bermanfaat, yang tidak merugikan
orang lain dan diri kita.
Proses interaksi yang terjadi di media sosial ini merupakan bagiandari komunikasi
sosial, bahkan semakin kompleks dan dapat menimbulkan masalah jika tidak
dikelola dengan baik. Permasalahan yang biasanya muncul terkait dengan privasi,
hak cipta karya, pornografi, kekerasan online, dan isu etika lainnya. UGC dapat
menjadi dilema bagi pengguna dalam partisipasi di media digital, karena karya kreatif
di media
49
Smart ASN
sosial itu baik namun jika tidak diimbangi dengan pengetahuan, etika, dantanggung
jawab sosial yang tinggi, maka hasilnya dapat menjadi negatif.
Tujuan Penjelasan
Dengan kompleksnya informasi pada media digital, maka interaksi pun dapat
berdampak negatif. Misalnya, memberi komentar negatif terhadap berita khususnya
gosip artis di media sosial, seperti berikut ini. Pengikut beberapa akun Instagram
populer memberikan kata-kata hujatan terkait selebgram yang mengklarifikasi berita
dirinya foto berdua dianggap selingkuh. Hal ini disebut interaksi negatif. Interaksi
negatif lainnya adalah ujaran kebencian atau hate speech.
Dalam mencegah hate speech demi menciptakan interaksi bermakna di ruang digital,
partisipasi dan kolaborasi dibutuhkan. Partisipasi merupakan proses terlibat aktif
dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Proses ini
50
Smart ASN
Kolaborasi positif, dapat menjadi sistem pendukung bagi kita dalam menghadapi
berbagai serangan informasi di dunia internet. Sebaliknya kolaborasi negatif dapat
menjebloskan kita pada pusaran perspektif yang salah bahkan ranah hukum.
Kolaborasi positif seperti menciptakan konten yang baik. Pada dasarnya, konten pada
media digital adalah produksi budaya, karena terdapat interaksi, partisipasi, dan
kolaborasi antar pengguna di dalamnya.
Namun dalam interaksi terkait konten digital, perlu diingat pertimbangan etis.
Pertimbangan etis didasarkan triangle subjek, pencipta karya, dan audiens.
Penjelasannya pertimbangnnya adalah sebagai berikut:
1. Subjek: Apakah subjek berkenan untuk masuk dalam konten yang kita
buat (consent)? Apakah subjek bebas dalam berpartisipasi atau ada
paksaan (free will)?
2. Pencipta karya: Apakah pencipta karya memiliki maksud baik terhadap
subjek (intentionality)? Apakah pencipta karya mempertimbangkan
konsekuensi dari aksinya terhadap subjek? (consequences), apakah
efek yang akan muncul kedepannya bagi masyarakat, khususnya
terkait menjalin hubungan sosial yang sehat (social good)?
3. Audiens: Apakah audiens mendapatkan maksud baik dari yang
disampaikan pencipta karya (intentionality)? Apakah audiens dapat
berkontribusi bagi hubungan sosial yang sehat (social good)?
Interaksi dan Transaksi Bijak
51
Smart ASN
Berdasarkan data yang iPrice dan Jakpat kumpulkan, 26% dari total 1000 responden
menyebutkan mereka memilih untuk menggunakan e-wallet/e-money sebagai
metode pembayaran saat melakukan online shopping di e-commerce (Devita, 2020
dalam Frida dan Astuti, 2021). Sehingga jelas bahwa volume dan nilai transaksi uang
elektronik di Indonesia meningkat. Maka kita sebagai pengguna media digital harus
bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena apabila tidak, akan dapat berdampak
negatif bagi kita ketika melakukan transaksi daring di sosial media.
Sebelum memahami lebih jauh, perlu dipahami interaksi dan transaksi elektronik.
Interaksi adalah sebuah kebutuhan dan seiring perkembangan teknologi informasi
interaksi dapat dilakukan tidak hanya bertatap muka secara langsung tetapi juga
melalui atau termediasi oleh komputer atau perangkat sejenis. Sedang menurut UU
ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer, dan media elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE persyaratan
para pihak yang bertransaksi elektronik harus dilakukan dengan sistem elektronik
yang disepakati oleh para pihak.
52
Smart ASN
Setelah kita memahami bagaimana berinteraksi yang etis, kini mari kita tingkatkan
manfaat media digital dengan melakukan transaksi. Menurut GlobalWebIndex,
Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi e-commerce atau transaksi daring
paling tinggi di dunia pada tahun 2019.Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 90%
pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga 60 tahun pernah melakukan
pembelian produk atau jasa secara daring.
53
Smart ASN
Media sosial dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
sebagai wadah mengembangkan bisnis. Berikut beberapa keunggulan penggunaan
media sosial untuk UMKM, antara lain:
54
Smart ASN
55
Smart ASN
● Baca informasi
mengenai produk dalam
platform belanja dengan
teliti dan hati-hati.
Kerangka Kerja
Dasar
56
Smart ASN
Topik
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Kesukaan dan
minat masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya
mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang bermanfaat bagi
pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan relasi mereka
dengan lingkungannya. Masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur dari
teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki keunggulan dan kemudahan
untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat (Astuti, dan
Prananingrum, 2021).
57
Smart ASN
Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan
bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital, maka
budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter
dan warga digital yang memilikinilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa
dan negaranya. Kehadiran media dan teknologi digital, dengan kata lain, harus
menjadi sarana memperkuat budaya bangsa dan karakter warganegara. Modul ini
lahir dari sebuah cita-cita untuk menjadikan budaya digital yang tumbuh pesat,
tidak lepas dari nilai-nilai kewarganegaraan dan budaya Indonesia. Perhatian
terhadap perkembangan karakter harus menjiwai setiap unsur yang terkait dengan
literasi digital, mulai dari konsep hingga aplikasinya dalam kehidupan masyarakat
Nusantara.
58
Smart ASN
sasaran yang bukan hanya berbeda budaya, tetapi juga memiliki keragaman
variabel sosioekonomi. Tidak kalah penting adalah bagaimana menyentuh
kelompok-kelompok minoritas supaya tidak tertinggal dalam pengembangan
budaya digital, yaitu warga difabel, masyarakat di Kawasan 3T, lansia, anak-anak,
dan perempuan.
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka
maupun melalui kegiatan dalam jaringan (daring). Manusia harus memiliki mental
yang tangguh dan memiliki prinsip dalam menjalankan tugas tugas berkomunikasi
denganorang lain. Sikap Pancasila ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan
59
Smart ASN
dalam berbagai kegiatan, salah satu aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui
penggunaan nilai nilai Pancasila dalam berkomunikasi antar sesama manusia.
Terutama dalam menjalankan tugas tugas sebagai duta bangsa dalam kesenian dan
teknologi serta dalam menjalankan tugas sebagai duta pariwisata untuk
mempromosikan produk dalam negeri.
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Kesukaan dan
minat masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya
mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang bermanfaat bagi
pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan relasi mereka
dengan lingkungannya. Masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur dari
teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki keunggulan dan kemudahan
untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat (Astuti, dan Prananingrum,
2021).
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warganegara digital. Dalam konteks keIndonesiaan,
sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan BhinnekaTunggal Ika.
Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
60
Smart ASN
Melandasi diri ketika berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika akan mengarahkan kita pada komunitas digital yang
Pancasilais dalam pilihan kegiatannya. Telah menjadi kewajiban kita untuk
memastikan tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang tidak benar,
sekaligus memproduksi konten positif. Selain partisipasi, kita juga diharapkan
memiliki kecakapan berkolaborasi, dalam hal ini secara aktif menginisiasi,
menggerakkan dan mengelola kegiatan bermedia digital yang positif.
Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka
literasi digital dapat diklasifikasikan menjadi dua pokok besar, yaitu:
61
Smart ASN
62
Smart ASN
63
Smart ASN
Memahami konsep dasar nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ikaadalah kunci agar
mampu menginternalisasikannya dalam berbagai ruang, termasuk ruang digital.
Terdapat sejumlah implikasi yang muncul jika kita tidak cukup memiliki pemahaman
atas hal tersebut.
No Pengamalan Aktivitas
65
Smart ASN
simbol/emoticon, komentar,
subscribe, follow, mengunggah ulang
(repost, regram, retweet, repath)
kepada jejaring di media sosial, atau
media percakapan digital seperti
WhatsApp, Line,Telegram, dan aplikasi
percakapan lainnya.
66
Smart ASN
Setelah mampu mengamalkan beberapa poin di atas, maka kita bisa menjadi warga
digital yang Pancasilais, yaitu:
1. Berpikir kritis; Berpikir kritis melatih kita untuk tidak sekedar sharing,
namun mempertimbangkan apakah konten yang akan kita produksi dan
distribusikan selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dasar utamanya adalah pertanyaan apakah konten kita benar (objektif,
sesuai fakta), penting, dibutuhkan (inspiratif) dan memiliki niatan baik
untuk orang lain (tidak memihak, tidak merugikan).
2. Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo
Chamber dan Filter Bubble: Sangat penting kiranya melatih kematangan
bermedia. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah
memutuskan pertemanan (unfollow, unfriend, block atau blokir) di
media sosial dan media percakapan online. Baik echo chamber maupun
bubble filter menciptakan situasi yang membuat kita berhadapan
dengan keseragaman- seragam sama dengan kita. Akibatnya, kerap kita
merasa paling benar atas pemikiran kita sendiri, karena terhalangi
untuk melihat realitas yang lebih beragam di luar sana. Hal ini tentu
berlawanan denga nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
3. Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital: Menjadi warga
digital yang Pancasilais berarti memiliki inisiatif untuk berpartisipasi
dan berkolaborasi aktif dalam aktivitas dan komunitas digital. Pada
konteks ini, nilai- nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tercermin
dalam kesediaan kita untuk berkolaborasi dengan beragam entitas
untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara.
67
Smart ASN
Budaya digital yang akan kita pelajari bersama ini akan memberi wawasan kritis
tentang tantangan dan peluang sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh
teknologi digital itu sendiri. Sebuah budaya memberi masyarakatnya gagasan
tentang cara mendekati keputusan hidup, mulai dari bangun hingga tidur. Sekaligus,
memberi ide tentang semua pelajaran hidup yang dapat diterima. Melalui media,
termasuk media digital, gagasan masyarakat tentang kehidupan disampaikan kepada
masyarakat luas.
Di antara kita, ada saja pihak-pihak yang menganggap budayatertentu lebih tinggi
daripada budaya lainnya, yang berujung pada upaya penyeragaman budaya. Tentu
saja, kita tidak menginginkan penyeragaman budaya, karena keragaman seni budaya
adalah kekayaan Indonesia. Persoalannya, bagaimana ruang digital dapat
mempertahankan keragaman budaya Indonesia yang menghormati perbedaan dan
menciptakan ruang debat nan sehat? Nah, pada bagian ini, kita akan mempelajari
proses memahami, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi ruang digital
dalam isu keberagaman budayakita.
Secara umum, dalam isu budaya, ada 5 kompetensi yang dapat dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan bernegara, yaitu:
68
Smart ASN
69
Smart ASN
70
Smart ASN
Budaya adalah produk, praktik dan perspektif hasil pemikiran, gagasan,dan tindakan
manusia. Ruang digital sebagai buah kemajuan teknologi, dengan demikian, adalah
bagian dari budaya. Kendati demikian,kehadiran ruang digital memberikan sejumlah
tantangan bagi pelestarian budaya nasional maupun daerah. Menyikapi hal ini,
bahasantentang Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi Komunikasi telah
memperlihatkan cara menyiasati tantangan dan peluang tersebut melalui
kompetensi literasi digital berupa pemahaman terhadap aspek budaya di ruang
digital, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi.
71
Smart ASN
Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi hasil-hasil
karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan mancanegara. Seperti
contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya termasuk barang
aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Aneka karya anak bangsa itu dilirik
karena pengerjaannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia bukan pabrik.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi (Siswanto 2017 dalam Astuti dan Prananingrum, 2021). Bela negara
dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta
tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia (Akmadi, 2017 dalam Astuti dan
Prananingrum, 2021).
Artinya bela negara adalah langkah-langkah untuk membangun nilai- nilai rela
berkorban untuk Indonesia. Hal ini dipandang penting karena di era globalisasi, arus
informasi dan nilai-nilai luar masuk dengan derasdan berpengaruh kepada perilaku
masyarakat. Namun yang perlu dipahami bahwa bela negara dalam konteks kekinian
tidak mengutamakan wajib militer, tetapi lebih mengutamakan dimensi kreativitas,
sosial media, dan acara-cara hiburan yang edukatif. Lebih lanjut, gerakan bela negara
melibatkan Badan Ekonomi Kreatif.
Jadi sudah selayaknya, warga negara Indonesia melakukan bela negara yang lebih
nyata dengan selalu menggunakan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Juga selalu mengkonsumsi hasil-hasil pertanian dan perikanan asli Indonesia.
Langkah ini dilakukan untuk
72
Smart ASN
meningkatkan daya beli masyarakat sektor pertanian dan perikanan juga tidak
menghabiskan devisa negara karena karena memenuhi kebutuhan makan-minum
yang sebenarnya tersedia di dalam negeri. Gerakan kampanye mencintai produksi
dalam negeri harus selalu digalakkan tanpa henti dengan menggunakan platform
yang ada denganberbagai lapisan masyarakat.
Hak-Hak Digital
Hak-Hak Digital (Digital Rights) merupakan isu yang cukup kompleks. Dalam ranah
kewargaan digital, hak-hak digital tak pernah bisa dilepaskan dari tanggungjawab.
Baik hak maupun tanggung jawab berbicara mengenai kebebasan, sekaligus batasan-
batasan dari kebebasan tersebut. Dalam area Budaya Digital (Digital Culture), hak
dan tanggungjawab digital menempati posisi terakhir setelah indikator lainnya
dikuasai. Indikator Hak Digital mencakup persoalan akses, kebebasan berekspresi,
perlindungan atas data privasi, dan hak atas kekayaan intelektual di dunia digital.
Hak Digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak
Digital terdiri dari hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk
merasa aman. Dirangkum dalam tabel berikut, adalah penjabaran hak-hak digital
tersebut:
73
Smart ASN
74
Smart ASN
keputusan, hingga menyelamatkan orang lain ataupun kita sendiri dari fitnah atau
tuduhan palsu.
● Mengakses perangkat secara legal, jelas melindungi kita dari
perbuatan yang melawan hukum karena melanggar hak cipta
milik orang lain.
● Mengakses program sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan,
dapat membantu kita mengoptimalkan fungsi program atau alat,
serta menghindari kerusakannya.
Kebebasan berekspresi adalah salah satu hak asasi manusia yang menjadi ciri negara
demokrasi. Dengan berkembangnya teknologi, berkembang pula jenis-jenis media
massa. Dari media tradisional yang bersifat analog, menjadi media baru yang bersifat
digital. Maka, ruang berekspresi publik pun menjadi lebih beragam. Sehingga,
kebebasan berekspresi mewujudkan kecakapan digital, khususnya pada indikator
cara menggunakan atau mempraktikkan ragam pengetahuan dasar yang telah
dimiliki, mulai dari pengetahuan dasar mengenai lanskap digital, mesin pencarian
informasi, hingga aplikasi percakapan dan media sosial. Inilah pembeda antara
kebebasan berekspresi sebagai kecakapan digital dengan kebebasan berekspresi
sebagai aspek kewargaan digital.
Kerangka Kerja
75
Smart ASN
Dasar
Topik
76
Smart ASN
77
Smart ASN
78
Smart ASN
praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri. Contohnya
adalah selalu memastikan menggunakan sandi yang kuat dan memperbaharuinya
secara berkala.
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya
ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan pegang, seperti
layar ponsel, monitor, keyboard, hard disk, dan kartu penyimpanan. Sedangkan
perangkat lunak merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam
perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini
saling terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara
berkesinambungan.
79
Smart ASN
Jika dirasa perlu ditambahkan, kita juga bisa menambahkan fitur proteksi perangkat
digital ekstra untuk memperkuat proteksi perangkat digital yang kita miliki. Sebagai
contoh, kita bisa menggunakan fitur remote wipe, backup data, antivirus, enkripsi full
disk dan shredder. Patut diingat, fitur ini bersifat opsional, artinya jika kita tidak
terlalu banyak menggunakan perangkat digital untuk aktivitas yang berisiko,
perangkat tambahan ini tidak terlalu dibutuhkan.
Figur 3. Jenis Fitur Proteksi Perangkat keras (kiri) dan perangkat lunak (kanan)
(Adikara dan Kurnia, 2021)
Cara pengaturan kata sandi biasanya bisa ditemui pada menu pengaturan pada setiap
perangkat. Setiap perangkat digital memiliki polapengaturan yang berbeda sehingga
ada baiknya kita merujuk pada buku
80
Smart ASN
Fitur Cari Perangkat Saya (Find My Device) ini merupakan fitur yang bisa diaktifkan
untuk mencari perangkat digital yang hilang,
81
Smart ASN
mengunci file, bahkan melakukan remote wipe atau penghapusan jarak jauh. Fitur
remote wipe ini bisa diakses dengan menghubungi pusat bantuan masing-masing
perangkat. Harus diingat, beberapa perangkat tipe lama memerlukan langkah
tambahan untuk mengaktifkan fitur ini. Seperti fitur-fitur lainnya, pengaturan fitur
ini akan berbeda untuk setiapperangkat
Full disk encryption memungkinkan seluruh kapasitas hard drive computer untuk
dienkripsi, mencakup sistem, program, dan semua data yang tersimpan di dalamnya.
Enkripsi adalah proses penyandian pesan sehingga hanya mereka yang berwenang
untuk melihat data yang dapat membacanya. Tanpa enkripsi, pesan disebut sebagai
teks biasa. Sedang fitur shredder merupakan fitur yang mampu memusnahkan data
secara total sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak lain, sebab
82
Smart ASN
menghapus data saja tidak menjamin data terhapus sepenuhnya, data tersebut tetap
bisa dimunculkan kembali dengan perangkat lunak tertentu.
Sebagai pengguna platform digital, kita pasti menyimpan dan mengelola identitas
digital dan data pribadi ke dalam platform tersebut. Persoalannya, perlindungan
terhadap identitas digital dan data pribadi ini masih jadi persoalan di berbagai
belahan dunia (Sammons & Cross, 2017 dalam Adikara dan Kurnia, 2021). Apalagi,
belum semua negara, termasuk Indonesia, mempunyai regulasi yang mengatur
perlindungan data pribadi supaya hak warga negara di dunia digital bisa dijamin
aspek hukumnya. Terdapat dua jenis identitas digital baik yang terlihat maupun tidak
terlihat sebagaimana dijelaskan
Berbeda dengan identitas di dunia nyata, identitas digital bukanlah suatu kesatuan
karakteristik melainkan gabungan beragam identitas parsial (Monggilo, dkk, 2020,
dalam Adikara dan Kurnia, 2021). Artinya ada identitas digital yang sama dengan
identitas kita di dunia nyata, ada yang berbeda. Misalnya saja, orang bisa
mencantumkan nama, alamat, tempat tanggal lahir di platform digital sesuai
aslinya, ada yang tidak.
83
Smart ASN
Bahkan ada yang meramu identitas digitalnya dengan sebagian identitas asli
sebagian samaran.
Tak heran jika kemudian kita mendapatkan beberapa akun media sosial yang dimiliki
orang yang sama namun dengan identitas yang berbeda, sebab seorang pengguna
bisa memiliki banyak persona. Kondisiseperti ini bisa terjadi karena identitas digital
biasanya tidakmembutuhkan konfirmasi dengan kartu identitas formal seperti KTP
atau KK. Sehingga ada baiknya kita melakukan tips berikut untuk melindungi
identitas digital, yaitu:
Kita juga wajib membaca syarat yang harus kita sepakati saat mendaftar akun
platform digital dengan detail serta sadar akan risikonya.
84
Smart ASN
Pastikan juga kita melindungi identitas digital kita di berbagai akun platform digital
yang kita gunakan. Konsolidasikan keamanannya misalnya dengan tidak
menggunakan sandi sama namun hubungkan satu akun dengan lainnya dengan
perlindungan yang maksimal untuk saling mengunci. Beberapa tips berikut bisa
dilakukan untuk melindungi data pribadi di dunia digital yaitu:
85
Smart ASN
Number) menjadi kemampuan dasar yang selalu bisa kita asah. PIN adalah angka
sandi yang hanya diketahui oleh pengguna platform digital dan sistem autentikasi
platform digital tersebut. Biasanya PIN yang terdiri dari 4 hingga 6 digit angka
digunakan sebagai cara sistem melakukan identifikasi terhadap pengguna agar akses
ke sistem tersebut terbuka (Raharja & Setyabudi, 2019 dalam Adikara dan Kurnia,
2021). Hindari memilih kombinasi angka yang mudah ditebak, misalnya tanggal dan
tahun lahir. Pilihlah kombinasi angka yang potensi keamanannya tinggi dengan
selalu membuat PIN yang susah untuk diprediksi orang lain. Kedua, sebaiknya kita
tidak menuliskan PIN di kartu identitas kita ataupun secarik kertas yang ditaruh di
dompet.
Selain 2FA, juga ada OTP atau One-time Password. OTP adalah sandi yang dimiliki
oleh pengguna platform digital yang diubah secara teratur oleh sistem sehingga
seorang pengguna selalu login dengan menggunakan salah satu sandi dari daftar
sandi yang dimilikinya. Kelebihan OTP adalah keamanan yang tinggi sehingga
kemungkinannya kecil untuk diretas. Sedangkan kelemahannya adalah pengguna
harus
menjaga agar daftar sandi tersebut selalu aman jangan sampai tercuri
86
Smart ASN
atau hilang. OTP biasanya berisi 6-8 digit angka melalui SMS atau email yang dijaga
hanya digunakan sekali pakai oleh seorang pengguna (Yusuf, 2008 dalam Adikara
dan Kurnia, 2021).
Dari data 2.259 yang dilaporkan ke Kepolisian dari Januari s/d September 2020,
sebanyak 649 kasus yang dilaporkan merupakan kasus penipuan daring, dengan
posisi urutan kedua terbanyak kasusnya. Kasus ini adalah yang terdata dan
dilaporkan untuk penipuan digital, sementara ada juga yang tertipu tetapi tidak
melaporkan bahkan kadang mengikhlaskan saja, dianggap sebagai musibah.
Penipuan digital yang dilaporkan banyak menyasar ketika kita melakukan aktivitas
belanja dan bertransaksi secara daring melalui beragam layanan lokapasar (e-
commerce).
Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media internet untuk
menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis ini menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi) yang
disalahgunakan untuk menampilkan upaya menjebak pengguna internet dengan
beragam cara. Strateginya biasanya dilakukan secara bertubi-tubi tanpa diminta dan
sering kali tidak dikehendaki oleh korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015 dalam
Adikara dan Kurnia, 2021). Beberapa modus yang ditemui dalam penipuan daring
adalah
87
Smart ASN
Beberapa ragam jenis penipuan lain, selain di e-commerce dirangkum dalam tabel
berikut
No Jenis Penjelasan
88
Smart ASN
89
Smart ASN
Melaporkan penipuan digital menjadi langkah tepat untuk mendapatkan solusi dan
mencegah terulangnya penipuan. Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaporan
penipuan digital baik melalui situs resmi maupun laporan secara langsung ke
kepolisian terdekat. Adapun pelaporan dan pengecekan secara digital diantaranya:
90
Smart ASN
Dalam aktivitas sehari-hari, setiap dari kita secara sadar atau tidak sadar telah
meninggalkan banyak jejak di dunia maya. Penggunaan teknologi yang melekat
dengan kehidupan sehari- hari kita juga telah meningkatkan kejahatan di maya
dengan mengakses perangkat lunak, gawai, dan terlebih menyambungkan diri kita
dengan internet, kita telah memberikan akses pada pihak lain untuk mengetahui
kebiasaan kita sehari-hari. Kemudahan teknologi pun ternyata memiliki sisi yang
perlu kita waspadai, yakni jejak-jejak kita di dunia maya. Jejak-jejak inilah yang
disebut dengan jejak digital (digital footprints).
Jejak digital memiliki sisi positif dan juga sisi negatif yang perlu kita waspadai. Jejak
digital dan keberadaan fisik orang-orang sekarang dapat dilacak dengan mudah
sehingga seseorang kini harus melindungi anonimitas mereka secara daring dan juga
luring dengan lebih menyeluruh (Madden, 2012 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Cara
91
Smart ASN
termudah mengetahui jejak digital kita adalah dengan mengetikkan namakita pada
search engine/mesin pencari digital seperti Google, Yahoo, Altavista, Yandex, dan
sebagainya. Cara lain adalah dengan melakukan pencarian barang pada situs belanja
daring.
Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital yangbersifat pasif dan
jejak digital yang bersifat aktif.
1. Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara
daring dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.
Biasanya digunakan untuk mencari tahu profil pelanggan,
target iklan, dan lain sebagainya. Jejak ini tercipta saat kita
mengunjungi situs web tertentu dan server web mungkin
mencatat alamat IP kita, yang mengidentifikasi penyedia
layanan Internet dan perkiraan lokasi.
2. Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita
kirimkan di internet atau di platform digital. Contohnya seperti
mengirim email, mempublikasikan di media sosial, mengisi
formulir daring, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut
berkontribusi pada jejak digital aktif kita karena kita
memberikan data untuk dilihat dan/atau disimpan oleh orang
lain. Semakin banyak email yang kita kirim, semakin banyak
jejak digital kita (Vonbank, 2019 dalam Adikara dan Kurnia,
2021).
Jejak digital pun bisa disalahgunakan. Penyalahgunaan jejak digital adalah
pemanfaatan jejak digital secara negatif. Netsafe mencatat beberapa hal negatif yang
muncul dari penyalahgunaan jejak digital yang paling sering dilaporkan oleh
pengguna internet, antara lain: mempublikasikan informasi pribadi yang mengarah
ke penindasan atau
92
Smart ASN
pelecehan daring, serta menerbitkan informasi pribadi atau bisnis yang digunakan
untuk serangan manipulasi psikologis.
Modus penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah
menerbitkan atau berbagi informasi yang merusak reputasi, seperti kehilangan
pekerjaan. Modus lain adalah denganmenerbitkan atau berbagi gambar atau video
yang digunakan untuk sexting, pemerasan, pelecehan berbasis gambar (terkadang
disebut revenge porn) atau insiden pemerasan. Untuk perilaku semacam ini ancaman
hukumannya bisa berlapis dan menyentuh hukum tentang pencemaran nama baik
bahkan juga pemerasan.
Namun bagi aparat keamanan, jejak digital akan sangat membantu dalam
mengungkap kasus-kasus kriminal, baik yang berbasis dunia daring (cybercrime)
maupun yang terjadi di dunia luring Bentuknya beragam. Mulai dari aktivitas sinyal
seluler pada ponsel, riwayat login akun media sosial, sampai dengan jejak pengiriman
SMS atau panggilan telepon. Bahkan, jika seseorang meretas sebuah situs web atau
aplikasi berbasis Internet, sejatinya jejak digital itu akan tertinggal dan bisa dilacak
(Kumparan.com, 2017 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
93
Smart ASN
Dalam konteks kehidupan digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada
orang-orang yang mungkin sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkan
dokumen pribadi yang pernah kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir
mustahil untuk menghapus jejak ini secara utuh. Untuk itu, kita harus berhati-hati
ketika melakukan sesuatu di dunia digital. Di masa sekarang, dengan media sosial
yang sudah menjadi keseharian, kita menjadi sangat mudah memberikan komen dan
mempublikasikan sesuatu.
Terdapat banyak cara untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang negatif dengan
cara melindungi jejak digital kita. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan
selalu menyempatkan untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi, media sosial
dan juga situs web yang kita akses. Bagian ini memang terasa menjemukan untuk
dibaca, tetapi mencermatinya bisa berguna di kemudian hari. Jika ada pilihan untuk
tidak merekam jejak digital dan membagikannya ke pihak ketiga, kita bisa memilih
opsi tersebut sehingga jejak digital kita aman. Kebiasaan lain yang patut diasah
adalah kebiasaan untuk membatasi jenis data yang Anda bagikan. Jangan
mengunggah informasi sensitif atau data pribadi seperti
94
Smart ASN
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistemoperasi digital
dalam kehidupan sehari-hari
Dasar
● Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras
digital (HP, PC)
● Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search
engine) dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata
kunci dan memilah berita benar
● Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan
media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh
dan mengganti Settings
● Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet
digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan
bertransaksi secara digital
Topik
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari
kompetensi literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yangtidak asing
bagi banyak dari kita. Kita mungkin sudah sangat akrabdengan dunia digital.
Namun, selayaknya dunia fisik di sekitar kita, adabeberapa hal yang perlu kita
ketahui dan pahami agar tidak tersesatdalam dunia digital. Setiap generasi
dapat memiliki praktik danpengalaman yang berbeda terhadap dunia digital.
Oleh karena itu,pemahaman fundamental terhadap lanskap digital semakin
pentingmengingat semakin beragamnya generasi yang mengakses dunia digital.
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras
dan perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan
95
Smart ASN
perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak
bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi jadi keduanya. Dengan demikian, kita
perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras dan perangkat lunak yang
digunakan dalam mengaksesdunia digital.
Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 di 34 provinsi di
Indonesia, akses terhadap internet ditemukan kian cepat,terjangkau, dan tersebar
hingga ke pelosok (Kominfo, 2020). Dalamsurvei tersebut, terungkap pula bahwa
literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang (Katadata
Insight Center & Kominfo, 2020). Adapun, indeks literasi digital yang diukur dibagi
ke dalam 4 subindeks, yaitu subindeks 1 terkait informasi dan literasi data,
subindeks 2 terkait komunikasi dan kolaborasi, subindeks 3 tentang keamanan, dan
subindeks 4 mengenai kemampuan teknologi, dengan skor terbaik bernilai 5 dan
terburuk bernilai 1. Dari keempatnya, subindeks dengan skor tertinggi adalah
subindeks informasi dan literasi data serta kemampuan teknologi (3,66), diikuti
dengan subindeks komunikasi dan kolaborasi (3,38), serta informasi dan literasi
data (3,17) (Kominfo, 2020).
Data tersebut nyatanya selaras dengan laporan indeks pembangunan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT Development Index) yang dirilis oleh International
Telecommunication Union (ITU) per tahun 2017. Indonesia menempati posisi 114
dunia atau kedua terendah di G20 setelah India dalam rilis tersebut (Jayani, 2020).
Data- data tersebut menunjukkan masih terdapat ruang pengembangan untuk
peningkatan literasi digital di Indonesia. Salah satunya adalah kecakapan digital
sebagai salah satu area kompetensi literasi digital bagi
96
Smart ASN
97
Smart ASN
cepat dan dinamisnya perkembangan dunia digital baik dari segi perangkat
maupun sistem.
Lanskap Digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi literasi
digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari kita.
Kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya dunia
fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak
tersesat dalam dunia digital. Setiap generasi dapat memiliki praktik dan pengalaman
yang berbeda terhadap dunia digital. Olehnya itu,pemahaman fundamental terhadap
lanskap digital semakin penting mengingat semakin beragamnya generasi yang
mengakses dunia digital.
No Perangkat Penjelasan
98
Smart ASN
99
Smart ASN
Salah satu hal yang sering kita jumpai dalam dunia digital dalam banyak perangkat
digital adalah internet. Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan
satu komputer saling berhubungan dengan komputer lain. Karena hal tersebut, maka
pengguna komputer dapat berkomunikasi dengan pengguna komputer lainnya.
Internet telah menghubungkan manusia dari berbagai lokasi. Internet juga semakin
mudah diakses oleh banyak manusia. Pendahulu dari internet adalah ARPANET,
sebuah proyek dari United States of America Department of
100
Smart ASN
Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet.
Komputer kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet
(internet service provider) yang menyediakannya. Kita perlu mendaftar agar
memperoleh jasa koneksi internet dari penyedia jasa internet di sekitar. Internet
biasanya dapat kita akses dengan perangkat keras koneksi bernama modem.
Perangkat ini terhubung langsung dengan komputer kita atau dengan menggunakan
router jaringan tanpa kabel (Miller, 2016 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
Jaringan publik bisa saja tidak seaman jaringan pribadi yang memerlukan kata kunci
untuk mengaksesnya. Karena semua orang dapat mengakses jaringan publik, bisa
saja ada kemungkinan pengguna yang berniat buruk. Pengguna ini secara tidak
bertanggung jawab dapat mencegah sinyal yang dikirimkan dari komputer kita ke
situs di internet. Jadi sebaiknya jangan mengirimkan informasi pribadi dan sensitif
dengan menggunakan koneksi publik. Hal lain yang perlu diwaspadai dalam dunia
digital lainnya adalah malware. Malware adalah istilah umum bagi segalaperangkat
lunak yang dibuat secara spesifik untuk menyebabkan masalah bagi komputer
(Wempen, 2015 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial untuk
dipahami. Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian
informasi akrab dikenal dengan istilah
101
Smart ASN
‘searching’ atau ‘googling’. Walaupun aktivitas ini sering dilakukan sehari-hari, tetapi
berbagai permasalahan mendasar masih sering dihadapi oleh pengguna mesin
pencarian informasi.
Mesin pencarian informasi adalah situs yang memiliki kemampuan untuk mencari
halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci.
Google, Yahoo, Bing, Baidu, dan Yandex adalah beberapa jenis mesin pencarian
informasi yang populer di dunia. Beberapa kelebihan dari masing-masing mesin
pencari ditampilkan di tabel berikut:
102
Smart ASN
103
Smart ASN
Mesin pencarian informasi seperti Google juga memberikan saran beberapa kata
kunci lain yang mendekati. Google menyebut fitur ini dengan Google Suggest atau
Autocomplete. Misalnya jika kita mengetikkan ‘covid’ maka muncul beberapa saran
kata kunci seperti ’covid 19’, ’covid-19’, ’covid indonesia’, ‘covid hari ini’, ‘covid 19
vaccine’. Kita dapat memilih kata kunci yang paling sesuai dengan yang apa yang kita
cari.
Selain berbagai kegunaan dari fitur-fitur mesin pencarian informasi yang telah
dipaparkan sebelumnya, Google dan Microsoft juga melengkapi layanannya khusus
untuk keperluan akademis dengan basis data yang spesifik. Layanan Google Scholar
atau Google Cendekia memungkinkan kita untuk mencari referensi berupa teks
dengan cepat dan menyimpannya dalam 'perpustakaan pribadi' kita.
104
Smart ASN
resmi jarang menggunakan domain gratis seperti blogspot.com dan lainnya. Ketiga,
bandingkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda.
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan
dengan berbagai aspek (Sun, 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Aplikasi
percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi percakapan
menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa
pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga
akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.
Kita kadang mengeluhkan pesan yang lambat atau bahkan tidak terkirim yang
berakibat pada terhambatnya proses komunikasi. Tidak jarang juga kita terganggu
dengan informasi yang diterima tetapi nyatanya tidak kita butuhkan. Lantas,
bagaimana cara untuk menyiasatinya?
Pertama, mengenali kelebihan dan kekurangan dari aplikasi percakapan yang kita
gunakan. Kedua, memperbarui aplikasi percakapanyang digunakan. Hal ini karena
fitur-fitur terbaru biasanya akan dibenamkan ketika aplikasi kita perbarui secara
berkala. Ketiga, menonaktifkan fitur untuk mengendalikan informasi yang tidak
diinginkan pada setting aplikasi.
105
Smart ASN
Salah satu fitur yang memperkaya nuansa percakapan adalah simbol visual selain
teks yang kerap dikenal dengan emoticon/emoji.Walau begitu, penggunaannya bisa
menimbulkan perbedaan pemahamanantara pengguna dan tak ayal bisa menjadi asal
mula perpecahan. Simbolemoticon/emoji biasanya bermakna ganda dan kadang kala
lebih kompleks dari yang dipikirkan oleh penggunanya. Misalnya saja contoh emoji
tertawa sampai menangis ini. Jika tidak awas, penerima bisa saja mengira kita sedang
menangis.
Dengan durasi akses rata-rata lebih dari tiga jam, membuktikan eksistensi media
sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Media sosial mengalami
perkembangan sangat cepat, tercatat hingga kini media sosial memiliki pengguna
aktif sebanyak 106 juta pengguna diIndonesia, di mana angka tersebut sebanyak 40%
dari total populasi yangada (Indonesia Baik, 2017 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
106
Smart ASN
Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20 juta
jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan aktivitas
pembelian barang atau jasa secara daring. Angka tersebut kian menegaskan bahwa
aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan e-commerce sungguh
digemari oleh masyarakat. Sebagai pembeli, kita dimanjakan dengan kemudahan dan
kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu menghabiskan biaya
operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan mereka (Kurnia dkk., 2020
dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
107
Smart ASN
digital. Namun, sebelum dompet digital hadir seperti saat ini, terdapat sejumlah
metode pembayaran yang cukup sering digunakan, yaitu pembayaran dengan kartu
kredit, kartu debit, transfer bank, rekening bersama (virtual account), cash on
delivery (COD), dan tunai melalui gerai retail. Hingga kini, metode pembayaran
tersebut masih eksis dan digunakan sebagai alternatif metode transaksi selain
dompet digital (Tumbuh Usaha, 2019 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Secara
umum, langkah untuk mengaktifkan dompet digital adalah sebagai berikut:
Aktivasi
Verifikasi
Penggunaan
108
Smart ASN
Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih dompet digital guna menghindari
kebingungan.
109
Smart ASN
Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar Anda tidakkeliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:
110
Smart ASN
2. Rangkuman
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital
adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
111
Smart ASN
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &Wijayanto,
2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi
digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga
mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan pirantilunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
112
Smart ASN
113
Smart ASN
3. Soal Latihan
1) Peserta diminta mengaitkan fenomena-fenomena di media sosial
sesuai dengan 4 pilar literasi digital
2) Peserta diminta menganalisis perilaku masyarakat Indonesia di
dunia digital
114
Smart ASN
Bahan Diskusi
Kini mari kita berdiskusi dengan isu-isu terkini terkait etika berinteraksi dan
bertransaksi.
115
Smart ASN
4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk menyelesaikancontoh
kasus berikut.
Studi Kasus:
SMA Sinar Bulan di Kota A baru-baru ini ramai dibicarakan di media sosial karena
tragedi cyberbullying yang terjadi di SMA tersebut. Pasalnya, siswa di SMA tersebut
telah membuat sistem pengiriman pesan secara anonymous di akun sosial media atas
nama sekolah yang dikelola bersama oleh siswa. Meski pada awalnya sistem
pengiriman pesan tersebut bermanfaat bagi banyak siswa untuk saling berbagi keluh
kesah, semakin lama semakin banyak bermunculan pesan yang berbau perundungan
dan mengarah pada cyberbullying. Naasnya, kejadian ini telah menyebabkan salah
seorang siswa mengalami tekanan mental yang sangat berat hingga harus berhenti
bersekolah.
Anda dan kelompok ditugaskan untuk memberi intervensi terkait pilar-pilar literasi
digital di SMA Sinar Bulan. Susunlah perencanaan kegiatan intervensi yang akan Anda
dan kelompok lakukan di SMA tersebut! Kegiatan intervensi yang dilakukan bisa dalam
bentuk seminar, workshop, atau bentuk lainnya yang menurut Anda sesuai.
116
Smart ASN
BAB 4
KEGIATAN BELAJAR 3: IMPLEMENTASI LITERASI DIGITALDAN
IMPLIKASINYA
Fenomena dan permasalahan di dunia digital semakin marak dan semakin canggih.
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlahbesar. Modul ini membantu
para peserta CPNS mampu beradaptasi dan juga memberikan solusi bagi permasalah
yang ada di dunia digital. Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai bentuk
implementasi literasi digital beserta implikasinya. Setelah mempelajari modul dan
mengikuti instruksi dalam kegiatan belajar ini, diharapkan tercapai tujuan
pembelajaran sebagai berikut:
117
Smart ASN
118
Smart ASN
119
Smart ASN
120
Smart ASN
121
Smart ASN
122
Smart ASN
123
Smart ASN
124
Smart ASN
1. Uraian Materi
Pada bagian ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai penerapan dari masing-
masing keempat pilar literasi digital, yakni etika, keamanan, budaya, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Selain itu,
125
Smart ASN
pembahasan ini dilengkapi pula dengan kondisi terkini di Indonesia sertatips praktis
yang membuat kita dapat memaknai lebih jauh keempat pilartersebut.
a. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagaiperangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan
sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat
keras dan perangkat lunaksaling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain.
Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
Dengan demikian, kita perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital. Salah satu
perangkat keras yang sering kali digunakan dalam dunia digital adalah komputer.
Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang
didesain untuk penggunaan individu (Wempen, 2015).
Jadi, komputer yang kita jumpai di rumah, sekolah, atau kafe internet seringkali
diasosiasikan sebagai komputer pribadi. Akan tetapi, bentuk komputer pribadi
bermacam-macam. Variasi bentuk ini bisa juga berkaitan dengan perbedaan fungsi
dan kemampuan. Berikut ini beberapa kategori untuk mesin komputer yang sering
kita jumpai (Wempen, 2015):
- Komputer
Komputer pribadi yang biasa diletakkan di atas meja kerja atau meja belajar dan
jarang dipindah-pindahkan. Komputer ini terdiri dari kotak besar yang disebut unit
sistem yang berisi berbagai komponen
126
Smart ASN
penting agar komputer ini dapat bekerja. Kemudian komputer desktop ini
dihubungkan juga dengan perangkat keras lain seperti monitor, keyboard,dan mouse.
Perangkat keras tersebut disambungkan dengan unit sistem menggunakan kabel
atau teknologi wireless. Kelebihan komputer desktop ini adalah kita meningkatkan
performa dan fungsi komputer dengan mudah. Contohnya adalah menambah
kapasitas kemampuan memori komputer hingga kapasitas penyimpanan data.
- Notebook
Notebook merupakan istilah lain dari laptop. Notebook merupakan komputer yang
didesain agar bisa dilipat dan mudah dibawa kemana- mana. Dalam perangkat keras
ini sudah terdapat monitor, keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu dengan
unit sistemnya. Notebook dapat mengoperasikan berbagai perangkat lunak yang juga
dioperasikan oleh komputer desktop. Karena kemudahannya dibawa kemana-mana,
maka notebook menjadi perangkat keras yang populer. Walau begitu, kita perluusaha
ekstra jika ingin meningkatkan performa perangkat keras ini.
- Netbook
Netbook merupakan singkatan dari internet notebook. Perangkat keras ini biasanya
lebih kecil ukurannya dan kemampuannya juga tidak sehandal notebook. Faktor
kemampuan ini membuat netbook mungkin tidak dapat mengoperasikan perangkat
lunak tertentu. Dari segi harga, netbook lebih terjangkau.
- Tablet
Tablet merupakan komputer portabel yang terdiri dari layar sentuh dengan
komponen komputer di dalamnya. Perangkat keras ini tidak memiliki keyboard.
Fungsi keyboard dapat kita jumpai dalam layar sentuh tersebut. Perangkat keras ini
sangat simpel dan mudah dibawa
127
Smart ASN
Dari kelima mesin komputer tersebut, telepon seluler merupakan salah satu gawai
paling populer di Indonesia. Per tahun 2019, 63,3% penduduk memiliki telepon
pintar dan diprediksi dapat mencapai 89,2% dari populasi pada tahun 2025
(Pusparisa, 2020). Telepon pintar kerap dikaitkan dengan penggunaan internet.
Sebuah lembaga riset internetlivestats (2016) menyebutkan bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke 12 pengguna internet terbanyak. Lembaga ini mengestimasi
bahwa lebih dari 53 juta penduduk Indonesia sudah mengakses internet, angka ini
menunjukkan peningkatan pengguna internet sebanyak 6,5% dari tahun 2014.
Penetrasi internet Indonesia juga meningkat, di tahun 2014 hanya 17% meningkat
menjadi 20% di tahun 2016.
128
Smart ASN
129
Smart ASN
130
Smart ASN
131
Smart ASN
layar. Kemudian kita bisa klik dan tahan ikon Wi-Fi tersebut untuk mengetahui
jaringan Wi-Fi apa saja yang terbaca oleh perangkat kita. Selanjutnya kita bisa klik
salah satu jaringan Wi-Fi. Sama seperti perangkat notebook atau netbook, akses Wi-
Fi bisa kita peroleh langsungatau dengan mengisi kata sandi terlebih dahulu (Miller,
2016). Setelah terkoneksi dengan jaringan Wi-Fi, kita bisa terhubung dengan akses
internet lewat gawai yang kita gunakan.
132
Smart ASN
Selain web, kita juga perlu mengenal electronic mail (email) atau surel. Surel
merupakan layanan dalam jaringan internet yang memungkinkan kita mengirimkan
pesan kepada pengguna surel lain di seluruh dunia (Levine & Young, 2010). Selain
memiliki jaringan internet, untuk dapat melakukan hal tersebut, maka kita perlu
memiliki alamat surel. Alamat surel dapat diibaratkan seperti alamat pos atau
bahkan nomor telepon (Levine & Young, 2010: 208). Kita mengirimkan pesan sesuai
dengan alamat surel yang kita ketikkan dalam program layanan surel. Hal ini
membuat pesan yang kita kirimkan dapat diterima oleh pengguna yang memiliki
alamat surel yang kita tuju.
Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel dan modul berikut:
- https://www.internetlivestats.com/internet-users-by-country/
- https://www.statista.com/topics/5020/smartphones-in-
indonesia/#dossierKeyfigures
- https://edu.gcfglobal.org/en/computerbasics/mobile-
devices/1/
- Modul Cakap Bermedia Digital
Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5 orang,
cobalah untuk berdiskusi mengenai poin-poin di bawah ini,
kemudian presentasikan hasil diskusi dalam waktu 3 menit!
a. Apa saja gawai yang dimiliki oleh setiap anggota?
b. Berapa rata-rata waktu yang digunakan masing-masing
anggota untuk mengoperasikan gawai-gawai tersebut dalam
sehari?
c. Apa Gawai yang paling sering digunakan? Mengapa?
d. Apa fitur yang paling sering digunakan dalam gawai
tersebut? Mengapa?
133
Smart ASN
134
Smart ASN
Gambar 3. 1 Traffic Share Situs Berdasarkan Perangkat, Usia dan Gender Tahun
2020
Sumber: Hootsuite & We Are Social (2021)
Google masih berada pada peringkat pertama mesin pencarian informasi terfavorit,
baik di dunia maupun Indonesia. Dilansir dari Statcounter (2021) sebanyak 98,32%
masyarakat Indonesia memilih menggunakan Google. Hanya kurang dari 2%
populasi masyarakat Indonesia yang menggunakan Yahoo, Bing, Yandex,
DuckDuckGo, danEcosia.
No Mesin Kelebihan
Pencari
135
Smart ASN
136
Smart ASN
137
Smart ASN
daging’, maka resep yang muncul adalah soto ayam dan soto daging.
139
Smart ASN
140
Smart ASN
mencari sejarah Indonesia dari tahun 1945 hingga 1980 maka kita dapat
menuliskan ‘sejarah RI tahun 1945.. 1980’ dan hasilnyaakan menunjukkan berbagai
peristiwa sejarah Republik Indonesia dalam periode tersebut.
Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi kelompok diskusi yang terdiri dari 3-4 orang,
cobalah untuk berdiskusi mengenai salah satu dari topik di bawah
ini, setiap orang harus mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya menggunakan mesin pencarian informasi serta metode
pencarian yang berbeda, lalu rangkum informasi menjadi satu
paragraf yang padat informasi. Kemudian, salah satu anggota
141
Smart ASN
142
Smart ASN
143
Smart ASN
Internet ini bisa didapatkan jika menggunakan gawai yang kompatibel serta tersedia
paket data yang bisa dibeli.
Kedua, syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi. Ia merupakan sekumpulan
peraturan yang dibuat oleh pembuat aplikasi percakapan dan media sosial yang
harus disetujui dan dipenuhi oleh calon pengguna sebelum menggunakan aplikasi
tersebut. Maka dari itu, sangat penting untuk membaca syarat dan ketentuan yang
diberikan oleh aplikasi sebelum menekan tombol setuju (Monggilo dkk., 2020).
Selain itu, dalam sebuah grup percakapan, admin biasanya memiliki ketentuan atau
aturan,maka sangat penting untuk memahami siapa saja yang menjadi anggota grup
tersebut, agar menjadi filter dalam menerima berbagai informasi yang ada di dalam
grup-grup aplikasi percakapan (Monggilo dkk., 2020).
Ketiga, membuat dan/atau membuka akun. Setelah memahami ketentuan
penggunaannya, hal yang perlu dilakukan berikutnya adalah masuk (sign in)
menggunakan akun yang dimiliki. Jika belum memilikinya, maka perlu mendaftar
terlebih dahulu (sign up).
Mendaftarkan akun membutuhkan data-data pribadi tertentu, misalnya nama
lengkap, nomor telepon, surel, usia, jenis kelamin, tanggal lahir, asal negara, dan
lainnya. Proses inilah yang harus diwaspadai, terutama bila data-data pribadi
tersebut terhubung dengan data bank maupun dompet digital.
Keempat, metode akses. Umumnya dua metode dalam mengakses sebuah aplikasi,
yaitu melalui aplikasi mobile yang dipasang ke perangkat kita dan/atau browser.
Untuk mengakses melalui aplikasi gawai pengguna hanya perlu membuka aplikasi
gawai yang telah dipasang. Sedangkan melalui browser, pengguna perlu membuka
alamat laman dari aplikasi
144
Smart ASN
yang ingin diakses terlebih dulu. Pilihannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kita masing-masing.
145
Smart ASN
146
Smart ASN
lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga akses pada aplikasipercakapan sangat
tinggi.
147
Smart ASN
148
Smart ASN
149
Smart ASN
pengaturan serta backup pesan) untuk aplikasi chat yang dipasang padaperangkat
seluler.
151
Smart ASN
Melaporkan twit:
1. Telusuri twit yang ingin Anda laporkan di Twitter.com atau dari
aplikasi Twitter untuk iOS atau Twitter untuk Android.
2. Klik atau sentuh ikon.
3. Pilih Laporkan.
4. Pilih Ini menghina atau berbahaya.
5. Selanjutnya, kami akan meminta Anda untuk memberikan
informasi lainnya tentang masalah yang dilaporkan. Kami mungkin
juga akan meminta Anda untuk memilih twit lainnya dari akun
yang dilaporkan sehingga kami memiliki gambaran yang lebih jelas
untuk mengevaluasi laporan.
6. Kami akan menyertakan teks dari twit yang dilaporkan di surel dan
notifikasi tindak lanjut kami. Untuk berhenti menerima informasi
ini, hapus centang pada kotak di samping Pembaruan tentang
laporan ini dapat menampilkan twit ini.
7. Setelah Anda mengajukan laporan, kami akan memberikan saran
tindakan tambahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengalaman ber-Twitter Anda.
Youtube:
152
Smart ASN
Ayo Bermain Persiapan : Seluruh peserta diminta untuk berdiri di depan kursi
masing-masing tanpa membawa barang apapun
Cara Bermain :
1. Pembicara akan menyebutkan berbagai contoh sosial media
atau aplikasi percakapan satu per satu secara berurutan
seperti di bawah ini:
a. Whats App
b. Facebook
c. Instagram
d. Tiktok
e. Telegram
f. Twitter
g. Friendster
h. Snapchat
i. We Chat
j. QQ
k. Plurk
2. Jika peserta merasa memiliki akun di media sosial atau
aplikasi percakapan tersebut maka peserta diminta tetap
berdiri, jika tidak memiliki salah satunya, maka peserta
dipersilakan duduk (sistem gugur)
3. Ketika jumlah peserta tinggal 2-3 orang, peserta diminta
untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan berikut ini:
a. Apa tujuan membuat media sosial tersebut?
b. Apa saja pertimbangan sebelum membuat akun di
media sosial atau aplikasi percakapan tersebut?
153
Smart ASN
154
Smart ASN
155
Smart ASN
dan LinkAja. Kelima dompet digital tersebut bersaing meraih perhatian masyarakat
Indonesia dalam rangka memenuhi transaksi selama pandemi COVID-19.
Mengacu laporan Populix, pemenuhan kebutuhan konsumsi hari meningkat
menggunakan dompet digital sebanyak 29,67% selama pandemi COVID-19 (Jati,
2020). Alih-alih menerapkan segala aktivitas dengan protokol kesehatan, dompet
digital justru menjadi pilihan aman dan nyaman selama pandemi. Berdasarkan survei
yang dilakukan oleh Snapcart, per Desember 2020 lalu, ShopeePay digadang-gadang
sebagai dompet digital dengan jumlah transaksi tertinggi, yaitu sebanyak 32% dari
total transaksi dompet digital di Indonesia. Transaksi ShopeePay melonjak
melampaui GoPay dan OVO sejak Juni 2020 lalu. Jika dibandingkan dengan pengguna
dompet digital lainnya (survei terhadap
1.00 responden), pengguna ShopeePay ada sebanyak 72%, kemudian
disusul OVO (55%), GoPay (52%), Dana (40%) dan LinkAja (21%)
(Husaini, 2020). ShopeePay banyak melakukan kerja sama dengan mitra
dagang di seluruh Indonesia sebagai metode pembayaran nontunai. Hal
ini disadari dan dilakukan oleh ShopeePay agar dapat menyaingi posisi
dompet digital OVO dan GoPay yang banyak digunakan saat
bertransportasi daring.
Secara umum, langkah untuk mengaktifkan dompet digital adalah sebagai berikut:
156
Smart ASN
Aktivasi
Verifikasi
Penggunaan
Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih dompet digital guna menghindari
kebingungan:
1. Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet
digital yang ada. Masing- masing dompet digital memiliki
layanan yang berbeda-beda.
157
Smart ASN
158
Smart ASN
total pasar yang diraih oleh Shopee (Shopee, 2021). Posisi lokapasar berikutnya
diikuti oleh Tokopedia dengan rata-rata kunjungan sebanyak 86,1 juta per bulannya.
Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar Anda tidak keliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:
1. Temukan produk yang diinginkan dengan menjelajahi
berbagai kategori dan subkategori menggunakan fitur
pencarian.
2. Pilih produk yang diinginkan dari hasil pencarian.
3. Jika ingin membuat penawaran dengan penjual,
kebanyakan lokapasar menyediakan fitur chat untuk
memudahkan pembeli berkomunikasi langsung dengan
penjual. Jika penawaran selesai dilakukan, ikon keranjang
digunakan untuk memasukkan produk ke keranjang
belanja untuk membuat pesanan.
4. Apabila produk yang diinginkan memiliki variasi ukuran,
jenis, warna, dan model yang harus dipilih, setelah klik ikon
keranjang pembeli harus menentukan pilihan terlebih
dahulu sebelum melanjutkan ke proses checkout.
5. Selanjutnya Kita akan diarahkan ke halaman keranjang
belanja. Pilih produk yang ingin dibeli dan pilih voucher
yang ingin digunakan jika ada. Apabila Anda memiliki
voucher dan bonus-bonus lainnya, Anda dapat
menggunakannya untuk mengurangi total belanja. Lalu klik
Checkout.
6. Pada halaman checkout, pastikan alamat pengiriman sudah
benar, kemudian pilih jasa kirim dan tentukan jam
159
Smart ASN
160
Smart ASN
161
Smart ASN
Tujuan Penjelasan
162
Smart ASN
Dalam beraktivitas di internet, terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti oleh
pengguna. Keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna
selama mengakses layanan internet (Pratama, 2014: 383). K.Bertens (2014: 470)
mendefinisikan etika sebagai sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berbeda
dengan etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan
individu lain atau dalam masyarakat (Pratama, 2014: 471). Jadi, etiket berlaku jika
individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sementara etika
berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan etiket
ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket
tidak tertulis (konvensi). Bab ini membahas tentang etiket berinternet yang akan
diawali dengan penjabaran perbedaan antara etika dan etiket agar diperoleh
kejelasan perbedaan antara konsep keduanya sebagaimana yang terlihat dalam
bagan di bawah ini.
163
Smart ASN
Urgensi Netiket
Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital,jadi ikutilah aturan
seperti dalam kehidupan nyata Pengguna internet berasal dari bermacam negara
yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. Pengguna internet
merupakan orang yang hidup dalam anonymous, yang mengharuskan pernyataan
identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas di internet memungkinkan
seseorang untuk bertindak etis / tidak etis. Berikut ini merupakan tips untuk
menyeleksi perilaku netiket:
164
Smart ASN
Ingatlah akan keberadaan orang lain di Menyebarkan berita hoaks atau berita
dunia maya bohong dan palsu
taat pada standar perilaku daring yang Ujaran kebencian (provokasi, hasutan,
sama dengan yang kita jalani di atau hinaan)
kehidupan nyata
Memberi saran atau komentar yang baik Modus penipuan online (voucher diskon,
penipuan transaksi shopping online)
Mengakses hal-hal yang baik dan bersifat Perjudian online (judi bola online,
tidak dilarang blackjack, casino online)
Tidak melakukan seruan atau ajakan- Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan
ajakan yang sifatnya tidak baik siber (pencurian identitas, pembobolan
kartu kredit, pemerasan, hacking)
165
Smart ASN
Terdapat dua macam jenis netiket jika dilihat dari konteks ruang digital dimana kita
berinteraksi dan berkomunikasi, yaitu one to onecommunications dan one to many
communication. Jenis netiket tersebut diadopsi dari sebuah badan bernama IETF (The
Internet Engineering TaskForce) yang menetapkan standar netiket (IETF, 2016).
166
Smart ASN
Sebagaimana hakikat etiket, netiket ada untuk mengatur perilaku pengguna internet
secara normatif. Netiket berlaku ketika seorang warganet berinteraksi dengan
warganet lain. Atau dengan kata lain, netiket tidak mutlak dilakukan jika seorang
pengguna internet hanya melakukan kegiatan individual seperti searching dan
browsing saja. Netiket diperlukan untuk memanajemen interaksi pengguna internet
yang berasal dari seluruh dunia. Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada
di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Pengguna
internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan
adat istiadat. Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymouse,
yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas
di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis / tidak etis sehingga
dibutuhkan pedoman atau petunjuk
167
Smart ASN
Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang,
masing-masing anggota kelompok bertugas untuk mencari sebuah
contoh kasus pelanggaran etika dan etiket dari sosial media
maupun aplikasi lain (yang relevan) dari akun yang dimiliki, baik
yang terjadi padanya maupun tidak. Diskusi dilakukan selama 10
menit, kemudian salah satu anggota kelompok memaparkan satu
contoh kasus yang telah didiskusikan selama 1-2 menit.
168
Smart ASN
169
Smart ASN
tahun 2016-2017 saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta (Rahayu, Utari,
& Wijaya, 2019; Supriatma, 2017; Utami, 2018). Pada masa Pilkada tersebut, hoaks
banyak beredar untuk menjatuhkan dan memenangkan masing-masing calon
pemimpin kepala daerah.
Pergerakan hoaks dipermudah oleh penggunaan media sosial yang masif oleh
masyarakat. Menurut Utami (2018), pergerakan hoaks ditentukan oleh keberadaan
media sosial. Sebelum ada media sosial, kontrol informasi ada di media massa
sehingga ada pihak resmi yang menyaring isi informasi. Namun di era media sosial,
kontrol informasi inisepenuhnya ada di tangan masyarakat. Sayangnya kebebasan
akses ini tidak diimbangi oleh kemampuan pengguna informasi. Supriatma (2017)
mengatakan bahwa hoaks memanfaatkan masyarakat yang tidak memiliki
pengetahuan atau awam dalam mengelola informasi. Maraknya hoaks mendorong
Masyarakat Telematika (Mastel) melakukan survei di tahun 2017 yang
mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% menerima hoaks setiap hari.
Sedangkan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari.
Hoaks yang beredar di masyarakat juga datang dari media massa yang semestinya
bisa menjadi acuan untuk menangkal penyebaran hoaks. Kini hoaks tersebar juga
melalui situs web (34,90%), Whatsapp, Line, Telegram (62,80%), Facebook, Twitter,
Instagram, dan Path (92,40%). Soal awam dalam mengenali hoaks nampaknya
tercermin dalam sikap tidak kritis atas informasi yang diterima. Latar belakang
pengirim membuat hoaks dianggap sumber yang kredibel. Berikut ini merupakan
tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut LibGuides at University of West
Florida ( 2021):
a. Evaluasi, Evaluasi, Evaluasi
170
Smart ASN
171
Smart ASN
172
Smart ASN
media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang bersangkutan
(UNICEF, n.d.). Kita mungkin kesulitan untuk membedakan mana yang disebut
sebagai perundungan dan mana yang hanya candaan. UNICEF (n.d) menjelaskan jika
suatu ujaran membuat kita merasa sakit hati dan membuat orang lain menertawai
kita (bukan kita ikut serta tertawa bersama mereka) maka candaan tersebut telah
melewati batas. Ketika kita meminta lawan bicara untuk berhenti namun mereka
tetap mengutarakan candaan tersebut kita merasa tidak nyaman, artinya ini
tergolong bullying. Sementara jika hal tersebut terjadi di dunia maya, maka disebut
sebagai cyberbullying.
Korbannya bisa mengalami depresi mental. Bentuk perundungan ini dapat berupa
doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia maya); cyberstalking
(mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya); dan revenge porn
(membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/vulgar seseorang. Selain
balas dendam, perundungan ini juga dapat bertujuan untuk memeras korban.
Perundungan ini bisa memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat terjadi
kekerasan fisik di dunia nyata/offline (Dhani, 2016).
Perundungan ini sering kita temui di dunia maya dan ini merupakan masalah serius
bagi kesehatan dan keselamatan para pengguna internet. Menurut Polda Metro Jaya,
tahun 2018 di Indonesia tercatat 25 kasus perundungan ini muncul di dunia maya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan terdapat 22,4% anak korban
perundungan. Ditengarai hal ini terjadi karena tingginya penggunaan internet (Putra,
2019). Mengapa perundungan ini mencemaskan? Perundungan di dunia maya
berpotensi semakin tinggi jika dibiarkan mengingat semakin tingginya penggunaan
internet di Indonesia dari
173
Smart ASN
tahun ke tahun. Sehingga perlu dilakukan tindakan sedini mungkin. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan literasi digital ke masyarakat, khususnya anak-
anak dan remaja. Kekuatiran terhadap perundungan di dunia maya tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. Laporan tentang tingginya
perundungan tanpa wajah, demikian disebutnya karena terjadi di dunia maya, dapat
dilihat pada tulisan Dhiraj tentang negara-negara yang memiliki tingkat
perundungandi dunia maya (2018). Walau Indonesia tidak tercantum dalam daftar
tersebut, bukan berarti kita tidak perlu waspada.
Jika kita mengalami perundungan terjadi di media sosial, maka kitadapat melaporkan
posting tersebut di sosial media karena seluruh mediasosial berkewajiban menjaga
penggunanya tetap nyaman berinteraksi. Bahkan, jika perundungan tersebut
membahayakan, segeralah menghubungi polisi. Cobalah mengambil gambar (screen
capture) bukti perundungan jika sewaktu-waktu dibutuhkan saat melapor.
174
Smart ASN
tersebut bisa bertahan lama di dunia maya karena ada peran pengguna internet yang
terhasut. Para pengguna ini akan meneruskan konten ini ke orang-orang lain, dan
seterusnya menggelinding ke mana-mana, bahkan viral. Konten tersebut lalu
dibicarakan di dunia nyata (offline) secara intensif, bahkan disertai provokasi.
Jadi bermula dari hasutan yang terus-menerus di dunia maya, akhirnya dapat
bermuara pada tindakan kekerasan fisik. Mengapa banyak ujaran kebencian dan
mengapa banyak orang melakukan hal itu? Kita bisamelihat pada apa yang dikatakan
Drew Boyd, Director of Operations at The Sentinel Project. Ia mengatakan bahwa
pengguna internet merasa bebas melakukan itu karena mereka berpikir bahwa di
internet mereka tidak akan diketahui. Hal ini membuat mereka merasa jauh lebih
nyaman untuk mengutarakan kebencian dibanding jika mereka di dunia nyata
(Gagliardone et al., 2015). Orang-orang seperti ini berperan menggelindingkan
ujaran kebencian di internet bagai bola salju, yang semakin lama semakin membesar.
Supaya tidak membesar, maka gelindingan ujaran kebencian harus dihentikan. Salah
satunya dengan peran aktif kita melalui literasi digital.
Ketika kita menemukan konten yang mengandung ujaran kebencian terhadap
seseorang/organisasi/kelompok tertentu, Damar Juniarto dari Forum Demokrasi
Digital yang dilansir dalam BBC.com (2015) menyampaikan bahwa kita dapat
berperan aktif untuk menyampaikan kepada pengunggah bahwa konten yang
disebarkan mengandung ujaran kebencian yang akan menyulut emosi banyak pihak
dan tidak menyelesaikan masalah yang dimaksud. Selanjutnya kita juga dapat
mengingatkan bahwa ia bisa dijerat UU ITE, UU No. 40 Tahun 2008 tentang
Diskriminasi Rasial, dan aturan lain yang relevan. Jika tidak
175
Smart ASN
digubris juga, maka kita dapat melaporkan dan memastikan bahwa orang lain
mengetahui bahwa akun tersebut merupakan akun penyebar ujaran kebencian (bisa
dengan mengambil gambar bukti (screenshot) dan menginfokan pada orang lain).
176
Smart ASN
177
Smart ASN
178
Smart ASN
179
Smart ASN
selingkuh. Komentar ini tentu saja bentuk interaksi yang kurang pantas di media
sosial, karena lontaran kata-kata negatif dapat mempengaruhi persepsi orang lain
dalam menyikapi berita tersebut, misalnya dapat memancing emosi komentar
lainnya yang negatif dan bahkan bagi yang membaca dan tidak memberi komentar.
Interaksi negatif lainnya adalah ujaran kebencian atau hate speech. Berdasarkan
definisi dari United Nations, hate speech adalah berbagai jenis komunikasi dalam
bentuk lisan, tulisan, maupun perilaku yang menggunakan bahasa merendahkan atau
diskriminasi kepada orang ataukelompok tertentu berdasarkan agama, etnis, warga
negara, RAS, warna kulit, keturunan, gender, dan identitas lainnya.
Interaksi negatif ini dapat memiliki konsekuensi secara hukum pidana yang diatur
pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan ancaman
pidana: Bahkan yang menghujat pemerintah, seperti yang dilansir dari
hukumonline.com
(09/02/2017), pelaku diancam pidana dari pasal 207 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana(KUHP)
180
Smart ASN
181
Smart ASN
- https://www.iriss.org.uk/resources/esss-outlines/digital-
inclusion-exclusion-and-participation
- https://www.kominfo.go.id/content/detail/33929/gubernu
r-jatim-modul-literasi-digital-tingkatkan-partisipasi-
masyarakat/0/berita_satker
182
Smart ASN
183
Smart ASN
Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring adalah transaksi atau
pertukaran barang/jasa atau jual beli yang berlangsung di ranah digital. Berdasarkan
UU ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan media elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE
persyaratan para pihak yangbertransaksi elektronik harus dilakukan dengan sistem
elektronik yang disepakati oleh para pihak. Transaksi elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui oleh
penerima. Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan
pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya ialah
transfer bank, dompet digital/e-money,COD (Cash on Delivery) atau pembayaran di
tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Menurut GlobalWebIndex, Indonesia adalah negara dengan tingkatadopsi e-commerce
atau transaksi daring paling tinggi di dunia pada tahun2019. Hal ini menggambarkan
bahwa sebanyak 90% pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga 60 tahun
pernah melakukan pembelian
184
Smart ASN
produk atau jasa secara daring (CNN, 2020). Euromonitor mencatat total penjualan
daring yang terjadi di Indonesia sepanjang 2014 hingga 2019 sebesar US$ 1,1 milliar.
Bahkan Exabytes (Koeno, 2020 mencatat di masa pandemi Covid-19, dari Januari
hingga Juli 2020, jumlah pelaku bisnis di media digital ini di Indonesia meningkat
38,3%. Tidak hanya penjual, namun tingkat pembelian daring juga meningkat
terutama di masa pandemi. Survei McKinsey (Annur, 2020) menunjukkan 34%
warga Indonesia meningkatkan pembelian makanan melalui daring selama pandemi,
30% lebih banyak membeli kebutuhan rumah tangga secara daring. Data menarik
lainnya adalah, 72% responden menyatakan akan tetap melakukan transaksi daring
pasca pandemi.
Namun, terdapat berbagai kasus dalam transaksi daring, pihak yang dirugikan pun
dapat keduanya, baik penjual maupun pembeli. Kita sering mendengar kasus-kasus
seperti barang yang dipesan tidak sesuai dengan informasi yang tertulis, ukuran atau
warna yang berbeda. Memesan villa namun ternyata aslinya tidak seindah di foto.
Sedangkan dari pembeli, sering kali tertipu dengan transfer fiktif sehingga tidak ada
dana yang masuk padahal barang telah terkirim. Modus lainnya adalah rekayasa
sosial, akun palsu, menjual barang di bawah harga normal, promosi-promosi yang
tidak masuk akal, hingga melakukan pemblokkan kolom komentar guna menutupi
jejak keluhan orang-orang yang telah tertipu.
Managing Director Southeast Asia dan Emerging Markets Experian Asia Pacific
menyebutkan rata-rata 25% orang Indonesia pernah mengalami tindak penipuan
melalui beragam platform dan layanan transaksi daring (Liputan6, 2018). Salah satu
yang kerap terjadi adalah tertipu ulasan fiktif atau testimoni yang menipu. Penjual
dinilai sering
185
Smart ASN
186
Smart ASN
Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Dari tujuh jenis metode pembayaran, yang menarik dan berkembang adalah e-wallet
dan e-money. Berdasarkan data Katadata, konsumen lebih sering menggunakan e-
wallet ketimbang e-money. Bahwa11,1% responden menggunakan Dana setiap hari.
Dana adalah salah satu jenis e-wallet yang beredar di masyarakat. Sementara,
konsumen yang memanfaatkan e-money setiap hari berada di urutan kedua dengan
9,1%.Riset ini menggolongkan e-money pada merek Flazz BCA, e-money Mandiri, dan
Brizzi.
187
Smart ASN
188
Smart ASN
penjual, maka kita bisa menggunakan jasa pembayaran seperti Paypal, Google Wallet,
dan sebagainya.
d. Simpan riwayat transaksi, termasuk diantaranya tanggal,
nomor transaksi, deskripsi, harga produk, hingga riwayat
surel transaksi. Hal ini mungkin berguna saat terjadi
kendala.
e. Hindari memberikan password, kode OTP, dan data penting
lainnya kepada siapapun.
f. Jangan gunakan tanggal lahir, nomor ponsel, nama
teman/hewan/saudara sebagai kata sandi.
g. Berhati-hati dengan pesan scam melalui surel (yang
terkadang disertai tautan tertentu) dan situs web yang
mencurigakan.
h. Berhati-hati menggunakan komputer umum yang
digunakan untuk transaksi online. Pastikan tidak
meninggalkan komputer tanpa pengawasan saat traksasi
dan segera log out akun setelah bertransaksi.
189
Smart ASN
190
Smart ASN
191
Smart ASN
192
Smart ASN
193
Smart ASN
Register dasar menyimpan alamat memori fisik legal terkecil; register batas berisi
ukuran rentang. Misalnya, jika register dasar menampung 300040 dan register batas
adalah 120900, maka program dapat secara legal mengakses semua alamat dari
300040 hingga 420940 inklusif.
194
Smart ASN
195
Smart ASN
196
Smart ASN
itu valid) melakukan I/O yang diminta. Sistem operasi kemudian kembali ke
pengguna.
Urgensi Melindungi Perangkat Digital
Perangkat digital seperti gawai atau peranti komputer yang kita miliki adalah alat
utama yang bisa digunakan untuk mengakses internet dan berselancar di dunia
maya. Secara
standar perangkat ini sudah dirancang dengan segudang fitur pengaman untuk
memastikan aktivitas kita saat bermedia digital aman dan nyaman. Namun setiap
teknologi memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan orang yang tidak
bertanggung jawab. Faktanya, salah satu celah terbesar dalam teknologi digital ada
pada pengguna, baik karena pengguna lalai dalam mengoperasikan perangkat
maupun lupa mengaktifkan fitur pengaman.
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya
ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan pegang, seperti
layar ponsel, monitor, keyboard, hardisk, dan kartu penyimpanan. Sedangkan
perangkat lunak merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam
perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini
saling terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara
berkesinambungan.
197
Smart ASN
Mengapa penting melakukan proteksi perangkat digital? Perangkat digital yang kita
miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital. Tidak hanya mencari
hiburan, melainkan juga bertransaksi secara daring. Di dalam perangkat digital kita
tersimpan beragam informasi penting. Mulai dari galeri foto dan video pribadi, daftar
kontak, sampai data-data keuangan yang diperlukan bertransaksi termasuk uang
digital. Karena pentingnya isi di dalam perangkat digital, teknologi ini sering menjadi
incaran upaya peretasan. Jika upaya tersebut berhasil maka pengguna perangkat
digital akan mengalami kerugian atas berbagai kebocoran data pribadi yang bisa
mengakibatkan keamanan privasi kita menjadi terganggu. Proteksi perangkat digital
juga bertujuan agar perangkat digital yang kita gunakan tidak disalahgunakan oleh
oranglain misalnya ketika ponsel pintar kita dilengkapi dengan proteksi sepertikata
sandi atau fingerprint maka ponsel kita tidak bisa digunakan oleh orang lain.
198
Smart ASN
status yang dilakukan Lookout menunjukkan bahwa perilaku pengguna dan geografi
sangat mempengaruhi risiko dalam menghadapi perangkat lunak jahat. Cara paling
aman untuk menghindari program semacam itu adalah dengan mengunduh aplikasi
yang sudah banyak digunakan, serta terpercaya dengan cara melihat ulasan dari
pengunduh aplikasi tersebut. Beberapa aplikasi yang terpercaya tersebut adalah
Google Play atau App Store (Lookout.com, 2020).
Dalam menjalankan upaya penipuan, peretas biasanya menyamarkan malware
sebagai aplikasi seluler yang tampak aman di toko aplikasi dan situs web. Misalnya
kita selama ini mengenal aplikasi permainan Angry Birds sebagai aplikasi yang aman.
Peretas kemudian berusaha membuat program tiruan yang berisi malware dengan
iming- iming semua level yang berbayar bisa terbuka secara gratis. Aplikasi tiruan ini
biasanya diedarkan di luar toko aplikasi resmi. Ketika pengguna mengunduhnya,
tanpa dia sadari pengguna itu tengah memasukkan aplikasi tiruan yang
membahayakan perangkat digital dan data yang ada di dalamnya (Lookout.com,
2020).
Meskipun sudah ada upaya untuk menghindari mengunduhperangkat dari luar situs
resmi, ternyata, pengunduhan aplikasi yang cermat dan teliti tidak selalu
meminimalkan risiko. Hal ini disebabkan karena ada situs-situs yang dengan curang
memaksa perangkat untuk melakukan unduh otomatis ketika situs tersebut diakses
aplikasi-aplikasiperamban (browser) masa kini seperti Google Chrome atau Mozilla
Firefox sebenarnya sudah mengantisipasi hal ini dan akan memberikan deteksi bila
pengguna masuk ke situs yang berbahaya. Namun kita tetap harus berhati-hati dan
tidak disarankan untuk menginstal unduhan secara acak dari pengelola unduhan.
199
Smart ASN
200
Smart ASN
201
Smart ASN
Aturan main:
202
Smart ASN
Pertanyaan:
1. Apa kaitan permainan ini password
2. Sepenting kotak yang harus dijaga tersebut, mengapa yang
berhasil menemukan bisa memerintahkan apa saja ke
kelompok yang kalah? kaitkan dengan fenomena pencurian
password (jawaban: sama halnya dengan password yang
harus dijaga, jika password kita berhasil dibobol orang, maka
segala identitas, akun, tgl lahir, dll bisa dengan mudah
mereka dapatkan, dan itu yang dimanfaatkan orang-orang,
misal untuk peminjaman online dll)
203
Smart ASN
204
Smart ASN
205
Smart ASN
Aturan main:
1. Diantaranya peran tersebut, hanya moderator yang boleh
memberitahukan perannya kepada yang lain, sedangkan 9
yang lain wajib merahasiakan peran yang didapatkan. Hanya
moderator yang mengetahui semua peran 9 orang tersebut.
Moderator bertugas memimpin jalannya permainan dan
mengumumkan pemenang di akhir permainan
2. Werewolf memiliki kesempatan untuk membunuh semua
orang kecuali moderator
3. Seer/peramal memiliki kesempatan untuk mengetahui siapa
werewolf sebenarnya dan bisa memilih untuk memihak pada
warga atau werewolf
4. Peran warga adalah sebagai pihak yang harus mengetahui
siapa musuh dalam selimut diantara mereka, mereka tidak
mengetahui siapa yang berperan sebagai warga yang lain
(sekawan), disinilah peran werewolf untuk memanipulatif
207
Smart ASN
Pertanyaan:
1. Coba kaitkan dengan materi pentingnya menjaga identitas
dan data pribadi
2. Menurut anda peran werewolf di dunia digital bagaikan?
3. Menurut anda peran warga di dunia digital bagaiman?
4. Jika anda sebagai bermedia digital, peran apa yang cocok
bagi anda?
5. Menurut Anda apa yang akan terjadi jika kita menjadi
individu yang terlalu terbuka dengan orang lain
6. Siapakah kawan dan lawan di permainan ini, kaitkan dengan
identitas dan data pribadi di dunia digital
7. Apakah anda mengetahui siapa yang sedang anda hadapi di
dunia digital?
208
Smart ASN
k. Penipuan Digital
Kemajuan teknologi internet memudahkan berbagai hal mulai dariberbagi informasi
hingga proses jual beli barang atau jasa melalui berbagai macam aplikasi. Namun
demikian, terdapat oknum-oknum yangmemanfaatkan kemajuan teknologi tersebut
dengan melakukan kejahatan siber/kejahatan digital. Berbelanja daring rentan
menjadi incaran para pelaku kejahatan digital karena aktivitas ini memiliki beragam
celah yang bisa dimanfaatkan, terutama dengan memanfaatkan kelengahan
pengguna teknologi digital.
Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media internet untuk
menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis ini menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi) yang
disalahgunakan untuk menampilkan upaya menjebak pengguna internet dengan
beragam cara. Strateginya biasanya dilakukan secara bertubi-tubi tanpa diminta dan
sering kali tidak dikehendaki oleh korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015).
Modus penipuan digital lebih mengarah pada penipuan yang menimbulkan kerugian
secara finansial. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penipuan produk secara
daring. Modusnya dengan mengirimkan barang yang berbeda dengan yang dijanjikan
saat transaksi dilakukan atau bahkan tidak mengirimkan barang sama sekali.
Penipuan digital ini tidak hanya menimbulkan kerugian pada pembeli saja, karena
terdapat pula bentuk penipuan yang merugikan penjual. Misalnya pembeli yang
melakukan transfer fiktif dan penjual lalai melakukan pengecekan kembali sehingga
tertipu dengan mengirimkan produk yang dijualnya. Jika dipetakan, maka setidaknya
terdapat dua kerugian yang dialami konsumen seperti digambarkan dalam bagan di
bawah ini.
209
Smart ASN
Modus penipuan digital dilakukan dengan target awal adalah melakukan pencurian
data digital, sehingga perlindungan terhadap identitas digital dan data pribadi
menjadi bagian
yang penting pada berbagai dunia (Sammons & Cross, 2017). Identitas digital ini
tentu saja tidaklah selalu sama dengan identitas kita dalam kehidupan nyata yang
merupakan rangkuman karakteristik kita baik yangbersifat tetap maupun tidak tetap
(Monggilo, Kurnia & Banyumurti, 2020). Informasi lebih detail tentang hal ini dapat
dibaca di Bab III tentangperlindungan identitas digital dan data pribadi. Selanjutnya
pencurian data pribadi menjadi target dalam melakukan penipuan digital dan
umumnya berkaitan dengan keuangan data-data yang dijual, biasanya didapat dari
perusahaan maupun bank, dengan berisikan nama lengkap, tempat tinggal, tanggal
lahir, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon rumah, email, alamat
kantor, jabatan, hingga nama ibu kandung (Nurdiani, 2020).
Penipuan digital ini marak terjadi melalui media sosial. Modusnyapun berbeda-beda,
mulai dari rekayasa sosial (social engineering), menjual produk di bawah harga pasar
hingga membatasi komentar pada unggahan terkait.
210
Smart ASN
Kita juga dapat memperhatikan bahwa cukup banyak kerugian yang dimunculkan
dari kejahatan digital ini dengan kriteria penipuan digital yang mana dalam lima
tahun terakhir sejak 2014 sampai dengan 2018 bahwa kerugian yang ditimbulkan
kejahatan digital ini mencapai US$7.450,6 juta dengan rincian kerugian pada tahun
2014 sebesar US$800,49 juta. Pada tahun 2015 kerugian mencapai US$1070,71 juta,
kemudian pada tahun 2016 kerugian mencapai US$1450,7 juta, tahun 2017 kerugian
mencapai US$1418,7 juta, dan pada tahun 2018 kerugian mencapai US$2.710 juta.
211
Smart ASN
212
Smart ASN
2. Identity Theft
Pencurian identitas adalah jenis penipuan yang melibatkan penggunaan identitas
orang lain untuk mencuri uang atau mendapatkan keuntungan lain.
3. Phishing
Penipuan phishing adalah upaya penipu untuk mengelabui kita agar memberikan
informasi pribadi seperti nomor rekening bank, kata sandi, dan nomor kartu kredit
kita. Penipu menghubungi kita dengan berpura-pura dari bisnis yang sah, dan pesan
phishing dirancang agar terlihat asli, dan sering kali menyalin format yang digunakan
oleh organisasi yang berpura-pura diwakili oleh scammer, termasukmerek dan logo
mereka.
4. Remote Access Scams.
Penipuan akses jarak jauh mencoba meyakinkan kita bahwa kita memiliki masalah
komputer atau internet dan kita perlu membeli perangkat lunak baru untuk
memperbaiki masalah tersebut. Penipu berpura - pura menjadi penyedia jasa
layanan service, dan membuat kita berpikir bahwa benar adavirus, sehingga meminta
akses jarak jauh ke komputer kita
b. Buying or Selling
1. Classified Scams
Penipuan rahasia menipu pembeli online di situs web rahasia untuk berpikir bahwa
mereka
213
Smart ASN
214
Smart ASN
mengirimi kita terlalu banyak uang untuk barang yang kita jual
7. Psychic & Clairvoyant
Penipuan psikis dan peramal dirancang untuk menipu kita agar memberikan uang
anda, biasanya menawarkan 'bantuan' dengan imbalan biaya.
c. Dating/Romance
Penipu memanfaatkan orang yang mencari pasangan,seringkali melalui situs kencan,
aplikasi, atau media sosial dengan berpura-pura menjadi calon teman. Mereka
memainkan pemicu emosional untuk membuat kita memberikan uang, hadiah, atau
detail pribadi.
d. Fake Charities
Scammers menyamar sebagai badan amal asli dan meminta sumbangan atau
menghubungi kita dan mengaku sedang mengumpulkan uang/dana setelah bencana
alam atau peristiwa besar.
e. Investasi
1. Betting & Sports Investments Scam
Penipuan taruhan dan investasi olahraga mencoba meyakinkan kita untuk
berinvestasi dalam sistem dan perangkat lunak yang di klaim 'sangat mudah' yang
dapat 'menjamin' kita mendapat untung dari acara olahraga.
2. Investment Scam
Penipuan investasi melibatkan janji pembayaran besar, uang cepat atau
pengembalian yang dijamin.
215
Smart ASN
f. Jobs
216
Smart ASN
membayar uang yang seharusnya anda bayar dan ancaman jika kita tidak bekerja
sama.
h. Unexpected money
1. Inheritance Scams
Penipuan ini menawarkan janji warisan palsu untuk menipu kita agar berpisah
dengan uang kita atau membagikan detail bank atau kartu kredit kita sendiri.
2. Unexpected Money Scams
Penipuan uang tak terduga melibatkan seseorang di luar negeri yang menawarkan
kita bagian dalam jumlah besar uang atau pembayaran dengan syarat kita harus
membantu mereka mentransfer uang ke luar negara mereka.
3. Rebate Scams
Penipuan rabat mencoba meyakinkan kita bahwa kita berhak atas rabat atau
penggantian biaya dari pemerintah, bank, atau organisasi tepercaya.
i. Unexpected winnings
1. Scratchie Scams
Scratchie scam berbentuk kartu scratchie palsu yangmenjanjikan semacam hadiah,
dengan syarat 'pemenang' membayar biaya penagihan.
2. Travel Prize Scams
Penipuan hadiah perjalanan adalah upaya untuk menipu kita agar berpisah dengan
uang kita untuk
217
Smart ASN
2. Spam
Spam adalah segala jenis komunikasi digital yang tidak diinginkan dan tidak diminta
yang dikirim secara massal. Seringkali spam dikirim melalui email, tetapi juga dapat
didistribusikan melalui pesan teks, panggilan telepon, atau media sosial. Spammer
menggunakan banyak bentuk komunikasi untuk mengirim pesan yang tidak
diinginkan secara massal. Beberapa di antaranya adalah:
a. Phising Email
Email phishing adalah jenis spam yang dikirim oleh penjahat dunia maya ke banyak
orang, berharap untuk "mengaitkan" beberapa orang. Email phishing menipu korban
agar memberikan informasi sensitif seperti login situs web atau informasi kartu
kredit.
b. Email Spoofing
Email palsu meniru, atau menipu, email dari pengirim yang sah, dan meminta anda
untuk mengambil tindakan. Spoof yang dijalankan dengan baik akan berisi branding
dan
218
Smart ASN
konten yang sudah dikenal, seringkali dari perusahaan besar yang terkenal seperti
PayPal atau Apple.
c. Tech Support Scam
Dalam penipuan dukungan teknis, pesan spam menunjukkan bahwa kita memiliki
masalah teknis dan kita harus menghubungi dukungan teknis dengan menghubungi
nomor telepon atau mengklik tautan dalam pesan.
d. Current Event
Topik hangat dalam berita dapat digunakan dalam pesan spam untuk menarik
perhatian kita. Pada tahun 2020 ketikadunia menghadapi pandemi Covid-19 dan ada
peningkatan pekerjaan dari rumah, beberapa scammer mengirim pesan spam yang
menjanjikan pekerjaan jarak jauh yang dibayar dalam Bitcoin.
e. Advance - Fee
Jenis spam ini menjanjikan hadiah finansial jika kita pertama kali memberikan uang
muka. Pengirim biasanya menunjukkan bahwa uang muka ini adalah semacam biaya
pemrosesan atau uang yang sungguh-sungguh untuk membuka jumlah yang lebih
besar, tetapi begitu anda membayar, uang itu menghilang.
f. Malspam
Malspam adalah pesan spam yang mengirimkan malware ke perangkat kita. Pembaca
yang tidak curiga yang mengklik tautan atau membuka lampiran email berakhir
dengan beberapa jenis malware termasuk ransomware,
219
Smart ASN
220
Smart ASN
Ada dua jenis phishing lain yang lebih canggih yang melibatkan email. Yang pertama,
spear phishing, menjelaskan email berbahaya yang dikirim ke orang tertentu.
Penjahat yang melakukan ini sudah memiliki beberapa atau semua informasi tentang
korban.
c. Whaling
Serangan perburuan paus bahkan lebih bertarget, membidik para eksekutif senior.
Meskipun tujuan akhir penangkapan “ikan paus” sama dengan jenis serangan
phishing lainnya, tekniknya cenderung jauh lebih halus. Penipuan yang melibatkan
pengembalian pajak palsu adalah jenis perburuan “paus” yang semakin umum.
Formulir pajak sangat dihargai oleh penjahat karena berisisejumlah informasi yang
berguna: nama, alamat, nomorJaminan Sosial dan informasi rekening bank.
d. Smishing & Vishing
Smishing melibatkan penjahat mengirim pesan teks (yang isinya hampir sama
dengan email phishing), dan vishing melibatkan percakapan telepon. Penipuan
vishing umum melibatkan penjahat yang menyamar sebagai penyelidik penipuan
(baik dari perusahaan kartu atau bank) memberitahu korban bahwa akun mereka
telah dilanggar. Penjahat kemudian akan meminta korban untuk memberikan rincian
kartu pembayaran untuk memverifikasi identitas mereka atau untuk mentransfer
uang ke rekening 'aman' – yang mereka maksud adalah rekening penjahat.
e. Angler Phising
221
Smart ASN
Sebagai vektor serangan yang relatif baru, media sosial menawarkan sejumlah cara
bagi penjahat untuk mengelabui orang. URL palsu; situs web kloning, posting, dan
tweet; dan pesan instan (yang pada dasarnya sama dengan smishing) semuanya
dapat digunakan untuk membujuk orang agar membocorkan informasi sensitif atau
mengunduh malware.
4. Hacking
Peretasan tidak selalu merupakan tindakan jahat, tetapi paling sering dikaitkan
dengan aktivitas ilegal dan pencurian data oleh penjahat dunia maya. Peretasan
mengacu pada penyalahgunaan perangkat seperti komputer, ponsel cerdas, tablet,
dan jaringan untuk menyebabkan kerusakan atau sistem yang rusak, mengumpulkan
informasi tentang pengguna, mencuridata dan dokumen, atau mengganggu aktivitas
terkait data.
Biasanya ada empat pendorong utama yang menyebabkan pelaku jahat meretas situs
web atau sistem: (1) keuntungan finansial melalui pencurian rincian kartu kredit
atau dengan menipu layanan keuangan, (2) spionase perusahaan, (3) untuk
mendapatkan ketenaran atau rasa hormat terhadap mereka. bakatperetasan, dan (4)
peretasan yang disponsori negara yang bertujuan untuk mencuri informasi bisnis
dan intelijen nasional. Selain itu, ada peretas bermotivasi politik—atau peretas—
yang bertujuan menarik perhatian publik dengan membocorkan informasi sensitif,
seperti Anonymous, LulzSec, dan WikiLeaks. Beberapa jenis peretas paling umum
yang melakukan aktivitas inimeliputi:
222
Smart ASN
223
Smart ASN
224
Smart ASN
225
Smart ASN
226
Smart ASN
mengetikkan nama kita di mesin pencari maka seluruh karya berkualitasyang pernah
kita buat bisa muncul dan menjadi catatan nama baik.
Data is the new oil. Terminologi mengenai data sebagai tambang baru nampaknya
dipahami betul oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan internet sebagai
basisnya. Saat ini data menjadi hal yang diperjual belikan (Tirto.id, 2019). Kita pasti
pernah menerima telepon atau SMS tentang informasi togel, jual nomor HP yang
mirip dengannomor kita, penawaran asuransi, dan lain sebagainya. Pernahkah kita
bertanya, dari mana mereka mendapatkan nomor ponsel kita? Hal ini memberikan
kita gambaran, bahwa jejak digital kita yang tertinggal seringkali disalahgunakan
oleh orang lain. Mungkin ketika kita masuk ke sebuah web, dan mendaftarkan akun,
atau ketika kita masuk ke situs belanja daring dan mengisi data diri. Website pun
semakin canggih sehingga saat ini website telah dapat membaca kebiasaan kita.
Cookie adalah salah satu cara untuk menghubungkan beberapa tindakan oleh satu
pengguna ke dalam satu aliran yang terhubung. Cookieberupa rangkaian huruf dan
angka yang berubah-ubah sesuatu tanpa makna yang melekat yang dikirimkan situs
web ke browser web kita. Jejakdigital dalam bentuk cookie digunakan untuk membuat
Internet lebih bermanfaat, dan juga dapat membantu membuat transaksi individu
lebih aman karena situs tersebut telah mendapatkan informasi spesifik tentang
perilaku kita.
227
Smart ASN
Kita juga bisa menghapus atau menutup akun. Namun, dalam konteks kehidupan
digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada orang-orang yang mungkin
sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkandokumen pribadi yang pernah
kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir mustahil untuk menghapus
jejak ini secara utuh. Cara lain untuk mengelola jejak digital kita adalah dengan
mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip literasi digital. Japelidi (Jaringan
Pegiat Literasi Digital), telah mengembangkan 10 Kompetensi Digital untuk
memudahkan kita mengelola jejak digital.
Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap orang yang secara aktif
menggunakan sarana internet dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap saat, setiap
detik ketika kita membuka internet, maka di saat itu pula kita sudah meninggalkan
jejak kita di duniadigital, tanpa terkecuali.
Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses media digital,
maka pemahaman kita harus lebih diasah. Di sinilah tahapan kompetensi memahami
kita jalankan. Apabila sebelumnya kita hanya mengetahui sedikit tentang rekam jejak
digital, maka kompetensi memahami ini membawa kita untuk mendalami dan
mencari tahu lagi lebih banyak tentang jejak digital. Apabila kita telah memahami,
maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui apa yang harus dilakukan
selanjutnya.
Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital merupakansalah satu tahapan
dari kompetensi menganalisis dalam literasi digital. Kita harus cermat dan jeli
menganalisis setiap kegiatan daring kita yang pasti meninggalkan jejak digital.
Menerbitkan blog dan memposting pembaruan media sosial adalah cara populer
lainnya untuk memperluas
228
Smart ASN
jejak digital kita. Setiap tweet yang kita posting di Twitter, setiap pembaruan status
yang kita publikasikan di Facebook, dan setiap foto yang kita bagikan di Instagram
berkontribusi pada jejak digital kita. Semakin banyak kita menghabiskan waktu di
situs jejaring sosial, semakin besar jejak digital kita. Bahkan mengklik "menyukai"
halaman atau kiriman Facebook menambah jejak digital kita, karena datanya
disimpan di server Facebook.
Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih dalam tentang jejak
digital, maka kita harus mulai menyeleksi apa saja yang kitaunggah. Proses ini harus
dilakukan agar kita waspada atas setiap jejak digital yang kita tinggalkan. Setiap
orang yang menggunakan Internet memiliki jejak digital, jadi itu bukan sesuatu yang
perlu dikhawatirkan. Namun, sebaiknya pertimbangkan jejak data apa yang hendak
kita tinggalkan. Misalnya, dengan menyeleksi, kita dapat mencegah mengirim email
yang kurang sopan, yang terlalu “pedas”, dan lain sebagainya, karena pesan tersebut
mungkin tetap daring selamanya. Ini juga dapat membuat kita lebih berhati-hati
dengan apa yang kita publikasikan di situs web serta media sosial. Meskipun kita
sering kali dapat menghapus konten dari situs media sosial, setelah data digital
dibagikan secara daring tidak ada jaminan bahwa kita dapat menghapusnya dari
Internet.
Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah Langkah yang akan
kita lakukan dapat berpotensi meninggalkan jejak digital yang berdampak buruk
atau tidak. Dengan memverifikasi informasi yang keluar dan masuk, kita dapat
memastikan bahwainformasi yang kita sebarkan adalah informasi yang baik. Selain
itu, perlujuga dilakukan verifikasi terhadap situs atau aplikasi yang kita gunakan. Hal
ini diperlukan untuk menghindari kita menggunakan website atau
229
Smart ASN
aplikasi yang telah disusupi sehingga jejak digital kita di curiga atau bahkan
digunakan untuk kejahatan.
Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi bagian tak terpisahkan
ketika kita membahas beragam contoh kasus yangberkaitan erat dengan jejak digital
di media daring. Tak bisa dipungkiri, seringkali orang cenderung abai atau
menganggap remeh kegiatan daringyang sangat umum dan sehari-hari kita lakukan.
Seolah kita lupa bahwa setiap Langkah kita mengklik apapun di internet akan
meninggalkan jejak yang menetap dan sulit dihapus begitu saja. Evaluasi secara
berkala terhadap data-data yang kita tinggalkan, akun yang kita miliki dan hal-hallain
terkait dengan keberadaan digital kita dapat melindungi kita dari penyalahgunaan
jejak digital oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan menggunakan
perangkat digital, kita juga telah meninggalkan jejak digital. Contohnya ketika kita
meneruskan pesan di WhatsApp, muncul tanda panah yang menandakan kita
meneruskan pesan. Atau proses mencuitkankembali di Twitter, repost di Instagram
dan lain-lain. Untuk itu, kita perlu mengetahui bahwa proses distribusi yang kita
lakukan pun tidak terlepas dari jejak digital kita sehingga kita dapat berhati-hati
dalam melakukan proses distribusi.
Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak digital yang baik
perlu untuk ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwajejak berupa data yang telah
kita produksi akan tertinggal lama di internet. Meskipun kita telah menghapusnya,
internet telah menduplikasijejak kita dan membuatnya tetap ada. Oleh karenanya,
kita perlu memperhatikan serta waspada akan jejak yang kita hasilkan.
230
Smart ASN
Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang rekam jejak digital ini
akan semakin bermanfaat bila dapat kita bagikan pada orang lain. Kompetensi
partisipasi mengajak kita untuk dapat turut serta dalam melindungi jejak digital kita
dan juga orang lain. Tidak hanyamelindungi, namun juga memperindah jejak digital
kita. Partisipasi dapatdilakukan dengan tidak turut menyebarkan jejak digital orang
lain, tidak menyalahgunakan jejak digital, serta melakukan pengecekan jejak digital
kita masing-masing secara berkala.
Kolaborasi, adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam 10 kompetensi
literasi digital Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang dimaksud adalah
bagaimana kita sebagai orang orang yang memiliki rekam jejak digital, berkolaborasi
dengan berbagai pihak dalam rangka partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita.
Banyak hal dapat kita kerjakan sendirian. Namun akan semakin besar dampaknya
bila kita mengerjakannya Bersama-sama. Untuk itu diperlukan kolaborasi.
Selain itu, dikenal pula manajemen jejak digital yang membantu kita lebih
mengontrol apa yang kita bagikan di dunia maya. Berikut ini beberapa tips
manajemen jejak digital yang bisa kita lakukan menurut Australian Digital Health
Agency (2020):
a. Mengidentifikasi jejak digital. Cari nama kita di mesin
pencarian informasi dan identifikasi apa saja informasi
yang terlihat secara publik
b. Perbarui informasi. Pastikan data personal dan data
mengenai pekerjaan kita sudah menunjukkan informasi
terkini. Kita bisa menelusuri mana informasi yang ingin kita
tampilkan dan mana yang tidak. Pada tahap ini, mungkin
231
Smart ASN
232
Smart ASN
233
Smart ASN
234
Smart ASN
untuk kepentingan menjalin hubungan dengan orang lain. ‘Kebebasan untuk menjadi
apa di SNS merupakan salah satu penyebab dari munculnya catfish. Kebebasan inilah
yang digunakan oleh para pelaku catfish untuk mengonstruksi identitas digital yang
akan mereka gunakan (Magdy et al., 2017). Konstruksi identitas merupakan sebuah
komponen integral dalam kehidupan manusia yang telah diteliti dan diperiksa
dengan berbagai sudut pandang. Identitas dikonstruksi sesuai dengan keinginan apa
yang ingin ditampilkan di publik (Dowling, 2011). Identitas pun sering
dikonstruksikan di SNS. Catfish masuk ke kategori pelanggaran di dalam SNS karena
menipu dengan cara berpura–pura menjadi orang lain dengan menciptakan identitas
baru secara virtual. Hal ini berarti orang tersebut melakukan penipuan identitas
(Smith etal., 2017).
Penipuan sendiri merupakan suatu tindakan seseorang ataupun sekelompok orang
dengan membuat kesan bahwa sesuatu itu benar adanya dan tidak palsu sehingga
mengakibatkan orang lain memberikan kepercayaan pada realitas tersebut.
Penipuan juga dapat didefinisikan sebagai sebuah bujukan kepada orang lain
dengan menipu, merangkai kata–kata bohong, menggunakan nama palsu, dan
keadaan palsu sehingga keadaan tersebut memaksa korban untuk memberikan
sesuatu sebagai umpan balik atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Dampaknya
bagi korban sendiri adalah berupa kerugian, baik dari sisi psikologis, finansial,
maupun fisik (Rusmana, 2015). Salah satu korban yang mengalami tindakan catfish
adalah Bayu Eko Moektito, atau biasa dikenal sebagai YouTuber Bayu Skak. Dalam
video unggahan nya di platform Youtube, dia menjelaskan mengenai penipuan
identitas yang dialaminya. Kedekatannya dengan seseorang bernama Dara
235
Smart ASN
Fleisher Cohen atau biasa disebut Dara, berawal dari direct message Instagram yang
dikirimkan oleh Dara, yang mengaku sebagai seorang calon dokter yang sedang
melakukan Pendidikan di Singapura. Perkenalan tersebut berlanjut ke ikatan yang
lebih serius yaitu pacaran. Namun, tanpa dia sadari bahwa sosok yang dia kenal
sebagai Dara itu tidak pernah ada. Foto maupun video yang diunggah di SNS milik
Dara ternyata merupakan foto dan video milik artis India bernama Dipshika (Rizka,
2018).
Catfish sebagai bentuk Konstruksi Identitas Daring. Apabila berbicara mengenai
catfish, maka sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas yang dibangun
secara virtual. Pembentukan identitas menempatkan seseorang untuk menampilkan
diri mereka dengan cara-cara tertentu yang mereka anggap ideal. Hal ini juga erat
kaitannya dengan interaksi kehidupan di dunia nyata dari pengguna tersebut,
dimana mereka dituntut untuk dapat memainkan peranan dan menyajikan tampilan
dari apa yang ingin mereka tampilkan agar dapat sesuai dengan hubungan sosial
tertentu. Hal ini biasanya didukung dengan penggunaan narasi fiktif sebagai
penggambaran diri dan menampilkannya kepada orang lain sehingga orang tersebut
memiliki keyakinan terhadap identitas yang dibangun (Goffman, 1959). Agar dapat
menampilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengonstruksi identitasnya. Adapun empat komponen
penting dalam konstruksi sebuah identitas yaitu: Input, Standard Identity,
Comparator, dan Output.
Input merupakan sebuah persepsi yang diterima oleh seseorang. Hal ini dianggap
vital terhadap proses pembentukan identitas. Persepsi yang diterima
memberitahukan hal–hal yang terjadi di lingkungan
236
Smart ASN
sekitar individu tersebut. Tiap individu sering kali berpikir untuk mengatur
lingkungan sekitarnya dengan cara memanipulasi objek fisik dan sosial: dia mencoba
untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Sehingga hubungan persepsi dengan
identitas adalah sebagai input, dimana persepsi ini sebagai alat untuk
mengidentifikasi lingkungan sekitar. Standard Identity adalah rangkaian makna yang
mana setiap identitas memiliki makna masing–masing. Hal ini dapat dilihat sebagai
definisi dari karakter sebuah identitas. Comparator adalah sesuatu yang
membandingkan antara persepsi makna yang diterima oleh individu terhadap
identitas dengan makna ingatan dari Standard Identity. Output adalah sebuah sistem
dari identitas yang mana merupakan hasil dari situasi atau lingkungan. Output
biasanya berupa perilaku pada sebuah situasi (Burke & Stets, 2009), Sama halnya
dengan apa yang dialami oleh BS mengenai catfish, pada kasus ini, DFC mengonstruksi
identitas yang diatampilkan sebagai sosok yang cantik, pintar, cerdas dan memiliki
keluarga yang berkecukupan sehingga dapat diterima oleh orang lain. Kecantikan di
dalam diri seseorang selalu dikaitkan dengan kebahagiaan yang akan dia dapatkan.
Pada dasarnya, wajah seseorang menjadi titik berat penilaian di masyarakat. Wajah
yang cantik memiliki arti kebenaran, kebaikan, sifat positif seseorang. Wajah
merupakan penampilan pertama supaya kita dapat diterima oleh masyarakat dimana
hal ini nantinya membawa interaksi bagi individu tersebut sehingga mereka dapat
membawa dan menyajikan peran yang ingin ditampilkan agar dapat sesuai dengan
hubungan sosial yang diharapkan (Goffman, 1959; Synnott, 2003).
“Catfish sendiri menjadi salah satu bentuk penipuan yang memanfaatkan teknologi.
Kali ini, penipuan itu dilakukan lewat dunia
237
Smart ASN
digital yang merupakan ruang virtual sendiri. Ada avatar di dalamnya, dankebebasan
dalam memilih identitas avatar apapun. Ya, catfish merupakan ancaman bagi user”
(Dyah Erawaty, komunikasi personal, Maret 2020). Berkembangnya SNS di era
digital saat ini turutmendukung kebebasan tiap individu dalam mengekspresikan
diri. Namun, terlepas dari berbagai manfaat yang ditimbulkan oleh SNS, ada hal yang
dapat mengancam para penggunanya apabila tidak diedukasi dan tidak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai hal ini.Kemudahan memilih identitas di internet
kerap kali dimanfaatkan pihak–pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai media
untuk melakukan kejahatan seperti penipuan identitas (Wani Ahmad et al., 2017).
Berkembangnya penipuan identitas, dalam hal ini catfish, juga didukung oleh
penggunaan narasi fiktif untuk menggambarkan diri dari seorang pengguna dan
menampilkannya kepada khalayak (pengguna lain). Narasi fiktif yang dimaksud
adalah penggunaan nama palsu, penggunaan avatar, display picture, profile picture
palsu, dan lain sebagainya. Sebagai pengguna internet, kita harus berhati-hati dalam
penggunaannya.
Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi 2-3 orang/kelompok kemudian bacalah artikel
berikut ini:
- https://www.tagar.id/sisi-gelap-role-play
238
Smart ASN
- https://tirto.id/sibuknya-penggemar-roleplay-di-ruang-
maya-kpop-f4MM
- https://kumparan.com/melinda-theodora/roleplayer-korea-
dan-beberapa-istilah-yang-sering-digunakan-
1uyL9QWn3dY/1
Setelah membaca, setiap kelompok mendiskusikan ketiga fenomena
tersebut untuk menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apakah role play termasuk tindakan catfishing?
2. Mengapa role play termasuk/tidak termasuk tindakan
catfishing?
3. Apakah kamu/teman/kenalanmu pernah melakukan role
play?
4. Apa tujuan kamu/teman/kenalanmu melakukan role play?
5. Bagaimana pendapatmu tentang fenomena ini? (sisi
positif/negatif)
Pilih satu orang untuk mewakilkan kelompok menjelaskan hasil
diskusi dan buatlah sebuah kesimpulan umum dari seluruh
pendapat kelompok.
239
Smart ASN
240
Smart ASN
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka
maupun melalui kegiatan dalam jaringan (daring).
Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan memiliki prinsip dalam
menjalankan tugas tugas berkomunikasi dengan orang lain. Sikap Pancasila
ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan dalam berbagai kegiatan, salah satu
aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui penggunaan nilai nilai Pancasila dalam
berkomunikasi antar sesama manusia. Terutama dalam menjalankan tugas tugas
sebagai duta bangsa dalam kesenian dan teknologi serta dalam menjalankan tugas
sebagai duta pariwisata untuk mempromosikan produk dalam negeri. Kesadaran
semua pihak dalam memberikan peran serta yang terbaik bagi bangsa dan negara
dalam berbagai hal yang mendukung manusia menjadi manusia sosial berbudaya
dalam dunia digital, bukan malah sebaliknya menjadi manusia yang asosial dalam era
digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks ke-Indonesiaan,
sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan
berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Pertama, konsep dasar nilai-nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam
kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. Kedua, Internalisasi nilai-nilai
241
Smart ASN
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan
bernegara. Kedua penjelasan ini akan disertai berbagai ilustrasi dan contoh-contoh
yang relevan dan terkini.
242
Smart ASN
Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4
orang. Setiap kelompok harus mendiskusikan sebuah
permainan/kegiatan/ program sederhana dengan tema “Pancasila
dan Era Digital”. Masing-masing kelompok memiliki sasaran yang
berbeda,
1. Pelajar usia SD
2. Pelajar usia SMP
3. Pelajar usia SMA
4. Mahasiswa sederajat
5. Kelompok usia kerja
6. Kelompok lansia
Setiap kelompok berdiskusi hal-hal berikut dalam waktu 10-15
menit:
a. Apa permainan/kegiatan/program yang sesuai dengan
kelompok usia tersebut?
b. Apa tujuan permainan/kegiatan/program tersebut?
c. Bagaimana mekanisme permainan/kegiatan/program
tersebut?
d. Apa keluaran yang diharapkan melalui
243
Smart ASN
permainan/kegiatan/program tersebut?
Pilih satu orang untuk mewakilkan kelompok menjelaskan hasil
diskusi.
244
Smart ASN
245
Smart ASN
246
Smart ASN
ditayangkan dalam bentuk rekaman digital. Jadi, tersedia berbagai alternatif yang
bisa disesuaikan dengan kemampuan kita sebagai pihak penyelenggara kegiatan
pameran budaya tersebut.
Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4
247
Smart ASN
248
Smart ASN
249
Smart ASN
Menariknya dalam fakta yang ada, terlihat minat besar dari pihak asing ingin
menguasai pasar dalam negeri Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250
juta jiwa. Peluang-peluang ini yang terus dilirik pihak asing, dengan berbagai produk
yang mereka miliki, yang ingindijualnya di Indonesia. Sementara, produsen dalam
negeri cukup banyak, bahkan Indonesia juga dikenal sebagai pengekspor barang-
barang tertentu yang bisa bersaing di luar negeri.
Kita tahu bersama banyak perusahaan-perusahaan luar negeri berbasis online terus
melirik potensi pasar yang dimiliki Indonesia dengan lebih dari 250 juta warganya.
Contoh masuknya perusahaan Air Asia milik Malaysia, perusahaan transportasi dan
jasa pengantaran Grab yang kantor pusatnya di Malaysia yang kemudian berpindah di
Singapura,perusahaan fashion Salora milik Singapura, dan masih banyak lagi usaha-
usaha lain yang terus melirik keberadaan Indonesia dengan potensi pasarnya.
Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi hasil-hasil
karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan mancanegara. Seperti
contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya termasuk barang
aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Aneka karya anak bangsa itu dilirik
karenapengerjaannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia bukan pabrik.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi. Siswanto (2017). Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk
menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta tanah air kepada seluruh warga
negara Indonesia. (Akmadi, 2017). Artinya bela negara adalah langkah-langkah untuk
membangun nilai-nilai rela berkorban untuk Indonesia. Hal ini dipandang penting
karena di era
250
Smart ASN
globalisasi, arus informasi dan nilai-nilai luar masuk dengan deras dan berpengaruh
kepada perilaku masyarakat. Namun yang perlu dipahami bahwa bela negara dalam
konteks kekinian tidak mengutamakan wajib militer, tetapi lebih mengutamakan
dimensi kreativitas, sosial media, dan acara-cara hiburan yang edukatif. Lebih lanjut,
gerakan bela negara melibatkan Badan Ekonomi Kreatif.
Ayo Diskusi Pembicara menanyakan hal-hal berikut ini kepada seluruh peserta
1. Siapa yang dalam sebulan terakhir membeli tas/sepatu/baju
buatan luar negeri?
2. Apa alasan membeli barang tersebut? (minta 2-3 orang yang
menunjuk tangan untuk berpendapat)
3. Siapa yang dalam sebulan terakhir membeli tas/sepatu/baju
buatan Indonesia?
4. Apa alasan membeli barang tersebut? (minta 2-3 orang yang
menunjuk tangan untuk berpendapat)
5. Menurutmu, bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri?
Kemudian pembicara memberikan umpan balik kepada peserta atas
jawaban yang diberikan.
251
Smart ASN
252
Smart ASN
Pada bagian dasar piramida, terdapat dua segitiga yang menggambarkan dampak
positif dan negatif dari teknologi terhadap kesejahteraan individu. Segitiga di tengah
mengilustrasikan potensi dari teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan pada
individu dan segitiga di puncak menekankan bahwa seorang individu perlu
kesadaran dan kemampuan untuk merubah aktivitas digitalnya. Dampak teknologi
maupun aktivitas digital dapat berupa dampak positif maupun negatif, tergantung
konteks personal, kondisi, dan kemampuan untuk menanggulangi dampak tersebut.
Kesejahteraan digital ini dapat ditinjau
253
Smart ASN
dari empat konteks; sosial, personal, kegiatan belajar, dan pekerjaanseperti pada
gambar di bawah ini.
254
Smart ASN
Oleh sebab itu, kita sebagai subjek dalam dunia digital memiliki hak dankewajiban
berupa (Council of Europe, n.d):
pengadilan). Selain itu, akses internet juga harus terjangkau dan tidak diskriminatif
b. Kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
i. Kita berhak untuk berekspresi, mengakses informasi, dan
opini di dunia maya namun tetap berkewajiban
menghormati privasi orang lain.
ii. Pihak berwajib juga berkewajiban menghormati dan
melindungi hak kebebasan berekspresi dan mendapatkan
informasi iin
iii. Kita bisa memilih untuk tidak menunjukkan identitas diri
secara daring, namun kita berkewajiban mengikuti
peraturan mengenai sejauh mana kita harus menunjukkan
identitas diri pada hukum
c. Kebebasan berkumpul, berkelompok, dan partisipasi. Kita bebas
menggunakan situs web, aplikasi, atau layanan lain untuk
berhubungan dengan rekan dalam sebuah kelompok. Kita juga
berhak untuk mengajukan protes daring secara damai. Namun,
kita harus tetap memahami bahwa kita bisa berhadapan dengan
hukum jika merugikan pihak lain.
d. Perlindungan privasi dan data. Data pribadi kita hanya bisa
digunakan atas persetujuan kita atau jika dikehendaki pengadilan.
Kita harus diinformasikan jika data pribadi kita diproses atau
dipindahtangankan oleh pihak tertentu, kapan, oleh siapa, dan
untuk tujuan apa.
e. Pendidikan dan literasi. Kita berhak memiliki akses ke pendidikan
dan pengetahuan untuk melatih hak dan kebebasan kita di dunia
maya.
256
Smart ASN
Ayo Diskusi Pembicara menanyakan hal-hal berikut ini kepada seluruh peserta
1. Siapa yang pernah menerima pesan “kami menawarkan
pinjaman online, syarat mudah, dan proses cepat?” atau
“Buah mangga buah anggur, enak dimakan dingin-dingin,
daripada BPKB nganggur, mending titip di kami untuk
disekolahin”?
2. Berapa kali biasanya dalam sehari menerima pesan tersebut?
3. Kira-kira mengapa hal tersebut bisa terjadi?
4. Apa kaitan fenomena tersebut dengan hak dan kewajiban
257
Smart ASN
2. Rangkuman
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi
bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian
masyarakat Indonesiahingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII,
2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,selama pandemi COVID-19
mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk
perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warganegara.
3. Soal Latihan
1) Peserta diminta mengelaborasi cara-cara memutus rantai
penyebaran hoaks
2) Fenomena pinjaman online yang marak di Indonesia sangat
merugikan masyarakat, bukan hanya kerugian materi namun juga
pencurian identitas korban. Peserta diminta menyikapi fenomena
tersebut
258
Smart ASN
4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk menyelesaikancontoh
kasus berikut.
Studi Kasus 1:
Diskusikanlah fenomena ini dalam kelompok. Posisikan diri Anda dan kelompok sebagai
pihak yang dapat membuat kebijakan untuk menanggapi situasi tersebut. Kemudian,
buatlah rekomendasi untuk kemungkinan penyelesaian masalah tersebut berdasarkan
sudut pandang dan pemahaman yang telah Anda miliki mengenai literasidigital.
259
Smart ASN
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3626399/gara-gara-nge-twit- kasar-di-
twitter-gadis-ini-gagal-magang-di-nasa
● Terkait berita di atas, apakah jejak digital begitu penting saat ini?
Seberapa penting untuk kehidupan pribadi, keluarga, teman, dan
pekerjaan? Uraikan masing-masing.
● Jika kamu berada dalam berita viral yang mengungkap jejak digital
diri yang memalukan, apa yang akan kamu lakukan? Temukan
solusi yang dianggap praktis sekaligus komprehensif?
● Apa yang kamu lakukan dengan jejak digital pribadimu? Bagikan
tips kamu dengan teman kelompok.
260
Smart ASN
261
BAB 5 KESIMPULAN
Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum
terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka
kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan
User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa
262
kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi.
Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
penggunamedia digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia& Astuti, 2017). Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab.
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama,
yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi
digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu
sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari
masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang
‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan
kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan
fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu
sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai
dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih
menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok
kompetensi semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai
dengan domain kapasitas dan ruangnya.
263
Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital)
sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada
domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital individu difungsikan agar
mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan
dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’. Digital Ethics
(Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital
membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakatdigital, berada di domain
‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi
individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’
karena sudah menyentuh instrumen-instrumen hukumpositif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi
bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet
harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59
menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang
hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkanmenurut hasil survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari
8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara
daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi
hak digital setiap warga negara.
264
DAFTAR PUSTAKA
Abdulahi, A., Samadi, B., & Gharleghi, B. (2014). A Study on the NegativeEffects of
Social Networking Sites Such as Facebook among Asia Pacific University Scholars in
Malaysia Sustainable entrepreneurs: who they are? View project E Commerce
Implementation on Iranian SMEs View project A Study on the Nega. International
Journal of Business and Social Science, 5(10), 133–145.
Adam, A. (2017). Catfishing: Tipu Muslihat Gebetan Khayalan. Tirto.Id. Alshenqeeti,
H. (2014). Interviewing as a Data Collection Method:A Critical Review. English
Linguistics Research, 3(1). https://doi.org/10.5430/elr.v3n1p39
Adikara, J.,G., & Kurnia, N.,. (2021). Modul Aman Bermedia Digital.
Kominfor-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta
Anwar, F. (2017). Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora Dan Seni, 1(1), 137–144.
Astuti, S.,I., Prananingrum, N., (2021). Modul Budaya Bermedia Digital.
Kominfo-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta
APJII (2020). Laporan survei internet APJII 2019-2020 (Q2). Didapat dari
https://apjii.or.id/survei2019x.
Australian Digital Health Agency. (2020, September). Supporting a PositiveSecurity
Culture: MANAGING YOUR DIGITAL FOOTPRINT.
Australian Digital Health Agency.
https://www.digitalhealth.gov.au/sites/default/files/2020-
11/Manage_your_digital_footprint.pdf
Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Indeks pembangunan teknologi, informasi, dan
komunikasi/ict development index 2018. Jakarta:Badan Pusat Statistik.
Barton, D. & Lee, C.. 2013. “Language Online: Investigating Digital Texts and
Practices”. Oxford: Routledge.
Bawden, D. (2008). Origins and concepts of digital literacy. Digital literacies:Concepts,
policies and practices, 30(2008), 17-32.
BBC.com. (2015, Agustus). #TrenSosial: Bagaimana menghadapi para penebar
kebencian di medsos? BBC.com.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150826_trensosial
_hatespeech
Boyd, D. M., & Ellison, N. B. (2007). Social network sites: Definition, history, and
scholarship. Journal of Business and Management, 1–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.9790/487X-0124852
265
Buchanan, T., & Whitty, M. T. (2014). The online dating romance scam: causes and
consequences of victimhood. Psychology, Crime and Law, 20(3),
261–283.
https://doi.org/10.1080/1068316X.2013.772180 Burke, P. Buckingham, D. (2010).
Defining digital literacy. In Medienbildung in neuen
Kulturräumen (pp. 59-71). VS Verlag für Sozialwissenschaften.
Burke, P. J., & Stets, J. E. (2009). Identity Theory (1st ed.). Oxford UniversityPress.
Catfish Definition. (n.d.). Mirriam Webster.
CNN (2020, Desember 1). Polri tangani 4.250 kejahatan siber saat pandemi. Diperoleh
dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201201141213-12-
576592/polritangani- 4250-kejahatan-siber-saat-pandemi
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Reasearch.
In Synthese (Vol. 195, Issue 5). https://doi.org/10.1007/s11229-017-1319-x Diandra.
(2017). Pemerintah ingin media sosial dimanfaatkan untuk hal produktif
Duhita, S. (2018). Pengakuan ’ Faker ’ Online , Sanggup Memperdaya OrangAgar Mau
Pacaran Tanpa Ketemuan. Vice Indonesia.
Ellison, N., Heino, R., & Gibbs, J. (2006). Managing Impressions Online: Self-
Presentation Processes in the Online Dating Environment. Journal of Computer-
Mediated Communication, 11(2), 415–441. https://doi.org/10.1111/j.1083-
6101.2006.00020.x Federal Trade Commision. (n.d.). Online Dating Scams
Infographic.
Finkel, E. J., Eastwick, P. W., Karney, B. R., Reis, H. T., & Sprecher, S. (2012). Online
Dating: A Critical Analysis From the Perspective of Psychological Science. In
Psychological Science in the Public Interest, Supplement (Vol.
13, Issue 1).
https://doi.org/10.1177/1529100612436522
Frida, K & Astuti, S.,I. (2021). Modul Etis Bermedia Digital. Kominfo- Japelidi,
Siberkreasi. 2021. Jakarta
Frost-Arnold, K. (2016). Social Media, Trust, and the Epistemology of Prejudice.
Social Epistemology, 30(5–6), 513–531.
https://doi.org/10.1080/02691728.2016.1213326
Gibbs, J. L., Ellison, N. B., & Lai, C. H. (2011). First comes love, then comesgoogle:
An investigation of uncertainty reduction strategies and self-disclosure in online dating.
Communication Research, 38(1), 70–100. https://doi.org/10.1177/0093650210377091
Gibbs, S. (2016, January Friday). How to use search like a pro: 10 tips andtricks for
Google and beyond. TheGuardian.com. Retrieved November Tuesday, 2021, from
https://www.theguardian.com/technology/2016/jan/15/how-to-use- search-like-a-
pro-10-tips-and-tricks-for-google-and-beyond
266
Gilster, P. (1997). Digital literacy. John Wiley & Sons, Inc.
Goffman, E. (1959). The Presentation of Self in Everyday Life (Issue 1).
Anchor Books. https://doi.org/10.5465/amr.1989.4279016 Goodwill Community
Foundation. (n.d.). Internet Basic: Using Search
Engine. GCFLearnFree. Retrieved November Tuesday, 2021, from
https://edu.gcfglobal.org/en/internetbasics/using-search-engines/1/
Goodwill Foundation. (n.d.). Belanja online dengan aman. edu.gcfglobal.org.
https://edu.gcfglobal.org/en/tr_id-internet-safety/belanja-online-dengan-
aman/1/
Google Support. (2021). Do an Advanced Search on Google. Diperoleh dari
https://support.google.com/websearch/answer/35890?co=GENIE.Pl atform%3DAndroid&hl=en
Google, Temasek, Bain & Company (2020). At full velocity: Resilient and racing
ahead. Diperoleh dari https://economysea.withgoogle.com/
https://news.microsoft.com/wpcontent/uploads/prod/sites/421/2020/ 02/Digital-
Civility-2020-Global-Report.pdf
IMD, W. (2020). IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020.
Internetlivestats. (2016). Internet Users By Country (2016).
https://www.internetlivestats.com/internet-users-by-country/
ITU. International Telecommunication Union . (2017). Measuring the information
society report 2017 (Vol. 1). Geneva, Switzerland: Author. www.itu.int/en/ITU-
D/Statistics/Documents/publications/misr2017/MISR2017_Volume 1.pdf Diakses
November 2021
Jayani, D. H. (2020). Pembangunan teknologi Indonesia tertinggal di negaraG20.
Katadata. Diperoleh dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/28/pembanguna n-
teknologiindonesiatertinggaldinegarag20#:~:text=ICT%20Develop
ment%20Index%202017&text=Angka%20ini%20berada%20di%20
posisi,terendah%20di%20G20%20setelah%20India.&text=Pada%2
010%20Februari%202020%2C%20Indonesia,prinsip%20Counterva
iling%20Duty%20(CVD).&text=Pada%202020%2C%20PDB%20p
er%20kapita,atau%20terendah%20kedua%20di%20G20.
Jones, R. & Hafner, C. (2012) Understanding Digital Literacies. London:Routledge
Katadata Insight Center & Kominfo. (2020). Status literasi digital Indonesia 2020: Hasil
survei di 34 provinsi. Jakarta: Katadata Insight Center &Kominfo.
Kemendikbud. (2017). Modul Gerakan Literasi Nasional: Materi Pendukung Literasi
Digital. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-
267
content/uploads/2017/10/literasi-DIGITAL.pdf Diakses November2021
Kominfo dan Katadata. (2020). Survei Literasi Digital Nasional 2020.
https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2020/11/Survei- Literasi-Digital-
Indonesia-2020.pdf Diakses November 2021
Kominfo, Siberkreasi, & Deloitte. (2020). Roadmap literasi digital 2021-2024.
Jakarta: Kominfo, Siberkreasi, & Deloitte.
Kominfo.go.id. (2021). Menkominfo: Percepatan Transformasi Digital Kunci
Pemulihan Pascapandemi. SIARAN PERS
NO.266/HM/KOMINFO/08/2021
https://kominfo.go.id/content/detail/36171/siaran-pers- no266hmkominfo082021-
tentang-menkominfo-percepatan- transformasi-digital-kunci-pemulihan-
pascapandemi/0/siaran_per. Diakses November 2021
Kuntarto, E., & Asyhar, R. (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Blended
Learning Pada Aspek Learning Design Dengan Platform Media Sosial Online Sebagai
Pendukung Perkuliahan Mahasiswa. Repository Unja.
Kurnia, N., Nurhajati, L., dan Astuti S., I. (2020). KOLABORASI LAWAN (HOAKS)
COVID-19: Kampanye, Riset dan Pengalaman Japelidi diTengah Pandemi. Japelidi dan
Fisipol UGM. Yogyakarta.
Kurnia, N., & Astuti, S.,I. (2017). Peta gerakan literasi digital di Indonesia: studi
tentang pelaku, ragam kegiatan, kelompok sasaran dan mitra. Informasi, 47(2), 149-
166.
Law, N. & Woo, David & Wong, Gary. (2018). A Global Framework of Reference on
Digital Literacy Skills for Indicator 4.4.2. UNESCO Institute for Statistics.
LibGuides at University of West Florida Libraries. (2021, August). Tips forAvoiding
Fake News. University Library of University of West Florida. Retrieved November,
2021, from https://libguides.uwf.edu/c.php?g=609513&p=4274530
Lumakto, G., & Syamsuddin, A. (2020). A Fact Checking Perception and Behavior
Study of Ministry of Religious Affair Islamic Trainers. Jurnal Bimas Islam, 13(2), 235-
258.
Microsoft TRG. (2021) Civility, Safety & Interaction Online February 2020
[PowerPoint slides].
Monggilo, Z.,M.,Z, Kurnia., N., Banyumurti, I.,. (2020) Muda, Kreatif, Dan Tangguh
Di Ruang Siber. Direktorat Pengendalian Informasi, Investigasi, dan Forensik Digital
Badan Siber dan Sandi Negara
Monggilo, Z.,M.,Z, Kurnia., N. (2021). Modul Cakap Bermedia Digital.
Kominfo-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta
268
Oktari, R. (2020). 5 Langkah
Percepatan Transformasi Digital.
https://indonesiabaik.id/infografis/5-langkah-percepatan- transformasi-digital Diakses
November 2021
Rahmawati, D., Lumakto, G., & Kesa, D. D. (2020). Generasi Digital Nativesdalam
Praktik Konsumsi Berita di Lingkungan Digital. Communications, 2(2), 74-98.
269
268