Anda di halaman 1dari 783

Hak Cipta © pada:

Lembaga Administrasi Negara


Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

BERORIENTASI PELAYANAN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Andi Adiyat Mirdin, S.H.

EDITOR: Felisia Vestina Santawati, S.Gz., MM.


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN
KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan

i
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Deskripsi Singkat .............................................................................. 1


B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 1
C. Metodologi Pembelajaran ................................................................. 2
D. Kegiatan Pembelajaran ..................................................................... 3
E. Sistematika Modul ............................................................................ 7
BAB II MATERI POKOK 1 KONSEP PELAYANAN PUBLIK .................. 9

A. Uraian Materi .................................................................................... 9


B. Rangkuman ..................................................................................... 29
C. Evaluasi Materi Pokok 1 ................................................................. 30
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................... 33
BAB III MATERI POKOK 2 BERORIENTASI PELAYANAN ................. 34

A. Uraian Materi .................................................................................. 34


B. Rangkuman ..................................................................................... 46
C. Evaluasi Materi Pokok 2 ................................................................. 47
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................... 51
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 54

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai Berorientasi Pelayanan pada peserta melalui substansi
pembelajaran yang terkait dengan bagaimana memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat
diandalkan; serta melakukan perbaikan tiada henti. Mata Pelatihan ini
merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II Pelatihan Dasar CPNS
yang dalam penyampaiannya dapat dilakuan secara terintegrasi
dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik pada fase
pembejalaran mandiri, jarak jauh, maupun klasikal.
Materi-materi pokok yang disajikan pada modul ini masih
bersifat umum sehingga dapat dikembangkan dan diperinci lebih
lanjut pembahasannya pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan
panduan dari pengampu. Untuk membantu peserta memahami
substansi materi, maka pada setiap akhir pembahasan materi pokok
dilengkapi dengan latihan soal dan evaluasi. Latihan dan evaluasi
tersebut hendaknya dikerjakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap
peserta.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya, dengan indikator peserta mampu:

1
1. Memahami dan menjelaskan pelayanan publik secara
konseptual/teoretis;
2. Memahami dan menjelaskan panduan perilaku (kode etik) nilai
Berorientasi Pelayanan, serta memberikan contoh perilaku spesifik
yang kontekstual dengan jabatan dan/atau organisasinya;
3. Mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya masing-masing; dan
4. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan
Berorientasi Pelayanan secara tepat.

C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran pada setiap fase pembelajaran modul
ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan (MP) ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS),
sehingga dalam proses pembelajarannya dilakukan secara
terintegrasi dengan menggunakan beragam metode, diantaranya
ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan
presentasi, bermain peran, studi kasus, dan lain-lain.
2. Pada Pelatihan Blended Learning:
a. Fase MOOC:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan adalah
belajar mandiri, dengan membaca materi dan mengerjakan
latihan serta evaluasi yang diberikan pada Aplikasi MOOC.
b. Fase E-learning:
1) Synchronous:

2
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya
jawab, curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok serta
paparan, kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi
dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai DasarPNS.
2) Asynchronous:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya diskusi kelompok dan belajar mandiri, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
c. Fase Klasikal:
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya jawab,
curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok dan paparan,
kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi dengan 6
MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS.

D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada setiap fase pembelajaran untuk
modul ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran
Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS), sehingga
dalam proses pembejarannya dilakukan secara terintegrasi
dengan 6 Mata Pelatihan lainnya di Agenda ini, secara umum
tahapan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan diantaranya:

3
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Berorientasi
Pelayanan.
b. Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul dan
keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran Agenda II.
c. Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai
BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai Berorientasi
Pelayanan.
d. Memberikan penugasan-penugasan yang relevan sehingga
peserta dapat berdiskusi kelompok secara mandiri, dapat
berupa studi kasus, penugasan bermain peran, dan lain-lain.
e. Memberikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
f. Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan
metode ceramah, tanya jawab, penayangan film pendek, dan
lain-lain.
g. Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi oleh peserta
dengan beragam cara, seperti pemberian soal komprehensif,
kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.

2. Pada Pelatihan Blended Learning:


a. Fase MOOC:
Pada fase ini kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan peserta adalah dengan mempelajari bahan-bahan
pembelajaran termasuk modul, melakukan latihan-latihan

4
serta mengerjakan evaluasi akademis yang tersedia pada
Aplikasi MOOC.
b. Fase E-learning:
1) Synchronous:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS), sehingga dalam proses pembejarannya
dilakukan secara terintegrasi dengan 6 MP lainnya di
Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan pembelajaran
pada Fase E-learning Synchronous yang dapat dilakukan
diantaranya:
a) Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul
Berorientasi Pelayanan.
b) Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul
dan keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran Agenda II.
c) Mengukur tingkat penguasaan materi peserta setelah
mereka belajar secara mandiri pada aplikasi MOOC
dengan menggunakan beragam cara atau metode,
diantaranya tanya jawab dan kuis-kuis interaktif.
d) Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai
BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai
Berorientasi Pelayanan.
e) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan
sehingga peserta dapat berdiskusi kelompok secara

5
mandiri, dapat berupa studi kasus, penugasan bermain
peran, dan lain-lain.
f) Memberikan kesempatan peserta untuk
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
g) Memberikan penguatan dan pendalaman materi
setelah peserta mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan metode ceramah, tanya jawab,
penayangan film pendek, dan lain-lain.
h) Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi oleh
peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.
2) Asynchronous:
Pada fase ini kegiatan pembejaran yang dapat
dilakukan peserta adalah melakukan diskusi kelompok dan
belajar mandiri untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan.
c. Fase Klasikal:
Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran yang
dapat dilakukan pada fase ini adalah:
1) Menjelaskan tujuan dan skenario pembelajaran Agenda II
fase Klasikal.
2) Mereviu atau mengingatkan peserta terhadap materi-
materi Agenda II termasuk materi tentang Berorientasi
Pelayanan yang telah dipelajari pada fase E-Learning.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling
bertukar pengalaman dalam mengatualisasikan nilai

6
BerAKHLAK termasuk nilai Berorientasi Pelayanan selama
masa habituasi.
4) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan untuk
memperkuat penguasaan materi dan pengalaman
aktualisasi peserta sehingga dapat memiliki komitmen
yang kuat untuk terus
mengaktualisasikan/menghabituasikan nilai BerAKHLAK
setelah Pelatihan Dasar berakhir. Penugasan-penugasan
tersebut dapat berupa studi kasus, penugasan bermain
peran, membuat video, dan lain-lain.
5) Memberikan kesempatan peserta untuk
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
6) Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dengan metode ceramah, tanya jawab, penayangan film
pendek, dan lain-lain.
7) Melakukan reviu dan evaluasi terhadap penguasaan materi
peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.

E. Sistematika Modul
Sistematika modul Berorientasi Pelayanan ini adalah sebagai
berikut:
1. Konsep Pelayanan:
a. Pengertian Pelayanan Publik
b. Membangun Budaya Pelayanan Prima
c. ASN sebagai Pelayan Publik

7
d. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
2. Berorientasi Pelayanan:
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
1) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan

8
BAB II
MATERI POKOK 1
KONSEP PELAYANAN PUBLIK

Setelah mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan
pelayanan publik secara konseptual/teoretis.

A. Uraian Materi
1. Pengertian Pelayanan Publik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan
didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara
berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui
suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya
penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administrative,
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan
masyarakat merupakan muara dari Reformasi Birokrasi,
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan
berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang
berkualitas.
9
Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pelayanan publik.
Dalam Oxford Learner’s Dictionary, kata pelayanan (service)
diartikan sebagai “a system that provides something that the public
needs, organized by the government or a private company (sistem
yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan publik, yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta)”. Selain
itu, Hardiyansyah (2011:11) mendefinisikan pelayanan adalah
aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan
mengurus. Baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada
pihak yang lain. Istilah lain yang sejenis dengan pelayanan itu
adalah pengabdian dan pengayoman.
Sementara itu, frasa pelayanan publik (public service) dalam
kamus tersebut memiliki arti “a service such as education or
transport that a government or an official organization provides for
people in general in a particular society (layanan seperti
pendidikan atau transportasi yang disediakan oleh pemerintah
atau organisasi resmi untuk orang-orang pada umumnya dalam
masyarakat tertentu)”. Davit McKevitt dalam Modul Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik” (2017),
menyatakan bahwa “Core Public Services maybe defined as those
sevices which are important for the protection and promotion of
citizen well-being, but are in are as where the market is in capable of
reaching or even approaching a socially optimal state; heatlh,
education, welfare and security provide the most obvious best know
example”.

10
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum
dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Agus Dwiyanto (2010:21) menawarkan alternatif definisi
pelayanan publik sebagai semua jenis pelayanan untuk
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang
memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat
serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan
bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen
perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan
kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah,dan
memenuhi komitmen dunia internasional. Dalam penjelasan lebih
lanjut, Dwiyanto (2010:22) mengatakan bahwa dari segi
mekanisme penyediaannya, pelayanan publik tersebut tidak harus
dilakukan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi dapat dilakukan
oleh sektor swasta (mekanisme pasar).
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU
Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur
Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan

11
publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan
publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang
tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-
prinsip yang digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

12
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga
harus diberi akses yang sebesar- besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila
mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara,
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah

13
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan
prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan
tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam
arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat
konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah
dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau
dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel

14
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh
karena itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik
harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara
formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih
tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat
luas melalui media publik baik cetak maupun elektronik.
Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut
sebagai social accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang
penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk
yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa
terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan.

15
2. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti
rendahnya kualitas pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif
dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja,
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam
pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit-
belit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA
DIPERMUDAH”. Selama ini permasalahan penyelenggaraan
pelayanan publik di Indonesia sangat berkaitan erat dengan proses
pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik dari sisi
prosedur, persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang
dirasakan masih belum memadai dan jauh dari harapan
masyarakat.
Budaya paternalisme telah mengakar kuat dalam birokrasi
pelayanan publik di Indonesia. Dalam konteks pelayanan publik,
paternalisme dilihat dari hubungan antara birokrasi sebagai
petugas pelayanan dengan masyarakat pengguna layanan.
Masyarakat pengguna layanan dalam pola paternalisme
mempunyai posisi tawar-menawar yang lemah, artinya
masyarakat pengguna layanan tidak bisa berbuat lebih banyak jika
mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan. Kualitas
pelayanan publik saat ini masih banyak berada di area bureaucratic
paternalism, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya kualitas
pelayanan publik yang berorientasi terhadap kepentingan
masyarakat sebagai pengguna layanan.

16
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi
kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan
dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan
pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi
standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara.
Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan
kualitas pemberian layanan kepada masyarakat. Menurut
Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang baik juga
tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila
terbangun kerja tim di dalam internal organisasi. Melalui kerja
sama yang baik, pekerjaan dalam memberikan pelayanan dapat
diselesaikan dengan hasil terbaik bagi pengguna layanan.
Fokus utama untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat
harus menjadi prinsip utama ASN dalam bekerja.
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima.
Budaya berorientasi pada pelayanan prima harus menjadi
dasar ASN dalam penyediaan pelayanan. Pelayanan Prima
adalah memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan
pengguna layanan. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam
memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan
yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2)
memenuhi harapan pengguna, dan (3) melebihi harapan
pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang diharapkan.

17
c. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada
kemajuan organisasi, apabila pelayanan yang diberikan prima
(baik), maka organisasi akan menjadi semakin maju. Implikasi
kemajuan organisasi akan berdampak antara lain: (1) makin
besar pajak yang dibayarkan pada negara, (2) makin bagus
kesejahteraan bagi pegawai, dan (3) makin besar fasilitas yang
diberikan pada pegawai.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan
publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk
membangun pelayanan yang berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta
menindaklanjuti pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan
keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur
teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggara pelayanan publik.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik tentunya tidak
lepas dari strategi pelaksanaan kebijakan pelayanan publik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian PANRB telah
melahirkan beberapa produk kebijakan pelayanan publik sebagai

18
wujud pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, diantaranya adalah:
a. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;
b. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei
Kepuasan Masyarakat;
c. profesionalisme SDM;
d. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP)
untuk memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat;
e. mendorong integrasi layanan publik dalam satu gedung
melalui Mal Pelayanan Publik;
f. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui
Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional
(SP4N-LAPOR!);
g. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui
Evaluasi Pelayanan Publik sehingga diperoleh gambaran
tentang kondisi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik
untuk kemudian dilakukan perbaikan;
h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif
antara penyelenggara layanan publik dengan masyarakat
untuk membahas rancangan kebijakan, penerapan kebijakan,
dampak kebijakan, ataupun permasalahan terkait pelayanan
publik melalui kegiatan Forum Konsultasi Publik; dan
i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi
Pelayanan Publik.
Budaya pelayanan prima menjadi modal utama dalam
memberikan kepuasan pelanggan. Pemberian kepuasan kepada

19
pelanggan menjadi salah satu kewajiban dan tanggung jawab
organisasi penyedia pelayanan. Melalui pemberian pelayanan yang
baik, pelanggan atau pengguna layanan kita akan secara sukarela
menginformasikan kepada pihak lain akan kualitas pelayanan yang
diterima, hal ini secara langsung akan memperomosikan kinerja
organisasi penyedia pelayanan publik. Penilaian positif dari
pelanggan menjadi semakin penting mengingat saat ini pelanggan
turut menjadi penilai utama organisasi penyedia pelayanan publik.
Keberhasilan pelayanan publik akan bermuara pada
kepercayaan masyarakat sebagai subjek pelayanan publik.
Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah suatu proses yang
secara terus-menerus guna mewujudkan konsep good governance
yang menjadi dambaan masyarakat sebagai pemegang hak utama
atas pelayanan publik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada
layanan prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik. Apabilasetiap
lembaga pemerintah dapat memberikan layanan prima kepada
masyarakat maka akan menimbulkan kepuasan bagi pihak- pihak
yang dilayani. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya, bahwa layanan
untuk kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah.
Ditambah lagi, masyarakat semakin menyadari haknya dan
semakin kritis untuk mendapatkan layanan terbaik dari aparatur
pemerintah.

20
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi
tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan
dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum
pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka
pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui
pembangunan bangsa (cultural and political development) serta
melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social
development) yang diarahkan pada meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran seluruh masyarakat. Selain itu, pembangunan
sumber daya manusia ASN sebagai bagian dari upaya reformasi
birokrasi, diharapkan mampu mengakselerasi pelaksanaan tugas,
fungsi, dan peran ASN sebagaimana dimaksud dalam UU ASN.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan

21
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Selain tugas dan fungsi yang melekat pada pegawai ASN,
pegawai ASN juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Peran tersebut dilaksanakan melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Sehingga ASN tentu akan terlibat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, yang membutuhkan
kesadaran bersama untuk meningkatkan peran pegawai ASN
khususnya dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan
pelayanan publik melalui perbaikan birokrasi di Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat secara umum.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur
mengenai bagaimana perilaku pelaksana pelayanan publik,
termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-
larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas
institusi penyelenggara;

22
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib
dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari
benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan
dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam
memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau
kewenangan yang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.
Dalam mengimplementasikan budaya berorientasi
pelayanan, ASN perlu memahami mengenai beberapa hal
fundamental mengenai pelayanan publik, antara lain:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi. Dengan demikian menjadi kewajiban
pemerintah untuk menyelenggarakannya baik dilakukan
sendiri (oleh birokrasi pemerintah) maupun bekerja sama
dengan sektor swasta;
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar
oleh warga negara. Artinya, para birokrat penyelenggara
pelayanan publik harus paham bahwa semua fasilitas yang
mereka nikmati (gedung, peralatan, gaji bagi ASN, protokoler,
dsb.) dibayar dengan pajak yang dibayarkan oleh warga negara.
Oleh karena itu, ASN harus paham bahwa warga

23
negara adalah agent (tuan) dan Saudara adalah client
(pelayan). Konsekuensinya, Saudara sebagai ASN yang harus
mengikuti kehendak masyarakat pengguna layanan, bukan
sebaliknya masyarakat yang harus mengikuti kehendak
Saudara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa
yang akan datang. Karena sifatnya yang demikian, sebagai
seorang ASN Saudara harus paham bahwa kegagalan dalam
berkontribusi untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas akan berakibat pada kegagalan kita sebagai bangsa
dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam konteks dunia
yang dihadapkan pada tantangan globalisasi maka kegagalan
Saudara sebagai ASN dalam membantu mewujudkan kualitas
pelayanan publik yang baik juga berarti berdampak pada
kegagalan Indonesia dalam memenangkan pertarungan
memperebutkan supremasi globalisasi. Jika ini terjadi, masa
dengan bangsa Indonesia menjadi taruhannya.
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia,
akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan
bagi warga negara (proteksi). Coba Saudara bayangkan ketika
pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik untuk
memberikan perlindungan kepada warga negaranya?
Masyarakat menjadi korban main hakim sendiri karena polisi
tidak hadir. TKI menjadi korban kekejaman para tuan mereka
di negara asing, bahkan ketika menginjakkan kaki di bandara

24
tanah airnya sendiri karena pemerintah gagal memberikan
pelayanan untuk melindungi mereka. Dan banyak contoh lagi
penderitaan warga negara ketika pemerintah gagal
menyelenggarakan pelayanan publik yang baik.
Dengan memahami empat hal pokok tersebut maka
diharapkan Saudara akan memposisikan diri Saudara secara tepat
ketika berhadapan dengan warga yang membutuhkan pelayanan
publik. Mulai saat ini Saudara diharapkan paham bahwa warga
negara yang membutuhkan pelayanan publik perlu Saudara layani
dengan baik dengan memenuhi kebutuhan mereka.

4. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20
Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core
Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan
bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo
meluncurkan Core Values dan Employer Branding ASN tersebut,
yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core
Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya

25
oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas
pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya,
dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Secara lebih operasional, Berorientasi Pelayanan dapat
dijabarkan dengan beberapa kriteria, yakni:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk
menjabarkan pedoman perilaku sesuai dengan tujuan yang
terkandung dari masing-masing nilai. Kode etik juga terkadang
dibuat untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh
dan tidak boleh dilakukan, misalnya yang terkait dengan
konflik kepentingan. Dalam menyelenggarakan pelayanan
publik jika terjadi konflik kepentingan maka aparatur ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dari pada
kepentingan dirinya sendiri.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk
sebuah kode perilaku (code of conducts) yang berisi contoh
perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan oleh
pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut.
Contoh perilaku spesifik dapat juga berupa bagaimana
penerapan SOP dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan
menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan.

26
Munculnya rasa kebanggaan dalam memberikan pelayanan
akan menjadi modal dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini
juga sejalan dengan employee value proposition atau employer
branding ASN yakni “Bangga Melayani Bangsa”. Kebanggaan
memberikan pelayanan terbaik membantu kita memberikan
hasil optimal dalam melaksanakan tugas pelayanan. Prinsip
melayani juga menjadi dasar dan perlu diatur dengan prosedur
yang jelas.
Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan menjadi dasar
pembentukan budaya pelayanan tentu tidak akan dengan mudah
dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN,
didukung dengan semangat penyederhanaan birokrasi yang
bermakna penyederhanaan sistem, penyederhanaan proses bisnis
dan juga transformasi menuju pelayanan berbasis digital.
Sikap pelayanan bagi pegawai ASN berarti pengabdian yang
tulus terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah
kebanggaan atas pekerjaan. Sikap Saudara dapat menggambarkan
instansi/organisasi Saudara, karena sikap pelayanan tersebut
mewakili citra organisasi Saudara secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, budaya pelayanan dalam birokrasi
pemerintahan akan sangat ditentukan oleh sikap pelayanan yang
ditunjukkan oleh pegawai ASN.
Pelayanan yang diberikan aparatur harus merujuk pada
standar yang ditetapkan pemerintah. Standar mutu layanan pada
institusi pemerintah dapat dibedakan dalam dua paradigma, yaitu:
(1) standar berbasis peraturan perundang-undangan (producer

27
view), dan (2) standar berbasis kebutuhan dan kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan (consumer view or public view).
Alasan lain yang mendasari pentingnya nilai Berorientasi
Pelayanan bagi seorang ASN adalah untuk menghasilkan suatu
paradigma berpikir bahwa ASN harus seoptimal mungkin
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sehingga
diharapkan ada perubahan mindset yang mempengaruhi ASN
dalam bersikap, dan menghasilkan output/outcome atas perubahan
mindset atau paradigma dan perubahan sikap tersebut. Baik atau
buruknya kualitas pelayanan publik di Indonesia secara nyata akan
tercermin juga kepada hasilnya. Dalam contoh negatif yang
sudah/sedang terjadi, misalnya dalam hal pelayanan dasar, yaitu
pelayanan di bidang pendidikan oleh guru-guru yang tidak
berorientasi pelayanan dan tidak memiliki kompetensi memadai,
akan menghasilkan murid-murid yang kualitasnya juga kurang
memadai, sehingga angkatan kerja yang dihasilkan akan sulit
bersaing dengan talenta global lainnya dalam upaya untuk
mengangkat kesejahteraan dirinya maupun bagi pembangunan
bangsa dan negara.
Ke depan, diharapkan nilai berorientasi pelayanan tersebut
dapat menjadi paradigma ASN dalam melaksanakan tugas fungsi
jabatannya termasuk dalam tugas pelayanan, agar mendasari
bagaimana ASN bersikap dan berperilaku, yang secara langsung
akan berdampak pada tujuan unit kerja pada khususnya, dan cita-
cita organisasi pada umumnya yakni menghasilkan birokrasi yang
profesional. Dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalkan
nilai berorientasi pelayanan tersebut, maka Saudara akan

28
mempelajari konsep dari ketiga kode etiknya, yaitu: (1) memahami
dan memenuhi kebutuhan masyarakat, (2) ramah, cekatan, solutif
dan dapat diandalkan, dan (3) melakukan perbaikan tiada henti.

B. Rangkuman
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders,
atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik,
karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN
bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

29
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya
dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan
sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat
kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat.

C. Evaluasi Materi Pokok 1


Untuk membantu mengevalusi/mengukur tingkat pemahaman
Anda terhadap Materi Pokok 1 ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal
Pilihan Ganda di bawah ini. Pada setiap soalnya, pilihlah satu jawaban
yang menurut Anda benar.
1. ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip
Nilai Dasar. Hal tersebut tertuang dalam:

30
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015
2. Undang-Undang yang mengatur tentang Pelayanan Publik
adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009
b. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2019
3. Sebutkan yang bukan merupakan fungsi ASN:
a. pelaksana kebijakan publik
b. pelayan publik
c. pengawas kegiatan publik
d. perekat dan pemersatu bangsa
4. Yang dimaksud dengan berorientasi pelayanan adalah
a. Bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan
b. Komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat
c. Saling peduli dan menghargai perbedaan
d. Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta
menghadapi perubahan
5. Secara sederhana, definisi pelayanan publik berdasarkan Agus
Dwiyanto adalah
a. Semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria
yaitu merupakan jenis barang atau jasa

31
b. Pelayanan yang dirasakan melalui loket-loket pelayanan
c. Sumber daya air dan sumber daya mineral yang dikelola
oleh Negara/pemerintah
d. Perintah pimpinan/atasan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat pada jam-jam pelayanan
6. Yang bukan merupakan unsur penting dalam pelayanan publik
adalah
a. Penyelenggara
b. Penerima layanan
c. Tempat pelayanan
d. Kepuasan pelanggan
7. Yang bukan prinsip pelayanan publik yang baik adalah
a. Partisipatif dan transparan
b. Responsif dan tidak diskriminatif
c. Kompleks namun murah
d. Aksesibel
8. “Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara,
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya” adalah
prinsip dari …
a. Akuntabel
b. Aksesibel
c. Berkeadilan
d. Tidak diskriminatif

32
9. “Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan
akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan
tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya”
adalah prinsip dari …
a. Responsif
b. Transparan
c. Efektif dan efisien
d. Tidak diskriminatif
10. Nilai berorientasi pelayanan dijabarkan dalam ... panduan
perilaku
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6

D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
1 dan Anda dapat meneruskan untuk mempelajari Materi Pokok 2.
Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi lagi Materi Pokok 1, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.

33
BAB III
MATERI POKOK 2
BERORIENTASI PELAYANAN

Setelah mempelajari Materi Pokok 2 ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan
panduan perilaku (kode etik) nilai Berorientasi Pelayanan, serta memberikan contoh
perilaku spesifik yang kontekstual dengan jabatan dan/atau organisasinya.

A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi
berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Dari berbagai sumber, definisi nilai dasar sendiri adalah
kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari
ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit
kerjanya. Sedangkan kode etik adalah pedoman mengenai
kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau perilaku
terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas
atau tidak pantas baik dalam melaksanakan tugas maupun dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Adapun kode perilaku adalah
34
pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan
ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup
sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan
perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai
pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama ini
diantaranya:
1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
Untuk dapat memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat (customer needs) sebagai salah satu unsur penting
dalam terciptanya suatu pelayanan publik, terlebih dahulu kita
melihat pengertian Masyarakat atau publik sebagai penerima
layanan. Masyarakat dalam UU Pelayanan Publik adalah
seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai
orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Zulian Yamit (2010:75) mengemukakan, bahwa:
“Pelanggan adalah orang yang membeli dan menggunakan
produk atau jasa.” Di era global dengan tingkat persaingan

35
yang semakin tinggi, kinerja organisasi lebih diarahkan pada
terciptanya kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan antara
lain dapat dilihat dari kesenangannya ketika mendapatkan
produk/jasa yang sesuai atau bahkan melebihi harapannya,
sehingga mendorong keinginannya untuk melakukan
pembelian ulang atas produk/jasa yang pernah diperolehnya,
tidak merasa kapok, bahkan mereka akan menganjurkan
kepada pihak lain untuk menggunakan produk/jasa tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumberdaya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan (customers).
Dalam Quality Management Journal, “Customer
satisfaction is defined as a measurement that determines how
happy customers are with a company’s products, services, and
capabilities. Customer satisfaction information, including
surveys and ratings, can help a company determine how to best
improve or changes its products and services. An organization’s
main focus must be to satisfy its customers.” Selanjutnya
pendapat Ancok (2014) juga menguatkan pandangan bahwa
kepuasan pelanggan alasan utama pentingnya pelayanan
prima.
Siklus pelayanan itu sendiri menurut A. Imanto dalam
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan
Publik” (2017) adalah “Sebuah rangkaian peristiwa yang
dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima layanan

36
yang diberikan”. Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada
saat konsumen mengadakan kontak pertama kali dengan
service delivery system dan dilanjutkan dengan kontak-kontak
berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut diberikan.
Standar mutu pelayanan yang berbasis kebutuhan dan
kepuasan masyarakat sebagai pelanggan (consumer view or
public view), diarahkan untuk memberikan kesejahteraan
kepada setiap warga negara, misalnya: layanan kesehatan,
pendidikan, dan perlindungan konsumen. Kebutuhan dan
harapan tersebut berbeda-beda sesuai dengan karakteristik
individu yang bersangkutan. Oleh sebab itu konsep mutu
dalam konteks ini menuntut sikap responsif dan empati dari
petugas pemberi layanan kepada harapan individu atau
sekelompok individu pengguna layanan. Aparatur harus
menjadi pendengar yang baik atas keluhan ataupun harapan
masyarakat terhadap layanan yang ingin mereka dapatkan.
Dengan demikian kunci pelayanan kesejahteraan adalah
kepuasan para pengguna layanan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah
wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat.

37
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan
yang kedua ini diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah; dan
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi
bahwa perilaku yang semestinya ditampilkan untuk
memberikan layanan prima adalah:
1) Menyapa dan memberi salam;
2) Ramah dan senyum manis;
3) Cepat dan tepat waktu;
4) Mendengar dengan sabar dan aktif;
5) Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan;
6) Terangkan apa yang Saudara lakukan;
7) Jangan lupa mengucapkan terima kasih;
8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan
9) Mengingat nama pelanggan.
Dengan penjabaran tersebut, pegawai ASN dituntut
untuk memberikan pelayanan dengan ramah, ditandai senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi;
cekatan ditandai dengan cepat dan tepat waktu; solutif

38
ditandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk memilih layanan yang tersedia; dan dapat
diandalkan ditandai dengan mampu, akan dan pasti
menyelesaikan tugas yang mereka terima atau pelayanan yang
diberikan.
Untuk menghasilkan mutu dalam pelayanan publik
yang bersifat jasa, sangat membutuhkan kerja sama dan
partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, ASN harus mampu
memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dengan
masyarakat, bersifat kreatif, proaktif dan inovatif dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda beda. Tidak
hanya itu saja, karena kondisi sosial ekonomi yang terus
membaik, masyarakat pun terus menerus menuntut standard
pelayanan yang semakin tinggi dan semakin responsif
terhadap kemampuan dan kebutuhan yang beragam.
Pelayanan yang baik harus cepat, tepat, dapat diandalkan,
tidak berbelit belit (bertele-tele), dan tidak ditunda-tunda.
Sehingga kode etik ramah, cepat, solutif, dan dapat
diandalkan sebagai penjabaran dari nilai Berorientasi
Pelayanan sangat diharapkan dapat tercermin dari perilaku
Saudara sebagai ASN bukan hanya yang bertanggung jawab di
garis depan (front liner), melainkan menjadi tanggung jawab
semua pegawai ASN pada setiap level organisasi. Ke depan,
citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan
perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi
salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan
tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi

39
Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani
dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima.

c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti


Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini
diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima
ditunjukkan dengan upaya perbaikan secara berkelanjutan
melalui berbagai cara, antara lain: pendidikan, pelatihan,
pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
Alangkah baiknya apabila seluruh ASN dapat menampilkan
kinerja yang merujuk pada nilai dasar orientasi mutu dalam
memberikan layanan kepada publik. Setiap individu aparatur
turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang dapat
dilakukan dari posisinya masing-masing. Di lain pihak,
pimpinan melakukan pemberdayaan aparatnya secara optimal,
dan memberikan arah menuju terciptanya layanan prima yang
dapat memuaskan stakeholders dengan memberikan superior
customer value.
Hal ini berarti bahwa memberikan layanan yang
bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat

40
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan
dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan
menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and
better).
Dalam perkembangannya budaya pelayanan harus
dipandang sebagai sebuah proses belajar yang menghasilkan
bentuk baru serta pengetahuan dan kepandaian yang baru.
Sebagai sebuah proses belajar budaya pelayanan harus dapat
melakukan perubahan kebiasaan, perubahan nilai, dan
perubahan pola pikir atau paradigma pelayanan.
Dalam Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010:
8), “demikian juga halnya inovasi dalam layanan publik
mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mind-set baru sebagai apartur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin”.
Sebagaimana dikemukakan oleh Christopher dan Thor (2001:
65), “They can also organize to encourage and support creativity
and innovation, to do things differently.” Demikian juga di
lingkungan lembaga pemerintahan, aparatur dapat
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya, untuk
melahirkan terobosan- terobosan baru dalam meningkatkan

41
efektivitas dan efisiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.

2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan


Visi Reformasi Birokrasi, sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025, bahwa pada tahun 2025 akan
dicapai pemerintahan kelas dunia, yang ditandai dengan pelayanan
publik yang prima. Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan
publik menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, yang dapat
berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit,
infrastruktur yang belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat
itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan
atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di
perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah.
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan
publik dapat berupa anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah
SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem
pelayanan yang baik. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat serta mengatasi
berbagai hambatan yang ada.
Pandemi COVID-19 yang ada telah menjadikan pola
kehidupan sehari-hari mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Momentum ini harus kita manfaatkan secara maksimal
untuk melakukan lompatan kemajuan sebagaimana arahan
Presiden RI. Ada hikmah di balik pandemi COVID-19 yang melanda

42
dunia termasuk Indonesia, utamanya dalam mendorong
percepatan reformasi birokrasi di Indonesia, Pemanfaatan
informasi teknologi dan internet of things menjadi “keterpaksaan”
baru, telah terjadi perubahan secara masif budaya kerja dan cara
berpikir ASN.
Percepatan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam praktik tata kelola pemerintahan, yang lebih
berorientasi pada hasil dengan mengedepankan pemanfaatan
informasi teknologi dan kecepatannya. Pandemi ini seyogianya
dapat dijadikan momentum bagi ASN dalam mendukung akselerasi
reformasi birokrasi yang tidak hanya sekedar birokrasi profesional
yang mampu melayani raktyat, tapi menjadi faktor determinan
dalam meletakkan fondasi yang diperlukan bangsa untuk
memenangkan persaingan global.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan
akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business
as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu
perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan
publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan
publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi
pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari
lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Peraturan Menteri PANRB Nomor 91 Tahun 2021
memaknai inovasi pelayanan publik sebagai terobosan jenis
pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal
dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi

43
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus berupa suatu
penemuan baru (dari tidak ada kemudian muncul gagasan dan
praktik inovasi), tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru
yang bersifat kontekstual berupa hasil perluasan maupun
peningkatan kualitas inovasi yang sudah ada.
Inovasi di sektor publik memiliki poin berbeda dengan
inovasi di sektor swasta yaitu transferabilitas atau sifat mudah
disebarkan. Semakin banyak penyelenggara pelayanan publik lain
yang terinspirasi dan menerapkan suatu inovasi di wilayah kerja
masing-masing, maka akan semakin tinggi nilai inovasi tersebut
karena dampak dan manfaat inovasi dapat dirasakan oleh lebih
banyak pengguna layanan. Dalam perspektif pelayanan publik,
“meniru” suatu inovasi bukanlah hal yang tabu, karena tujuan
berinovasi di sini bukanlah mencari keuntungan pribadi, melainkan
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Proses meniru
tersebut, atau dengan kata lain proses transfer pengetahuan dari
suatu inovasi, akan menghasilkan inovasi dengan nilai kebaruan
sesuai dengan konteks masing-masing unit kerja atau wilayah,
sehingga tidak ada inovasi yang benar-benar sama persis satu
dengan lainnya.
Pada perkembangannya, inovasi pelayanan publik juga
berkontribusi untuk mengakselerasi pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan SDGs
(Sustainable Development Goals). SDGs saat ini menjadi agenda
bersama dari seluruh negara anggota PBB, termasuk Indonesia.
Inovasi pelayanan publik diarahkan untuk mendukung pencapaian

44
SDGs, dengan berlandaskan pada Peraturan Presiden Nomor 59
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
Namun berdasarkan hasil penelitian World Intellectual
Property Organization (WIPO), Global Innovation Index (GII)
Indonesia berada di posisi ke-85 dari 131 negara anggota, stagnan
sejak tahun 2018 hingga 2020. Kondisi tersebut tertinggal jauh dari
negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum bisa
maksimal memanfaatkan inovasi sebagai salah satu alat dalam
memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Masih banyak
pelayanan publik yang perlu diakselerasi melalui inovasi, perlu
langkah dan metode baru yang diambil terutama dalam
menghadapi era kenormalan baru.
Dalam lingkungan pemerintahan sendiri, banyak faktor
yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Instansi pemerintah dituntut untuk lebih jeli
mengamati permasalahan dalam pelayanan publik sehingga inovasi
yang dilahirkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran.
Inovasi juga tidak boleh monoton karena setiap daerah memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Untuk itu,
adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.

45
B. Rangkuman
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat denganperilaku
melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu;
melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan,
keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika
kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari
hari ini (doing something better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan
akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as
usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan
tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan
itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau
permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam

46
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi
pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi
masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.

C. Evaluasi Materi Pokok 2


Untuk membantu mengevalusi/mengukur tingkat pemahaman
Anda terhadap Materi Pokok 2 ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal
Pilihan Ganda di bawah ini. Pada setiap soalnya, pilihlah satu jawaban
yang menurut Anda benar.
1. Yang mana kah diantara panduan perilaku berikut yang
merupakan kode etik dari nilai berorientasi pelayanan?
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan
yang selalu berubah
b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
c. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
d. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
2. Yang mana kah diantara panduan perilaku berikut yang
merupakan kode etik dari nilai berorientasi pelayanan?
a. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai
tambah
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan

47
c. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah
d. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
3. Yang mana kah diantara panduan perilaku berikut yang
merupakan kode etik dari nilai berorientasi pelayanan?
a. Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan
Negara
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
c. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
d. Melakukan perbaikan tiada henti
4. Dalam memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat,
kedudukan masyarakat dalam konteks tersebut adalah sebagai

a. masyarakat sebagai wajib pajak
b. masyarakat sebagai pengawas kinerja pemerintah
c. masyarakat sebagai elemen adanya negara
d. masyarakat sebagai penerima layanan
5. Pengertian masyarakat dalam Undang-Undang Nomor
25/2009 tentang Pelayanan Publik adalah …
a. seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan
hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak
langsung
b. warga negara Indonesia sebagai orang-perseorangan,
kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan

48
sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung
c. seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan
hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik secara langsung
d. warga negara Indonesia sebagai orang-perseorangan,
kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan
sebagai penerima manfaat pelayanan publik secara
langsung
6. Beberapa perilaku pelayanan prima yang perlu dibudayakan
dalam organisasi antara lain sebagai berikut, kecuali …
a. Menyapa dan memberi salam
b. Ramah
c. Cepat dan terlihat sibuk
d. Berpenampilan rapih
7. Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima
ditunjukkan dengan upaya perbaikan secara berkelanjutan
melalui berbagai cara berikut ini, kecuali …
a. Pendidikan dan pelatihan
b. Standardisasi dan sertifikasi kompetensi pemberi layanan
c. Pengembangan ide kreatif
d. Kolaborasi dan benchmark
8. Seorang ASN diharapkan dapat diandalkan untuk memberikan
pelayanan prima yang dicontohkan dengan …
a. Melakukan pelayanan maksimal sesuai dengan tugas
fungsinya

49
b. Melakukan pelayanan maksimal untuk kepuasan
masyarakat meskipun dengan menyerobot tugas fungsi
rekan yang lain
c. Melakukan pelayanan maksimal jika diminta oleh
atasan/pimpinan
d. Melakukan pelayanan terbaik jika akan dilakukan evaluasi
eksternal
9. Memberikan layanan melebihi harapan customer ditunjukkan
dengan ...
a. meningkatkan mutu layanan dan tidak boleh berhenti
ketika kebutuhan customer sudah dapat terpenuhi
b. Selalu menanyakan dan melakukan survey kepuasan
masyarakat
c. Mencari tahu ekspektasi customer di masa yang akan
datang tentang layanan apa yang diharapkan
d. Menunggu perintah atasan terkait terobosan baru
10. Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah …
a. Menjadi dasar pembentukan peraturan internal tentang
kewajiban masuk kerja
b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya
kinerja terbaik
c. Menjadi pertimbangan pimpinan unit kerja dalam
menentukan rekanan dalam proyek strategis
d. Menjadi instrumen pengukuran kinerja ASN oleh
masyarakat

50
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi lagi Materi Pokok 2, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.

51
BAB IV
PENUTUP

Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat


dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN
harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya
dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari:
1. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
3. melakukan perbaikan tiada henti.
Oleh karena itu, peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat
mempelajari setiap materi pokok dalam modul ini dengan seksama dan
mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang diberikan. Jika terdapat hal-
hal yang belum dipahami dapat ditanyakan dan didiskusikan dengan
pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh
maupun klasikal.

52
KUNCI JAWABAN

I. MATERI POKOK 1. KONSEP PELAYANAN PUBLIK


No. Jawaban No. Jawaban

1. B 6. C
2. C 7. C
3. C 8. D
4. B 9. B
5. A 10. A

II. MATERI POKOK 2. BERORIENTASI PELAYANAN


No. Jawaban No. Jawaban

1. C 6. C
2. B 7. B
3. D 8. A
4. D 9. A
5. A 10. B

53
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Ancok, D., Hendrojuwono, W., dan Hartanto, F. D. 2014. ”Mengapa Kita
Perlu Memberikan Pelayanan yang Baik‟. Makalah dipresentasikan
dalam Focus Group Discussion, LAN-RI, Jakarta, Juni.
Daft, Richard L., (2010) Diterjemahkan oleh Tita Maria Kanita. New Era of
Management. Era Baru Manajemen. Buku 1, Edisi 9. Jakarta:
Salemba Empat
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan
Kolaboratif. Yogyakarta: Gamapress.
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil “Komitmen Mutu”.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik”.
Yamit, Zulian. 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Cetakan kelima.
Yogyakarta: Ekonisia.

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
54
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 91 Tahun 2021 tentang Pembinaan Inovasi
Pelayanan Publik.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara.

Web:
ASQ – Customer Satisfaction https://asq.org/quality-
resources/customer-satisfaction diakses pada 11 November
2021
Oxford Learner’s Dictionaries
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
definition/english/service_1?q=service diakses pada 20
Desember 2021
Oxford Learner’s Dictionaries
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
definition/english/public-service?q=public+service diakses pada
20 Desember 2021

55
56
i

57
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

AKUNTABEL
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Ramah Handoko, S.Sn, M.Pd.

EDITOR: Amelia Ayang Sabrina, SIA.


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN:

i
58
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif

ii
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................................... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................. 1
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN ...................................................................... 2
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................................................. 3
E. SISTEMATIKA MODUL........................................................................................ 4
BAB II POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI.................................................. 6
A. Uraian Materi ........................................................................................................ 6
1. Potret Layanan Publik di Indonesia ......................................................... 6
2. Tantangan Layanan Publik ........................................................................ 10
3. Keutamaan Mental Melayani .................................................................... 11
B. Rangkuman ......................................................................................................... 14
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 14
BAB III KONSEP AKUNTABILITAS ............................................................................. 15
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 15
1. Pengertian Akuntabilitas ........................................................................................ 15
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas.................................................................................... 16
3. Pentingnya Akuntabilitas ....................................................................................... 20
4. Tingkatan Akuntabilitas.......................................................................................... 22
B. Rangkuman ......................................................................................................... 23
C. Soal Latihan .......................................................................................................... 24
BAB IV PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL ............................................................ 25
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 25
1. Akuntabilitas dan Integritas.................................................................................. 25
2. Integritas dan Anti Korupsi ................................................................................... 25
3. Mekanisme Akuntabilitas....................................................................................... 29
4. Konflik Kepentingan ................................................................................................. 35
5. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel .......................................................... 39

iv
6. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi ................................................................. 42
7. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN .......................................................... 44
B. Rangkuman ......................................................................................................... 45
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 46
BAB V AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN ........ 49
A. Uraian Materi ...................................................................................................... 49
1. Transparansi dan Akses Informasi .................................................................... 49
2. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup ........................................................ 52
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara .......................................................... 56
4. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah .................... 57
5. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan............ 59
B. Rangkuman ......................................................................................................... 60
C. Soal Latihan ......................................................................................................... 61
BAB VI PENUTUP............................................................................................................. 65
BAB VII KESIMPULAN .................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 67

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam Mata Diklat Akuntabel, secara substansi pembahasan


berfokus pada pembentukan nilai-nilai dasar akuntabilitas. Peserta
diklat akan dibekali melalui substansi pembelajaran yang terkait
dengan pelaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatannya.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti mata diklat Akuntabilitas ini, peserta Diklat


diharapkan mampu:

• Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang


bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
• Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel);
• Memberikan contoh perilaku dengan pelaksanaan tugas
dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan barang milik
negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta
tidak menyalahgunakan kewenanngan jabatan
• Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan

1
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Tabel 1. Mata Diklat Akuntabel
Rasionalitas • Peserta diklat adalah golongan
II dan golongan III
• Peserta diklat dipersiapkan
masuk ke dalam sistem
pemerintahan di level
pelaksana atau fungsional
tertentu
• Membantu peserta untuk
menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah
akuntabilitas publik
• Modul ini dibuat untuk
menanamkan nilai-nilai
akuntabilitas yang akan
menjadi dasar
mengatualisasikan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.
Metode • Blended Learning
pembelajaran (self learning dan collaborative
learning)
• Micro learning
(overview video, video
pembelajaran, game)
• Studi kasus
• Praktik di lingkungan kerja

2
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kompetensi
Cakupan
Isi Modul yang ingin
Bahasan
dicapai
1. Potret Kemampuan • Potret Layanan
Pelayanan memahami Publik di
Publik Negeri kebutuhan Indonesia
Ini merubah pola • Tantangan
pikir menjadi ASN Layanan Publik
yang baik • Keutamaan
Mental
Melayani

2. Konsep Kemampuan • Pengertian


Akuntabilitas memahami akuntabilitas
akuntabilitas dari • Aspek-aspek
sisi konseptual- akuntabilitas
teoretis sebagai • Pentingnya
llandasan untuk akuntabilitas
mempraktikkan • Tingkatan
perilaku akuntabilitas
akuntabel
3. Panduan • Kemampuan • Akuntabilitas
Perilaku melaksanaan dan Integritas
Akuntabel tugas dengan • Integritas dan
jujur, Antikorupsi
bertanggung • Mekanisme
jawab, cermat, Akuntabilitas
disiplin dan • Konflik
berintegritas kepentingan
tinggi • Pengelolaan
• Kemampuan gratifikasi
menggunakan yang akuntabel
kekayaan dan • Membangun
barang milik pola pikir
negara secara antikorupsi
bertanggung • Apa yang
diharapkan

3
jawab, efektif, dari seorang
dan efisien ASN?
• Kemampuan
menggunakan
Kewenangan
jabatannya
dengan
berintegritas
tinggi
4. Akuntabel Pemahaman atas • Transparansi
dalam ranah dan kasus dan akses
Konteks umum yang informasi
Organisasi terkait dengan • Praktek
Pemerintahan penerapan kecurangan
akuntabilitas dan perilaku
secara korup
menyeluruh • Penggunaan
dalam organisasi sumber daya
milik negara
• Penyimpanan
dan
penggunaan
data dan
informasi
pemerintah
• Membangun
budaya
antikorupsi di
Organisasi
Pemerintahan

E. SISTEMATIKA MODUL
Modul pelatihan disusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahulan
BAB II : Potret Pelayanan Publik Negeri Ini
BAB III : Konsep Akuntabilitas
BAB IV : Panduan Perilaku Akuntabel
BAB V : Akuntabel dalam Konteks Organisasi
Pemerintahan

4
BAB VI : Penutup
BAB VII : Kesimpulan

5
BAB II
POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI
A. Uraian Materi
1. Potret Layanan Publik di Indonesia

Romi Gusmadona merupakan ayah dari anak yang bernama


Anta, Sdr. Romi melaporkan kepada Ombudsman RI Perwakilan
Banten perihal pengaduan untuk mendapatkan pelayanan
penegakan hukum oleh Polsek Cadasari, Kepolisian Resort
Pandeglang, dimana pada pukul 18.00 anak Pelapor yang
bernama Anta meninggalkan rumah. Pada pukul 19.00, seseorang
yang memberitahukan Pelapor bahwa anak Pelapor berada di
Desa Cikentrung yang lokasinya sekitar 3 km dari rumah Pelapor.
Pelapor bergegas menjemput anaknya tersebut. Namun setibanya
di sana, Anta justru semakin menjauh masuk ke dalam hutan.
Pelapor kemudian meminta bantuan kepada adik iparnya untuk
untuk mencari Anta. Namun hingga pukul 22.30 WIB belum juga
ditemukan. Sedikit informasi bahwa memang anak pelapor
memiliki disabilitas keterbelakangan mental, tidak seperti anak
pada umumnya.
Pada tanggal 26 Maret 2020 pukul 02.00 WIB, Pelapor
dihubungi oleh Sdr. Heri Suherman selaku mantan Kepala Desa
Sanding yang menginformasikan bahwa anak Pelapor telah
ditemukan dan sedang berada di Desa Sukajaya, Kecamatan
Koroncong, Kabupaten Pandeglang. Pelapor beserta Sdr. Heri
Suherman kemudian menuju ke lokasi anak Pelapor ditemukan,
namun yang Pelapor mendapati anaknya dalam keadaan lebam
dan diletakkan di tengah jalan dengan wajah penuh darah.
Pelapor selanjutnya membawa anaknya tersebut ke Puskesmas
Petir untuk diobati. Dan selanjutnya pelapor melaporkan tindak
pidana pengeroyakan terhadap anak Pelapor/korban kepada
Kepolisian Sektor (Polsek) Cadasari dengan Laporan Polisi No.
LP/22/ III/2020/Banten/Res. Pandeglang/ Sek. Cadasari. Pelapor
juga turut menyerahkan foto anak Pelapor pada saat kejadian
sebagai barang bukti.

6
(Lanjutan)

Pada 29 Maret 2020 pelapor menyampaikan bahwa ada


pihak- pihak yang datang dari Desa Cikentrung termasuk di
antaranya Kepala Desa beserta BPD untuk mengajukan damai
kepada Pelapor. Atas pengajuan damai tersebut, Pelapor bersedia
asalkan pelaku yang melakukan pengeroyakan terhadap anak
Pelapor harus mengaku dan meminta maaf. Namun sampai
dengan saat ini, belum ada pihak yang mengaku telah melakukan
perbuatan tersebut. Dua bulan setelahnya sekitar bulan Mei 2020
Kanit Reskrim Polsek Cadasari sempat menyarankan damai
melalui mediasi dan menawarkan uang sebesar Rp 5.000.000,00
kepada Pelapor namun pelapor menolak. Kemudian pelapor
meminta Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan
(SP2HP) kepada Penyidik. Atas permintaan tersebut, Polsek
Cadasari menyampaikan SP2HP pada tanggal 11 Mei 2020
dengan Nomor: B.18/22/V/2020/ Reskrim yang pada intinya
laporan/pengaduan Pelapor telah diterima dan akan dilakukan
penyelidikan atas perkara tersebut. Bulan Juni 2020 pelapor
menanyakan perkembangan laporan Pelapor kepada anggota
Propam Polda Banten karena tidak ada perkembangan yang
signifikan yang dilakukan oleh Polsek Cadasari, namun tidak
terdapat perubahan atas perkembangan laporan Pelapor.
Sebulan setelahnya pada bulan Juli 2020 pelapor bertemu dengan
Kapolsek Cadasari dan menanyakan terkait perkembangan
Laporan. Menurut informasi Pelapor, Kapolsek Cadasari
menyarankan mediasi. Polsek Cadasari menyampaikan surat
perihal Pemberitahuan Perkembangan Penelitian Laporan
dengan Nomor: B.18/36/ VII/2020/Reskrim yang pada intinya
menyampaikan Pihak Polsek Cadasari masih melakukan
penyelidikan dengan memintai keterangan para saksi yang
berada di TKP dan sampai saat ini Polsek Cadasari belum dapat
menentukan tersangka dikarenakan tertutupnya keterangan
para saksi di tempat kejadian. Langkah yang dilakukan sesuai
keterangan dan petunjuk hasil gelar perkara di PolresPandeglang
serta terus melakukan pendalaman. Apabila semua petunjuk dari
Polres Pandeglang telah dilaksanakan pihak PolsekCadasari akan
melakukan gelar perkara kembali di Polres Pandeglang.

7
(Lanjutan)

Pada 24 Agustus 2020 pelapor telah dilakukan audiensi


terkait laporan Pelapor di Polda Banten, namun masih belum
terdapat perkembangan penanganan. Kemudian 3 hari
setelahnya Polres Pandeglang menyampaikan surat
Pemberitahuan Perkembangan Penelitian Laporan dengan
Nomor: SP2HP/163/VIII/2020/Reskrim yang pada intinya
memberitahukan bahwa laporan/pengaduan Pelapor yang
merupakan pelimpahan Polsek Cadasari telah diterima oleh
Polres Pandeglang. Namun menurut keterangan Pelapor, bukti
berupa foto kondisi anak Pelapor pada saat ditemukan tidak
termasuk sebagai salah satu bukti yang dilampirkan dalam
berkas pelimpahan dari Polsek Cadasari. Ombudsman Provinsi
Banten disaat pelapor melaporkan hal yang dialaminya langsung
diterima oleh kepala perwakilan, pelapor uga menyertakan awak
media saat melaporkan. Dihadapan awak media Kepala
Perwakilan menyampaikan akan menerima serta mempelajari
dan mendalami laporan yang disampaikan oleh masyarakat serta
melakukan pemeriksaan. Tim pemeriksa menyimpulkan hasil
pemeriksaan ditemukan dugaan penundaan berlarut dalam
penanganan perkara yang dilaporkan oleh Sdr. Romi, dimana
proses laporan di Polsek Cadasari berlarut sampai kurang lebih 5
bulan dan adanya penawaran “damai” dari Kasat sebesar Rp.
5.000.000 dimana delik pidana dan bukan delik aduan tidak ada
kata “berdamai”.
Ombudsman melakukan klarifikasi langsung kepada
Kepolisian Daerah Banten yang kebetulan pada saat itu Tim
Substansi Kepolisian dari Ombudsman Pusat sedang melakukan
kunjungan, saat itu dijawab oleh Polres Pandeglang bahwa sudah
ditetapkan 5 Tersangka yang diduga melakukan penganiayaan
terhadap anak disabilitas tersebut, Kapolda melalui Irwasda
melakukan pemeriksaan terhadap penyidik yang menangani
laporan tersebut.

8
(Lanjutan)

Singkat cerita, Sdr Romi berbelas kasihan kepada pada


tersangka yang telah memukuli anaknya, dan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ombudsman Banten karena telah
sangat membantu mendapatkan pelayanan hukum untuk
mendapatkan keadilan. Dengan demikian bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pelayanan hukum yang sama dan
jangan khawatir untuk melaporkan jika ada dugaan
penyimpangan penanangan laporan di kepolisian, karena hak
setiap warga negara dilindungi undang- undang. (Dikutip dari
Laporan Tahun 2020 Ombudsman Republik Indonesia, hal. 114)

Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai


individu ataupun ASN pun mungkin sudah bosan dengan
kenyataan adanya perbedaan ‘jalur’ dalam setiap pelayanan.
Proses mengurus sebuah dokumen, dengan harga, misal, 100.000,
membutuhkan waktu 3 hari, tapi pada kenyataanya, banyak orang
yang dapat memperoleh dokumen tersebut dalam hitungan jam
dengan tambahan dana yang ‘beragam’. Di beberapa negara,
konsep ini memang dilakukan dalam konteks pelayanan publik,
namun, dengan format yang lebih terstruktur, transparan dan
akuntabel. Bahkan, sejak kecil, mungkin sebagian Kita tidak sadar
bahwa contoh pelayanan berbeda kelas itu sudah Kita lakukan.
Tiket ‘Terusan’ di objek wisata favorit Dunia Fantasi, Ancol,
Jakarta, adalah contoh kecil yang dapat Kita ambil. Tiket tersebut
memungkinkan Kita menaiki anjungan permainan tanpa
mengikuti antrian orang-orang yang menggunakan Tiket Reguler.
Sebelum era Taksi Online, di Singapura, untuk mendapatkan taksi
tanpa ikut antri di Taxi Line yang cukup panjang di jam-jam
tertentu, Kita dapat menggunakan fasilitas pemesanan melalui
SMS dengan tambahan beberapa dolar. Intinya, format layanan
dengan harga berbeda tersebut memang sudah banyak dilakukan,
namun, dengan terstruktur dan diikuti oleh semua pihak.
Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri
ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Peribahasa
‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk

9
memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu
layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini
sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima
layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak
sepakat, menjadi kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua
pihak selama puluhan tahun. Sehinga, di masyarakat muncul
peribahasa baru, sebuah sarkasme, ‘kalau bisa dipersulit, buat apa
dipermudah’. Terminologi ‘oknum’ sering dijadikan kambinghitam
dalam buruknya layanan publik, namun, definisi ‘oknum’ itu
seharunya bila hanya dilakukan oleh segelintir personil saja, bila
dilakukan oleh semua, berarti ada yang salah dengan layanan
publik di negeri ini.

2. Tantangan Layanan Publik


Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan
Publik. Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c. kesamaan hak, d.
keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h.
keterbukaan, i. akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan. Undang-Undang ini dengan
mantab memberikan pijakan sebuah layanan publik, yang
seharusnya dapat tercermin di setiap layanan publik di negeri ini.
Namun, sebuah aturan dan kebijakan di negeri ini kerap hanya
menjadi dokumen statis yang tidak memberikan dampat apapun
ke unsur yang seharusnya terikat. Aturan demi aturan, himbauan
demi himbauan, sosialisasi demi sosialisasi, seperti tidak
memberikan dampak yang kuat ke semua pihak. Aturan lalulintas
untuk wajib menggunakan helm ketika berkendara roda dua,
hanya terlihat dilakukan oleh mayoritas pengendara di pusat-
pusat kota, sedangkan di pinggiran, semua pengendara seperti
menikmati ketidaktegasan aturan tersebut. Di beberapa daerah,
aturan setingkat Peraturan Daerah terkait denda membuang
sampah sembarangan secara tegas menyebutkan nilai dari
500.000 hingga 2.500.000 atau dengan kurungan penjara 1 hingga
3 bulan. Apa yang terjadi di seluruh negeri ini, sampah masih

10
menjadi masalah besar yang dipandang kecil oleh semua pihak.
Sikap permisif semua pihak terhadap seseorang yang membuang
satu puntung rokok atau bekas botol minum sembarangan seperti
tidak menghitung bila dilakukan oleh jutaan orang yang berarti
menghasilkan jutaan puntung rokok ataupun botol bekas
minuman.
Sejak diterbitkannya UU No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, dampaknya sudah mulai terasa di banyak
layanan. Perbaikan layanan tersebut tidak lepas dari upaya
lanjutan yang dilakukan pasca diterbitkannya aturan. Setidaknya,
aturan tersebut tidak lagi menjadi dokumen statis yang hanya bisa
diunduh dan dibaca ketika diperlukan untuk menulis. Ruang-ruang
layanan dasar seperti KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan
Kehilangan, Pembayaran listrik, air, dan PBB, hingga kebijakan
Zonasi Sekolah dan Keterbukaan Informasi ruang rawat di Rumah
Sakit sudah jauh lebih baik. Belum sempurna, tapi sudah berjalan
di arah yang benar. Hasil ini tidak lain merupakan hasil kerja dan
komitmen semua pihak, baik dari sisi penyelenggara pelayanan
dan masyarakat penerima layanan. Namun, komitmen ini bukan
juga hal yang statis. Perlu upaya keras semua pihak untuk
menjaganya bahkan tantangan untuk meningkatkannya.
Tantangan itu pun tidak statis, godaan dan mental/pola pikir
pihak-pihak yang dahulu menikmati keuntungan dari lemahnya
sektor pengawasan layanan selalu mencoba menarik kembali ke
arah berlawanan. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut
menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses menjaga dan
meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara
aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola
pikir dan mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan
komitment yang ekstra kuat. Sekali lagi, tantangan yang dihadapi
bukan hanya di lingkungan ASN sebagai pemberi layanan, namun
juga dari masyarakat penerima layanan.

3. Keutamaan Mental Melayani


Pelatihan ini tentunya akan membatasi ruang implementasi
langsung di sisi ASN sebagai pembeli layanan publik. Namun,
dengan mental dan pola pikir yang baik, secara tidak langsung akan
memberikan dampak tidak langsung pada sisi masyarakat

11
penerima layanan. Employer Branding yang termaktub dalam
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani
Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan
publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi,
individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa
memberikan dampak serupa.
Kentjacaraningrat dan Mochtar Lubis memiliki pandangan
ciri-ciri sikap dan mental Bangsa Indonesia secara umum:

Koentjaraningrat Mochtar Lubis


Lima sikap mental bermuatan Ciri manusia Indonesia yang
pola pikir koruptif yang berkonotasi negatif sebagai
merupakan warisan koloni- al warisan zaman penindasan.
yang “hidup” dalam pola pikir Ciri manusia Indonesia yang
manusia bangsa kita. Kelima disebutkan Mochtar Lubis
sikap mental itu adalah: yakni:

• mentalitas yang • mempunyai penampilan


meremehkan mutu; yang berbeda di depan
• mentalitas yang suka dan di belakang;
menerabas (instan); • segan dan enggan
• tidak percaya pada diri bertanggung jawab atas
sendiri; perbuatannya,
• tidak berdisiplin murni; putusannya, kelakuannya,
• mentalitas yang suka pikirannya, dan
mengabaikan tanggung sebagainya;
jawab. • jiwa feodalistik.

Harus Kita akui, ciri-ciri tersebut masih kental terlihat di


masyarakat di semua tingkatan. Tanpa disadari, Kita sudah hidup
dengan melihat ataupun bahkan melakukan hal-hal yang terkait
ciri-ciri di atas. Kombinasi ciri-ciri di atas, bila dimiliki oleh ASN,
akan memberikan dampat yang bukan main buruknya. Bayangkan,
kualitas layanan yang saat ini sudah berada di jalur yang benar

12
akan kembali ke kondisi di mana praktik Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme masih menjadi hal yang lumrah. Pengurusan KTP yang
menjadi hak paling dasar warga negara dipungli dengan
sewenang-wenang, keluarga yang ingin membuat Kartu Keluarga
dipersulit dengan harapan mendapatkan ‘uang pelicin’ untuk
mempermudah, musibah kehilangan barang atau dokumen yang
sudah membuat sedih masih harus dimintai dana seikhlasnya
ketika mengurus surat kehilangan, mereka yang ingin mencoba
mengurus surat izin secara mandiri kalah dengan mereka yang
memiliki kenalan ‘orang dalam’, keluarga tidak mampu yang
dengan susah payah mendapatkan surat keterangan tidak mampu
harus kalah oleh orang-orang mampu yang memalsukan surat
sejenis untuk menyekolahkan anaknya, dan lain sebagainya.
Semakin parah, ketika, mereka yang salah/tidak sesuai prosedur
merasa benar dan melaporkan balik pihak-pihak yang
menggunakan fasilitas pengaduan sehinga puncak dari kekacauan
itu adalah, mereka yang mencoba mencari keadilan dengan
melaporkan ketidaksesuaian prosedur tersebut justru yang
berurusan dengan hukum. Coba Kita renungkan, mari
berkontempelasi, apakah itu yang Kita inginkan?
Segala yang berkaitan dengan mental dan pola pikir kadang
sering dilemparkan ke pihak lain sebagai penyebab. Seorang
pegawai yang diminta untuk disiplin sering meminta atasannya
melakukannya lebih dulu. Seorang atasan pun akan menggunakan
metode yang sama ketika diminta untuk menjadi individu yang
taat aturan ke atasan di atasnya. Sehingga akhirnya, karena terlalu
sibuk dengan persyaratan dari orang lain, dirinya sendiri tidak
pernah berubah. Pada modul latihan ini, Anda diajak untuk
memulainya dari diri Anda. Aturan dan kode etik tertulis memang
penting, namun, komitment Anda sebagai ASN secara pribadi juga
menjadi hal yang tidak kalah penting. Terlebih, bila Anda
menyadari bahka semua gaji dan fasilitas yang Anda gunakan nanti
berasal dari Pajak yang dibayarkan Masyarakat negeri ini yang
menuntut dilayani dengan layanan yang terbaik. Mari mulai
menunjuk diri sendiri untuk memulai, dari hal-hal kecil di
keseharian, dan di mulai dari sekarang.

13
B. Rangkuman
a. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak
‘oknum’ untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang
memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya.
Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep
sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak
tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan,
dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
b. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut
berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan
kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan dan
payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment
yang ekstra kuat.
c. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik.
Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi,
individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa
memberikan dampak serupa.

C. Soal Latihan
a. Banyak perbaikan yang terjadi di layanan publik yang bisa
ditemukan di keseharian Anda, pilihlah salah satu kasus yang
pernah Anda alami, dan tulislah perubahan/perbaikan yang
terjadi dari kondisi sebelumnya.
b. Masih ada beberapa layanan publik yang belum berubah dari
versi buruknya, pilihlah salah satu layanan yang Anda ketahui
masih belum berubah tersebut, dan tuliskan harapan perubahan
yang Anda inginkan.
c. Lihatlah video unik pada tautan ini yang berakting terkait
sebuah layanan yang sudah berubah dari bentuk
selebelumnya:
https://www.instagram.com/reel/CX3Oa0rJoQ7/?utm_mediu
m=share_sheet dan tuliskan pendapat Anda.

14
BAB III
KONSEP AKUNTABILITAS
A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita
dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya
dengan berintegritas tinggi

15
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
• Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
(Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak
antara individu/kelompok/institusi dengan negara
dan masyarakat. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber
daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab
untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu,
dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah
hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah
pihak.

Contoh:
Bacalah tautan berikut:
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/09/
06202471/cerita-penghulu-yang-88-kali-
laporkan-gratifikasi-amplop-ke-kpk?page=all.
Penghulu dari Cimahi Tengah itu menyadari
bahwa dalam tugasnya, terdapat unsur hubungan
tanggung jawab antara dirinya dengan Lembaga
yang diawakilkan oleh Atasannya ketika
memberikan Surat Tugas, dan hubungan antara
dirinya dengan pengguna layanan, pasangan yang
akan menikah. Apabila dalam konteks moral, Pak
Budi Ali Hidayat terikat relasi baik-buruk dan
benar-salah, namun, dalam konteks Akuntabilitas,
Pak Budi terikat tanggung jawab menyelesaikan
tugas menikahkan pasangan yang menggunakan
layanannya. Apa yang dilakukan dengan
melaporkan gratifikasi kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi setelah Ia terpaksa
menerima ‘amplop’ dari Keluarga mempelai,
adalah sebuah integritas dalam memegang prinsip
aturan dan kode perilaku yang berlaku.

16
• Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability
is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
yang maksimal.

Contoh:
Tontonlah video berikut:
Siapa yang Mengisi Bensin
https://youtu.be/sPbIj3PDVks
Pada sebuah penugasan, Saudara akan
mendapatkan Surat Tugas dengan perincian tugas
yang akan dilakukan, lokasi, waktu, anggaran dana,
sebagainya. Apa yang tertulis pada surat tersebut
adalah arahan yang diberikan lembaga melalui
atasan Saudara yang harus dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan. Apa yang dilakukan
Baharuddin Lopa adalah contoh Akuntabiltas dan
Integritas yang berorientasi pada hasil. Baginya,
alokasi bensin kendaraanya telah direncanakan
untuk dapat digunakan seluruh perjalannya,
sehingga, bila ada pihak lain yang memberikan
bantuan ‘bensin’, itu akan mengganggu
perencanaan tugasnya.

• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan


(Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan
hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang
telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk

17
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan
yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk
institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah).

Contoh:
Masih senada dengan contoh sebelumnya terkait
Surat Tugas, membuat Laporan Pelaksanaan Tugas
(LTP) adalah bagian dari Akuntabiltas. LPT akan
terkait pertanggungjawaban:
a. Penggunaan waktu, termasuk di dalamnya
pertanggungjawaban waktu yang digunakan
menuju dan pulang dari lokasi yang
disebutkan dalam Surat Tugas, sehingga,
sejatinya, Pelaksana Tugas tidak bisa
menggunakan waktu tugasnya untuk
keperluan pribadi.
b. Penggunaan anggaran, termasuk di dalamnya
pertanggung jawaban penggunaan dana
terkait biaya operasional seperti konsumsi
rapat, sewa ruangan, dan sebagainya, dan juga
transportasi menuju dan dari lokasi
pelaksanan tugas, dan
c. Hasil pelaksanaan tugas, termasuk
dilaporakan bila ada kendala danrekomendasi
tindak lanjut.

• Akuntabilitas memerlukan konsekuensi


(Accountability is meaningless without consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau
sanksi.

18
Contoh:
Bacalah tautan Berita berikut ini
https://jateng.tribunnews.com/2021/08/04/75-
pns-kota-tegal-ketahuan-telat-ngantor-begini-
nasibnya?page=2
Akuntablitas memiliki dimensi konsekuensi, oleh
sebab itu, kebiasaan buruk ‘terlambat’ hadir di
tempat kerja pun demikian. Menepati waktu
bukan hanya dalam konteks mematuhi peraturan,
namun, ada unsur moral menghargai waktu orang
lain yang sudah merencanakan dan
mengalokasikan waktunya untuk tidak terlambat.
Apabila dalam sebuah kegiatan, terlambat dimulai
hanya karena menunggu mereka yang terlambat,
berarti ada usaha dan jerih payah mereka yang
tepat waktu menjadi terbuang sia-sia. Contoh lain,
bila Saudara pernah marah ketika mendapatkan
jadwal penerbangan yang tidak sesuai waktu
(delay), yang menyebabkan rencana kegiatan yang
Saudara sudah rencanakan akan dilaksanakan
dengan penerbangan yang tebat waktu pun tidak
dapat dilakuan, kira-kira seperti itu rasa mereka
yang menunggu orang-orang yang terlambat
dalam sebuah kegiatan. Dalam konteks
penerbangan ‘transit’, bahkan Saudara akan
mengalami kerugian kehilangan jadwal
penerbangan lanjutan yang terganggu karena
penerbangan pertama yang terlambat.

• Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability


improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk
memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai
sebuah hubungan dan proses yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak

19
awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam
proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang
berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu
kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban
laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal,
akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma
yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi
kebiasaan (“how things are done around here”) dapat
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya
keberadaan PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca
oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS
yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber
daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam
kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan
masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas
untuk membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
(Bovens, 2007), yaitu:
• Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi);
• untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional);
• untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah
dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang
diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua
belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama,
akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang
bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas
interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang

20
menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam
memberi jawaban, respon, rectification, dan sebagainya).
Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan
kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat
dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut
jawaban (Mulgan 2003).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan
akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah
untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme
akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga.
Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para
pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah
lembaga pemilihan umum yang independen, komisi
pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.

21
4. Tingkatan Akuntabilitas

Bagan 1 Tingkatan Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu


akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.
• Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai
yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika. Pertanyaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang
memiliki akuntabilitas personal antara lain “Apa
yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi
dan membuat perbedaan?”. Pribadi yang akuntabel
adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari
solusi dan bukan masalah.
• Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan
antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS
sebagai aparatur negara bertanggung jawab untuk

22
memenuhi tanggung jawabnya. Pertanyaan penting
yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas
individu seorang PNS adalah apakah individu
mampu untuk mengatakan “Ini adalah tindakan yang
telah saya lakukan, dan ini adalah apa yang akan saya
lakukan untuk membuatnya menjadi lebih baik”.
• Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas
kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah
“Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka
pembagian kewenangan dan semangat kerjasama
yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting
dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
• AkuntabilitasOrganisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil
pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
• Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat
umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
B. Rangkuman
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan
dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal
berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas
berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya

23
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens,
2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis
(peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan
yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
C. Soal Latihan
1. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, sering kita
dengan istilah kata responsibilitas dan akuntabilitas. Kedua
kata tersebut mempunyai arti dan makna yang berbeda. Apa
yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas
dilihat dari pengertiannya? Dan berikan pendapat anda
terkait konsep responsibiltas dan akuntabilitas tersebut?
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan
Tahun 2020 Ombudsman Republik Indonesia, menurut
Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks
Akuntabilitas?
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan
keluhan dari masyarakat terhadap kinerja pelayan publik.
Masyarakat merasakan kinerja yang lambat, berbelit-belit,
maupun tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan
publik ataupun birokrasi publik. Padahal sejatinya sebagai
abdi negara, birokrasi publik harus memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat, Menurut anda, seberapa
penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan dengan
fenomena tersebut? Jelaskan.

24
BAB IV
PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

A. Uraian Materi
1. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang
diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari
sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang
kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan
bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik
akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu
sendiri, dan Transparansi. Bahkan, Ann Everett (2016),
yang berprofesi sebagai Professional Development Manager
at Forsyth Technical Community College mempuplikasikan
pendapatnya pada platform digital LinkedIn bahwa,
walaupun Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor yang
sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas
menjadi hal yang pertama harus dimiliki oleh seorang
pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti
oleh Akuntabilitas. Menurut Matsiliza (2013), pejabat
ataupun pegawai negara, memiliki kewajiban moral untuk
memberikan pelayanan dengan etika terbaik sebagai
bagian dari budaya etika dan panduan perilaku yang harus
dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang baik.
2. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam
pemberantasan korupsi. Secara harafiah, integritas bisa
diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.
Jika ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun
demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat,
integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran atau
ketidakmunafikan.
Dengan demikian, integritas yang konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic
sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan
bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas
tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta,

25
dan masyarakat pada umumnya. Siap untuk
mengaktualisasikan integritas dalam memberantas
korupsi? Mari kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan
integritas? Simaklah video pada tautan berikut:

Aksi Integritas untuk Berantas Korupsi:


https://youtu.be/nihUi9xfZRo
Untuk memperkuat pemahaman Anda, silakan pelajari
materi-materi terkait pada tautan berikut:
1. Infografis Pengertian Integritas
https://aclc.kpk.go.id/learning-
materials/education/infographics/definition-of-
integrity
2. Infografis Nilai-Nilai Antikorupsi
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/sosial-
budaya/infografis/nilai-nilai-antikorupsi
Bangsa besar adalah bangsa yang meneladani integritas
para tokoh bangsanya. Setidaknya, mereka
membuktikan bahwa negeri ini pernah memiliki
pemimpin-pemimpin yang amanah, jujur, sederhana,
dan sangat bertanggung jawab. Mereka adalah fakta
bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi
sejak lama. Dari mereka, kita bisa optimistis, menjadi
pribadi berintegritas dan amanah bukanlah
kemustahilan bagi kita. Siapakah para tokoh bangsa
yang dapat kita jadikan sebagai role model
berintegritas? Aktualisasi integritas apa saja yang dapat

26
kita teladani? Simaklah hingga tuntas video-video
berikut:
• Demi Sebuah Rahasia:
https://youtu.be/JtoFPfcv1To
• Bola dan Abang Becak: https://youtu.be/ks1LB-
HE6SY
• Siapa yang Mengisi Bensin:
https://youtu.be/sPbIj3PDVks
• Surat Tilang untuk Sultan:
https://youtu.be/iM9wo8-qV0c

Pada konteks Aparat Sipil Negara, ditengarai ada


peran sistem dalam pembentukan perilaku seseorang
ASN. Dalam sistem yang korup, memaksa setiap
individu mengikuti sistem tersebut. Menurut Eko
Prasojo, mantan Wakil Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan
RB) dalam tulisannya “Seputar RUU Aparatur Sipil
Negara”(https://lldikti12.ristekdikti.go.id/2013/04/2
9/seputar-ruu-aparatur-sipil-negara-oleh-eko-
prasojo-wamen-kemenpan-rb.html, diakses 27 Januari
2021) menyatakan bahwa persoalan penyakit kejiwaan
birokrasi (psycho-bereaupathology) pada dasarnya
adalah penyakit sistem, bukan penyakit individu. Oleh
sebab itu, Komisi Pemberantasan Korupsi, melalui UU
No.19 Tahun 2019, menggunakan tiga pilar baru yaitu,
Penindakan, Perbaikan Sistem, dan Pendidikan.
Penindakan dilakukan dalam upaya membuat jera
orang untuk melakukan korupsi, Perbaikan sistem
dilakukan untuk membuat orang tidak bisa melakukan
korupsi, dan Pendidikan dilakukan dalam upaya
membuat orang tidak mau korupsi. Sederhananya,
setiap sendi pemberantasan korupsi di negeri ini sudah
dipikirkan dan dilakukan, namun, tidak bisa dilakukan
hanya oleh aparat penegak hukum, peran masyarakat
juga menjadi hal yang sangat penting.
Sebagai individu, Kita, dapat melakukan gerakan
pemberantasan korupsi yang dimulai dari diri sendiri.
Walaupun diakui kadang sulit melakukannya dalam
sistem di mana semua orang melakukan hal-hal yang
koruptif, paling tidak, Kita bisa memulainya untuk diri

27
Kita sendiri. Contoh dari apa yang dilakukan oleh
Penghulu Abdul Bakri dari KUA Klaten membuktikan
bahwa itu bisa dilakukan. Karena apapun yang Kita
lakukan, pro dan kontra itu tidak dapat dihindari, tapi,
setidaknya, Kita berada di pihak yang benar. Di lain
pihak, melakukan kebaikan, juga dapat menjadi
inspirasi bagi orang-orang di sekitar Kita. Berhentilah
menuntut pihak atasan untuk berintegritas lebih dulu,
jadikan diri kita contoh atau inspirasi bagi diri Kita
sendiri, orang-orang tercinta di sekitar Kita, untuk
anak-anak Kita. Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
tidak ada orang tiba-tiba menjadi berintegritas, butuh
peran lingkungan dalam membentuk pola pikir dan
prinsip memegang teguh prinsip kebenaran. Berkaitan
dengan menjadi inspirasi, menjadi teladan, berikut
adalah video tentang keteladanan yang dilakukan
orang-orang di lingkungan pendidikan, dari tingkat
siswa, orang tua, staf sekolah, guru, hingga pimpinan
tertinggi, kepala sekolah. Menjadi teladan adalah salah
satu bagian dari proses pemberantasan korupsi dari
pilar pendidikan, sehingga generasi muda belajar
secara tidak langsung (indirect learning) dari orang-
orang dewasa dan lingkungan di sekitarnya.

Simak Video berikut:


Menjadi Teladan
https://drive.google.com/file/d/149cYwgP6y98goG6
6JVhwTu-31pQb-Hww/view?usp=sharing

28
3. Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas
tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh
mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem
penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,
dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun
software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi).
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas
harus mengandung dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum
(accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
• Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan: apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi?
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah. Pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan
untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi
dan nepotisme.
• Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif
program lain yang memberikan hasil maksimal
dengan biaya minimal.
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan
yang diambil terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas.

29
a. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud
apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia,
alat akuntabilitas antara lain adalah:
• Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang
berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D),
dan Tahunan (Rencana Kerja
Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis
(Renstra) untuk setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
• Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil
(PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014
menerapkan adanya kontrak kerja pegawai.
Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun
ini merupakan kesepakatan antara pegawai
dengan atasan langsungnya. Kontrak atau
perjanjian kerja ini merupakan implementasi
dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46
Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru
Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Prestasi Kerja PNS.
• Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) yang berisi perencanaan dan
perjanjian kinerja pada tahun tertentu,
pengukuran dan analisis capaian kinerja,
serta akuntabilitas keuangan.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan
lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain
(lead by example), adanya komitmen yang tinggi

30
dalam melakukan pekerjaan sehingga
memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-
aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang
baik yaitu hambatan politis maupun
keterbatasan sumber daya, sehingga dengan
adanya saran dan penilaian yang adil dan
bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
• Mendorong komunikasi yang lebih besar
dan kerjasama antara kelompok internal
dan eksternal
• Memberikan perlindungan terhadap
pengaruh yang tidak seharusnya dan
korupsi dalam pengambilan keputusan
• Meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan
• Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
kepada pimpinan secara keseluruhan.
4. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu
kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku,
undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan
kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholders.
5. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas
perseorangan memberikan kewajiban bagi
setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas
perorangan dan responsibilitas institusi.

31
a) Responsibiltas Perseorangan
• Adanya pengakuan terhadap
tindakan yang telah diputuskan
dan tindakan yang telah
dilakukan
• Adanya pengakuan terhadap
etika dalam pengambilan
keputusan
• Adanya keterlibatan konstituen
yang tepat dalam keputusan
b) Responsibilitas Institusi
• Adanya perlindungan terhadap
publik dan sumber daya
• Adanya pertimbangan
kebaikan yang lebih besar
dalam pengambilan keputusan
• Adanya penempatan PNS dan
individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya
6. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari
akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan
harus dihindari karena dapat menghancurkan
kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak
optimal.
7. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain,
lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari
hal- hal yang tidak dapat dipercaya.
8. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

32
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja
harus dapat menggunakan kewenangannya
untuk meningkatkan kinerja. Adanya
peningkatan kerja juga memerlukan adanya
perubahan kewenangan sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan
dalam mewujudkan kinerja yang baik juga
harus disertai dengan keseimbangan kapasitas
sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
9. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen
untuk menciptakan dan mempertahankan
akuntabilitas. Agar individu atau kelompok
dalam melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan
demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan
kinerja baik individu maupun organisasi.
10. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan
yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki
konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan
kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya
komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

33
c. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam
Menciptakan Framework Akuntabilitas

Bagan 2 Framework Akuntabilitas

Berikut adalah 5 langkah yang harus dilakukan dalam


membuat framework akuntabilitas di lingkungan
kerja PNS:
• Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan
tanggungjawab yang harus dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan melalui penentuan tujuan dari
rencana strategis organisasi, mengembangkan
indikator, ukuran dan tujuan kinerja, dan
mengidentifikasi peran dan tanggungjawab
setiap individu dalam organisasi.
• Melakukan perencanaan atas apa yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan. Cara ini dapat
dilakukan melalui identifikasi program atau
kebijakan yang perlu dilakukan, siapa yang
bertanggungjawab, kapan akan
dilaksanakannya dan biaya yang dibutuhkan.
Selain itu, perlu dilakukannya identifikasi
terhadap sumberdaya yang dimiliki organisasi
serta konsekuensinya, apabila program atau
kebijakan tersebut berhasil atau gagal untuk
dilakukan.

34
• Melakukan implementasi dan memantau
kemajuan yang sudah dicapai. Hal tersebut
penting dilakukan untuk mengetahui hambatan
dari impelementasi kebijakan atau programyang
telah dilakukan.
• Memberikan laporan hasil secara lengkap,
mudah dipahami dan tepat waktu. Hal ini perlu
dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan
akuntabilitas dalam menyediakan dokumentasi
dengan komunikasi yang benar serta mudah
dipahami.
• Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan
masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat korektif.
4. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan
sewaktu seseorang pada posisi yang diberi kewenangan
dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan
atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga
orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan
pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan
ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan
tugasnya. Duncan Williamson mengartikan konflik
kepentingan sebagai “suatu situasi dalam mana
seseorang, seperti petugas publik, seorang pegawai, atau
seorang profesional, memiliki kepentingan privat atau
pribadi dengan mempengaruhi tujuan dan pelaksanaan
dari tugas-tugas kantornya atau organisasinya”.

35
Simak Video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=822SB0PgZSs

Untuk memperkuat pemahaman Anda, silakan pelajari


materi-materi terkait pada tautan berikut:
Infografis
• https://aclc.kpk.go.id/learning-
materials/education/infographics/definition-
about-conflict-of-interest
• https://aclc.kpk.go.id/materi-
pembelajaran/pendidikan/infografis/prinsip-
dasar-penanganan-konflik-kepentingan
• https://aclc.kpk.go.id/materi-
pembelajaran/tata-kelola-
pemerintahan/infografis/tahap-tahap-dalam-
penanganan-konflik-kepentingan
• https://aclc.kpk.go.id/materi-
pembelajaran/politik/infografis/faktor-
pendukung-keberhasilan-penanganan-konflik-
kepentingan

Modul Pengelolaan Konflik Kepentingan :


https://acch.kpk.go.id/images/tema/litbang/modul-
integritas/Modul-7-Pengelolaan-Konflik-
Kepentingan.pdf

36
Tipe-tipe Konflik Kepentingan
Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan:
a. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur) untuk
keuntungan pribadi.
Contoh :
• Menggunakan peralatan lembaga/ unit/
divisi/ bagian untuk memproduksi barang
yang akan digunakan atau dijual secara
pribadi;
• menggunakan peralatan lembaga/ unit/
divisi/ bagian untuk memproduksi barang
yang akan digunakan atau dijual secara
pribadi;
• menerima hadiah atau pembayaran mencapai
sesuatu yang diinginkan;
• menerima dana untuk penyediaan informasi
pelatihan dan/atau catatan untuk suatu
kepentingan;
• menerima hadiah pemasok atau materi
promosi tanpa otoritas yang tepat
b. Non-Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk
membantu diri sendiri dan / atau orang lain.
Contoh:
• Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi
tanpa menggunakan koneksi, asosiasi atau
keterlibatan dengan calon
• Menyediakan layanan atau sumber daya
untuk klub, kelompok asosiasi atau organisasi
keagamaan tanpa biaya
• Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk
• memasarkan atau mempromosikan nilai-nilai
atau keyakinan pribadi
Bagaimana cara mengidentifikasi konflik
kepentingan
• Tugas publik dengan kepentingan pribadi
Apakah saya memiliki kepentingan pribadi
atau swasta yang mungkin bertentangan, atau

37
dianggap bertentangan dengan kewajiban
publik?
• Potensialitas
Mungkinkah ada manfaat bagi saya sekarang,
atau di masa depan, yang bisa meragukan
objektivitas saya?
Bagaimana keterlibatan saya dalam mengambil
keputusan / tindakan dilihat oleh orang lain?
• Proporsionalitas
Apakah keterlibatan saya dalam keputusan
tampak adil dan wajar dalam semua keadaan?
• Presence of Mind
Apa konsekuensi jika saya mengabaikan
konflik kepentingan? Bagaimana jika
keterlibatan saya dipertanyakan publik?
• Janji
Apakah saya membuat suatu janji atau
komitmen dalam kaitannya dengan
permasalahan? Apakah saya berdiri untuk
menang atau kalah dari tindakan/keputusan
yang diusulkan?
Konsekuensi Kepentingan Konflik
• Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan
stakeholders
• Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi
• Tindakan in-disipliner
• Pemutusan hubungan kerja
• Dapat dihukum baik perdata atau pidana

Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan


(Conflicts of Interest):
• ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi
atau keuangan tidak bertentangan dengan
kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas
resmi mereka dengan tidak memihak;
• Ketika konflik kepentingan yang timbul antara
kinerja tugas publik dan kepentingan pribadi atau
personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk
kepentingan umum;

38
• ASN memahami bahwa konflik kepentingan
sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan, meliputi:
o Hubungan dengan orang-orang yang
berurusan dengan lembaga-lembaga yang
melampaui tingkat hubungan kerja
profesional;
o Menggunakan keuangan organisasi
dengan bunga secara pribadi atau yang
berurusan dengan kerabat seperti:
a. Memiliki saham atau kepentingan lain yang
dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau
bisnis secara langsung, atau sebagai anggota
dari perusahaan lain atau kemitraan, atau
melalui kepercayaan;
b. memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran
sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar
atau tidak; dan
c. menerima hadiah atau manfaat.
• Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada
pimpinan secara tertulis, untuk mendapatkan
bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola
situasi secara tepat;
• ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

5. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel


Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak
pidana korupsi. Mari kita mempelajari lebih dalam
mengenai gratifikasi. Apakah perbedaannya dengan
hadiah, suap-menyuap dan pemerasan?

39
Simaklah video pada tautan berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=w5qojU5vWp8&fe
ature=youtu.be

Perbedaan Hadiah dengan Gratifikasi, Suap, dan


Pemerasan
https://youtu.be/i2YnAk-mjrA
Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun
konteks pegawai/pejabat negara, gratifikasi bisa
dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal,
sehingga harus memutuskan, dilaporkan atau tidak
dilaporkan. Ketika harus dilaporkan, menurut Pasal 12C
UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

40
Tindak Pidana Korupsi, Anda punya waktu hingga 30 hari
sejak menerimanya. Namun dalam konteks pola pikir,
gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk,
yang tidak terpikirkan, oleh Kita sebagai pemberi atau
penerima. Coba Kita simak cerita dari seorang Ibu
berikut ini:

Ani adalah seorang Ibu yang memiliki anak bernama


Wati (keduanya nama samaran), setiap hari, Bu Ani
bertekad untuk membuat Wati tidak terlambat ke
sekolah. Setiap pagi, Bu Ani selalu bangun lebih pagi
untuk mempersiapkan segala kebutuhan sekolah Wati.
Sejak kelas 1 SD, Wati tidak pernah terlambat sampai
sekolah, karena setiap pagi, Ibundanya
mengantarkannya ke sekolah tepat waktu. Hingga
akhirnya, pada suatu pagi, Bu Ani terlambat bangun dan
membuat Wati sedih dan bingung. Hingga kelas 5 SD,
Wati tidak pernah datang terlambat di sekolah. Selama
perjalanan, Bu Ani selalu meminta maaf kepada Wati
yang panik, sedih, dan menangis karena mengetahui
akan terlambat. Bu Ani berjanji, tidak akan terlambat
bangun lagi. Hari itu, Bu Ani menyaksikan Wati berjalan
dengan gontai ke arah kelompok siswa yang datang
terlambat di depan gerbang sekolah, menunggu untuk
bisa masuk di jam pelajaran ketiga.
Keesokan harinya, Bu Ani menyiapkan alarm berlapis
untuk memastikan tidak terlambat bangun. Semua
disiapkan seperti hari-hari sebelumnya, namun,
sekarang ada yang berbeda, Wati tidak sigap untuk
bersiap. Wati sulit dibangunkan, lambat untuk mandi,
berpakaian dan sarapan. Hasilnya, walau Bu Ani tidak
terlambat bangun, hari kedua itu Wati terlambat lagi.
Sedih rasanya melihat Wati berjalan menuju kelompok
siswa yang terlambat, dan Bu Ani bergegas pulang
karena tidak tega untuk menyaksikan. Ternyata, hari
ketiga, Wati kembali membuat ulah, sulit dibangungkan,
lamban untuk mandi, berpakaian dan sarapan, dan
kembali terlambat. Di hari ke empat, ketika Wati
terlambat lagi, Bu Ani melakukan analisa layaknya
detektif, setelah Wati diturunkan di depan gerbang
sekolah,

41
Bu Ani tidak langsung pergi pulang, melainkan mencoba
mencari tahu, apa yang terjadi terhadap anaknya.
Seperti disamber petir, Bu Ani menyaksikan, ternyata
Wati tidak bergabung dengan siswa yang terlambat di
depan gerbang sekolah, Pak SATPAM memberikan izin
kepada Wati untuk masuk ke sekolah walau sudah
terlambat.
Ternyata, SATPAM yang memberikan izin kepada Wati
untuk masuk ke dalam sekolah adalah SATPAM yang
selama ini membantu Wati keluar dari mobil atau turun
dari motor ketika diantar Bu Ani sejak kelas 1 SD.
Selama itu Bu Ani memberikan sekedar uang terima
kasih, 1000, 2000 atau 5000 rupiah kepadanya. Tak
disangka, karena “gratifikasi” itu, ada perubahan pola
pikir yang terjadi pada SATPAM dan Wati anaknya.
Tergiang bagaimana Wati menjawab pertanyaannya,
“Kenapa Kamu jadi suka terlambat sekarang, Nak?”,
“Kan ada Ibu yang akan bayar Pak SATPAM…”

6. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi


Pentingnya akuntabilitas dan integritas menurut
Matsiliza (2013) adalah nilai yang wajib dimiliki oleh
setiap unsur pelayan publik, dalam konteks modul ini
adalah PNS. Namun, secara spesifik, Matsiliza
menekankan bahwa nilai integritas adalah nilai yang
dapat mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral
dalam membentengi institusi, dalam hal ini lembaga
ataupun negara, dari tindakan pelanggaran etik dan
koruptif yang berpotensi merusak kepercayaan
masyarakat. Di luar kewajiban negara yang telah
membuat kebijakan yang terkait sistem yang
berlandaskan transparansi, akuntabilitas, dan integritas,
peran masing-masing individu dalam mengembangkan
pola pikir akuntabel dan berintegritas, atau sering
dibahasakan sebagai pola pikir antikorupsi sangat
dibutuhkan.
Peran lembaga atau negara dalam membuat regulasi
terkait sistem integritas, dalam hal ini, bisa

42
menggunakan SE Kemenpan-RB Nomor 20 Tahun 2021
tentang Implementasi Core Values dan Employer
Branding Aparatur Sipil Negara, adalah membuat rambu-
rambu bagi semua unsur ASN untuk mengetahui hal yang
dapat dan tidak dapat dilakukan. Tapi, faktor individu
dalam menyikapi hal yang baik dan buruk adalah domain
moral yang seharusnya dipegang sebagai prinsip hidup
(Shafritz et al., 2011). Terkait dengan pola pikir
antikorupsi, informasi terkait Dampak Masif dan Dan
Biaya Sosial Korupsi bisa menjadi referensi bagi Kita
untuk melakukan kontempelasi dalam menentukan
sikap untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan
pemberantasan korupsi negeri ini.
Impian kita semua untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan, yaitu Indonesia yang adil, makmur, dan
sejahtera tidak akan terwujud selama masih ada praktek-
praktek korupsi di negeri ini. Ya, korupsi menggerogoti
potensi yang seharusnya bisa dipergunakan untuk
memakmurkan negeri ini. Koruptor yang memakan
nangka, rakyat kebagian getahnya. Anekdot itu rasanya
tepat untuk menggambarkan kenyataan bahwa rakyat
harus menanggung beban biaya sosial yang ditimbulkan
oleh kejahatan para koruptor. Betulkah bahwa korupsi
merupakan biang keladinya?

Simaklah video Dampak Masif dan Biaya Sosial Korupsi


pada tautan berikut: https://youtu.be/X5gBsV8Q7bU

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, di lingkungan


tempat tinggal dan lingkungan kerja, tanggung jawab
moral dalam memegang teguh prinsip akuntabilitas dan
integritas adalah bagian dari pola pikir antikorupsi. Bisa
dimulai dari menganalisa hal-hal kecil yang sering

43
banyak diterabas oleh banyak orang, mulai
memperbaikinya, dan dilakukan mulai dari saat ini. Hal
salah yang banyak dilakukan oleh banyak orang tidak
menjadikan hal tersebut menjadi benar, sebaliknya, hal
benar tidak pernah dilakukan oleh banyak orang tidak
menjadikan hal benar itu menjadi salah. Tidak ada
seorang koruptor pun yang tiba-tiba ingin korupsi,
semua sudah dibiasakan dan dicontohkan sejak mereka
kecil, di keluarga, lingkungan, dan bahkan di lingkungan
kerja. Begitu pula sebaliknya, tidak ada satu pun Tokoh-
tokoh Bangsa yang Kita pelajari pola pikir
berintegritasnya di atas yang tiba-tiba menjadi
berintegritas, semua sudah dibiasakan sejak kecil, di
keluarga dan lingkungannya. Sebagai ASN, Anda tidak
punya pilihan untuk memegang teguh aturan dan prinsip
moral yang menjadi landasan negeri ini dalam konteks
bertanggung jawab kepada masyarakat.

7. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN


Perilaku Individu (Personal Behaviour)
• ASN bertindak sesuai dengan persyaratan
legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka;
• ASN tidak mengganggu, menindas, atau
diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
• Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja
pribadi dan profesional hubungan berkontribusi
harmonis, lingkungan kerja yang aman dan
produktif;
• ASN memperlakukan anggota masyarakat dan
kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat
untuk kepentingan mereka, hak-hak, keamanan
dan kesejahteraan;
PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan
segera, memberikan pertimbangan untuk semua
informasi yang tersedia, undang-undang dan
kebijakan dan prosedur institusi tersebut;

44
• ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan
tepat waktu, memberikan masukan informasi dan
kebijakan.

B. Rangkuman
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh
banyak ahli administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat
mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan
publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran
adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan
publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas
tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda-
beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk
perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme
akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan
(CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor
pegawai menggunakan komputer atau website yang
dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun
lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2)
transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7)
keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk
memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan
Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi
dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan
integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas
dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir
dan budaya antikorupsi.

45
C. Soal Latihan
1. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas
Proses, Akuntabilitas Program, serta Akuntabilitas Kebijakan.
Ada Studi Kasus Seperti Berikut :
Pemerintah Pusat maupun daerah sudah memulai
program pengadaan barang dan jasa dengan mekanisme
secara elektronik yang disebut e-procurement. Tujuannya
adalah pertama, agar tidak ada main mata antara pengada
proyek dan pihak yang mengadakan proyek
(Meminimalisir Kasus KKN). Kedua, agar pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan dengan
cepat dan teratur

Pertanyaannya, termasuk dimensi akuntabilitas apakah studi


kasus tersebut? Jelaskan.
2. Simaklah video berikut:
Video ini bercerita tentang Seseorang yang menang dalam
sebuah tender pengadaan yang berniat ingin memberikan
‘hadiah’ kepada Pejabat Lelang yang dianggapkan telah
berjasa atas pemilihan perusahaannya. Namun, dalam
perjalanan memberikan ‘hadiah’ tersebut banyak rintangan
yang dihadapi. Untuk lebih jelasnya, simaklah video tersebut
pada tautan berikut.
https://youtu.be/4Yle_pbs9aA

46
Berdasarkan video yang Anda yang Anda simak, isilah
tabel berikut:

No Poin-poin yang Jawaban


dianalisis

1 Kondisi apa yang


membuat cerita di
video itu berpotensi
menjadi kasus Tindak
Pidana Korupsi?

2 Jenis tindak pidana


korupsi apa yang
relevan dengan cerita
di video itu?

3 Siapa saja pihak di


dalam video itu yang
akan terjerat dalam
kasus korupsi?

4 Kondisi apa yang bisa


menjadikan cerita di
dalam video itu
menjadi sebuah kasus
Tindak Pidana
Korupsi?

5 Apa dampak yang


akan terjadi ke
depannya bila cerita
tersebut menjadi
sebuah kasus Tindak
Pidana Korupsi?

47
6 Apakah menurut Anda
apa yang dilaukan
oleh Pejabat Lelang
sudah benar? Jelaskan
kenapa?

7 Selain Pemenang
Lelang dan Pejabat
Lelang, siapa lagi yang
bisa berperan agak
kasus itu tidak terjadi?

8 Bila Anda harus


memilih salah satu
perang dalam video
itu, Apa yang akan
Anda lakukan?

48
BAB V
AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI
PEMERINTAHAN

A. Uraian Materi
1. Transparansi dan Akses Informasi
Keterbukaan informasi telah dijadikan standar normatif
untuk mengukur legitimasi sebuah pemerintahan. Dalam payung
besar demokrasi, pemerintah senantiasa harus terbuka kepada
rakyatnya sebagai bentuk legitimasi (secara substantif).
Partisipasi ini dapat berupa pemberian dukungan atau penolakan
terhadap kebijakan yang diambil pemerintah ataupun evaluasi
terhadap suatu kebijakan.
Ketersediaan informasi publik ini nampaknya telah
memberikan pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan
urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan
dengan isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola
keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(selanjutnya disingkat: KIP). Konteks lahirnya UU ini secara
substansial adalah memberikan jaminan konstitusional agar
praktik demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses
pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu
pada partisipasi masyarakat maupun akuntabilitas lembaga
penyelenggara kebutuhan publik.
Seperti bunyi Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 tercantum
beberapa tujuan, sebagai berikut: (1) Menjamin hak warga negara
untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program
kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta
alasan pengambilan suatu keputusan publik; (2) Mendorong
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik; (3) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang
baik; (4) Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu
yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat
dipertanggungjawabkan; (5) Mengetahui alasan kebijakan publik
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak; (6)
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan/atau (7) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan

49
informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan
informasi.
Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan
informasi publik1 dari semua Badan Publik. Informasi publik disini
adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan
Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan
Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2). Informasi publik terbagi
dalam 2 kategori:
• Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
• nformasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu
dirahasiakan). Pengecualiannya tidak boleh bersifat
permanen. Ukuran untuk menjadikan suatu informasi publik
dikecualikan atau bersifat rahasia adalah: (i) Undang-
undang; (ii) kepatutan; dan (iii) kepentingan umum.
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1Ayat
3).
Keterbukaan informasi - memungkinkan adanya
ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar pada beberapa
prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh
negara dunia) adalah:
• Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada
prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses
masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan hanya
karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan publik. Pengecualian itu juga harus bersifat
terbatas, dalam arti : (i) hanya informasi tertentu yang
dibatasi; dan (ii) pembatasan itu tidakberlakupermanen.
• Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan

50
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang.
Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa
mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk apa
informasi tersebut diperlukan. Seorang pengacara publik
tidak perlu menjelaskan secara detail untuk apa ia
membutuhkan informasi tentang suatu putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap. Prinsip ini penting
untuk menghindari munculnya penilaian subjektif pejabat
publik ketika memutuskan permintaan informasi tersebut.
Pejabat publik bisa saja khawatir informasi itu
disalahgunakan. Argumentasi ini sebenarnya kurang kuat,
karena penyalahgunaan informasi tetap bisa dipidanakan.
• Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya
guna suatu informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu.
Seorang wartawan misalnya, terikat pada deadline saat ia
meminta informasi yang berkaitan dengan berita yangsedang
dia tulis. Dalam kasus lain, seorang penggiat hak asasimanusia
membutuhkan informasi yang cepat, murah, dan sederhana
dalam aktivitasnya. Informasi bisa jadi tidak berguna jika
diperoleh dalam jangka waktu yang lama, karena bisa
tertutup oleh informasi yang lebih baru. Selain itu,
mekanisme penyelesaian sengketa informasi juga harus
sederhana.
• Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah
informasi yang utuh dan benar. Jika informasi tersebut tidak
benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan pemohon.
Dalam aktivitas pasar modal biasanya ada ketentuan yang
melarang pemberian informasi yang tidak benar dan
menyesatkan (misleading information). Seorang advokat
atau akuntan publik biasanya mencantumkan klausul
disclaimer. Pendapat hukum dan pendapat akuntan dianggap
benar berdasarkan dokumen yang diberikan oleh pengguna
jasa.
• Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis
informasi tertentu yang penting diketahui publik. Misalnya,
informasi tentang bahaya atau bencana alam wajib
disampaikan secara proaktif oleh Badan Publik tanpa perlu
ditanyakan oleh masyarakat.
• Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik

51
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang
beriktikad baik harus dilindungi. Pejabat publik yang
memberikan informasi kepada masyarakat harus dilindungi
jika pemberian informasi dilandasi itikad baik. Misalnya,
pejabat yang memberikan bocoran dan dokumen tentang
praktik korupsi di instansinya.

Atas dasar prinsip tersebut, maka pada dasarnya semua


PNS berhak memberikan informasi, namun dalam prakteknya
tidak semua PNS punya kemampuan untuk memberikan informasi
berdasarkan berapa prinsip-prinsip diatas (seperti resiko dampak
kerugian yang muncul, utuh dan benar). Pejabat publik yang paling
kapabel dan berwenang untuk memberikan akses informasi publik
dan informasi publik ialah Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID). Tugas mayoritas ASN dalam konteks
informasi ialah hanya berwenang memberikan informasi atas apa
yang dibutuhkan oleh pimpinan untuk mendukung pelaksanaan
tugasnya.
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses
Informasi (Transparency and Official Information Access)
• ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau
dokumen yang diperoleh selain seperti yang
dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan
oleh institusi;
• ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk
keuntungan pribadi atau komersial untuk diri mereka
sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi
termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi
rahasia dan mengungkapkan isi dari surat-surat resmi
untuk orang yang tidak berwenang;
• ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan
setiap instansi dan semua arahan yang sah lainnya
mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.

2. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup


Aparat pemerintah dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika
pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus

52
dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokratuntuk
menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik. Buruknya
sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi publik
dalam penyelenggaraan pelayanan sebagai inti dari administrasi
publik. Diskresi administrasi menjadi starting point bagi masalah
moral atau etika dalam dunia administrasi publik Rohr (1989: 60
dalam Keban 2008: 166). Sayangnya etika pelayanan publik di
Indonesia belum begitu diperhatikan. Buruknya etika para
aparatur pemerintah Indonesia dapat terlihat dari masih
banyaknya keluhan oleh masyarakat. Laporan Ombudsman Tahun
2020 terkait kasus dugaan maladministrasi mengilustrasikan hal
tersebut.

Tabel 2. Laporan Masyarakat Berdasarkan Dugaan


Maladministrasi

Dari Tabel diatas terlihat bahwa laporan masyarakat


terbanyak adalah dikarenakan Penundaan Berlarut (31,57%),
Penyimpangan Prosedur (24,77%), dan Tidak Memberikan
Pelayanan (24,39%) dari seluruh laporan yang masuk. Hal ini
menjadi bukti bahwa buruknya layanan publik terus tumbuh di

53
tubuh birokrasi Indonesia yang berkaitan dengan etika para
pelaksananya yaitu aparat pemerintah.
Walaupun data dugaan Penyalahgunaan Wewenang hanya
3.36% dari total keseluruhan laporan, namun, ketiga aspek teratas
juga merupakan bagian dari penyalahgunaan wewenang yang
dimiliki oleh personil pemberi layanan. Penyalahgunaan
wewenang akan berdampak pada praktek kecurangan (fraud). The
Institute of Internal Auditor (“IIA”), mendefinisikan fraud sebagai
“Anarray of irregularities and illegal actscharacterized by
intentional deception”: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan
dan melanggar hukum yang ditandai dengan adanya unsur
kecurangan yang disengaja. International Standards of Auditing
seksi 240 – The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud in an
Audit of Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud
sebagai “...tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen
perusahaan, pihak yang berperan dalam governance perusahaan,
karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau
penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau
illegal”.
Cakupan (tipologi) dari fraud sangat luas. Association of
Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di Amerika Serikat menyusun
peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan
ranting. Tiga cabang utama dari fraud tree adalah: (1) kecurangan
tindak pidana korupsi, (2) kecurangan penggelapan asset
(assetmisappropriation), dan (3) kecurangan dalam laporan
keuangan (fraudulent statement).
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang dapat
terjadi secara bersamaan, yaitu:
• Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. Beberapa
contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan
pribadi. Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang
berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak
realistis.
• Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Hal ini terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para
pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya
bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang
memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.
Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana

54
pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan
kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima
sanksi atas tindakan fraud tersebut.
• Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Hal ini terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para
pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya
bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang
memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.
Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana
pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan
kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima
sanksi atas tindakan fraud tersebut.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur
organisasi yang anti kecurangan dapat mendukung secara efektif
penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang
saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu : 1) Komitmen
dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi
Pegawai; 4)Pelatihan nilai- nilai organisasi atau entitas dan
standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan Saluran Komunikasi
yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Seluruh PNS dapat turut serta mengembangkan lingkungan
kerja yang positif untuk membantu pembentukan suatu etika dan
aturan perilaku internal organisasi. Setiap orang dapat
memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan
pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang
berlaku dalam organisasi; berperilaku yang sesuai dengan code of
conduct; memberikan masukan kepada pimpinan sebelum
mengambil keputusan penting atau yang berhubungan dengan
masalah hukum dan implementasinya terhadap pelaksanaan
sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang
curang dan koruptif (Fraudulent and Corrupt Behaviour):
• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan
kerugian keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang
atau institusinya;

55
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan
kewenangan mereka untuk keuntungan pribadinya;
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan
mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas
yang berlaku di sektor publik.
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Untuk kelancaran aktivitas pekerjaan, hampir semua
instansi pemerintah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti
telepon, komputer, internet dan sebagainya. Tidak hanya itu,
bahkan semua instansi pemerintah memiliki aset-aset lain, seperti
rumah dinas, mobil dan kendaraan dinas lainnya. Kesemuanya itu
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam melayani
publik. Oleh karena itu disebut sebagai fasilitas publik.
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan
pribadi, sebagai contoh motor atau mobil dinas yang tidak boleh
digunakan kepentingan pribadi. Hal-hal tersebut biasanya sudah
diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan prosedur yang
dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan
bahwa:
• Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang
berlaku
• Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan
efisien
• Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
Namun, kadang permasalahannya tidak selalu “hitam dan
putih”. Mari kita ambil contoh kasus.
Contoh Kasus
Seorang PNS mendapat fasilitas mobil dinas. Suatu malam,
anaknya yang balita tiba-tiba panas tinggi, bolehkan dia
menggunakan mobil dinasnya untuk membawa sang anak ke
Rumah Sakit? Bagaimana jika kelurga tetangga yang sakit
meminjam mobil dinas tersebut untuk pergi berobat? Dalam
banyak kasus, penggunaan fasilitas publik sering terkait
dengan masalah etika. Dalam penggunaan fasilitas publik,
pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu dalam
pengambilan keputusan:
• Apakah penggunaan fasilitas tertentu dapat
merugikan instansi dan negara?

56
• Apakah penggunaan fasilitas tertentu merugikan
reputasi pribadi Anda dan juga yang lain?
• Apakah penggunaan fasilitas menguntung diri
pribadi semata?
4. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu
organisasi akuntabel karena adanya kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan
data pemerintah lainnya.
Informasi ini dapat berupa data maupun
penyampaian/penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa
yang sedang dikerjakan, dan apa yang akan dilakukan. Jadi,
akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau
aparatur dapat menjelaskan semua aktifitasnya dengan
memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa yang
telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan
dilaksanakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan
distribusi dari data dan informasi yang telah dikumpulkan
tersebut, sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk
mendapatkan informasi tersebut.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta
dilaporkan tersebut harus relevant (relevan), reliable (dapat
dipercaya), understandable (dapat dimengerti), serta comparable
(dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat
menunjukkan akuntabilitas publik. Untuk lebih jelasnya, data dan
informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai dengan
prinsip sebagai berikut:
• Relevant information diartikan sebagai data dan
informasi yang disediakan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kondisi sebelumnya (past), saat ini
(present) dan yang akan datang (future).
• Reliable information diartikan sebagai informasi
tersebut dapat dipercaya atau tidak bias.
• Understandable information diartikan sebagai
informasi yang disajikan dengan cara yang mudah
dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang
awam sekalipun.
• Comparable information diartikan sebagai informasi
yang diberikan dapat digunakan oleh pengguna

57
untuk dibandingkan dengan institusi lain yang
sejenis.

Contoh dari akuntabilitas ini adalah bagaimana suatu


organisasi (sekolah) dapat mengumpulkan dan menyajikan data
dan informasi yang dibutuhkan. Baik data dan informasi yang
dibutuhkan oleh murid, orang tua murid, guru, kepala sekolah,
masyrarakat, pemerintah sebagai bagian dari akunbatilitasnya
terhadap publik. Sekolah memiliki hubungan yang sangat penting
untuk berkewajiban akuntabel pada pemerintah, masyarakat, guru
dan murid. Jadi informasi tentang perkembangan sekolah,
kegiatan- kegiatan dan kebijakannya adalah bagian dari
akuntabilitas. Informasi dan data tersebut meliputi keuangan,
pelayanan, efisiensi dan efektifitas operasional.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan
Data serta Informasi Pemerintah (Record Keeping and Use of
Government Information):
• ASN bertindak dan mengambil keputusan secara
transparan;
• ASN menjamin penyimpanan informasi yang
bersifat rahasia;
• ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
• ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk
mendorong efisiensi dan kreativitas;
• ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut
kebijakan negara;
• ASN memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
• ASN tidak menyalahgunakan informasi intern
negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau
manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.

58
5. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan

Gambar 1. Data Penanganan Perkara TPK Juni 2021

Data dari Komisi Pemberantasn Korupsi Bulan Juni 2021,


perkara Tindak Pidana Korupsi masih banyak dilakukan oleh
unsur Swasta (343 kasus), Anggota DPR dan DPRD (282 kasus),
Eselon I, II, III, dan IV (243 kasus), lain-lain (174 kasus), dan
Walikota/Bupati dan Wakilnya (135 kasus). Dari keseluruhan
kasus, 80% adalah kasus suap, gratifikasi, dan PBJ. Aulich (2011)
mengatakan, terkait pemberantasan korupsi, peran negara dalam
menciptakan sistem antikorupsi dapat dilakukan melalui
peraturan perundangan, legislasi, dan perumusan kode etik
ataupun panduan perilaku. Indonesia tidak kekurangan regulasi
yang mengatur itu semua, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
Tentang Admnistrasi Pemerintahan, Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor
20 Tahun 2021, bahkan Undan-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Tindak Pidana Korupsi.
Bila Kita kembali ke pembahasan terkait ‘tanggung jawab’,
dimensi yang melatar belakangi usaha memenuhi Tanggung Jawab
Individu dan Institusi ada 2, yaitu: 1) dimensi aturan, sebagai
panduan bagi setiap unsur pemerintahan hal-hal yang dapat dan
tidak dapat dilakuan, dan 2) dimensi moral individu. Sebagai ASN,
Anda tidak terlepas dari kedua dimensi tersebut. Oleh sebab itu,
(Shafritz et al., 2011) menekankan bahwa fondasi paling utama
dari unsur pegawai ataupun pejabat negara adalah integritas.

59
Dengan integritas yang tinggi, dimensi aturan akan dapat dilihat
dengan lurus dan jelas. Tanpa integritas, aturan hanya akan
dipandang sebatas dokumen dan berpotensi dipersepsikan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi.
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi
pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/tata-kelola-
pemerintahan/infografis/tahap-tahap-dalam-penanganan-
konflik-kepentingan.
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan,
dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani
Konflik Kepentingan.
Penyusunan Kode Etik, Dukungan Lembaga, dan Sangsi bagi
pelaku pelanggaran adalah beberapa hal yang sangat penting
untuk dapat menjadi perhatian. Namun, memegang teguh prinsip
moral, integritas, adalah kunci utama dari terlaksananya sistem
yang disiapkan. Dari beberapa kasus yang dapat diakses pada U4
Expert Answer (diakses: 8 Oktober 2021), Akuntabilitas Pimpinan
Lembaga juga menjadi hal penting untuk menjadi pegangan tindak
dan perilaku pegawai di lingkungan lembaga atau institusi. Namun,
untuk menjadi teladan atau inspirasi, Anda tidak perlu menunggu
untuk menjadi pimpinan terlebih dahulu. Ingat, tidak ada satu pun
Tokoh-Tokoh Bangsa yang berintegritas yang tiba-tiba memiliki
integritas yang tinggi, semua perlu dikomitmenkan, dilatih,
dibiasakan, dan dicontohkan.
B. Rangkuman
• Ketersediaan informasi publik telah memberikan
pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan urusan
publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang
berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan
transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik,
dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP).
• Aparat pemerintah dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.

60
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi
etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah
suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
• Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan
pribadi) dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau
orang lain).
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi
pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik
Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk
Menangani Konflik Kepentingan.

C. Soal Latihan
1. Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana
tugas publik dan kepentingan pribadi bertentangan. Ada
dua jenis umum Konflik Kepentingan yaitu Keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan
pribadi) dan Non-Keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang
lain). Ada contoh studi kasus seperti berikut: Bahwa ada
seseorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk
satu pemenang tender proyek pengadaan barang dan jasa
publik tanpa melalui proses yang akuntabel dan
transparan (terindikasi ada permainan atau kongkalikong
antara pemberi dan penerima proyek). Dilihat dari jenis
umum konflik kepentingan, temasuk jenis konflik
kepentingan apakah studi kasus tersebut? Jelaskan.

61
2. Pelajari tulisan berikut:

Selain SPPD Fiktif, BPK Juga Temukan Dugaan Mark


Up Anggaran di Pemko Dumai
DUMAI, RIAULINK.COM - Selain menemukan surat
pertanggungjawaban (SPJ) fiktif pada perjalanan dinas
aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Kota Dumai,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Riau
juga menemukan Mark up atau penggelembungan
anggaran di bagian umum.
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) pada tahun
anggaran 2017 lalu, BPK menemukan sejumlah keanehan
di satker tersebut pada kegaiatn penyediaan makan dan
minum yang tak sesuai dengan bukti kuintansi pembelian.

Bukti kuitansi tersebut dapat ditunjukkan oleh pejabat


pelaksana teknis kegiatan (PPTK) bagian umum selaku
pihak penanggungjawab dalam penyediaan makan minum
rapat, penyambutan tamu dan kegiatan pemerintah Kota
Dumai. Sesuai LHP BPK terdapat selisih bayar mencapai
Rp20.238.622,- antara SPJ makan dan minum yang
dibayarkan Pemko Dumai melalui bagian keuangan
kepada rekan kerja dengan bukti kuitansi pembelian yang
bisa ditunjukkan PPTK kepada BPK RI saat melakukan
pemeriksaan.Selain itu BPK juga menemukan kejanggalan
dalam laporan yang disampaikan kepada mereka, yakni
setiap laporan bulanan pengadaan makanan dan minuman
oleh bagian umum Sekretariat Daerah Kota Dumai jumlah
dan jenisnya selalu sama.

Dalam laporan BPK juga menunjukkan upaya mark up


anggaran pengadan makan dan minum petugas jaga
rumah dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai.
Disebutkan ada 25 petugas jaga rumah kediaman dua
pemimpin Kota Dumai ini yang dibagi menjadi tiga shift.
Dimana setiap shift bagian umum menyediakan snack dan
makan bagi petugas jaga. Pada shift pagi, BPK menemukan
adanya pengelembungan jumlah pengadaan snack.
Dimana dari SPJ yang disampaikan bagian umum
menyediakan 25 kotak snack namun bukti pemeriksaan

62
hanya ditemukan sembilan kotak untuk sembilan orang
petugas jaga pagi.

Sementara untuk makan siang petugas juga juga terdapat


selisih yang sangat signifikan. Dimana untuk makan dalam
pemeriksaan hanya menyediakan sembilan kotak namun
dalam SPJ pencairan digelembungkan mencapai 15 kotak.
Sementara di lain kesempatan saat media ini meminta
tanggapan dari salah seorang warga Dumai terkait kabar
yang sempat menghebohkan di kalangan masyarakat ini,
Ar sangat mengutuk keras aksi penyelewengan tersebut.
Tindakan tersebut menurutnya tidak hanya merugikan
daerah, namun juga masyarakat.
Sumber:
https://riaulink.com/index.php/news/detail/6531/selai
n-sppd-fiktif-bpk-juga-temukan-dugaan-mark-up-
anggaran-di-pemko-dumai

Berdasarkan tulisan tersebut, isilah tabel berikut:

No Poin-poin yang Jawaban


dianalisis

1 Kondisi apa yang


membuat berita itu
berpotensi menjadi
kasus Tindak Pidana
Korupsi?

2 Jenis tindak pidana


korupsi apa yang
relevan dengan berita
itu?

3 Siapa saja pihak di


dalam berita itu yang

63
akan terjerat dalam
kasus korupsi?

4 Kondisi apa yang bisa


menjadikan cerita di
dalam berita itu
menjadi sebuah kasus
Tindak Pidana
Korupsi?

5 Apa dampak yang


akan terjadi ke
depannya setelah
berita itu terjadi?

6 Bila Anda harus


memilih salah satu
perang dalam berita
itu, Apa yang akan
Anda lakukan?

7 Kondisi apa yang


membuat berita itu
berpotensi menjadi
kasus Tindak Pidana
Korupsi?

8 Jenis tindak pidana


korupsi apa yang
relevan dengan berita
itu?

64
BAB VI
PENUTUP

Dalam dunia pendidikan dan pelatihan, target individu adalah


sebuah keluaran yang menjadi awal dari sebuah tujuan panjang
pembelajaran. Modul Pelatihan ini memberikan banyak informasi dan
data terkait Akuntabilitas, Integritas, dan Antikorupsi dalam konteks
teori, aturan, realitas, dan contoh-contoh kasus. Tantangan terkait
Akuntabilitas di dunia kerja, di ke-ASN-an, di lingkungan masyarakat
masih dapat dilihat di sekitar Anda. Bukalah mata Anda lebar-lebar,
karena itu adalah kesempatan Anda untuk dapat melakukan tindak lanjut
dan Implementasi dari semua materi LATSAR yang diterima.
Akuntabilitas memiliki 5 (lima) tingkatan yang berbeda dimulai dari
personal, individu, kelompok, organisasi, dan stakeholder. Melalui modul
ini, Anda diharapkan dapat memulai Akuntabilitas Personal sebagai ASN.
Bila semua peserta pelatihan dapat komitmen untuk dapat mulai dari diri
sendiri, dari hal yang sederhana, dan mulai dari saat ini, tujuan
pembelarajan secara khusus dan tujuan dari penerapan CORE VALUES
BerAKHLAK akan dengan mudah didapatkan. Tinggalkan semua mental
dan pola pikir ASN yang tidak sesuai dengan konsep Akuntabilitas,
Integritas, dan Antikorupsi. Mulailah dengan semangat baru, semangat
ASN yang menjunjung tinggi kejujuran, tanggung jawab, kecermatan,
kedisiplinan, dan berintegritas tinggi. Pada masa keterpurukkan pelayan
publik, individu-individu yang menjunjung tinggi semua itu mungkin akan
menjadi mahkluk aneh dan minoritas. Ini saatnya bagi generasi Anda
untuk membalik keadaan itu. Masing-masing Anda adalah sebuah
generasi yang dapat merubah keadaan dengan jumlah. Numbers are
matters! Di mulai dari Akuntablitas personal, individu dan kelompok,
Anda dan Teman-Teman akan mampu membangun organisasi yang
Akuntabel suatu saat nanti.

65
BAB VII
KESIMPULAN

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak


mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas,
yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh
banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah
negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus
dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong
terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.
Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam
The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan
bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan
memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur.
Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab,
Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

66
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
Aulich, C., Batainah, H., and Wettenhall, R. (2010). Autonomy and Control
in Australian Agencies: Data and Preliminary Findings from a Cross-
National Empirical Study, Australian Journal of Public Administration,
69(2), 214-228.
Bovens, M. 2007. Analysing and Assessing Accountability: A Conceptual
Framework’ European Law Journal, Vol. 13(4), pp. 447–468.
Jay M. Shafritz, E. W. Russell, Christopher P. Borick, Albert C. Hyde
(2011). Introducing Public Administration - 7th edition. Longman, Inc.
Maccarthaigh, Muiris & Boyle, Richard. 2014. Civil Service Accountability:
Challenge And Change. An Foras Riarachá in Institute Of Public
Administration
Connors, Roger., Smith, Tom., & Hickman, Craig, 1994, The OZ Principle
Getting Result Through Individual and Organizational Accountability,
Unites States : Prentice Hall Press
Ferrell, Fraedrich, & Ferrell, 2011, Business Ethics Ethical Decision
Making and Cases, United States of America: South-Western Cengage
Learning
Maccarthaigh, Muiris, & Boyle, Richard, 2014, Civil Service Accountability:
Challenge and Change, Institute of Public Administration
Matsiliza, N. S. (2013). Creating a new ethical culture in the South African
local government, The Journal of African & Asian Local Government
Studies, 1(2)
Miller, Brian Cole, 2006, Keeping Employees Accountable For Results
Quick Tips For Busy Managers, New York: American Management
Association
Noluthando Matsiliza and Nyaniso Zonke (2017). Accountability and
integrity as unique column of good governance. Public and Municipal
Finance, 6(1), 75-82. doi:10.21511/pmf.06(1).2017.08
Odugbemi, Sina., & Lee, Taeku, 2011, Accountability Through Public
Opinion From Inerta To Publik Action, Washington DC: The World Bank

67
Public Sector Commision, 2011, A Guide to Accountable and Ethical
Decision Making in the WA Public Sector, Australia: Government of
Western Australia

PBM SIG, 2000, The Performance-Based Management Handbook Volume


2: Establishing An Integrated Performance Measurement System, A
Product of The Performance-Based Management Special Interest
Group/PBM SIG

PBM SIG/2000, The Performance-Based Management Handbook Volume


3: A Six-Volume Compilation of Techniques and Tools for Implementing
the

Government Performance and Results Act of 1993, A Product of The


Performance-Based Management Special Interest Group/PBM SIG

PSITP/International Governance Institute , 2007, Public Service Integrity


Training Program, Nairobi:

PSITP/International Governance Institute Stapenhurst, Rick., & O’Brien,


Mitchell, Accountability of Governments

2. Artikel

https://www.linkedin.com/pulse/accountability-vs-integrity-ann-m-
everett-msm-phr. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2021.

U4 Expert Answer. Good practice in strengthening transparency,


participation,
accountability and integrity. https://www.u4.no/publications/good-
practice-in-strengthening-transparency-participation-accountability-
and-integrity.pdf. Diakses tanggal 8 Oktober 2021.

68
1
69
70
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

KOMPETEN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Dr. Ahmad Jalis, MA.

EDITOR: Anton Sri Pambudi, SAP., M.Si


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN:

71
KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.

Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat


agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapamata
pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar CPNS
merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.

Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,


mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
i
72
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.

Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.


Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat ................................................................................ 1
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 4
C. Metodologi Pembelajaran .................................................................. 6
D. Kegiatan Pembelajaran ....................................................................... 6
E. Sistimatika Modul ............................................................................... 7
BAB II TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS ......................................... 1
A. Dunia VUCA ......................................................................................... 1
B. Disrupsi Teknologi .............................................................................. 2
C. Kebijakan Pembangunan Nasional .................................................... 4
D. Ringkasan ............................................................................................ 8
E. Evaluasi ................................................................................................ 9
BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR .................................... 12
A. Merit Sistem....................................................................................... 12
B. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024................................... 13
C. Karakter ASN ..................................................................................... 16
D. Ringkasan .......................................................................................... 17
E. Evaluasi .............................................................................................. 17
BAB IV PENGEMBANGAN KOMPETENSI ................................................... 19
A. Konsepsi Kompetensi ....................................................................... 19
B. Hak Pengembangan Kompetensi ..................................................... 24
C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi ....................................... 25
D. Ringkasan .......................................................................................... 28
E. Evaluasi .............................................................................................. 29
BAB V PERILAKU KOMPETEN .................................................................... 32

iii
A. Berkinerja dan BerAkhlak ................................................................ 32
B. Learn, Unlearn, dan Relearn............................................................. 33
C. Meningkatkan Kompetensi Diri ....................................................... 37
D. Membantu Orang Lain Belajar ......................................................... 43
E. Melaksanakan tugas terbaik ............................................................ 46
F. Ringkasan .......................................................................................... 52
G. Evaluasi .............................................................................................. 54
BAB V PENUTUP........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia


(SDM) termasuk aspek pengembangan SDM memanglah penting.
Hal ini tercermin dari prioritas pembangunan nasional jangka
menengah ke 4, tahun 2020-2024, berfokus pada penguatan
kualitas SDM, untuk sektor keAparaturan, pembangunan
diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Wujud
birokrasi berkelas dunia tersebut dicirikan dengan apa yang
disebut dengan SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki kemampuan
dan karakter meliputi: integritas, profesinal, hospitality,
networking, enterprenership, berwawasan global, dan penguasaan
IT dan Bahasa asing.

Penguatan kualitas ASN tersebut sejalan dengan dinamika


lingkungan strategis diantaranya VUCA dan disrupsi teknologi,
fenomena demografik (demographic shifting), dan keterbatasan
sumberdaya. Keadaan ini merubah secara dinamis lingkungan
pekerjaan termasuk perubahan karakter dan tuntutan keahlian
(skills). Kenyataan ini menutut setiap elemen atau ASN di setiap
instansi selayaknya meninggalkan pendekatan dan mindset yang
bersifat rigit peraturan atau rule based dan mekanistik,
cenderung terpola dalam kerutinan dan tidak adapatif dengan
zamannya. ASN diharapkan memiliki sifat dan kompetensi dasar,
utamanya: inovasi, daya saing, berfikir kedepan, dan adaptif.

1
Sifat dan kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan instansi
pemerintah yang responsif dan efektif.

Dikaitkan dengan profesionalisme ASN, setiap ASN perlu


berlandaskan pada aspek merit, sesuai dengan latar belakang
kualifikasi (antara lain pendidikan, pengalaman, dan pelatihan),
kompeten (sesuai dengan kompetensi teknis, manajerial, dan
social kultural) dan memiliki bukti kinerja yang sesuai serta
memiliki kepatuhan pada etika kerja (nilai-nilai Dasar ASN, dan
kode etik ASN). Seiring dengan telah ditetapkannya ASN Branding
dan nilai-nilai dasar ASN, yaitu: “Bangga Melayani Bangsa” dan
nilai dasar BerAkhlak (Beroreintasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Kolaboratif, dan Adaptif), setiap ASN
perlu mengamalkan nilai-nilai tesebut dalam pekerjaannya.

Perubahan lingkungan strategis dan tuntutan


profesionalisme ASN tersebut diharapkan melahirkan produk-
produk kebijakan dan layanan publik yang berkualitas, termasuk
mewujudkan ASN BeraAkhlak. Dalam modul ini diharapkan
sebagai pengantar bagi peserta pelatihan dalam memahami
tantangan dinamika perubahan lingkungan strategis dan era
disrupsi karena faktor kemajuan Teknologi Informasi. Dalam
kaitan ini, modul ini secara singkat menguraikan faktor kritikal,
yang menuntut perubahan mindset dan pendekatan dalam
penyesuaian pengelolaan aparatur, serta kompetensi dan
karakteristik baru, sejalan pula dengan tuntutan nilai dasar ASN
BerAkhlak. Dalam kerangka tersebut, cakupan materi modul ini
meliputi aspek Overview Tantangan Lingkungan Strategis,

2
Kebijakan Pembangunan Aparatur, Pengembangan Kompetensi,
dan Perilaku Kompeten.

Modul ini merupakan bagian materi latsar CPNS untuk


materi BerAkhlak. Materi BerAkhlak adalah nilai-nilai operasional
perilaku ASN sesuai dengan kode etik dan nilai-nilai dasar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Undang Undang Aparatur
Sipil Negara (ASN) Nomor 5 Tahun 2014 dan Surat Edaran
PermenpanRB Nomor 20 Tahun 2021 tentang operasional Nilai-
Nilai Dasar ASN BerAkhlak. Untuk menanamkan pemahaman dan
perilaku tersebut salah satunya setiap ASN perlu kompeten. Modul
ini akan membahas upaya pemahaman dan pentingnya serta
perlunya pengamalan nilai kompeten dalam setiap pelaksanaan
tugas bagi peserta latsar CPNS.

Untuk mewujudkan pengamalan tersebut, dalam modul ini


akan diuraikan hal-hal yang dianggap berkaitan dengan
pengamalan nilai kompeten tersebut, meliputi:
1. Pemahaman terkait Tantangan Lingkungan Strategis meliputi
isu-isu utama terkait yaitu Vuca dan disrupsi teknologi, yang
berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk
penyesuaian pekerjaan ASN.
2. Uraian Kebijakan pembangunan jangka menengah ke 4, tahun
2020-2025 termasuk sektor aparatur. Dalam uraian ini akan
ditekankan pada aspek wujud birokrasi birokrasi berkelas
dunia dengan dicirikan SMART ASN. Dengan uraian ini
diharapkan setiap ASN termasuk Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) memiliki pemahaman dan kesadaran tentang
pentingnya mewujudkan ASN yang profesional dan kompeten,

3
dengan karakteristik SMART ASN yang akan diuraikan lebih
lanjut dalam modul ini.
3.Pengembangan Kompetensi menguraikan tentang kebijakan
pengembangan ASN, program dan pendekatan pengembangan
ASN. Dengan uraian materi ini diharapkan setiap peserta latsar
CPNS memahami tentang arah kebijakan pengembangan yang
berlaku di linkungan ASN, termasuk program serta pendekatan
pengembangan ASN. Dengan demikian setiap ASN diharapkan
secara aktif dapat memutakhirkan kemampuannya dalam
rangka pelaksanaan tugas pekerjaannya.
4. Dalam uraian Perilaku Kompeten akan dijelaskan tentang aspek-
aspek profesonalitas ASN, termasuk pengamalan nilai
kompeten sebagai bagian ciri penting dalam konteks
profesionalisme ASN. Aspek-aspek lain yang dijelaskan dalam
materi ini, yaitu perilaku kompeten sebagai perwujudan nilai
kompeten ASN. Dengan pemahaman materi ini diharapkan
menumbuhkan kebiasaan perilaku dan inisiatif belajar, berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam mewujudkan semangat
bekerja terbaik dari setiap peserta latsar CPNS.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu


mengaktualisasikan nilai kompeten dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Dengan semangat belajar terus menerus dengan
kepekaan yang relevan dengan melihat dinamika lingkungan
strategis (vuca) dan disrupsi teknologi serta aspek-apsek
lingkungan strategis lainnya. Semangat saling menguatkan melalui
proses berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memajukan
dan meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

4
Demikian halnya dengan semangat kompeten, setiap asn
memiliki karakter yang adaptif sejalan dengan dinamika
lingkungannya. Berharap semakin meneguhkan peserta latsar
cpns dalam menginisiasi perilaku penguatan kompetensinya,
sehingga asn tetap mutakhir dan kompetitif.

Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta diharapkan


dapat:

1. memahami konteks lingkungan strategis yang mempengaruhi


pengelolaan dan tuntutan karakter dan kompetensi ASN yang
sesuai;
2. memahami kebijakan dan pendekatan pengelolaan ASN;
3. memahami dan peka terhadap isu-isu kritikal dalam merespons
penyesuaian kompetensi ASN;
4. memahami pentingnya pengelolaan pengembangan ASN dalam
konteks pembangunan nasional dan tantangan global;
5. Mampu mengajukan pemikiran-pemikiran kritis dalam
penguatan kompetensi ASN di lingkungan instansi dan konteks
nasional serta global;
6. menjelaskan aspek kompeten secara konseptual-teoritis
dengan perilaku terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
diri;
7. menjelaskan panduan perilaku kompeten sebagai wujud nilai
kompeten sebagai bagian nilai-nilai dasar ASN, BerAkhlak;
8. memberikan contoh perilaku dengan peningkatan kompetensi
diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu
orang lain belajar serta pelaksanaan tugas dengan kualitas
terbaik; dan

5
9. menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan kompeten
secara tepat.

C. Metodologi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran materi pelatihan ini dilakukan


sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran


orang dewasa (andragogy).
2. Metode: ceramah, diskusi, penugasan mandiri dan penugasan
kelompok, dan pembahasan studi kasus serta Rencana Tindak
Lanjut.
3. Pemaparan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai
Kompeten.
4. Evaluasi kepada peserta berasal dari penilaian sikap perilaku,
hasil tugas individu dan tugas kelompok dan Rencana Tindak
Lanjut mewujudkan nilai Kompeten dan sumber lainnya yang
diberikan.

D. Kegiatan Pembelajaran

Untuk optimalisasi dan efektivitas pembelajaran, melalui


modul ini peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan sebagai
berikut:
1. Peserta melakukan belajar mandiri mereview isi modul dan
mengeksplorasi link materi yang direkomendasikan dan
mencatat hal-hal penting yang diserahkan kepada fasilitator
untuk direview, sesui jadual pembelajaran;

6
2. Peserta mengerjakan latihan soal dan tugas mandiri sesuai
dengan perintah pada masing-masing bab (Bab II – Bab VI);
3. Berdiskusi dipandu fasilitator dalam kelas (daring/luring)
mengenai pemahaman peserta terkait materi pada Bab II
sampai dengan Bab VI;
4. Berdiskusi kelompok diarahkan Fasilitator terkait studi
kasus/pembahasan isu nilai Kompeten yang disiapkan
fasilitator;
5. Peserta membuat Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai
Kompeten diakhir pembelajaran yang diserahkan kepada
fasilitator untuk direview; dan
6. Pada akhir pembelajaran, Peserta memaparkan rencana tindak
lanjut mewujudkan nilai Kompeten dan fasilitator mencatat
feedback dan harapan peserta terkait materi pembelajaran.

E. Sistimatika Modul

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini b er is i deskripsi singkat mata pelajaran,tujuan
pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan
sistematika modul pembelajaran.
BAB II TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Bab ini memuat uraian tentang Dunia Vuca, Disrupsi
Teknologi Informasi, Kebijakan Pembangunan
Apartur, Tugas Kelompok tentang Implikasi
Lingkungan Strategis pada Tuntutan Karakter dan
Kompetensi ASN, Ringkasan dan Evaluasi.
BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
Bab ini menguraikan Sistem Merit, Pembangunan

7
Aparatur 2020-2024, Karakter ASN, Tugas Individu
Mereview Program Pengembangan Kompetensi
Instasni Dalam Kerangka SMART ASN, dan Ringkasan
dan Evaluasi.
BAB IV PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Bab ini memuat Konsepsi Kompetensi, Hak
Pengembangan Kompetensi, Pendekatan
Pengembangan Kompetensi, Tugas Individu
Mengidentifikasi Pendekatan Pengembangan
Instansi Masing-Masing, Ringkasan dan Evaluasi.
Bab V PERILAKU KOMPETEN
Bab ini menguraikan Berkinerja Yang BerAkhlak,
Meningkatkan Kompetensi Diri, Memebantu Orang
Lain Belajar, Melaksanakan Tugas Terbaik, Tugas
Kelompok Merumuskan Upaya Mewujudkan
Perilaku Kompeten Secara Nyata, Ringkasan dan
Evaluasi.
Bab VI PENUTUP
Bab ini menjelaskan pokok-pokok materi dan tindak
lanjut setelah mempelajari modul ASN Kompeten.

8
BAB II
TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Dunia VUCA

Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan


“Vuca World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai
penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya situasinya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor
VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis
pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap
ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan
dan tuntutan masa depan pekerjaan. Dalam hal ini, berdasarkan
bagian isu pembahasan pertemuan Asean Civil Service Cooperation
on Civil Service Matters (ACCSM) tahun 2018 di Singapura,
diingatkan tentang adanya kecenderungan pekerjaan merubah dari
padat pekerja (labor intensive) kepada padat pengetahuan
(knowledge intensive).

Sementara itu dalam konteks peran pelayanan publik, ia


banyak bergeser orientasinya, dimana pentingnya pelibatan
masyarakat dalam penentuan kebutuhan kebijakan dan pelayanan
publik (customer centric). Antara lain pelibatan masyarakat dalam
proses penentuan kebijakan dan layanan publik telah menjadi
orientasi penyelenggaraan pemerintahan saat ini (Peraturan
Menteri PANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tanggal 1 Mei 2020
Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024).

1
Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya
penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
Merujuk pada tren keahlian tahun 2025 (The Future of Jobs Report
2020, World Economic Forum) meliputi: Analytical thinking dan
innovation. Active learning and learning strategies, Complex
problem-solving, Critical thinking and analysis, Creativity,
originality and initiative, Leadership and social influence,
Technology use, monitoring and control, Technology design and
programming, Resilience, stress tolerance and flexibility, Reasoning,
problem-solving and ideation, Emotional intelligence,
Troubleshooting and user experience, Service orientation, Systems
analysis and evaluation, Persuasion and negotiation.
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren
keahlian baru di atas, perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang
relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan aparatur.
Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN
yang lebih dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang
lebih adaptif dan mudah diakses secara lebih luas oleh seluruh
elemen ASN.

B. Disrupsi Teknologi

Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap


waktu. Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih
lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri, sebagaimana dalam grafik 2.1 tentang Perbandingan
Kemajuan Teknologi dan Produktivitas, menunjukan adanya
kesenjangan tersebut. Perubahan teknologi informasi bergerak

2
lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan banyak pihak dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas organisasi.
Grafik 2.1
Perbandingan Kemajuan Teknologi dan Produktivas
Organisasi

Dalam grafik 2.1 tersebut, menunjukan rendahnya


kemampuan memanfaatkan teknolgi tersebut juga tercermin dari
senjangnya kebijakan publik terhadap kemajuan teknologi.
Keadaan ini mengindikasikan terdapat kecenderungn rendahnya
pula daya adaptasi organisasi terhadap dinamika kemajuan
perubahan teknologi tersebut. Secara implisit perlunya penguatan
kompetensi secara luas, yang memungkinkan setiap pegawai dapat
memutakhirkan kompetensi, baik secara individu maupun secara
kolektif organisasi.

3
Dalam konteks ini, akuisisi sejumlah kompetensi dalam
standar kompetensi ASN diperlukan, yang memungkinkan
tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang adaptif terhadap
dinamika lingkungannya. Menserasikan standar kompetensi
jabatan dan model pengembangan, dengan pendekatan
pengambangan yang lebih variatif dan individual (seperti dari
klasikal kepada non klasikal), sesuai kebutuhan kesenjangan
kompetensi masing-masing pegawai, selayaknya lebih
diintensifkan.

C. Kebijakan Pembangunan Nasional

Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi


dan karakter ASN penting diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi,
termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi, sesuai
Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional
2020-2024, telah ditetapkan bahwa visi pembangunan nasional
untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah: Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9
(sembilan) Misi Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita
Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;

4
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada setiap warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Tentu saja untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, antara
lain, perlu didukung profesionalisme ASN, dengan tatanan nilai
yang mendukungnya. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN
branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar
operasional BerAkhlak meliputi:

1. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan


prima demi kepuasaan masyarakat;
2. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang
diberikan;
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
Bangsa dan Negara;
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam
menggerakkan serta menghadapi perubahan; dan
7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
Untuk optimalisasi keseluruhan tatanan di atas, perlu
didukung profil kompetensi dan karakter ASN, baik secara generik
maupun secara sektoral menurut instansinya. Sama halnya dengan

5
aspek VUCA dan disrupsi teknologi, implikasi aspek Pembangunan
Nasional juga dapat mempengaruhi kebutuhan kualifikasi dan
kompetensi selayaknya juga perlu dikaitkan. Untuk mewujudkan
skema orientasi pembangunan membutuhkan profil generik
kompetensi yang berlaku bagi setiap elemen ASN.
Demikian halnya dengan berlakunya tatanan nilai
operasional ASN BerAkhlak, sebagaimana dijelaskan di atas, sesuai
dengan ketentuan PermepanRB tersebut, setiap ASN perlu
berperilaku untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai
berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab
tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

6
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepadaNegara
Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.

Dari 7 (tujuh) aspek perilaku nilai tersebut diatas, dalam


bab V akan diuraikan terkait dengan bagaimana mewujudkan
perilaku Kompeten bagi setiap ASN, sesuai fokus modul ini. Dengan
demikian nilai-nilai dasar ASN benar-benar wujud dalam peran
dan fungsi ASN secara nyata.

7
D. Ringkasan

• Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses


bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
• Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi
itu sendiri.
• Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai
berikut:
Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
b. Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab
tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

8
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan
yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.

E. Evaluasi

Berikan tanda Benar (B) atau Salah (S) untuk masing-masing


pernyataan dibawah ini, dengan memberikan tanda silang (X)
untuk jawaban yang benar:

1. Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses


bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru sesuai dengan tren
keahlian 2025 dari World Economic Forum (B – S).

9
2. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi
itu sendiri (B – S).

3. Lingkarilah jawaban paling sesuai, Perilaku ASN untuk masing-


masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel:
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab
tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.

10
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan
yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan
negara;
b. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama
nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.

11
BAB III
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR

A. Merit Sistem

Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5


Tahun 2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis
merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Termasuk dalam pelaksanaanya tidak boleh ada perlakuan
diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi
seluruh unsur dalam siklus manajemen ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan
kesesuaian kualifikasi dan kompetensi yang bersifat terbuka dan
kompetitif;
b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh
kegiatan pengelolaan ASN lainnya; dan
c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaanyang
juga setara, dengan menghargai kinerja yang tinggi.
Pembinaan dan penempatan pegawai pada jabatan
pimpinan tinggi, jabatan administrasi maupun jabatan fungsional
didasarkan dengan prinsip merit, yaitu kesesuaian kualfikasi,
kompetensi, kinerja, dengan perlakuan tidak diskriminatif dari
aspek-aspek subyektif, seperti kesamaan latar belakang agama,
daerah, dan aspek subjektivitas lainnya. Untuk dapat mengisi
masing-masing jabatan tersebut, dapat dilakukan dengan

12
pemetaan/asesmen dan pengembangan pegawai sesuai hasil
pemetaan tersebut.

B. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024

Dalam tahap pembangunan Apartur Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
sebagaimana Gambar 2.1 Pembangunan Aparatur 2020-2024,
Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi
yang berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan
beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas,
dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien (Peraturan
MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi Aparatur 2020-2024). Disadari oleh
pemerintah reformasi masih menghadapi tantangan yang semakin
kompleks. Ini terjadi karena perubahan besar terutama yang
disebabkan oleh desentralisasi, demokratisasi, globalisasi dan
revolusi teknologi informasi.

Gambar 2.1 Pembangunan Aparatur 2020-2024

Sumber: Peraturan MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020


Tentang Road Map Reformasi Birokrasi Aparatur 2020-2024

13
Salah satu tantangan yag dihadapi, diantaranya, terkait
dengan profil pendidikan ASN relatif masih rendah. Sebagaimana
Gambar 2.2 Tentang Profil PNS, pegawai yang berlatar belakang
pendidikan SMA ke bawah masih cukup besar (30,22%). Keadaan
ini tentu saja kurang mendukung wujudnya birokrasi berkelas
Dunia, yang dicirikan organisasi dengan tingkat efesiensi,
kecepatan, inovasi, dan keluwesan bergerak cepat serta
kompetitif.
Gambar 2.2 Profil PNS

Sumber: BKN, 2020

Salah satu kunci penting membangun kapabilitas birokrasi


yang adaptif dengan tuntutan dinamika masa depan, antara lain,
pentingnya disusun strategi dan paket keahlian kedepan. Belajar
ke Singapura, sebagaimana diuraikan dalam gambar 2.3 tentang
tuntutan Keahlian Masa Depan, mengindikasikan pengembangan
sumberdaya manusia menjadi bagian titik tumpu pembangunan
Singapura yang sangat kompetitif.

14
Gambar 2.3 Keahlian Masa Depan.

Sumber: Rakorbang Kepegawaian ASN 2019, BKN

Pembelajaran dari model Singapura (gambar 2.3),


menggambarkan kesiapan birokrasi pemerintahan Singapura,
dalam merespon dinamika lingkungan strategis dan kebutuhan
keahlian ke depan. termasuk sejalan (link and match) dengan
prioritas pembangunan pemerintahannya. Antara lain beberapa
cirinya, membangun sistem budaya belajar sepanjang hayat
(lifelong learning) dan responsif dengan tantangan lingkungan
strategisnya (meet enhancing challenges).
Dengan demikian isu pengembangan kompetensi
menjadi bagian penting dalam merespon tantangan lingkungan
strategis, kebijakan pembangunan nasional, termasuk di dalamnya
pembangunan aparatur. Isu pengembangan kompetensi ini akan
diuraikan dalam bab selanjutnya.

15
C. Karakter ASN

Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang


dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Kedelapan karakteristik ini disebut sebagai smart ASN
(KemenpanRB. Menciptakan Smart ASN Menuju Birokrasi 4.0.
dipublikasikan 09 Agustus 2019 dalam menpan.go.id). Profil ASN
tersebut sejalan dengan lingkungan global dan era digital, termasuk
pembangunan aparatur 2020-2024, mewujudkan birokrasi
berkelas dunia.

Karakter lain yang diperlukan dari ASN untukberadapatasi


dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif,
agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork
dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN, 2020). ASN
yang gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis
dan VUCA. Terdapat kecenderungan organisasi pemerintahan
mulai mengarah dari organisasi hirakhis, dengan pembagian
bidang-bidang yang rijit sektoral (silo). Kini keadaannya mulai
berubah ke arah organisasi yang lebih dinamis, dengan jenjang
hirakhi pendek. Kebijakan ini ditandai dengan pengalihan dua
jenjang jabatan struktural, jabatan administrator dan pengawas
menjadi jabatan fungsional (PermenRB Nomor 28 Tahun 2019
Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan Fungsional).

Pemangkasan jenjang jabatan tersebut diatas, dianggap


dapat lebih responsif, dengan pendayagunaan pegawai lebih

16
optimal dan efesien. Sistem ini menggambarkan perubahan dari
cara interaksi kerja yang berjenjang, ke suatu interaksi kerja tim,
berlatar belakang keragaman keahlian/profesi (cross functions),
dengan koordinator tim yang dinamis, yang dapat berubah
menyesuaikan tuntutan sektor kerja dan kinerja tim.

D. Ringkasan

• Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh


aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan
yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
• Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world
class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien
• Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.

E. Evaluasi

Berikan alasan untuk masing-masing pernyataan di bawah ini:

1. Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yaknii seluruh


aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan
17
yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. Jelaskan
secara ringkas, mengapa sistem merit tersebut penting dalam
pengelolaan ASN?
2. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world
class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien. Jelaskan secara ringkas, mengapa
pembangunan birokrasi berkelas dunia tersebut penting?
3. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Jelaskan
secara ringkas, mengapa 8 (delapan) karakteristik i ini penting
bagi ASN?

18
BAB IV
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

A. Konsepsi Kompetensi

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan


standar kompetensi dari International Labor Organization (ILO),
memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Gambar 4.1 tentang Aspek
Kompetensi menggambarkan terkait aspek-aspek kompetensi
dimaksud.
Gambar 4.1 Aspek Kompetensi

Kompetensi

• Biru=Pengetahuan
• Merah= Keterampilan
• Kuning=Sikap

Sebagaimana Gambar 4.1 Kompetensi merupakan perpaduan


aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku
seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.

19
Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN,
kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan
(Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional
dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudkannya dalam kinerja.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017


tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan kompetensi ASN sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun
2014, dapat diuraikan sebagaimana dalam Gambar 4.2
tentang Sistem Pengembangan Kompetensi ASN.

20
Gambar 4.2

Sistem Pengembangan Kompetensi ASN

Sumber:
Modul Bimbingan Teknis Analisis Kebutuhan dan Evaluasi Diklat, Pusbang ASN BKN, 2019.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017,


Pasal 210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi
dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki
akreditasi untuk melaksanakan pengembangan kompetensi
tertentu.
3. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang
independen.

Selanjutnya dalam Pasal 214 peraturan pemerintah yang


sama, dijelaskan bahwa:
1. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dilakukan
melalui jalur pelatihan.

21
2. Pelatihan teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
standar kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
3. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dapat dilakukan
secara berjenjang
4. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis ditetapkan
oleh instansi teknis yang bersangkutan.
5. Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
terakreditasi.
6. Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing- masing
instansi teknis dengan mengacu pada pedoman akreditasi yang
ditetapkan oleh LAN.

Sementara itu pengembangan kompetensi untuk jabatan


fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215 peraturan
yang sama, diatur sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengembangan kompetensi fungsional dilakukan
melalui jalur pelatihan.
2. Pelatihan fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
standar kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
3. Pengembangan kompetensi fungsional dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan
jenjang JF masing-masing.
4. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi fungsional
ditetapkan oleh instansi pembina JF.
5. Pelatihan fungsional diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
terakreditasi.
Akreditasi pelatihan fungsional dilaksanakan oleh masing-
masing instansi pembina JF dengan mengacu pada pedoman
akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.

22
Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah
Dengan Perjanjian Kerja (PPPK), berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai
berikut:
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung
pelaksanaan tugas, PPPK diberikan kesempatan untuk
pengayaan pengetahuan.
2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di
ikutsertakan dalam pengembangan kompetensi
3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan pengembangan kompetensi pada Instansi
Pemerintah.
4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan
kompetensi, prioritas diberikan dengan memper-hatikan hasil
penilaian kinerja pppK yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pasal 40 diatur lebih lanjut yaitu:
1. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama
24 (dua puluh empat) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa
perjanjian kerja.
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi
PPPK yang melaksanakan tugas sebagai JPT Utama tertentu dan
JPT Madya tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan
kompetensi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Lembaga
Administrasi Negara.

Dengan demikian pengembangan kompetensi meliputi


aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap menjadi dasar dalam
proses pengembangan kompetensi dalam lingkungan pekerjaan

23
ASN. Pengembangan dapat dilakukan dengan pendekatan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan
sosial kultural.

B. Hak Pengembangan Kompetensi

Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang


Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). Kebijakan ini tentu saja relevan utamanya dalam
menghadapi dinamika lingkungan global dan kemajuan teknologi
informasi, yang berubah dengan cepat sehingga kemutakhiran
kompetensi ASN menjadi sangat penting.
Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang
Standar Jabatan ASN, telah ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu
kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural. Dalam
ketentuan tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-masing
jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam hal ini menjadi
fondasi dalam penentuan berbagai kebutuhan pengelolaan
kepegawaian, antara lain, pengembangan kompetensi pegawai.
Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi
teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
Untuk menentukan kebutuhan pelatihan ASN perlu
dilakukan pemetaan kebutuhannya. Dalam menentukan
kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data seperti dengan menafaatkan indeks
profesionalitas, asesmen kompetensi manajerial (metode
assessment center atau metode lain yang sesuai), seperti survei

24
atau focus group discussion (FGD). Selanjutnya dari hasil pemetaan
tersebut dapat diidentifikasi metode pengembangan yang sesuai
dengan kesenjangan atau gap/kebutuhan masing-masing pegawai,
baik klasikal maupun non klasikal.
Akses pengembangan kompetensi secara luas dapat
memanfaatkan kemudahan teknologi dalam pelaksanaanya. Akses
pengembangan baik melalui e-learning dan instrumen lainnya,
yang memungkinkan pelatihan dapat dilakukan secara efesien dan
menjangkau ASN, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan
kompetensi tersebut diperlukan, sesuai dengan hak
pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.

C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi

Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat


dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu
klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan
kompetensi dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan non
klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job
enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching dan
Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan secara masif,
dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagai
mentor sekaligus sebagai coach.

Selain itu coaching dan mentoring juga penting terkait


beberapa hal, yaitu: 1) Meningkatan kinerja individu dan kinerja
organisasi; 2) Membangun komitmen dan motivasi yang lebih
tinggi; 3) Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam
pengembangan potensi diri; 4) Menumbuhkan kemampuan
kepemimpinan yang lebih baik; 5) Membuat proses manajemen

25
perubahan yang lebih baik; 6) Memperbaiki komunikasi dan
hubungan antara atasan-bawahan; 7) Mengimplementasikan
keterampilan yang lebih baik; dan 8) Menumbuhkan budaya kerja
yang lebih terbuka dan produktif.

Dalam penentuan kebutuhan pengembangan kompetensi, ia


juga selayaknya mempertimbangkan aspek pengembangan karier
pegawai. Dalam konteks ASN, terdapat dua jalur pengembangan
karir pegawai, yaitu jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan
Pimpinan Tinggi dan jabatan Administrasi) dan jalur fungsional
atau profesional. Untuk jalur struktural, ASN lebih ditekankan
memiliki kompetensi view organisasi yang luas, semakin tinggi
jabatannya, kemampuan view organisasinya harus lebih luas,
meliputi kemampuan kepemimpinan termasuk teknisnya itu
sendiri. Sementara itu untuk jalur fungsional sebagai jalur keahlian
profesional, semakin tinggi jabatannya tuntutan kompetensi
teknisnya semakin dalam (in depth). Dengan kata lain, bagi
pemangku jabatan struktural, yang dituntut yaitu kemampuan
kepemimpinan dan kemampuan teknisnya lebih lebar (generalist),
dengan kedalamnya cenderung lebih rendah, dibandingkan
dengan jabatan profesional, karena yang banyak dituntut lebih
kepada kemampuan kepemimpinannya.

Aspek lain yang diatur dalam sistem pengembangan ASN


yaitu pengembangan talenta. Dalam PeraturanpanRB Nomor 3
Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta ASN, antara lain diatur
tentang pemetaan talenta. Sebagaimana dalam Tabel 4.1 tentang
Box Talenta ASN menjelaskan uraian masing penempatan kotak
ASN.

26
Tabel 4.1 Box Talenta ASN

Selanjutnya dalam menentukan pendekatan


pengembangan talenta ASN tersebut, sesuai dengan nine box di
atas, ditetapkan kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai
dengan pemetaan pegawai dalam nine box tersebut. Setiap
pegawai akan dilakukan pengembangannya sesuai dengan
letak yang bersangkutan dalam kotak tersebut. Tabel 4.2
merupakan rekomendasi pengembangan pegawai sesuai
dengan letaknya masing-masing.

27
Tabel 4.2 Rekomendasi Pengembangan Talenta ASN

Dengan Tabel 4.2 menjelaskan pengembangan untuk


masing masing Talenta sesuai dengan kotak pemetaannya.
Pengembangan ini sesuai dengan kebutuhan individual yang
dituangkan dalam rencana pengembangan individu (IDP).

D. Ringkasan

1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting


berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan

28
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial,dan
sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

E. Evaluasi

Berikan pernyataan Benar (B) atau Salah (S) untuk masing-masing


pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X)
untuk jawaban yang dianggap sesuai:

29
1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting
berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan peranan jabatan (B – S).
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan
prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan (B – S).
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan digital dan
non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan
social kultural
(B – S).
4. Salah satu kebijkan yang penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)

30
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) (B – S).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan pemetaan
pegawai dalam nine box tersebut
(B – S).

31
BAB V
PERILAKU KOMPETEN

A. Berkinerja dan BerAkhlak

Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun


2014 ditegaskan bahwa ASN merupakan jabatan profesional,
yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,kompetensi,
dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya.
Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
PNS, bahwa salah satu pertimbangan pembentukan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yang selanjutnya disingkat Undang-Undang ASN adalah
untuk mewujudkan ASN profesional, kompeten dan
kompetitif, sebagai bagian dari reformasi birokrasi. ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan
prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN.

Selanjutnya dalam bagian penjelasan PermenpanRB


Nomor 8 Tahun 2021 tanggal 17 Maret tahun 2021 tentang
Manajemen Kinjera, antara lain, dijelaskan bahwa penilaian
kinerja dapat dilakukan secara adil dan obyektif sehingga dapat
memotivasi pegawai untuk bekerja lebih baik, meningkatkan
kualitas dan kompetensi pegawai, membangun kebersamaan dan
kohesivitas pegawai dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pemerintah dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar

32
penentuan tindak lanjut penilaian kinerja yang tepat.

Dalam kaitan relevansi kode etik profesi ASN dengan


kinerja ASN, dapat diperhatikan dalam latar belakang
dirumuskannya kode etik ASN yang disebut dengan BerAkhlak
(Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomo 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus
2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
ASN). Dalam Surat Edaran tersebut antara lain dijelaskan bahwa
untuk penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (world class government) serta untuk melaksanakan pasal 4
tentang Nilai Dasar dan pasal 5 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN
diperlukan keseragaman nilai-nilai dasar ASN.

Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat


diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun
2021 dalam poin 4, antara lain, disebutkan bahwa panduan
perilaku (kode etik) kompeten yaitu: a. Meningkatkan kompetensi
diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi; b. Membantu
orang lain belajar; dan c. Melaksanakan tugas dengan kualitas
terbaik. Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat
Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya
kerja di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja
individu dan tujuan organisasi/instansi.

B. Learn, Unlearn, dan Relearn

Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara


pengetahuan dan kealian, jika tidak belajar setiap waktu seiring

33
dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini telah
diingatkan seorang pakar masa depan, Alfin Toffler (1971),
menandaskan bahwa: “The illiterate of the 21st century will not be
those who cannot read and write, but those cannot learn, unlearn,
and relearn” (Buta huruf abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak
bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar,
melupakan, dan belajar kembali). Sesuaikan cara pandang
(mindset) bahwa aktif meningkatkan kompetensi diri adalah
keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang selalu
berubah.

Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn,


unlearn dan relearn, menjadi penting. Demikian halnya Margie
(2014), menguraikan bagaimana bisa bertahan dalam kehidupan
dan tantangan kedepan melalui proses learn, unlearn, dan relearn
dimaksud. Bagaimana konsep proses belajar dari learn, unlearn,
dan relearn tersebut. Pertama, learn dimaksudkan bahwa sejak
dini atau sejak keberadaan di dunia, kita dituntut untuk terus
belajar sepanjang hayat. Namun demikian, seringkali kita terjebak
dan asyik dengan apa yang telah kita tahu dan kita bisa, tanpa
merasa perlu mengubah dengan keadaan baru yang terjadi. Jadi
unlearn diperlukan sebagai proses menyesuaikan/meninggalkan
pengetahuan dan keahlian lama kita dengan pengetahuan yang
baru dan atau keahlian yang baru. Selanjutnya relearn adalah
proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan pengakuisi
pengetahuan dan atau keahlian baru.

Berikut ini contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati


(2020) bagaimana membiasakan proses belajar learn, unlearn, dan
relearn. Berikut langkahnya:

34
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal-
hal yang benar-benar baru, dan lakukan secara terus-
menerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam
peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah
diketahui berupa pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini
harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi
sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN tak
harus benar-benar melupakan semuanya, untuk hal-hal yang
masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa
satu-satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke
kantor. Padahal, konsep kerja ini hanyalah salah satunya saja.
Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu ke kantor”, namun
membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada
cara lain untuk bekerja, yakni bekerja dari jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn,
kita benar-benar menerima fakta baru. Ingat, proses
membuka perspektif terjadi dalam unlearn.

Lebih lanjut diingatkan (Hidayati, 2020) contoh proses


pembalajaran tersebut diatas dilakukan dengan dua hal berikut
ini: pertama, berpikir terbuka, dengan belajar hal yang berbeda.
Kedua, cari perspektif orang lain. Dengan cara ini menyadarkan
kemungkinan pihak lain itu bisa jadi tahu lebih banyak dari apa
yang kita ketahui. Hal ini membuka perspektif dan belajar dari
orang lain.

Dalam membangun perilaku dan proses belajar


didasarkan pada hasil adapatasi prinsip dan model Learning by

35
Sharing (Thijssen et.al, 2002), model pembelajaran
sebagaiamana dalam Gambar 5.1 tentang Learning by Shairng.
Dalam proses ini terdapat tiga aspek yang perlu berkesesuaian,
yakni Kebutuhan program pelatihan itu sendiri dengan harapan
publik dan Pusbang/Pusdiklat. Sedangkan peserta pelatihan
bersinergi dengan para praktisi di kantor dan fasilitator terlibat
secara intensif dalam proses belajar dari uji coba (learning by
experimenting), belajar dari penelahaan/penggalian (learning
by investigating), dan belajar dari praktek (learning by
practising).

Melalui proses belajar dari eksperimentasi, peserta


pelatihan dengan fasilitator/peneliti dan praktisi/pegawai
bekerja sama dalam proyek penelitian terkait permasalah
pekerjaan. Caral ini menghasilkan pertukaran informasi yang
berkelanjutan antara pihak-pihak yang terlibat.

Gambar 5.1 tentang Learning by Shairng


Publik

Praktisi

Learning by Sharing

Fasilitator
Peserta

Kebutuhan Learning by Investigating Pusbang/Pusdiklat


Pengembanga

36
Sumber: Adaptasi dari “Learning by Sharing: a Model for Life-Long Learning”,
Thijssen et.al, 2002

Sementara itu proses belajar dengan penyelidikan,

fasilitator dan peserta pelatihan serta praktisi berkolaborasi dalam

proyek pekerjaan. Dalam proses kegiatannya, ketiganya saling

mendapatkan informasi-informasi baru yang relevan untuk

penguatan pengetahuan dan keahlian para pihak yang terkait.

Sedngkan proses belajar melalui praktik diperlukan untuk

menjembatani pembelajaran dengan tuntutan pekerjaan.

Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan peserta

pelatihan, fasilitator dan para praktisi berbagi pembelajaran

mereka, dimanapun dan kapanpun yang mereka inginkan.

C. Meningkatkan Kompetensi Diri

Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab


tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan. Melaksanakan
belajar sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak. Setiap
orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai
pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang
dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy).
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk secara efektif dan kreatif menerapkan
keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu
berubah dan kompleks.

Orientasi atau ketergantungan pada pendekatan


pengembangan pedagogis, bahkan andragogis, tidak lagi

37
sepenuhnya cukup dalam mempersiapkan kita untuk berkembang
di tempat kerja. Pendekatan yang lebih mandiri dan ditentukan
sendiri diperlukan, yang bersumber dari berbagai sumber
pembelajaran yang tersebar luas dalam dunia internet, di mana
sebagai pembelajar merefleksikan apa yang dipelajari, dan
bagaimana sesuatu yang dipelajari tersebut diwujudkan dalam
konteks pekerjaan. Kemandirian untuk belajar sejalan dengan
perkembangan teknologi yang telah menciptakan kebutuhan
metode pengajaran baru, sumber belajar, dan media digital yang
lebih luas dan masif (Wheeler, 2011 dalam Blaschke, 2014).
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi
atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, yang merupakan
pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari
Internet (Anderson, 2010, hlm. 33; Wheeler, 2011 dalam Blaschk,
2014).

Atribut utama ASN pembelajar mandiri (andragogis)


adalah mereka yang memiliki ciri sebagaimana yang diuraikan
Knowles (1975 dalam Blaschek, 2014) yaitu sebagai proses
meliputi hal sebagai berikut: dimana individu mengambil inisiatif,
dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis
kebutuhan belajarnya; merumuskan tujuan pembelajaran,
mengidentifikasi manusia dan sumber materi untuk belajar;
memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat; dan
mengevaluasi hasil belajar.

Prinsip pembelajar heutagogis lainnya adalah kapabilitas.


Cirinya menurut Stephenson & Weil (1992 dalam Lisa Marie
Blaschke & Stewart Hase) yaitu: orang yang cakap dengan
keyakinan pada kemampuan mereka untuk (1) mengambil

38
tindakan yang efektif dan tepat, (2) menjelaskan tentang diri
mereka, (3) hidup dan bekerja secara efektif dengan orang lain, dan
(4) melanjutkan belajar dari pengalaman mereka, baik sebagai
individu maupun pergaulan dengan orang lain, dalam masyarakat
yang beragam dan berubah.

Dengan merujuk pada prinsip pembelajar (Blaschke &


Hase, 2019), maka perilaku ASN pembelajar dapat berupai: aktif
belajar sesuai kebutuhannya; belajar sambil melakukan; belajar
sebagai penyangga tuntutan keadaan lingkungan yang dinamis;
mempromosikan konstruksi pengetahuan; termasuk berbagi
perspektif, dan mendukung kolaborasi, percakapan dan dialog;
termasuk melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah.
Bandura (1977 dalam Blaschke & Hase, 2019) lebih lanjut
berpendapat bahwa untuk mempertahankan kepercayaan diri
(self-efficacy), dalam mengarahkan diri sendiri terkait pengelolaan
pada potensi ancaman termasuk meningkatkan keterampilan
mengatasi situasi yang menantang, serta dapat menghasilkan
pengalaman sukses yang positif.
Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
konektivitas dalam basis online network. Dalam konteks ini
mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka massal
(MOOCs), di mana koneksi dapat dibentuk untuk membentuk
komunitas pengetahuan. Dalam lingkungan berjejaring,
pembelajaran dipandang sebagai proses menemukan makna
dalam proses pembelajaran dan menciptakan koneksi di seluruh
jaringan (Siemens, 2004 dalam Blaschke & Hase, 2019), dan
mengatur diri sendiri, memahami bagaimana pegawai dan

39
organisasi untuk memilih apa yang dipelajari (Dron & Anderson,
2014; Siemens, 2004 dalam Blaschke & Hase, 2019).
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki
unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja. Para
narasumber/pakar yang didatangkan instansi untuk suatu
kegiatan/projek dapat dimanfaatkan para ASN pembelajar,
sebagai sumber berbagi pengetahuan dengan para pakar atau
menerapkannya pada masalah tertentu dalam pekerjaan. Forum
kegiatan dengan pelibatan pakar merupakan proses transfer
pengetahuan dan keahlian (Thomas H & Laurence, 1998).

Perilaku pembelajar dalam interaksi berbagi pengetahuan


pekerjaan tersebut sebagai media ASN untuk mendukung suasana
organisasi pembelajar secara keseluruhan. Nonaka dan Takeuchi
yang dikutip Thomas H & Laurence (1998) mengatakan bahwa
menyatukan orang-orang dengan pengetahuan dan pengalaman
yang berbeda adalah salah satu syarat yang diperlukan untuk
penciptaan pengetahuan. Meminjam istilah sibernetika,
"keragaman yang diperlukan," untuk menggambarkan konflik
produktif dari abrasi kreatif, sebagai "kekacauan kreatif" dan nilai
memiliki kumpulan ide yang lebih besar dan lebih kompleks untuk
dikerjakan. Perbedaan di antara individu mencegah kelompok
jatuh ke dalam solusi rutin untuk masalah. Jangan takut dengan
sedikit "kekacauan kreatif". Hal ini karena kelompok tidak
memiliki solusi yang sama, individu harus mengembangkan ide-
ide baru bersama-sama atau menggabungkan ide-ide lama mereka
dengan cara-cara baru.

40
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan
pegawai dalam organisasi. Komunitas yang disatukan oleh minat
yang sama, biasanya berbicara bersama secara langsung, seperti
melalui telepon, dan melalui email untuk berbagi keahlian dan
memecahkan masalah bersama. Ketika jaringan semacam ini
berbagi cukup pengetahuan yang sama untuk dapat
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif, percakapan
komunitas pegawai yang berkelanjutan sering kali menghasilkan
pengetahuan baru bagi organisasi.

Meskipun cara jejaring mungkin sulit untuk dikodifikasi,


proses ini dapat menambah pengetahuan bagi organisasi. Oleh
karena itu untuk mengoptimalkan pelaksanaannya, sering kali
membutuhkan bantuan profesional atau fasilitator jaringan, yang
dapat merekam pengetahuan yang seharusnya tetap berada dalam
kepala para ahli. Pemanfaatan media teknologi dapat diadopsi
untuk fasilitasi interaksi berbagi pengetahuan pekerjaan. Dengan
cara itu, praktik ini dapat menjadi bagian dari modal pengetahuan
aktif instansi.

Sebagai ASN pembelajar, ASN juga diharapkan


mengalokasikan dirinya dalam waktu dan ruang yang memadai,
yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan pengetahuan.
Dalam kaitan ini ASN dapat terlibat dalam aktivitas seperti
laboratorium dan perpustakaan di lingkungan kantornya, di
tempat penemuan pengetahuan baru dapat dihasilkan, tetapi juga
aktivitas laboratorium dan perpustakaan juga sebagai tempat
pertemuan di mana ASN berkumpul dan berbagai pengetahuan

41
Contoh bagaimana membangun energi belajar, dapat
Saudara telaah tulisan tentang “Tips dan Trik Meningkatkan
Motivasi Belajar Untuk Diri Sendiri” sebagai berikut:

1. Membuat Agenda Belajar, untuk mengatur waktu dan materi


apa yang harus dipelajari.
2. Menentukan Gaya Belajar, setiap orang memiliki gaya
belajarnya masing-masing. Tentukan apakah Saudara
termasuk seseorang yang bertipe visual, auditori, atau
kinestetik. Dengan mengetahui gaya belajar bisa
menyesuaikan diri dengan materi yang ingin dipelajari.
3. Istirahat, istirahat termasuk salah satu faktor penting dalam
proses belajar. Ketika tubuh lelah, proses belajar tidak akan
maksimal.
4. Hindari Gangguan Belajar, aturlah waktu untuk bermain
gadget, bermain sosial medua, melihat televisi, dan game
online agar tidak mengganggu waktu belajar. Jangan berada
di kumpulan orang atau keramaian.
5. Cari Suasana yang Tepat, semua suasana menjadi tepat jika
kamu berhasil mengontrol diri sendiri. Tentukan suasana
yang tepat untuk diri sendiri.
6. Belajar/sharing Bersama Teman/jejaring, selain akan
menjadi motivasi belajar dan penyemangat, teman akan
membantu saat kamu menemukan kesulitan. Belajar dengan
sistem diskusi biasanya membuat kita lebih mudah
memahami sesuatu (dikutip dari AdminprioritySTAN Jan 5,
2020, link https://prioritystan.com/cara-meningkatkan-
motivasi-belajar-untuk-diri sendiri/).

42
D. Membantu Orang Lain Belajar

Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning


tea/coffee termasuk bersiolisai di ruang istirahat atau di kafetaria
kantor sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan. ASN
pembelajar dapat meluangkan dan memanfaatkan waktunya
untuk bersosialisasi dan bercakap pada saat morning tea/coffee
ataupun istirahat kerja. Cara ini selayaknya tidak dianggap
membuang-membuang waktu. Kendatipun pembicaraan
seringkali mengalir tanpa topik terfokus, namun di dalamnya
banyak terselip berbagi pengalaman kegiatan kerja, yang dihadapi
masing-masing pihak. Para pihak saling bertanya tentang
pekerjaan, mereka memantulkan ide satu sama lain, sekaligus
mendapatkan saran tentang bagaimana memecahkan masalah. Hal
ini sejalan dengan apa yang ditekankan Alan Webber (dalam
Thomas H & Laurence, 1998), dalam ekonomi baru (knowledge
economy era), percakapan adalah bentuk pekerjaan yang paling
penting. Percakapan adalah cara pekerja menemukan apa yang
mereka ketahui, membagikannya dengan rekan kerja mereka, dan
dalam prosesnya menciptakan pengetahuan baru bagi organisasi.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu
aktif dalam “pasar pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998)
atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). Dalam
forum tersebut merupakan kesempatan bagi pegawai untuk
berinteraksi secara informal. Seperti kegiatan piknik pegawai
memberikan kesempatan untuk pertukaran informasi antara ASN
yang tidak memiliki banyak kesempatan berbicara satu sama lain
dalam pekerjaan sehari-hari di kantor. Sementara itu Pameran
pengetahuan seperti pameran/bursa buku, pameran pendidikan
dan seminar penelitian, adalah forum untuk mendorong

43
pertukaran pengetahuan.

ASN pembelajar dalam beragam profesi seperti guru,


dokter, sekretaris, arspiaris dan lain-lain adalah pengelola dan
sumber pengetahuan yang penting. Mereka semua perlu membuat,
berbagi, mencari, dan menggunakan pengetahuan dalam rutinitas
sehari-hari mereka. Dalam pengertian ini, bekerja dan mengelola
pengetahuan harus menjadi bagian dari pekerjaan setiap orang
(Thomas H.& Laurence, 1998). Mengambil pengetahuan yang
terkandung dalam dokumen kerja seperti memo, laporan,
presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil
(Knowledge Repositories). Berikut di bawah ini contoh kasus
Inspiratif seorang guru bernama Taufik Noor tentang motifnya
berbagi pengalaman.

44
Taufik Noor, sang pencerah…

Seorang guru PNS di Jorong yang sampai saat ini masih produktif
menulis untuk membagikan perjuangan dan pandangannya tentang
profesi pengajar.

Meski mengajar di sekolah terpencil, Taufik tak patah arang. Dia


mampu menjadi guru yang menginspirasi banyak pengajar lainnya
lewat tulisan-tulisannya.

Tidak itu saja, puluhan artikel dan ratusan puisi sudah dihasilkan
dari tangan anak nelayan ini.

Sebagai guru, Taufik mendapatkan banyak penghargaan. Salah


satunya adalah Juara I Forum Ilmiah guru 2013.

Taufik mengatakan semua karya yang dihasilkan merupakan


pengalaman pribadi yang dibagikannya sebagai manfaat untuk orang
lain. Dan yang terpenting, dalam hidupnya petuah orang tua yang
disampaikan. “Jadilah orang yang memberikan manfaat bagi orang
lain,” ucapnya (Dikutip dalam modul: Hero ASN, Pusbangpeg ASN,
BKN, 2018).

Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif


untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert
network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya,
dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessons learned) (Thomas H.& Laurence, 1998). ASN pembelajar
dapat juga berpartisipasi untuk aktif dalam jaringan para ahli
sesuai dengan bidang kepakarannya dalam proses transfer
pengetahuan keahlian. Jadi ASN dapat aktif dalam jejaring
pengetahuan tersebut untuk memutakhirkan pengetahuannya dan
dapat juga menyediakan dirinya sebagai ahli/sumber pengetahuan

45
itu sendiri, yang dapat mentrasfer pengetahuannya kepada pihak
lain yang membutuhkannya.

Tugas Individu:
Buka dan baca artikel Energi Baik itu Bernama “Berbagi Ilmu”
ditulis Fifin Nurdiyana, tanggal 3 Agustus 2018, link:
https://www.kompasiana.com/fifinfiqih/5b6416ea5a676f4a
33429e45/energi-baik-itu-bernama-berbagi-ilmu
1. Belajar dari artikel di atas, buatlah dalam kalimat aktif,
tindakan apa yang akan Saudara lakukan dalam upaya berbagi
ilmu pengetahuan di lingkungan pekerjaan Saudara nanti?
Tulis dan ungkapkan dalam kelas!
2. Pelajari contoh lain berbagi ilmu dalam tokoh atau sosok yang
Saudara anggap penting, tuliskan praktek berbagi yang akan
dan atau telah Saudara praktekan dalam kehidupan Saudara!

E. Melaksanakan tugas terbaik

Sumber:
Khoo & Tan, 2004

46
1. Pengetahuan menjadi karya
Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya
manusia. Saat ini, tuntutan organiasi bergeser dari struktur
hierarkis kepada struktur lebih matriks. Pada masa lain,
tuntutan lingkungan mungkin bisa kembali ke arah yang lebih
hirakhis untuk optimalisasi organisasi. Dalam konteks ini energi
kolektif setiap pegawai merupakan salah satu elemen penting
dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan kinerja
organisasi.

Sumber:
Khoo & Tan, 2004

Kontribusi terbaik dalam pekerjaan berbasis pengetahuan yang


bertumpu pada pelatihan dan pendidikan berkelanjutan
(Aldisert, 2002). Dalam konteks ini sangat relevan jika setiap
ASN dapat mengubah pola pikir pelatihan sebagai biaya menjadi
pelatihan sebagai investasi. Ketika menganggap modal manusia
sebagai fondasi nilai instansi, tidak punya pilihan selain
mengambil tindakan meningkatkan aset modal insani.
Investasikan pada talenta ASN, dengan cara demikian telah

47
meningkatkan modal organisasi dan nilai instansi tempat ASN
bekerja secara keseluruhan.

Salah satu kecenderungan suatu organisasi akan


mempekerjakan pegawainya secara optimal dari sosok pegawai
yang gemar dan mutakhir keahliannya sekaligus aktif
mewujudkannya (Aldisert, 2002). Sukses ditentukan oleh
seberapa banyak tindakan yang ASN ambil dan bukan hanya
oleh seberapa banyak pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Pengetahuan dapat dipelajari dan kemampuan dapat
diperoleh. Tetapi tindakan adalah satu-satunya sumber daya
yang perlu setiap ASN keluarkan sesuai potensi yang ada di
dalam dirinya.

Sumber:
Khoo & Tan, 2004

Oleh karena itu perwujudan pengetahuan dalam karya


terbaik pekerjaan menjadi sangat penting. Hal ini tentu saja
dimensi emosi psikologis merupakan modal penting dalam
upaya mendorong perilaku karya-karya terbaik dalam

48
pekerjaan. Keadaan emosional seperti 'kegembiraan', 'gairah',
'kepercayaan diri', 'kebahagiaan', 'kegembiraan' dapat
membuat setiap pegawai mengambil tindakan dan tampil dalam
keadaan puncak terbaik atau kesuksesan pekerjaan. Sebaliknya
keadaan seperti 'takut', 'kecemasan', 'stres', 'kelembaman',
'depresi', dan 'kelelahan' dapat menahan tindakan kerja secara
maksimal (Khoo & Tan, 2004). Dengan demikian dimensi emosi
sukses yang diperlukan setiap ASN, antara lain, yaitu: motivasi
tinggi, kegembiraan, keyakinan, gairah, kebahagiaan, energi,
dan rasa ingin tahu dengan menghindarkan stres yang
berlebihan, kekhawatiran, dan kemarahan.

2. Tugas: Identifikasi Tipikal Individu


Tandai daftar tipikal individu yang dapat menahan kesuksesan
pekerjaan Anda:
1. Frustrasi.
2. Ketakutan
3. Kemalasan
4. Penundaan
5. Kegembiraan
6. Kecemasan
7. Kebahagiaan
8. Kelelahan
9. Kantuk
10. Kebosanan
11. Depresi
Bagaimana dalam pengalaman Saudara terkait dengan tipikal
tersebut diatas, jelaskan!

49
Khoo & Tan (2004) menekankan beberapa upaya
membangun keyakinan diri untuk bekerja terbaik, yaitu:
• Pertama, pikirkan saat di masa lalu ketika Anda merasa
benar-benar Percaya Diri;
• Kedua, berdirilah seperti Anda akan berdiri jika Anda merasa
benar-benar Percaya Diri;
• Ketiga, bernapaslah seperti Anda akan bernapas jika Anda
merasa benar-benar Percaya Diri;
• Keempat, miliki ekspresi wajah, fokus di mata Anda ketika
Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Kelima, beri isyarat seperti yang Anda lakukan jika Anda
merasa benar-benar Percaya Diri; dan
• Terakhir, katakan apa yang kamu mau, katakan pada diri
sendiri jika Anda merasa benar-benar percaya diri (gunakan
volume, nada, dan nada suara yang sama).

30% 30%

menyerah menyerah
Sumber:Khoo & Tan, 2004

50
3. Makna hidup dan bekerja baik
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang. Beberapa pertanyaan yang layak untuk direnungkan,
antara lain: Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang
sebenarnya mendorong dalam hidup Anda? Mengapa Anda
melakukan apa yang Anda lakukan? Apa yang mendorong
keputusan Anda dan pilihan yang Anda buat terus-menerus?
Rahasia Kinerja Puncak bahwa perilaku Anda lebih didorong oleh
emosi daripada logika. Apa yang Anda lakukan lebih didasarkan
pada apa yang ingin Anda lakukan daripada apa yang Anda pikir
harus Anda lakukan. Secara logis, Anda tahu bahwa Anda harus
mengambil tindakan dan menindaklanjuti tujuan Anda, tetapi
secara emosional, Anda mungkin tertahan oleh perasaan lesu
atau bahkan takut.

Bagaimana cara menemukan makna nilai yang Anda


anggap penting. Khoo & Tan (2004) menguraikan dalam formula
pertanyaan relfektif, yang dapat membantu menemukan nilai
yang Anda anggap penting, yaitu:
3.1 Apa yang paling penting bagi saya dalam hidup?
Kebahagiaan Pribadi? Keluarga? Kesehatan? Cinta?
Kebebasan? Keamanan? Seru? Popularitas? Pengakuan?
Ingat: Anda harus menemukan nilai (keadaan emosional) apa
yang Anda sayangi dan bukan objek fisik. Jika Anda
mengatakan 'mobil saya', lalu tanyakan apa yang diberikan
mobil Anda kepada Anda? Apakah itu Kenyamanan?
Kekuasaan? Prestise? Tuliskan ini sebagai nilai-nilai Anda
3.2 Atau, keadaan emosi positif apa yang paling ingin saya capai?

51
Anda juga bisa bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini
untuk mendapatkan nilai-nilai Anda.
3.3 Atau, apa yang paling penting bagi saya dalam hidup?
Kebahagiaan Pribadi? Keluarga? Kesehatan? Cinta?
Kebebasan? Keamanan? Seru? Popularitas? Pengakuan?
Ingat: Anda harus menemukan nilai (keadaan emosional) apa
yang Anda sayangi dan bukan objek fisik. Jika Anda
mengatakan 'mobil saya', lalu tanyakan apa yang diberikan
mobil Anda kepada Anda? Apakah itu Kenyamanan?
Kekuasaan? Prestise? Tuliskan ini sebagai nilai-nilai Anda.

Selanjutnya, pikirkan terakhir kali Anda sangat


termotivasi untuk melakukan sesuatu. Keadaan emosi positif
apa yang sedang Anda tuju? Misalnya, Anda pernah sangat
termotivasi untuk mengikuti kompetisi pidato atau pencarian
bakat. Tanyakan pada diri sendiri, 'Kondisi emosional apa yang
ingin Anda capai?' Apakah kepuasan yang datang dengan
Ketenaran? Prestasi? Pertumbuhan pribadi atau Kepuasan?
(Khoo & Tan, 2004). Sekali lagi, ini akan menjadi indikasi nilai-
nilai seseorang.

F. Ringkasan

Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini


beberapa materi pokok dalam bab ini sebagai berikut:

1. Berkinerja yang BerAkhlak:


• Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja.

52
• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi
sebagai pelayan publik.
• Perilaku etika profesional secara operasional tunduk
pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
konektivitas dalam basis online network.
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin
dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau
tempat lain.
• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di
kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali
menjadi ajang transfer pengetahuan.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu
aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka
(Knowledge Fairs and Open Forums).
• Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang
terkandung dalam dokumen kerja seperti laporan,

53
presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya
ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge
Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan
jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons
learned).

4. Melakukan kerja terbaik:


• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan
kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya
tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting
dalam hidup seseorang.

G. Evaluasi

1. Sebutkan ciri-ciri yang berkaitan dengan ASN berkinerja yang


berAkhlak dengan memberikan tanda silang (X) pada
pernyataan Benar (B) atau Salah (S):
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan pelayanan,
kompetensi, dan berkinerja (B - S).
b. ASN terikat dengan etika profesi ASN sebagai pelayan
publik (B - S).

54
c. Perilaku etika professional ASN secara operasional
tunduk pada perilaku berAkhlak (B - S).
2. Berikut pernyataan di bawah ini menggambarkan perilaku
kompeten ASN untuk meningkatkan kompetensi diri yang
relevan/tepat dengan memberikan tanda Benar (B) atau Salah
(S):
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah diperlukan
diutamakan untuk jabatan strategis di lingkungan ASN
(B - S).
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (B - S).
c. Perilaku ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas
dalam basis online network (B - S).
d. Sumber pembelajaran bagi ASN antara lain dapat
memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan,
yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja (B - S).
e. Pengetahuan ASN dihasilkan jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi (B - S).

3. Perilaku kompeten ASN dalam membantu orang lain belajar


yang tepat di bawah ini dengan memberikan tanda Benar (B)
atau Salah (S):

55
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di
kafetaria kantor sering kali tidak menjadi ajang transfer
pengetahuan, tetapi lebih sebagai obrolan santai kurang
bermakna pengetahuan (B - S).
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu
aktif dalam forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums), dimana setiap ASN wajib melanjutkan kepada
pendidikan lebih tinggi (B - S).
c. Mengambil pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti memo, laporan, presentasi,
artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan
diambil (Knowledge Repositories) merupakan bagian
perilaku kompeten yang diperlukan (B - S).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge
Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan
jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessons learned) adalah bagian ciri dari perilaku
kompeten ASN (B - S).

4. Upaya melakukan kerja terbaik sebagai bagian perilaku


kompeten ASN yang sesuai di bawah ini dengan memberikan
pernyataan Benar (B) atau Salah (S):
a. Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui adaptasi terhadap

56
perubahan lingkungan dan melakukan karya terbaik bagi
pekerjaannya (B - S).

b. Berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak


dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam
nilai hidup seseorang (B - S).

57
BAB V
PENUTUP

Pembahasan keseluruhan dalam modul ini menjelaskan


pokok-pokok dan penerapan perilaku pengembangan kompetensi
yaitu: Tantangan Lingkungan Strategis, Kebijakan Pembangunan
Aparatur, Kebijakan dan Program Pengembangan Kompetensi, dan
Perilaku Kompeten. Dengan penguraian keseluruhan aspek
tersebut diharapkan peserta latsar CPNS mendapatkan
pemahaman yang sama tentang perlunya komprehensivitas dalam
melakukan pengembangan kompetensi sesuai dengan dinamika
lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini,
diharapkan menjadi bagian ecosystem pembangunan budaya
instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar (organizational
learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul
dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat
dinamis dan kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis
dan teknologi yang berubah cepat.
Agar pembelajaran ini efektif dalam menguatkan
perilaku kompeten, setiap peserta latsar CPNS agar membuat
Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten di Tempat
Kerja, dengan menuangkannya dalam Formulir Agenda Rencana
Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten, dalam lampiran
modul ini.

58
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku dan Jurnal

Martin, Lexy & Harris, Stacey. Global Human Capital Management Best
Practices, Research and Analytics at Sierra-Cedar, Sierra-Cedar, Inc., 2015.

Aggarwal, Gunjan dkk. How Digital Transformation Elevates Human


Capital Management, FORBES INSIGHTS, 2016.

Merlevedes, Patrick, Talent Management: A on Focus


Excellence: Managing Human Resources in a Knowledge Economy 1st
edition © 2014.

Pusat Pengembangan Kepegawaian ASN BKN, Implementasi Manajemen


Talenta di Instansi Pemerintah (Modul), 2018.

Jalis, Ahmad. Sistem Merit dan Manajemen ASN (Modul), LAN-KPK, 2021.
Blaschke, Lisa Marie. Heutagogy and Lifelong Learning: A Review of
Heutagogical Practice and Self-Determined Learning. The International
Review of Research in Opern and Distance Learning, May 2014.

Blaschke, Lisa Marie & Hase, Stewart. Heutagogy and digital media
networks: Setting students on the path to lifelong learning. Pacific Journal
of Technology Enhanced Learning, 2019.

Davenport, Thomas H & Prusak, Laurence. Working Knowledge: How


Organizations Manage What They Know. Harvard Business School Press,
1998.

Aldisert, Lisa M. How Human Capital Can Be Your Strongest Asset.


Published by Dearborn Trade Publishing, Kaplan Professional Company,
2002.

Khoo, Adam & Stuart Tan. MASTER YOUR MiND DESIGN YOUR: Proven
Strategies that Empower You to Achieve Anything You Want in Life.
Published by Adam Khoo Learning Technologies Group Pte Ltd 10 Hoe
Chiang Road #01-01 Keppel Towers, Singapore, 2004.

Millar, Carla CJM, Groth, Olaf, Mahon, John F, Management Innovation in a


VUCA World: Challenges and Recommendations, October 2018, California

59
Management
Review.https://www.researchgate.net/publication/328158276_Manage
ment_Innovation_in_a_VUCA_World_Challenges_and_Recommendations.

Denton, John, Organisational Learning and Effectiveness, London, the


Taylor & Francis e-Library, USA: 2001.

Thijssen, Thomas P. T., Maes, Rik and Vernooij ,Fons T.J., Learning by
Sharing: a Model for Life-Long Learning, January 2002 (See discussions,
stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/254775929).

Margie, Warell. Learn, Unlearn and Relearn: How to Stay Current and Get
Ahead.Forbes.com,tautan:https://www.forbes.com/sites/margieewarrel
l/2014/02/03/learn-unlearn-and-relearn/?sh=bc7f9e5676fe);

AlfinToffler, Future Shock. Bantam Books: New York, 1971.

Khairina F. Hidayati, Tayang 28 Des


2020https://glints.com/id/lowongan/learn-unlearn-
relearn/#.Ydke_xNBw-d

Daftar Perundang-Undangan

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Manajemen ASN

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Jo 17 Tahun 2020 Tentang


Manajemen PNS

Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK

Peraturan Presiden 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS

PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN

PermenpanRB Nomor 3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta ASN

PermenpanRB Nomor 8 Tahun 2021 tentang Manajemen Kinerja PNS

Surat Edaran MenpanRB Nomor 21 Tahun 2021 tentang Implementasi


Core Values dan Employer Branding ASN

60
Peraturan BKB Nomor 26 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Penilaian
Kompetensi

Peraturan BKN Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengembangan Karier PNS

Peraturan LAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan


Kompetensi PNS

61
Lampiran:
Formulir Agenda Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku
Kompeten

Tulis Kaitan
dengan Tiga
Target
No Kegitan Aspek Keterangan
Waktu
Perilaku
Kompeten
1 2 3 4 5
Tulis Tuliskan Tuliskan Tulis target Tuliskan
nomor rencana kaitannya waktunya kaitannya
urut aksinya dengan dengan
kegiatan aspek pekerjaan
perilaku
kompeten

62
1 63
i 64
Hak Cipta © pada:
Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

HARMONIS
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Jarot Sembodo, S.E., M.Ak., Ak.

EDITOR: Muhammad Rezky Aditya Ardiyan, S.E.


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021

ISBN:

65
Modul Harmonis

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan
yang dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi.Pelatihan
Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang
dilakukan secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung
terwujudnya Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari
beberapa mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar
Pelatihan Dasar CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar
dalam menumbuh kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang
sesuai agenda dalam pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena
bahan ajar ini merupakan produk yang dinamis, maka para pengajar
dapat meningkatkan pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam
mentransfer isi bahan ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS.
Selain itu, peserta Pelatihan Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah
isi dari bahan ajar Pelatihan Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang
diharapkan penulis, yaitu pemahaman secara keseluruhan dan
kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan
i
Modul Harmonis

sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)


peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan
saran perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar
ini merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu
diperkaya demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan
kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang
konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

ii
Modul Harmonis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat Mata Diklat .......................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 1
C. Metodologi Pembelajaran.................................................................. 2
D. Kegiatan Pembelajaran ............................................................................. 2
E. Sistematika Modul ................................................................................ 3
BAB II ............................................................................................................................... 5
KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA .................. 5
A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia ..................... 5
B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan
Kebangsaan ............................................................................................. 7
C. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan .......................... 10
D. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN 14
E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa....................... 17
F. Latihan dan Tugas .............................................................................. 20
BAB III .......................................................................................................................... 21
MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA DAN MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT 21
A. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN .... 21
B. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis. 25
C. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya
Harmonis ................................................................................................ 33
D. Latihan dan Tugas .............................................................................. 36

iii
Modul Harmonis
BAB IV .......................................................................................................................... 38
STUDI KASUS........................................................................................................ 38
PENERAPAN NILAI HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA. 38
A. Materi Studi Kasus .............................................................................. 38
B. Latihan dan Tugas .............................................................................. 41
C. Praktik Studi Kasus Mandiri ........................................................... 41
BAB V ............................................................................................................................ 43
KESIMPULAN DAN PENUTUP ....................................................................... 43
A. Kesimpulan................................................................................................. 43
B. Penutup........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 45

iv
Modul Harmonis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat Mata Diklat


Perkembangan dan kemajuan zaman memberikan tantangan bagi
pelayan masyarakat dalam pemerintahan untuk memiliki
kemampuan yang mumpuni. Setiap abdi negara perlu memiliki
kempetensi teknis sesuai bidang tugas dan kopetensi manajerial
serta sosio kultral dalam rangka bersinergi dan berkolaborasi
untuk terciptanya layanan prima bagi masyarakat.
Sebagai perwujudan hal tersebut telah di tetapkan nilai dasar
yang menjadi standar kompetensi bagis setiap ASN, dengan
akronim BerAKHLAK, yaitu Beroientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Mata Pelatihan Harmonis dalam Latsar BerAKHLAK ini
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kepada setiap
CPNS dalam Latsar ASN mengenai keberagaman berbangsa, rasa
saling menghormati, dan bagaimana menjad pelayan dan abdi
masyarakat yang baik.
Setelah memperoleh pengetahuan dan pemahaman tersebut
maka ASN akan mampu menunjukkan kemampuan menciptakan
suasana harmonis dilingkungan bekerja, memberikan layanan
yang berkeadilan kepada masyarakat, serta dapat menunjukkan
perilaku yang beretika dan menjadi perekat bangsa dalam segala
aspek kehidupan sebagai warga negara.

B. Tujuan Pembelajaran
Mata pelatihan ini bertujuan membentuk ASN yang mampu

1
Modul Harmonis

mengaktualisasikan nilai harmonis dalam pelaksanaan tugas dan


jabatannya. Indikator keberhasilan pelatihan sebagai berikut:
1. Memahami dan menjelaskan keanekaragaman bangsa
Indonesia serta dampak, manfaat dan potensi disharmonis di
dalamnya.
2. Menjelaskan dan menerapkan nilai harmonis sesuai kode etik
ASN secara konseptual teoritis yang meliputi saling peduli
dan meghargai perbedaan, serta memberikan contohperilaku
dengan menghargai setiap orang apapun latar belakangnya,
suka menolong orang lain serta membangun lingkungan kerja
yang kondusiif.
3. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan harmonis
secara tepat.

C. Metodologi Pembelajaran
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan orang dewasa
(andragogy). Pembelajaran di berikan dengan berbagai metode,
meliputi paparan, ceramah, diskusi, latihan dan studi kasus. Hal ini
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ASN yang dapat
menciptakan suasana harmonis dalam lingkungan bekerja,
kehidupan bernegara dan memberikan layanan kepada
masyarakat.
Evaluasi kepada peserta berasal dari penilaian sikap perilaku, hasil
latihan atau studi kasus, dan nilai ujian yang diberikan.

D. Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta setelah menerima material pembelajaran dapat
melakukan belajar mandiri membaca dan memahami isi
modul

2
Modul Harmonis

2. Untuk Bab 2-4 Peserta dapat mengerjakan latihan soal dan


tugas mandiri
3. Faslitator pada pembelajaran di kelas (baik on line ataupun
offline) dapat memaparkan dan berdiskusi di kelas mengenai
pemahaman peserta terkait materi pada Bab 2-5
4. Fasilitator menjelas kan mekanisme studi kasus dan melatih
peserta mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan
dalam studi kasus
5. Peserta melakukan praktik mandir mengerjakan studi kasu
yang diberikan
6. Setelah proses pembelajaran fasilitator dapat mengevaluasi
hasil proses pembelajaran.

E. Sistematika Modul
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini ber i s i deskripsi singkat mata pelajaran, tujuan
pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan
Sistematika Modul Pembelajaran.

BAB II KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA


Bab ini memuat uraian tentang Keanekaragaman Bangsa
dan Budaya Indonesia, Potensi dan Tantangan dalam
Keanekaragaman bagi ASN, Sikap ASN dalam
Keanekaragaman.

BAB III MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM


PELAYANAN ASN KEPADA MASYARAKAT

3
Modul Harmonis

Bab ini memuat Pengertian dan arti pentingnya susana


harmonis dalam Pelayanan ASN, Dasar-dasar nilai etika
ASN, Penerapan etika ASN secara individu, Penegakkan
etika ASN dalam Organisasi, Etika ASN dalam
bermasyarakat, serta Upaya ASN Mewujudkan
Keharmonisan.

Bab IV STUDI KASUS


Bab ini memberikan contoh studi kasus potensi
disharmonis pada suatu instansi pemerintahan dalam
melayani masyarakat kemudian melatih kemampuan
untuk menidentifikasi permasalahan, menganalisis
penyabab dan solusi menciptakan suasana harmoni

Bab V KESIMPULAN dan PENUTUP


Bab ini berisi Arti pentingnya susana harmonis dalam
Pelayanan ASN, Tantangan dalam mewujudkan
Keharmonisan, Upaya Mewujudkan Keharmonisan.

4
Modul Harmonis

BAB II
KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA

Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta
dampak, manfaat dan potensi disharmonis di dalamnya.

A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia


Republik Indonesia (RI) adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi
garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan
Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.
Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020,
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati,
suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam berupa
mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan
diseluruh Indonesia.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan
rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni
Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa
Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami
Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah
suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 42% dari seluruh
penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka
tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna

5
Modul Harmonis

keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara.


Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas,
Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia 30 juta jiwa. Daftar
keberagaman suku bangsa indonesia dapat dilihat dalam Lampiran 1
modul ini.
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena
kondisi letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua
benua dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang
membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak
terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
1. Kesenian
2. Religi
3. Sistem Pengetahuan
4. Organisasi social
5. Sistem ekonomi
6. Sistem teknologi
7. Bahasa.
Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran
nasional yang mengandung citacita dan pendorong bagi suatu bangsa,
baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan
maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita sebagai warga
negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap
bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih

6
Modul Harmonis

unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki
semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita
harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan
bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan
persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan


Kebangsaan
Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahawa pada masa lalu

7
Modul Harmonis

bangsa kita adalah bangsa yang besar. Pada masa jayanya kepulauan
nusantara pernah berdiri kerajaan besar seperti Sriwijaya dan
Majapahit.
Namun setelah era kejayaan kedua kerajaan besar tersebut, nusantara
terpecah belah sehingga akhirnya jatuh dalam kolonialisme negara
penjajah. Terhitung beberapa negara yang telah nenjajah kepulauan
nusantara. Mulai dari bangsa Portugis dan Inggris yang meliputi
antara lain wilayah Malaka, Demak, Maluku, Mataram, dan Sunda
Kelapa. Kemudian hadirnya VOC/Belanda yang mengambil alih
beberapa wilayah hingga hampir meliputi seluruh wilayah Indonesia
saat ini. Hingga akhirnya pada masa perang dunia kedua Indonesia
jatuh ke tangan Jepang yang menguasai wilayah Asia.
Perjuangan untuk menjadi bangsa merdeka terus dilakukan pada
beberapa wilayah Indonesia. Perlawanan sampai awal abad ke-20
terhadap Belanda tidak dapat terusir dari tanah air Indonesia.
Beberapa kelemahan perjuangan Bangsa Indonesia yang membuat
gagalnya perlawanan tersebut antara lain :
1. Perlawanan dilakukan secara sporadis dan tidak serentak
2. Perlawanan biasanya dipimpin oleh pimpinan kharismatik
sehingga tidak ada yang melanjutkan
3. Sebelum masa kebangkitan nasional tahun 1908 perlawanan
hanya menggunakan kekuatan senjata
4. Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et
impera/politik memecah belah bangsa Indonesia)
Sejarah juga memberikan pembelajaran, kelahiran Budi Oetomo Tahun
1908 dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan Nasional karena
menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan
perjuangan sebelumnya. Kebangkitan nasional mendorong perjuangan

8
Modul Harmonis

kemerdekaan dapat berhasil jika bangsa Indonesia Bersatu, yang


gelombang nya memuncak pada saat kongres Pemuda dengan
merumuskan Sumpah Pemuda. Dimana istilah satu Indonesia dan untuk
pertama kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang
telah dimiliki bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka
tunggal ika telah lama dimiliki bangsa di nusantara.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri
bangsa.
Istilah tersebut diadaptasi dari sebuah kakawin peninggalan Kerajaan
Majapahit. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan
oleh Mpu Tantular dalam kitabnya, kakawin Sutasoma. Dalam bahasa
Jawa Kuno kakawin artinya syair. Kakawin Sutasoma ditulis pada
tahun 1851 dengan menggunakan aksara Bali, namun berbahasa Jawa
Kuno. Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' terdapat pada pupuh 139
bait 5. Berikut bunyi petikan pupuh tersebut:
"Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan
kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa".
Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat
yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa
dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Terpecahbelahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan
dalam kebenaran.
Dalam kakawin tersebut, Mpu Tantular mengajarkan makna toleransi
antar umat beragama dan dianut oleh pemeluk agama Hindu dan
Buddha. Semboyan "Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa"

9
Modul Harmonis

sendiri digunakan untuk menciptakan kerukunan di antara rakyat


Majapahit dalam kehidupan beragama.
Pada masa perjuangan kemerdekaan dijelaskan, pendiri bangsa yang
pertama kali menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah Moh Yamin.
Dia mengucapkannya di sela-sela sidang BPUPKI. Kemudian I Gusti
Bagus Sugriwa, tokoh yang berasal dari Bali, menyahut dengan ucapan
"tan hana dharma mangrwa".
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
1951 tentang Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan
huruf latin dalam bahasa Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara.
Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai berikut:
"Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan
dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA."
Nampak jelas bahwa para pendiri bangsa sangat peduli dan penuh
kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan perkumpulan bangsa
yang berbeda dan hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling
menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.
Sejarah kejayaan bangsa dan kelamnya masa penjajahan karena
terpecah belah telah membuktikan hal tersebut.

C. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan


Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme
kebangsaan, yaitu aliran modernis, aliran primordialis, aliran
perenialis, dan aliran etno.
1. Perspektif modernis dipelopori diantaranya oleh Ben Anderson
(1991), J. Breully (1982,1996), C. Calhoun (1998), E. Gellner (1964,
1983) E. Hobsbawn (1990), E. Kedourie (1960). Perspektif
modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari

10
Modul Harmonis

modernisasi dan rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara


Birokratis, ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang otonomi
manusia. Perspektif modernis memandang dunia pra modern
berupa formasia politik yang heterogen (kerajaan, negara – kota,
teritori teokrasi, dilegitimasikan oleh prinsip dinasti, agama,
ditandai keragaman bahasa, budaya, batas territorial yang cair, dan
terpenggal, stratifikasi sosial dan regional, menjadi lenyap dengan
hadirnya Negara bangsa.
Menurut John Hutchison (2005:10-11) dalam aliran modernis, ada
lima aspek utama dalam formasi kebangsaan ;
a. Unit politik sekuler, muncul dari gagasan kedaulatan rakyat
dan mencari wujudnya dalam bentuk Negara yang
independen dan dipersatukan oleh hak hak
kewarganegaraan universal
b. Teritori yang terkonsolidasikan, dengan skala baru
organisasai yang diusung oelh Negara birokratis, ekonomi
pasar, jaringan komunikasi yang lebih intensif
c. Secara etnis lebih homogen dibanding dengan masyarakat
polietnis sebelumnya, berkat kebajikan polisi Negara,
bahasa resmi Negara, pengajaran etos patriotic dan
peminggiran minoritas
d. Unit budaya tertinggi berlandaskan pada standarisasi
budaya baca tulis dan kapitalisme percetakan, dimana genre
baru surat kabar, novel, menyediakan dasar yang
diperlukan bagi keterasingan masyarakat industrial
e. Munculnya kelas menengah baru yang mudah berpindah
(mobile) dan mendominasi kehidupan nasional. Para ahli
perspektif modernis menolak keterkaitan antara komunias

11
Modul Harmonis

etno-religious dan tradisi masa lalu, karena dianggap


sebagai periode pra politik. Perspektif modernis sangat
menekankan semangat kebaruan (novelty) dari bangsa,
serta munculnya sebagai hasil bentuk organisasi modern.
Menurut John Hutchison, ada beberapa kelemahan dalam aliran
modernis ini yaitu:
f. Pada banyak periode sejarah, etinisitas menyediakan
kerangka penting bagi identitas kolektif dan tindakan politik
kolektif
g. Aliran modernis gagal mengakui adanya keragaman
perbedaan sumber daya yang tidak bisa diprediksi dan
dinamisme dalam era modern yang dapat bertindak sebagai
katalis bagi formasi etnisitas
h. Meski banyak identitas etnisitas yang memudar, akan tetapi
pada bagian lainnya, etnisitas menjelma dan masuk kedalam
sastra, institusi keagamaan, ode kode hukum, serta
mempengaruhi representasi sosial politik yang lebih luas,
dan pada taraf tertentu sama dengan bangsa modern
i. Penekanan yang berlebihan pada karakter statis daribangsa,
akibatnya gagal mengakui kerapuhan dari negara dalam
dunia modern, yang mengarah kepada kebangkita etno
komunal, yang hendak merestrukturisasi komunitas politik
modern, meredefinisi bentangan territorial, karakter
budaya, dan konsep kewargaan, seperti yang muncul di
beberapa Negara Eropa Timur pada beberapa decade lalu
hingga sekarang. Hal ini membuktikan bahwa etnisitas tidak
bisa dipandang sebagai residuan dan reaktif semata.
j. Prinsip prinsip etnik pada taraf tertentu mendefinisikan

12
Modul Harmonis

watak dari kebangkitan kembali, dan memiliki efek yang


berbeda dalam formasi Negara modern.
2. Berbeda dengan perspektif modernis, aliran Primordialis dengan
tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa merupakan
sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarahmanusia
dan memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan
generasi masa kini.
3. Berikutnya aliran perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian
Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa ditemukan di pelbagai
zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam
perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern
bukanlah sesuatu yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan
dari periode sebelumnya.
4. Akhirnya aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya
John Amstrong (1982) dan Anthony Smith (1986)‘ aliran ini
mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18,
merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang
pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang. Dari
perspektif primordialis, etnosimbolis melihat perlunya
memperhitungkan kekuatan efektif yang berjangka panjang dari
sentiment dan symbolsymbol etnis. Dari perspektif perenialis,
etnosimbolis mengambil sisi perlunyamemperhitungkan
kehadiran dunia politik etnis yang kompleks dalam sejarah, dan
perannya dalam menyediakan blok bangunan modern. Dari
perspektif modernis, etnosimbolis mengambil sisi tentang
perbedaan bangsa yang muncul pasca abad ke-18, serta peran
penting yang dimainkan ideology nasionalisme dan proses sosial

13
Modul Harmonis

baru seperti sekulerisasi, birokratisasi, industrialisasi.

D. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN


Dalam konteks kebangsaan, perspektif etnosimbolis lebih mendekati
kenyataan di Indonesia. Sejarah telah menunjukkan bahwa para
pendiri bangsa yang tergabung dalam BPUPKI, berupaya mencari titik
temu diantara berbagai kutub yang saling berseberangan. Kebangsaan
Indonesia berupaya untuk mencari persatuan dalam perbedaan.
Persatuan menghadirkan loyalitas baru dan kebaruan dalam
bayangan komunitas politik, kode kode solidaritas, dan institusi sosial
politik. Hal ini terutama di representasikan dengan Negara persatuan
– dengan segala simbolnya- untuk mengatasi faham golongan dan
perseorangan, konstitusi dan perundang undangan, ideology
pancasila, kesamaan warga di depan hukum, dan bahasa persatuan.
Perbedaan dimungkinkan dengan menghormati masa lalu,
keberlanjutan etnisitas, warisan kerajaan, kearifan lokal tradisional,
budaya dan bahasa daerah, penghormatan terhadap hak hak adat,
golongan minoritas, serta kebebasan untuk memeluk dan
mengembangan agama dan keyakinan masing masing.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan
tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada
yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan
negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara
di dunia

14
Modul Harmonis

5. Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para


wisatawan dapat tertaarik dan berkunjung di Indonesia
6. Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan
lapangan pekerjaan
7. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8. Sebagai media hiburan yang mendidik
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara
Indonesia
10. Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat
keberagaan budaya yang kita miliki
Selain memberikan manfaat tersebut keanekaragaman juga
memberikan tantangan kepada negara kita. Keberagaman bangsa
Indonesia juga merupakan tantangan berupa ancaman, karena dengan
adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat penduduk Indonesia
berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang
akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Hal ini Nampak bagaimana dengan mudahnya bangs akita
dimasa lalu di pecah belah oleh bangsa penjajah.
Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti
perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat
mencapai tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat
sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang

15
Modul Harmonis

tidak tegas atau lemah.


5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan
norma yang berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada
persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial, dan
pertentangan (disharmonis)
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa
perasaan kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling
baik, paling benar, dan paling hebat sehingga mengukur
kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap
etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga
kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang
dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik.
Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan,
sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.
Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan gejala yang dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian
disharmonis di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kondisi sebagai berikut.
1. Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang
satu dengan suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga
memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem kekerabatan,
norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru
terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan disharmonis
dalam masyarakat.

16
Modul Harmonis

2. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok


yang memiliki keyakinan atau agama berbeda. Disharmonis ini
bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain,
atau antara kelompok dalam agama tertentu.
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu
dengan ras yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap
rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda
berdasarkan ras.
4. Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar
kelompok dalam masyarakat atau golongan dalam masyarakat.
Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan
atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dansebagainya.

E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa


Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman
bangsa dan budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep
dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi dan tantangannya
maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan
fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang
berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain.
Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation
building) meruapkan sesuatu yang harus terus menerus dibina,
dilakukan dan ditumbuh kembangkan. Dengan demikian, keberadaan
Bangsa Indonesia terjadi karena dia memiliki satu nyawa, satu asal
akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu
kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan
kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah

17
Modul Harmonis

geopolitik nyata. Sebagai persenyawaan dari ragam perbedaan suatu


bangsa mestinya memiliki karakter tersendiri yang bisa dibedakan
dari karakter unsur unsurnya.
Selain kehendak hidup bersama, keberadaan bangsa Indonesia juga
didukung oleh semangat Gotong Royong. Dengan Kegotong Royongan
itulan, Negara Indonesia harus mampu melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Nasionalisme Indonesia, bukan membela atau
mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari
territorial Indonesia.
Negara juga diharapkan mampu memberikan kebaikan bersama bagi
warganya tanpa memandang siapa dan dari etnis mana, apa
agamanya. Semangat gotong royong juga dapat diperkuat dalam
kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan terus menerus
mengembangkan Pendidikan kewarganegaraan dan
multikulturalisme yang dapat membangun rasa keadilan dan
kebersamaan dilandasi dengan prinsip prinsip kehidupan public yang
lebih partisipatif dan non diskriminatif. Ada dua tujuan nasionalsime
yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam dan
keluar.
• Kedalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku,
etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh
dipandanga sebagai hal negative dan menjadi ancaman yang
bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi
secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling
memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan melalui
proses penyerbukan budaya.
• Keluar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang
memuliakan kemanuiaan universal dengan menjunjung tinggi

18
Modul Harmonis

persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar umat manusia.


Penanganan masalah akibat keberagaman budaya membutuhkan
pendekatan yang bijak karena masalah keberagaman berhubungan
isu-isu sensitif, seperti suku, agama, ras, dan antargolongan (sara).
Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya
diperlukan langkah dan proses yang berkesinambungan.
• Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang
pemerataan hasil pembangunan di segala bidang. Hal ini
disebabkan karena permasalahan yang ditimbulkan karena
perbedaan budaya merupakan masalah politis.
• Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormati
adanya perbedaan budaya melalui pendidikan pluralitas dan
multikultural di dalam jenjang pendidikan formal. Sejak dini,
warga negara termasuk ASN menanamkan nilai-nilai
kebersamaan, saling menghormati, toleransi, dan solidaritas
sosial sehingga mampu menghargai perbedaan secara tulus,
komunikatif, dan terbuka tanpa adanya rasa saling curiga.
Dengan demikian, model pendidikan pluralitas dan multikultur
tidak sekadar menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya,
namun juga memperkuat nilai-nilai bersama yang dapat
dijadikan dasar dan pandangan hidup bersama.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil
dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas
dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan
pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan
dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas

19
Modul Harmonis

menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung


tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan,
akuntabel, dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut
dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur
perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi
dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan
kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.

F. Latihan dan Tugas

1. Sebutkan dan Jelaskan keanekaragaman sukus bangsa dan


budaya dari tempat anda berasal dan berikan contohnya?
2. Jelaskan potensi dan tantangan keanekaragaman dilingkungan
anda bekerja?
3. Jelaskan sikap dan perilaku ASN dalam lingkungan yang penuh
dengan keberagaman?

20
Modul Harmonis

BAB III
MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA DAN MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA
MASYARAKAT

Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu memahami pentingnya nilai harmonis sesuai kode
etik ASN dan menerapkan nilai tersebut dalam melaksanakan fungsi
dan peran sebagai pelayan publik

A. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN


1. Pengertian Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious)
diartikaan sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim
dari kata harmonious antara lain canorous, euphonic,
euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic,
symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari harmonious
adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dan
tulisan kata ‘harmonis’ yang benar:
• har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni;
seia sekata;
• meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
• peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan
mengharmoniskan;
• ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis;
keselarasan; keserasian: ~ dl rumah tangga perlu

21
Modul Harmonis

dijaga.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani:
harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang
filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh,
seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang
manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut
sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang musik,
sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti
pengretian yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi
menekankan pada urutan bunyi dan nada yang serasi, tetapi
keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah
ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Di lain pihak dalam KBBI juga menyebutkan lawan kata
harmoni yaitu disharmoni/ dis·har·mo·ni/n yang mengandung
arti kejanggalan; ketidakselarasan. Anda dapat menyimak
sebuah lagu berjudul ‘disharmoni’ dari Grup Band Boomerang
yang dirilis pada Tahun 2006. Lagu tersebut dapat disimak
dalam laman you tube berikut
https://www.youtube.com/watch?v=bJ6T0hT-uTk. Semoga
dapat menggambar kan situasi dan kondisi disharmoni
tersebut.
Tentunya kita tidak menginginkan situasi dan kondisi
disharmoni tersebut terjadi dalam kehidupan kita bukan?
Begitu juga saat kita bekerja dan menjalankan tugas sebagai
ASN. Oleh karena itu kita sebisa mungkin mengantisipasi situasi
dan kondisi agar situasi harmonis tercipta dan potensi

22
Modul Harmonis

disharmoni dapat kita hindari.


2. Pentingnya Suasana Harmonis
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari
suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja
bisa memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya
memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Memperhatikan aspek filosofis dari kata pengertian harmonis
diatas, maka jika diibaratkan suatu aliran dalam seni musik
yang membicarakan tentang hubungan antara nada satu
dengan nada yang lain. Kaidah-kaidah yang dikemukakan oleh
seorang komponis dan ahli teori musik bernama Jean Philippe
Rameau (1683—1764) menjadi landasan dasar dalam seni
musik sampai akhir abad ke-19.Pada abad ke-20 tercipta efek-
efek harmoni baru karena adanya penggunaan penadaan baru.
Dalam suatu orkestra, Orkes Harmoni adalah seperangkat
orkes yang secara khusus meliputi alat-alat musik tiup dari
kayu, logam, dan alat musik pukul yang dapat dilengkapi
dengan bas-kontra.
Analogi yang sama dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat, Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk
mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat.
Hal ini diterapkan pada hubungan-hubungan sosial ekonomi
untuk menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial ekonomi yang
paling sempurna hanya dapat tercapai dengan meningkatkan
permusyawaratan antara anggota masyarakat. Pola ini juga
disebut sebagai pola integrasi.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan

23
Modul Harmonis

kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang


memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan
kepada pelanggan.
Brian Scudamore (seorang Founder dan CEO sebuah peruahaan
Brand) menyatakan beberapa hal tentang bagaimana membangun
kultur tempat kerja yang harmonis. Suasana tempat kerja yang
positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk
membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif.
Ketiga hal tersebut adalah:
a. Membuat tempat kerja yang berenergi
Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi
menghabiskan separuh hidupnya di tempat kerja. Untuk itu
tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa agar karyawan tetap
senang dan nyaman saat bekerja. Tata ruang yang baik dan
keberadaan ruang terbuka sangat disarankan. Desain ruang
terbuka dapat meningkatkan komunikasi, hubungan
interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal
mengurangi terjadinya disharmonis yang disebabkan
kurangnya komunikasi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan
kontribusi
Selalu ingat dalam sebuah organisasi Anda bukan satu-satunya
orang yang menjalankan alur produktivitas. Ketika Anda sudah
"mentok", ada baiknya Anda mencari ide dari orang-orang yang
berada dalam tim. Hal tersebut mampu meningkatkan
keterlibatan dan rasa memiliki karyawan dalam sebuah bisnis

24
Modul Harmonis

atau organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu
motivator terbaik di lingkungan kerja. Demikian juga rasa
memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi
kepada seluruh karyawan dapat meningkatkan rasa
kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan.

B. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


1. Pengertian Etika dan kode Etik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai
“the dicipline dealing with what is good and bad and with moral
duty and obligation”.
Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480)
mendefinisikan etka sebagai “an idea or moral belief that
influences the behaviour, attitudes and philosophy of life of a
group of people”. Oleh karena itu konsep etika seringdigunakan
sinonim dengan moral.
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang
baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
Dengan demikian etika lebih difahami sebagai refleksi atas
baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk

25
Modul Harmonis

ketentuanketentuan tertulis.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
2. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus
utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
3. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN)
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang
Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang

26
Modul Harmonis

Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri


Sipil.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen PNS
4. Kode Etik ASN
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian
dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU
ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan
dalam melaksanakan tugasnya;

27
Modul Harmonis

i. Memberikan informasi secara benar dan tidak


menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan.
5. Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri
sikap harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN
(lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders
eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah,
masih mewarisi kultur kolonial yang memandang birokrasi
hanya sebagai sarana untuk melanggengkan kekuasaan dengan
cara memuaskan pimpinan.
Berbagai cara dilakukan hanya sekedar untuk melayani dan
menyenangkan pimpinan. Loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, atau berusaha memenuhi kebutuhan
peribadi pimpinannya. Kalau itu yang dilakukan oleh para
pejabat publik, peningkatan kinerja organisasi tidak mungkin
dapat terwujud.
Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh
pejabat publik. Perubahan mindset ini merupakan reformasi
birokrasi yang paling penting, setidaknya mencakup
tiga aspek penting yakni:
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,

28
Modul Harmonis

yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di


dunia tapi juga di akhirat.
Semua pemimpin harus mempertanggung jawabkan
kepemimpinannya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Perubahan pola pikir yang juga harus dilakukan adalah
perubahan sistem manajemen, mencakup kelembagaan,
ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk mendukung
terwujudnya good governance.
6. Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi
Sebagai pelayan, tentu saja pejabat publik harus memahami
keinginan dan harapan masyarakat yang harus dilayaninya.
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
hak-haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi
dibidang telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi
telah mendorong munculnya tuntutan gencar yang dilakukan
masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan sudah
tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah
berubah. Oleh karena itu tuntutan masyarakat tersebut
merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya ditanggapi
para pejabat publik dengan melakukan perubahan paradigma
dalam penyelenggaraan pembangunan yang terarah bagi
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Kata ’good’ dalam ’good governance’ mengandung makna:
Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak masyarakat dalam pencapaian tujuan

29
Modul Harmonis

nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan


keadilan sosial; Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah
yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas untuk
mencapai tujuan tersebut. Adapun pengertian ’governance’
menurut UNDP yakni ”The exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a country’s affairs at all
levels of society”.
Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pembangunan dan
pelayanan publik, para pejabat publik dan seluruh ASN harus
dapat merealisasikan prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi hukum,
kesetaraan, dan lain-lain. Realitasnya, hambatan utama dalam
merealisasikan prinsip-prinsip tersebut adalah aspek
”moralitas”, antara lain munculnya fenomena baru dalam
masyarakat berupa lahirnya kebudayaan indrawi yang
materialistik dan sekularistik. Sementara itu perkembangan
moral dan spiritual mengalami pelemahan, kalaupun masih
tumbuh, ia tidak seimbang atau bahkan tertinggal jauh dari
perkembangan yang bersifat fisik, materi dan rasio. Orientasi
materialistik ini menyebabkan ukuran atau indikator
keberhasilan para pejabat publik hanya dilihat dari faktor fisik
semata, dengan mengabaikan moralitas dalam proses
pencapaiannya. Implikasinya, para pejabat publik hanya peduli
terhadap pembangunan fisik saja dengan mengabaikan aspek-
aspek moralitas dan spiritualitas, sehingga semakin sulit
mewujudkan prinsip-prinsip ’good governance’.
7. Etika ASN sebagai pelayan publik
Seperti telah sering diuraikan, norma etika yang berisi berbagai

30
Modul Harmonis

ketentuan dan kaidah moralitas memiliki perbedaan dalam


sistem sanksi jika dibandingkan dengan norma hukum. Sistem
sanksi dalam norma hukum sebagian besar bersifat paksaan
(coercive) dan karena itu memerlukan aparat penegak hukum
yang dibentuk atau difasilitasi oleh negara. Sebaliknya, sistem
sanksi dalam norma etika tidak selalu bersifat paksaan
sehingga pembebanan sanksi kepada pelanggar norma berasal
dari kesadaran internal, sanksi sosial atau kesepakatan
bersama yang terbentuk karena tujuan dan semangat yang
sama di dalam organisasi.
Supaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara
menyeluruh di dalam organisasi, para pegawai tidak cukup
hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan norma yang
abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan
larangan yang berlaku. Di sinilah letak pentingnya kode etik
diantara aparat sipil negara atau PNS pada khususnya.
Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau
norma yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di
dalam organisasi publik. Kode etik biasanya
merupakan hasil dari kesepakatan atau konsensus dari sebuah
kelompok sosial dan pada umumnya dimaksudkan untuk
menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Maka sebagai aparat pemerintah, para pejabat publik wajib
menaati prosedur, tata-kerja, dan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai pelaksana
kepentingan umum, para pejabat atau pegawai wajib
mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka terhadap
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dan sebagai manusia yang

31
Modul Harmonis

bermoral, pejabat dan pegawai harus memperhatikan nilai-


nilai etis di dalam bertindak dan berperilaku. Dengan kata lain,
seorang pejabat dan pegawai pemerintah harus memiliki
kewaspadaan profesional dan
kewaspadaan spiritual. Kewaspadaan profesional berarti
bahwa dia harus menaati kaidah-kaidah teknis dan peraturan-
peraturan yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang
pembuat keputusan. Sementara itu, kewaspadaan spiritual
merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan, kejujuran,
keuletan, sikap sederhana dan hemat,
tanggung-jawab, serta akhlak dan perilaku yang baik.
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta
prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas
pelayanan publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari
kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi
masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam pelayanan
publik.
Paham idealisme etik mengatakan bahwa pada dasarnya setiap
manusia adalah baik dan suka hal-hal yang baik. Apabila ada
orang-orang yang menyimpang dari kebaikan, itu semata-mata
karena dia tidak tahu norma untuk bertindak dengan baik atau
tidak tahu cara-cara bertindak yang menuju ke arah kebaikan.
Hal yang diperlukan adalah suatu peringatan dan sentuhan
nurani yang terus-menerus untuk menggugah kesadaran moral
dan melestarikan nilainilai tersebut dalam kehidupan dan
interaksi antar individu. Dengan demikian, para pegawai dan
pejabat perlu terus diingatkan akan rujukan kode etik PNS yang
tersedia. Sosialisasi dari sumber-sumber kode etik itu beserta

32
Modul Harmonis

penyadaran akan perlunya menaati kode etik harus dilakukan


secara berkesinambungan dalam setiap jenis pelatihan
kepegawaian untuk melengkapi aspek kognisi dan aspek
profesionalisme dari seorang pegawai sebagai abdi masyarakat.
PNS sebagai ASN diharapkan bekerja baik di tempat belerja juga
menjadi role model di lingkungan masyarakat. Dengan
menegakkan nilai etika maka suasana harmonis dapat terwujud
dilinkungan ditempat bekerja dan lingkungan masyarakat
dimanapun ASN berada.

C. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis


1. Peran ASN
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki
pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal
Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan
persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan
gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan
perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5Tahun 2014 Pasal
11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas

33
Modul Harmonis

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan


Republik Indonesia
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya adalah sebagai berikut:
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap
netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti
PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku
diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan. Dengan
bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasanya, PNS
akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan
tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya. Sikap
netral dan adil juga harus diperlihatkan oleh PNS dalam
event politik lima tahunan yaitu pemilu dan pilkada. Dalam
pemilu, seorang PNS yang aktif dalam partai politik, atau
mencalonkan diri sebagai anggota legislative (DPR, DPRD
dan DPD), atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah,
maka dia harus mundur atau berhenti sementara dari
statusnya sebagai PNS. Tuntutan mundur diperlukan agar
yang bersangkutan tidak menyalahgunakan wewenang yang
dimilikinya untuk kepentingan dirinya dan partai politiknya.
Kalau PNS sudah terlibat dalam kepentingan dan tarikan
politik praktis, maka dia sudah tidak bisa netral dan obyektif
dalam melaksanakn tugas tugasnya. Situasi ini akan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap PNS
dan kelembagaan/institusi yang dipimpinnya.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok

34
Modul Harmonis

kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,


peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut. Termasuk didalamnya ketika melakukan
rekrutmen pegawai, penyusunan program tidak
berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk
menunjang sikap netral dan adil karena tidak berpihak
dalam memberikan layanan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus
memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga
membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
PNS juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia
senantiasa menjadi bagian dari problem solver (pemberi
solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble maker).
Oleh sebab itu , setiap ucapan dan tindakannya senantiasa
menjadi ikutan dan teladan warganya. Dia tidak boleh
melakukan tindakan, ucapan, perilaku yang bertentangan
dengan norma norma sosial dan susila, bertentangan dengan
agama dan nilai local yang berkembang di masyarakat.
2. Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak
mudah. Realita lingkungan selalu mengalami perubahan
sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya. Ibarat baterai
yang digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin suatu
masa akan kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang.
Oleh karena itu upaya menciptakan suasana kondusif yang

35
Modul Harmonis

harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali dan jadi untuk


selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis
dilakukan secara terus menerus.
Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari
jenjang terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara suasana
harmonis, menjaga diantara personil dan stake holder. Kemudian
yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan
dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan
seluruh pemangku kepentingannya.
Upaya menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja
tersebut dapat menjadi salah satu kegiatan dalam rangka
aktualisasi penerapannya.

D. Latihan dan Tugas


1. Jelaskan keberadaan dan pemberlakuan kode etik
dilingkungan tempat anda bekerja?
2. Sebutkan etika ASN yang mendukung terwujudnya suasana
harmonis?
3. Berikan contoh kejadian yang menunjukkan nilai etika dan
pelanggaran etika dilingkungan anda bekerja. Apa upaya yang
dapat anda lakukan untuk mengantisipasi kemungkinan
pelanggaran etika tersebut.
4. Jelaskan pengertian kondisi harmonis dan manfaatnya dalam
bekerja melayani masyarakat?
5. Apakah suasana harmonis telah anda rasakan dilingkungan
anda bekerja saat ini? Jelaskan jawaban anda ? Apa upaya anda
dalam turut mewujudkam suasana harmonis dilingkungan

36
Modul Harmonis

anda bekerja?

37
Modul Harmonis

BAB IV
STUDI KASUS
PENERAPAN NILAI HARMONIS DALAM LINGKUNGAN
BEKERJA

Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan
harmonis secara tepat

A. Materi Studi Kasus

Atasi Disharmonis Sosial di Wilayah Hutan, KLHK Luncurkan


Simplik

Kompas.com - 09/10/2018, 19:35 WIB BAGIKAN:

Komentar Lihat Foto Peluncuran simplik di LKHK() Penulis Bhakti Satrio


Wicaksono | Editor Shierine Wangsa Wibawa KOMPAS.com –

Disharmonis sosial dalam kawasan hutan produksi masih marak terjadi.


Mulai dari oknum hingga masyarakat adat atau sekitar terlibat
disharmonis di dalam kawasan hutan produksi dengan pemegang izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK). Untuk mengatasi hal ini,
Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), membuat terobosan
yang disebut dengan Simplik. Simplik adalah sistem informasi pemetaan
disharmonis yang bertujuan untuk dapat melakukan pemetaan dan

38
Modul Harmonis

resolusi disharmonis pada IUPHHK. Sistem ini berpedoman pada


peraturan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Bagi
pemerintah, Simplik ini yang merupakan pengejawantahan (penjelmaan)
Perdirjen PHPL No. P.5 /2016 yang akan membantu mengetahui kinerja
aspek sosial setiap IUPHHK di seluruh Indonesia sehingga hutan
produksi mampu mensejahterakan masyarakat sebagaimana amanat
konstitusi,” ujar Dr. Hilman Nugroho, Dirjen PHPL, saat ditemui pada
kegiatan peluncuran perdana Simplik, Selasa (09/10/2018), di Jakarta.
Baca juga: Penerapan Hutan Sosial untuk Kurangi Deforestasi Punya
Konsekuensi Simplik merupakan platform online yang nantinya akan
menjadi media bagi perusahaan untuk dapat melaporkan segala
disharmonis sosial yang terjadi di lapangan. Perusahaan bahkan
berkewajiban untuk memberikan laporan secara rutin terkait
disharmonis kawasan hutan produksi yang terjadi dan perkembangan
penyeleseaiannya. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email
kamu. Daftarkan email “Contohnya ada kasus klaim lahan di hutan
tanaman industri. Kemudian kita verifikasi laporan ini. Bener enggak
laporan ini? Siapa yang mengklaim dan apa maunya mereka? Apakah
mereka pendatang atau masyarakat sekitar? Sudah ditangani atau
belum? Lokasi di mana? Siapa saja yang terlibat? Bagaimana solusinya?
Nah, ini yang akan kita tahu perkembangannya,” jelas Istanto, Direktur
Usaha Hutan Produksi, KLHK yang ditemui pada kesempatan yang sama.
Istanto meyakini bahwa disharmonis di kawasan hutan produksi yang
marak terjadi saat ini tidak boleh dihindari dan harus diselesaikan
dengan menyamakan visi antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Baca juga: 8 Orangutan Jadi Murid Pertama Sekolah Hutan, Belajar Apa?
“Ada beberapa opsi yang ditawarkan sesuai perundangan dan
kesepakatan yang dibangun oleh semua pihak. Tidak ada disharmonis

39
Modul Harmonis

yang tidak bisa diselesaikan, tergantung bagaimana kita menyikapinya,”


jelasnya. Senada dengan Istanto, Kalimantan Program Director WWF,
Irwan Gunawan, optimis dengan metode Simplik ini. “WWF optimis
dengan Simplik ini. Prosesnya bukan 1-2 bulan. Ini sudah dikaji dari
tahun 2015, meskipun tidak mudah juga untuk meyakinkan bahwa isu
disharmonis sosial ini harus ada payung peraturannya dan
instrumennya. Ini bagian dari knowledge management dalam
memperbaiki disharmonis sosial yang terjadi,” katanya. Ia berharap agar
dengan Simplik ini, pemerintah bisa meninjau kembali peraturan yang
berkaitan dengan penanganan disharmonis sosial atau justru
mengeluarkan peraturan baru yang lebih pro ke masyarakat untuk
mengurangi, bahkan menghilangkan disharmonis sosial ke depan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari
Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News
Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian
join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Baca
berikutnya Ahli Konfirmasi, Rusa Berkeliaran di… Artikel ini merupakan
bagian dari Parapuan. Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan
untuk mencapai mimpinya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Atasi Disharmonis


Sosial di Wilayah Hutan, KLHK Luncurkan Simplik", Klik untuk
baca: https://sains.kompas.com/read/2018/10/09/193500223/atasi-
disharmonis-sosial-di-wilayah-hutan-klhk-luncurkan-simplik.
Penulis : Bhakti Satrio Wicaksono
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan

40
Modul Harmonis

cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Artikel diatas menunjukkan bagaimana dalam pelaksanaan pemberian


pelayanan publik rentan terjadi situasi disharmonis.
Dalam kondisi tersebut ASN yang baik diharapkan mampu memberikan
solusi untuk mengatasi kondisi dan potensi disharmonis.

B. Latihan dan Tugas


1. Anda diminta mengidentifikasi potensi disharmonis yang terjadi
dalam artikel tersebut.
2. Analisis penyebabnya.
3. Analisis bagaimana solusi yang dilakukan olehentitas untuk
mengatasi permasalahan tersebut.

C. Praktik Studi Kasus Mandiri


1. Sebagai ASN anda diharapkan mampu mengatasi kondisi
disharmoni dilingkungan bekerja
2. Identifikasi permasalahan yang dapat menimbulkan potensi
disharmonis dilingkungan anda bekerja
3. Analisis penyebab dari potensi disharmonis tersebut
4. Analisi solusi yang adapat anda berikan untuk mengatasi
potensi disharmonis tersebut
5. Sebagai alat bantu anda dapat menggunakan matriks berikut:

No Masalah/Potensi Penyebab Alternatif Prosedur


Disharmonis Solusi

41
Modul Harmonis

42
Modul Harmonis

BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak
manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman,
karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan
perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di
nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan
Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam
Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
3. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan,
kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;

43
Modul Harmonis

c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah


4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis
sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja
yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi.
5. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam
kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

B. Penutup
Dengan membaca dan memahami modul ini peserta dapat memiliki
bekal menajdi ASN yang melayani publik dengan memperhatikan
kondisi yang harmonis dilingkungan bekerja. Keharmonisan dapat
tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan
sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat
yang lebih luas.
Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan
tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan
public, dan kehidupan bermasyarakat.

44
Modul Harmonis

DAFTAR PUSTAKA

LAN, 2021, Modul Nasionalisme Latsar ASN


LAN, 2021, Modul Etika Publik Latsar ASN
Surat Edaran Menteri PANRB, 2021, No. 20 Tahun 2021, Implementasi
Core values dan Employer Branding ASN
https://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia
https://indonesia.go.id/profil
https://www.kitapunya.net/manfaat-keberagaman-budaya-di-
indonesia/
https://www.mikirbae.com/2016/02/permasalahan-keberagaman-
masyarakat.html
https://dailysocial.id/post/membangun-budaya-tempat-kerja-yang-
harmonis
Kompas.com - 09/10/2018, Atasi Disharmonis Sosial di Wilayah
Hutan, KLHK Luncurkan Simplik
https://kateparhamkordsmeier.com/pahami-tugas-dan-fungsi-
pegawai-asn/
https://destyputrinoor.blogspot.com/2014/11/perjuangan-bangsa-
indonesia-sebelum.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711982/sejarah-
semboyan-bhinneka-tunggal-ika-yang-pertama-kali-
diungkapkan-mpu-tantular

45
Modul Harmonis

Lampiran 1

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
1 Amerika, Asing/Luar 162.772 7%
Arab, Negeri
Australia,
India, Inggris,
Jepang,
Korea,
Malaysia,
Pakistan,
Philipina,
Singapura,
Thailand,
Belanda
2 Bali Bali Bali/Bali Hindu, 3.946.416 167%
Bali Majapahit,
Bali Aga
3 Banjar Kalimantan Banjar 4.127.124 174%
Kuala/Batang
Banyu/Pahuluan,
Banjar
4 Batak Sumatera Batak Angkola, 8.466.969 358%
Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak
Pakpak Dairi,

46
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Batak Simalungun,
Batak Tapanuli,
Batak Toba, Dair
5 Betawi Jawa Betawi 6.807.968 288%
6 Bugis Sulawesi Bugis 6.359.700 269%
7 Cina, Cina Cina 2.832.510 120%
RRC, Cina
Taiwan
8 Cirebon Jawa Cirebon 1.877.514 79%
9 Dayak Kalimantan Dayak Abai, Dayak 3.009.494 127%
Air Durian/Dayak
Air Upas/Dayak
Batu
Payung/Dayak
Belaban/ Dayak
Kendawangan/Da
yak
Membulu’/Dayak
Menggaling/Daya
k Pelanjau/Dayak
Sekakai/ Dayak
Sempadian, Dayak
Air Tabun/Dayak
Banj
10 Gorontalo Sulawesi Gorontalo 1.251.494 53%

47
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
11 Jawa Jawa Jawa, Osing/Using, 95.217.022 4022
Tengger, Samin, %
Bawean/ Boyan,
Naga, Nagaring,
Suku-suku lainnya
di Jawa
12 Madura Jawa Madura 7.179.356 303%
13 Makassar Sulawesi Makassar 2.672.590 113%
14 Melayu Sumatera Melayu Asahan, 5.365.399 227%
Melayu Deli,
Melayu Riau,
Langkat/ Melayu
Langkat, Melayu
Banyu Asin,
Asahan, Melayu,
Melayu Lahat,
Melayu semendo
15 Minahasa Sulawesi Bantik, Minahasa, 1.237.177 52%
Pasan/Ratahan,
Ponosakan,
Tombulu,
Tonsawang,
Tonsea/Tosawang
, Tonteboan,
Totembuan,

48
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Toulour

16 Minangkabau Sumatera Minangkabau 6.462.713 273%


17 Nias Sumatera Nias 1.041.925 44%
18 Sasak Nusa Sasak 3.173.127 134%
Tenggara
19 Suku Asal Sumatera Aceh/Achin/Akhir 4.091.451 173%
Aceh /Asji/A-
Tse/Ureung Aceh,
Alas, Aneuk
Jamee,Gayo, Gayo
Lut, Gayo Luwes,
Gayo Serbe Jadi,
Kluet,
Sigulai,Simeulue,
Singkil, Tamiang
20 Suku Asal Jawa Banten, 4.657.784 197%
Banten Badui/Baduy
21 Suku Asal Sumatera Jambi, Kerinci, 1.415.547 60%
Jambi Anak Dalam/
Anak Rimbo,
Batin, Kubu,
Pindah

49
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
22 Suku Asal Kalimantan bai/Tidung/Tinga 1.968.620 83%
Kalimantan lan/Tudung, Abal,
lainnya Ahe, Anas/Toi,
Apalin/Palin, Ata
Kiwan, Auheng,
Ayus/ Bentian/
Karau/ Lemper/
Leo
Arak/Bentian/Kar
au/ Lemper/Leo
Arak, Badeng,
Bahau, Baka,
Bakung Metulang,
Balangan,
23 Suku Asal Sumatera Lampung, 1.381.660 58%
Lampung Penghulu, Abung/
Bunga Mayang/
Sembilan Marga/
Siwo Megou,
Belalau, Buay
Lima, Krui, Megau
Pak Tulang
Bawang,
Melintang
Rajabasa-

50
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Peminggir MR,
Nagarigung,
Peminggir
Semangka/ Skala
Brak/ Telu
24 Suku Asal Maluku Alfuru, Alune, 2.203.415 93%
Maluku Amahai, Ambelau,
Ambon, Aputai,
Aru, Asilulu,
Babar, Banda,
Barakai, Bati,
Batuley, Benggoi,
Bobot, Buru,
Dagada, Dai,
Damar, Dawelor,
Dawera, Desite,
Dobel, Eli Elat,
Emplawas, Erai, E
25 Suku Asal Nusa Abui, Adabe, 4.184.923 177%
Nusa Tenggara Alor/Belagar/Kel
Tenggara ong/Manete/
Timur Mauta/Seboda/W
ersin,
Atanfui/Atani/Ato
ni/ Atoni

51
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Meto/Dawan,
Babui, Bajawa,
Bakifan,
Barawahing,
Barue, Belu,
Blagar, Boti,
Bunak/ Marae,
Dadua, Deing,
Ende, Fa
26 Suku Asal Papua Abau, Abra, Adora, 2.693.630 114%
Papua Aikwakai, Aiso,
Amabai, Amanab,
Amberbaken,
Arandai, Arguni,
Asienara, Atam,
Hatam, Atori,
Baham, Banlol,
Barau, Bedoanas,
Biga, Buruwai,
Karufa, Busami,
Hattam, Iha,
Kapaur, Inanwa

52
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
27 Suku Asal Sulawesi Atinggola, 7.634.262 322%
Sulawesi Suwawa, Mandar,
lainnya Babontehu,
Amatoa/
Ammatowa/
Orang Kajang,
Ampana, Anak
Suku Seko,
Aserawanua,
Babongko/Boban
gko, Bada/
Lore/Napu,
Bajao/ Bajau/
Bajo/ Bayo/ Wajo,
Balaesang,
Balantak/Tanuto
28 Suku Asal Sumatera Anak Laut/Laut, 2.204.472 93%
Sumatera Akik/Akit, Bonai,
lainnya Hutan, Kuala,
Rawa, Sakai,
Talang Mamak,
Ulu Muara
Sipongi, Lubu,
Pesisir, Siberut,
Siladang,

53
Modul Harmonis

Perse
No Nama Daerah Jenis Jumlah
ntase
Mentawai, Belom,
Gumbak
Cadek/Muslim
Gunung Ko, Keme,
Lambai/Lamuri,
Lin
29 Suku Asal Sumatera Palembang, Daya, 5.119.581 216%
Sumatera Enim, Gumai, Kayu
Selatan Agung, Kikim,
Kisam, Komering,
Lematang,
Lintang, Lom,
Mapur, Sekak,
Meranjat, Musi
Banyuasin, Musi
Sekayu, Sekayu,
Ogan, Orang
Sampan, Pasemah,
Pedamaran,
Pegagan,
30 Suku Nusa Nusa Suku Nusa 1.280.094 54%
Tenggara Tenggara Tenggara Barat
Barat lainnya lainnya
31 Sunda Jawa Sunda 36.701.670 1550
%

54
Modul Harmonis

Modul Harmonis

55
Modul Harmonis

55

56
Modul Harmonis

Hak Cipta © pada:


Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

LOYAL
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Dwi Rahmanendra, S.Hut., M.Pd.

EDITOR: Handini Mekkawati, S.Kom.


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN

57
Modul Loyal

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan DasarCPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.

i
Modul Loyal

Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan


sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dansaran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

ii
Modul Loyal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1

B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................ 2

C. Metodologi Pembelajaran................................................................................ 2

D. Kegiatan Pembelajaran ..................................................................................... 3

E. Sistematika Modul .............................................................................................. 7

BAB II MATERI POKOK 1 KONSEP LOYAL ............................................................ 9

A. Uraian Materi........................................................................................................ 9

B. Latihan ............................................................................................................... 244

C. Rangkuman ......................................................................................................... 26

D. Evaluasi Materi Pokok 1 ................................................................................. 28

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.................................................................. 31

BAB III MATERI POKOK 2 PANDUAN PERILAKU LOYAL .......................... 322

A. Uraian Materi................................................................................................... 322

B. Latihan ............................................................................................................... 422

C. Rangkuman ...................................................................................................... 444

D. Evaluasi Materi Pokok 2 .............................................................................. 455

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............................................................... 488

iii
Modul Loyal
BAB IV MATERI POKOK 3 LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI
PEMERINTAH ............................................................................................................. 4949

A. Uraian Materi................................................................................................. 4949

B. Latihan ............................................................................................................. 6969

C. Rangkuman ...................................................................................................... 711

D. Evaluasi Materi Pokok 3 .............................................................................. 722

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............................................................... 766

BAB V PENUTUP....................................................................................................... 7777

KUNCI JAWABAN .................................................................................. 7978

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 7979

iv
Modul Loyal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran
Agenda II Pelatihan Dasar CPNS yang dalam penyampaiannya dapat
dilakuan secara terintegrasi dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda
II yang lainnya, baik pada fase pembejalaran mandiri, jarak jauh
maupun klasikal. Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi
pembentukan nilai Loyal, sehingga peserta memiliki dedikasi yang
tinggi dan senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS.
Materi-materi Pokok yang disajikan meliputi : 1) Konsep Loyal;
2) Panduan Perilaku Loyal; dan 3) Loyal Dalam Konteks Organisasi
Pemerintah. Materi-materi pokok tersebut masih bersifat general
sehingga dapat dikembangkan dan diperinci lebih lanjut
pembahasannya pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan panduan
dari Pengampu Materi.
Untuk membantu peserta memahami substansi materi, maka
pada setiap akhir pembahasan materi pokok dilengkapi dengan latihan
soal dalam bentuk studi kasus (dapat dikembangkan lebih lanjut oleh
Pengampu Materi) dan evaluasi. Latihan dan evaluasi tersebut
hendaknya dikerjakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap peserta.

1
Modul Loyal

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu
mengaktualisasikan nilai loyal (berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai PNS, dengan indikator peserta mampu:
a. Menjelaskan loyal secara konseptual-teoritis yang berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
b. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal;
c. Mengaktualisasikan Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah;
dan
d. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan loyal
secara tepat pada setiap materi pokok.

C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran pada setiap fase pembelajaran Modul
ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan (MP) ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS),
sehingga dalam proses pembejarannya dilakukan secara
terintegrasi dengan menggunakan beragam metode, diantaranya:
ceramah, tanya jawab, curang pendapat, diskusi kelompok dan
presentasi, bermain peran, studi kasus, dan lain-lain.
2. Pada Pelatihan Blended Learning:
a. Fase MOOC
Pada fase ini metode yang dapat digunakan adalah
belajar mandiri, dengan membaca materi dan mengerjakan
latihan serta evaluasi yang diberikan pada Aplikasi MOOC.
2
Modul Loyal

b. Fase E-learning
1) Synchronous
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya ceramah, penanyangan film pendek, tanya
jawab, curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok serta
paparan, kuis-kuis interaktif, dan lain-lain, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
2) Asynchronous
Pada fase ini metode yang dapat digunakan
diantaranya diskusi kelompok dan belajar mandiri, yang
terintegrasi dengan 6 MP lain pada Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS.
c. Fase Klasikal
Pada fase ini metode yang dapat digunakan diantaranya
ceramah, penanyangan film pendek, tanya jawab, curah
pendapat, studi kasus, diskusi kelompok dan paparan, kuis-kuis
interaktif, dan lain-lain, yang terintegrasi dengan 6 MP lain pada
Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS.

D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada setiap fase pembelajaran untuk
Modul ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembejaran
Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS), sehingga
dalam proses pembelajarannya dilakukan secara terintegrasi
dengan 6 MP lainnya di Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan
pembelajaran yang dapat dilakukan diantaranya:
3
Modul Loyal

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan


pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Loyal.
b. Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul dan
keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran Agenda II.
c. Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai
BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai Loyal.
d. Memberikan penugasan-penugasan yang relevan, baik tugas
kelompok maupun tugas individu sehingga peserta dapat
belajar secara mandiri. Penugasan tesebut dapat berupa studi
kasus, penugasan bermain peran, dan lain-lain.
e. Memberikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
f. Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya dengan
metode ceramah, tanya jawab, penayangan film pendek, dll.
g. Melakukan revieu dan evaluasi terhadap penguasaan materi
oleh peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya.

2. Pada Pelatihan Blended Learning:


a. Fase MOOC
Pada fase ini kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan peserta adalah dengan mempelajari bahan-bahan
pembelajaran termasuk modul, melakukan latihan-latihan
serta mengerjakan evaluasi akademis yang tersedia pada
Aplikasi MOOC.

4
Modul Loyal

b. Fase E-learning
1) Synchronous
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari
Pembejaran Agenda II Latsar CPNS (Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS), sehingga dalam proses pembejarannya
dilakukan secara terintegrasi dengan 6 MP lainnya di
Agenda ini, secara umum tahapan kegiatan pembelajaran
pada Fase E-learning Synchronous yang dapat dilakukan
diantaranya:
a) Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Loyal.
b) Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul
dan keterkaitan antar modul-modulnya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran Agenda II.
c) Mengukur tingkat penguasaan materi peserta setelah
belajar secara mandiri pada aplikasi MOOC dengan
menggunakan beragam cara atau metode, diantaranya
tanya jawab dan kuis-kuis interaktif.
d) Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap
nilai BerAKHLAK bagi PNS, khususnya untuk nilai
Loyal.
e) Memberikan/menjelaskan penugasan-penugasan yang
relevan, baik tugas kelompok maupun tugas individu
sehingga peserta dapat belajar secara mandiri.
Penugasan tesebut dapat berupa studi kasus, bermain
peran, membuat video dan lain-lain.

5
Modul Loyal

f) Memberikan kesempatan peserta untuk


mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
g) Memberikan penguatan dan pendalaman materi
setelah peserta mempresentasikan hasil pengerjaan
tugasnya dengan metode ceramah, tanya jawab,
penayangan film pendek, dll.
h) Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi oleh
peserta dengan beragam cara, seperti pemberian soal
komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya
2) Asynchronous
Pada fase ini kegiatan pembejaran yang dapat
dilakukan peserta adalah melakukan diskusi kelompok dan
belajar mandiri untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan.
c. Fase Klasikal
Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran yang
dapat dilakukan pada fase ini adalah:
1) Menjelaskan tujuan dan skenario pembelajaran Agenda II
fase Klasikal.
2) Merevieu atau mengingatkan peserta terhadap materi-
materi Agenda II termasuk materi tentang Loyal yang telah
dipelajarai pada fase E-Learning.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling
bertukar pengalaman dalam mengaktualisasikan nilai
BerAKHLAK termasuk nilai Loyal selama masa Habituasi.
4) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan untuk
memperkuat penguasaan materi dan pengalaman

6
Modul Loyal

aktualisasi, sehingga peserta memiliki komitmen yang kuat


untuk terus mengaktualisasikan/menghabituasikan nilai-
nilai berAKHLAK setelah Pelatihan Dasar berakhir.
Penugasan-penugasan tersebut dapat berupa studi kasus,
bermain peran, membuat video, dan lain-lain.
5) Memberikan kesempatan peserta untuk
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya.
6) Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah
peserta mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya
dengan metode ceramah, tanya jawab, penayangan film
pendek, dan lain-lain.
7) Melakukan revieu dan evaluasi terhadap penguasaan
materi peserta dengan beragam cara, seperti pemberian
soal komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain
sebagainya.

E. Sistematika Modul
Sistematika Modul Loyal ini adalah sebagai berikut
1. Konsep Loyal:
a. Urgensi Loyalitas ASN
b. Pengertian Loyal dan Loyalitas
c. Loyal dalam Core Values ASN
d. Membangun Perilaku Loyal
1) Dalam Kontek Umum
2) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
3) Meningkatkan Nasionalisme

7
Modul Loyal

2. Panduan Perilaku Loyal:


a. Panduan Perilaku
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia
kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan
Negara
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
3. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah:
a. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
b. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
c. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
d. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS

8
Modul Loyal

BAB II
MATERI POKOK 1
KONSEP LOYAL

Setelah mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu menjelaskan loyal secara
konseptual-teoritis yang berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.

A. Uraian Materi
1. Urgensi Loyalitas ASN
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa
dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan
Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer
Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal
uraian modul ini adalah kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan dengan melihat
faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia (World Class Government)

9
Modul Loyal

sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya yang


harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional
sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita mulia tersebut
tentunya akan dapat dengan mudah terwujud jika instansi-
instansi pemerintah diisi oleh ASN-ASN yang profesional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta mampu
menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 sesuai dengan fungsinya sebagai ASN
sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor 5 Tahun 2010
tentang Aparatur Sipil Negara.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN
ideal sebagaimana tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia
kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa
dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN
kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut
bekerja sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari
pemerintahan itu sendiri.
Karena pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak
ketentuan yang mengatur perihal loyalitas ASN ini (akan
dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya yang
terkait dengan bahasan tentang:
1) Kedudukan dan Peran ASN
2) Fungsi dan Tugas ASN

10
Modul Loyal

3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS
6) Disiplin PNS

b. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah
keniscayaan yang harus dihadapi oleh segenap sektor baik
swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi ini
salah satunya ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini
ibarat dua sisi mata uang yang memilik dampak yang positif
bersamaan dengan dampak negatifnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
yang masif saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang
bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus
mampu menggunakan cara-cara cerdas atau smart power
dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan terus mengembangkan
diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi
tantangan global tersebut sehingga dapat memanfaatkan
teknologi informsasi yang ada untuk membuka cakrawala
berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk
meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap/perilaku.
Selain itu perkembang teknologi informasi dapat
digunakan oleh ASN untuk mendukung Implementasi
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang saat ini tengah
11
Modul Loyal

digalakkan oleh pemerintah. KIP merupakan salah satu alat ukur


untuk melegitimasi pemerintah di mata rakyat. dan menjadi
fondasi penting demokrasi. Melalui pelaksanaan KIP,
diharapkan dapat membangun kepercayaan publik atasberbagai
kebijakan pemerintah, sehingga tercipta tata kelolapemerintah
yang baik (good governance), publik lebih sadar informasi, serta
turut berperan aktif dalam mensukseskan berbagai program
kerja pemerintah.
Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi
informasi sebagaimana diuraikan di atas, ASN milenial juga
dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya
dapat dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi
terhadap bangsa dan negara, seperti information overload, yang
dapat menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang
ada sangat melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan baik
atau bahkan disalahgunakan. Tentunya sebagai seorang ASN
akan banyak mengetahui atau memiliki data dan informasi
penting terkait bangsa dan negara yang tidak boleh
disalahgunakan pendistribusian dan penggunaannya.
Selain itu, masalah lain yang harus dihadapi dengan
loyalitas tinggi oleh seorang ASN adalah semakin besar peluang
masuknya budaya dan ideologi alternatif dari luar ke dalam
segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat
dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang berpotensi merusak
tatanan budaya dan ideologi bangsa.

12
Modul Loyal

2. Makna Loyal dan Loyalitas


Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara
harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini
timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri
pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal
didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support
or allegiance to a person or institution (tindakan memberi atau
menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan
kepada seseorang atau institusi)”. Sedangkan beberapa ahli
mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai berikut:
a) Kepatuhan atau kesetiaan.
b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang
konstan kepada organisasi tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain
atau sesuatu (misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui
sikap dan tindakan orang tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang
ditunjukkan dengan memberikan dukungan dan kepatuhan
yang teguh dan konstan kepada seseorang atau sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional
manusia, sehingga untuk mendapatkan kesetiaan seseorang
maka kita harus dapat mempengaruhi sisi emosional orang
tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk
memiliki, mendukung, merasa aman, membangun keterikatan,
dan menciptakan keterikatan emosional.

13
Modul Loyal

g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari


pekerja untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat


dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional.
Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak
faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada
peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas, ketaatan ini
timbul dari kesadaran amggota jika peraturan yang dibuat oleh
organisasi semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya
pelaksanaan kerja organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai
akan bersikap taat tanpa merasa terpaksa atau takut terhadap
sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan
tersebut.
b. Bekerja dengan Integritas
Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang
pegawai dilihat dari seberapa besar ketaatan mereka di
organisasi. Pegawai yang taat dengan peraturan dan gaya kerja
organisasi, punya rasa loyalitas yang besar pula. Sesungguhnya
seorang pegawai yang loyal dapat dilihat dari seberapa besar dia
menunjukkan integritas mereka saat bekerja. Integritas
14
Modul Loyal

yang sesungguhnya adalah “melakukan hal yang benar, dengan


mengetahui bahwa orang lain tidak mengetahuinya apakah
Anda melakukannya atau tidak”. Secara konsisten mereka
bekerja dengan melakukan hal yang benar, tidak hanya sekedar
mengikuti paham/kepercayaan pribadi dan tanpa peduli orang
lain tahu atau tidak.

c. Tanggung Jawab pada Organisasi


Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan
pengertian loyalitas, maka secara otomatis ia akan merasa
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap organisasinya.
Pegawai akan berhati-hati dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
namun sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai
inovasi demi kepentingan organisasi.

d. Kemauan untuk Bekerja Sama


Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian
loyalitas, tidak segan untuk bekerja sama dengan anggota lain.
Bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok
memungkinkan seorang anggota mampu mewujudkan impian
perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin
dicapai oleh seorang anggota secara invidual.

e. Rasa Memiliki yang Tinggi


Adanya rasa ikut memiliki pegawai terhadap organisasi
akan membuat pegawai memiliki sikap untuk ikut menjaga dan
bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga pada akhirnya
akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian loyalitas
demi tercapainya tujuan organisasi.

15
Modul Loyal

f. Hubungan Antar Pribadi


Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai
hubungan antar pribadi yang baik terhadap pegawai lain dan
juga terhadap pemimpinnya. Sesuai dengan pengertian
loyalitas, hubungan antar pribadi ini meliputi hubungan sosial
dalam pergaulan sehari-hari, baik yang menyangkut hubungan
kerja maupun kehidupan pribadi.

g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan


Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akanmengalami
masa-masa jenuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya setiap
hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan
pengertian loyalitas akan mampu menghadapi permasalahan ini
dengan bijaksana.

h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan


Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti
menciptakan suasana debat dalam internalnya. Debat dalamhal
ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini mereka
masing-masing. Pemimpin yang hebat pasti ingin pegawainya
aktif bertanya, aktif beropini/berpendapat, dan berhati-hati
dalam bekerja. Bahkan tidak jarang mengijinkan pegawai untuk
mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hal apapun di
tempat kerja. “Sebuah ketidaksetujuan (dissagreement) adalah
baik untuk organisasi. Justru itu dapat membantu organisasi
dalam mengambil sebuah keputusan”. Pegawai yang loyal akan
berusaha untuk senatiasa men- sharing-kan opini mereka,
bahkan saat mereka tahu bahwa pimpinan tidak mengapresiasi
opini mereka, untuk kemajuan
16
Modul Loyal

organisasinya. Bahkan, terkadang mereka “berani melawan”


akan sebuah keputusan yang memang dirasa kurang baik
dengan cara yang arif dan bijaksana.

i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain


Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang
bisa memberikan contoh bagi pegawai lain, karena mereka yang
bisa menjadi teladan biasanya akan selalu berpegang teguh
pada nilai organisasi, berorientasi pada target, kemampuan
interpersonal yang kuat, cepat adaptasi, selalu berinisiatif, dan
memiliki kemampuan memecahkan masalahdengan baik.

3. Loyal dalam Core Values ASN


Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PANRB) menyelenggarakan Peluncuran Core
Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara (ASN), di
Kantor Kementerian PANRB, Jakarta pada hari Selasa tanggal 27
Juli Tahun 2021. Pada kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo
meluncurkan Core Values dan Employer Branding ASN. Peluncuran
ini bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core
Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi
Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding Aparatus Sipil Negara.

17
Modul Loyal

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core


Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi
dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI
serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dannegara;
serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk
melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan dan rasa
tanggung jawab akan sesuatu.
b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan
waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan
yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya
sebuah keyakinan yang teguh.
c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan,
sumbangsih yang diberikan dalam berbagai bentuk, baikberupa
pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial
atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik dan efisien.

18
Modul Loyal

d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang


mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti
diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuanyang
diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budayasebagai
wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip
kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
e) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa
pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai perwujudan
kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.

4. Membangun Perilaku Loyal


a. Dalam Konteks Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun
rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya
beberapa hal berikut dilakukan:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
Seorang pegawai akan setia dan loyal terhadap
organisasinya apabila pegawai tersebut memiliki rasa cinta
dan yang besar terhadap organisasinya. Rasa cinta ini dapat
dibangun dengan memperkenalkan organisasi secara
komprehensif dan detail kepada para pegawainya. Dengan
rasa cinta yang besar akan mampu penghantarkan pegawai
tersebut mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap
organisasi sehingga akan bersedia menjaga, berkorban dan
memberikan yang terbaik yang dimilikinya kepada
organisasi sebagai wujud loyalitasnya.
19
Modul Loyal

2) Meningkatkan Kesejahteraan
Usaha peningkatan kesejahteraan pegawai dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menumbuhkan rasa
dan sikap loyal seorang pegawai. Hal ini sangat
dimungkinkan, karena apabila kesejahteraan pegawai
belum terpenuhi, maka pikiran dan konsentrasinya akan
terpecah untuk berusaha memenuhi kesejahteran yang
dirasa kurang. Sebaliknya, apabila kesejahteraan telah
tercapai, gairah dan motivasi kerja juga akan meningkat,
sehingga produktivitasnya akan meningkat pula. Gairah
dan motivasi kerja memang tidak selalu disebabkan oleh
pendapatan dalam bentuk material, akan tetapi pegawai
yang bekerja demi mendapatkan pemenuhan kebutuhannya
masih tetap mendominasi, sehingga untuk menumbuhkan
gairah dan motivasi kerja dengan kesejahteraan dalam
bentuk materi dapat menjadi salah satu faktor pendukung
timbulnya loyalitas seorang pegawai dalam bekerja.
Peningkatanan kesejahteraan dapat dilakukan
melalui gaji, tunjangan, atau berbagai jaminan yang bisa
mereka dapat. Sebab, hal-hal yang baru saja disebutkan
merupakan kebutuhan mendasar yang akan sangat
berpengaruh pada kualitas kerja dan kesetiaan pegawai.
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
Maksud dari pemenuhan kebutuhan rohani adalah
kemampuan organisasi untuk memberikan hak pegawai
atas hal yang tidak bersifat materi. Ini bisa dilakukan
dengan menawarkan pengalaman dan pendekatan
emosional dalam pekerjaan.

20
Modul Loyal

4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir


Setiap dari kita memiliki target yang ingin dicapai.
Salah satu bentuknya adalah pencapaian dalam karir,
seperti posisi atau jabatan. Melalui penempatan yang tepat
atau pemindahan secara berkala. Ini dapat membuat
pegawai merasa mendapatkan keadilan dalam pembagian
tugas, atau memiliki semangat baru karena pekerjaan yang
ia lakukan tidak monoton.
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala
Dengan melakukan evaluasi secara berkala
terhadap kinerja, maka setiap pegawai dapat mengetahui
kesalahan atau kekurangannya sebagai acuan untuk terus
melakukan perbaikan dan pengembangan kinerjanya
sebagai wujud loyalitasnya. Selain itu dengan evaluasi
kinerja secara berkala, pegawai akan merasa bahwa hasil
kerjanya diperhatikan dengan baik oleh organisasi
sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan
kesetiaannya.

b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan


Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945 aline ke-4 adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Sedangkan kepentingan nasional adalah bagaimana

21
Modul Loyal

mencapai tujuan nasional tersebut. Untuk mencapai tujuan


nasional tesebut diperlukan ASN yang senantiasa menjunjung
tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai
negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan
sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar
para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-
langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national
system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Pengetahuan tentang Wawasan Kebangsaan sejatinya
telah diperoleh para Peserta Pelatihan di bangku pendidikan
formal mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun
pendidikan tinggi. Namun demikian, Wawasan Kebangsaan
tersebut masih perlu terus dimantapkan di kalangan CPNS
untuk meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara
guna membangun sikap loyal sebagai bekal dalam mengawali
pengabdiannya kepada bangsa dan negara sebagai seorang
PNS.

22
Modul Loyal

c. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan
Wawasan Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya
kepada bangsa dan negara dan mampu mengaktualisasikannya
dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai
ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan
publik, bangsa dan negara. Dengan demikian ASN tidak akan
lagi berpikir sektoral dengan mental block-nya, tetapi akan
senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni
bangsa dan negara.
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila
adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa : 1) menempatkan persatuan dan
kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; 2)
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara; 3) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah
air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; 4) mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara

23
Modul Loyal

sesama manusia dan sesama bangsa; 5) menumbuhkan sikap


saling mencintai sesama manusia; dan 6) mengembangkan
sikap tenggang rasa. Oleh karena itu seorang PNS harus selalu
mengamalkan nilai-nilai Luhur Pancasila dalam melaksanakan
tugasnya sebagai wujud nasionalime dan juga loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara.

B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang
Konsep Loyal, cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan pada studi
kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda jawab secara
perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama rekan-rekan
peserta yang lainnya.

24
Modul Loyal

Studi Kasus 1: Jadi Tersangka KPK, Anak Buah Walkot “X”: Ini Bentuk
Kesetiaan
Oleh: Faiq Hidayat – detikNews

Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Pemkot “X” Mr. E mengaku hanya membantu
Wali Kota “X” nonaktif Mr. R dalam pengadaan proyek. Apalagi dalam kepegawaian
ada indikator soal loyalitas. "Yang penting ini, bagi orang seperti saya entah nanti
Kementerian “Z” atau bagian yang mengurusi masalah kepegawaian mungkin perlu
ada definisi atau redefinisi atau mungkin pemberian batasan-batasan yang jelas
tentang makna kesetiaan atau loyalitas, yang jadi salah satu indikator bagi pegawai
untuk dinilai tentang kesetiaan dan loyalitasnya itu," ujar Mr. E usai diperiksa
penyidik KPK di Gedung KPK, Jakarta.

"Soalnya kalau tidak ada definisi yang jelas nanti ya, banyak yang seperti saya gitu,"
tambah Mr. E yang menyandang status tersangka kasus suap proyek yang dilakukan
Wali Kota “X” nonaktif Mr. R. Mr. E mengaku melakukan hal tersebut sebagai bentuk
kesetiaan terhadap pimpinannya. Sehingga dia meminta perlu ada definisi yang jelas
soal makna kesetiaan atau loyalitas indikator penilaian pegawai.

"Ya kan saya melakukan ini kan sebagai bentuk kesetiaan saya kepada pimpinan. Nah
ini bener tidak seperti itu, ini tolong didefinisikan yang lebih jelas dan tegas," ucap
Mr. E. Selain itu, Mr. E mengatakan Wakil Wali Kota “X” Mr. P saat diperiksa penyidik
KPK hanya dimintai konfirmasi posisi dirinya di Pemkot “X”. Namun ia mengaku
tidak mengetahui apakah Mr. P mengaku proses pengadaan proyek senilai Rp 5,26
miliar, yang dimenangi “PT. D”

"Itu menjelaskan kedudukan saya mungkin, saya nggak tahu pasti," ujar Mr. E. Dalam
kasus ini, Wali Kota “X” nonaktif Mr. R ditangkap terkait suap proyek senilai Rp 5,26
miliar, yang dimenangi “PT. D”. Mr. R mendapatkan komisi 10 persen atau Rp 500
juta dari proyek yang dianggarkan Kota “X” pada 2017 itu.

Dari OTT tersebut, KPK menyita uang tunai Rp 200 juta yang diberikan kepada Mr. R.
Sedangkan Rp 300 juta sebelumnya diberikan untuk keperluan pelunasan mobil
Toyota Alphard milik Mr. R. KPK juga menyita uang tunai Rp 100 juta yang diberikan
tersangka pengusaha “Mr. F” kepada Kepala Bagian Layanan dan Pengadaan Pemkot
“X” “Mr. S” sebagai panitia pengadaan. Ketiganya kemudian ditetapkan sebagai
tersangka.

Pertanyaan :
1. Dari kasus tersebut, uraikan aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi loyalitas seseorang pada sebuah organisasi.
2. Terdapat 3 (tiga) panduan perilaku loyal dalam Core Value ASN,
berikan contoh tindakan yang dapat Anda lakukan di

25
Modul Loyal

Instansi/Unit Kerja Anda sebagai perwujudan dari masing-masing


panduan perilaku loyal tersebut.
3. Berdasarkan kasus di atas jelaskan upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan loyalitas seorang ASN terhadap
bangsa dan negaranya.

C. Rangkuman
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh
faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai
Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi

26
Modul Loyal

6. Hubungan Antar Pribadi


7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia
(loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut
dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala

27
Modul Loyal

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan


negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnyaterhadap
bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-
langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal
seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan
nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

D. Evaluasi Materi Pokok 1


Untuk membantu mengevalusi/mengukur tingkat pemahaman
Anda terhadap Materi Pokok 1 ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal
Pilihan Ganda di bawah ini (Pada setiap soalnya, pilihlah satu jawaban
yang menurut Anda benar).
1. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial” yang artinya:
a. Mutu dari sikap patuh
b. Mutu dari sikap taat
c. Mutu dari sikap setia
d. Mutu dari sikap hormat
2. Loyalitas seseorang terhadap organisasinya akan timbul melalui :
a. Paksaan
b. Kesadaran sendiri
c. Pelatihan
d. Doktrinasi

28
Modul Loyal

3. Loyalitas merupakan kualitas kesetiaan atau kepatuhanseseorang


kepada orang lain atau sesuatu (misalnya organisasi) yang
ditunjukkan melalui:
a. Ide dan pemikiran
b. Sikap dan tindakan
c. Ketaatan dan pemikiran
d. Integritas dan idealisme
4. Terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan oleh organisasi
untuk mengukur loyalitas pegawai diantaranya:
a. Tanggung Jawab pada Pimpinan
b. Kemauan untuk Bekerja Sama
c. Rasa Percaya Diri
d. Hubungan Antar Organiasi
5. Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian
loyalitas, maka secara otomatis ia akan merasa memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap organisasinya, yang ditunjukannya
dengan cara:
a. Berhati-hati dan lambat dalam mengerjakan tugas-tugasnya
b. Mengerjakan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan
c. Berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi
kepentingan organisasi
d. Loyal terhadap pimpinan
6. Sesungguhnya seorang pegawai yang loyal dapat dilihat dari
seberapa besar dia menunjukkan integritas mereka saat bekerja.
Integritas yang sesungguhnya adalah:

29
Modul Loyal

a. Melakukan hal yang masif, dengan mengetahui bahwa orang


lain tidak mengetahuinya apakah Anda melakukannya atau
tidak.
b. Melakukan hal yang cerdas, dengan mengetahui bahwa orang
lain tidak mengetahuinya apakah Anda melakukannya atau
tidak.
c. Melakukan hal yang benar, dengan mengetahui bahwa orang
lain tidak mengetahuinya apakah Anda melakukannya atau
tidak.
d. Melakukan hal yang inovatif, dengan mengetahui bahwa orang
lain tidak mengetahuinya apakah Anda melakukannya atau
tidak.
7. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan terhadap:
a. Pimpinan
b. Pekerjaan
c. Profesi
d. NKRI
8. Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus:
a. Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara
b. Setia dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
c. Berintegritas dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara
d. Berakuntabilitas dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara

30
Modul Loyal

9. Salah satu tindakan yang merupakan perwujudan dari panduan


perilaku “Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan
negara” adalah:
a. Tidak melaporkan pimpinan yang melakukan pelanggaran
b. Memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan
kebudayaan bangsa
c. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
d. Tidak menyebarluaskan informasi penting instansi secara
sembarangan
10. Secara umum, sikap loyal seorang pegawai terhadap
organisasinya dapat dibangun dengan cara:
a. Membangun rasa kecintaaan dan memiliki serta meningkatkan
ketakwaan
b. Meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan rohani
c. Memberikan kesempatan peningkatan karir dan evalusi
komprehensif
d. Melakukan evaluasi berkala dan meningkatkan kinerja

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
1 dan dapat meneruskan untuk mempelajari Materi Pokok 2. Tetapi
bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi lagi Materi Pokok 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

31
Modul Loyal

BAB III
MATERI POKOK 2
PANDUAN PERILAKU LOYAL

Setelah mempelajari Materi Pokok 2 ini, peserta mampu menjelaskan panduan perilaku
(kode etik) loyal.

A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia
kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN.
Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
Dalam UU ASN juga disebutkan bahwa ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku
sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, Ayat 2 UU ASN. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga

32
Modul Loyal

martabat dan kehormatan ASN yang dapat diwujudkan dengan


Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan; dan
3) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
Selain terkait dengan Nilai-Nilai Dasar ASN serta kode
etik dan kode perilaku, nilai Loyal ini sangat terkait erat dengan
Kewajiban ASN. Kewajiban adalah suatu beban atau
tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam Pasal 23 UU
ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal
yang pertama ini diantaranya:
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

33
Modul Loyal

b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan


Negara
Adapun beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang kedua ini
diantaranya:
1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
3) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
4) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik;
5) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun;
6) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
7) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
8) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
10)Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.
Adapun beberapa Kode etik dan Kode Perilaku ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang kedua
ini diantaranya:
1) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
2) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN;

34
Modul Loyal

3) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;


4) Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN; dan
5) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.
Sedangkan beberapa Kewajiban ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang kedua ini
diantaranya:
1) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
2) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan;

c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara


Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan
dengan Panduan Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya:
memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
Sedangkan beberapa Kode etik dan Kode Perilaku ASN
yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang
ketiga ini diantaranya:
1) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
2) Memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
3) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau

35
Modul Loyal

mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau


untuk orang lain; dan
4) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi.
Adapun Kewajiban ASN yang dapat diwujudkan dengan
Panduan Perilaku Loyal yang ketiga, yaitu: Menyimpan rahasia
jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara


Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap
bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Bela Negara merupakan
tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negarayang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 UU No 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumberdaya Nasional untuk Pertahanan Negara. Agar
setiap warga dapat berkontribusi nyata

36
Modul Loyal

dalam upaya-upaya bela negara tersebut selanjutnya dalam pasal


7-nya dirumuskan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara sebagai berikut:
a) Cinta Tanah Air, dengan contoh aktualisasi sikap dan perilaku
sebagai berikut :
1) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah.
2) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
3) Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga
seluruh ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut
maupun udara dari berbagai ancaman, seperti: ancaman
kerusakan lingkungan, ancaman pencurian sumber daya
alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
4) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di
tengah-tengah masyarakat dalam menunjukkan
kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
5) Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan,
dan mengambil pembelajaran jiwa patriotisme dari para
pahlawan serta berusaha untuk selalu menunjukkan sikap
kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada
Negara dan bangsa.
6) Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap
tindakan dan tidak merendahkan atau selalu
membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi negatif dengan
bangsa-bangsa lainnya di dunia.

37
Modul Loyal

7) Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada


kemajuan bangsa dan Negara melalui ide-ide kreatif dan
inovatif guna mewujudkan kemandirian bangsa sesuai
dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
8) Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mendukung
tugas sebagai ASN Penggunaan produkproduk asing hanya
akan dilakukan apabila produk tersebut tidak dapat
diproduksi oleh Bangsa Indonesia.
9) Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil
putra-putri terbaik bangsa (olahragawan, pelajar,
mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan
maupun kelompok yang bertugas membawa nama
Indonesia di kancah internasional.
10) Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri
hiburan tanah air sebagai pilihan pertama dan mendukung
perkembangannya.

b) Sadar Berbangsa dan Bernegara, dengan contoh aktualisasi


sikap dan perilaku sebagai berikut:
1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
3) Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap
kontestasi politik, baik tingkat daerah maupun di tingkat
nasional.
4) Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi
38
Modul Loyal

pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di


tengah-tengah masyarakat.
5) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung
terselenggaranya pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil,
berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,
professional, akuntabel, efektif dan efisien.
6) Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugasdan
fungsi ASN.
7) Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut
berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
8) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
9) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.

c) Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara, dengan contoh


aktualisasi sikap dan perilaku sebagai berikut:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila.
2) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
3) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur.
4) Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-
tengah masyarakat.
5) Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-
nilai Pancasila di tengah kehidupan sehari-hari.
6) Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu
sesuai fungsi ASN.
7) Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai
kesempatan dalam konteks kekinian.
39
Modul Loyal

8) Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa


Pancasila merupakan dasar Negara yang menjamin
kelangsungan hidup bangsa.
9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

d) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dengan contoh


aktualisasi sikap dan perilaku sebagai berikut:
1) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
2) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk kemajuan bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi
masing-masing.
3) Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara
dari berbagai macam ancaman.
4) Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional
dan menjadi pionir pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan nasional.
5) Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi
situasi dan kondisi yang penuh dengan kesulitan.
6) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN
tidak akan sia-sia.

e) Kemampuan Awal Bela Negara, dengan contoh aktualisasi


sikap dan perilaku sebagai berikut:
1) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
2) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
40
Modul Loyal

3) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja


pegawai.
4) Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan
mengembangkan wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5) Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan
pola hidup sehat serta menjaga keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari.
6) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang
telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
7) Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran
berolahraga sebagai gaya hidup.
8) Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri
dari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu
kesehatan.

41
Modul Loyal

B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang
Panduan Perilaku Loyal, cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan Studi
Kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda jawab secara
perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama rekan-rekan
peserta yang lainnya.
Studi Kasus 2: ASN, Radikalisme, dan Loyalitas Ideologi Negara
Oleh : Trisno Yulianto - detiknews

Paparan paham radikalisme bukan hanya menyasar kalangan mahasiswa di


lingkungan kampus, namun juga pada komunitas Aparatur Sipil Negara (ASN).
Komunitas ASN yang menjadi ujung tombak pelayanan publik banyak yang mengalami
proses radikalisasi dalam pemikiran dan tindakan.
Tidak mengherankan apabila banyak ASN yang menjadi anggota organisasi yang
berpaham anti Pancasila dan anti NKRI. Saat sebuah Ormas dibubarkan oleh
pemerintah pada 2017, terbongkar "kotak pandora" tentang daftar keanggotaan Ormas
tersebut. Ribuan anggota Ormas itu dari Aceh sampai Papua banyak yang berstatus
ASN. Bukan hanya menjadi anggota Ormas tersebut, banyak ASN dalam berbagai
profesi bergabung dalam organisasi/perkumpulan yang pahamnya radikal dan
intoleran. Organisasi/perkumpulan radikal yang diikuti oleh ASN ada yang legal,
namun kebanyakan illegal sebagai sel organisasi radikal.
Aktualisasi pemikiran radikal ASN tampak kasat mata dalam berbagai unggahan
status mereka melalui laman media sosial pribadi, dan juga pernyataan-pernyataan
yang disampaikan dalam forum sosial-keagamaan. Pemikiran radikal ASN tersebut bisa
dipetakan dalam berbagai jenis. Pertama, pemikiran ASN yang menolak konsepsi
negara Pancasila, dan justru menyepakati konsepsi negara Khilafah atau negara Islam
(teokrasi). Banyak PNS/ASN yang terkontaminasi ajaran radikal menolak eksistensi
negara Pancasila dan enggan melaksanakan kegiatan yang mengekspresikan spirit
nasionalisme. Mereka menolak mengikuti upacara bendera dan melaksanakan ritual
menghormati bendera yang dianggap musyrik.
Kedua, pemikiran ASN yang menyetujui tindakan kekerasan dan atau terorisme
yang berlabel "jihad". Pemikiran ASN tersebut didasari doktrin yang mereka yakini
bahwa kekerasan dan atau terorisme yang bermotivasi jihad sesuai prinsip "teologis"
yang mereka anut. Tidak dipungkiri akhirnya banyak kasus ASN terlibat dalam kegiatan
jaringan kelompok radikalisme dan terorisme. Beberapa tahun yang lalu puluhan ASN
bahkan nekad pergi ke Suriah dan meninggalkan profesi kerja sebagai ASN dengan
dalih memenuhi panggilan jihad.
Ketiga, pemikiran "ambigu" atau paradoks ASN yang membenci pemerintahan
yang sedang berkuasa. Banyak ASN yang kecewa terhadap kepemimpinan presiden
terpilih mengekspos ujaran kebencian terhadap simbol negara (presiden) dan
pemerintah melalui status dan komentar di media sosial. Mereka menerima gaji dan
tunjangan dari negara namun bersikap "oposan" dalam pemikiran terhadap
pemerintahan yang sah dan sedang "berkuasa". ...

42
Modul Loyal

Lanjutan…

Sedangkan aktivitas pro radikalisme yang dilakukan "oknum-oknum" ASN memiliki


tendensi sosiologis di antaranya, ASN yang memiliki kemampuan sebagai "pendakwah"
atau "propagandis" justru lebih banyak menyebarkan ujaran intoleran-pro radikalisme
melalui forum-forum pertemuan yang mereka hadiri sebagai narasumber. Banyak ASN
yang menyebarkan virus ajaran radikal dalam berbagai rembuk sosial di lingkungan kerja
dan lingkungan sosial masyarakat.
Berbagai ASN yang memiliki penghasilan besar karena terkait jabatan dan profesi
juga beberapa kali terbukti sebagai penyumbang (pendonor) dana kegiatan radikalisme
dan terorisme. Terungkapnya pengakuan terduga teroris di Palembang bahwa dana
kegiatan mereka disumbang oleh ASN yang menjabat di BUMN, menjadi salah satu bukti
yang tidak terpungkiri.
Terpaparnya ASN dalam paham radikalisme jelas merupakan pengkhianatan
sumpah dan janji ASN. Semua ASN di Indonesia tergabung dalam Korps Pegawai Republik
Indonesia (Korpri), dan ketika diangkat sebagai calon ASN maupun pascadiklat
prajabatan/latsar dilantik sebagai ASN "penuh" mereka diwajibkan menandatangani dan
mengucap sumpah Korpri, yang salah satu pasalnya berbunyi: “Kami anggota Korps
Pegawai Republik Indonesia bersumpah setia dan taat kepada pemerintah dan negara
kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila."
Lebih jauh ASN juga bersumpah senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi-
golongan. Undang-Undang No 5 tahun 2014 tentang ASN secara tegas mewajibkan ASN
untuk setia pada ideologi negara yakni Pancasila dan pada konsepsi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. ASN sebagai aparatur birokrasi wajib untuk mentaati segala aturan
dan prinsip kerja yang diatur oleh pemerintah. ASN tidak boleh mengkhianati prinsip dasar
ideologi negara dalam pemikiran dan tindakan.
Lantas, bagaimanakah melihat fenomena suburnya radikalisme pemikiran dan
tindakan di kalangan ASN yang secara langsung akan membahayakan eksistensi kehidupan
bernegara? Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini
Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi serta Kemendagri. Pertama,perlunya reedukasi
ideologi negara di kalangan ASN yang telah terpapar paham radikalisme/terorisme.
Reedukasi dilakukan kepada ASN yang terbukti terlibat dalam kepengurusan organisasi
radikal dan/atau terlarang.
Kedua, dibutuhkan penelitian khusus (litsus) terhadap ASN yang berpotensi
terpapar pemikiran dan konsepsi radikalisme. Litsus dilakukan bagi ASN yang nyata- nyata
menolak paham negara Pancasila dalam berbagai sikapnya. Ketiga, mengambil tindakan
tegas --pemberhentian-- bagi ASN yang telah terbukti aktif dalam kegiatan radikalisme dan
terorisme. ASN yang nyata-nyata telah melanggar sumpah Korpri harus dikeluarkan dari
jabatan/status ASN.
ASN di Indonesia memang harus memiliki loyalitas ideologi. ASN di Indonesia
diwajibkan untuk setia dan menjalankan prinsip ideologi Pancasila dalam pekerjaan di
lembaga birokrasi pemerintahan maupun dalam relasi sosial kemasyarakatan. Loyalitas
ASN terhadap ideologi negara dan konstitusi adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar dan
merupakan harga mati. ASN bekerja untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat dan
keutuhan negara.

43
Modul Loyal

Pertanyaan:
1. Jelaskan tentang Loyal sebagai Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
bagi ASN kaitannya dengan radikalisme dan/atau intoleran.
2. Berdasarkan kasus di atas jelaskan jenis pemikiran radikal ASN
yang tidak mencerminkan keloyalan terhadap bangsa dan negara.
3. Berdasarkan kasus di atas jelaskan beberapa tindakan yang harus
dilakukan oleh pemerintah, terhadap ASN yang telah terpapar
paham radikalisme dan/atau intoleran.

C. Rangkuman
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai
profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik
dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya
(Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK
yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan
perilaku (kode etik)- nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap
bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalamkehidupan
sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara

44
Modul Loyal

D. Evaluasi Materi Pokok 2


Untuk membantu mengevalusi/mengukur tingkat pemahaman
Anda terhadap Materi Pokok 2 ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal
Pilihan Ganda di bawah ini (Pada setiap soalnya, pilihlah satu jawaban
yang menurut Anda benar).
1. ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai
Dasar. Hal tersebut tertuang dalam:
a. PP Nomor 11 Tahun 2017 Pasal 4
b. PP Nomor 11 Tahun 2017 Pasal 5
c. UU Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 4
d. UU Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 5
2. Loyalitas seorang ASN dapat diwujudkan dengan cara
melaksanakan dengan sebaik-baiknya Kode Etik dan Kode Perilaku
ASN. Kode Etik dan Kode Perilaku tersebut dirumuskan dengan
tujuan untuk:
a. Meningkatkan produktivitas kerja ASN
b. Menjaga martabat dan kehormatan ASN
c. Menjaga wibawa pemerintah
d. Meningkatkan kualitas pelayanan publik
3. Yang tidak termasuk panduan perilaku Loyal dalam Core Values
ASN adalah:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
b. Melindungi segenap tumpah darah Indonesia dengan integritas
dan semangat juang yang tinggi
c. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara
45
Modul Loyal

d. Menjaga rahasia jabatan dan negara


4. Kode etik dan kode perilaku ASN yang terkait dengan Panduan
Perilaku Loyal “Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada
NKRI serta Pemerintahan yang Sah” adalah:
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
b. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Panduan Perilaku Loyal “Menjaga Nama Baik Sesama ASN,
Pimpinan Instansi dan Negara” yang terkait dengan Kewajiban ASN
adalah:
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
b. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN
c. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan
d. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN

46
Modul Loyal

6. Panduan Perilaku Loyal “Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara”


yang terkait dengan Kewajiban ASN adalah:
a. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
b. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
c. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
d. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
7. Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa
dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya.
Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa:
a. Setiap ASN berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
b. Setiap penduduk Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
c. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
d. Setiap Aparatur Pemerintah Sipil dan Militer berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
8. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Nasional untuk Pertahanan Negara, yang tidak
termasuk Nilai-Nilai Dasar Bela Negara adalah:
a. Cinta Bangsa Indonesia
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Kemampuan Awal Bela Negara
47
Modul Loyal

9. Nilai Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara, dapat


diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku sebagai berikut:
a. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan
peraturan/perundangan di tengah-tengah masyarakat
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
d. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
10. Nilai Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dapat
diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku sebagai berikut:
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
b. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan
fungsi ASN
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari
berbagai macam ancaman
d. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
2 dan dapat meneruskan untuk mempelajari Materi Pokok 3. Tetapi
bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi lagi Materi Pokok 2, terutama bagian yang belum di kuasai.

48
Modul Loyal

BAB IV
MATERI POKOK 3
LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH

Setelah mempelajari Materi Pokok 3 ini, peserta mampu mengaktualisasikan Loyal Dalam
Konteks Organisasi Pemerintah.

A. Uraian Materi
1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon
PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan
sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji tersebut
mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami
dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian
atau komponen sebuah organisasi pemerintah. Berikut adalah
petikan bunyi Sumpah/Janji PNS :
"Demi Allah/Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa, saya
bersumpah/berjanji:
a) bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara, dan
pemerintah;
b) bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab;
c) bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan
negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta

49
Modul Loyal

akan senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada


kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan;
d) bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut
sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan;
e) bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara".

2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS


Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas), ketenteraman,
keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah
kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin
adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan, nama baik
dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja,
instansi, dan/atau pemerintah/negara. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang
memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-
ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
a. PNS Wajib:
1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah;

50
Modul Loyal

2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;


3) Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
9) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS;
10) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;
11) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
pribadi, seseorang, dan/atau golongan;
12) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan keamanan
negara atau merugikan keuangan negara;
13) Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
14) Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
15) Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;

51
Modul Loyal

16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk


mengembangkan kompetensi; dan
17) Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan
tugas dan fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. PNS Dilarang:
1) Menyalahgunakan wewenang;
2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan
orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan
jabatan;
3) Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
4) Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa
izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian;
5) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau
lembaga swadaya masyarakat asing kecuali ditugaskan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
6) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
atau meminjamkan barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;
7) Melakukan pungutan di luar ketentuan;
8) Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
10) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

52
Modul Loyal

11) Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan


dan/atau pekerjaan;
12) Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
13) Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; dan
14) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil
Presiden, calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan
Ralryat Daerah dengan cara:
a) Ikut kampanye;
b) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakanatribut
partai atau atribut PNS;
c) Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS
lain;
d) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan
fasilitas negara;
e) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye;
f) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat; dan/atau

53
Modul Loyal

g) Memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu


Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk.

3. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS


Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun
sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
a) ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Fungsi ASN yang pertama adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik. Secara teoritis, kebijakan publik dipahami
sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
atau tidak dilakukan. Bertolak dari pengertian di atas, ASN
sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai aparat sipil negara
memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik. Dengan
kata lain, ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor) yang
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan
sektor pemerintahan.
Oleh karena itu setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-
nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik dan
senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan
negara di atas kepentingan lainnya. Untuk itu pegawai ASN

54
Modul Loyal

harus memiliki karakter kepublikan yang kuat dan mampu


mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah
pelaksanaan kebijakan publik.
Selain itu, setiap pegawai ASN harus senantiasa bersikap
adil dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. ASN harus bersikap profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan. Untuk itu,
integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN dengan
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan,
tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Hal-hal tersebut tentunya baru akan dilakukan jika ASN
memiliki sikap loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara,
dengan senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip penting
dalam pelaksanaan kebijakan publik sebagai berikut:
1) ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam mengimplementasikan kebijakan
publik. ASN adalah sebagai ujung tombak dalam membuat
dan mengeksekusi suatu kebijakan dalam merespon suatu
masalah. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, tanpa ada
implementasi maka suatu kebijakan publik hanya menjadi
angan-angan belaka, sehingga karena itu harus
dioperasionalisasikan.
2) ASN harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi
pada kepentingan publik. Setiap pegawai ASN harus
menyadari sebagai aparatur profesional yang kompeten,
berorientasi pelayanan publik, dan loyal kepada negara dan
aturan perundangundangan. Karena itu, ASN harus

55
Modul Loyal

menjiwai semangat UU ASN yang berupaya untuk


memperbaiki sifat layanan birokrasi yang buruk, yaitu
birokrasi yang berfungsi hanya untuk melayani kepentingan
atasan, bukan untuk kepentingan publik atau masyarakat
yang rekrutmen pegawainya didasarkan atas kedekatan
keluarga atau pertemanan, bukan melalui sistem merit
berdasarkan kompetensi dan kompetsisi.Dengan demikian,
pegawai ASN harus menyadari dirinya sebagai bagian dari
birokrasi yang melayani kepentingan publik yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer-driven
government).
3) ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan
tugasnya. Yaitu yang memiliki potensi dan kemampuan
yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran sebagai
wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam
kehidupan bernegara. Di samping itu, ASN juga harus
berpegang pada 12 (dua belas) Kode Etik dan KodePerilaku
yang telah diatur dalam UU ASN pasal 5.

b) ASN sebagai Pelayan Publik


Pelayanan publik dapat dipahami sebagai kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.

56
Modul Loyal

Fungsi ASN yang kedua adalah sebagai pelayan publik


untuk memberikan pelayanan publik tersebut. Agar fungsi yang
kedua ini dapat terlaksana dengan baik, maka seorang ASN
harus senantiasa berorientasi kepada kepentingan publik dan
memiliki kapasitas untuk pemberikan pelayanan kepada publik
sebagai bagian dari unit kerja publik untuk memenuhi
kepentingan masyarakat umum atau segala sesuatu yang
berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dengan merujuk
pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik. Dengan demikian seorang ASN harus profesional,
kompeten, berorientasi pelayanan publik dan berintegritas
sebagai perwujudan loyalitasnya kepada bangsa dan negara

c) ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa


Fungsi ASN yang ketiga adalah sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Agar ASN dapat melaksanakan fungsi ini
dengan baik maka seorang ASN harus mampu bersikap netral
dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu
kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan
harus obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan
adil dalam melaksanakan tugasnya, ASN akan mampu
menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di
lingkungan kerja dan masyarakatnya sehingga dapat
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Selain harus mampu bersikap netral dan adil, seorang
ASN juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok-

57
Modul Loyal

kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,


peraturan yang mendiskriminasikan keberadaan kelompok
tersebut. Selanjutnya, seorang ASN juga harus mampu menjadi
figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi
bagian dari problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari
sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu, setiap ucapan
dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan
masyarakat di sekitarnya. Dia tidak boleh melakukan tindakan,
ucapan dan perilaku yang bertentangan dengan norma-norma
sosial dan susila, bertentangan dengan agama dan nilai lokal
yang berkembang di masyarakat yang dapat memicu
perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Jika seorang ASN
telah mampu melakukan hal-hal tersebut di atas berarti dia
telah mampu mewujudkan panduan perilaku loyal dalam
melaksanakan fungsinya sebagai ASN.

4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS


Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam
wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintahmaupun
sebagai bagian dari anggota masyarakat. Penjelasan aktualisasi
nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat diuraikan
sebagai berikut.

58
Modul Loyal

a) Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)


Dalam mengimplementasikan nilai-nilai Ketuhanan, kita
perlu mendudukkan Pancasila secara proporsional. Dalam hal
ini, Pancasila bukan agama yang bermaksud mengatur sistem
keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma, dan identitas
keagamaan masyarakat. Ketuhanan dalam kerangka Pancasila
bisa melibatkan nilai-nilai moral universal agama- agama yang
ada. Pancasila bermaksud menjadikan nilai-nilai moral
Ketuhanan sebagai landasan pengelolaan kehidupan dalam
konteks masyarakat yang majemuk, tanpa menjadikan salah
satu agama tertentu mendikte negara.
Sila Ketuhanan dalam Pancasila menjadikan Indonesia
bukan sebagai negara sekuler yang membatasi agama dalam
ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai Ketuhanan
mendasari kehidupan bermasyarakat dan berpolitik. Namun,
Pancasila juga tidak menghendaki negara agama, yang
mengakomodir kepentingan salah satu agama. Karena hal ini
akan membawa pada tirani yang memberangus pluralitas
bangsa. Dalam hal ini, Indonesia bukan negara sekuler sekaligus
bukan negara agama.
Adanya nilai-nilai Ketuhanan dalam Pancasila berarti
negara menjamin kemerdekaan masyarakat dalam memeluk
agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak hanya
kebebasan dalam memeluk agama, negara juga menjamin
masyarakat memeluk kepercayaan. Namun dalam kehidupan di
masyarakat, antar pemeluk agama dan kepercayaan harus
saling menghormati satu sama lain. Nilai-nilai Ketuhanan yang

59
Modul Loyal

dianut masyarakat berkaitan erat dengan kemajuan suatu


bangsa. Ini karena nilai-nilai yang dianut masyarakat
membentuk pemikiran mereka dalam memandang persoalan
yang terjadi. Maka, selain karena sejarah Ketuhanan
masyarakat Indonesia yang mengakar, nilai-nilai Ketuhanan
menjadi faktor penting yang mengiringi perjalanan bangsa
menuju kemajuan.
Nilai-nilai Ketuhanan yang dikehendaki Pancasila
adalah nilai Ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai
keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan, dan
menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Dengan
menempatkan nilai-nilai Ketuhanan sebagai sila tertinggi di
atas sila-sila yang lain, kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki landasan rohani dan moral yang kuat. Sebagai
landasan rohani dan moral dalam berkehidupan, nilai-nilai
Ketuhanan akan memperkuat etos kerja. Nilai-nilai Ketuhanan
menjadi sumber motivasi bagi masyarakat dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
Implementasi nilai-nilai Ketuhanan dalam kehidupan
berdemokrasi menempatkan kekuasaan berada di bawah
Tuhan dan rakyat sekaligus. Demokrasi Indonesia tidak hanya
berarti daulat rakyat tapi juga daulat Tuhan, sehingga disebut
dengan teodemokrasi. Ini bermakna bahwa kekuasaan
(jabatan) itu tidak hanya amanat manusia tapi juga amanat
Tuhan. Maka, kekuasaan (jabatan) harus diemban dengan
penuh tanggung jawab dan sungguh-sungguh. Kekuasaan
(jabatan) juga harus dijalankan dengan transparan dan

60
Modul Loyal

akuntabel karena jabatan yang dimiliki adalah amanat manusia


dan amanat Tuhan yang tidak boleh dilalaikan.
Nilai-nilai Ketuhanan juga dapat diimplementasikan
dengan cara mengembangkan etika sosial di masyarakat. Nilai-
nilai Ketuhanan menjiwai nilai-nilai lain yang dibutuhkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara seperti persatuan,
kemanusiaan, permusyawaratan, dan keadilan sosial. Dalam
hal ini nilai-nilai Ketuhanan menjadi sila yang menjiwai sila- sila
yang lain dalam Pancasila. Dengan berpegang teguh pada nilai-
nilai Ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan
karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif,
dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi
diri sebagai ASN yang loyal kepada bangsa dan negara guna
mengelola kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk
kemakmuran masyarakat.

b) Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)


Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan
kemanusiaan universal yang disumbangkan dari berbagai
interaksi peradaban dunia. Penjajahan yang berlangsung di
berbagai belahan dunia merupakan upaya masif internasional
dalam merendahkan martabat kemanusiaan. Sehingga
perwujudan Indonesia merdeka merupakan cara dalam
memuliakan nilai-nilai kemanusiaan universal. Kemerdekaan
Indonesia merupakan ungkapan kepada dunia bahwa dunia
harus dibangun berdasarkan kesederajatan antarbangsa dan
egalitarianisme antarumat manusia. Dalam hal ini semangat

61
Modul Loyal

nasionalisme tidak bisa lepas dari semangat kemanusiaan,


sehingga belum dapat disebut sebagai seorang yang nasionalis
jika ia belum mampu menunjukkan jiwa kemanusiaan.
Dalam hal ini, para pendiri bangsa bukan hanya sekedar
hendak merintis dan membangun negara, tetapi mereka juga
memikirkan bagaimana manusia Indonesia tumbuh sebagai
pribadi yang berbudaya dan bisa berkiprah di pentas pergaulan
dunia. Pada masa kemerdekaan ini, membangun bangsa tidak
sekedar terlibat dan sibuk dalam pemerintahan dan birokrasi,
tapi juga mempertimbangkan bagaimana membangun manusia
Indonesia yang ada di dalamnya.
Bung Hatta memandang sila kedua Pancasila memiliki
konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti menjadi
pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan
dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsi
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Konsekuensi ke luar berarti
menjadi pedoman politik luar negeri bangsa yang bebas aktif
dalam rangka, “ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial”.
Dalam gempuran globalisasi, pemerintahan yang
dibangun harus memperhatikan prinsip kemanusiaan dan
keadilan dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri
dan pemerintahan global atau dunia. Jangan sampai lebih
memperhatikan kemanusiaan dalam negeri tapi mengabaikan

62
Modul Loyal

pergulatan dunia, atau sebaliknya, terlibat dalam interaksi


global namun mengabaikan kemanusiaan masyarakat
bangsanya sendiri. Perpaduan prinsip sila pertama dan kedua
Pancasila menuntut pemerintah dan peyelenggara negarauntuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang cita-cita moral rakyat yang mulia. Dengan
berlandaskan pada prinsip kemanusiaan ini, berbagai tindakan
dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilaikemanusiaan
tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku ASN sebagai
perwujudan dari loyalitasnya pada bangsa dan negara.
Fenomena kekerasan, kemiskinan, ketidakadilan, dan
kesenjangan sosial merupakan kenyataan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga ASN dan seluruh
komponen bangsa perlu bahu membahu menghapuskan
masalah tersebut dari kehidupan berbangsa.
Di tengah globalisasi yang semakin meluas cakupannya,
masyarakat Indonesia perlu lebih selektif dalam menerima
pengaruh global. Pengaruh global yang positif, yakni yang
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan tentu lebih diterima
dibanding pengaruh yang negatif, yakni yang merendahkan
nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu, diperlukan pemimpin yang
mampu menentukan kebijakan dan arah pembangunan dengan
mempertimbangkan keselarasan antara kepentingan nasional
dan kemaslahatan global.
c) Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)
Upaya melaksanakan sila ketiga Pancasila dalam
masyarakat plural seperti Indonesia bukanlah sesuatu hal yang

63
Modul Loyal

mudah. Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda membangun


bangsa (nation building) meruapkan sesuatu yang harus terus
menerus dibina, dilakukan dan ditumbuhkembangkan. Bung
Karno misalnya, membangun rasa kebangsaan dengan
membangkitkan sentimen nasionalisme yang menggerakkan
suatu i‘tikad, suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat ini adalah
satu golongan, satu bangsa. Soekarno menyatakan bahwa yang
menjadi pengikat manusia menjadi satu jiwa adalah kehendak
untuk hidup bersama, dengan ungkapan khasnya: “Jadi
gerombolan manusia, meskipun agamanya berwarna macam-
macam, meskipun bahasanya bermacam-macam, meskipun asal
turunannya bermacam-macam, asal gerombolan manusia itu
mempunyai kehendak untuk hidup bersama, itu adalah bangsa”.
Selanjutnya Soekarno menyatakan bahwa Semangat
kebangsaan itu mengakui manusia dalam keragaman, meskipun
terbagi dalam golongan-golongan.
Dengan demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi
karena dia memiliki satu nyawa, satu asal akal, yang tumbuh
dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu kesatuan
riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan
kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik
nyata. Oleh karena itu sebagai persenyawaan dari ragam
perbedaan suatu bangsa mestinya memiliki karakter tersendiri
yang bisa dibedakan dari karakter unsur-unsurnya.
Selain itu, negara juga diharapkan mampu memberikan
kebaikan bersama bagi warganya tanpa memandang siapa dan
dari etnis mana, apa agamanya, dengan terus memperkuat

64
Modul Loyal

semangat gotong royong dalam kehidupan masyarakat sipil dan


politik dengan terus menerus mengembangkan pendidikan
kewarganegaraan dan multikulturalisme yang dapat
membangun rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi dengan
prinsip prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan
non diskriminatif. Disinilah seorang ASN yang loyal dapat
mengambil peran dan memainkan fungsinya sebagai perekat
dan pemersatu bangsa.

d) Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)


Kesepahaman para pendiri bangsa untuk membangun
demokrasi yang sesuai dengan karakter bangsa, yakni
demokrasi permusyawaratan, menunjukkan bahwa demokrasi
bukan sekedar alat. Demokrasi permusyawaratan merupakan
cerminan dari jiwa, kepribadian, dan cita-cita bangsa Indonesia.
Dalam pandangan Soekarno, demokrasi bukan sekedar alat
teknis saja, tetapi suatu kepercayaan atau keyakinan untuk
mencapai suatu bentuk masyarakat yang dicita-citakan.
Karena itu, demokrasi yang diterapkan di Indonesia
mempunyai corak nasional yang sesuai dengan kepribadian
bangsa. Sehingga, demokrasi di Indonesia tidak perlu sama atau
identik dengan demokrasi yang dijalankan oleh negara- negara
lain di dunia. Sila ke-4 Pancasila mengandung ciri-ciri
demokrasi yang dijalankan di Indonesia, yakni kerakyatan
(kedaulatan rakyat), 2) permusyawaratan (kekeluargaan), dan
3) hikmat-kebijaksanaan.

65
Modul Loyal

Demokrasi yang berciri kerakyatan berarti adanya


penghormatan terhadap suara rakyat. Rakyat berperan dan
berpengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pemerintah. Sementara ciri permusyawaratan
bermakna bahwa negara menghendaki persatuan di atas
kepentingan perseorangan dan golongan. Penyelenggaraan
pemerintahan didasarkan atas semangat kekeluargaan di
antara keragaman bangsa Indonesia dengan mengakui adanya
kesamaan derajat.
Hikmat kebijaksanaan menghendaki adanya landasan
etis dalam berdemokrasi. Permusyawaratan dijalankan dengan
landasan sila-sila Pancasila lainnya, yakni Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, dan keadilan. Landasan Pancasila
inilah yang membedakan model demokrasi di Indonesia dengan
demokrasi di negara-negara lain, termasuk dengan demokrasi
liberal dan demokrasi totaliter. Hikmat kebijaksanaan juga
mensyaratkan adanya wawasan dan pengetahuan yang
mendalam tentang pokok bahasan dalam musyawarah atau
pengambilan keputusan. Pemerintah dan wakil rakyat
diharapkan bisa mengetahui, memahami, dan merasakan, apa
yang diinginkan rakyat dan idealitas apa yang seharusnya ada
pada rakyat, sehingga keputusan yang diambil adalah
keputusan yang bijaksana. Penghayatan terhadap nilai- nilai
permusyawaratan ini diharapkan memunculkan mentalitas
masyarakat yang mengutamakan kepentingan umum. Adanya
mentalitas yang mengutamakan kepentingan umum ini
memudahkan dalam menemukan kata sepakat dalam
pengambilan keputusan bersama.

66
Modul Loyal

Untuk itu, dalam segala pengambilan keputusan, lebih


diutamakan diambil dengan cara musyawarah mufakat.
Pemungutan suara (voting) dalam pengambilan keputusan
merupakan pilihan terakhir jika tidak mencapai mufakat,
dengan tetap menjunjung tinggi semangat kekeluargaan.
Demokrasi permusyawaratan dijalankan tidak hanya
dalam bidang politik dan pemerintahan saja. Demokrasi
permusyawaratan juga dijalankan dalam berbagai pilar
kehidupan bernegara. Demokrasi tidak hanya dijalankan secara
prosedural melalui pembentukan lembaga legislatif, eksekutif,
dan yudikatif saja. Demokrasi juga hendaknya dijalankan dalam
bidang ekonomi, sosial, hukum, dan pelayanan publik. Dalam
hal ini, demokrasi dijalankan untuk memberikan pelayanan dan
kesejahteraan pada masyarakat.
Pelayanan publik hendaknya memahami kebutuhan
rakyat sebagai pemegang saham utama pemerintahan. Dalam
demokrasi sosial, pelayanan publik berperan dalam
memastikan seluruh warga negara, tanpa memandang latar
belakang dan golongan serta mendapat jaminan kesejahteraan.
Demokrasi permusyawaratan juga menghendaki adanya
semangat demokrasi dari para penyelenggara negara. Idealitas
sistem demokrasi yang dirancang sangat ditentukan oleh
semangat para penyelenggara negara untuk menyesuaikan
sikapnya menurut nilai-nilai Pancasila dengan sikap loyalitas
yang tinggi.

67
Modul Loyal

e) Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)


Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri
bangsa menyatakan bahwa negara merupakan organisasi
masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan. Untuk
itulah diperlukan dua syarat yaitu adanya emansipasi dan
partisipasi bidang politik, yang sejalan dengan emansipasi dan
partisipasi bidang ekonomi. Kedua partisipasi inilah yang oleh
Soekarno seringkali disebut dengan istilah Sosio-Demokrasi.
Dengan kedua pendekatan tersebut, diharapkan akan mampu
menghindarkan Negara Indonesia dari konsep negara liberal,
tapi lebih condong pada pada konsep negara kesejahteraan,
yaitu suatu bentuk pemerintahan demokratis yang
menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan rakyat dan negara juga berhak mengatur
pembagian kekayaan negara agar rakyat tidak ada yang
kelaparan, rakyat bisa memperoleh jaminan sosialnya serta
negara bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan dari
fungsi sosial atas hak milik pribadi sehingga bisa terwujud
kesejahteraan umum.
Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperatif
etis dari amanat Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 pasal 33
yang berbunyi: “Perekonomian berdasar atas demokrasi
ekonomi, kemakmuran bagi semua orang”. Dan dalam
realisasinya usaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial harus bersendikan kepada nilai nilai kekeluargaan
Indonesia sebagaimana yang terkandung dalam sila sila
Pancasila.

68
Modul Loyal

Komitmen keadilan dalam alam pikiran Pancasila


memiliki dimensi sangat luas. Peran negara dalam mewujudkan
rasa keadilan sosial, setidaknya ada dalam empat kerangka; (i)
Perwujudan relasi yang adil disemua tingkat sistem
kemasyarakatan, (ii) Pengembangan struktur yang
menyediakan kesetaraan kesempatan, (iii) Proses fasilitasi
akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan,
(iv) Dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan
keputusan bagi semua orang.
Perwujudan negara kesejahteraan sangat ditentukan
oleh integritas dan mutu penyelenggara negara, disertai
dukungan rasa tanggung jawab dan rasa kemanusiaan yang
terpancar dari setiap ASN yang memiliki loyalitas tinggi. Dalam
visi negara yang hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, berlaku prinsip “berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing”.

B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang Loyal
Dalam Konteks Organisasi Pemerintah, cobalah Anda kerjakan soal-
soal latihan studi kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut dapat Anda
jawab secara perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama
rekan-rekan peserta yang lainnya.

69
Modul Loyal

Studi Kasus 3 : Pengebiran Makna Loyalitas PNS


(Ahmad Turmuzi. Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pengebiran
Makna Loyalitas PNS”)
Makna umum dari loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan. Dalam organisasi
modern, termasuk organisasi pemerintahan mengkondisikan loyalitas pada aturan, bukan
person. Tetapi dalam praktiknya loyalitas selalu disimpangkan sebagai kesetiaan pada
person. Pemimpin dalam pemerintahan yang ingin berkuasa kembali, sering kali menuntut
bawahannya untuk loyal kepadanya. Ingin mempertahankan kekuasaannya dengan
mengharap dukungan dari anak buahnya. Misalnya saja seorang presiden dan wakil
presiden, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati atau wali kota dan wakil
wali kota yang ingin terpilih kembali dalam pemilu atau pemilukada untuk melanjutkan
kekuasaannya, menuntut agar PNS atau pegawai yang dipimpinnya untuk memilih diri dan
pasangannya. Sering kali tuntutan itu dilakukan dengan cara biasa-biasa saja, sekedar
harapan atau permohonan dukungan. Tetapi, acap kali juga disertai dengan cara yang luar
biasa, misalnya diikuti dengan intimidasi atau memberikan “harapan-harapan” tertentu.
Cara yang biasa dilakukan oleh pemimpin yang sedang berkuasa untuk menggalang
dukungan dari kalangan PNS adalah dengan melibatkannya menjadi tim sukses, dan
memerintahkan PNS tertentu untuk turut mengkampanyekan diri dan pasangannya.
Oknum-oknum PNS yang terlibat, ada yang termotivasi karena “dijanjikan” sesuatu, ada
yang karena ditekan supaya tidak kehilangan jabatan yang sedang disandangnya, dan ada
yang melakukannya dengan sukarela yang didasari oleh sifat fanatisme yang berlebihan.
Mereka ini, secara aktif mencari dukungan di lapangan (masyarakat), baik terang-terangan
atau secara tersembunyi. Mereka manfaatkan organisasi profesi untuk menggalang
dukungan di kalangannya yang seprofesi. Ada juga yang memanfaatkan momen acara atau
pertemuan kedinasan untuk kampanye (kegiatan kampanye yang dibungkus/numpang
dalam kegiatan kedinasan). Yang terakhir ini yang sering penulis alami, mengingat saat ini
di Provinsi “X” sedang berlangsung tahapan-tahapan (proses) pemilukada untuk memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi “X”, serta Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten “Y”.
Dalam beberapa pertemuan atau rapat dinas yang penulis ikuti, pejabat-pejabat dari SKPD
tertentu selalu menyisipkan kampanye untuk pasangan calon yang sedang berkuasa
(incamben) dalam pidato atau sambutannya, dengan mengatasnamakan (mengedepankan)
loyalitas terhadap pimpinan.
Perlu kembali kita sadari, bahwa PNS terikat oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
53 tahun 2010 tentang disiplin PNS (telah dirubah dengan PP Nomor. 94 Tahun 2021 tentang
Disiplin PNS), terutama isi yang terdapat pada pasal 4. Pasal ini berisi tentang larangan
terhadap PNS untuk memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon. Dengan
demikian, upaya mobilisasi dukungan dari kelangan PNS seperti itu, jelas merupakan cara
ilegal, tidak dibenarkan menurut ketentuan yang adaatau melawan hukum. Bagi pasangan
calon yang menempuh cara tersebut, merupakan tindakan pengecut (tidak kesatria),
merasa takut kalah dan tidak percaya diri. Sedangkan bagi oknum PNS yang tidak netral,
berarti yang bersangkutan tidak bisa menahan “hawa nafsunya” dan tidak bisa
mengendalikan rasa takutnya karena akan kihilangan jabatan atau tidak memperoleh
jabatan tertentu. Singkatnya, mereka tidak bisa bersikap profesional dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
Langkah di atas jelas merupakan upaya untuk mengalihkan atau mengebiri makna
sejati dari loyalitas PNS. Sesungguhnya sebagi bagian dari masyarakat, PNS juga memiliki
hak pilih sendiri. Oleh karena itu setiap PNS bebas menentukan pilihannya dalam pemilu
atau pemilukada. Berarti seorang PNS tidak perlu merasa takut untuk kehilangan atau tidak
mendapat jabatan tertentu, tidak perlu
70 takut dengan intimidasi. Sepanjang berada pada
jalur (koridor) kebenaran, dan selalu bersikap profesional dalam menjalankan tugas dan
fungsi.
Modul Loyal

Pertanyaan:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Pengebiran Makna Loyalitas
PNS” dan berikan contohnya.
2. Berdasrkan kasus di atas, jelaskan beberapa ciri/karekter
pegawai yang loyal terhadap organisasinya.
3. Terangkanlah bagaimana Penegakkan Disiplin sebagai Wujud
Loyalitas PNS berdasrkan contoh kasus di atas.

C. Rangkuman
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya
dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika
diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-
undangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban
dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang
tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini
dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik sertaperekat
dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga
fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai
loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi
Pemerintah.

71
Modul Loyal

Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-


nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam
wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun
sebagai bagian dari anggota masyarakat.

D. Evaluasi Materi Pokok 3


Untuk membantu mengevalusi/mengukur tingkat pemahaman
Anda terhadap Materi Pokok 3 ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal
Pilihan Ganda di bawah ini (Pada setiap soalnya, pilihlah satu jawaban
yang menurut Anda benar).
1. Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib
mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji
tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya
dipahami dan diimplementasikan oleh setiap PNS. Ketentuan
mengenai sumpah/janji tersebut diatur dalam UU ASN pasal:
a. 63
b. 64
c. 65
d. 66
2. Dalam sumpah/janjinya PNS berkomitmen untuk:
a. Melaksanakan fungsi ASN dengan baik
b. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta akan senantiasa
mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan
saya sendiri, seseorang atau golongan
c. Menjadi PNS yang profesional dan berkompeten
d. Taat kepada Tuhan Yang Maha Esa
72
Modul Loyal

3. ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor) yang melaksanakan


segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan,oleh
karena itu ASN harus memiliki:
a. Nilai-nilai kepublikan
b. Nilai-nilai kelayakan
c. Nilai-nilai kesopanan
d. Nilai-nilai loyal
4. Sebagai wujud loyalitasnya, seorang ASN ketika melaksanakan
berbagai kebijakan publik hendaknya senantiasa:
a. Mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat terbatas
b. Mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik
c. Berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan
perintah atasan
d. Mengutamakan mutu pelayanan
5. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pelayanan publik yang harus
dipahami dan dipraktikkan oleh setiap Aparatur Sipil Negara yang
berada di garis depan dalam memberikan pelayanan publik bagi
masyarakat:
a. Partisipatif; Transparan; Tidak diskriminatif; serta Mudah dan
murah.
b. Efektif dan efisien; Aksesibel, Akuntabel dan Ramah.
c. Responsif; Berkeadilan; Tepat waktu dan Sabar
d. Tidak diskriminatif; Akuntabel; Jujur dan Berkeadilan.

73
Modul Loyal

6. Berikut adalah beberapa contoh persoalan pelayanan publik yang


masih kerap terjadi di Indonesia:
a. Pemberi layanan yang humanis dan diskriminatif
b. Tidak ada kepastian jumlah dan waktu penyelesaian layanan
c. Prosedur yang sulit dipenuhi dan harus melalui tahapan yang
berbelit-belit
d. Tidak responsif terhadap ketersediaan sumberdaya
7. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan
menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan.
Munculnya rasa kebanggaan dalam memberikan pelayanan akan
menjadi modal dalam melaksanakan pekerjaan. Pernyataan
tersebut merupakan salah satu dari beberapa karakteristik dari:
a. Budaya birokrasi yang berkualitas
b. Budaya birokrasi yang akuntabel
c. Budaya birokrasi yang melayani
d. Budaya birokrasi yang mengayomi
8. Agar seorang ASN dapat menjalankan fungsinya sebagai perekat
dan pemersatu bangsa sebagai wujud loyalitasnya terhadapbangsa
dan negara, maka dia harus mampu untuk:
a. Bersikap netral dan adil sesuai kebutuhan
b. Mengayomi kepentingan kelompok-kelompok mayoritas
c. Menjadi figur dan teladan di dalam keluarga
d. Menjadi bagian dari problem solver (pemberi solusi) bukan
bagian dari sumber masalah (trouble maker)

74
Modul Loyal

9. Nilai Kehutanan dalam Pancasila dapat dimaknai sebagai berikut:


a. Bahwa nilai-nilai Ketuhanan juga dapat diimplementasikan
dengan cara mengembangkan etika moral di masyarakat
b. Bahwa nilai-nilai Ketuhanan melengkapi nilai-nilai lain yang
dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti
persatuan, kemanusiaan, permusyawaratan, dan keadilan
sosial
c. Bahwa kekuasaan (jabatan) itu tidak hanya amanat manusia
tapi juga amanat Tuhan. Maka, kekuasaan (jabatan) harus
diemban dengan penuh tanggung jawab dan sungguh-sungguh
d. Bahwa nilai-nilai Ketuhanan diharapkan bisa memperkuat
pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etoskerja
yang seadanya, dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengembangkan potensi diri sebagai ASN
10. Loyalitas seorang ASN dapat tercermin dari kemampuannya
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada sila ke-3 Pancasila
dengan cara:
a. Menghargai, mentoleransi dan menseragamkan keberagaman
b. Memberikan pelayanan yang partisipatif, diskriminatif dan
prima
c. Membangun rasa kebangsaan dengan membangkitkan
sentimen nasionalisme
d. Menumbuhkkembangkan semangat gotong royong di kalangan
tertentu

75
Modul Loyal

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Hasil
Belajar Materi Pokok 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar. Apabila tingkat penguasaan Anda
mencapai 80% atau lebih, berarti Anda telah memahami Materi Pokok
3. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi lagi Materi Pokok 3, terutama bagian yang belum
dikuasai.

76
Modul Loyal

BAB V
PENUTUP

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi
dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku
loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan olehsetiap ASN di
instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya
adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Oleh karena itu peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat
mempelajari setiap materi pokok dalam modul ini dengan seksama dan
mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang diberikan. Jika terdapat hal-
hal yang belum dipahami dapat ditanyakan dan didiskusikan dengan
Pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh
maupun klasikal.

Selamat Belajar, Semoga Sukses dan Berkah !!!

77
Modul Loyal

KUNCI JAWABAN

I. MATERI POKOK 1. KONSEP LOYAL


No. Jawaban No. Jawaban
1. C 6. C
2. B 7. D
3. B 8. A
4. B 9. B
5. C 10. B

II. MATERI POKOK 2. PANDUAN PERILAKU LOYAL


No. Jawaban No. Jawaban
1. C 6. C
2. B 7. C
3. B 8. A
4. B 9. C
5. C 10. C

III. MATERI POKOK 3. LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI


PEMERINTAH
No. Jawaban No. Jawaban
1. D 6. C
2. B 7. C
3. A 8. D
4. B 9. C
5. A 10. C

78
Modul Loyal

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Denhardt, J.V dan Denhardt, R.B., 2003. The New Public Service: Serving,
not Steering. York and London: M.E. SharpeNew.
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif,
dan Kolaboratif. Yogyakarta: Gamapress.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2017. Modul Nasionalisme Pelatihan
Dasar CPNS. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2017. Modul Pelayanan Publik
Pelatihan Dasar CPNS. Jakarta.
Subagyo, Agus. 2015. Bela Negara, Peluang dan Tantangan di Era
Globalisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Artikel:
Ahmad Turmuzi. "Pengebiran Makna Loyalitas PNS”.
https://www.kompasiana.com/turmuzi.ahmad/55285a2d6ea834e
f6e8b45d9/pengebiran-makna-loyalitas-pns.
Faiq Hidayat, “Jadi Tersangka KPK, Anak Buah Walkot “X”: Ini Bentuk
Kesetiaan (Loyalitas)”. https://news.detik.com/berita/d-
3698166/jadi-tersangka-kpk-anak-buah-walkot-batu-ini-bentuk-
kesetiaan.
Trisno Yulianto. "ASN, Radikalisme, dan Loyalitas Ideologi Negara".
https://news.detik.com/kolom/d-4036049/asn-radikalisme-dan-
loyalitas-ideologi-negara).

79
Modul Loyal

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang PengelolaanSumberdaya
Nasional untuk Pertahanan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara.

80
Modul Loyal

Modul Loyal
Modul Loyal

i
Modul Loyal
Modul Loyal

Hak Cipta © pada:


Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

ADAPTIF
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Yogi Suwarno, MA. Ph.D.

EDITOR: Mulia Ela Syifaurrohmah, S.IP


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN:

i
Modul Loyal

i
Modul Loyal

Kata Pengantar

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar
PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan
Dasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan
Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman
secara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan

i
Modul Loyal

sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)


peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan saran
perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar ini
merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu diperkaya
demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.
Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif
guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala LAN,

Adi Suryanto

i
Modul Loyal

Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Tabel ............................................................................................................ v
Daftar Gambar ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Deskripsi Singkat ............................................................................................... 1
B. Hasil Belajar ......................................................................................................... 1
C. Indikator ............................................................................................................... 1
D. Kegiatan Pembelajaran.................................................................................... 2
E. Sistematika Modul ............................................................................................. 2
BAB II MENGAPA ADAPTIF .................................................................................3
A. Perubahan Lingkungan Strategis ................................................................. 3
B. Kompetisi di Sektor Publik............................................................................. 4
C. Komitmen Mutu ................................................................................................ 11
D. Perkembangan Teknologi ............................................................................. 12
E. Tantangan Praktek Administrasi Publik ................................................. 14
F. Diskusi ................................................................................................................. 18
BAB III MEMAHAMI ADAPTIF ......................................................................... 20
A. Uraian Materi..................................................................................................... 20
B. Kreativitas dan Inovasi .................................................................................. 22
C. Organisasi Adaptif ........................................................................................... 27
D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN ...................................................... 33
E. Rangkuman ........................................................................................................ 41
F. Latihan ................................................................................................................. 42
BAB IV PANDUAN PERILAKU ADAPTIF ......................................................... 43
A. Uraian Materi..................................................................................................... 43
B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional ............................................ 49
C. Perilaku Adaptif Individual .......................................................................... 54
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif............................................... 56
iii
Modul Loyal

E. Rangkuman ........................................................................................................ 61
F. Latihan ................................................................................................................. 62
BAB V ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH ............. 63
A. Uraian Materi..................................................................................................... 63
B. Pemerintahan Yang Adaptif ......................................................................... 64
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic
Governance) ................................................................................................................. 65
D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh ..................................... 70
E. Rangkuman ........................................................................................................ 75
F. Latihan ................................................................................................................. 75
BAB VI STUDI KASUS ADAPTIF ....................................................................... 77
A. Visi Indonesia 2045 ......................................................................................... 77
B. Aplikasi PeduliLindungi ................................................................................ 80
C. Kasus Ponsel Blacberry dan Nokia ............................................................ 81
Daftar Pustaka .................................................................................................... 84

iv
Modul Loyal

Daftar Tabel
Tabel 1. Perbandingan Governance dan Government ......................................... 17
Tabel 2 Perbedaan Organisasi Birokrasi dengan Organisasi Adaptif ........ 31
Tabel 3. Perbandingan Perusahaan yang Adaptif dan Budaya Perusahaan
yang Tidak Adaptif ........................................................................................................ 50

Daftar Gambar
Gambar 1. Perbandingan Aspek Kreativitas dalam GII 2021 .......................... 7
Gambar 2. Skor DCI Berdasarkan Pulau .................................................................. 9
Gambar 3. Perbandingan Skor DCI berdasarkan Provinsi ............................. 10
Gambar 4. Technology-related ....................................................................................... 12
Gambar 5. Dua Jenis Cara Berpikir .......................................................................... 24
Gambar 6. Framework Budaya Adaptif ................................................................. 28
Gambar 7. Kerangka Sistem Dynamic Governance ........................................... 66

v
Modul Loyal

vi
Modul Adaptif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai-nilai Adaptif kepada peserta melalui substansi pembelajaran
yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
lingkungan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas,
berperilaku adaptif serta bertindak proaktif.

B. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini, peserta
diharapan mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai
adaptif dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

C. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
2. Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus
berinovasi dan antusias dalam menggerakan serta menghadapi
perubahan;
3. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif;
4. Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan
kreativitas, bertindak proaktif; dan
5. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan adaptif secara
tepat.

1
Modul Adaptif

D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada mata pelatihan ini merupakan
pembelajaran yang didesain secara klasikal maupun online. Dalam
pembelajaran berbentuk klasikal maupun online akan dilakukan
melalui:
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
3. Simulasi, dan
4. Kerja kelompok dan paparan

E. Sistematika Modul
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
1. Mengapa Adaptif;
2. Konsep Adaptif;
3. Panduan Perilaku Adaptif
4. Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah; dan
5. Studi Kasus Adaptif

2
Modul Adaptif

BAB II
MENGAPA ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan


oleh individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,
seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang
terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan
teknologi dan lain sebagainya.

A. Perubahan Lingkungan Strategis


Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun
nasional yang kompleks dan terus berubah adalah tantangan tidak
mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-proses
kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam
kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai
sosial ekonomi masyarakat yang terus bergerak, disertai dengan
literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor publik dalam
menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi
yang memadai. Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu
yang tidak terhindarkan. Tidak ada satu pun negara ataupun
pemerintahan yang kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan
Indonesia.
Selain isu pembangunan ekonomi yang mendorong kompetisi
antar negara di atas, kerusakan lingkungan juga merupakan variabel
penting dalam memahami perubahan lingkungan strategis. Perubahan
iklim yang salah satunya menciptakan pemanasan global adalah isu
3
Modul Adaptif

lingkungan yang menjadi pekerjaan rumah seluruh negara tanpa


kecuali. Sebagian besar negara-negara industri dan juga negara-
negara berkembang masuk dalam kategori penyumbang emisi
terbesar sudah seharusnya mengambil peran penting dalam
penanganan perubahan iklim ini.
Dalam hal ini diperlukan perubahan cara kerja melalui adaptasi
dunia industri dan sektor terkait dengan cara beralih dari tradisi
industri yang lama. Aktivitas industri yang masih berbasis kegiatan
eksploitasi sumber daya alam, khususnya minyak dan batu bara
misalnya, harus segera dialihkan ke sumber-sumber yang lebih ramah
lingkungan. Adaptasi ini diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
pembangunan yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Negara-negara di dunia juga dihadapkan pada persoalan global
dalam bidang keamanan dan perdamaian dunia. Kasus-kasus seperti
terorisme, radikalisme, konflik regional dan sebagainya yang
cenderung eskalatif dan bertransformasi menjadi cara dan
pendekatan baru akan memaksa negara untuk mengadaptasi juga
cara-cara baru dalam menghadapi dan menyelesaikannya.
Pendekatan lama dalam menangani persoalan keamanan dan
perdamaian tentu menjadi usang dan tidak ampuh lagi, sehingga
negara perlu menemukan pendekatan lain yang lebih sesuai dengan
tantangan isunya.

B. Kompetisi di Sektor Publik


Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar
negara mendorong adanya pergeseran peta kekuatan ekonomi, di
mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah negara
dalam kompetisi global. Sampai dengan tahun 2000-an, Amerika
4
Modul Adaptif

Serikat dan Jepang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di


dunia. Namun satu dekade kemudian, muncul beberapa pemain besar
lain, seperti Tiongkok misalnya, yang terus tumbuh dan berkembang
pesat menjadi kekuatan ekonomi regional, dan bahkan kini menggeser
Jepang dan menjadi pesaing serius Amerika Serikat sebagai negara
adidaya baru. Di tingkat regional, khususnya kawasan Asia Tenggara,
walaupun Indonesia juga memimpin sebagai negara dengan kekuatan
ekonomi terbesar, tetapi negara tetangga seperti Malaysia, Thailand,
Filipina atau Vietnam tentu akan selalu menjadi pesaing penting di
tingkat regional. Persaingan atau kompetisi adalah kata kuncinya.
Di sektor bisnis, atmosfir persaingan antar pelaku usaha adalah
sesuatu yang lumrah terjadi. Dengan situasi kompetisi, maka pelaku
usaha dipaksa untuk menghasilkan kinerja dan produktivitas terbaik,
agar mampu bertahan hidup dari konsekuensi perubahan zaman.
Pelaku usaha dengan daya saing tinggi akan terus bertahan dan
memenuhi permintaan atau selera pasar. Sebaliknya pelaku usaha
yang tidak mampu bersaing akan mengalami kebangkrutan atau mati
pada akhirnya.
Analog dengan perilaku pelaku usaha yang bersaing satu sama
lain, maka negara pun dihadapkan pada situasi berkompetisi dengan
negara lainnya dalam pencapaian kinerjanya. Walaupun karakteristik
kompetisi antar negara berbeda dengan kompetisi yang terjadi di
sektor bisnis. Sehingga negara pun dituntut untuk memiliki kapasitas
dan daya saing yang memadai dalam berkompetisi agar dapat menjadi
yang terbaik. Dengan demikian, kompetisi menjadi salah satu
karakteristik penting dari perubahan lingkungan strategis, yang

5
Modul Adaptif

mendorong dan memaksa negara untuk berperilaku seperti dunia


usaha, bersaing untuk menghasilkan kinerja terbaik.
Bentuk-bentuk kompetisi tidak langsung bagi negara adalah
seperti kriteria kemajuan pembangunan, indeksasi tertentu atau
event-event olahraga dan sebagainya. Beberapa lembaga
internasional ataupun supranasional membuat kriteria negara yang
seringkali digunakan sebagai rujukan keberhasilan kinerja sebuah
negara. PBB, misalnya, mengklasifikasi kategorisasi negara ke dalam
developed economies, economies in transition, atau developing
economies. Sementara IMF membaginya ke dalam advanced economy,
an emerging market and developing economy, atau a low-income
developing country. Adapun Bank Dunia membagi pengelompokan
negara ke dalam high-income economies, upper middle-income
economies, lower middle-income economies, dan low-income economies,
berdasarkan perhitungan PDB per kapitanya.
Indeksasi atau pemeringkatan juga dilakukan oleh berbagai
lembaga internasional untuk dijadikan rujukan umumdalam menilai
keberhasilan kinerja negara, seperti dalam menangani korupsi dengan
Corruption Perception Index oleh Transparency International, atau
pemeringkatan kapasitas penggunaan teknologi informasi dalam
business-process pemerintahan melalui E-government development
index (EGDI) yang dikelola oleh UNDESA. Pun demikian dengan
pengukuran daya saing sebuah negara oleh, misalnya, the Global
Competitiveness Index dari World Economic Forum serta penilaian
kapasitas governance melalui World Governance Index yang dilakukan
secara rutin oleh Bank Dunia.

6
Modul Adaptif

Sebagai contoh pada Global Innovation Index (GII) merupakan


peringkat tahunan yang diberikan kepada negara-negara berdasarkan
kemampuan tiap negara dalam berinovasi di bidang ekonomi. Survei
dan peringkat ini susun dan dipublikasian oleh salah satu lembaga
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bernama World Intellectual
Property Organization (WIPO) atau organisasi hak kekayaan
intelektual dunia.
Pada tahun 2021 Indonesia menduduki peringkat ke-87 dari
130 negara di dunia. Peringkat tahun ini turun dua poin dari tahun
sebelumnya. Jika pada kelompok negara berpenghasilan menengah ke
atas, Indonesia menempati peringkat ke-27 dari 34 negara. Jika
dibandingkan dengan negara-negara di wilayah Asia Timur, Asia
Tenggara dan Oseania, Indonesia menempati peringkat ke-14 dari 17
negara.
Berikut ini adalah contoh bagaimana kinerja beberapa negara
yang dibandingkan dalam aspek kreativitas:

60.0

40.5 41.1
37.1
40.0 32.5 30.2 30.8
26.4 24.3
21.1
15.214.114.4 15.8
20.0 12.013.9 11.99.3 11.2
7.4
1.1
-
Rata2 aset tak berwujud kreativitas barang kreativitas online
dan jasa

Malaysia Thailand Indonesia Sri Lanka Pakistan

Gambar 1. Perbandingan Aspek Kreativitas dalam GII 2021

Di level pemerintah daerah, salah satu contoh bentuk indeksasi


adalah East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) yang
7
Modul Adaptif

diselenggarakan pada tahun 2020, dengan memetakan kondisi


ekonomi digital berdasarkan 9 pilar terkait perekonomian digital
serta aspek penunjang yang secara tidak langsung mendukung
pengembangan ekonomi digital.
Hasil indeksasi ini menunjukkan pencapaian daerah dalam hal
ekonomi digital yang bervariasi antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat daerah-daerah yang memiliki skor yang tinggi, namun
sebagian lainnya masih tertinggal jauh. Ini bermakna bahwa kondisi
ekonomi digital tidaklah merata, di mana hanya daerah-daerah
tertentu yang memiliki kondisi yang baik, sementara yang lainnya
masih memerlukan penanganan dan pembangunan yang lebih
terrencana.
Gambaran ini menunjukkan adanya bentuk persaingan antar
daerah, di mana pemerintah daerah seolah-olah berkompetisi dengan
daerah lainnya untuk mencapai atau menjadi yang terbaik. Para
pimpinan daerah dipaksa atau berusaha untuk menampilkan kinerja
terbaiknya, agar tidak dinilai lamban atau tidak berdaya saing.
Biasanya atmosfir persaingan seperti ini hanya ditemukan secara
normal di dunia usaha.

8
Modul Adaptif

Gambar 2. Skor DCI Berdasarkan Pulau

Dari grafik di atas diketahui bahwa seluruh daerah di Pulau


Jawa meraih skor EV-DCI paling tinggi. Provinsi dengan skor
terrendah di Jawa pun masih lebih tinggi dibandingkan dengan pulau
atau wilayah lainnya di Indonesia. Hal ini tentunya mengindikasikan
kesenjangan antara Pulau Jawa dengan non Jawa. Skor EV-DCI yang
diraih DKI Jakarta juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
lain.

9
Modul Adaptif

Gambar 3. Perbandingan Skor DCI berdasarkan Provinsi

Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan


mendorong pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah
dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan beradaptasi
dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi.
Adaptasi menjadi kata kunci bagi negara untuk dapat menjadi
kompetitif.
Dapatkah anda mencari contoh lain dari bentuk kompetisi
atau persaingan antar negara (atau antar daerah) dalam
kinerja sektor publiknya? Sampaikan di depan kelas.

10
Modul Adaptif

C. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
melalui kerja ASN di sektornya masing-masing memerlukan banyak
perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai tuntutan pelayanan
terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang berkualitasnya
layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti misalnya
(1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya
program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai
cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan
pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas
menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya
kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih
adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu
layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang
kurang bermutu.
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam
menyelenggarakan pelayanan, serta literasi publik atas kualitas
layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang mendorong
komitmen mutu yang lebih baik.
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang
dalam peran Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”

11
Modul Adaptif

Dalam hubungan itu, maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan


mutu menjadi kata kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam
memberikan pelayanan yang terbaik. Konsekuensi penting dari
komitmen mutu ini adalah bahwa ASN harus memastikan pelayanan
publik terselenggara sebaik mungkin dengan cara apapun, sekalipun
harus melakukan perubahan, penyesuaian atau “adaptasi” tentunya.

D. Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan
teknologi seperti artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big
Data, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang
mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di mana
teknologi sudah menjadi tulang punggung seluruh business process di
sektor bisnis maupun pemerintahan, maka penggunaan metode
konvensional dalam bekerja sudah seyogyanya ditinggalkan.
Peralihan ini tidak saja bertumpu pada pembangunan infrastruktur
teknologi, tetapi juga memastikan SDM, budaya kerja, mentalitas, dan
yang tidak kalah penting yaitu tingkat aksesibilitas yang memastikan
keadilan bagi warga negara untuk mendapatkan hak pelayanan.

Social media
The
digitization of
Cybersecurity government
services

Technology- Big Data and


AI related analytics

Gambar 4. Technology-related
12
Modul Adaptif

AI akan menjadi salah satu bentuk perkembangan teknologi


yang akan mengubah secara masif cara kerja konvensional yang
sangat bergantung pada peran kerja otak manusia dengan cara kerja
yang melibatkan banyak peran kecerdasan buatan yang secara
kualitas dan kapasitas akan sangat mungkin melampaui apa yang
manusia bisa lakukan saat ini. Kondisi ini akan memaksa kita untuk
beradaptasi dengan segala bentuk pengambilalihan mekanisme kerja
oleh mesin.
Dengan semakin intensnya penggunaan internet dalam hampir
semua business process pelayanan publik, isu keamanan atau
cybersecurity menjadi perhatian serius, karena menyangkut
keselamatan dan keamanan individu maupun organisasi. Masyarakat
harus beradaptasi terhadap penggunaan internet ini, bukan hanya
dalam hal penggunaannya saja, tetapi juga harus diiringi dengan
peningkatan kesadaran mengenai pentingnya melindungi diri dan
organisasi dari kejahatan saiber. Adaptasi tidak berhenti di
kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari konsekuensi
yang mungkin timbul dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja
dengan teknologi.
Demikian pula dengan perubahan perilaku komunikasi yang
semakin didominasi oleh penggunaan media sosial. Dulu bentuk
komunikasi banyak dilakukan secara konvensional, yaitu seperti tatap
muka atau komunikasi langsung melalui saluran telepon. Komunikasi
masa juga dilakukan melalui media radio atau televisi dengan bentuk
yang terbatas. Bandingkan saat ini di mana komunikasi dapat
dilakukan oleh siapapun melalui media sosial. Pemilik pesan dengan
mudah bisa menyebar luaskan pesannya ke publik tanpa harus
13
Modul Adaptif

melalui media mainstream. Pemerintah seyogyanya mengadaptasi


perubahan ini dengan memastikan kompatibilitas metode komunikasi
publik dengan perilaku komunikasi via media sosial ini.
Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan
perkembangan teknologi dan juga kebutuhan kemudahan bagi warga
dalam mengakses dan mendapatkannya. Digitalisasi pelayanan
menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyesuaikan dengan
peningkatan literasi digital masyarakat.
Dalam rangka memahami perkembangan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat terkini, pemerintah juga dapat memanfaatkan
serta menganalisis big data, sehingga dapat lebih mudah membaca
dinamikanya. Bahkan tingkat kepercayaan publik pun dapat dianalisis
dari big data. Analisis big data tidak lagi menjadi kebutuhan marketing
saja, tetapi melebar lebih luas pada kebutuhan untuk melihat respon
masyarakat terhadap layanan pemerintah.

E. Tantangan Praktek Administrasi Publik


Dari seluruh contoh perubahan lingkungan strategis, maka kita
dapat melihat bahwa untuk memastikan bahwa negara tetap dapat
menjalankan fungsinya, dan pelayanan publik dapat tetap berjalan di
tengah-tengah perubahan ini, maka kemampuan adaptasi menjadi
penting dan menentukan. Sehingga birokrasi pun dipaksa untuk turut
mengubah cara kerjanya untuk mengimbangi yang menjadi tuntutan
perubahan. Praktek administrasi publik yang terus berubah dan
bercirikan adanya distribusi peran negara dan masyarakat juga telah
dikenal dalam banyak literatur. Literatur terkait New Public
Management dan New Public Service menjadi rujukan penting
bagaimana perubahan praktek administrasi publik yang lebih
14
Modul Adaptif

memperhatikan peran dan kebutuhan masyarakat dibandingkan


kondisi peran negara yang dominan pada Old Public Administration.
Praktek administrasi publik sebagai pengejawantahan fungsi
pelayanan publik oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan
dengan tantangan yang terus berubah dari waktu ke waktu. Tantangan
ini menjadi faktor yang memaksa pemerintah untuk melakukan
adaptasi dalam menjalankan fungsinya.
Dalam kasus yang berlaku di negara Amerika Serikat,
tantangan bagi administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell
(2019) dirumuskan sebagai berikut:
1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi
a. Melindungi Integritas Pemilihan dan Meningkatkan Partisipasi
Pemilih
b. Memodernisasi dan Menghidupkan Kembali Pelayanan Publik
c. Mengembangkan Pendekatan Baru untuk Tata Kelola dan
Keterlibatan Publik
d. Memajukan Kepentingan Nasional dalam Konteks Global yang
Berubah
2. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
a. Menumbuhkan Keadilan Sosial
b. Hubungkan Individu ke Pekerjaan yang Bermakna
c. Membangun Komunitas Tangguh
d. Memajukan Kesehatan Fiskal Jangka Panjang Bangsa
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan
a. Penatalayanan Sumber Daya Alam dan Mengatasi Perubahan
Iklim

15
Modul Adaptif

b. Ciptakan Sistem Air Modern untuk Penggunaan yang Aman


dan Berkelanjutan
4. Mengelola Perubahan Teknologi
a. Memastikan Keamanan Data dan Hak Privasi Individu
b. Menjadikan Pemerintah yang siap AI

Dapatkan anda menganalisis tantangan praktek administrasi


publik di Indonesia, seperti halnya apa yang dirumuskan Gerton
dan Mitchell pada kasus Amerika Serikat di atas?

Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan


dengan rumusan karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty,
Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan seluruh negara di dunia
tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras
global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA,
yaitu:
1. Volatility
Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak
stabil, dan tak terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa
2020 akan menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor
usaha di dunia.
2. Uncertainty
Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan
pengalaman masa lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas
dan sesuatu yang akan terjadi.
3. Complexity
Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan
akibat lebih berlapis, berjalin berkelindan, dan saling
16
Modul Adaptif

memengaruhi. Situasi eksternal yang dihadapi para pemimpin


bisnis semakin rumit.
4. Ambiguity
Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit
dipahami. Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran
dan persepsi.
Pandemi Covid 19 yang menghantam negara-negara di dunia
pada awal tahun 2020 juga turut meningkatkan intensitas tekanan
VUCA khususnya terhadap praktek penyelenggaraan administrasi
publik. Sementara itu pemerintah tetap berkewajiban menjalankan
fungsi pelayanan publiknya dalam situasi aktivitas fisik yang sangat
dibatasi. Sehingga dengan demikian memanfaatkan teknologi menjadi
salah satu pilihan terbaik untuk memastikan semua pelayanan tetap
berjalan.
Infrastruktur pelayanan dan mindset pelayanan juga harus
dirubah total. Tidak ada lagi penyelenggaraan business process dalam
pelayanan publik yang masih menggunakan mentalitas lama. Salah
satu cara pandang fundamental dalam memastikannya adalah dengan
pemahaman konsep governance (kepemerintahan) yang baik.
Governance, yang dibedakan dengan government memiliki
karakteristik perbedaan sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Governance dan Government
Government Governance
Aktor Institusi publik sebagai Banyak aktor dalam
aktor proses dan implementasi
kebijakan

17
Modul Adaptif

Fungsi Melaksanakan Proses konsensus,


keputusan bersifat konsultasi dan kolaborasi
otoritatif dengan banyak aktor
Struktur Bersifat formal, Bersifat non formal,
hirarkis networking,
interdependensi
fungsional
Model Non voluntary, Voluntary actions,
Interaksi dominasi, tertutup kolaboratif
Distribusi Sentralistik terpusat Desentralistik, menyebar
pada kekuasaan pada berbagai aktor yang
negara membentuk hubungan
network
(Schwab and Kübler, 2001)

Dari sudut pandang governance ini, maka adaptasi dari


praktek-praktek penyelenggaraan negara yang didominasi oleh peran
negara atau pemerintah, menjadi peran-peran yang lebih terdistribusi
kepada aktor negara atau pemerintah dengan aktor lainnya di luar
pemerintah.

F. Diskusi
1. Mendiskusikan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
secara menyeluruh.
2. Mendengarkan pendapat dan pemahaman peserta mengenai
pentingnya karakter adaptif dalam merespon perubahan
lingkungan strategis tersebut.

18
Modul Adaptif

3. Membahas bagaimana perubahan lingkungan strategis terjadi


dalam konteks Indonesia, dan bagaimana ASN dapat beradaptasi
dengan perubahan dimaksud.

19
Modul Adaptif

BAB III
MEMAHAMI ADAPTIF

One of the greatest pains to human nature is the pain of a new idea. It
makes you think that after all, your favorite notions maybe wrong, your
firmest belief ill-founded. Naturally, therefore, common men hate a new
idea, and are disposed more or less to ill-treat the original man who
brings it.
(Walter Bagehot)

A. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup
untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan
atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak
dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh
perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan
syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi
individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini
organisasi maupun individu menghadapi permasalahan yang sama,
yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik
adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun
individual.
Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah
menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Sedangkan dalam kamus
20
Modul Adaptif

Bahasa Inggris, seperti Cambridge menyebutkan bahwa adaptif adalah


“having an ability to change to suit changing conditions”, atau
kemampuan untuk berubah dalam sitauasi yang berubah. Sedangkan
dalam Collins dictionary disebutkan bahwa “adaptive means having
the ability or tendency to adapt to different situations”1, atau adaptif
adalah kemampuan atau kecenderungan untuk menyesuaikan diri
pada situasi yang berbeda . Ini artinya bahwa sebagian besar kamus
bahasa memberi penekanan dalam pengertian adaptif pada hal
kemampuan (ability) untuk menyesuaikan diri.
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian
dari adaptasi, yakni:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang
berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
kepentingan lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi
alamiah.
Organisasi maupun individu dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan apa yang menjadi tuntutan perubahan. Di dunia usaha hal ini
lebih mudah dimengerti ketika terjadi perubahan pada selera pasar
akan memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan produk mereka
agar sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasar.

1
https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/adaptive
21
Modul Adaptif

Rumuskan pengertian adaptif menurut pemahaman dan hasil


diskusi anda dalam kelompok, sampaikan di kelas

Banyak persoalan pelayanan publik tidak dapat diselesaikan


secara tuntas, bukan karena persoalan kemampuan adaptabilitasnya
yang rendah, tetapi justru karena peroslan-persoalan kelembagaan
dan kebijakan yang tidak memberi ruang yang cukup untuk
beradaptasi. Brunner et.al (2005) menjelaskan sebagai berikut:
Public officials on the ground face institutionalized incentives
to avoid risks by going by the book, the rules codified in law
and regulations. The threat of lawsuits heightens those
incentives; so do claims of inconsistency and other forms of
controversy (Brunner et. al, 2005).
Ini juga menjadi salah satu masalah klasik ketika pegawai
pemerintah diharapkan untuk mampu beradaptasi dan melakukan
perbaikan pelayaan, namun terbentur oleh aturan atau kebijakan yang
membatasi. Sebelum lebih jauh melihat kasus yang lebih detil, kita
akan pahami dulu apa yang dimaksud dengan konsep kreativitas dan
inovasi.

B. Kreativitas dan Inovasi


Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap
diidentikkan satu sama lain. Selain karena saling beririsan yang cukup
besar, kedua istilah ini memang secara konteks boleh jadi mempunyai
hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah inovasi yang baik biasanya
dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi
akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang atau
proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan
22
Modul Adaptif

inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika kreativitas
inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam
kenyataannya, kehadiran inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan
adanya kreativitas.
Dalam sejarahnya, kosakata kreatif jauh lebih dulu dikenal
dibandingkan dengan inovasi. Kreatif (creative) baru masuk menjadi
kosakata dalam bahasa Inggris pada akhir abad ke-14. Istilah kreatif
ini lebih ditujukan untuk menjelaskan sifat Creator (atau Tuhan). Jadi
istilah kreatif adalah hal yang berhubungan dengan kapasitas atau
kemampuan Tuhan dalam mencipta. Istilah ini pada masa itu tidak
dilekatkan pada manusia, yang dipandang tidak mempunyai hak
untuk ”mencipta”.
Selanjutnya kreativitas mempunyai pengertian yang lebih
melunak dan melekat pada sifat manusiawi. Kreativitas dapat
dipandang sebagai sebuah kemampuan (an ability) untuk berimajinasi
atau menemukan sesuatu yang baru. Ini artinya kreativitas sudah
mengalami pergeseran makna dari pengertian ”menciptakan” menjadi
”menemukan”. Jadi bukan kemampuan menciptakan sesuatu dari yang
tidak ada (creativity is not the ability to create out of nothing), tetapi
kemampuan memunculkan ide dengan cara mengkombinasikan,
merubah atau memanfaatkan kembali ide. Dari sini kemudian irisan
antara keativitas dan inovasi menjadi membesar. Karakteristik
kreativitas menjadi lebih melekat dengan keinovativan.
Di sisi lain, kreativitas juga dipandang sebagai sebuah sikap (an
attitude), yaitu kemampuan untuk menerima perubahan dan hal-hal
baru, kesediaan menerima ide baru, fleksibel dalam memandang suatu

23
Modul Adaptif

hal, sikap mencari perbaikan. Dengan kata lain, kreativitas juga


menjadi bagian dari mentalitas yang terdapat dalam diri seorang.
Kreativitas juga dipandang sebagai sebuah proses pencarian
hal-hal baru dalam menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah.
Ini artinya bahwa kreativitas merupakan kegiatan dengan tujuan
untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.
Dengan pemahaman mengenai kreativitas ini juga, lahirlah
konsep yang membedakan cara berfikir kritis dengan cara berfikir
kreatif. Gambar berikut mengilustrasikan karakteristik perbedaan
antara kedua jenis berpikir.

Gambar 5. Dua Jenis Cara Berpikir

Dalam ilustrasi di atas, dapat diketahui bahwa cara berfikir


kreatif sangat berbeda dengan cara berfikir kritis. Kecenderungan
berfikir kritis adalah kecenderungan memandang fenomena secara
objektif, linear dan tidak memberikan pilihan. Sementara
kecenderungan cara berfikir kreatif adalah mencari kemungkinan lain,
sangat subjektif namun memperkaya khazanah yang sudah ada
sebelumnya. Ini artinya apabila seseorang lebih sering kritis dalam
berfikir dan bertindak, maka dia lebih sering menggunakan otak

24
Modul Adaptif

kirinya daripada otak kanan. Sebaliknya seseorang yang cenderung


kreatif, biasanya lebih sering menggunakan otak kanannya.
Box Kasus 1 Banjir Jakarta
Dalam mensikapi sebuah persoalan publik, misalnya terkait banjir
tahunan di Jakarta, seseorang yang berpikir kritis akan memahami
peristiwa banjir sebagai fenomena faktual yang sebetulnya dapat
dicegah dengan pendekatan-pendekatan tertentu. Kesalahan-
kesalahan kebijakan dalam penanganan banjir akan sangat nampak
dan terlihat oleh orang yang kritis dari sudut pandang makroskopik
sampai yang paling detil. Orang dengan cara berpikir kritis biasanya
akan dengan mudah menemukan dan menganalisis apa yang salah
dengan penanganan banjir Jakarta ini. Dalam hal ini, peran terbesar
dari orang kritis adalah membangun kesadaran kepada publik dan
entitas terkait. Dengan contoh banjir Jakarta, maka koreksi yang
dihasilkan oleh orang berpikir kritis adalah tertuju pada pengambil
keputusan seperti Pemerintah Provinsi DKI, Dinas Tata Ruang dan
Dinas Pekerjaan Umum, atau akademisi dan organisasi massa. Input
dari hasil berpikir kritis ke Dinas Tata Ruang adalah menunjukan
kesalahan kebijakan zonasi dan atau pemberian izin pembangunan
yang salah. Kesalahan Dinas Pekerjaan Umum dikaji dari kebijakan
dan metode pekerjaan yang tidak memperhatikan keberfungsian
sungai dan sebagainya. Singkat kata, orang yang berfikir kritis akan
mampu menunjukan kesalahan penanganan banjir dan mampu
melakukan analisis data satu per satu. Peneliti dan akademisi pada
umumnya memiliki kapasitas yang dominan dalam menggunakan
daya pikir kritis tadi.

25
Modul Adaptif

Sebaliknya, bagi orang yang berpikir kreatif, banjir Jakarta adalah


fenomena faktual yang harus dicarikan solusinya. Orang dengan
cara berpikir kreatif akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mencari bagaimana menangani dan mengantisipasi banjir secara
langsung. Misalnya dengan membuat kampanye larangan
membuang sampah sembarangan kepada penduduk sekitar aliran
sungai, atau dalam skala yang lebih besar mampu menggerakkan
dan memobilisasi orang untuk bekerja sama membersihkan
lingkungan untuk mengantisipasi banjir. Input orang kreatif kepada
Dinas Tata Ruang, misalnya, dengan memberikan alternatif
kebijakan tata ruang baru, atau masukan ke Dinas Pekerjaan Umum
untuk membangun seawall yang ramah lingkungan dan sebagainya.
Dalam hal ini seorang analis kebijakan lebih tepat untuk
mengandalkan kapasitas kreatifnya, sehingga dapat lebih
menghasilkan saran kebijakan yang konkrit.

Dari contoh di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya


kedua jenis berfikir ini tidak saling mengungguli satu sama lain.
Masing-masing mempunyai kegunaan atau manfaat sesuai kebutuhan
kontekstual pada saat menghadapi masalah. Kemampuan dalam
memanfaatkan kelebihan otak kiri maupun otak kanan akan
menumbuhkan kombinasi kreativitas, kecerdasan dan estetika, dalam
berinovasi.

Diskusikan contoh lain untuk memahami kasus dalam pelayanan


publik atau penyelenggaraan fungsi pemerintahan dengan
menggunakan cara berpikir kritis dan kreatif

26
Modul Adaptif

Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:


1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide atau gagasan baru karena
kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
banyak kombinasi dari ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara
detail dengan kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty,
kebaruan dari ide atau gagasan yang dimunculkan.
Sehingga dengan demikian kreativitas adalah sebuah
kemampuan, sikap maupun proses dapat dipandang dalam konteks
tersendiri yang terpisah dari inovasi. Sementara dalam dimensinya,
nampak adanya keterhubungan langsung antara kreativitas dengan
inovasi. Dalam prakteknya, hubungan kausalitas di antara keduanya
seringkali tidak terhindarkan.
Kreativitas yang terbangun akan mendorong pada kemampuan
pegawai yang adaptif terhadap perubahan. Tanpa kreativitas, maka
kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat terbatas.
Kreativitas bukan hanya berbicara tentang kemampuan kreatif, tetapi
juga bagian dari mentalitas yang harus dibangun, sehingga kapasitas
adaptasinya menjadi lebih baik lagi.

C. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu
lanskap (landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan
(leadership). Unsur lanskap terkait dengan bagaimana memahami
adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
27
Modul Adaptif

strategis yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan


lingkungan strategis ini meliputi bagaimana memahami dunia yang
kompleks, memahami prinsip ketidakpastian, dan memahami lanskap
bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas elemen-
elemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi,
penciptaan budaya adaptif, dan struktur adaptasi. Yang terakhir
adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran penting dalam
membentuk adaptive organization.
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus
melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
Maragaret Rouse2, mengatakan “An adaptive enterprise (or adaptive
organization) is an organization in which the goods or services demand
and supply are matched and synchronized at all times. Such an
organization optimizes the use of its resources (including its information
technology resources), always using only those it needs and paying only
for what it uses, yet ensuring that the supply is adequate to meet
demand”.

Gambar 6. Framework Budaya Adaptif

2
https://searchcio.techtarget.com/definition/adaptive-enterprise-or-adaptive-organization
28
Modul Adaptif

Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut


Management Advisory Service UK yang perlu menjadi fondasi ketika
sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
1. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Demikian pula dengan organisasi pemerintah, yang
mempunyai tujuan-tujuan penyelenggaraan fungsinya yang sudah
ditetapkan oleh peraturan perundangan. Penetapan tujuan
organisasi menjadi elemen budaya adaptif pertama yang
diperlukan, di mana pencapaiannya akan sangat dipengaruhi oleh
variabel lingkungan. Perubahan lingkungan tidak serta merta
mengubah tujuan organisasi, tetapi adaptasi akan menyesuaikan
cara organisasi bekerja agar pencapaian tetap dilakukan.
2. Cultural values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya
organisasional yang sesuai dengan karakteristik tugas dan
fungsinya. Demikian pula dengan ASN sebagai individu yang
mempunyai nilai-nilai yang tersemat dalam budaya kerjanya,
sehingga dituntut untuk mengaplikasikannya agar dapat
memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas.
3. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam
kerangka piker dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang
digunakan dalam organisasi.

29
Modul Adaptif

4. Corporate values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai
korporat juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya
adaptif dalam organisasi.
5. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi-
strategi yang lebih operasional untuk menjalankan tugas dan
fungsi organisasi secara terstruktur, efisien dan efektif.
6. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat
diterapkan di organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit
budaya adaptif dapat berkembang dan tumbuh di sebuah
organisasi.
7. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang
timbul dalam organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi
perubahan. Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan besar dari
proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
8. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena
dengan partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan
saling menguatkan dalam penerapan budaya adaptif
9. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang
penting dan tidak bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas
lingkungan internal maupun eksternal organisasi.

30
Modul Adaptif

Hal ini tidak terlepas dari bagaimana organisasi membawakan


karakter yang dominan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Terdapat perbedaan antara organisasi birokrasi - desain mekanistik
dengan organisasi adaptif - desain organik. Perbedaan ciri kedua
organisasi ini tercermin dari seberapa kuat karakter adaptif yang
dimiliki organisasi dimaksud.

Tabel 2 Perbedaan Organisasi Birokrasi dengan Organisasi Adaptif


Organisasi
Perbedaan Organisasi Adaptif
Birokrasi
Desain Mekanistik Organik
Otoritas Sentralisasi Desentralisasi
Peraturan dan Banyak Sedikit
Prosedur
Rentang Manajemen Sempit Luas
Tugas Spesialisasi Terbagi
Tim dan Tekanan Sedikit Banyak
Tugas
Koordinasi Formal Informal

Organisasi birokrasi cenderung mekanistik bercirikan yang


otoritas atau kewenangan yang tersentralisasi atau diselenggarakan
oleh kelompok kecil dalam level elit organisasi. Sebaliknya organisasi
yang adaptif akan lebih cenderung menyebarkan fungsi kewenangan
ke berbagai lini organisasi. Perbedaan ini akan terihat dalam
kecepatan merespon perubahan lingkungan. Fungsi kewenangan yang
melekat di satu figur atau kelompok akan menyulitkan dan
memperlambat pengambilan keputusan, karena organisasi harus

31
Modul Adaptif

menunggu kata putus dari otoritas di pucuk struktur organisasi.


Sedangkan pengambilan keputusan dalam struktur organisasi adaptif
akan terdistribusi pada fungsi lininya, sehingga lebih pendek
prosesnya dan pada akhirnya lebih cepat pengambilan keputusannya.
Beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi pilihan
sentralisasi dan desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan
adalah:
1. Perubahan dan ketidakpastian lingkungan yang lebih besar
biasanya dikaitkan dengan desentraliasasi
2. Jumlah sentralisasi atau desentralisasi harus sesuai dengan
strategi pencapaian tujuan organisasi
3. Pada masa krisis atau saat diujung tanduk, wewenang dapat
dipegang dengan sentralisasi pada jabatan di level elit
Cara kerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan pada
umumnya lebih dominan berbasis peraturan dan prosedur yang
cukup banyak. Hal ini sejalan dengan karakteristik birokrasi ideal yang
digagas Weber, yaitu formalistik dan impersonal. Organisasi adaptif
sebaliknya memiliki prosedur atau peraturan yang lebih sedikit dan
memberi ruang yang lebih untuk berubah dan lincah dalam membuat
keputusan dan mengambil tindakan.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada
pembentukan budaya organisasi berkinerja tinggi, dengan bercirikan
antara lain3:
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu,
dinyatakan sebagai 'gagasan besar' sederhana, sebuah gagasan

3
ibid
32
Modul Adaptif

yang berhubungan erat dengan semua staf, dan bangga untuk


didiskusikan dengan teman dan kolega.
2. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk
kesuksesan masa depan organisasi, di mana semua staf didorong
untuk berpikir secara mandiri, saling memperhatikan, ramah dan
saling mendukung, dan bertindak dengan kemanusiaan.
3. Terdapat perilaku yang menunjukkan Tanggung Jawab Psikologis,
saling menghormati, menghargai pandangan dan pendapat satu
sama lain, bekerja dalam tim yang merupakan tempat saling
mendukung, di mana segala sesuatu diperdebatkan tanpa sedikit
penghinaan, di mana kritik individu dan kerja tim disambut,
dibahas dan di mana pelajaran dipelajari dan diimplementasikan.
4. ASN yang bekerja ekstra dengan memberikan ide, pemikiran,
stimulus yang tidak diminta satu sama lain, dan di mana minat
mereka pada pelanggan mereka menawarkan sesuatu yang lebih
dari yang diharapkan, di luar kesopanan, dan di luar layanan,
menawarkan perhatian dan minat pribadi.
5. Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN, yang
memberikan kesempatan untuk pengembangan pribadi melalui
pengalaman baru, dan yang memperlakukan semua orang dengan
adil dan pengertian.
6. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi
dan pribadi - secara intelektual, finansial, sosial dan emosional.

D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN


Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya
organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan,
termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
33
Modul Adaptif

lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang


berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin
dari kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan.
Mengutip dari Management Advisory Service UK4, maka “An Adaptive
(Corporate) Culture is one that enables the organisation to adapt quickly
and effectively to internal and external pressures for change”. Ini
menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa menjadi penggerak organisasi
dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan internal
maupun eksternal. Budaya menjadi faktor yang memampukan
organisasi dalam berkinerja secara cepat dan efektif.
Daya tahan organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan,
seperti yang digagas oleh Peter F. Drucker pada tahun 1959 melalui
istilah terkenalnya yaitu knowledge worker, sebagai sebutan terhadap
anggota organisasi yang berkontribusi signifikan terhadap
keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih
lanjut, Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu
organisasi menghadapi goncangan, bukanlah pada besarnya
goncangan yang dihadapi, melainkan pada penggunaan pengetahuan
yang sudah kadaluarsa”.
Peter Senge selanjutnya memperkenalkan paradigma
organisasi yang disebutnya Learning Organization, yaitu untuk
menggambarkan bahwa organisasi itu seperti manusia yang butuh
pengetahuan yang perlu terus diperbaharui untuk bertahan hidup,
bahkan leading dalam kehidupan. Untuk memastikan agar organisasi

4
http://www.mas.org.uk/wellbeing-performance/adaptive_corporate_culture.html
34
Modul Adaptif

terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi


dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke
tingkat mahir (personal mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi
yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau
cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas
yang organisasi ingin wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).
Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan
tugas dan fungsi ASN di lingkungan kerjanya masing-masing. Dengan
mempraktikkan kelima disiplin tersebut, ada jalan bagi organisasi
untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa pengetahuan yang
selalu diperbarui maka organisasi cenderung menggunakan
pengetahuan lama, atau kadaluwarsa, yang justeru akan menjadi
racun bagi organisasi tersebut.
Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya
organisasi memperoleh pengetahuan baru adalah tantangan yang
sifatnya adaptif. Karena sifat tantangan ini yang baru yaitu baru
pertama kali dihadapi oleh organisasi, maka tentu saja organisasi
belum memiliki pengetahuan untuk mengatasinya. Dalam situasi
ketiadaan pengetahuan dan mendesaknya pengambilan keputusan,
maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan yang selama

35
Modul Adaptif

ini dipergunakan untuk mengatasi tantangan teknis. Penggunaan


pengetahuan yang tidak tepat ini menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pengambilan keputusan, kesalahan dalam strategi, yang
akhirnya berujung pada gugurnya organisasi.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat
diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan
kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif
dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam
praktek kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya. (lihat Boks kasus 1)
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari
konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika
Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan ini maka pemerintah dan
birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya
organisasi secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis
memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. (lebih lanjut pelajari Boks Kasus 2)
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik
maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan
memaksimalkan peluang yang ada. (Diskusikan peluang apa saja
yang dapat diidentifikasi dan dimaksimalkan pemerintah dalam
menjalankan fungsinya).

36
Modul Adaptif

4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara


instansi mitra, masyarakat dan sebagainya.
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan
pertimbangan kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat.
Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus dikembalikan
pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan kepentingan
mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke
dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah pada tuntutan
lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi dengan
baik kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja instansinya.

Box Kasus 2 Pandemi Covid-19


Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun
telah memaksa pemerintah untuk mengendalikan mobilitas
penduduk dalam beraktivitas. Kondisi tingkat kerawanan
penyebaran virus seperti angka infeksi, tingkat Bed Occupation
Rate (BOR), angka kematian dan angka kesembuhan menjadi
indikator-indikator penting mengenai level mobilitas apa yang
akan diputuskan untuk diterapkan. Menunggu keputusan oleh
pemerintah pusat tentu bukan pilihan yang taktis, apalagi
dengan keragaman kondisi dari satu daerah ke daerah yang lain.
Maka pemerintah daerah memiliki kewenangan sendiri untuk

37
Modul Adaptif

memutuskan level mana yang akan dipilih, yang sesuai dengan


kondisinya masing-masing.
Dengan desentralisasi kewenangan yang dilakukan, maka
pemerintah telah menerapkan praktek-praktek berorganisasi
yang adaptif dalam merespon dan mengendalikan penyebaran
virus corona melalui pendekatan berbasis wilayah.

Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan


akan membawa konsekuensi adanya perubahan dalam cara pandang,
cara berpikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih
mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman.

Bagaimana penerapan budaya adaptif dalam instansi tempat anda


bekerja. Elaborasi sejauh pemahaman anda terkait strategi dalam
melakukan penerapan budaya adaptifnya.

Jeff Boss dalam Forbes5 menulis ciri-ciri orang yang memiliki


kemampuan atau karakter adaptif, yang beberapa diantaranya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Eksperimen orang yang beradaptasi
Yang dimaksud bahwa untuk beradaptasi, kita harus terbuka
terhadap perubahan, dan harus memiliki kemauan dalam hal
toleransi emosional, ketabahan mental, dan bimbingan spiritual,
untuk tidak hanya menyadari ketidakpastian tetapi juga
menghadapinya dan terus maju.

5
https://www.forbes.com/sites/jeffboss/2015/09/03/14-signs-of-an-adaptable-
person/?sh=7536fafa16ea
38
Modul Adaptif

2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan


Beradaptasi juga berarti tumbuh, berubah, dan berubah. Sebagai
individu adaptif maka persepsi mengenai apa yang dulu diyakini
sebagai sebuah kebenaran, diklasifikasikan sebagai kesalahan, dan
kemudian mengadopsi apa yang sekarang diyakini sebagai
kebenaran baru. Jika mentalitas mengkoreksi ini tidak dibangun,
maka kita akan stagnan. Ini adalah sesuatu yang tidak hanya
diperjuangkan oleh individu tetapi juga organisasi—kebiasaan
yang telah menentukan kesuksesan mereka di masa lalu daripada
mempertanyakan apakah kebiasaan yang sama akan terus
menentukan kesuksesan di masa depan atau tidak.
Kemungkinannya adalah, mereka tidak akan melakukannya. Jika
mereka melakukannya, maka Blackberry, Nokia, dan setiap
perusahaan lain yang gagal beradaptasi dengan realitas baru akan
tetap beroperasi.
3. Memiliki sumberdaya
Orang yang memiliki dan menguasai sumberdaya tidak akan
terjebak pada satu solusi untuk memecahkan masalah. Orang yang
mudah beradaptasi memiliki rencana darurat ketika Rencana A
tidak berhasil.
4. Selalu berpikir ke depan
Selalu terbuka terhadap peluang, orang yang mudah beradaptasi
selalu mencari perbaikan, karena setiap perbaikan kecil yang akan
mengubah biasa menjadi luar biasa, dan tidak ada ketergantungan
pada satu solusi saja.

39
Modul Adaptif

5. Tidak mudah mengeluh


Jika mereka tidak dapat mengubah atau memengaruhi keputusan,
mereka akan beradaptasi dan terus maju.
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan.
Mereka bukan korban pengaruh eksternal karena mereka proaktif.
Untuk beradaptasi dengan sesuatu yang baru maka kita harus siap
untuk melepaskan yang lama. Orang yang dapat beradaptasi tidak
menyimpan dendam atau menghindari kesalahan yang tidak perlu,
tetapi sebaliknya menyerap, memahami, dan melanjutkan.
7. Tidak mencari popularitas
Mereka tidak peduli dengan pusat perhatian karena mereka tahu
itu hanya sementara saja. Daripada menyia-nyiakan upaya untuk
masalah sementara, mereka mengalihkan fokus mereka ke
rintangan berikutnya untuk maju dari permainan sehingga ketika
semua orang akhirnya melompat ke papan, mereka sudah pindah
ke tantangan berikutnya.
8. Memiliki rasa ingin tahu
Tanpa rasa ingin tahu, tidak akan ada kemampuan beradaptasi.
Orang yang mudah beradaptasi belajar—dan terus belajar
memiliki keingintahuan yang tinggi. Keingintahuan akan
mendorong pada pertumbuhan.
9. Beradaptasi.
Kemampuan beradaptasi tentunya menjadi kunci pokok dari
karakteristik adaptif
10. Memperhatikan sistem.
Orang-orang yang dapat beradaptasi melihat seluruh hutan
daripada hanya beberapa pohon. Mereka harus melakukannya,

40
Modul Adaptif

jika tidak, mereka akan kekurangan basis konteks dari mana


mereka mendasarkan keputusan mereka untuk beradaptasi.
11. Membuka pikiran.
Jika Anda tidak mau mendengarkan sudut pandang orang lain,
maka Anda akan terbatas dalam pemikiran Anda, yang berarti
Anda juga akan terbatas dalam kemampuan beradaptasi Anda.
Semakin banyak konteks yang Anda miliki, semakin banyak pilihan
yang memposisikan Anda menuju perubahan.
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan.
Pilihan untuk berubah bukanlah pilihan yang mudah, namun juga
bukan pilihan untuk tetap sama. Memilih untuk beradaptasi
dengan sesuatu yang baru dan meninggalkan yang lama
membutuhkan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai pribadi.

E. Rangkuman
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.
Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi
selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan
hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu
dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,

41
Modul Adaptif

tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan


dan lainnya.
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye
untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu
yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

F. Latihan
Dalam kelas, bentuk kelompok kecil, dan ikuti instruksi berikut ini:
1. Diskusikan dalam kelompok bagaimana praktek dari penerapan
adaptasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang
merespon perubahan lingkungannya, baik dari sudutu pandang
praktek individu maupun organisasi.
2. Paparkan secara singkat dalam kelas, bagaimana persamaan dan
perbedaan yang mungkin muncul dalam praktek penerapan
adaptasi dari organisasi yang berbeda.

42
Modul Adaptif

BAB IV
PANDUAN PERILAKU ADAPTIF

“A leader is someone who brings about adaptive, as opposed to


technical, change. He makes changes that challenge and upset the status
quo and he must convince the people who are upset that the changes
are for their own good and the good of the organization” Eddie Teo,
mantan permanent secretary singapura (Neo and Chen 2007).

A. Uraian Materi
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa
perubahan adaptif, bukan teknis. Dia membuat perubahan yang
menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus meyakinkan
orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan
mereka sendiri dan kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan
Sekretaris Tetap Singapura (Neo dan Chen, 2007).
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi
lingkungan yang bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012)
mengusulkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk
menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility. Johansen menyarankan pemimpin
organisasi melakukan hal berikut:
1. Hadapi Volatility dengan Vision
a. Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan
kerja Anda yang konstan dan tidak dapat diprediksi. Perubahan
merupakan keniscayaan, oleh karena itu perubahan tidak
untuk dilawan tetapi perlu ‘diterima dan dirangkul’ agar
menunjang kinerja organisasi.
43
Modul Adaptif

b. Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan


nilai tim, dan kembangkan visi bersama yang jelas tentangmasa
depan. Untuk menghadapi situasi volatility, pastikan Anda
menetapkan tujuan fleksibel yang dapat diubah setiap saat bila
diperlukan. Hal ini akan membantu navigasi situasi yang tidak
menentu.
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
a. Berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling.
Hal ini membantu Anda memahami dan mengembangkan cara
berpikir dan bertindak baru sebagai respons terhadap
ancaman ketidakpastian. Kemampuan untuk ‘memahami’
sesuatu menjadi salah satu kunci dalam menghadapi
ketidakpastian. Memahami itu sendiri lebih mendalam
dibanding ‘mengetahui’. Dengan mengetahui, seseorang belum
tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam,
hanya sekedar mengetahui tanpa mampu menangkap makna
dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Oleh karenanya,
kemampuan memahami ini sangat penting dalam situasi apa
pun, termasuk dalam menghadapi ketidakpastian.
b. Jadikan investasi, analisis dan interpretasi bisnis, dan
competitive intelligence (CI) sebagai prioritas, sehingga Anda
tidak ketinggalan. Tetap up to date dengan berita industri, dan
dengarkan pelanggan Anda untuk mencari tahu apa yang
mereka inginkan. Dalam konteks publik, hal ini berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan pemerintah, bukan hanya
melayani sesuai harapan pelanggan tetapi melebihi ekspektasi
pelanggan. Untuk itu, pemerintah perlu

44
Modul Adaptif

melakukan investasi berupa gedung dan peralatan, melakukan


analisis dan intepretasi kebijakan yang pro rakyat, dan
menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) guna
meningkatkan pelayanan.
c. Tinjau dan evaluasi kinerja Anda. Pertimbangkan dengan baik
langkah yang akan Anda lakukan. Tujuan evaluasi kinerja
adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi. Secara
lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana
dikemukakan Sunyoto (1999:1) yang dikutip oleh
Mangkunegara (2005:10) adalah: (a) Meningkatkan saling
pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja; (b)
Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan,
sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik,
atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi
yang terdahulu; (c) Memberikan peluang kepada karyawan
untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan
meningkatkan kepedulian terhadap karier atau pekerjaan yang
diembannya sekarang; (d) Mendefinisikan atau merumuskan
kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi
untuk berprestasi sesuai dengan potensinya; dan (e)
Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang
sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan
kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang
perlu diubah.
d. Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi, sehingga
melatih Anda untuk bereaksi terhadap ancaman serupa di

45
Modul Adaptif

masa depan. Simulasi dan eksperimen sangat penting karena


dapat memperkaya pengalaman dan mengembangkan sikap
ilmiah. Melalui simulasi dan eksperimen yang valid, maka
diharapkan dapat membantu kita dalam menghadapi
ketidakpastian.
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
a. Berkomunikasi secara jelas dengan tim Anda. Dalam situasi
yang kompleks, komunikasi yang jelas membantu mereka
memahami arah tim dan organisasi. Berkomunikasi secara
jelas senada dengan berkomunikasi secara efektif. Untuk dapat
berkomunikasi secara efektif, kita dituntut untuk tidak hanya
memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan
pengetahuan kita secara kreatif. Komunikasi dikatakan efektif
apabila komunikasi yang terjadi bersifat dua arah yaitu dimana
makna yang distimulasikan sama atau serupa dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator atau pengirim pesan.
b. Kembangkan tim dan dorong kolaborasi. Situasi VUCA
seringkali terlalu rumit untuk ditangani oleh satu orang. Jadi,
bangun tim yang dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan
yang bergerak cepat. Membangun dan mengembangkan tim
adalah tugas utama kepemimpinan. Tanpa keterampilan
membangun tim, seorang pemimpin berisiko membatasi
produktivitas pegawai mereka dengan apa yang dapat
dilakukan oleh setiap anggota mereka sendiri, sedangkan jika
Anda membantu membangun tim, Anda dapat menyatukan tim
Anda di sekitar tujuan bersama, yang akan meningkatkan
kinerja organisasi. Terdapat 5 langkah membangun tim efektif:

46
Modul Adaptif

(a) tetapkan kepemimpinan; (b) bangun hubungan dengan


pegawai Anda; (c) bangun hubungan di antara pegawai Anda;
(d) menumbuhkan kerjasama-kolaborasi tim; dan (e) tetapkan
aturan dasar untuk tim.
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility
a. Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan
ketangkasan. Buat rencana ke depan, tetapi bersiaplah untuk
mengubahnya. Era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan
campur tangan sistem cerdas dan otomasi dalam industri.
Secara singkat, Industry 4.0, pelaku industri membiarkan
komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain
untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan
manusia. Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things
(IoT), dan Internet of Systems membuat Industri 4.0 menjadi
mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.
Kenyataannya, sistem cerdas dan otomasi tersebut bukan
hanya di sektor industri, namun merambah ke sektor lain
termasuk sektor pemerintahan, dimana adaptasi dan
kelincahan mejnadi faktor kunci dalam penyelenggaraan
pemerintahan kini dan ke depan.
b. Pekerjakan dan promosikan orang-orang yang berhasil di
lingkungan VUCA. Mereka umumnya kolaboratif dan memiliki
keterampilan berpikir kompleks. Mempekerjakan orang atau
SDM yang teruji dalam VUCA tidak akan salah pilih karena
mereka merupakan SDM bertalenta tinggi dan teruji. Orang
yang terbukti tangguh dalam menghadapi situasi sulit biasanya

47
Modul Adaptif

akan lebih bertahan dalam menghadapi tekanan pekerjaan dan


lebih mudah beradaptasi dengan perubahan.
c. Dorong karyawan Anda untuk berpikir dan bekerja di luar area
fungsional mereka. Rotasi pekerjaan dan pelatihan silang bisa
menjadi cara terbaik untuk meningkatkan ketangkasan tim.
Sesekali pegawai perlu mendapat insight di luar pekerjaan
rutin mereka, baik melalui pertukaran pegawai maupun
pelatihan-pelatihan di luar tugas fungsi yang bersangkutan.
d. Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan
mereka. Kembangkan lingkungan kolaboratif dan konsensus.
Dorong debat, perbedaan pendapat, dan partisipasi dari semua
orang. Jenis kepemimpinan yang sedang menjadi pembicaraan
banyak pihak saat ini adalah kepemimpinan transformatif.
Bass pada tahun 1985 mendefinisikan kepemimpinan
transaksional berhubungan dengan kebutuhan bawahan yang
difokuskan pada perubahan, dimana pemimpin memenuhi
kebutuhan bawahan dalam perubahan untuk meningkatkan
kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin transaksional
bertindak dengan menghindari resiko dan membangun
kepercayaan diri bawahan agar bawahan mampu mencapai
tujuan. Hal ini jelas bahwa kepemimpinan transformatif sangat
menjunjung tinggi partisipasi dari semua anggotanya.
e. Kembangkan “budaya ide”. Ini jenis budaya yang energik dan
dapat mengubah tim dan organisasi menjadi lebih kreatif dan
gesit. Hal baru (inovasi) adalah proses atau hasil
pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan,
keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan

48
Modul Adaptif

pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk


(barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru,
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan,
terutama ekonomi dan sosial.
Apresiasi anggota tim yang menunjukkan
Vision, Understanding, Clarity, Agility. Biarkan orang-orang melihat
perilaku seperti apa yang Anda hargai. Langkah terbaik yang dapat
dilakukan pemimpin adalah memberikan penghargaan, bukan hanya
berupa uang tetapi juga berupa pujian atau compliment yang lain.

Diskusikan dalam kelompok anda, bagaimana cara pemerintah


dalam menyelesaikan kasus pelayanan publik yang menghadapi
tantangan VUCA

B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional


Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel (Siswanto, and Sucipto, Agus
2008 dalam Yuliani dkk, 2020).
Organisasi adaptif sebagaimana disebutkan di atas tidak
terlepas dari budaya adaptif. Budaya adaptif adalah budaya organisasi
di mana karyawan menerima perubahan, termasuk organisasi
penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses
internal yang berkelanjutan (McShane & Von Glinow, 2010) dalam
Safitri (2019).
Perbedaan organisasi yang menerapkan budaya adaptif dan
yang tidak menerapkan budaya adaptif sebagai berikut.

49
Modul Adaptif

Tabel 3. Perbandingan Perusahaan yang Adaptif dan Budaya Perusahaan


yang Tidak Adaptif
Perusahaan yang
Perusahaan yang Adaptif
Tidak Adaptif
Perilaku yang Manajer sangat Manajer cenderung
terlihat memperhatikan seluruh berperilaku tertutup,
konstituen mereka, politis dan birokratis.
khususnya pelanggan Akibatnya, mereka
dan mengawali tidak mengubah
perubahan bila strategi dengan cepat
diperlukan untuk untuk menyesuaikan
mendukung kepentingan diri atau mengambil
yang terlegitimasi, keuntungan dari
meskipun harus perubahan
menanggung risiko. lingkungan bisnis.
Nilai yang Manajer sangat Manajer lebih
diungkapkan memperhatikan memperhatikan diri
pelanggan, pemegang sendiri, kelompok
saham dan karyawan. kerja yang terdekat
Mereka juga sangat dengan beberapa
menghargai orang dan produk (teknologi)
proses yang dapat yang berkaitan
menghasilkan dengan kelompok
perubahan yang dapat kerja. Mereka lebih
menghasilkan menghargai proses
perubahan yang manajemen yang
bermanfaat (inisiatif teratur dan dengan

50
Modul Adaptif

kepemimpinan ke atas risiko yang berkurang


dan bawah dalam hirarki daripada inisiatif
manajemen). kepemimpinan.
Sumber: Mukhrizal Effendi (2016).

Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di


dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan
dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya
pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, juga akan menjadi penentu suksesnya
perusahaan. Dengan demikian, budaya organisasi memiliki dampak
yang berarti terhadap kinerja karyawan yang menentukan
keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan.
Terdapat beberapa pengklasifikasian budaya organisasi yang
telah disampaikan oleh para ahli, salah satunya adalah yang
disampaikan oleh Chang dan Lee (2007). Mereka mengadopsi
proposal Denison dan Mishra (1995) dimana terdapat dua poin
referensi, yaitu cara yang stabil dan fleksibel untuk memenuhi
permintaan lingkungan yang kompetitif dan strategi yang fokus pada
dua dimensi elemen karyawan internal dan pelanggan eksternal.
Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee (2007)
membagi tipe budaya organisasi menjadi empat, yaitu:
1. Budaya adaptif (adaptive culture). Budaya ini merupakan budaya
yang bersifat fleksibel dan eksternal sehingga dapat memuaskan

51
Modul Adaptif

permintaan pelanggan dengan memusatkan perhatian utama pada


lingkungan eksternal.
2. Budaya misi (mission culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat stabil dan eksternal sehingga menekankan organisasi
dengan tujuan-tujuan yang jelas dan versi-versinya. Para anggota
organisasi dapat mengambil tanggung jawab untuk secara efisien
menyelesaikan tugas yang diberikan. Organisasi menjanjikan para
karyawannya dengan penghargaan khusus.
3. Budaya klan (clan culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat fleksibel dan internal sehingga menekankan bahwa para
anggotanya harus memainkan peran mereka dengan tingkat
efisiensi yang tinggi dan mereka juga harus menunjukkan rasa
pertanggungjawaban yang kuat akan pengembangan dan
memperlihatkan komitmen organisasi yang lebih.
4. Budaya birokratik (bureaucratic culture). Budaya ini merupakan
budaya yang bersifat stabil dan internal sehingga organisasi
memiliki tingkat konsistensi yang tinggi akan segala aktivitas-
aktivitasnya. Melalui kepatuhan dan kerja sama dari para
anggotanya, organisasi dapat meningkatkan aktivitas
organisasional dan efisiensi kerja.

52
Modul Adaptif

Box Kasus 3 Budaya Adaptif Taxi BLUE BIRD


Bagi perusahaan-perusahaan, teknologi benar-benar merubah
cara pandang dan selera pelanggan. Kompetisi semakin ketat. Lalu
apa yang harus dilakukan oleh perusahaan yang usianya sudah
cukup matang untuk tetap bisa bertahan? Kuncinya ada pada
budaya yang adaptif, selaras dengan kondisi eksternal dan tren
yang terus bergerak. Kasus ini dialami oleh perusahaan taksi Blue
Bird. Perusahaan taksi yang sudah puluhan tahun berdiri dan
gagah memimpin pasar. Sekian lama menjadi andalan pelanggan,
Blue Bird menghadapi turbulensi tahun-tahun belakangan karena
hadirnya moda transportasi baru berbasis online. Perusahaan taksi
lainnya juga mengakui bisnis taksi konvensional semakin lesu.
Imbasnya, PHK massal pun tak terelakkan.
Apa yang dilakukan Blue Bird? Ternyata kuncinya cerdik
membidik potensi dan menggerakkan kolaborasi. Jika perusahaan
armada taksi lain kalah saing, Blue Bird justru ambil langkah
menjalin kerjasama baik dengan sang kompetitor. Kerjasamanya
dengan Go-Car pada aplikasi Go-Jek menjadi bukti. Pengguna
layanan Go-Car pun bisa dijemput dengan taksi Blue Bird dengan
tarif sama.
Terobosan lainnya adalah Blue Bird bekerjasama dengan
Kementerian Pariwisata. Layanan Blue Bird yang tersebar di
banyak kota besar Indonesia berpotensi membantu misi
Kemenpar untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Armada
Blue Bird diberikan stiker ‘Wonderful Indonesia’ dan peletakan
majalah Mutiara Biru yang mengekspos keindahan Indonesia.

53
Modul Adaptif

Para pengemudi, terlebih di Bandara juga diberdayakan untuk


memiliki pengetahuan mengenai destinasi pariwisata setempat.
Langkah ini mengangkat peran driver, tak hanya sekedar
mengemudi namun menjadi ‘Service Ambassador’ karena menjadi
orang pertama yang melayani turis setibanya di bandara.
Kolaborasi yang jeli dan menguntungkan kedua pihak.
Apa yang dilakukan Blue Bird menjadi bukti nyata jika budaya
organisasi perlu terus diperbarui. Memegang nilai-nilai organisasi,
sambil terus menyelaraskannya dengan tren dan kondisi saat ini.
Agar mampu efektif, budaya organisasi yang adaptif juga harus
mampu disampaikan ke seluruh elemen karyawan. Diterjemahkan
menjadi kinerja perilaku yang berdampak pada kinerja organisasi,
dan mampu untuk dievaluasi berkala.
Sumber: Febrianindya, 2018 dalam Teguh Sriwidadi, 2020.

C. Perilaku Adaptif Individual


Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga
berlaku dan dituntut terjadi pada individu. Individu atau sumber daya
manusia (SDM) yang adaptif dan terampil kian dibutuhkan dunia kerja
ataupun industri yang juga semakin kompetitif. Karenanya, memiliki
soft skill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu,
serta mampu mentransformasikan teknologi menjadi produk nyata
dengan nilai ekonomi tinggi menjadi syarat SDM unggultersebut.
Menurut Mendikbud Nadiem Makarim, revolusi industri 4.0
menciptakan permintaan jutaan pekerjaan baru untuk memenuhi
potensi dan aspirasi masyarakat. Namun, pada saat bersamaan,

54
Modul Adaptif

perkembangan ini juga mengubah peta pekerjaan dan kebutuhan


kompetensi (2020).
Pergeseran kebutuhan kompetensi ini dijelaskan Nadiem
sebagai salah satu dampak dari dua faktor, yaitu perkembangan
teknologi dalam bentuk digital automasi dan robotisasi, serta resesi
global yang merupakan kombinasi dahsyat atau double disruption
yang mengubah landscape pekerjaan di masa depan. Hal ini sesuai
dengan hasil riset terbaru bertajuk “Future Job Report 2020” yang
dirilis oleh World Economic Forum yang mengungkapkanpergeseran
dan perubahan yang terjadi antara manusia, mesin, dan algoritma
membuat 85 juta pekerjaan di dunia akan hilang dalam waktu lima
tahun ke depan. Sementara itu, sebanyak 97 juta pekerjaanbaru yang
lebih adaptif akan tumbuh mengisi industri.
Presiden Jokowi mengutarakan bahwa pemerintah telah
menyiapkan berbagai program pembangunan SDM untuk memastikan
bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan. "Kita bangun
generasi bertalenta yang berkarakter dan mampu beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Indonesia memiliki modal awal untuk
bersaing di tingkat global”. Pernyataan senada juga dinyatakan
Wapres bahwa sumber daya manusia Indonesia harus disiapkan
untuk mampu bersaing, cepat beradaptasi dengan perubahan dan
perkembangan teknologi informasi yang mendisrupsi segala bidang.
Terkait amanat UU 5/2014 bahwa UU ASN bisa terlaksana
dengan baik, asal ada upaya penyempurnaan sistem pelayanan oleh
para abdi negara. Tidak hanya menjadikan ASN sebagai pelayan
masyarakat melalui penerapan e-Government saja, tetapi sekaligus
menggerakkan ruhnya sebagai penyelenggara pemerintahan. Jadi,

55
Modul Adaptif

agar dapat memberikan pelayanan pemerintahan yang excellent, maka


semua PNS harus selalu bersikap adaptif terhadap perkembangan IT,
sehingga dalam kinerjanya dapat memaksimalkan pemanfaatan
pesatnya teknologi informasi untuk menuju reformasi birokrasi.
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif atau
mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan. Contonya, di
masa pandemi Covid-19 saat ini, ASN sejatinya tampil di depan dalam
hal pelayanan masyarakat, terutama ASN yang berada pada garda
terdepan pelayanan publik seperti tenaga kesehatan (nakes).

D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif


Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi
instansi pemerintah agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam
memberikan pelayanan publik. Organisasi adaptif baik di sektor
publik maupun bisnis dapat dibangun dengan beberapa preskripsi
yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
Landasan dari setiap transformasi dari bawah ke atas
dimulai dengan pemberdayaan tim yang memiliki motivasi dan
pengarahan diri sendiri. Kelimpahan struktur dan penetapan
aturan cenderung menghambat kreativitas dan adaptasi, terutama
ketika strukturnya hierarkis, bentuk organisasi default bagi
banyak orang sebelum era pengetahuan saat ini. Dari pengalaman
banyak pihak, kolaborasi yang paling efektif adalah sukarela,
informal, dan diawasi sendiri. Hubungan pribadi yang baik
mengarah pada kolaborasi yang sukses karena sulit untuk
berkolaborasi dengan orang-orang yang "diperintahkan" untuk
bekerja dengan Anda. Tim “berdasarkan mandat” mengalami
56
Modul Adaptif

kesulitan melihat lingkungan mereka dengan pikiran terbuka—


asumsi yang sudah dikenal dan pendekatan konvensional muncul
ke permukaan. Kelompok yang lebih kecil dan mandiri lebih bebas
untuk menantang paradigma dominan dan sampai pada cara baru
untuk beradaptasi dengan tantangan dan peluang yang muncul
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
Strategi berikutnya adalah menyerang segmentasi
departemen, divisi, dan unit dalam suatu organisasi. Sebuah
organisasi tidak dapat beradaptasi dengan keadaan baru jika
informasi penting disimpan oleh kelompok mana pun. Hanya
pertukaran wawasan dan ide yang tidak terbatas di antara semua
kelompok dan sub-kelompok dalam organisasi yang dapat
membangun pemahaman yang komprehensif tentang lingkungan
dan menghasilkan adaptasi dan solusi yang tepat. Beberapa jenis
tindakan yang berbeda dapat membantu "menjembatani silo."
Salah satu pendekatannya adalah mengembangkan “standar
terbuka untuk tim” untuk membangun kepercayaan, kolaborasi,
dan berbagi ide di seluruh organisasi. Metode umum komunikasi,
pendekatan untuk pemecahan masalah, dan mode perilaku
diperlukan untuk menghilangkan batasan pada aliran
pengetahuan yang efektif yang sangat penting untuk benar-benar
memahami lingkungan yang berubah dengan cepat dan
beradaptasi dengan tantangan dan peluangnya. Metode dan
standar ini harus mencakup semua tim dalam perusahaan dan
melampaui semua batasan organisasi.
Visi bersama juga membantu menyatukan dan
menginspirasi semua bagian organisasi untuk beradaptasi

57
Modul Adaptif

bersama menuju tujuan bersama. Seorang peserta menceritakan


kisah tentang bagaimana anggota dari satu perusahaan dengan
cepat bersatu dalam beberapa jam dan hari setelah serangan 9/11
untuk memulihkan komunikasi penting ke sektor keuangan di
Kota New York, disatukan oleh visi "utamakan pelanggan" dan
tanggung jawab perusahaan yang dimanifestasikan secaraberbeda
untuk berbagai bagian perusahaan tetapi dimiliki oleh semua.
Ketika sebuah organisasi memiliki visi yang sama, pemangku
kepentingan internal yang berbeda kurang cenderung
membiarkan ekuitas "silo" mereka menjadi penghalang jalan bagi
adaptasi perusahaan secara keseluruhan dalam menghadapi
perubahan yang cepat.
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir
Adaptif
Kepemimpinan harus menciptakan ruang dan waktu untuk
inovasi. Beberapa peserta mencatat bahwa Anda harus
membentuk struktur organisasi untuk memungkinkan karyawan
"berpikir di luar kotak" dan menciptakan cara baru dalam
melakukan sesuatu. Banyak yang telah menulis dan berkomentar
tentang perlunya menciptakan lingkungan di dalam organisasi di
mana karyawan merasakan keamanan psikologis dan praktis
untuk berkolaborasi dan mengejar ide-ide baru—sebuah
“pelabuhan aman intelektual” di mana perspektif dan pendekatan
yang tidak dikenal diharapkan dan didorong untuk menanggapi,
atau antisipasi, keadaan asing. Seringkali "tempat yang aman
untuk berinovasi" didirikan di dalam organisasi tetapi di luar
bentuk organisasi normal—misalnya, "tim harimau" atau "ladang

58
Modul Adaptif

hijau". Sama pentingnya dengan menciptakan ruang dan waktu,


eselon atas organisasi (serta supervisor di semua tingkatan) harus
menunjukkan komitmen yang tulus untuk mendengarkan ide-ide
dari atas, bawah, dan di seluruh organisasi, memperkuat perilaku
positif ketika orang menggunakan tempat aman mereka untuk
memunculkan ide-ide baru tentang bagaimana beradaptasi
dengan apa yang berubah di lingkungan.
Menurut Fulmer (2000) dalam dunia bisnis sudah banyak
pemimpin yang sukses melihat perbedaan dan mampu
memanfaatkannya sebagai kunci untuk mengalahkan pesaing.
Sebagai contoh, di saat banyak pihak menilai kemunculan internet
sebagai ancaman bagi bisnis mereka, yang lain menilainya sebagai
peluang besar, dan ketika kebanyakan bioskop ditandingi televisi,
Walt Disney mampu bertahan dan memanfatkannya.
Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif, yang dapat
terus berkembang dan survive meski berada di lingkungan yang terus
berubah perlu konsep dan strategi sebagai berikut:
1. Landscape
Adaptif erat hubungannya dengan kemampuan untuk
berubah dan terus berupaya antisipatif. Untuk mengetahui kapan
seharusnya organisasi berubah, seorang eksekutif atau pemimpin
bisnis harus melakukan survey pada jangkauan, bentangan yang
ada pada pandangan bisnis mereka. Langkah berikutnya membuat
IFAS (internal factor analysis summaries) berupa strength dan
weakness, serta EFAS (external factor analysis summaries) berupa
opportunity dan strength organisasi yang mereka pimpin. Seorang
pemimpin harus lebih dahulu memahami organisasi tersebut

59
Modul Adaptif

sebelum mulai mengubahnya. Memahami landscape organisasi


dari peran perubahan terhadap perusahaan adalah poin utama
untuk memikirkan kembali critical strategies perusahaan: (a)
melihat jauh ke depan; (b) memahami landscape bisnis; (c)
memahami prinsip ketidaktentuan dunia bisnis; dan (d)
memahami rencana strategis pada organisasi yang adaptif.
2. Learning
Perusahaan yang sukses menciptakan sebuah kultur adaptif
adalah yang tidak hanya sekedar mendorong setiap individunya
untuk terus belajar, nanmun juga men-share-nya. Dengan upaya
pembelajaran terus-menerus ini, perusahaan akan mampu
merespon lebih cepat pada perubahan kondisi market. Upaya
learning erat hubungannya dengan knowledge management yang
sangat dibutuhkan sebuah organisasi yang inginterus berkembang
dan survive. Karena pembelajaran ini akan meningkatkan
kreativitas dan produktivitas anggota yang otomatis berpengaruh
pada reliability organisasi.
3. Leadership
Mengelola sebuah organisasi yang adaptif memerlukan visi
dan skill nontradisional. Disini dibutuhkan jiwa kepemimpinan
tidak hanya sebagai penujuk arah namun pembimbing menuju
keberhasilan dalam melawan kompleksitas dan menciptakan
sebuah organisasi yang ulet (resilient organization). Pemimpin
organisasi harus berpikir tidak hanya dengan siapa mereka
menciptakan hubungan tetapi juga tentang tipe hubungan apa
yang mereka inginkan beserta risiko yang terkait dengan berbagai
relationship.

60
Modul Adaptif

Dalam hal ini diperlukan juga sebuah adaptive leadership dalam


lingkungan yang kompleks, sehingga pemimpin akan berperan lebih
dari sebagai ‘pahlawan’ yang menjadi figure tersendiri yang mencoba
mengontrol dan mengemudikan organisasi, namun juga sebagai
katalisator dan fasilitator. Dalam buku “Shaping the Adaptive
Organization” Gary Beinger seorang eksekutif e-Bay mengatakan
bahwa organisasi yang adaptif akan mampu bergerak 10 kali lebih
cepat dari organisasi normal. Organisasi adaptif juga cenderung
mempunyai powerful dan mampu mengatasi permasalahan sendiri
dengan cepat.

E. Rangkuman
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam
situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan
faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.

61
Modul Adaptif

Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan


menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

F. Latihan
1. Dari contoh yang sudah didiskusikan, peserta akan diminta untuk
berdialog antar kelompok, dengan pertanyaan “what if”, untuk
menguji dan menstimulasi kemampuan adaptabilitas.
2. Fasilitator akan berkeliling untuk turut mendengarkan dan
berinteraksi dalam kelompok-kelompok dialog tersebut.
3. Fasilitator akan menyampaikan garis besar hasil diskusi di depan
kelas.

62
Modul Adaptif

BAB V
ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH

The main challenges today are not technical, but rather ‘adaptive’. Technical
problems are easy to identify, are well-defined, and can be solved by applying
well-known solutions or the knowledge of experts. In contrast, adaptive
challenges are difficcult to define, have no known or clear-cut solutions, and
call for new ideas to bring about change in numerous places.
Sebastian Salicru, 2017.

A. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'.
Masalah teknis mudah diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan
dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi terkenal atau
pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan adaptif sulit untuk
didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan
membutuhkan ide-ide baru untuk membawa perubahan di banyak
tempat.
Selain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah
menyaksikan tiga 3D yaitu ketidakpercayaan (distrust), keraguan
(doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Ini adalah hasil ketika para
pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks perubahan di
mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan
mereka (Salicru, 2017).

63
Modul Adaptif

B. Pemerintahan Yang Adaptif


Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang
menghubungkan individu, organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat
organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk pemerintahan ini juga
menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis pembelajaran
untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai "pengelolaan
bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode perubahan
mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan
reorganisasi.
Tata kelola semacam itu menghubungkan individu, organisasi,
dan lembaga di berbagai tingkat organisasi. Sistem pemerintahan
adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan tim
dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem
pengetahuan dan pengalaman untuk pengembangan pemahaman
kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011)
Agar dapat menjembatani organisasi dan menurunkan biaya
kolaborasi, resolusi konflik, dan legislasi memungkinkan adanya
kebijakan pemerintah untuk mendukung swasusun sambil
membingkai kreativitas untuk mewujudkan pengelolaan bersama
yang adaptif. Sistem sosial-ekologis yang tangguh dapat
memanfaatkan krisis sebagai peluang untuk berubah menjadi negara
yang diharapkan. Dalam teori capacity building dan konsep adaptive
governance, Grindle (1997) menggabungkan dua konsep untuk
mengukur bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah adaptif
dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
2. Penguatan organisasi adaptif;

64
Modul Adaptif

3. Pembaharuan institusional adaptif.


Pemerintahan adaptif dengan demikian mengacu pada cara-
cara di mana pengaturan kelembagaan berkembang untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam lingkungan
yang berubah. Secara lebih formal, tata kelola adaptif didefinisikan
sebagai berikut: mengacu pada evolusi aturan dan norma yang
mempromosikan kepuasan kebutuhan dan preferensi manusia yang
mendasari perubahan yang diberikan dalam pemahaman, tujuan, dan
konteks sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dalam kaitan itu terdapat beberapa catatan penting, pertama
adalah bahwa kriteria normatif yang digunakan untuk menilai apakah
perubahan dalam pengaturan tata kelola adalah 'adaptif ' atau 'baik'
berasal dari nilai-nilai dan preferensi konstituensi, daripada
dipaksakan oleh analis. Sehingga faktanya penilaian pencapaian
adaptabilitas akan lebih bergantung pada tingkat kepuasan konstituen
daripada hasil analisis objektif.
Kedua, adalah bahwa perubahan aturan dan norma tidak perlu
disadari atau disengaja, atau diartikulasikan dalam istilah berorientasi
tujuan, agar dapat adaptif. Hal ini menyiratkan bahwa beradaptasi
adalah proses yang seharusnya terjadi secara alamiah sebagai bentuk
respon organisasional terhadap perubahan lingkungan, jadi bukan
karena proses yang sengaja didorong untuk dilakukan adanya
perubahan tanpa adanya penyebab yang mendahuluinya.
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic
Governance)
Pencapaian atau kinerja organisasi saat ini bukanlah jaminan
untuk kelangsungan hidup di masa depan, lingkungan yang terus

65
Modul Adaptif

berubah dan penuh ketidak pastian. Bahkan jika seperangkat prinsip


yang dipilih awal, kebijakan dan praktik yang baik, efisiensi dan tata
kelola statis akhirnya akan menyebabkan stagnasi dan pembusukan.
Tidak ada sejumlah perencanaan yang dilakukan hati-hati dapat
memastikan pemerintah memiliki relevansi yang berkelanjutan dan
efektif jika tidak ada kapasitas kelembagaan yang cukup untuk belajar,
inovasi dan perubahan dalam menghadapi tantangan yang selalu baru
dalam kondisi yang fluktuatif dan lingkungan global yang tidak
terduga. (Neo & Chen, 2007: 1).
Organisasi pemerintah tidak dijamin mampu menghadapi
seluruh perubahan yang terjadi sangat cepat dan dinamis di
sekitarnya, kecuali dirinya pun harus ikut serta bergerak dinamis. Kata
kunci yang digunakan adalah organisasi pemerintah adalah organisasi
pemerintah yang selalu belajar (learning organization), inovasi, dan
perubahan itu sendiri.

Gambar 7. Kerangka Sistem Dynamic Governance


Sumber: Neo & Chen, 2007.

66
Modul Adaptif

Pada kerangka di atas, dapat dilihat bahwa hasil yang


diinginkan, pemerintahan yang dinamis, ditunjukkan di sebelah kanan
dapat dicapai ketika kebijakan adaptif dijalankan. Dasar dari
pemerintahan yang dinamis adalah budaya kelembagaan suatu
negara, seperti yang ditunjukkan pada dasar Gambar 7. Tiga
kemampuan dinamis berpikir ke depan, berpikir lagi, dan pemikiran
yang mengarah pada kebijakan adaptif ditunjukkan di bagian tengah.
Selain itu terdapat dua modal utama untuk mengembangkan
kemampuan tata kelola yang dinamis, yaitu orang-orang yang
memiliki kemampuan, dan proses yang lincah. Adapun lingkungan
luar mempengaruhi sistem tata kelola melalui ketidakpastian masa
depan dan eksternal praktek yang ditampilkan sebagai persegi
panjang di sebelah kiri.
Tata kelola yang dinamis mencapai relevansi saat ini dan masa
depan dan efektivitas melalui kebijakan yang terus beradaptasi
dengan perubahan di lingkungan. Adaptasi kebijakan tidak hanya pasif
reaksi terhadap tekanan eksternal tetapi pendekatan proaktif
terhadap inovasi, kontekstualisasi, dan eksekusi. Inovasi kebijakan
berarti baru dan ide-ide segar dicoba dan dimasukkan ke dalam
kebijakan sehingga hasil yang lebih baik dan berbeda dapat dicapai.
Ide-ide ini adalah dirancang secara kontekstual ke dalam kebijakan
sehingga warga negara akan menghargai dan menanggapi mereka
dengan baik. Namun ini bukan hanya tentang ide-ide baru dan desain
kontekstual tetapi juga eksekusi kebijakan yang membuat dinamis
pemerintahan menjadi kenyataan (Neo & Chen, 2007: 13).
Tata kelola yang dinamis membutuhkan pembelajaran baru
dan pemikiran, desain pilihan kebijakan yang disengaja, pengambilan

67
Modul Adaptif

keputusan analitis, pemilihan pilihan kebijakan yang rasional dan


pelaksanaan yang efektif. Kepemerintahan yang baik bukan hanya soal
tindakan cepat, tetapi juga soal pemahaman yang memadai. Dalam hal
ini pemimpin pemerintahan memang harus melihat keras dan berpikir
keras sebelum mereka melompat.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran
fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan
(think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think
across). Pertama, pemerintah harus berpikir ke depan untuk
memahami bagaimana masa depan akan mempengaruhi negara dan
menerapkan kebijakan untuk memungkinkan orang-orang mereka
mengatasi potensi ancaman dan mengambil memanfaatkan peluang
baru yang tersedia.
Kedua, lingkungan turbulensi dan perubahan dapat membuat
kebijakan masa lalu menjadi usang dan tidak efektif bahkan jika
mereka telah dipilih dengan cermat dan penuh pertimbangan. Jadi
perlu dipikirkan kembali kebijakan dan program yang ada untuk
menilai apakah masih relevan dengan agenda nasional dan kebutuhan
jangka panjang masyarakat. Kebijakan dan program kemudian harus
direvisi sehingga mereka dapat terus menjadi efektif dalam mencapai
tujuan penting.
Ketiga, dalam ekonomi pengetahuan baru, kelangsungan hidup
membutuhkan pembelajaran dan inovasi yang konstan untuk
menghadapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang baru. Hal ini
berarti bahwa pemerintah perlu berpikir lintas mengenai batas-batas
negara dan domain tradisional dalam pencarian ide-ide dan praktik

68
Modul Adaptif

yang menarik menarik yang dapat disesuaikan dan dikontekstualkan


dengan lingkungan domestik mereka.
Ketika pemerintah mengembangkan kemampuan berpikir
kedepan, berpikir lagi dan berpikir lintas, dan menanamkan ini ke
dalam jalan, kebijakan, orang dan proses lembaga sektor publik,
mereka menciptakan pembelajaran dan inovasi dalam tata kelola yang
memfasilitasi dinamisme dan perubahan di dunia yang tidak pasti.
Intinya, pemerintahan yang dinamis terjadi ketika pembuat kebijakan
terus-menerus berpikir ke depan untuk melihat perubahan dalam
lingkungan, berpikir kembali untuk merenungkan apa yang sedang
mereka lakukan, dan berpikir untuk belajar dari orang lain, dan terus-
menerus menggabungkan persepsi, refleksi, dan pengetahuan baru ke
dalam keyakinan, aturan, kebijakan dan struktur untuk
memungkinkan mereka beradaptasi dengan mengubah lingkungan.

Box Kasus 4 Kebijakan Transportasi Umum Singapura


Bagaimana kebutuhan untuk memecahkan masalah kemacetan
jalan menghasilkan tigamdekade eksperimen, pembelajaran
coba-coba, dan inovasi Kepemilikan mobil dan transportasi
umum adalah isu sensitif di Singapura kebijakan publik.
Kepemilikan rumah dan mobil20 adalah simbol status,
manifestasi dari "telah tiba", dan bagian dari aspirasi segmen
populasi yang besar. Tapi jika dibiarkan, naik mobil kepemilikan
dan kemacetan yang dihasilkan akan berdampak tidak dapat
diterima biaya tinggi untuk seluruh perekonomian dan dapat
bertindak sebagai pencegah asing investasi.

69
Modul Adaptif

Sebagai Perdana Menteri Goh Chok Tong saat itu secara grafis
menggambarkannya: “Jalan kita seperti arteri kita: mereka
membawa darah ke kita organ vital. Mobil kita seperti kolesterol
dalam darah. Anda membutuhkan kolesterol untuk berfungsinya
tubuh, tetapi terlalu banyak tidak baik untuk Anda karena itu
menyumbat Anda arteri… Di Singapura, seluruh kota adalah
ekonomi. Jika kota Anda macet, produktivitas dan daya saing kami
akan menderita”.
Sumber: Neo & Chen, 2007.

D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh


Di masa lalu seruan untuk ketahanan (ketangguhan) adalah
undangan tersirat, namun persuasif, untuk transformasi bebas dari
krisis yang melanda. Namun saat ini, ketika kita hampir keluar dari
krisis ekonomi terdalam sejak Depresi tahun 1930-an, ketahanan
telah mengambil urgensi yang sama sekali baru, dan istilah itu juga
harus memperoleh makna baru. Di dunia baru ini, ketahanan akan
kembali berarti kapasitas untuk bertahan dalam jangka panjang —
tidak hanya kesulitannya, tetapi lebih dari itu yang penting juga
godaan untuk bertindak demi keuntungan jangka pendek. (Välikangas,
L. 2010: 1).

Box Kasus 5 Ringkasan Konsekuensi Racun Dari Kinerja Masa


Lalu Sukses Tinggi
• Terlalu percaya diri (atau kompensasi ketidakamanan)
• Keangkuhan dalam kompetensi seseorang
• Atribusi jasa yang tidak semestinya pada diri sendiri
• Pengerasan struktural, kekakuan

70
Modul Adaptif

• Penundaan dan eskalasi formula sukses


• Kehilangan kapasitas untuk eksperimen
• Kepuasan penuh perhatian
Performa Biasa Saja
• Pemikiran konvensional
• Orang-orang terbaik pergi
• Aspirasi yang lebih rendah
• Demikian pula kelompok referensi yang tidak ambisius
• Pembentukan kelompok kepentingan untuk melanggengkan
status quo
• Kontrol sumber daya oleh mereka yang mendapat manfaat
dari biasa-biasa saja
Performa Sangat Rendah
• Perangkap kegagalan
• Respons ancaman-kekakuan
• Pengambilan risiko ekstrem jika kelangsungan hidup
terancam
• Perhatian yang terfokus ke dalam
• Tidak ada yang peduli. Semua orang telah menyerah.
Sumber: Välikangas, L. 2010.

Sebaliknya, menurut Välikangas, manajemen kinerja masa lalu


tidak boleh terbatas pada keberhasilan saja karena kinerja yang biasa-
biasa saja dan buruk juga memiliki bahaya yang sama bagi ketahanan
organisasi. Pikirkan kinerja masa lalu, tidak peduli seberapa baik atau
buruk, sebagai musuh ketahanan karena di situlah letak banyak
kerentanan perusahaan.

71
Modul Adaptif

Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima


dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan
organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata
Finlandia yang menunjukkan keuletan):
1. Kecerdasan organisasi: Organisasi menjadi cerdas ketika mereka
berhasil mengakomodasi banyak suara dan pemikiran yang
beragam.
2. Sumber Daya: Organisasi memiliki banyak akal ketika mereka
berhasil mengurangi perubahan atau bahkan lebih baik,
menggunakan kelangkaan sumber daya untuk terobosan inovatif.
3. Desain: Organisasi dirancang dengan kokoh ketika karakteristik
strukturalnya mendukung ketahanan dan menghindari jebakan
sistemik.
4. Adaptasi: Organisasi adaptif dan fit ketika mereka melatih
perubahan.
5. Budaya: Organisasi mengekspresikan ketahanan dalam budaya
ketika mereka memiliki sisu—nilai-nilai yang tidak
memungkinkan organisasi untuk menyerah atau menyerah tetapi
malah mengundang anggotanya untuk bangkit menghadapi
tantangan. (Välikangas, L. 2010: 92-93).
Prinsip panduan untuk kecerdasan organisasi dari perspektif
ketahanan diilhami oleh hukum klasik tentang variasi yang
diperlukan. Sebagaimana dinyatakan undang-undang, kapasitas untuk
mengakomodasi perubahan lingkungan tergantung pada variasi yang
tersedia di dalam organisasi. Weick & Quinn (1999) berbicara tentang
"jaminan budaya" yang memberikan banyak interpretasi di dalam
sebuah organisasi. Hargai percakapan dengan yang berbeda suara dan

72
Modul Adaptif

perspektif! Adakan kontes pembingkaian (atau interpretasi


perdebatan tentang apa yang terjadi) untuk isu-isu strategis yang
penting. Bagaimana perubahan batas peluang? Pemikiran yang
diperlukan harus mengekspresikan sebanyak mungkin kemungkinan
seperti yang terkandung dalam lingkungan (dan mudah-mudahan
sedikit lebih).
Hanya pemikiran yang sangat imajinatif di dalam organisasi
yang dapat mengakomodasi pemikiran seperti itu di luar. (Tidak
semua orang dengan imajinasinya bekerja untuk perusahaan juga!)
Oleh karena itu, dari sudut pandang ketahanan, kuncinya adalah
bukan integrasi dan keselarasan tim eksekutif atau organisasi anggota
secara umum — karakteristik seperti itu mungkin baik untuk
kelancaran dan eksekusi cepat. Dari sudut pandang ketahanan, itu
adalah keragaman dan imajinatif, mencerminkan ancaman dan
peluang lingkungan, yang sangat penting untuk kecerdasan organisasi.
Pemikiran yang diperlukan seperti itu dapat ditingkatkan dengan hal-
hal berikut:
1. Kemampuan untuk bertindak di bawah ambiguitas (ketika Anda
tidak yakin tentang jawaban benar)
2. Jangan pernah menerima jawaban Anda sendiri (siap) begitu saja
(Selalu simpan memeriksa mereka: apakah mereka melayani diri
sendiri?)
3. Menanyakan setting yang diterima dimana masalah dan solusi
dirumuskan: di bawah otoritas siapa, berikut yang rutinitas
pengambilan keputusan, apakah masalah dibingkai? Undang
kontes pembingkaian dan debat strategi.

73
Modul Adaptif

4. Tambahkan redundansi berpikir/equifinality/ambiguity (makna


ganda) melalui salah satu cara berikut: (a) Memainkan advokat
iblis (Seseorang bertindak sebagai penantang untuk menyetujui
keputusan); (b) Tim eksekutif bayangan (sekelompok anggota
organisasi junior yang mengungkapkan pandangan mereka
tentang keputusan strategis untuk didiskusikan dengan tim
eksekutif "nyata"); (c) Mengembangkan jaringan orang-orang
independen untuk menghibur pandangan yang bertentangan dan
berbeda tentang skenario masa depan; (d) Mempertahankan
hipokrisi atau “kemunafikan”: yaitu memisahkan pembicaraan dan
tindakan untuk memungkinkan organisasi untuk mengatasi
tuntutan masyarakat yang tidak konsisten yang tidak dapat
didamaikan [Brunsson, 1996 (dalam Warglien & Masuch, 1996)];
dan (e) Gunakan humor, atau bahkan "pelawak perusahaan," untuk
membuat poin yang akan ditolak orang lain (lihat bilah samping
Bab 8, "Catatan tentang Pelawak dan Peran Humor"). Jester adalah,
berdasarkan fungsinya dan melalui kejenakaan mereka, kadang-
kadang bisa membuat benar dan bermanfaat (mungkin
menjengkelkan) poin yang membuat orang lain dipecat.
5. Jelajahi masalah dalam hal ekstrem (aneh, misalnya): Apa
kemungkinan kasus terbaik atau terburuk? Apa yang masih
mungkin? (bahkan jika konsekuensinya tidak terpikirkan)?
6. Pertimbangkan hasil yang diharapkan dari keputusan penting, dan
tulis hasilnya turun pada saat pengambilan keputusan.
Bandingkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan jalannya
peristiwa yang diharapkan. apa yang perbedaan menyarankan
tentang asumsi keputusan?

74
Modul Adaptif

E. Rangkuman
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur
bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan
indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c)
Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun organisasi
pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman
bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang
terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah
dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan
dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah
yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan
pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan
organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang
menunjukkan keuletan.

F. Latihan
1. Dari contoh yang sudah didiskusikan, peserta akan diminta untuk
berdialog antar kelompok, dengan pertanyaa Teknik Moderasi
(Moderation Technic)”, untuk menguji dan menstimulasi
kemampuan adaptabilitas.
2. Langkah-langkah Teknik Moderasi: 1) Bagi peserta ke dalam
kelompok kecil 5-8 orang, 2) tentukan topik yang akan dibahas
75
Modul Adaptif

oleh setiap kelompok, 3) siapkan peralatan yang diperlukan


(kertas, spidol, papan tulis, dll).
3. Fasilitator akan memandu dan menyampaikan garis besar hasil
diskusi di depan kelas.

76
Modul Adaptif

BAB VI
STUDI KASUS ADAPTIF

A. Visi Indonesia 2045


Beberapa kasus yang dapat dipelajari dan dijadikan contoh
bagaimana perilaku adaptif individu maupun organisasi dibutuhkan
dan diperlukan untuk mengatasi perubahan lingkungan. Visi
Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa
negara Indonesia dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan
makmur saat memperingati 100 tahun kemerdekaannya. Visi tersebut
disusun dan disampaikan kepada publik pada tnggal 9 Mei 2019 oleh
Presiden Joko Widodo. Usia 100 tahun merupakan sebuah perjalanan
panjang dalam proses pembangunan sebuah bangsa dan negara.
Seluruh rakyat Indonesia pasti berharap bahwa negara Indonesia
kelak menjadi negara yang maju dan mampu menjadi lokomotif
peradaban dunia.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut terdapat banyak
tantangan yang akan dihadapi di semua sektor pembangunan. Kondisi
global yang dinamis dan kekurangan yang dimiliki Indonesia saat ini
menuntut upaya perbaikan dan peningkatan pada berbagai aspek.
Pemerintah perlu mempersiapkan strategi khusus dan terencana
untuk mengatasi kendala tersebut. Berdasarkan pengamatan dan
kajian yang dilakukan Bappenas, diperoleh prediksi tantangan yang
akan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat global pada 25 tahun
yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Demografi Global
Penduduk dunia diperkirakan akan mengalami pertambahan
populasi yang diperkirakan terbesar berasal dari wilayah Asia dan
77
Modul Adaptif

Afrika. Merujuk pada data dari BPS, Indonesia pada sekitar tahun
2040-an akan mendapatkan bonus demografi berupa angkatan
kerja pada rentang usia 25 s.d. 50 tahun yang cukup banyak. Ini
adalah momentum penting dalam milestone pembangunan
Indonesia yang tidak bisa diabaikan oleh pelaku kebijakan maupun
pelaku dunia usaha.
Bagaimana pendekatan adaptif yang harus dilakukan oleh
pemerintah dalam memaksimalkan bonus demografi tersebut?
Diskusikan dalam kelas, catat ide-ide dasarnya, lalu lanjutkan ke
poin berikutnya.

2. Urbanisasi Global
Arus urbanisasi ini diperkirakan akan terus meningkat yang akan
mempengaruhi kualitas daya saing, pertumbuhan ekonomi dan
kualitas hidup masyarakat. Urbanisasi ini merupakan persoalan
domestic, regional dan bahkan internasional, karena merupakan
kegiatan trans nasional. Berbagai kebijakan buruh migran dan
perdagangan bebas menjadi instrument penting untuk
memastikan momentum urbanisasi ini menjadi pendorong
kesejahteraan, bukan sebaliknya.
Berikan contoh kasus urbanisasi global yang sedang terjadi saat
ini, catat kasusnya, lalu lanjutkan ke poin berikutnya.

3. Perdagangan Internasional
Negara-negara di Asia diperkirakan akan menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebanyak 54% dari total pertumbuhan
ekonomi dunia. Hal ini dipengaruhi oleh investasi di bidang SDM
dan infrastruktur, serta reformasi pada birokrasi pemerintah, dan

78
Modul Adaptif

didukung oleh meningkatnya iklim usaha di negara-negara


tersebut. Perdagangan Internasional diperkirakan akan terjadi
peningkatan pertumbuhan sebanyak 3,4% dan terjadi pergeseran
di perdagangan di wilayah asia pasifik dengan fokus pada antar
negara-negara berkembang.
Bisakah anda memberikan contoh negara di Asia yang berhasil
dalam pembangunan dan perdagangan internasional?
Identifikasi indikatornya apa saja, lalu lanjutkan ke poin
berikutnya.

4. Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik


Kekuatan ekonomi Cina di tingkat regional bahkan global sudah
menyaingi pemain lama seperti Amerika Serikat dan Jepang. Peta
ekonomi global telah bergeser dari kawasan yang secara
tradisional dipandang maju ke kawasan Asia yang dipimpin oleh
ekonomi Cina. Hal ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi negara-negara di wilayah Asia Pasifik menjadi salah satu
poros ekonomi global terbaru mengingat sumber daya dan pasar
yang tinggi berada di wilayah ini.
Berikan contoh perbandingan indikator ekonomi Cina dengan
Amerika Serikat, dalam bentuk grafik, lalu lanjutkan ke pin
berikutnya

5. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan isu global, tidak mengenal batas-
batas territorial, sehingga setiap negara akan meraskan dampak
yang timbul, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini turut
mempengaruhi segala aspek kehidupan baik ekomoni, kesehatan

79
Modul Adaptif

dan lainnya. Penanganan perubahan iklim dilakukan tidak oleh


satu atau beberapa negara saja. Peran dan kontribusi Indonesia
dan negara-negara lain menjadi penting dalam perubahan iklim
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Diskusikan peran apa saja yang bisa dilakukan oleh
kementerian dan lembaga terkait, termasuk pemerintah daerah
dalam menangani isu perubahan iklim.

6. Perkembangan Teknologi
Pertumbuhan dan inovasi teknologi di bidang informasi dalam dua
dekade ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap kegiatan
ekonomi, dan terutama perubahan cara kerja. Teknologi ini turut
melahirkan ide dan kreativitas baru dalam bidang perdagangan,
kesehatan, dan tatanan kehidupan normal baru berbasis media
sosial.

B. Aplikasi PeduliLindungi
Kondisi pandemik membuat pemerintah berupaya mencari
solusi paling efisien untuk memastikan mobilitas penduduk dapat
terpantau dan dikendalikan dengan baik. PeduliLindungi adalah
aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah
terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19).
Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling
membagikan data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat
kontak dengan penderita COVID-19 dapat dilakukan.
Pengguna aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika
berada di keramaian atau berada di zona merah, yaitu area atau

80
Modul Adaptif

kelurahan yang sudah terdata bahwa ada orang yang terinfeksi


COVID-19 positif atau ada Pasien Dalam Pengawasan.
Pada saat masyarakat mengunduh PeduliLindungi, sistem akan
meminta persetujuan pengguna untuk mengaktifkan data lokasi.
Dengan kondisi lokasi aktif, maka secara berkala aplikasi akan
melakukan identifikasi lokasi pengguna serta memberikan informasi
terkait keramaian dan zonasi penyebaran COVID-19.
Hasil tracing ini akan memudahkan pemerintah untuk
mengidentifikasi siapa saja yang perlu mendapat penanganan lebih
lanjut agar penghentian penyebaran COVID-19 dapat dilakukan.
Sehingga, semakin banyak partisipasi masyarakat yang menggunakan
aplikasi ini, akan semakin membantu pemerintah dalam melakukan
tracing dan tracking.

Diskusikan dengan teman dalam kelompok, apakah kegunaan dan


kelemahan dari aplikasi PeduliLindungi. Bagaimana adaptasi yang
harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
memaksimalkan pemanfaatan teknologi ini.

C. Kasus Ponsel Blacberry dan Nokia


Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era
2000 an, sebagai produk high-end. Penggunanya memiliki kesan dan
kepuasan yang sangat tinggi, karena spesifikasi dan teknologi yang
ditawarkan sangat bagus pada masanya. Figur penting yang juga
mendorong popularitas Blackberry ini salah satunya adalah Presiden
Barrack Obama. Pada saat kampanye pemilihan Presiden AS, Barack
Obama selalu terlihat membawa gadget Blackberry sebagai alat

81
Modul Adaptif

multifungsi yang mendukung aktivitasnya, salah satunya fitur


Blackberry Messenger (BBM).
Saat ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak
bermain di segmen pasar tradisionalnya. Selain muncul banyak
pesaing dari merk lain, termasuk naiknya ppularitas layanan pesan
instan baru seperti whatsapp yang lebih menarik pengguna untuk
beralih dari BBM.
Perusahaan Blackberry mundur dari pasar, karena mengetahui
bahwa masyarakat pengguna handphone lebih menyukai telepon
seluler yang berbasis android dan iOS. Konsumen perlahan mulai
meninggalkan Blackberry, karena merk lain menawarkan lebih
banyak fitur dan kemudahan. Perusahan ponsel seyogyanya
menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen yang
ternyata sangat dinamis. Sekarang Blackberry fokus di segmen pasar
korporat, di mana pesaingnya belum banyak, dan kini berhasil
menjaga kesinambungan bisnisnya.
Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif.
Dalam Bahasa organisasi, perusahaan ini mengalami learning
disability atau ketidakmampuan belajar. Mereka berpikir bahwa
perusahaan yang sudah leading selama ini tidak mungkin kalah.
Perusahaan terlena oleh kesuksesan masa lalu, sehingga gagal
membaca perkembangan yang terjadi pada lingkungan atau
konsumennya. Secara sederhana Nokia mengalami sindrom success
causes failure: kesuksesan menjadi penyebab kegagalan.
Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting
mengenai bagaimana organisasi membutuhkan perubahan dan
adaptasi terhadap lingkungannya. Kesalahan dalam membaca

82
Modul Adaptif

perubahan lingkungan dan kesalahan dalam merespon perubahan


tersebut akan membawa akibat fatal bagi kelangsungan bisnis
perusahaan. Kesuksesan masa lalu hanya menjadi milestone yang
pada akhirnya harus dijadikan lecutan untuk mencari dan
menciptakan kesuksesan berikutnya. Tidak ada kesuksesan organisasi
yang bertahan dengan pendekatan status quo.

Dapatkan anda mencari contoh keberhasildan dan kesuksesan


organisasi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan?
Diskusikan dan sampaikan di depan kelas.

Setelah menjawab dan mempelajari dari studi kasus di atas,


diskusikan dalam kelompok, lalu paparkan di kelas rumuskan
bagaimana langkah-langkah organisasi pemerintah dalam
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Serta pelajaran apa
yang dapat diambil dari kasus di sektor bisnis. Jelaskan juga peran
apa yang harus dikembangkan dari aspek individu ASN untuk
mendorong organisasi menjadi adaptif.

83
Modul Adaptif

Daftar Pustaka
Brunner, R. D., Steelman, T., Coe-Juell, L., Cromley, C., Tucker, D., &
Edwards, C. (2005). Adaptive governance: integrating science,
policy, and decision making. Columbia University Press.
Chang, S. & Lee, M. (2007). A Study on Relationship Among Leadership,
Organizational Culture, The Operation of Learning Organization and
Employees' Job Satisfaction. The Learning Organization, Vol. 14Iss 2
pp. 155 – 185.
Denison, D. (1997). Corporate culture and Organizational Effectiveness.
Michigan: Denison Consulting.
Effendi, Muhrizal (2016). Budaya Perusahaan yang Adaptif. Diunduh
dari https://www.slideshare.net/banditznero/kuliah-12-budaya-
organisasi
Engle, N. L. (2011). Adaptive capacity and its assessment. Global
environmental change, 21(2), 647-656.
Folke, C., Hahn, T., Olsson, P., & Norberg, J. (2005). Adaptive governance of
social-ecological systems. Annu. Rev. Environ. Resour., 30, 441-473.
Fulmer, W. E. (2000). Shaping the Adaptive Organization: Landscapes,
Learning, and Leadershipin Volatile Times. Amacom.
Gerton, T., & Mitchell, J. P. (2019). Grand challenges in public
administration: Implications for public service education, training,
and research.
Grindle, M. S. (Ed.). (1997). Getting good government: capacity building in
the public sectors of developing countries. Harvard University Press.
Johansen, R. (2012). Leaders make the future: Ten new leadership skills
for an uncertain world. Berrett-Koehler Publishers.
McCarthy, I. P., Collard, M., & Johnson, M. (2017). Adaptive organizational
resilience: an evolutionary perspective. Current opinion in
environmental sustainability, 28, 33-40.
Mitchell, F. H., & Mitchell, C. C. (2015). Adaptive Administration: Practice
Strategies for Dealing with Constant Change in Public
Administration and Policy. Crc Press.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber daya
Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Neo, Boo Sion & Geraldine Chen. (2007). Dynamic Governance.
Embedding Culture, Capabilities and Change in Singapura.
Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

84
Modul Adaptif

Salicru, S. (2017). Leadership results: How to create adaptive leaders and


high-performing organisations for an uncertain world. John Wiley &
Sons.
Senge, Peter. 2008. The Necessary Revolution: How Individuals and
Organizations Are Working Together to Create a Sustainable World.
New York: random House Inc. Hal 140 sd 156.
Sriwidadi, Teguh. (2020). Budaya Perusahaan Adaptif. BINUS University
Online Learning-Business Management.
Schwab, B., & Kübler, D. (2001, May). Metropolitan governance and the
"democratic deficit": Theoretical issues and empirical findings. In
area-based initiatives in contemporary urban policy conference,
Copenhagen.
Soekanto, Soerjono (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press
Jakarta
Välikangas, Liisa. (2010). Resilient Organization. How Adaptive Culture
Thrive Even When Strategy Fails. USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Yuliani, Muh. Isa Ansari, Rulinawaty Kasmad. 2020. “Organisasi Adaptive
Dalam Pengembanan Kebijakan Pariwisata Di Kabupaten
Bulukumba”. Jurnal Unismuh.ac.id, 1(1) p. 259-269.
NN. 2012. Merancang Organisasi Adaptif dalam
http://riskinuridarahmawati. blogspot.com/2012/12/artikel-bab-
9-merancang-organisasi-yang.html
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Warglien, M., & Masuch, M. (Eds.). (1996). The logic of organizational
disorder. W. de Gruyter.
Weick, K. E., & Quinn, R. E. (1999). Organizational change and
development. Annual review of psychology, 50(1), 361-386.

85
Modul Adaptif

86
Modul Adaptif

Modul Adaptif

87
Modul Adaptif

88
Kolaboratif

Hak Cipta © pada:


Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

KOLABORATIF
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Tri Atmojo Sejati, S.T., S.H., M.Si.

EDITOR: Andhi Kurniawan, S.Hut., M.Si.


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover: http://unsplash.com

Jakarta – LAN – 2021


ISBN:

i
Kolaboratif

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa
percobaan yang dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi.
Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
CPNS yang dilakukan secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat
agenda yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai
Dasar PNS, Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung
terwujudnya Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari
beberapa mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar
Pelatihan Dasar CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar
dalam menumbuh kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang
sesuai agenda dalam pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena
bahan ajar ini merupakan produk yang dinamis, maka para pengajar
dapat meningkatkan pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam
mentransfer isi bahan ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS.
Selain itu, peserta Pelatihan Dasar CPNS dituntut kritis untuk
menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan Dasar CPNS ini. Sehingga apa
yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman secara keseluruhan dan
kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,
mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar ini.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan
sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable
learning) peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap
masukan dan saran perbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini
dikarenakan bahan ajar ini merupakan dokumen dinamis (living
document) yang perlu diperkaya demi tercapainya tujuan jangka
panjang yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia
yang berdaya saing.

ii
Kolaboratif

Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna.


Dengan segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang
konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2021


Kepala
Lembaga Administrasi Negara,

Adi Suryanto

iii
Kolaboratif

Daftar Isi
hal

Halaman ISBN .................................................................................... i


Kata Pengantar ....……………….................................................................. ii
Daftar Isi ……………….................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ………………........................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat ………………............................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran ………………....................................................... 2
C. Metodologi Pembelajaran ……………….............................................. 3
D. Kegiatan Pembelajaran ………………................................................... 3
E. Sistematika Modul ………………............................................................ 3
BAB II Konsep Kolaborasi ……………….............................................................. 5
A. Definisi Kolaborasi ………………........................................................... 5
B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance) ......... 6
C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi
Pemerintahan ………………..................................................................... 10
BAB III Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah……… 15
A. Panduan Perilaku Kolaboratif ………………..................................... 15
B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah ………….. 17
C. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan ............. 18
D. Studi kasus kolaboratif ………………................................................... 22
BAB IV Penutup ............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka ................................................................................................ 29

iv
Kolaboratif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global


yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-
tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa
tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua kehidupan,
perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z,
serta mobilitas dan fleksibilitas. Morgan (2020) mengungkapkan lima
tantangan yang dihadapi yaitu new behaviour, perkembangan
teknologi, tenaga kerja milenial, mobilitas tinggi, serta globalisasi.
Vielmetter dan Sell (2014) mengungkapkan tentang global mega trend
2013 yaitu Globalization 2.0, environmental crisis, individualization and
value pluralism, the digital era, demographic change, and technological
convergence. Pada tahun 2020, Berger (2020) melakukan forecasting
yang lebih panjang dengan mengeluarkan konsep tentang global mega
trend untill 2050 diantaranya people and society, health and care,
environment and resources, economic and business, technology and
Innovation, serta politic and democracy. World Economic Forum (WEF)
(2021) juga ambil bagian dalam menganalisis tantangan global yang
akan dihadapi yaitu adanya serangan cyber, perubahan iklim secara
global, ketimpangan digitalisasi, kegagalan iklim, adanya senjata
pemusnah masal, krisis mata pencaharian penyakit menular , serta
kerusakan lingkungan yang diakibatkan manusia.

1
Kolaboratif

Dibalik berbagai tantangan yang dihadapi di atas, birokrasi


Indonesia masih dihadapkan pada fragmentasi dan silo mentality. Hal
tersebut oleh Caiden (2009) dianggap sebagai patologi birokrasi. Teori
parabolic yang dikenalkan oleh caiden (2009), mengungkapkan bahwa
patologi birokrasi muncul karena birokratisasi telah melampui batas
optimalnya. Formalisasi, hierarkhi, imparsonal, serta spesialisasi,
merupakan elemen dari birokrasi weberian yang apabila diterapkan
pada batas optimalnya akan menciptakan keteraturan. Namun, apabila
melampui batas optimalnya akan menciptakan birokrasi yang lambat
dan memunculkan berbagai patologi birokrasi.
Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari berbagai fragmentasi dan silo
mentality. Modul ini hadir untuk memberikan pengetahuan tentang
kolaborasi khusunya di birokrasi pemerintah. Internalisasi materi
yang ada dalam modul ini diharapkan dapat membentuk karakter ASN
yang kolaboratif. Fragmentasi dan silo mentality yang menjadi image
negatif dari birokrasi pemerintah pada akhirnya dapat dikikis.
Birokrasi akan berdiri dengan tegak dalam menatap tantangan global.

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran ini untuk membentuk kompetensi
dasar CPNS terkait pelaksanaan kolaborasi. Setelah mengikuti
pembelajaran, peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan serta
mampu membangun kolaborasi untuk mendukung tujuan organisasi.
Indikator hasil belajar dalam pembelajaran adalah diharapkan
peserta dapat:
a. Menjelaskan berbagai konsep kolaborasi, collaborative
governance, serta Whole of Government; dan
b. Dapat menganalisis praktik kolaborasi di organisasi pemerintah

2
Kolaboratif

C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran dalam modul ini terdiri dari ceramah
dan diskusi. Ceramah diharapkan dapat memberikan pengetahuan
yang komprehensif tentang kolaborasi pemerintah. Diskusi akan
membawa pada proses pembelajaran dua arah. Proses tersebut juga
bisa digunakan untuk melatih peserta untuk dapat menyampaikan
hasil analisis terhadap praktik-praktik kolaborasi pemerintah.

D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam modul ini menggunakan studi
kasus. Peserta diharapkan dapat menganalisis berbagai praktik-
praktik kolaborasi di organisasi pemerintah.

E. Sistematika Modul
Materi dalam modul ini terdiri dari dua materi pok yaitu : (1)
konsep kolaborasi, dan (2) praktik dan aspek normatif kolaborasi
pemerintah. Sistematika dalam modul ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan

A. Deskripsi Singkat

B. Tujuan Pembelajaran
C. Metodologi Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran

E. Sistematika Modul
BAB II Konsep Kolaborasi

A. Definisi Kolaborasi

3
Kolaboratif

B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi


Pemerintahan
BAB III Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah

A. Panduan Perilaku Kolaboratif


B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah

C. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan

D. Studi kasus kolaboratif

4
Kolaboratif

BAB II
KONSEP KOLABORASI

Sub-bab ini menjelaskan kolaborasi dari aspek konseptual.


Collaborative, collaborative governance, dan Pendekatan Whole of
Government (WoG) menjadi dua konsep yang coba dibahas mulai dari
definisi beserta diskursusnya, serta model dalam konsep tersebut.
A. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa
definisi kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh
(1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.

Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa :

Collaboration is a process though which parties with


different expertise, who see different aspects of a
problem, can constructively explore differences and
find novel solutions to problems that would have been
more difficult to solve without the other’s perspective
(Gray, 1989).

Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi


adalah:

Collaboration is a complex process, which demands


planned, intentional knowledge sharing that becomes
the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert,
2005).

5
Kolaboratif

B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)


Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah
lainnya yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative governance.
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance
“sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi
saling menguntungkan antar aktor governance .
Ansen dan gash (2012) mengungkapkan bahwa collaborative
governance adalah:

A governing arrangement where one or more public


agencies directly engage non-state stakeholders in a
collective decision-making process that is formal,
consensus-oriented, and deliberative and that aims to
make or implement public policy or manage public
programs or assets.

Collaborative governance dalam artian sempit merupakan


kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan
Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah
untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan,
tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra
saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab
dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012). Kolaborasi
juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi
lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu
berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance
menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam
kebijakan membuat persetujuan

6
Kolaboratif

bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe,


2012).
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting
untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan
bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus
(bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Tata kelola kolaboratif ada di berbagai tingkat pemerintahan, di
seluruh sektor publik dan swasta, dan dalam pelayanan berbagai
kebijakan (Ghose 2005; Davies dan White 2012; Emerson et al. 2012).
Disini tata kelola kolaboratif lebih mendalam pelibatan aktor
kebijakan potensial dengan meninggalkan mestruktur kebijakan
tradisional. Matarakat dan komunitas dianggap layak untuk inovasi
kebijakan, komunitas yang sering kali kehilangan hak atau terisolasi
dari perdebatan kebijakan didorong untuk berpartisipasi dan dihargai
bahkan dipandang sebagai menambah wawasan diagnostik dan
pengobatan kritis (Davies dan White 2012).
Kondisi ini akan mungkin bila didukung kepemimpinan yang
kuat (Weber 2009). Tapi, di sini juga, tidak sembarang gaya
kepemimpinan bisa digunakan. Mereka yang memimpin harus bakat
dan keterampilan yang lebih kompleks daripada mereka yang
memimpin entitas top-down. "Kepemimpinan fasilitatif" mengandung
perbedaan tugas dan kewajiban (Bussu dan Bartels, 2011).

7
Kolaboratif

Pemimpin fasilitatif terutama mementingkan pembangunan dan


pemeliharaan hubungan. Pemimpin dalam konteks kolaboratif fokus
pada perekrutan perwakilan yang tepat, membantu memulihkan
ketegangan yang mungkin ada di antara mitra, mempromosikan dialog
yang efektif dan saling menghormati antara pemangku kepentingan
dan menjaga reputasi kolaboratif di antara para peserta dan
pendukungnya. Ini adalah tugas pemimpin fasilitatif, untuk menjaga
legitimasi dan kredibilitas kolaboratif antara mitra. 1Untuk itu,
pemimpin fasilitatif harus membantu mitra tidak hanya untuk
merancang strategi untuk mencapai yang substantif konsensus tetapi
juga untuk mengidentifikasi bagaimana mengelola kolaboratif. Peran
pentingnya harus mampu klarifikatif, membangun transparansi dan
menyusun strategi berkelanjutan untuk evaluasi dan menyelesaikan
ketidaksesuaian di antara pemangku kepentingan.
Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus
tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara
yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal sambil
mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu,
Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak
untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama dalam
menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk tujuan bersama

1 Bambang Kusbandrijo, Dalam tulisannya tentang collaborative


governance https://publik.untag-sby.ac.id/berita-76-apa-itu-
collaborative-governance-.html.

8
Kolaboratif

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga


tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap
tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar Kerangka Pikir dalam melakukan Assessment Tata Kelola


Kolaborasi

Ansen dan Gash 2012 p 550) menjelaskan terkait model


collaborative governance. Menurutnya starting condition
mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut
terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue,
commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan
outcome antara. Desain kelembagaan yang salah satunya proses
transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses

9
Kolaboratif

kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan.


Hal tersebut diilustrasikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 2. Model Collaborative Governance


Sumber: Ansen dan gash (2012 p 550)

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi


Pemerintahan
1) Mengenal Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang
terutama di negara-negara Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia
dan Selandia Baru. Di Inggris, misalnya, ide WoG dalam
mengintegrasikan sektor-sektor ke dalam satu cara pandang dan

10
Kolaboratif

sistem sudah dimulai sejak pemerintahan Partai Buruhnya Tony


Blair pada tahun 1990-an dengan gerakan modernisasi program
pemerintahan, dikenal dengan istilah „joined-up government‟
(Bissessar, 2009; Christensen & L\a egreid, 2006). Di Australia,
WoG dimotori oleh Australian Public Service (APS) dalam
laporannya berjudul Connecting Government: Whole of
Government Responses to Australia's Priority Challenges pada
tahun 2015. Namun demikian WoG bukanlah sesuatu yang baru
di Australia. Fokus pendekatan pada kebijakan. pembangunan
dan pemberian layanan publik. Sementara di Selandia Baru WoG
juga dikembangkan melalui antara lain integrasi akunting
pemerintahan, pengadaan barang dan jasa, ICT, serta sektor-
sektor lainnya.
Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai
bagian dari respon terhadap ilusi paradigma New Public
Management (NPM) yang banyak menekankan aspek efisiensi
dan cenderung mendorong ego sektoral dibandingkan perspektif
integrasi sektor. Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba
menjawab pertanyaan klasik mengenai koordinasi yang sulit
terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari
adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat
sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang sebagai perspektif
baru dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar
sector
2) Pengertian WoG
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:

11
Kolaboratif

“[it] denotes public service agencies working across


portfolio boundaries to achieve a shared goal and an
integrated government response to particular issues.
Approaches can be formal and informal. They can focus
on policy development, program management and
service delivery” (Shergold & others, 2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau
menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas
batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Untuk kasus Australia berfokus pada tiga hal yaitu
pengembangan kebijakan, manajemen program dan pemberian
layanan.
Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan
pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan
menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun
dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.
Definisi lain yang juga mempunyai kesamaan fitur dari
United States Institute of Peace (USIP) menjelaskannya sebagai
berikut: “An approach that integrates the collaborative efforts of
the departments and agencies of a government to achieve unity of
effort toward a shared goal. Also known as interagency approach.
The terms unity of effort and unity of purpose are sometimes used
to describe cooperation among all actors, government and
otherwise” (“Whole-of-government approach (Glossary of Terms
for Conflict Management and Peacebuilding,” n.d.).

12
Kolaboratif

Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada


pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga
pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga
dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor,
pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak
hanya merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-
sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna
mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas,
dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat
dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan,
kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari
seluruh sektor dalam pemerintahan.
Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering
disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policy
integration, policy coherence, cross-cutting policy- making, joined-
up government, concerned decision making, policy coordination
atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik
dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik
integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara
formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah
kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu
tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan
yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya
penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan,
sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada
pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan

13
Kolaboratif

dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku


pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan.

14
Kolaboratif

BAB III
PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI
PEMERINTAH

Sub-bab ini menjelaskan tentang praktik kolaborasi pemerintah


serta beberapa aspek normatif kolaborasi pemerintah.Praktik
kolaborasi memberikan gambaran tentang panduan perilaku
kolaboratif, hasil penelitian praktik kolaborasi pemerintah, serta studi
kasus praktik kolaborasi pemerintah. Selain itu, sub-bab ini juga
mendeskripsikan tentang aspek normatif kolaborasi pemerintah dari
beberapa peraturan perundang-undangan.
A. Panduan Perilaku Kolaboratif
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018),
organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai
berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan
tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik;

15
Kolaboratif

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan


7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
kualitas layanan yang diberikan.
Brenda (2016) dalam penelitiannya menggunakan indikator
“work closely with each other” untuk menggambarkan perilaku
kolaboratif.
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas
kolaborasi antar organisasi yaitu:

(1) Kerjasama Informal;

(2) Perjanjian Bantuan Bersama;

(3) Memberikan Pelatihan;

(4) Menerima Pelatihan;

(5) Perencanaan Bersama;

(6) Menyediakan Peralatan;

(7) Menerima Peralatan;

(8) Memberikan Bantuan Teknis;

(9) Menerima Bantuan Teknis;

(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan

(11) Menerima Pengelolaan Hibah.

Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses


yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder
mitra kolaborasi

16
Kolaboratif

2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan


bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan;
sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait
keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi
bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.

B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan
bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi
antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagiankekuasaan,
gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019)
menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat
kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian tersebut
merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam
penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu:
ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.

17
Kolaboratif

C. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan


Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa
“Penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja
sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat,
kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan”
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan
yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna
kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi
pemerintahan yang membutuhkan.
Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan
Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan tertentu
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan
Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta
bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan karena kurangnya
tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;

18
Kolaboratif

c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan


dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan
pelayanan publik, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya;
dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan
dengan biaya, peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu
ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
tersebut.
Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya,
maka beban yang ditimbulkan ditetapkan bersama secara wajar oleh
penerima dan pemberi bantuan dan tidak menimbulkan pembiayaan
ganda. Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah biaya yang
ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan penerima Bantuan
Kedinasan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak
memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
pemberi bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
memperbolehkan pemberian bantuan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menolak untuk
memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat

19
Kolaboratif

Pemerintahan tersebut harus memberikan alasan penolakan secara


tertulis. Penolakan Bantuan Kedinasan hanya dimungkinkan apabila
pemberian bantuan tersebut akan sangat mengganggu pelaksanaan
tugas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang diminta bantuan,
misalnya: pelaksanaan Bantuan Kedinasan yang diminta
dikhawatirkan akan melebihi anggaran yang dimiliki, keterbatasan
sumber daya manusia, mengganggu pencapaian tujuan, dan kinerja
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
Jika suatu Bantuan Kedinasan yang diperlukan dalam keadaan
darurat, maka Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib
memberikan Bantuan Kedinasan.
Tanggung jawab terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dalam
Bantuan Kedinasan dibebankan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang membutuhkan Bantuan Kedinasan, kecuali
ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan dan/atau kesepakatan tertulis kedua belahpihak.
Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, diatur bahwa “Hubungan
fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah
nonkementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem
pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”
Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Dalam melaksanakan
tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah,
menyelenggarakan fungsi:

20
Kolaboratif

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;


b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya; dan
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya
Berdasarkan ketentuan Pasal 76 Peraturan Presiden Nomor 68
Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara diatur bahwa
Menteri dan Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya harus bekerja sama dan menerapkan sistem akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, agar tercipta sinergi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian berkewajiban membuat norma, standar,
prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah
dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke
Daerah dan menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Bagian Ketiga Pasal 176
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
konkuren berwenang untuk:
a. menetapkan NSPK dalam rangka penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan
Penetapan NSPK ini mengacu atau mengadopsi praktik yang baik
(good practices); dan

21
Kolaboratif

b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap


penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
Kewenangan Pemerintah Pusat ini dibantu oleh kementerian dan
lembaga pemerintah nonkementerian. Pelaksanaan kewenangan
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah nonkementerian
tersebut harus dikoordinasikan dengan kementerian terkait
Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
diatur bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat,
Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
a. Daerah lain
Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan menjadi kerja
sama wajib dan kerja sama sukarela;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Studi Kasus Kolaboratif


1. Hampir semua model kerangka kerja collaborative governance,
kepemimpinan selalu memiliki peran yang utama dan strategis,
namun kajian spesifik terkait hal tersebut cenderung terbatas.

Salah satunya terkait kepemimpinan Bupati Kulon Progo dan


Banyuwangi yang dipandang dapat menjadi contoh keberhasilan

22
Kolaboratif

dalam tata kelola kolaboratif.2 Praktik tata kelola kolaborasi yang


berlangsung di Kulon Progo diinisiasi melalui inovasi program dan
kolaborasi eksternal multistakeholders sedangkan di Banyuwangi
diawali dengan keberhasilan kolaborasi internal dan inovasi
program. Keluaran jangka panjang praktik tata kelola kolaboratif
terwujud dalam bentuk pengurangan jumlah penduduk miskin,
peningkatan indeks pembangunan manusia dan produk domestik
brutonya.

Ansell dan Gash hanya menempatkan kepemimpinan fasilitatif


berelasi dengan dimensi proses kolaborasi dari kerangka model
yang dikembangkannya. Dalam penelitinya ditemukan bahwa
sosok pemimpin memiliki peran yang sangat penting padadimensi
kondisi awal (starting condition). Temuan baru dalam penelitian
ini menempatkan unsur latar belakang pemimpin (leader’s
individual background) bersama dengan asimetri kekuasaan dan
sejarah kerjasama/konflik sebagai dasar yang dapat menghambat
atau mendukung proses kolaborasi yang terbangun. Dalam rangka
menjaga keberlanjutan capaian kinerja di masa mendatang, maka
pemimpin perlu mempersiapkan suksesor, membangun sistem,
regulasi, serta nilai-nilai atau budaya. “Keberhasilan
kepemimpinan dalam tata kelola kolaboratif di Kulon Progo dan
Banyuwangi baiknya disusun dalam bentuk cerita sukses
penanggulangan kemiskinan sebagai explicit knowledge sehingga
program inovasi dan proses tata

2 Muh. Aziz Muslimin, Disertasi yang berjudul “Kepemimpinan Bupati dalam


Collaborative Governance untuk Penanggulangan Kemiskinan di Daerah
(Studi atas Praktik-Praktik Terbaik di Kulon Progo dan Banyuwangi)

23
Kolaboratif

kelola kolaboratifnya dapat menjadi rujukan dan pembelajaran


bagi daerah lain.”

Selain itu, keberhasilan pemerintah daerah dalam menanggulangi


kemiskinan tidak akan optimal tanpa kemitraan dengan
pemangku kepentingan lain. Oleh karena itu perlu adanya
peningkatan kapasitas warga masyarakat serta membangun
kepemilikan bersama (share ownership) atas masalah kemiskinan
sehingga terbangun kesadaran dan kepedulian untuk
menyukseskan program penanggulangan kemiskinan dengan
membuka partisipasi secara luas kepada semua pihak.
Perkembangan kepemimpinan pada saat ini ditandai oleh model
kolaborasi bukan lagi hierarki. Model kepemimpinan kolaboratif
ini memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh
stakeholders baik di dalam maupun di luar organisasi untuk
menciptakan berbagai inovasi dan kebaikan bagi masyarakat.

Ada tiga karakter utama yang dimiliki oleh Bupati Banyuwangi dan
Bupati Kulonprogo sebagai pemimpin kolaboratif yaitu: semangat
entrepreneur, membangun tata Kelola berjejaring dan bersifat
transformasional. Kepemimpinan dan tata Kelola kolaboratif ini
ternyata mampu menjadi ekosistem pemerintahan untuk
mengurangi angka kemiskinan di kedua daerah yang ditelitisecara
signifikan. Praktik baik kepemimpinan kolaboratif ini memiliki
potensi untuk dibentuk, diperluas dan dilaksanakan di
pemerintahan daerah lainnya

2. Salah satu contoh kolaboratif yang dapat digunakan menjadi studi


kasus adalah kerjasama yang dilakukan oleh Kabupaten Sleman,

24
Kolaboratif

Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta yang membentuk sebuah


Sekretariat bersama Kartamantul (Sekber kartamantul).

KARTAMANTUL adalah Lembaga bersama pemerintah kota


Yogyakarta, kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dalam
bidang pembangunan beberapa sektor sarana dan prasana yang
meliputi persampahan, penanganan limbah air, ketersediaan air
bersih, jalan, transportasi dan drainase.

KARTAMANTUL menjadi lembaga yang menjembatani


terwujudnya kerjasama yang setara, adil, partisipatf, transparan
dan demokratis, untuk mewujudkan perkotaan yang nyaman ,
indah dan sehat yang diukung olah sarana-prasarana dan
pelayanan yang memadai, kesadaran dan peran serta masyarakat
yang tinggi.

Pejabat yang menduduki struktur Sekber Kartamantul dilakukan


perubahan setiap 2 Tahun sekali. Saat ini Sekber Kartamantul
diduduki oleh Para Pejabat dari Kabupaten Bantul. Hal tersebut
sesuai dengan Tabel 1 berikut:
Tabel Struktur Sekber Kartamantul

Struktur Jabatan
Pengurus Harian Ketua Sekber Kartamantul
(Sekda Kabupaten Bantul)
Sekretaris Sekber Kartamantul
Bendahara Sekber Kartamantul
Verifikator Sekber Kartamantul
BKAD Kabupaten bantul
Pelaksana Kantor Manajer Kantor

25
Kolaboratif

Asisten Bidang Program & Teknis


Asisten Bidang Administrasi &
Keuangan
Staf Bidang Program & Teknis
Staf Bidang Administrasi &
Keuangan
Supporting Staff Pramu kantor
Driver
Keamanan
http://kartamantul.jogjaprov.go.id/tim/

Cakupan Kerjasama dalam Sekber Kartamantul dapat dilihat pada


Gambar 3

Gambar Cakupan Kerjasama KARTAMANTUL


Sumber : http://kartamantul.jogjaprov.go.id/tim/

26
Kolaboratif

LATIHAN EVALUASI
1. Jelaskan Konsep Collaborative Governance dan Pendekatan Whole of
Government!
2. Buatlah rancangan pelaksanaan kolaborasi antar unit kerja Saudara
dengan unit kerja lainnya di instansi Saudara !
3. Jelaskan permasalahan kolaborasi di instansi Saudara!
4. Presiden Jokowi sangat fokus pada pembangunan infrastruktur
yang salah satunya adalah pembangunan jalan tol di daerah pantai
utara Jawa (PANTURA). Bagaimanakah langkah kolaborasi yangbisa
dilakukan oleh daerah-daerah (dapat mengambil contoh 3
Kabupaten/Kota) di area jalan tol tersebut guna meningkatkan
ekonomi daerahnya?Jelaskan!

27
Kolaboratif

BAB IV

PENUTUP

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS.


Sekat-sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat
ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi
agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut.
Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja
dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

28
Kolaboratif

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku

Esteve March; Boyne, George; Sierra, Vicenta; Ysa, Tamyco. 2013.


Organizational Collaboration in the Public Sector: Do Chief
Executives Make a Difference?. Journal of Public
Administration Research and Theory · October 2013.
Ratner. 2012. Collaborative Governance Assessment. Malaysia:
CGIAR.
Suradinata, Ermaya, (1998), Manajemen Pemerintahan dan
Otonomi Daerah, Bandung, Ramadan.

2. Jurnal/Artikel
Ansell, Chris & Gash, Alison. 2012.Collaborative Governance in
Theory and Practice. Jurnal JPART 18: 543-571.
Astarai Mahadin Moh; Mahsyar, Abdul; dan Parawangi, Anwar.
2019. KOLABORASI ANTARORGANISASI PEMERINTAH
DALAM PENERTIBAN MODA TRANSPORTASI DI KOTA
MAKASSAR (STUDI KASUS KENDARAAN BECAK MOTOR).
JPPM: Journal of Public Policy and Management Volume 1
Nomor 1 | Mei 2019.
Costumato, L. (2021), "Collaboration among public organizations: a
systematic literature review on determinants of
interinstitutional performance", International Journal of
Public Sector Management, Vol. 34 No. 3, pp. 247-
273. https://doi.org/10.1108/IJPSM-03-2020-0069
Irawan denny. 2017. COLLABORATIVE GOVERNANCE (Studi
Deskriptif Proses Pemerintahan Kolaboratif Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya).
Kebijakan dan Manajemen Publik. Volume 5, Nomor 3,
September – Desember 2017.
Mahendra Adhi Nugroho, (2018) "The effects of collaborative
cultures and knowledge sharing on organizational learning",
Journal of Organizational Change Management,
https://doi.org/10.1108/ JOCM-10-2017-0385

29
Kolaboratif

3. Website
Celik, A. K., Haddoud, M. Y., Onjewu, A.-K. E., & Jones, P. (2019).
Managerial Attributes and Collaborative Behaviours as
Determinants of Export Propensity: Evidence from Turkish
SMEs. Contemporary Issues in Entrepreneurship Research,
33–49. doi:10.1108/s2040-724620190000010004
Brenda Ghitulescu. 2016. "Psychosocial effects of proactivity: the
interplay between proactive and collaborative behavior",
Personnel Review, https://doi.org/10.1108/PR-08-2016-0209
http://kartamantul.jogjaprov.go.id/tim/ diakses 2 November 2021

30
Kolaboratif

Kolaboratif

31
Kolaboratif

32
Kolaboratif

33
Kolaboratif

Hak Cipta © pada:


Lembaga Administrasi
NegaraEdisi Tahun 2021

Lembaga Administrasi Negara Republik


IndonesiaJl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110

BERORIENTASI PELAYANAN
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.

PENULIS MODUL:
Rizki Amelia, SS, M.Si

EDITOR: Ratno Budihartono, S.Kom


COVER: Amelia Ayang Sabrina, SIA.
Sumber Foto Cover:
http://unsplash.com

Jakarta – LAN –
2021ISBN:

34
Kolaboratif

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri


Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses pelatihan terintegrasi.Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi.

Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat agenda


yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai DasarPNS,
Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya
Smart Governance sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Agenda Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa
mata pelatihan yang berbentuk bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar
CPNS merupakan acuan minimal bagi para pengajar dalam menumbuh
kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang sesuai agenda dalam
pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar ini merupakan
produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan
ajar ini kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta
PelatihanDasar CPNS dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar
Pelatihan Dasar CPNS ini. Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu
pemahamansecara keseluruhan dan kemanfaatan dari bahan ajar ini
tercapai.

Akhir kata, kami atas nama Lembaga Administrasi Negara,


mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah meluangkan
waktunya untuk melakukan pengayaan terhadap isi dari bahan ajar
ini.
i
Kolaboratif

Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan


sejalan dengan pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning)
peserta. Selain itu, kami juga membuka lebar terhadap masukan dan
saranperbaikan atas isi bahan ajar ini. Hal ini dikarenakan bahan ajar
ini merupakan dokumen dinamis (living document) yang perlu
diperkaya demi tercapainya tujuan jangka panjang yaitu peningkatan
kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya saing.

Kami sangat menyadari bahwa Modul ini jauh dari sempurna. Dengan
segala kekurangan yang ada pada Modul ini, kami mohon kesediaan
pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna
penyempurnaan selanjutnya. Semoga Modul ini bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jakarta,
Des
ember 2021Kepala LAN,

Adi Suryanto

ii
Kolaboratif

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Kompetensi Dasar ......................................................................................................... 2
Indikator Keberhasilan................................................................................................ 3
Panduan Penggunaan Modul ...................................................................................... 3
BAB II KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL ...................................................... 5
Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital ............................................................................ 5
1. Uraian Materi ............................................................................................... 7
a. Percepatan Transformasi Digital ............................................................ 8
b. Pengertian Literasi Digital .................................................................... 11
c. Peta Jalan Literasi Digital....................................................................... 19
d. Lingkup Literasi Digital ......................................................................... 22
e. Implementasi Literasi Digital ................................................................ 26
2. Rangkuman ................................................................................................ 29
3. Soal Latihan ................................................................................................ 30
4. Kasus ........................................................................................................... 31
BAB 3 KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL .................................... 33
Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital ............................................................... 33
1. Uraian Materi ............................................................................................. 36
a. Etika Bermedia Digital ........................................................................... 37
b. Budaya Bermedia Digital....................................................................... 54
c. Aman Bermedia Digital .......................................................................... 73
d. Cakap Bermedia Digital ......................................................................... 92
2. Rangkuman ..............................................................................................109
3. Soal Latihan ..............................................................................................112
4. Kasus .........................................................................................................114

iii
Kolaboratif

BAB 4 KEGIATAN BELAJAR 3: IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL


DAN
IMPLIKASINYA ............................................................................................................11
5
Kegiatan Belajar 3: Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
115
1. Uraian Materi
123
a. Lanskap Digital
124
b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan Data
132
c. Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
141
d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan
Transaksi
Digital......................................................................................................... 15
2
e. Etika Berinternet (Nettiquette)
160
f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi,
Perundungan, dan Konten Negatif
Lainnya ...................................................................................................... 16
7
g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan
Kolaborasi di Ruang Digital yang Sesuai dengan Kaidah
Etika Digital dan Peraturan yang
Berlaku ...................................................................................................... 17
6
h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di
Ruang Digital Sesuai dengan Peraturan yang
Berlaku ...................................................................................................... 18
1
i. Fitur Proteksi Perangkat Keras
189
j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
202
k. Penipuan Digital
................................................................................................................ 20
7 iv
Kolaboratif

l. Rekam Jejak Digital di Media


223
m. Minor Safety (Catfishing)
232
n. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
Landasan Kecakapan Digital dalam Kehidupan Berbudaya,
Berbangsa, dan
Bernegara .................................................................................................. 23
8
o. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK
243
p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan
Kegiatan Produktif
Lainnya ...................................................................................................... 24
7
q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)
250
2. Rangkuman
256
3. Soal Latihan
256
4. Kasus
257

BAB 5 KESIMPULAN ................................................................................................. 260


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 263

v
Kolaboratif

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 1


.........................................................................................................................................................
6
Tabel 1. 2 Karakteristik Transformasi Digital
.........................................................................................................................................................
8
Tabel 1. 3 Tinjauan Umum Kompetensi Literasi Digital
...................................................................................................................................................... 1
4
Tabel 1. 4 Kompetensi UNESCO Digital Literacy Framework 2018
...................................................................................................................................................... 1
5
Tabel 1. 5 Elaborasi Kompetensi Literasi Digital dari Japelidi
...................................................................................................................................................... 1
6
Tabel 1. 6 Kompetensi Literasi Digital dari Tular Nalar
...................................................................................................................................................... 1
7
Tabel 1. 7 Tabel 4. Kompetensi Literasi Digital dari Badan Siber dan Sandi
Negara (Monggilo, Z.M.Z dkk.,
2020)............................................................................................................................................ 1
8
Tabel 1. 8 Beberapa Program Penguatan Literasi Digital di Indonesia
...................................................................................................................................................... 2
4
Tabel 1. 9 Indikator Literasi pada Berbagai Basis
...................................................................................................................................................... 2
7

Tabel 2. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 2


...................................................................................................................................................... 3
4
Tabel 2. 2 Tujuan Bahasan Netiket
...................................................................................................................................................... 4
1
Tabel 2. 3 Menyeleksi Perilaku Netiket
...................................................................................................................................................... 4
2
Tabel 2. 4 Tujuan Bahasan Waspada Konten Negatifabel 2.4. Tujuan Bahasan
Waspada Konten
Negatif .......................................................................................................................................... 4
4
vi
Kolaboratif

Tabel 2. 5 Beberapa Jenis Konten Negatif


...................................................................................................................................................... 4
6
Tabel 2. 6 Tujuan Bahasan Interaksi Bermakna di Ruang Digital
...................................................................................................................................................... 4
8
Tabel 2. 7 Beberapa Etika Berinteraksi di Dunia Digital
...................................................................................................................................................... 5
0
Tabel 2. 8 Etika Bertransaksi di Dunia Digital
...................................................................................................................................................... 5
2
Tabel 2. 9 Pengamalan Pancasila dalam Literasi Digital
...................................................................................................................................................... 6
0
Tabel 2. 10 Pengamalan Nilai Pancasila dalam Aktivitas Dunia Digital
...................................................................................................................................................... 6
3
Tabel 2. 11 Jenis Kompetensi Budaya Digital dan Pemahamannya
...................................................................................................................................................... 6
6
Tabel 2. 12 Ragam Hak Digital (SAFENET, 2019 dalam Astuti dan
Prananingrum,
2021)............................................................................................................................................ 7
1
Tabel 2. 13 Beberapa Jenis Penipuan di Dunia Digital
...................................................................................................................................................... 8
6
Tabel 2. 14 Beberapa Jenis Perangkat Digital (Wempen, 2015 dalam Monggilo
dan Kurnia
2021)............................................................................................................................................ 9
6
Tabel 2. 15 Beberapa Jenis Perangkat dan Kelebihannya (Namira, 2021 dalam
Monggilo dan Kurnia
2021).......................................................................................................................................... 10
0
Tabel 2. 16 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial
.................................................................................................................................................... 10
4

Tabel 3. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar


.................................................................................................................................................... 11
5
Tabel 3. 2 Beberapa Jenis Perangkat dan Kelebihannya (Namira, 2021 dalam
Monggilo dan Kurnia
2021)..........................................................................................................................................
vii 13
Kolaboratif

3
Tabel 3. 3 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial
.................................................................................................................................................... 14
3
Tabel 3. 4 Tujuan Bahasan Netiket
.................................................................................................................................................... 16
0
Tabel 3. 5 Tips Menyeleksi Perilaku Netiket (Limbong, 2018)
.................................................................................................................................................... 16
3

viii
Kolaboratif

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Penetrasi Internet di Indonesia


...................................................................................................................................................... 2
3
Gambar 1. 2 Persentase Masyarakat yang Belum Mendapat Layanan Internet 23

Gambar 2. 1 Ruang Lingkup Etika Digital


...................................................................................................................................................... 3
8
Gambar 2. 2 Indikator dan Sub-Indikator Kecakapan Digital
...................................................................................................................................................... 9
5

Gambar 3. 1 Traffic Share Situs Berdasarkan Perangkat, Usia dan Gender


Tahun
2020 ........................................................................................................................................... 13
3
Gambar 3. 2 Infografik Jumlah Pengguna Aktif Bulanan Aplikasi Pesan Instan
................................................................................................................................................................... 144
Gambar 3. 3 Perbedaan Media Sosial dan Aplikasi Percakapan
.................................................................................................................................................... 14
5
Gambar 3. 4 Pengaturan pada Aplikasi WhatsApp
.................................................................................................................................................... 14
6
Gambar 3. 5 Setelan Informasi yang Tidak Diinginkan dalam Telegram
.................................................................................................................................................... 14
7
Gambar 3. 6 Setelan Mendasar WhatsApp
.................................................................................................................................................... 14
8
Gambar 3. 7 Langkah Aktivasi, Verifikasi, dan Penggunaan Dompet Digital
(Monggilo & Kurnia,
2021).......................................................................................................................................... 15
5
Gambar 3. 8 Perbedaan Etika dan Etiket Berinternet
.................................................................................................................................................... 16
2
Gambar 3. 9 Infografis Etika Bermedia Digital
.................................................................................................................................................... 16
4
ix
Kolaboratif

Gambar 3. 10 Basis dan Register dalam Menentukan Ruang Alamat Logis


.................................................................................................................................................... 19
2
Gambar 3. 11 Jenis-Jenis Fitur Proteksi Perangkat keras (kiri) dan perangkat
lunak
(kanan)....................................................................................................................................... 19
8
Gambar 3. 12 Jenis Data Pribadi
.................................................................................................................................................... 20
4
Gambar 3. 13 Tips Perlindungan Data Pribadi
.................................................................................................................................................... 20
4
Gambar 3. 14 Modus Penipuan Digital di Media Sosial
.................................................................................................................................................... 20
8
Gambar 3. 15 Kerugian dari Kejahatan Dunia Maya yang Dilaporkan IC3 2014-
2018 ........................................................................................................................................... 20
9
Gambar 3. 16 Contoh Pameran Virtual di Ruang Digital
.................................................................................................................................................... 24
5
Gambar 3. 17 Empat Aspek Kesejahteraan Digital Individu yang Dikelilingi
oleh Delapan Prinsip Praktik Digital yang
Baik ............................................................................................................................................ 25
1
Gambar 3. 18 Empat Konteks Kesejahteraan Digital
.................................................................................................................................................... 25
2

x
Smart ASN

BAB I PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa


revoulusioner dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia
menuju dunia tanpa batas, yakni dunia digital. Kita dipaksa untuk
masuk dan mengikuti segala perkembangan yang ada di dunia digital
atau seringdisebut dengan istilah Mendadak Digital. Kondisi “Mendadak
Digital” ini telah mengguncang Ekonomi, Sosial, dan Budaya masyarakat
Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang digital silih berganti
menghampiriseluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara
(ASN).

Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam


melakukan segala hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan
teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang
komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi
semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara
bertemu, namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru
dalamberkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosial ini
membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap
muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan
dengan cepat.

Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital


sebagai salah satu kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti
sekarang. Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diprediksi akan naik
mencapai US$ 133 miliar pada 2030 (eConomy SEA 2019). Namun,
Indonesia, berdasarkan World Digital Competitiveness Ranking, berada
pada urutan 56 dari 62 negara di dunia. Dengan kondisi ini,
1
Smart ASN
Indonesia

2
Smart ASN

terancam hanya menjadi pasar dan dapat kehilangan kesempatan


memetik dampak baik dari trend perkembangan teknologi yang ada.
Dayasaing digital yang rendah, yang disebabkan diantaranya rendahnya
literasi digital, juga membuat Indonesia menghadapi sejumlah
ancaman; mulai dari penyebaran konten negatif, konten berbau hoaks,
ujaran kebencian atau hate speech, perundungan, ragam praktik
penipuan, hingga radikalisme.

Berbagai tantangan di ruang digital harus diimbangi dengan literasi


digital yang mumpuni. Modul ini bukan hanya sebagai buku panduan
semata, namun diharapkan para peserta CPNS mampu mengikuti dan
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat. Sehingga
terwujudlah kinerja yang bukan hanya cakap di dunia nyata namun juga
cakap di dunia digital.

Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk berpikir secara kritis
terkait pemahaman konsep efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu di
bidang komunikasi. Oleh karena itu, pahamilah setiap dasar kompetensi
yang harus peserta kuasai, beserta indikator keberhasilan dan sejumlah
capaian belajar untuk mengukur pemahaman peserta tentang modul.
Melalui modul ini, peserta akan dinilai kemampuannya dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar literasi digital.

Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah
pembentukan karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan memiliki
kinerjayang bermutu, dalam penyelenggaraan program pemerintah,
khususnya program literasi digital, pilar literasi digital, sampai
implementasi dan implikasi literasi digital dalam kehidupan bersosial
dan dunia kerja.
3
Smart ASN

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari isi modul dan mengikuti kegiatan
pembelajaran di dalamnya, peserta diharapkan dapat:

a. Memiliki pemahaman mengenai literasi digital;


b. Mengenali berbagai bentuk masalah yang
ditimbulkan akibatkurangnya literasi digital;
c. Mampu mengimplementasikan materi literasi
digital padakehidupan sehari-hari bagi peserta;
d. Mampu mengaplikasikan materi literasi digital dana
kehidupansehari-hari bagi peserta;
e. Menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
kecakapan,keamanan, etika, dan budaya dalam
bermedia digital.

Panduan Penggunaan Modul


Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan Modul Literasi Digital,
Modul ini dilengkapi dengan bahan pendukung berupa: 1) Bahan
bacaan;
2) Kasus; 3) Data; dan 4) Grafik. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, peserta perlu mengikuti serangkaian
pengalaman belajar, yaitu: membaca materi Literasi Digital
secara e-learning; melakukan kegiatan yang mengandung
unsur pembelajaran tentang substansi Literasi Digital;
melakukan refleksi terhadap pengalaman tersebut;
mendengar, berdiskusi dan bersimulasi dalam membahas
kasus; menginternalisasi nilai-nilai dasar literasi digital.

Mata Diklat ini terdiri dari tiga kegiatan belajar, yakni sebagai berikut:
4
Smart ASN
1. Pengantar Literasi Digital

5
Smart ASN

2. Pilar Literasi Digital


3. Implementasi dan Implikasi Literasi Digital
Untuk membantu Saudara dalam mempelajari modul ini, ada baiknya
diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul
ini sampaiSaudara memahami secara tuntas tentang
apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul
ini.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-
kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah
dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut.
c. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi
modul ini melaluipemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan peserta diklat lain atau dengan
narasumber/fasilitator Saudara.
d. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari
sumber-sumber lain yang relevan Saudara dapat
menemukan bacaan dari berbagaisumber, termasuk
dari internet.
e. Mantapkan pemahaman Saudara dengan
mengerjakan latihan dalam modul serta mengikuti
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan
peserta diklat lain.
f. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-
soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan
belajar.

Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Saudara sudahmemahami


6
Smart ASN
dengan benar kandungan modul ini. Selamat belajar!

7
Smart ASN

BAB II
KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL

Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital


Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi
digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden.
Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas
Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa
pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara
struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi
yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke
daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN.
Peserta CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar
sebagai aparatur negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang
memiliki peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas lagi bagi
Indonesia. Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu
menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital pada masa
pandemi COVID-19. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu
mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang
berlangsung sangat cepat.
Materi literasi digital terdiri dari percepatan transformasi digital di
Indonesia, definisi literasi digital, peta jalan program literasi digital,
ruang lingkup program dan implementasi literasi digital. Setelah
mempelajari modul dan mengikuti instruksi dalam kegiatan belajar ini,
diharapkan tercapai tujuan pembelajaran sebagai berikut:

8
Smart ASN

Tabel 1. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 1

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

Memahami Peserta dapat - Peserta dapat menjelaskan dengan


bahasanya
memahami ruang sendiri mengenai urgensi transformasi
digital di
lingkup literasi Indonesia
digital serta - Peserta dapat mengklasifikasikan
komponen-
urgensi komponen yang termasuk dalam ruang
lingkup
transformasi literasi digital
digital bagi - Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya
pembangunan sendiri mengenai peran tiap elemen
dalam peta
Indonesia jalan (roadmap) literasi digital di
Indonesia
- Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya
sendiri mengenai kerangka kerja literasi
digital
di Indonesia dan bagian-bagian yang
tercakup di
dalamnya

Menerapkan Peserta dapat - Peserta dapat memberikan


mengilustrasikan contoh nyatabagaimana literasi
digital berperan dalam
aplikasi nyata dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia
literasi digital - Peserta dapat mendemonstrasikan
contoh
dalam kehidupan kolaborasi antar elemen dalam peta
jalan
sehari-hari bagi (roadmap) literasi digital di Indonesia
masyarakat - Peserta dapat mengaitkan antara
masing-
Indonesia masing bagian dalam kerangka kerja
literasi
9
Smart ASN
digital di Indonesia dan kasus nyata yang
dapat
diamati di kehidupan masyarakat
Indonesia
sehari-hari
Menganalisis Peserta dapat - Peserta dapat merincikan pihak-pihak
yang
menganalisis memiliki peran vital bagi transformasi
literasi
masalah yang digital di Indonesia, serta bagaimana
pihak-
muncul berkaitan pihak tersebut saling terkait satu dengan
dengan lainnya
transformasi - Peserta dapat merincikan beberapa
sudut
literasi digital di pandang yang dapat digunakan bagi
Indonesia

10
Smart ASN

penyelesaian permasalahan literasi


digital diIndonesia

Mengevaluasi Peserta dapat - Peserta dapat merincikan hal-hal


memberi penilaian yang sudahbaik dari program literasi
dan evaluasi digital di Indonesia
terhadap program - Peserta dapat memberikan kritik
transformasi digital mengenaihal-hal yang masih harus
di Indonesia ditingkatkan dari program literasi
digital di Indonesia
Menciptakan Peserta dapat - Peserta dapat berkolaborasi
berkolaborasi menyusun contohprogram
menyusun solusi transformasi digital baru di Indonesia
baru bagi yang melibatkan elemen-elemen dalam
tercapainya peta jalan (roadmap) literasi digital di
transformasi digital Indonesia
di Indonesia - Peserta dapat berkolaborasi
menyusun contohprogram
transformasi digital baru di Indonesia
yang melibatkan setidaknya salah satu
komponen dalam kerangka kerja
literasi digital di Indonesia

1. Uraian Materi
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital
dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini
termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam
mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital
safety),dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).

11
Smart ASN

a. Percepatan Transformasi Digital


Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak
informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang
memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan
dengan aktor yang terdiversifikasi. Realitas baru ini menawarkan
potensiluar biasa untuk inovasi dan kinerja dalam organisasi. Beberapa
karakteristik transformasi digital dapat diamati dalam tabel berikut:

Tabel 1. 2 Karakteristik Transformasi Digital

Karakteristik Keterangan

Dorongan Masyarakat dan tren industri; keputusan organisasi.

Entitas Target Organisasi, platform, ekosistem, industri, masyarakat.

Jangkauan Transformasi dapat bersifat mendalam dan memiliki


implikasi di luar jaringan nilai langsung organisasi
(misalnya, masyarakat, pelanggan).

Sarana Kombinasi teknologi digital (misalnya analitik, seluler,dan


aplikasi).

Hasil yang Proses bisnis diubah dan fokus model bisnis organisasi
Diharapkan diubah; dalam beberapa kasus proses bisnis
dioptimalkan.

Lokus Eksternal (pertama): terletak di luar organisasi.


ketidakpastian Internal (kedua): terletak di dalam organisasi.

Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya


oleh pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024,
disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada
pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama.

12
Smart ASN

5 visi Presiden untuk Indonesia:


1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran

Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas


Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa
pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara
struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi
yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke
daring. Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu
menjadiperhatian dalam menangani transformasi digital pada masa
pandemi COVID-19

5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:


1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di
sektor-sektorstrategis, baik di pemerintahan, layanan
publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri,sektor
penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana
sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital

13
Smart ASN

5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema


pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya (Oktari, 2020)

Pandemi COVID-19 telah mempercepat transformasi digital. Menurut


Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, percepatan
transformasi digital yang berkelanjutan menjadi elemen kuncidalam
upaya pemulihan pasca pandemi COVID-19. Percepatan ini juga
sekaligus menjadi komponen pendorong dalam membangun bangsa
yanglebih tangguh dan berdaya.
Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia,
Pemerintah Indonesia dan perusahaan telekomunikasi telah menggelar
jaringan kabel serat optik sepanjang 342.000 kilometer di darat dan
laut. Jaringan ini merupakan tulang punggung atau backbone
konektivitas teknologi informasi dan komunikasi. Ditambah lagi, ada
lebihdari 12.000 kilometer dibangun di bawah proyek nasional jaringan
PalapaRing. Selain itu, upaya pemerataan pembangunan infrastruktur
digital yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia juga meliputi
penggelaran jaringan serat optik backbone, pengembangan jaringan
fiber-link dan microwave-link, peluncuran 9 satelit telekomunikasi, dan
pembangunan
559.000 stasiun pemancar sinyal (base-transceiver stations/BTS).
Percepatan transformasi digital juga diprioritaskan untuk penguatan
ekonomi digital. Menurut Menkominfo, transformasi digital dapat
mendorong perubahan model usaha, meningkatkan peluang yang
menghasilkan nilai tambah, dan mendorong perubahan lintas sektoral
dalam pola pikir bisnis yang didorong secara digital. Di posisi hilir,
infrastruktur digital akan berujung pada penguatan potensi ekonomi
14
Smart ASN

digital, sehingga pemanfaatan infrastruktur digital untuk terus


mendorong penguatan dan manfaat ekonomi digital terus dilakukan.
Karena saat ini tulang punggung perekonomian Indonesia adalah
UMKM dan Ultra Mikro yang menjadi penyumbang 61,07% dari PDB
Indonesia, Kominfo telah memfasilitasi 30 juta UMKM/UMi agar dapat
masuk secaradigital atau digitally onboarded pada tahun 2024. Hal ini
mengingat kontribusinya terhadap PDB Indonesia. Di tahun 2020, PDB
Indonesia bernilai lebih dari US$ 1.06 triliun, atau 40% dari total
ukuran ekonomi ASEAN.
b. Pengertian Literasi Digital
Konsep Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi.
Keterjangkauan (affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini
mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik melalui
cara tekstual (Barton dan Lee, 2013). Affordance berarti alat yang
memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir dengan
cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi
digital adalahakses, perangkat, dan platform digital. Sementara
pasangannya yaitu kendala (constraint), mencegah kita dari melakukan
hal-hal lain, berpikirdengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan.
Constraint dalam literasi digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur,
akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan Hafner,
2012). Menurut Jones dan Hafner (2012), literasi disini bukan sekadar
cara untuk membuat makna, tetapi juga cara berhubungan dengan
orang lain dan menunjukkan siapa kita. Literasi juga terkait cara
melakukan sesuatu di

15
Smart ASN

dunia dan cara mengembangkan ide-ide baru tentang dan solusi untuk
masalah yang dihadapi kita.
Konsep literasi digital telah lama berkembang seiring dengan
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut
Gilster (1997) literasi digital mengacu kepada kemampuan untuk
memahami, mengevaluasi dan mengintegrasi ke dalam berbagai format
(multiple formats) dalam bentuk digital. Titik berat dari literasi digital
adalah untuk mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang ada.
Sementara itu, Lankshear dan Knobel (dalam Bawden, 2008)
mendefinisikan literasi digital sebagai analisis praktik sosial yang
mengidentifikasi poin-poin penting untuk pembelajaran yang efektif.
Aktivitas literasi digital ini terjadi dalam sistem pembelajaran sosio-
teknis yang efisien serta prinsip-prinsip pembelajaran dasar yang dapat
disesuaikan dan dimanfaatkan untuk pembelajaran pendidikan yang
adil.Buckingham (2010) menambahkan bahwa literasi digital lebih dari
sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer
dan keyboard, atau cara melakukan pencarian secara daring. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasI, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
merepresentasikan realita di dunia; dan memahami bagaimana
perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan
ekonomi yang lebih luas.
Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman.
Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy
Framework (Law, dkk., 2018) literasi digital adalah...
“...kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan
16
Smart ASN

informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk


pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup
kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer,
literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.”

Kompetensi Literasi Digital


Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di
Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Secara umum, literasi digital memang sering dianggap sebagai
kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu,
acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi
adalah kecakapan yang paling utama. Padahal, literasi digital adalah
sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital
juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara
produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia
digital dengan penuh tanggung jawab. Literasi digital juga merupakan
kemampuan untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu,
untuk mengasumsikan identitas sosial yang tepat, dan untuk
membentuk atau mempertahankan berbagai hubungan sosial di ruang
digital. Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk menyesuaikan
aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam bermedia digital
denganberbagai dengan keadaan tertentu.

17
Smart ASN

Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi


bagian penting dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk
diketahui konsep literasi digital dengan kompetensinya. Kompetensi
adalah keterampilan yang dapat dipahami sebagai disposisi yang
memungkinkan seseorang untuk mengatasi tuntutan situasional
tertentu (Klieme dan Leutner, 2006). Dan secara umum, perkembangan
konsep literasi digital berikut kompetensinya telah diadaptasi dari dan
kedalam program-program berikut:

Tabel 1. 3 Tinjauan Umum Kompetensi Literasi Digital

Kompetensi Literasi Digital

UNESCO Japelidi Tular Nalar Badan Siber Kementerian


dan Sandi Komunikasi
Negara dan
Informatika &
Deloitte

1. Literasi 1. Akses 1. Mengakses Kelola Data Digital Skills


informasi dan 2. Paham 2. Mengelola Informasi Digital Culture
data 3. Seleksi Informasi Komunikasi Digital Ethics
2. Komunikasi 4. Distribusi 3. MendesainP dan Digital Safety
dan 5. Produksi esan Kolaborasi
kolaborasi 6. Analisis 4. Memproses Kreasi Konten
3. Pembuatan 7. Verifikasi 5. Informasi Keamanan
konten digital 8. Evaluasi 6. Berbagi Digital
4. Keamanan 9. Partisipasi Pesan Partisipasi
5. Pemecahan 10. Kolabora 7. Membangun dan Aksi
masalah si 8. Ketangguha
n Diri
9. Perlindunga
n Data
10. Kolaborasi

18
Smart ASN

Elaborasi dari UNESCO Digital Literacy Framework adalah sebagai


berikut:

Tabel 1. 4 Kompetensi UNESCO Digital Literacy Framework 2018

Kompetensi Kunci Luaran Kompetensi

1. Literasi Informasi 1.1 Menjelajah, mencari dan memfilter data,


dan Data informasi dan konten digital
1.2 Mengevaluasi data, informasi dan konten
digital
1.3 Mengelola data, informasi dan konten
digital

2. Komunikasi Dan 2.1 Berinteraksi melalui teknologi digital


Kolaborasi 2.2 Berbagi melalui teknologi digital
2.3 Terlibat dalam kewarganegaraan melalui
teknologi digital
2.4 Kolaborasi melalui teknologi digital
2.5 Netiket
2.6 Mengelola identitas digital

3. Pembuatan Konten 3.1 Mengembangkan konten digital


Digital 3.2 Mengintegrasikan dan menguraikan kembali
konten digital
3.3 Hak Cipta dan lisensi
3.4 Pemrograman

4. Keamanan 4.1 Melindungi perangkat


4.2 Melindungi data pribadi dan privasi 4.3
Melindungi kesehatan dan kesejahteraan
4.4 Melindungi lingkungan

5. PemecahanMasalah 5.1 Memecahkan masalah teknis


5.2 Mengidentifikasi kebutuhan dan respons
teknologi
5.3 Menggunakan teknologi digital secara kreatif
5.4 Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi
digital

19
Smart ASN

Elaborasi dari 10 kompetensi literasi digital Japelidi adalah sebagai


berikut (Kurnia, dkk, 2020):

Tabel 1. 5 Elaborasi Kompetensi Literasi Digital dari Japelidi

No. Kompetensi Keterangan

1 Akses Kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan


mengoperasikan media digital.

2 Paham Kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan


mengoperasikan media digital.

3 Seleksi Kompetensi memahami informasi yang sudah


diseleksi
sebelumnya.

4 Distribusi Kompetensi menganalisis dengan melihat plus


minus
informasi yang sudah dipahami sebelumnya.

5 Produksi Kompetensi melakukan konfirmasi silang dengan


informasi sejenis.

6 Analisis Kompetensi dalam mempertimbangkan mitigasi


risiko
sebelum mendistribusikan informasi dengan
mempertimbangkan cara dan platform yang akan
digunakan.

7 Verifikasi Kompetensi dalam membagikan informasi dengan


mempertimbangkan siapa yang akan mengakses
informasi tersebut.

8 Evaluasi Kompetensi dalam menyusun informasi baru yang


akurat, jelas, dan memperhatikan etika.

9 Partisipasi Kompetensi untuk berperan aktif dalam berbagi


informasi yang baik dan etis melalui media sosial
maupun kegiatan komunikasi daring lainnya.

10 Kolaborasi Kompetensi untuk berinisiatif dan mendistribusikan

20
Smart ASN

informasi yang jujur, akurat, dan etis dengan bekerja


sama pemangku kepentingan lainnya.

Kompetensi menurut situs tularnalar.id, dielaborasikan dalamtabel


berikut:

Tabel 1. 6 Kompetensi Literasi Digital dari Tular Nalar

No. Kompetensi Keterangan

1 Mengakses Mengeksplorasi media digital untuk mencari


informasi, data dan konten sesuai dengan kebutuhan.

2 Mengelola Mampu mengambil data, informasi dan kontendalam


Informasi lingkungan digital.

3 Mendesain Mengembangkan dan memodifikasi informasi, data,


Pesan dan konten.

4 Memproses Mampu melakukan verifikasi sumber data,


Informasi informasi, dan konten digital.

5 Berbagi Pesan Mampu berbagi data, informasi dan konten digital


dengan orang lain melalui teknologi digital yang
tepat.

6 Membangun Mampu mengembangkan diri lewat penggunaan


Ketangguhan media digital. Hal ini berkaitan dengan diri sendiri
Diri sesuai dengan passion, minat, hobi, profesi, dll

7 Perlindungan Mampu melindungi data dan privasi diri dalam


Data lingkungan digital

8 Kolaborasi Mampu menggunakan media digital dan teknologi


untuk membangun jejaring secara daring.

Kompetensi dari Badan Siber dan Sandi Negara, dijabarkan dalamtabel


berikut ini:

21
Smart ASN

Tabel 1. 7 Tabel 4. Kompetensi Literasi Digital dari Badan Siber


danSandi Negara (Monggilo, Z.M.Z dkk., 2020)

No. Kompetensi Keterangan

1 Kelola Data Mengakses dan mengevaluasi data dan informasi


Informasi dari media digital secara cermat dan bijak.

2 Komunikasi Berkomunikasi dan berkolaborasi secara etis dengan


dan Kolaborasi warganet lainnya.

3 Kreasi Konten Menyunting dan memproduksi konten digital untuk


tujuan baik.

4 Keamanan Melindungi privasi dan keamanan diri dari berbagai


Digital ancaman digital.

5 Partisipasi dan Memanfaatkan media digital untuk berdaya dan


Aksi bernilai lebih secara bersama-sama.

Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi


yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital
(digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
Perumusan kerangka kerja literasi digital digunakan sebagai basisdalam
merancang program dan kurikulum literasi digital Indonesia pada
tahun 2020-2024. Kerangka kurikulum literasi digital ini juga
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan
afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. Digital skill
merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan
kemampuan user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan
data pribadi dan keamanan
22
Smart ASN

digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan


kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Sementara itu, digital ethics
merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari.

c. Peta Jalan Literasi Digital


Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu
masyarakat digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan
ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan
aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital
meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi
penunjang, danriset inovasi digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya
Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya
yaitu dari ITU, IMD, dan Katadata.
● International Telecommunication Union (ITU) → ICT
Development Index
ICT Development Index (IDI) menggunakan pendekatan 3 kategori(ICT
Access, ICT Skills, ICT Use) dan 11 kriteria indikator. Pada tahun 2017,
peringkat IDI Indonesia masih cukup rendah dibandingkan dengan
negara tetangga lain, yaitu berada di posisi 7

23
Smart ASN

dari 11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia


mencatat kenaikan skor yang cukup tinggi (+0,47) dalam waktu 1
tahun. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data
yang kurang memadai.
● Institute of International Management Development
(IMD) → IMDDigital Competitiveness Ranking
IMD Digital Competitiveness menggunakan 3 kategori (Technology,
Knowledge,
Future Readiness) dengan 9 sub-faktor dan 52 kriteria indikator.
Peringkat Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya,
namun masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand,dan Malaysia. Pada
tahun 2020, peringkat Indonesia ada di peringkat 56 dari 63 negara.
● Katadata Insight Center → Status Literasi Digital
Indonesia Survei di 34 Provinsi
Survei ini dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital dengan
menggunakan kerangka “A Global Framework of Referenceon Digital
Literacy Skills” (UNESCO, 2018). Melalui survei ini, responden diminta
untuk mengisi 28 pertanyaan yang disusun menjadi 7 pilar, 4 sub-
indeks menjadi sebuah Indeks Literasi Digital.

Guna mendapat perspektif komprehensif, Kominfo juga telah


mengadakan Survei Status Literasi Digital Indonesia (2020). Survey ini
dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital dengan menggunakan
kerangka A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills
dari

24
Smart ASN

UNESCO. Melalui survei ini, responden diminta untuk mengisi 28


pertanyaan yang disusun menjadi 7 pilar, 4 sub-indeks menjadi sebuah
Indeks Literasi Digital. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga, literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan
surveiharus diperkuat.
Peta Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo,
Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan
fundamentaluntuk mengatasi persoalan terkait percepatan
transformasi digital dalamkonteks literasi digital. Dalam peta jalan ini,
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu: kecakapandigital (digital skills), budaya digital
(digital culture), etika digital (digital ethics) dan keamanan digital
(digital safety). Keempat area kompetensi inimenawarkan berbagai
indikator dan sub-indikator yang bisa digunakan untuk meningkatkan
kompetensi literasi digital masyarakat Indonesia melalui berbagai
macam program yang ditujukan pada berbagai kelompok target
sasaran. Telah disusun pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang
percepatan transformasi digital yaitu:
1. Cakap Bermedia Digital
2. Budaya Bermedia Digital
3. Etis Bermedia Digital
4. Aman Bermedia Digital
Meskipun 4 modul dari Seri Modul Literasi Digital Kominfo-Japelidi-
Siberkreasi ini mempunyai fokus yang berbeda dan ditulis oleh tim
penyusun yang tak sama, namun keempatnya menyajikan modul yang
utuh. Tak hanya memaparkan konsep, problematika, dan strategi yang
bisa digunakan baik pengguna media digital maupun pengajar atau
25
Smart ASN
pegiat

26
Smart ASN

literasi digital, keempat modul ini juga dilengkapi dengan rekomendasi


solusi dan evaluasi untuk mengukur kompetensi literasi digital. Namun
sebagai upaya awal dan singkat menerjemahkan Peta Jalan Literasi
Digital2021-2024, tentu masih terdapat kelemahan di sana sini yang
akan diperbaiki di waktu mendatang, sehingga dibutuhkan kolaborasi
dari semua pihak.
Satu hal yang menarik, pemetaan memperlihatkan ragam mitra
kegiatan literasi digital yang tidak semata-mata bersandar pada
sekolah. Banyak pihak lain juga telah dilibatkan. Ini bermakna, banyak
pihak yangsama-sama menganggap literasi digital adalah isunya juga,
bukan semata-mata permasalahan inisiator kegiatan. Namun, seperti
telah diungkapkansebelumnya, lebih dari 50% kegiatan literasi digital
dilangsungkan tanpamitra. Namun dari perspektif literasi digital yang
menekankan pentingnyakolaborasi, keberadaan mitra dan jejaring
mesti diupayakan (Kurnia danAstuti, 2017).
d. Lingkup Literasi Digital
Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan
estimasi jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses
internet berdasarkan data dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User
dan Total Serviceable Market penting untuk menentukan target spesifik
program literasi digital.
Saat ini, tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 73,7%

22
Smart ASN

Gambar 1. 1 Penetrasi Internet di Indonesia

Sementara itu, persentase masyarakat Indonesia yang masihbelum


mendapatkan layanan internet yaitu sebesar 26,3%.

Gambar 1. 2 Persentase Masyarakat yang Belum Mendapat Layanan Internet

Tantangan Kesenjangan Digital


Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide)
juga menjadi hal yang perlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan
konsep yang telah lama ada. Pada awal mulanya, konsepkesenjangan
digital ini berfokus pada kemampuan memiliki (ekonomi) dan
mengoperasikan perangkat digital (komputer) dan akses (Internet).
Namun, konsep ini telah berkembang menjadi beberapa aspek yang
lebih komprehensif. Manfaat dan akses dari dunia informasi digital

23
Smart ASN

menjadi indikasi semua warga negara mendapatkan manfaatnya seperti


halnya pada negara-negara maju (Rahmawati, dkk. 2020).
Contoh terbaik bisa ditengok dalam penelitian Lumakto dan
Syuamsudin (2020) tentang kesenjangan digital terlihat pada usia
pengguna Internet di Indonesia. Menurut penelitian mereka, para
Penyuluh Agama Islam di Kementerian Agama termasuk ke dalam
Generasi X dan Baby Boomer. Mereka adalah digital immigrant yang
kurang mengapresiasi kecakapan digital seperti halnya digital native.
Karakteristik yang umum dijumpai pada digital immigrant adalah
gagap dengan teknologi. Di satu sisi, mereka senang akan inovasi
teknologi. Tetap, kompetensi digital tidak dimiliki, dipelajari, dan
diaplikasikan dengan baik, sehingga masih diperlukan penguatan
literasi digital oleh berbagai pihak.

Penguatan Literasi Digital


Di Indonesia, sejak lama sudah dilakukan upaya penguatan literasi
digital. Pada Kurikulum 2006, mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi
dan Komunikasi) sempat menjadi bagian penting di bangku sekolah
menengah dan atas. Namun dihapus pada Kurikulum 2013, untuk
kemudian direstorasi di Kurikulum 2013 terbaru. Namun, penguatan
literasi digital tidak hanya datang dari Kemendikbud selaku otoritas
pendidikan beberapa lembaga pemerintah, akademisi, dan non-
pemerintah juga turut serta, seperti terangkum di tabel berikut:

Tabel 1. 8 Beberapa Program Penguatan Literasi Digital di Indonesia

No. Instansi Program Deskripsi

1. Kominfo Siberkreasi Melalui berbagai program, literasi

24
Smart ASN

digital diimplementasikan dengan


berfokus pada aktivisme sosial,
konten digital, dan pelatihan
literasi digital.

2. Kemendikbud Gerakan Literasi Literasi digital menjadi bagian dari


Nasional roadmap Gerakan Literasi Nasional.

3. BSSN Edukasi dan Pelatihan, semiloka, dan


Literasi penyediaan bahan ajar dan kajian
terkait isu dunia digital terkait
keamanan diri dan data pribadi.

4. Japelidi (Jaringan Penelitian dan Digagas oleh kurang lebih 86


Peneliti Digital penerbitan peneliti dan 50 universitas di
Indonesia) Indonesia, Japelidi berfokus pada
kajian, publikasi, dan pengayaan
fundamental literasi digital.

5. Vokasi Penelitian dan Program pengabdian masyarakat


Universitas Pelatihan dari Departemen Vokas
Indonesia Universitas Indonesia yangberfokus
pada literasi digital diberupa
penelitian dan pelatihan.

6. Aspikom (Asosiasi Penelitian Berdiri sejak 2007, Aspikom yang


Pendidikan Tinggi merupakan konsorsium beberapa
Ilmu Komunikasi) universitas berfokus padapenelitian
dengan penerbitan jurnal Aspikom
yang telahterakreditasi

7. Mafindo Pelatihan dan Berdiri sejak 2018, Mafindo telah


(Masyarakat Anti Pengabdian menjadi organisasi cek fakta dan
Fitnah Indonesia) masyarakat pengembangan literasi media dan
digital dengan jangkauan nasional
dan internasional

8. Elsam Penelitian dan Elsam berfokus pada penguatan


semiloka literasi digital untuk iklim
demokrasi yang lebih baik baik di

25
Smart ASN

dunia nyata dan maya dengan


penelitian dan semiloka di berbagai
daerah.

9. Sejiwa Pelatihan Melalui gerakan pengembangan


literasi secara umum yangmenyasar
sekolah dan komunitas,Sejiwa juga
telah lama mendukung penguatan
literasi digital diIndonesia

Sehingga lingkup literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan


digital (digital divide) dan penguatan literasi digital. Kedua hal ini terkait erat
dengan peta penguatan literasi digital dari Presiden dan Gerakan Literasi
Digital dari Kominfo.

e. Implementasi Literasi Digital


Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu
wacana yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan
upaya konkret menerapkan transformasi digital di lingkungan
perguruantinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia telah
dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung,
serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi, hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress
signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia, terjadinya
pandemi COVID-19 justru memberikan dampak luar biasa dalam
aspek ini (Suteki, 2020).
Sejalan dengan perkembangan ICT (Information, Communication and
Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara daring.
Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau

26
Smart ASN

sekolah berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan


fasilitas internet. Bermula dari kedua istilah tersebut, muncullah
berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang menggunakan internet,
seperti online learning, distance learning, web-based learning, dan e-
learning (Kuntarto dan Asyhar, 2016). Gerakan Literasi Nasional dalam
Materi Pendukung Literasi Digital dari Kemendikbud 2017
(Kemendikbud, 2017) juga telah menggariskan beberapa indikator
terkait penguatan literasi digital di basis sekolah, masyarakat dan
keluarga, yaitu:

Tabel 1. 9 Indikator Literasi pada Berbagai Basis

No Basis Indikator

Kelas a. Jumlah pelatihan literasi digital yang diikuti oleh


kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
b. Intensitas penerapan dan pemanfaatan literasi digital
dalam kegiatan pembelajaran; dan
c. Tingkat pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan siswa dalam menggunakan media
digital dan internet.

Budaya a. Jumlah dan variasi bahan bacaan dan alat peraga


Sekolah berbasis digital;
b. Frekuensi peminjaman buku bertema digital;
c. Jumlah kegiatan di sekolah yang memanfaatkan
teknologi dan informasi;
d. Jumlah penyajian informasi sekolah dengan
menggunakan media digital atau situs laman;
e. Jumlah kebijakan sekolah tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
lingkungan sekolah; dan
f. Tingkat pemanfaatan dan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dan komunikasi dalam hal
layanan sekolah

27
Smart ASN

Masyarakat a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung


literasi digital di sekolah; dan
b. Tingkat keterlibatan orang tua, komunitas, dan
lembaga dalam pengembangan literasi digital.
c. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan
literasi digital yang dimiliki setiap fasilitas publik;
d. Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan
literasi digital setiap hari;
e. Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi digital
yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
f. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas,
lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan
bacaan literasi digital;
g. Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang
mendukung literasi digital;
h. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi digital yang
ada di masyarakat
i. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam
kegiatan literasi digital;
j. Meningkatnya jumlah pelatihan literasi digital yang
aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
k. Meningkatnya pemanfaatan media digital dan
internet dalam memberikan akses informasi dan
layanan publik;
l. Meningkatnya pemahaman masyarakat terkait
penggunaan internet dan UU ITE;
m. Meningkatnya angka ketersediaan akses dan
pengguna (melek) internet di suatu daerah; dan
n. Meningkatnya jumlah pelatihan literasi digital yang
aplikatif dan berdampak pada masyarakat.

Keluarga a. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan


literasi digital yang dimiliki keluarga;
b. Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan
literasi digital dalam keluarga setiap harinya;
c. Meningkatnya jumlah bacaan literasi digital yang
dibaca oleh anggota keluarga;
d. Meningkatnya frekuensi akses anggota keluarga
terhadap penggunaan internet secara bijak;

28
Smart ASN

e. Meningkatnya intensitas pemanfaatan media digital


dalam berbagai kegiatan di keluarga; dan jumlah
pelatihan literasi digital yang aplikatif dan berdampak
pada keluarga.

2. Rangkuman
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan
pentinguntuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari
kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensikognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
a. Guna mendukung percepatan transformasi digital,
ada 5langkah yang harus dijalankan, yaitu:
● Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
● Persiapkan betul roadmap transportasi digital
di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor
penyiaran.
● Percepat integrasi Pusat Data Nasional
sebagaimana sudahdibicarakan.
● Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
● Persiapan terkait dengan regulasi, skema-
skemapendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukansecepat-
cepatnya
b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah
fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan
pencarian online. Literasi
29 digital juga mengacu
Smart ASN
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-
cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini

30
Smart ASN

terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebihluas.


c. Menurut UNESCO, literasi digital adalah
kemampuan untukmengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat
melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini
mencakup kompetensi yang secara beragam
disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK,
literasi informasi dan literasi media.
d. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020
menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks
Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di
kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait
Indonesia dari kajian, laporan, dan surveiharus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai
dengan arahan Presiden Joko Widodo.
e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun
oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada
tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk
mengatasi persoalan terkaitpercepatan
transformasi digital, dalam konteks literasi digital.
Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi
digital yang terbagi atas empat area kompetensi
yaitu:
● kecakapan digital,
● budaya digital,
● etika digital
● dan keamanan digital.

3. Soal Latihan
1) Peserta diminta menjelaskan secara singkat
program literasidigital yang ada di Indonesia
2) Peserta diminta menjelaskan tentang digital skill,
digital ethics,digital culture, dan digital safety
3) Peserta diminta menjelaskan contoh implementasi
literasi digitaldalam kehidupan bermedia digital
31
Smart ASN

4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk
menyelesaikancontoh kasus berikut.

Studi Kasus:

Anda dan kelompok telah diutus untuk melakukan kegiatan pendampingan


masyarakat di Desa Kuta Paya, salah satu desa di pelosok Sumatera yang
selama ini belum tersentuh internet. Baru-baru ini, pembangunan
infrastruktur yang semakin menyentuh daerah pelosok akhirnya
mendatangkan sinyal internet ke desa tersebut.Dengan dana bantuan, Desa
Kuta Paya juga kini difasilitasi dengan ruang komputer yang dapat digunakan
untuk keperluan bersama. Namun, warga desa masih membutuhkan banyak
adaptasi untuk bisa menggunakan layanan internet dengan optimal untuk
keperluan mereka.

Di desa tersebut, Anda dan kelompok diminta untuk membuat program


atau memfasilitasi kegiatan dalam rangka menyelesaikan permasalahan-
permasalahanyang dihadapi warga desa menggunakan dasar-dasar literasi
digital dan konsep percepatan transformasi digital. Kelompok Anda
dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke desa tersebut selama 3 kali
dalam setahun untuk mengamati dan mengontrol berjalannya program
yang Anda susun, tidak termasuk satu kali kunjungan survei lapangan di
awal.

Dalam kunjungan survei lapangan, Anda dan kelompok melakukan wawancara


padabeberapa warga desa dan memperoleh informasi berikut:

- Menurut Kepala Desa, ruang komputer jarang sekali ada yang


menggunakan sejakdibangun. Anak muda di desa masih belum
memiliki ketertarikan untuk menggunakan fasilitas yang ada dengan
optimal

- Desa memiliki usaha kerajinan kain tenun buatan tangan. Salah satu
pengrajin mengaku mengalami kesulitan untuk menjual produk karena
jarak desa yang cukupjauh dari kota dan kurangnya minat beli di kota
terdekat

- Warga desa atas nama Ibu B mengeluhkan sulitnya mendapat


layanan pencatatansipil di desa. Menurut Ibu B, masih banyak
32
Smart ASN
keluarga di desa yang belum memiliki catatan sipil seperti Kartu
Keluarga, Akta Kelahiran, dan sebagainya

33
Smart ASN

Secara berkelompok, buatlah contoh susunan kegiatan/program yang akan Anda dan
kelompok lakukan di Desa Kuta Paya. Rincikan pula perencanaan susunan kegiatan yang
akan Anda dan kelompok lakukan pada kunjungan pertama, kedua, dan ketiga. Fokuslah
membentuk kemandirian digital warga desa secara jangka panjang setelah kegiatan
pendampingan selesai. Presentasikan rekomendasi yang telah dibuat, dan jika
memungkinkan, tampilkanlah role-play singkat berdasarkan rekomendasi yang telah
dibuat!

34
Smart ASN

BAB 3
KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL

Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital


Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga
kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan
kemampuan lainnya yakni literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar
wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri dari etika,
keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
Tingginya angka penipuan, berita negative, berita hoaks, hingga
pencurian data di Indonesia
Setelah mempelajari modul dan mengikuti instruksi dalam kegiatan
belajar ini, diharapkan tercapai tujuan pembelajaran sebagai berikut:

35
Smart ASN

Tabel 2. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 2

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

Memahami Peserta dapat - Peserta dapat mengidentifikasi perilaku-


memahami perilaku yang menunjukkan ada-tidaknya
keempat pilar kecakapan dalam bermedia digital
literasi digital - Peserta dapat menjelaskan dengan
beserta esensi yang bahasanya sendiri mengenai perbedaan
terkandung di kompetensi keamanan digital secara
dalamnya kognitif, afektif, dan konatif
- Peserta dapat mengambil kesimpulan
mengenai urgensi, prinsip-prinsip yang
berlaku, serta tantangan-tantangan yang
dihadapi dalam membangun budaya dan
etika dalam bermedia digital

Menerapkan Peserta dapat - Peserta dapat memberikan contoh baru


mengilustrasikan perilaku sehari-hari yang menunjukkan
aplikasi nyata dari ada-tidaknya kecakapan dalam bermedia
keempat pilar digital
literasi digital - Peserta dapat memberikan contoh
dalam kehidupan permasalahan yang dapat muncul
sehari-hari bagi diakibatkan kurangnya keamanan dalam
masyarakat bermedia digital
Indonesia - Peserta dapat mengaitkan antara
fenomena yang ditemui di masyarakat
Indonesia dengan budaya dan etika dalam
bermedia digital

36
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

Menganalisis Peserta dapat - Peserta dapat berdiskusi mengenai


menganalisis permasalahan yang terjadi di masyarakat
permasalahan yang digital Indonesia dari sudut pandang
terjadi di masing-masing pilar literasi digital
masyarakat - Peserta dapat menentukan skala prioritas
Indonesia dengan masing-masing pilar literasi digital dalam
menggunakan penyelesaian berbagai permasalahan yang
konsep keempat berbeda di masyarakat digital Indonesia
pilar literasi digital

Mengevaluasi Peserta dapat - Peserta dapat merincikan hal-hal yang


memberi penilaian sudah baik dari implementasi masing-
dan evaluasi masing pilar literasi digital di Indonesia
terhadap - Peserta dapat memberikan kritik
implementasi mengenai hal-hal yang masih harus
masing-masing ditingkatkan dari implementasi masing-
pilar literasi digital masing pilar literasi digital di Indonesia
di Indonesia - Peserta dapat merincikan tantangan yang
ada dalam usaha peningkatan masing-
masing pilar literasi digital di Indonesia

Menciptakan Peserta dapat - Peserta dapat berkolaborasi merancang


berkolaborasi kegiatan yang dapat dilakukan di kelompok
untuk merancang masyarakat tertentu dalam usaha untuk
program yang meningkatkan setidaknya salah satu pilar
menargetkan literasi digital
peningkatan pilar- - Peserta dapat berkolaborasi memerankan
pilar literasi digital role-play singkat untuk mengilustrasikan
bagi masyarakat kegiatan yang telah dirancang
Indonesia

37
Smart ASN

1. Uraian Materi
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk
dalam pilar-pilar literasi digital. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–
kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan
individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga
kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat
kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang‘informal–
formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi
literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel,
dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah
kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan
pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan
pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi
semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan
domain kapasitas dan ruangnya.

Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta


kurikulum literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini,
akan dipelajari tentang empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan,
budaya, dan kecakapan dalambermedia digital. Dalam hal ini, Digital Ethics (Etika
Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa
individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif,
informal’; Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan

38
Smart ASN

berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital individu


difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal
yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang
‘negara’; Digital Safety (AmanBermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar
dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena
sudah menyentuh instrumen-instrumen hukum positif; dam Digital Skills (Cakap
Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital, berada di
domain ‘single, informal’. Keempat pilar tersebut digunakan untuk mengetahui
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital.

a. Etika Bermedia Digital

Kerangka Kerja

Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari,


mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari

Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang


berlaku, tata krama, dan etika berinternet (netiquette)

● Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja


yang mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi,
perundungan, dll.

● Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan


kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital

39
Smart ASN

dan peraturan yang berlaku

● Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan


berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Topik
Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap
muka yang menyangkut tata cara lama, kebiasaan, dan budaya yang merupakan
kesepakatan bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa
yang pantas dan tidak pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota
masyarakat. Etika kontemporeradalah etika elektronik dan digital yang menyangkut
tata cara, kebiasaan, dan budaya yang berkembang karena teknologi yang
memungkinkan pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global. Maka, ruang
lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi
kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Baik itu dalam
hal tata kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi
elektronik.

Gambar 2. 1 Ruang Lingkup Etika Digital

Kesadaran maksudnya adalah melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki


tujuan. Media digital yang cenderung instan seringkali membuat penggunanya
melakukan sesuatu dengannya ‘tanpa sadar’

40
Smart ASN

sepenuhnya. Kesadaran adalah kondisi individu yang menyediakan sumber daya


secara penuh ketika menggunakan media digital, sehingga individu tersebut
memahami apa saja yang sedang dilakukannya denganperangkat digital. Tanggung
jawab berkaitan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan dari suatu tindakan.
Maka bertanggung jawab artinya adalah kemauan menanggung konsekuensi dari
tindakan dan perilakunya dalam bermedia digital. Sementara itu, kebajikan
menyangkut hal-hal yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan serta
prinsip penggunaan media digital untuk meningkatkan derajat sesama manusia
atau kualitas kehidupan bersama, dan integritasadalah prinsip kejujuran sehingga
individu selalu terhindar dari keinginan dan perbuatan untuk memanipulasi,
menipu, berbohong, plagiasi, dan sebagainya, saat bermedia digital (Frida dkk,
2021 dalam Frida dan Astuti, 2021). Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung
tombak self-control setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi,
dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media digital benar-benar bisa
dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang urgensi
penerapan etika bermedia digital. Pertama, penetrasi internet yang sangat tinggi
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan saja jumlah dan
aksesnya yang bertambah. Durasi penggunaannya pun meningkat drastis. Kedua,
perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media
digital. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan
kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam
segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi. Ketiga,
situasi

41
Smart ASN

pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai


semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak
lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan
segala aktivitasnya, tanpa batas.
Dalam lanskap informasi, media digital menyatukan pengguna Internet dari
beragam budaya dan kelompok usia. Media digital juga digunakan oleh siapa saja
yang berbeda latar pendidikan dan tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan
panduan etis dalam menghadapi jarak perbedaan-perbedaan tersebut. Selain itu,
diperlukan kontrol diri (self-controlling) dalam menggunakan media digital, yang
disebut dengan Etika Digital.
Salah satu bentuk tantangan muncul dari keragaman kompetensi setiap individu
yang bertemu di ruang digital. Ada generation gap yang menunjukkan perbedaan
perilaku antara native generation dan migrantgeneration dalam kecakapan digital.
Generasi ini juga berbeda budaya karena memiliki pengalaman etiket yang berbeda
antara luring dan daring. Keragaman kecakapan digital dan budaya membawa
konsekuensi perbedaan dalam berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di
ruang digital. Tantangan selanjutnya adalah banyaknya konten negatif di media
digital yang disikapi secara tidak sepantasnya oleh netizen Indonesia. Laporan
Digital Incivility Index 2021menempatkan Indonesia pada posisi paling rendah—
yang artinya, tingkat ketidaksopanan netizen Indonesia paling tinggi di Kawasan
AsiaTenggara.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka rencana pengembangan modul Etis
Bermedia Digital adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan modul dengan secara khusus membidik

42
Smart ASN

kelompok-kelompok minoritas atau yang termarjinalkan seperti difabel, anak,


perempuan, lansia, dan masyarakat 3T. Fokusnya pada pelatihan dan pendampingan,
sehingga mereka cakap bermedia digital, sekaligus mampu menerapkan etika
bermedia digital dalam berinteraksi, berpartisipasi, berjejaring, dan berkolaborasi.
2. Revisi dan upgrading modul berdasarkan riset proses dan efek dari
penerapan modul ini.
3. Perluasan Kurikulum Etika Media di luar empat etika dasar.
Tabel 2. 2 Tujuan Bahasan Netiket

Tujuan Penjelasan

Memahami etika Memahami adalah kemampuan menjelaskan etiket


berinternet dalam ruang digital.

Mengevaluasi etika Mengevaluasi adalah kemampuan memberi penilaian


berinternet atas pelaksanaan dan pelanggaran etiket di ruang
digital. Baik yang dilakukan sendiri maupun orang lain.

Menerapkan etika Menerapkan adalah selalu menjadikan etika sebagai


berinternet panduan dalam pengalaman sehari-hari saat
beraktivitas di ruang digital.

Sedang urgensi dari netiket bagi netizen adalah karena kita semuamanusia bahkan
sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan
nyata. Pengguna internet berasal dari

43
Smart ASN

bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat.
Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymous, yang
mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas di
internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis (Hartanto,
2019 dalam Frida dan Astuti, 2021). Sehingga kita dapat menyeleksi perilaku sesuai
dengan netiket. Seperti terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2. 3 Menyeleksi Perilaku Netiket

Seleksi dan analisis informasi Sesuai Seleksi dan Analisis Informasi Tidak
netiket Sesuai netiket

Ingatlah akan keberadaan orang lain di Menyebarkan Berita Hoaks atau berita
dunia maya bohong dan palsu

Taat kepada standar perilaku online Ujaran Kebencian (provokasi, hasutan atau
yang sama dengan yang kita jalanidalam hinaan)
kehidupan nyata

Tidak melakukan hal-hal yang dapat Pornografi (konten kecabulan dan


eksploitasi seksual)
merugikan para pengguna internet
lainnya

Membentuk citra diri yang positif Pencemaran Nama Baik

Menghormati privasi orang lain Penyebaran Konten Negatif

44
Smart ASN

Memberi saran atau komentar yang Modus Penipuan Online (voucher diskon,
baik penipuan transaksi shopping online)

Hormati waktu dan bandwith orang Cyber Bullying (pelecehan,


lain mempermalukan, mengejek)

Mengakses hal -hal yang baik dan Perjudian Online (judi bola online,
bersifat tidak dilarang blackjack, dan casino online)

Tidak melakukan seruan atau ajakan Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan
ajakan yang sifatnya tidak baik siber (pencurian identitas, pembobolan
kartu kredit, pemerasan, hacking)

Ketidakpahaman atas netiket bisa menimbulkan dampak negatif yang sangat


merugikan, karena internet memiliki jejak digital yang tidak mudah dihapus. Jejak
digital atau yang disebut IDC (International Data Corp) sebagai “digital shadow”
merupakan suatu kapsul yang menampung segala informasi aktivitas pengguna
internet (Zaenudin, 2018).

Waspada Konten Negatif

Saat ini kita dapat memperoleh informasi dengan sangat mudah. Dengan bantuan
gawai atau telepon seluler di genggaman yang terhubung internet, kita bisa
mendapatkan berbagai informasi yang kita kehendaki maupun yang tidak kita
kehendaki.

45
Smart ASN

Selain itu dengan bantuan teknologi kita juga bisa menciptakan dan menyebarkan
informasi ke banyak orang. Hal tersebut dipermudah setelah media sosial hadir di
tengah kita. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya
berpartisipasi dalam menerima dan mengirim informasi (Maning, 2016 dalam Frida
dan Astuti, 2021).

Soal akses memang terpecahkan berkat adanya teknologi, namun akses ini tidak
hanya soal keahlian mencari atau menyebarkan informasi, namun juga terkait aspek
etika, di mana kita memiliki tanggung jawab moral dalam penggunaan informasi.
Tanggung jawab ini harus berdasar pada nilai respek atau penghargaan terhadap
harkat-martabat manusia dan hak asasi manusia.

Ada dua hal penting saat berinteraksi di dunia digital. Pertama, penghargaan pada
diri sendiri akan menjaga kepentingan kita di dunia digital. Kita akan bijak
mengekspos diri kita melalui pesan yang kita buatdan bagikan. Kedua, penghargaan
pada orang lain bisa kita lihat contoh penerapan prinsip tersebut pada media sosial.
Perkembangan media sosial yang awalnya untuk mempererat hubungan antar
pengguna, lalu mulai bergeser ketika ada ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan
ekonomi, politik, dan SARA. Sehingga ada baiknya kita memahami kontennegatif dan
mewaspadainya.

Tabel 2. 4 Tujuan Bahasan Waspada Konten Negatifabel 2.4. Tujuan Bahasan


Waspada Konten Negatif

Tujuan Penjelasan

Memahami konten Bisa membedakan hoaks, perundungan, ujaran


kebencian, dan konten negatif lainnya dengan yang

46
Smart ASN

negatif di media digital bukan.

Mampu menganalisis Kemampuan menjelaskan hoaks, perundungan,


konten negatif di ujaran kebencian, perundungan, dan konten
media digital. negatif lainnya dalam konteks etika.

Bertindak etis atas Menunjukkan perilaku tidak menyebar,


adanya konten negatif memproduksi, dan meneruskan konten hokas,
di media digital. ujaran kebencian, perundungan, dan konten
negatif lainnya.

Definisi konten negatif jelas tertulis dalam UU ITE. Konten negatif ada dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang telah
diubah melalui UU Nomor 19 Tahun 2016 (UU ITE) sebagai informasi dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian,
penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman,
penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian
pengguna.

Konten negatif muncul karena motivasi-motivasi pembuatnya yang memiliki


kepentingan ekonomi (mencari uang), politik (menjatuhkan kelompok politik
tertentu), mencari kambing hitam, dan memecah belah masyarakat (berkaitan suku
agama ras dan antargolongan/SARA) (Posetti & Bontcheva, 2020 dalam Frida dan
Astuti,2021). Beberapa fenomena konten negatif adalah sebagai berikut:

47
Smart ASN

Tabel 2. 5 Beberapa Jenis Konten Negatif

Konten Fenomena

Hoaks Hoaks, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Kata ini sangat
populer belakangan ini di Indonesia. Berbagai peristiwa besar
sering diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya seperti
peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan

Cyberbullying Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing (membagikandata


personal seseorang ke

dunia maya); cyberstalking (mengintip dan memata-matai


seseorang di dunia maya);

dan revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran


foto/video intim seseorang).

Hate speech Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan
atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk
mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok.

Cara melawan konten negatif diantaranya adalah memverifikasi informasi. Kita wajib
melakukan cross check untuk menguji kebenaran suatu informasi. Langkah verifikasi
akan mengurangi resiko menjadi

48
Smart ASN

korban dari konten negatif. Kita menguji kebenarannya dengan mencari informasi
dari sumber-sumber lain yang kredibel. Lainnya adalahmemegang prinsip kehati-
hatian yang kita lakukan agar secara tidak langsung juga dapat berimbas pada orang-
orang yang mengirimkan informasi yang salah.

Apakah kita perlu menyebarkan setiap informasi yang kita miliki?Kita perlu memiliki
beberapa pertimbangan sebelum menyebarkan suatuinformasi. Apakah informasi ini
benar? Apakah informasi ini penting? Apakah informasi ini bermanfaat bagi
keselamatan dan perbaikan situasimasyarakat jika disebarkan? Gunakan kreatifitas
kita untuk memproduksi/membuat konten yang bermanfaat, yang tidak merugikan
orang lain dan diri kita.

Membanjirnya konten negatif tidak boleh didiamkan. Kita bisaberpartisipasi dengan


memproduksi dan menyebarkan konten positif di internet. Hal ini untuk membuat
konten positif mudah ditemukan di internet oleh masyarakat. Perilaku ini menjadikan
kita sebagai orang yangpeduli untuk menciptakan komunikasi yang sehat di internet
(daring), seperti juga di dunia nyata (luring).

Interaksi Bermakna di Ruang Digital

Proses interaksi yang terjadi di media sosial ini merupakan bagiandari komunikasi
sosial, bahkan semakin kompleks dan dapat menimbulkan masalah jika tidak
dikelola dengan baik. Permasalahan yang biasanya muncul terkait dengan privasi,
hak cipta karya, pornografi, kekerasan online, dan isu etika lainnya. UGC dapat
menjadi dilema bagi pengguna dalam partisipasi di media digital, karena karya kreatif
di media

49
Smart ASN

sosial itu baik namun jika tidak diimbangi dengan pengetahuan, etika, dantanggung
jawab sosial yang tinggi, maka hasilnya dapat menjadi negatif.

Tabel 2. 6 Tujuan Bahasan Interaksi Bermakna di Ruang Digital

Tujuan Penjelasan

Mengetahui cara berinteraksi, Dapat mengidentifikasi berbagai cara berinteraksi,


partisipasi, dan kolaborasi di partisipasi, dan kolaborasi di berbagai platform
ruang digital digital.

Memahami ragam peraturan Dapat menganalisis interaksi, partisipasi, dan


yang berlaku ketika kolaborasi di berbagai platform digital yang sesuai
berinteraksi, partisipasi, dan dan yang tidak sesuai dengan peraturan yang
kolaborasi di ruang digital. berlaku.

Dengan kompleksnya informasi pada media digital, maka interaksi pun dapat
berdampak negatif. Misalnya, memberi komentar negatif terhadap berita khususnya
gosip artis di media sosial, seperti berikut ini. Pengikut beberapa akun Instagram
populer memberikan kata-kata hujatan terkait selebgram yang mengklarifikasi berita
dirinya foto berdua dianggap selingkuh. Hal ini disebut interaksi negatif. Interaksi
negatif lainnya adalah ujaran kebencian atau hate speech.

Dalam mencegah hate speech demi menciptakan interaksi bermakna di ruang digital,
partisipasi dan kolaborasi dibutuhkan. Partisipasi merupakan proses terlibat aktif
dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Proses ini

50
Smart ASN

berakhir pada menciptakan konten kreatif dan positif untuk menggerakkan


lingkungan sekitar. Kolaborasi merupakan proseskerjasama antar pengguna untuk
memecahkan masalah bersama (Monggilo, 2020 dalam Frida dan Astuti, 2021).

Kolaborasi positif, dapat menjadi sistem pendukung bagi kita dalam menghadapi
berbagai serangan informasi di dunia internet. Sebaliknya kolaborasi negatif dapat
menjebloskan kita pada pusaran perspektif yang salah bahkan ranah hukum.
Kolaborasi positif seperti menciptakan konten yang baik. Pada dasarnya, konten pada
media digital adalah produksi budaya, karena terdapat interaksi, partisipasi, dan
kolaborasi antar pengguna di dalamnya.

Namun dalam interaksi terkait konten digital, perlu diingat pertimbangan etis.
Pertimbangan etis didasarkan triangle subjek, pencipta karya, dan audiens.
Penjelasannya pertimbangnnya adalah sebagai berikut:

1. Subjek: Apakah subjek berkenan untuk masuk dalam konten yang kita
buat (consent)? Apakah subjek bebas dalam berpartisipasi atau ada
paksaan (free will)?
2. Pencipta karya: Apakah pencipta karya memiliki maksud baik terhadap
subjek (intentionality)? Apakah pencipta karya mempertimbangkan
konsekuensi dari aksinya terhadap subjek? (consequences), apakah
efek yang akan muncul kedepannya bagi masyarakat, khususnya
terkait menjalin hubungan sosial yang sehat (social good)?
3. Audiens: Apakah audiens mendapatkan maksud baik dari yang
disampaikan pencipta karya (intentionality)? Apakah audiens dapat
berkontribusi bagi hubungan sosial yang sehat (social good)?
Interaksi dan Transaksi Bijak

51
Smart ASN

Berdasarkan data yang iPrice dan Jakpat kumpulkan, 26% dari total 1000 responden
menyebutkan mereka memilih untuk menggunakan e-wallet/e-money sebagai
metode pembayaran saat melakukan online shopping di e-commerce (Devita, 2020
dalam Frida dan Astuti, 2021). Sehingga jelas bahwa volume dan nilai transaksi uang
elektronik di Indonesia meningkat. Maka kita sebagai pengguna media digital harus
bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena apabila tidak, akan dapat berdampak
negatif bagi kita ketika melakukan transaksi daring di sosial media.

Sebelum memahami lebih jauh, perlu dipahami interaksi dan transaksi elektronik.
Interaksi adalah sebuah kebutuhan dan seiring perkembangan teknologi informasi
interaksi dapat dilakukan tidak hanya bertatap muka secara langsung tetapi juga
melalui atau termediasi oleh komputer atau perangkat sejenis. Sedang menurut UU
ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer, dan media elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE persyaratan
para pihak yang bertransaksi elektronik harus dilakukan dengan sistem elektronik
yang disepakati oleh para pihak.

Tabel 2. 7 Beberapa Etika Berinteraksi di Dunia Digital

Jejaring Pertemenan Aplikasi Percakapan

● Bertemanlah dengan orang ● Menjaga privasi satu sama lain,


yang kita kenal sebelumnya tidak memberikan nomor orang lain
● Apabila teman baru, lebih kepada siapapun
baik kita telusuri dahulu informasi ● tanpa izin
tentang dia melalui ● Apabila mengontak orang lain

52
Smart ASN

● browser atau dari teman yang belum mengenal kita sebelumnya


kita lainnya sebaiknya
● Apabila mencari teman baru, ● didahului dengan
sebaiknya teman tersebut memiliki memperkenalkan diri dan
kesamaan menyebutkan mendapatkan nomor
● pertemanan atau minat ● kontak orang tersebut dari
dengan kita siapa.
● Bertemanlah dengan orang ● Apabila membuat grup atau
yang menggunakan identitas asli akan memasukkan seseorang ke
dalam grup, maka
● sebaiknya menanyakan
terlebih dahulu kesediaannya untuk
bergabung dalam grup.
● Jangan meneruskan pesan bila
pesan tersebut bila belum dapat
dipastikan
● Kebenarannya

Setelah kita memahami bagaimana berinteraksi yang etis, kini mari kita tingkatkan
manfaat media digital dengan melakukan transaksi. Menurut GlobalWebIndex,
Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi e-commerce atau transaksi daring
paling tinggi di dunia pada tahun 2019.Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 90%
pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga 60 tahun pernah melakukan
pembelian produk atau jasa secara daring.

53
Smart ASN

Media sosial dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
sebagai wadah mengembangkan bisnis. Berikut beberapa keunggulan penggunaan
media sosial untuk UMKM, antara lain:

1. Biaya operasional lebih efektif dan efisien


2. Toko dapat beroperasi 24 jam/hari selama 7 hari/minggu
3. Potensi pasar lebih luas hingga ke internasional/global
4. Katalog produk bisa selalu up-to-date
5. Tidak memerlukan toko offline/ toko fisik untuk memasarkan
produknya
6. Modal lebih kecil untuk memulai usaha
7. Dapat dengan mudah mengenali competitor
Secara garis besar, sebaiknya kita kenali etika bertransaksi daring danetika
pelapak. Beberapa poin dirangkum di tabel berikut ini:

Tabel 2. 8 Etika Bertransaksi di Dunia Digital

Bertransaksi Sebagai Pelapak Sebagai Pembeli

● Daftarkan diri ● Jadilah ● Melihat


baik penjual dan penjual/pelapak keprofesionalan lapak dan
pembeli sesuai dengan barang/jasa yang tidak profil penjual
ketentuan yang melanggar hukum. ● Membaca respon
disyaratkan platform ● Jujur dan tanggapan di barang
belanja daring yang mendeskripsikan yang akan dikonsumsi
diinginkan. Informasi mengenai ● Melihat latar
● Kenali dengan produk yang dijual belakang dan riwayat
baik seluruh fitur yang (tulisan, gambar/foto berjualan
tersedia. Fitur-fitur ● produk). ● Mempelajari

54
Smart ASN

utama yang perlu ● Informasi variasi cara transaksi dan


dipelajari adalah mengenai harga produk pembayaran
kebijakan penjualan, yang akan dijual sesuai ● Membaca testimoni
detail produk, dengan aslinya atau komentar pelanggan
keamanan akun, proses ● Selalu berusaha sebelumnya
pembayaran dan membalas calon pembeli ● Mengecek
pengembalian produk yang bertanya atau statusnya apakah
yang dijual, pengiriman memberi komen keanggotaan sudah
produk. ● Melakukan diverifikasi?
● Pastikan unggahan dengan kata- ● Melihat apakah ada
perangkat digital yang kata sopan dan tidak dukungan dan
digunakan untuk mengandung SARA rekomendasi dari pihak
transaksi daring sudah ● Balasan terhadap lain
aman. komen tetap sopan dan ● Apakah mematok
● Baik penjual tidak menyinggung harga yang masuk akal
maupun pembeli ● Bila memberikan ● Tidak masuk dalam
sebaiknya memberikan promosi, diberitahukan blacklist
dan dapat mengakses dengan jelas dan masuk ● Lakukan survei
layanan akal harga pembanding dengan
● bantuan yang ● Barang/jasa penjual yang lain
disediakan e- sebaiknya dijelaskan pada ● Dapat mengadukan
commerce. spesifikasi produk pengelola platform belanja
● Tidak memaksakan daring jika ada informasi
pembeli untuk memberi yang tidak
umpan balik yang baik. ● sesuai atau
meragukan.

55
Smart ASN

● Baca informasi
mengenai produk dalam
platform belanja dengan
teliti dan hati-hati.

b. Budaya Bermedia Digital

Kerangka Kerja

Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa,


dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari.

Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal


Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan
berbahasa Indonesia

● Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja


yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti
perpecahan, radikalisme, dll.

● Dasar 3: Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik


dan benar dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila,
Bhineka Tunggal Ika

● Dasar 4: Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi


sehat, menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan
produktif lainnya.

56
Smart ASN

Topik

Bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku


yang menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka
maupun melalui kegiatan dalam jaringan (daring). Manusia harus memiliki mental
yang tangguh dan memiliki prinsip dalam menjalankan tugas tugas berkomunikasi
dengan orang lain. Sikap Pancasila ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan
dalam berbagai kegiatan, salah satu aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui
penggunaan nilai nilai Pancasila dalam berkomunikasi antar sesama manusia.
Terutama dalam menjalankan tugas tugas sebagai duta bangsa dalam kesenian dan
teknologi serta dalam menjalankan tugas sebagai duta pariwisata untuk
mempromosikan produk dalam negeri.

Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Kesukaan dan
minat masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya
mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang bermanfaat bagi
pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan relasi mereka
dengan lingkungannya. Masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur dari
teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki keunggulan dan kemudahan
untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat (Astuti, dan
Prananingrum, 2021).

Perubahan media komunikasi yang digunakan oleh masyarakat

57
Smart ASN

Indonesia tidak terlepas dengan perubahan teknologi komunikasi. Ketika media


komunikasi beranjak cepat menuju digital, maka praktek budaya kita pun mau tak
mau mengalami perubahan. Tantangan dalam menghadapi era digital adalah
terbukanya akses, proses yang cepat dan instan, serta kemudahan akses. Satu hal
yang harus diakui: kecanggihanteknologi digital hanya memperkaya pengetahuan
dan keterampilan para pengguna. Namun, tanpa dibingkai oleh nilai budaya dan
karakter,semua itu sia-sia belaka.

Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan
bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital, maka
budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter
dan warga digital yang memilikinilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa
dan negaranya. Kehadiran media dan teknologi digital, dengan kata lain, harus
menjadi sarana memperkuat budaya bangsa dan karakter warganegara. Modul ini
lahir dari sebuah cita-cita untuk menjadikan budaya digital yang tumbuh pesat,
tidak lepas dari nilai-nilai kewarganegaraan dan budaya Indonesia. Perhatian
terhadap perkembangan karakter harus menjiwai setiap unsur yang terkait dengan
literasi digital, mulai dari konsep hingga aplikasinya dalam kehidupan masyarakat
Nusantara.

Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan modul budaya bermedia digital


adalah menyesuaikan dan mengakomodasi panduan ini dengan keragaman budaya
daerah. Pada dasarnya, Indonesia memiliki modal kearifan lokal yang luar biasa.
Kearifan lokal inilah yang perlu diintegrasikan ke dalam budaya digital Indonesia
sehingga memperkaya kita semua. Tantangan lain adalah bagaimana mengajarkan
dan mengaplikasikan budaya digital kepada target

58
Smart ASN

sasaran yang bukan hanya berbeda budaya, tetapi juga memiliki keragaman
variabel sosioekonomi. Tidak kalah penting adalah bagaimana menyentuh
kelompok-kelompok minoritas supaya tidak tertinggal dalam pengembangan
budaya digital, yaitu warga difabel, masyarakat di Kawasan 3T, lansia, anak-anak,
dan perempuan.

Diperlukan peran berbagai pihak dalam masyarakat untuk mengedukasi budaya


digital yang bermartabat. Diperlukan sinergi darisiapa saja, mulai dari pejabat di
lingkungan pemerintah, pemuka agama, para pendidik, tokoh masyarakat serta
para public figure yang memberikan teladan nilai positif di tengah masyarakat.
Rencana pengembangan modul terarah pada satu tujuan, yaitu membantu berbagai
pihak untuk pendidikan penguatan karakter, sehingga menghasilkan warga negara
Indonesia di dunia digital yang unggul. Satu pesan yang ingin disampaikan adalah
bahwa Kemajuan dan Martabat Suatu Bangsa tergantung dari Pelestarian Nilai
Budaya Bangsa tersebut. Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya
bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media
digital, bukan untuk memecah belah kesatuan warna di dunia maya.
Budaya Digital dan Penguatan Karakter

Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka
maupun melalui kegiatan dalam jaringan (daring). Manusia harus memiliki mental
yang tangguh dan memiliki prinsip dalam menjalankan tugas tugas berkomunikasi
denganorang lain. Sikap Pancasila ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan

59
Smart ASN

dalam berbagai kegiatan, salah satu aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui
penggunaan nilai nilai Pancasila dalam berkomunikasi antar sesama manusia.
Terutama dalam menjalankan tugas tugas sebagai duta bangsa dalam kesenian dan
teknologi serta dalam menjalankan tugas sebagai duta pariwisata untuk
mempromosikan produk dalam negeri.

Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Kesukaan dan
minat masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya
mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang bermanfaat bagi
pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan relasi mereka
dengan lingkungannya. Masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur dari
teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki keunggulan dan kemudahan
untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat (Astuti, dan Prananingrum,
2021).

Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital

Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warganegara digital. Dalam konteks keIndonesiaan,
sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan BhinnekaTunggal Ika.
Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

60
Smart ASN

merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia.


Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multikulturaldan plural dalam banyak
aspek.

Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan


sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital
native (warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan
kemampuan membangun mindfulness communication tanpa stereotip dan
pandangan negatif adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan literasi media
dalam konteks budaya digital.

Melandasi diri ketika berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika akan mengarahkan kita pada komunitas digital yang
Pancasilais dalam pilihan kegiatannya. Telah menjadi kewajiban kita untuk
memastikan tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang tidak benar,
sekaligus memproduksi konten positif. Selain partisipasi, kita juga diharapkan
memiliki kecakapan berkolaborasi, dalam hal ini secara aktif menginisiasi,
menggerakkan dan mengelola kegiatan bermedia digital yang positif.

Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka
literasi digital dapat diklasifikasikan menjadi dua pokok besar, yaitu:

1. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai


Landasan Kecakapan Digital Dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa
dan Bernegara. Adapun kompetensi yang dibutuhkan adalah Cakap
Paham.

61
Smart ASN

2. Internalisasi (Penerapan) Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal


Ika di Ruang Digital. Adapun kompetensi yang dibutuhkan adalah Cakap
Produksi, Cakap Distribusi, Cakap Partisipasi dan Cakap Kolaborasi.
Setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Dengan penjabaran
dalam konteks literasi digital sebagai berikut:

Tabel 2. 9 Pengamalan Pancasila dalam Literasi Digital

Sila Bunyi Konteks Pemahamannya dalam Literasi


Digital

1 Ketuhanan Yang MahaEsa Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait


nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dimulai dengan
kemampuan untuk mengakses, mengeksplorasi
dan sekaligus menyeleksi informasi tentang
agama dan kepercayaan dari sumber yang
kredibel, dan memungkinkan adanya kajian multi
perspektif.

2 Kemanusiaan Yang Adil Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait


Dan Beradab nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
dimulai dengan kesadaran bahwa setiap kita
adalah setara. Tidak ada pembedaan jenis
kelamin, ras, agama, status sosial, kelompok
politik, disabilitas fisik dan pembedaan lainnya
dalam hal akses

62
Smart ASN

memperoleh informasi di ruang digital. Kita


diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang definisi konten yang berisi penghinaan,
perendahan, pengucilan, perundungan terhadap
kelompok tertentu.

3 Persatuan Indonesia Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait


nilai Persatuan Indonesia dimulai dengan
kesadaran untuk bangga menjadi warga negara
Indonesia. Kita harus mampu mengakses,
mengeksplorasi, menyeleksi dan mengelaborasi
pengetahuan tentangIndonesia. Hal ini ditujukan
agar pemahaman tentang Indonesia yang kita
miliki menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah
Air. Kita juga diharapkan memiliki pengetahuan
yang cukup tentang batasan ujaran kebencian
(hate speech) yang memprovokasi
polarisasi/perpecahan.

4 Kerakyatan yang Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait


Dipimpin oleh Hikmat nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Permusyawaratan Perwakilan, dimulai dengan
Perwakilan kesadaran untuk mengetahui, mengeksplorasi,
menyeleksi dan
mengelaborasi informasi publik yang berhak

63
Smart ASN

diakses dari lembaga publik sebagai


pertanggungjawaban transparansi dan
akuntabilitasnya. Demokrasi digital juga
menjamin adanya prinsip egaliter, sehingga kita
harus belajar untuk memberi ruang bagi setiap
orang untuk bebas berekspresi.

5 Keadilan Sosial Bagi Di ruang digital, kecakapan budaya digital terkait


Seluruh Rakyat nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Indonesia, dimulai dengan kesadaran untuk
memahami regulasi dan kebijakan tentang ranah
digital, di Indonesia ditetapkan UU ITE yang telah
mengalami revisi di tahun 2016, juga UU
Kebebasan Memperoleh Informasi. Selain itu di
ruang digital kita harus memahami netiquette,
sebuah panduan etika berperilaku sebagai warga
negara digital.

Memahami konsep dasar nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ikaadalah kunci agar
mampu menginternalisasikannya dalam berbagai ruang, termasuk ruang digital.
Terdapat sejumlah implikasi yang muncul jika kita tidak cukup memiliki pemahaman
atas hal tersebut.

1. Tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan


perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau
provokasi yang mengarah pada segregasi sosial
(perpecahan/polarisasi) di ruang digital
64
Smart ASN

2. Tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan


pelanggaran privasi di ruang digital
3. Tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan
malinformasi
Pemahaman konsep nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal menjadi landasan
kecakapan digital dalam beraktivitas di ruang digital. Untuk mempraktikkannya,
berikut adalah beberapa bentuk kecakapan digital yang mewujudkan nilai Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu

Tabel 2. 10 Pengamalan Nilai Pancasila dalam Aktivitas Dunia Digital

No Pengamalan Aktivitas

1 Produksi Konten Berlandaskan Baik proses produksi maupun konten


Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dihasilkan dilandasi dengan nilai-
nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika yakni cinta kasih, kesetaraan,
harmoni dalam keberagaman,
demokrasi dan kekeluargaan
(kegotongroyongan) juga kesadaran
mematuhi hukum diIndonesia.

2 Distribusi Konten Berlandaskan Distribusi tidak hanya terkaitaktivitas


Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika berbagi, namun sekaligus penyertaan
sikap yang
mengamplifikasi pesan,
direpresentasikan dalam

65
Smart ASN

simbol/emoticon, komentar,
subscribe, follow, mengunggah ulang
(repost, regram, retweet, repath)
kepada jejaring di media sosial, atau
media percakapan digital seperti
WhatsApp, Line,Telegram, dan aplikasi
percakapan lainnya.

3 Partisipasi Aktif dalam Aktivitas Penerapannya bisa dilihat dari


Digital Berlandaskan Pancasila dan keterlibatan dalam komunitas digital
Bhinneka atau kampanye digital yang
memperluas jejaring program maupun
Tunggal Ika
target sasaran yang beragam
entitasnya secara intens. Dari satu
kegiatan, dapat melahirkan kegiatan-
kegiatan lain yang tak kalah penting.

4 Kolaborasi Aktif dalam Komunitas Penerapannya dapat dilihat dari


Digital yang berlandaskan nilai jumlah komunitas digital dan atau
Pancasila aktivitas digital yang diinisiasi,dikelola
dan dipimpin. Selain itu, penerapan
dan Bhinneka Tunggal Ika
kecakapan kolaborasi bisa dilihat dari
cakupan (scope) komunitas digital,
keberagaman entitas dan aktivitas
digital yang

66
Smart ASN

diinisiasi, dikelola dan dipimpin.

Setelah mampu mengamalkan beberapa poin di atas, maka kita bisa menjadi warga
digital yang Pancasilais, yaitu:

1. Berpikir kritis; Berpikir kritis melatih kita untuk tidak sekedar sharing,
namun mempertimbangkan apakah konten yang akan kita produksi dan
distribusikan selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dasar utamanya adalah pertanyaan apakah konten kita benar (objektif,
sesuai fakta), penting, dibutuhkan (inspiratif) dan memiliki niatan baik
untuk orang lain (tidak memihak, tidak merugikan).
2. Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo
Chamber dan Filter Bubble: Sangat penting kiranya melatih kematangan
bermedia. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah
memutuskan pertemanan (unfollow, unfriend, block atau blokir) di
media sosial dan media percakapan online. Baik echo chamber maupun
bubble filter menciptakan situasi yang membuat kita berhadapan
dengan keseragaman- seragam sama dengan kita. Akibatnya, kerap kita
merasa paling benar atas pemikiran kita sendiri, karena terhalangi
untuk melihat realitas yang lebih beragam di luar sana. Hal ini tentu
berlawanan denga nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
3. Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital: Menjadi warga
digital yang Pancasilais berarti memiliki inisiatif untuk berpartisipasi
dan berkolaborasi aktif dalam aktivitas dan komunitas digital. Pada
konteks ini, nilai- nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tercermin
dalam kesediaan kita untuk berkolaborasi dengan beragam entitas
untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara.
67
Smart ASN

Digitalisasi Kebudayaan dan TIK

Budaya digital yang akan kita pelajari bersama ini akan memberi wawasan kritis
tentang tantangan dan peluang sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh
teknologi digital itu sendiri. Sebuah budaya memberi masyarakatnya gagasan
tentang cara mendekati keputusan hidup, mulai dari bangun hingga tidur. Sekaligus,
memberi ide tentang semua pelajaran hidup yang dapat diterima. Melalui media,
termasuk media digital, gagasan masyarakat tentang kehidupan disampaikan kepada
masyarakat luas.

Di antara kita, ada saja pihak-pihak yang menganggap budayatertentu lebih tinggi
daripada budaya lainnya, yang berujung pada upaya penyeragaman budaya. Tentu
saja, kita tidak menginginkan penyeragaman budaya, karena keragaman seni budaya
adalah kekayaan Indonesia. Persoalannya, bagaimana ruang digital dapat
mempertahankan keragaman budaya Indonesia yang menghormati perbedaan dan
menciptakan ruang debat nan sehat? Nah, pada bagian ini, kita akan mempelajari
proses memahami, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi ruang digital
dalam isu keberagaman budayakita.

Secara umum, dalam isu budaya, ada 5 kompetensi yang dapat dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan bernegara, yaitu:

Tabel 2. 11 Jenis Kompetensi Budaya Digital dan Pemahamannya

Jenis Kompetensi Literasi Pemahaman Kompetensi

Memahami Budaya di Memahami adalah kompetensi yang

68
Smart ASN

Ruang Digital mengacu pada kemampuan individu untuk


memahami makna dari konten budaya yang
ada di media digital pada tingkat literal.
Contohnya kemampuan untuk menangkap
pesan orang lain, juga ide-ide individu tentang
budaya yang dipublikasikan pada platform
yang berbeda (misalnya buku, video, blog,
Facebook, dll).Termasuk, menafsirkan makna
dalam bentuk pendek baru atau emoticon.

Produksi Budaya di Kecakapan produksi ini melibatkan


kemampuan untuk menduplikasi (sebagian
Ruang Digital
atau seluruhnya) konten budaya. Tindakan
produksi budaya dalam format digital, di
antaranya memproduksi klip video dengan
menggabungkan gambar dan materi audio,
atau menulis pada beragam media daring,
termasuk media sosial. Kecakapan ini
mengacu pada kemampuan untuk
berinteraksi secara mendalam dengan
beragam perangkat, termasuk untuk
menangani alur informasi budaya dan narasi
budaya di beberapa jenis konten berikut
sumber medianya.

69
Smart ASN

Distribusi Budaya di Kompetensi mendistribusikan berkaitan


dengan kemampuan individu untuk
Ruang Digital
menyebarkan informasi budaya yang ada di
tangan mereka. Dibandingkan dengan
kecakapan prosumsi (produksi dan
konsumsi), kecakapan ini melibatkan proses
berbagi. Contohnya, kemampuan individu
untuk berbagi perasaan (misalnyasetuju atau
tidak setuju), untuk berbagi pesan, dan untuk
mengapresiasi konten budaya. Kecakapan ini
juga berfokus pada “kemampuan untuk
mencari, mensintesis, dan menyebarkan
informasi dengan konten budaya” dalam
jaringan yang dimilikinya.

Partisipasi Budaya di Kecakapan ini adalah wujud budaya


partisipatif yang mengacu pada kemampuan
Ruang Digital
untuk terlibat secara interaktif dan kritis
dalam lingkungan media baru. Misalnya,
individu diharapkan untuk aktif membangun
dan mendiskusikan ide-ide orang lain
mengenai
-isu isu budaya dalam beragam platformmedia
platform digital (Youtube, FB, Instagram,
Twitter, Skype, Blog, dan sebagainya).
Kecakapan ini menyatukan pengetahuan
yang dimiliki dan

70
Smart ASN

membandingkan catatan orang lain untuk


mencapai tujuan bersama. Berpartisipasi
membutuhkan keterlibatan individu yang
terus-menerus dan interaktif agar bisa
menulis, menyusun, dan mengembangkan
konten budaya. Di sini, ada aspek koneksi
sosial (keterhubungan) yang menghargai
kontribusi masing-masing individu.

Kolaborasi Budaya di Ruang Digital Kecakapan ini mengacu pada kemampuan


untuk membuat konten budaya di media
digital bersama-sama pihak lain. Kecakapan
kolaborasi ini biasanya membutuhkan inisiatif
dari diri kita sendiri dibandingkan dengan
mengandalkan inisiatif pihak lain.

Budaya adalah produk, praktik dan perspektif hasil pemikiran, gagasan,dan tindakan
manusia. Ruang digital sebagai buah kemajuan teknologi, dengan demikian, adalah
bagian dari budaya. Kendati demikian,kehadiran ruang digital memberikan sejumlah
tantangan bagi pelestarian budaya nasional maupun daerah. Menyikapi hal ini,
bahasantentang Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi Komunikasi telah
memperlihatkan cara menyiasati tantangan dan peluang tersebut melalui
kompetensi literasi digital berupa pemahaman terhadap aspek budaya di ruang
digital, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi.

71
Smart ASN

Cintai Produk dalam Negeri

Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi hasil-hasil
karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan mancanegara. Seperti
contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya termasuk barang
aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Aneka karya anak bangsa itu dilirik
karena pengerjaannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia bukan pabrik.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi (Siswanto 2017 dalam Astuti dan Prananingrum, 2021). Bela negara
dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta
tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia (Akmadi, 2017 dalam Astuti dan
Prananingrum, 2021).

Artinya bela negara adalah langkah-langkah untuk membangun nilai- nilai rela
berkorban untuk Indonesia. Hal ini dipandang penting karena di era globalisasi, arus
informasi dan nilai-nilai luar masuk dengan derasdan berpengaruh kepada perilaku
masyarakat. Namun yang perlu dipahami bahwa bela negara dalam konteks kekinian
tidak mengutamakan wajib militer, tetapi lebih mengutamakan dimensi kreativitas,
sosial media, dan acara-cara hiburan yang edukatif. Lebih lanjut, gerakan bela negara
melibatkan Badan Ekonomi Kreatif.

Jadi sudah selayaknya, warga negara Indonesia melakukan bela negara yang lebih
nyata dengan selalu menggunakan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Juga selalu mengkonsumsi hasil-hasil pertanian dan perikanan asli Indonesia.
Langkah ini dilakukan untuk

72
Smart ASN

meningkatkan daya beli masyarakat sektor pertanian dan perikanan juga tidak
menghabiskan devisa negara karena karena memenuhi kebutuhan makan-minum
yang sebenarnya tersedia di dalam negeri. Gerakan kampanye mencintai produksi
dalam negeri harus selalu digalakkan tanpa henti dengan menggunakan platform
yang ada denganberbagai lapisan masyarakat.

Hak-Hak Digital

Hak-Hak Digital (Digital Rights) merupakan isu yang cukup kompleks. Dalam ranah
kewargaan digital, hak-hak digital tak pernah bisa dilepaskan dari tanggungjawab.
Baik hak maupun tanggung jawab berbicara mengenai kebebasan, sekaligus batasan-
batasan dari kebebasan tersebut. Dalam area Budaya Digital (Digital Culture), hak
dan tanggungjawab digital menempati posisi terakhir setelah indikator lainnya
dikuasai. Indikator Hak Digital mencakup persoalan akses, kebebasan berekspresi,
perlindungan atas data privasi, dan hak atas kekayaan intelektual di dunia digital.

Hak Digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak
Digital terdiri dari hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk
merasa aman. Dirangkum dalam tabel berikut, adalah penjabaran hak-hak digital
tersebut:

Tabel 2. 12 Ragam Hak Digital (SAFENET, 2019 dalam Astuti dan


Prananingrum, 2021)

HAK UNTUK HAK UNTUK HAK UNTUK

73
Smart ASN

MENGAKSES BEREKSPRESI MERASA AMAN

(right to access) (right to express) (right on safety)

Kebebasan Jaminan atas Bebas dari


mengakses Internet, keberagaman konten, penyadapan massal
seperti ketersediaan bebas menyatakan dan pemantauan
infrastruktur, pendapat, dan tanpa landasan
kepemilikan dan penggunaan Internet hukum, perlindungan
kontrol layanan dalam menggerakkan atas privasi, hingga
penyedia Internet, masyarakat sipil. aman dari
kesenjangan digital, penyerangan secara
kesetaraan akses daring.
antar-gender,
penapisan dan blokir.

Mengakses bukan sekadar kemampuan, melainkan juga sebuah hak. Belajar


menghargai hak setiap orang untuk memiliki akses ke teknologi informasi, serta
berjuang untuk mencapai kesetaraan hak dan ketersediaan fasilitas untuk
mengakses teknologi informasi merupakandasar dari Kewargaan Digital. Di ruang
digital, kemampuan mengakses akan menghindarkan pengguna dari berbagai
permasalahan. Elaborasi dari kemampuan mengakses bisa didasarkan pada konsep
berikut:

● Mengakses sumber informasi yang valid dapat membuat kita


terhindar dari jebakan hoaks, membantu kita dalam mengambil

74
Smart ASN

keputusan, hingga menyelamatkan orang lain ataupun kita sendiri dari fitnah atau
tuduhan palsu.
● Mengakses perangkat secara legal, jelas melindungi kita dari
perbuatan yang melawan hukum karena melanggar hak cipta
milik orang lain.
● Mengakses program sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan,
dapat membantu kita mengoptimalkan fungsi program atau alat,
serta menghindari kerusakannya.

Kebebasan berekspresi adalah salah satu hak asasi manusia yang menjadi ciri negara
demokrasi. Dengan berkembangnya teknologi, berkembang pula jenis-jenis media
massa. Dari media tradisional yang bersifat analog, menjadi media baru yang bersifat
digital. Maka, ruang berekspresi publik pun menjadi lebih beragam. Sehingga,
kebebasan berekspresi mewujudkan kecakapan digital, khususnya pada indikator
cara menggunakan atau mempraktikkan ragam pengetahuan dasar yang telah
dimiliki, mulai dari pengetahuan dasar mengenai lanskap digital, mesin pencarian
informasi, hingga aplikasi percakapan dan media sosial. Inilah pembeda antara
kebebasan berekspresi sebagai kecakapan digital dengan kebebasan berekspresi
sebagai aspek kewargaan digital.

c. Aman Bermedia Digital

Kerangka Kerja

Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,


menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran

75
Smart ASN

keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari

Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata


sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar memproteksi identitas
digital (kata sandi)

● Dasar 2 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data


yang valid dari sumber yang terverifikasi dan terpercaya,
memahami spam, phishing.

● Dasar 3 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan


platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam
memuat konten sosmed

● Dasar 4 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan


(scam) dalam transaksi digital serta protokol keamanan seperti
PIN dan kode otentikasi

Topik

Membahas tentang keamanan digital berarti membahas berbagai


aspek keamanan, mulai dari menyiapkan perangkat yang aman hingga
menyediakan panduan untuk berperilaku di media digital yang rendah risiko. Ada
lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital, yaitu:
1. Pengamanan perangkat digital
2. Pengamanan identitas digital
3. Mewaspadai penipuan digital
4. Memahami rekam jejak digital
5. Memahami keamanan digital bagi anak

76
Smart ASN

Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitasdigital. Misalnya


ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras adalah
perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan pegang, seperti layar ponsel, monitor,
keyboard, hard disk, dan kartu penyimpanan. Sedangkan perangkat lunak
merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam perangkat untuk
membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini saling terkait
sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara berkesinambungan.
Perkembangan teknologi informasi dan pandemi COVID-19memaksa masyarakat
dunia dan Indonesia untuk mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan
dukungan teknologi Internet. Perubahan ini menghasilkan lonjakan jumlah
pengguna media digital sekaligus meningkatkan risiko keamanan digital. Modul
Aman BermediaDigital membahas secara detail berbagai aspek seputar pengamanan
dan keamanan digital. Perkembangan teknologi digital yang semakin cepat
berpengaruh juga pada perkembangan berbagai hal yang berkaitan dengannya,
baik dalam bentuk perangkatnya, platform di dunia digitalnya, maupun peluang dan
tantangannya. Hal yang sama terjadi pada konteks keamanan digital. Perkembangan
teknologi juga membuka peluang lahirnya berbagai modus kejahatan baru yang
mengancam keamanan digital. Namun, pada saat yang bersamaan, tindakan
pengamanan digital, baik yang bersifat teknis seperti pengamanan

77
Smart ASN

perangkat digital maupun yang bersifat penguatan resiliensi diri dalam


menghadapi tantangan dunia digital juga turut berkembang mengikuti tren yang
terjadi.

Kompetensi keamanan digital dalam modul ini didefinisikan sebagai kecakapan


individual yang bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek
hukum positif. Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital
yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital. Pertama, kecakapan keamanan
digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai konsep dan mekanisme
proteksi baik terhadap perangkat digital (lunak maupun keras) maupun terhadap
identitas digital dan data diri. Hanya dengan penguasaan pengetahuan yang
memadai, maka pengguna media digital bisa melindungi diri beragam ancaman
keamanan digital. Misalnya, memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai
strategi untuk melakukan proteksi terhadap perangkat keras maupun lunak akan
membantu meningkatkankeamanan perangkat digital yang kita gunakan.
Kedua, kecakapan keamanan digital yang bersifat afektif, yang pada dasarnya
bertumpu pada empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa
keamanan digital bukan sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri
dan data diri sendiri, melainkan juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga
tercipta sistem keamanan yang kuat. Jika pengguna ruang digital telah memiliki
perasaan, empati dan kesadaran untuk bersama-sama membentuk ruang digital
yang aman, maka pengguna tersebut dapat dianggap sebagai warga digital yang
bertanggung jawab.
Area kecakapan ketiga yaitu kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau
behavioral. Aspek ini meliputi langkah-langkah

78
Smart ASN

praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri. Contohnya
adalah selalu memastikan menggunakan sandi yang kuat dan memperbaharuinya
secara berkala.
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya
ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.

Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan pegang, seperti
layar ponsel, monitor, keyboard, hard disk, dan kartu penyimpanan. Sedangkan
perangkat lunak merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam
perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini
saling terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara
berkesinambungan.

Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakanperlindungan yang bertujuan


untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware,
singkatan dari malicious software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk
mengontrol perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita
atau uang dari pemilik perangkat. Perangkat lunak perusak telah digunakan untuk
mencuri sandi dan nomor akun dari ponsel, komputer, tablet dengan cara
membebankan biaya palsu pada akun pengguna, dan bahkan melacak lokasi dan
aktivitas pengguna tanpa sepengetahuan mereka (Lookout.com, 2020 dalam Adikara
dan Kurnia, 2021).

79
Smart ASN

Proteksi Perangkat Digital

Pemahaman mengenai proteksi perangkat digital harus dimiliki oleh pengguna


perangkat seperti telepon pintar, tablet, dan komputer karena aktivitas penggunaan
perangkat tersebut sangat rentan dan memiliki banyak risiko yang kemudian bisa
terjadi dikemudian hari. Risiko lainnya yang mungkin saja terjadi pada perangkat
digital yang kitamiliki jika tidak diproteksi dengan benar adalah kegiatan mengakses
datadan dokumen pribadi yang bisa dilakukan oleh orang yang paham teknologi dan
informasi.

Jika dirasa perlu ditambahkan, kita juga bisa menambahkan fitur proteksi perangkat
digital ekstra untuk memperkuat proteksi perangkat digital yang kita miliki. Sebagai
contoh, kita bisa menggunakan fitur remote wipe, backup data, antivirus, enkripsi full
disk dan shredder. Patut diingat, fitur ini bersifat opsional, artinya jika kita tidak
terlalu banyak menggunakan perangkat digital untuk aktivitas yang berisiko,
perangkat tambahan ini tidak terlalu dibutuhkan.

Figur 3. Jenis Fitur Proteksi Perangkat keras (kiri) dan perangkat lunak (kanan)
(Adikara dan Kurnia, 2021)

Cara pengaturan kata sandi biasanya bisa ditemui pada menu pengaturan pada setiap
perangkat. Setiap perangkat digital memiliki polapengaturan yang berbeda sehingga
ada baiknya kita merujuk pada buku

80
Smart ASN

panduan pengguna atau mencari solusi di Internet maupun bertanyalangsung pada


layanan pelanggan. Pastikan kata sandi yang kita buat menggunakan kombinasi
angka dan huruf agar kata sandi lebih kuat. Berikut cara aman untuk menghindari
kata sandi kita diketahui olehorang lain. Beberapa tips mengamankan sandi yang
bisa diterapkan langsung seperti:

● Pastikan di sekeliling kita tidak ada orang lain ketika akan


membuka kata sandi
● Menutup layar saat memasukkan kata sandi
● Rutin mengganti kata sandi secara berkala
Fitur Kunci Pencocokan sidik jari (fingerprint authentication) merupakan fitur
perlindungan perangkat ponsel dengan sistem deteksi sidik jari. Fitur ini merupakan
salah satu fitur proteksi perangkat digital yang memiliki proteksi yang cukup baik.
Fitur ini bekerja dengan cara menyesuaikan sidik jari pengguna ponsel agar bisa
membuka ponsel, sehingga orang lain tidak mudah untuk membuka ponsel karena
sidik jarisetiap orang tentunya berbeda.

Pencocokan wajah (face authentication) merupakan fitur kunci ponsel dengan


mencocokkan wajah pengguna untuk membuka kunci perangkat mereka. Proteksi
menggunakan fitur ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi karena pada beberapa
teknologi terkini fitur ini tidak bisa ditembus dengan foto wajah atau wajah orang
yang mirip. Fitur ini bekerja dengan mendeteksi wajah pengguna menggunakan
kamera depan ponsel.

Fitur Cari Perangkat Saya (Find My Device) ini merupakan fitur yang bisa diaktifkan
untuk mencari perangkat digital yang hilang,

81
Smart ASN

mengunci file, bahkan melakukan remote wipe atau penghapusan jarak jauh. Fitur
remote wipe ini bisa diakses dengan menghubungi pusat bantuan masing-masing
perangkat. Harus diingat, beberapa perangkat tipe lama memerlukan langkah
tambahan untuk mengaktifkan fitur ini. Seperti fitur-fitur lainnya, pengaturan fitur
ini akan berbeda untuk setiapperangkat

Pertahanan utama perangkat digital terhadap malware adalah menggunakan


perangkat lunak yang baik untuk melindungi sistem perangkat digital. Meskipun ada
sejumlah program antivirus di pasaran, program yang kita pilih harus memiliki
reputasi yang baik. Perangkat lunak harus fokus pada jenis perlindungan ini, dan
bukan program yang menyertakan fitur antivirus sebagai pertimbangan. Dalam
memilihproteksi antivirus, biaya tidak harus menjadi perhatian (Sammons & Cross,
2016 dalam Adikara dan Kurnia, 2021). Antivirus menjadi perlindungan bagi
berbagai perangkat komputer, termasuk ponsel pintar. Aplikasi antivirus sangat
banyak dan mudah untuk diakses selain itu beberapa ponsel juga sudah memiliki
antivirus yang langsung ada tanpa harus menginstal.

Full disk encryption memungkinkan seluruh kapasitas hard drive computer untuk
dienkripsi, mencakup sistem, program, dan semua data yang tersimpan di dalamnya.
Enkripsi adalah proses penyandian pesan sehingga hanya mereka yang berwenang
untuk melihat data yang dapat membacanya. Tanpa enkripsi, pesan disebut sebagai
teks biasa. Sedang fitur shredder merupakan fitur yang mampu memusnahkan data
secara total sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak lain, sebab

82
Smart ASN

menghapus data saja tidak menjamin data terhapus sepenuhnya, data tersebut tetap
bisa dimunculkan kembali dengan perangkat lunak tertentu.

Perlindungan Identitas dan Data Pribadi Digital

Sebagai pengguna platform digital, kita pasti menyimpan dan mengelola identitas
digital dan data pribadi ke dalam platform tersebut. Persoalannya, perlindungan
terhadap identitas digital dan data pribadi ini masih jadi persoalan di berbagai
belahan dunia (Sammons & Cross, 2017 dalam Adikara dan Kurnia, 2021). Apalagi,
belum semua negara, termasuk Indonesia, mempunyai regulasi yang mengatur
perlindungan data pribadi supaya hak warga negara di dunia digital bisa dijamin
aspek hukumnya. Terdapat dua jenis identitas digital baik yang terlihat maupun tidak
terlihat sebagaimana dijelaskan

Figur 4. Jenis Identitas Digital

Berbeda dengan identitas di dunia nyata, identitas digital bukanlah suatu kesatuan
karakteristik melainkan gabungan beragam identitas parsial (Monggilo, dkk, 2020,
dalam Adikara dan Kurnia, 2021). Artinya ada identitas digital yang sama dengan
identitas kita di dunia nyata, ada yang berbeda. Misalnya saja, orang bisa
mencantumkan nama, alamat, tempat tanggal lahir di platform digital sesuai
aslinya, ada yang tidak.

83
Smart ASN

Bahkan ada yang meramu identitas digitalnya dengan sebagian identitas asli
sebagian samaran.

Tak heran jika kemudian kita mendapatkan beberapa akun media sosial yang dimiliki
orang yang sama namun dengan identitas yang berbeda, sebab seorang pengguna
bisa memiliki banyak persona. Kondisiseperti ini bisa terjadi karena identitas digital
biasanya tidakmembutuhkan konfirmasi dengan kartu identitas formal seperti KTP
atau KK. Sehingga ada baiknya kita melakukan tips berikut untuk melindungi
identitas digital, yaitu:

● Pastikan memilih atau menggunakan identitas asli atau


samaran saat mengelola akun platform digital serta
bertanggung jawab atas pilihan tersebut
● Amankan identitas utama yakni alamat surat elektronik
(email) yang kita gunakan untuk mendaftar suatu platform
digital
● Lindungi dan konsolidasikan identitas digital dalam berbagai
platform digital yang dimiliki
Hindari untuk menampilkan identitas digital yang seolah aman tapi tidak seperti
tanggal lahir kita dan nama ibu kandung. Sebab, identitas tersebut biasanya
digunakan dalam transaksi perbankan yang tentu hanya kita saja yang boleh
menggunakannya. Selain itu, sebelum bergabung dalam platform digital tertentu
(application admission),pastikan kita memahami identitas digital kita akan dikelola
dengan baik dan aman.

Kita juga wajib membaca syarat yang harus kita sepakati saat mendaftar akun
platform digital dengan detail serta sadar akan risikonya.

84
Smart ASN

Pastikan juga kita melindungi identitas digital kita di berbagai akun platform digital
yang kita gunakan. Konsolidasikan keamanannya misalnya dengan tidak
menggunakan sandi sama namun hubungkan satu akun dengan lainnya dengan
perlindungan yang maksimal untuk saling mengunci. Beberapa tips berikut bisa
dilakukan untuk melindungi data pribadi di dunia digital yaitu:

● Gunakan password (kata sandi) yang kuat dan gunakan secara


berbeda di setiap akun platform digital yang dimiliki serta
perbaharui secara berkala
● Hindari untuk membagikan data pribadi seperti tempat tanggal
lahir, nama ibu kandung, dan password
● Pahami dan pilih aplikasi yang dipasang di gawai hanya untuk
mengakses data yang dibutuhkan dan bukan data pribadi
● Pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun yang
dimiliki sesuai dengan tingkat keamanan yang dibutuhkan
● Hindari berbagi data pribadi orang lain, keluarga, teman dan
kenalan sebab ini adalah privasi mereka
● Selalu lakukan pembaruan perangkat lunak yang digunakan
dalam gawai guna meminimalisir resiko celah kebocoran data
● Hati-hati mengunggah data pribadi di platform digital karena
tidak selalu terjalin aman
● Hindari memasukkan data pribadi penting dalam platform digital
saat menggunakan WiFi publik/gratis
● Waspada jika ada komunikasi/aktivasi mencurigakan dari akun
dengan identitas yang tidak dikenal
Untuk menjaga keamanan identitas digital dan data pribadi kita, kemampuan kita
juga dalam menggunakan PIN (Personal Identification

85
Smart ASN

Number) menjadi kemampuan dasar yang selalu bisa kita asah. PIN adalah angka
sandi yang hanya diketahui oleh pengguna platform digital dan sistem autentikasi
platform digital tersebut. Biasanya PIN yang terdiri dari 4 hingga 6 digit angka
digunakan sebagai cara sistem melakukan identifikasi terhadap pengguna agar akses
ke sistem tersebut terbuka (Raharja & Setyabudi, 2019 dalam Adikara dan Kurnia,
2021). Hindari memilih kombinasi angka yang mudah ditebak, misalnya tanggal dan
tahun lahir. Pilihlah kombinasi angka yang potensi keamanannya tinggi dengan
selalu membuat PIN yang susah untuk diprediksi orang lain. Kedua, sebaiknya kita
tidak menuliskan PIN di kartu identitas kita ataupun secarik kertas yang ditaruh di
dompet.

Perlindungan lain adalah dengan proses autentikasi dua faktor (Two-factor


authentication, 2FA). 2FA adalah keamanan penggunaan sistem digital yang
membutuhkan dua faktor identifikasi (Susianto &Yulianti, 2015 dalam Adikara dan
Kurnia, 2021). 2FA ini dilakukan dengancara identifikasi pengguna berdasarkan dua
faktor sebagai komponen informasi yang hanya diketahui oleh pengguna dan sistem.
Biasanya langkah pertama adalah pengguna login melalui username atau email untuk
masuk ke sistem. Langkah berikutnya, pengguna dikonfirmasi lagi dengan beberapa
faktor sebagai langkah tambahan untuk memastikan.

Selain 2FA, juga ada OTP atau One-time Password. OTP adalah sandi yang dimiliki
oleh pengguna platform digital yang diubah secara teratur oleh sistem sehingga
seorang pengguna selalu login dengan menggunakan salah satu sandi dari daftar
sandi yang dimilikinya. Kelebihan OTP adalah keamanan yang tinggi sehingga
kemungkinannya kecil untuk diretas. Sedangkan kelemahannya adalah pengguna
harus
menjaga agar daftar sandi tersebut selalu aman jangan sampai tercuri

86
Smart ASN

atau hilang. OTP biasanya berisi 6-8 digit angka melalui SMS atau email yang dijaga
hanya digunakan sekali pakai oleh seorang pengguna (Yusuf, 2008 dalam Adikara
dan Kurnia, 2021).

Awas Penipuan di Dunia Digital

Dari data 2.259 yang dilaporkan ke Kepolisian dari Januari s/d September 2020,
sebanyak 649 kasus yang dilaporkan merupakan kasus penipuan daring, dengan
posisi urutan kedua terbanyak kasusnya. Kasus ini adalah yang terdata dan
dilaporkan untuk penipuan digital, sementara ada juga yang tertipu tetapi tidak
melaporkan bahkan kadang mengikhlaskan saja, dianggap sebagai musibah.
Penipuan digital yang dilaporkan banyak menyasar ketika kita melakukan aktivitas
belanja dan bertransaksi secara daring melalui beragam layanan lokapasar (e-
commerce).

Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media internet untuk
menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis ini menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi) yang
disalahgunakan untuk menampilkan upaya menjebak pengguna internet dengan
beragam cara. Strateginya biasanya dilakukan secara bertubi-tubi tanpa diminta dan
sering kali tidak dikehendaki oleh korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015 dalam
Adikara dan Kurnia, 2021). Beberapa modus yang ditemui dalam penipuan daring
adalah

● Penipuan harga diskon atau produk yang ditawarkan


● Identitas pelaku usaha atau konsumen fiktif

87
Smart ASN

● Ketidaksesuaian barang atau produk yang diterima atau


dipesan

Kemampuan analisis, verifikasi, dan evaluasi berkaitan dengan pemahaman awal


mengapa terjadi penipuan digital Selanjutnya apa saja jenis dari penipuan digital
termasuk mengenali dan memahami cara kerja penipuan digital. Setidaknya
pemahaman tentang penipuan digital dengan berbagai kerugian serta aspek dan
aturan hukum yang berkaitan dengan penipuan digital sebagaimana tersebut di atas
dapat membantu kita semua untuk tahu secara dasar mengenai penipuan digital.
Tren serangan siber pada berbagai platform media digital semakin meningkat,
bahkan pada masa pandemi COVID-19.

Beberapa ragam jenis penipuan lain, selain di e-commerce dirangkum dalam tabel
berikut

Tabel 2. 13 Beberapa Jenis Penipuan di Dunia Digital

No Jenis Penjelasan

1 Scam Scam merupakan bentuk penipuan digital yang paling umum.


Strateginya dengan memanfaatkan empati dan kelengahan
pengguna. Metodenya beragam, bisa menggunakan telepon,
SMS, WhatsApp, email, maupun surat berantai. Beberapa
varian scam diantaranya romance scam yang dikembangkan
dari Nigerian Scam. Istilah nigerian scam lahir karena
penipuan ini awalnya tersebar melalui email dengan modus
seorang pengusaha kaya mencari partner untuk

88
Smart ASN

memindahkan kekayaannya ke negeri tersebut.

2 Spam Spam bisa terjadi dalam beragam bentuk, informasi


mengganggu yang berbentuk iklan secara halus, informasi
yang menjadi titik masuk bagi kejahatan siber seperti
pemalsuan data, penipuan atau pencurian data. Email spam,
selain berisi informasi tidak penting atau tidak relevan, tak
jarang pula email spam menggiring penerima untuk mengklik
tautan atau URL (Unique Related Location) tertentu.

3 Phishing Phishing adalah istilah penipuan yang menjebak korban


dengan target menyasar kepada orang-orang yang percaya
bahwa informasi yang diberikannya jatuh ke orang yang tepat.
Biasanya, phishing dilakukan dengan menduplikat situs web
atau aplikasi bank atau provider. Ketika kita memasukkan
informasi rahasia, uang kita akan langsung dikuras oleh
cracker tadi. Informasi yang diperoleh pelaku dapat
digunakan untuk mengakses akun penting yang kita miliki dan
mengakibatkan pencurian identitas hingga kerugian finansial.

4 Hacking Hacking merupakan tindakan dari seorang yang disebut


sebagai hacker yang sedang mencari kelemahan dari sebuah
sistem komputer. Di mana hasilnya dapat berupa program
kecil yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam sistem
komputer ataupun memanfaatkan sistem tersebut untuk

89
Smart ASN

suatu tujuan tertentu tanpa harus memiliki user account.

Melaporkan penipuan digital menjadi langkah tepat untuk mendapatkan solusi dan
mencegah terulangnya penipuan. Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaporan
penipuan digital baik melalui situs resmi maupun laporan secara langsung ke
kepolisian terdekat. Adapun pelaporan dan pengecekan secara digital diantaranya:

1. Langkah yang dapat dilakukan adalah Laporkan kejahatan


siber di sekitar kita melalui www.patrolisiber.id
2. Laporkan SMS spam ke Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) dengan cara melakukan tangkapan layar
pada SMS spam dan nomor pengirim dengan menyertakan
identitas ponsel kita yang telah teregistrasi NIK dan KK atau
kirim aduan ke Twitter BRTI @aduanBRTI melalui direct
message (DM).
3. Kita dapat melakukan pengecekan dan pelaporan rekening
penipu mulai dari nama pemilik, nama bank, hingga rekaman
transaksi sehingga nomor rekening penipu dapat dibekukan
melalui:
a. CekRekening.id yang merupakan situs yang dimiliki oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan cara buka
situs, pilih bank, masukkan nomor rekening dan klik periksa
tombol rekening. Jika terindikasi melakukan penipuan klik
”tambah laporan” dan isi kolom-kolom yang diperlukan.
CekRekening.id juga merupakan situs yang dapat kita gunakan

90
Smart ASN

untuk melaporkan jika terdapat investasi palsu maupunkejahatan lainnya.


b. Kredibel.co.id yang merupakan situs untuk mengecek rekam
jejak nomor rekening dan kredibilitas nomor rekening.
c. Melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui layanan
pengaduan ke 1-500-655 atau email ke konsumen@ojk.go.id.
4. Kita juga dapat melapor ke situs lapor.go.id merupakan situs
Kepolisian Republik Indonesia dengan cara kita membuat akun
terlebih dahulu dan laporkan penipuan yang kita alami. Selain
situs resmi Lapor.go.id dapat juga mengadu melalui SMS ke
1708, aplikasi LAPOR! atau melalui akun Twitter@LAPOR1708
dengan menyematkan #lapor.
Lindungi Rekam Jejak Digital

Dalam aktivitas sehari-hari, setiap dari kita secara sadar atau tidak sadar telah
meninggalkan banyak jejak di dunia maya. Penggunaan teknologi yang melekat
dengan kehidupan sehari- hari kita juga telah meningkatkan kejahatan di maya
dengan mengakses perangkat lunak, gawai, dan terlebih menyambungkan diri kita
dengan internet, kita telah memberikan akses pada pihak lain untuk mengetahui
kebiasaan kita sehari-hari. Kemudahan teknologi pun ternyata memiliki sisi yang
perlu kita waspadai, yakni jejak-jejak kita di dunia maya. Jejak-jejak inilah yang
disebut dengan jejak digital (digital footprints).

Jejak digital memiliki sisi positif dan juga sisi negatif yang perlu kita waspadai. Jejak
digital dan keberadaan fisik orang-orang sekarang dapat dilacak dengan mudah
sehingga seseorang kini harus melindungi anonimitas mereka secara daring dan juga
luring dengan lebih menyeluruh (Madden, 2012 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Cara

91
Smart ASN

termudah mengetahui jejak digital kita adalah dengan mengetikkan namakita pada
search engine/mesin pencari digital seperti Google, Yahoo, Altavista, Yandex, dan
sebagainya. Cara lain adalah dengan melakukan pencarian barang pada situs belanja
daring.

Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital yangbersifat pasif dan
jejak digital yang bersifat aktif.

1. Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara
daring dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.
Biasanya digunakan untuk mencari tahu profil pelanggan,
target iklan, dan lain sebagainya. Jejak ini tercipta saat kita
mengunjungi situs web tertentu dan server web mungkin
mencatat alamat IP kita, yang mengidentifikasi penyedia
layanan Internet dan perkiraan lokasi.
2. Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita
kirimkan di internet atau di platform digital. Contohnya seperti
mengirim email, mempublikasikan di media sosial, mengisi
formulir daring, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut
berkontribusi pada jejak digital aktif kita karena kita
memberikan data untuk dilihat dan/atau disimpan oleh orang
lain. Semakin banyak email yang kita kirim, semakin banyak
jejak digital kita (Vonbank, 2019 dalam Adikara dan Kurnia,
2021).
Jejak digital pun bisa disalahgunakan. Penyalahgunaan jejak digital adalah
pemanfaatan jejak digital secara negatif. Netsafe mencatat beberapa hal negatif yang
muncul dari penyalahgunaan jejak digital yang paling sering dilaporkan oleh
pengguna internet, antara lain: mempublikasikan informasi pribadi yang mengarah
ke penindasan atau
92
Smart ASN

pelecehan daring, serta menerbitkan informasi pribadi atau bisnis yang digunakan
untuk serangan manipulasi psikologis.
Modus penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah
menerbitkan atau berbagi informasi yang merusak reputasi, seperti kehilangan
pekerjaan. Modus lain adalah denganmenerbitkan atau berbagi gambar atau video
yang digunakan untuk sexting, pemerasan, pelecehan berbasis gambar (terkadang
disebut revenge porn) atau insiden pemerasan. Untuk perilaku semacam ini ancaman
hukumannya bisa berlapis dan menyentuh hukum tentang pencemaran nama baik
bahkan juga pemerasan.

Namun bagi aparat keamanan, jejak digital akan sangat membantu dalam
mengungkap kasus-kasus kriminal, baik yang berbasis dunia daring (cybercrime)
maupun yang terjadi di dunia luring Bentuknya beragam. Mulai dari aktivitas sinyal
seluler pada ponsel, riwayat login akun media sosial, sampai dengan jejak pengiriman
SMS atau panggilan telepon. Bahkan, jika seseorang meretas sebuah situs web atau
aplikasi berbasis Internet, sejatinya jejak digital itu akan tertinggal dan bisa dilacak
(Kumparan.com, 2017 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).

Meskipun media sosial seseorang tidak selalu menggambarkan keadaan sebenarnya


dari orang tersebut, namun seringkali media sosial menjadi patokan untuk menilai.
Banyak orang mengambil kesimpulan tentang orang lain hanya berdasarkan
unggahan yang ia tinggalkan pada media sosialnya. Saat ini jejak digital sudah
menjadi rujukan banyak lembaga atau perusahaan untuk merekrut tenaga kerja. Hal
ini dapat terlihat dari salah satu syarat dimana pelamar wajib mencantumkan
identitas media sosial mereka. Bukan tanpa alasan, perusahaan atau

93
Smart ASN

lembaga tersebut akan menelusuri kepribadian calon pekerjanya melaluirekam jejak


di media sosial.

Dalam konteks kehidupan digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada
orang-orang yang mungkin sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkan
dokumen pribadi yang pernah kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir
mustahil untuk menghapus jejak ini secara utuh. Untuk itu, kita harus berhati-hati
ketika melakukan sesuatu di dunia digital. Di masa sekarang, dengan media sosial
yang sudah menjadi keseharian, kita menjadi sangat mudah memberikan komen dan
mempublikasikan sesuatu.

Terdapat banyak cara untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang negatif dengan
cara melindungi jejak digital kita. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan
selalu menyempatkan untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi, media sosial
dan juga situs web yang kita akses. Bagian ini memang terasa menjemukan untuk
dibaca, tetapi mencermatinya bisa berguna di kemudian hari. Jika ada pilihan untuk
tidak merekam jejak digital dan membagikannya ke pihak ketiga, kita bisa memilih
opsi tersebut sehingga jejak digital kita aman. Kebiasaan lain yang patut diasah
adalah kebiasaan untuk membatasi jenis data yang Anda bagikan. Jangan
mengunggah informasi sensitif atau data pribadi seperti

KTP, SIM, Paspor, PIN dan lainnya di media sosial.

d. Cakap Bermedia Digital


Kerangka Kerja
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan

94
Smart ASN

menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistemoperasi digital
dalam kehidupan sehari-hari
Dasar
● Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras
digital (HP, PC)
● Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search
engine) dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata
kunci dan memilah berita benar
● Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan
media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh
dan mengganti Settings
● Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet
digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan
bertransaksi secara digital

Topik
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari
kompetensi literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yangtidak asing
bagi banyak dari kita. Kita mungkin sudah sangat akrabdengan dunia digital.
Namun, selayaknya dunia fisik di sekitar kita, adabeberapa hal yang perlu kita
ketahui dan pahami agar tidak tersesatdalam dunia digital. Setiap generasi
dapat memiliki praktik danpengalaman yang berbeda terhadap dunia digital.
Oleh karena itu,pemahaman fundamental terhadap lanskap digital semakin
pentingmengingat semakin beragamnya generasi yang mengakses dunia digital.
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras
dan perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan

95
Smart ASN

perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak
bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi jadi keduanya. Dengan demikian, kita
perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras dan perangkat lunak yang
digunakan dalam mengaksesdunia digital.
Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 di 34 provinsi di
Indonesia, akses terhadap internet ditemukan kian cepat,terjangkau, dan tersebar
hingga ke pelosok (Kominfo, 2020). Dalamsurvei tersebut, terungkap pula bahwa
literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang (Katadata
Insight Center & Kominfo, 2020). Adapun, indeks literasi digital yang diukur dibagi
ke dalam 4 subindeks, yaitu subindeks 1 terkait informasi dan literasi data,
subindeks 2 terkait komunikasi dan kolaborasi, subindeks 3 tentang keamanan, dan
subindeks 4 mengenai kemampuan teknologi, dengan skor terbaik bernilai 5 dan
terburuk bernilai 1. Dari keempatnya, subindeks dengan skor tertinggi adalah
subindeks informasi dan literasi data serta kemampuan teknologi (3,66), diikuti
dengan subindeks komunikasi dan kolaborasi (3,38), serta informasi dan literasi
data (3,17) (Kominfo, 2020).
Data tersebut nyatanya selaras dengan laporan indeks pembangunan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT Development Index) yang dirilis oleh International
Telecommunication Union (ITU) per tahun 2017. Indonesia menempati posisi 114
dunia atau kedua terendah di G20 setelah India dalam rilis tersebut (Jayani, 2020).
Data- data tersebut menunjukkan masih terdapat ruang pengembangan untuk
peningkatan literasi digital di Indonesia. Salah satunya adalah kecakapan digital
sebagai salah satu area kompetensi literasi digital bagi

96
Smart ASN

setiap individu di era digital.

Gambar 2. 2 Indikator dan Sub-Indikator Kecakapan Digital


Sumber: Kominfo, Siberkreasi, & Deloitte (2020)

Masing-masing sub indikator yang membentuk pilar kecakapan bermedia digital


yaitu kecakapan terkait penggunaan perangkat kerasdan lunak, mesin pencarian
informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta dompet digital, loka pasar,
dan transaksi digital. Walaupun terlihat cukup sepele, peningkatan kecakapan
mendasar dalam bermedia digital ini dapat memberi pengaruh yang luas di tengah
masyarakat. Sama halnya dengan pengembangan modul untuk keperluan
pendidikan dan pelatihan, keempat kecakapan dapatdiajarkan kepada kelompok
masyarakat spesifik dengan pertimbangan penekanan yang berbeda-beda. Selain
itu, perlu diperhatikan juga tantangan yang harus dihadapi dalam usaha untuk
terus memperbaharui kecakapan bermedia digital, mengingat betapa

97
Smart ASN

cepat dan dinamisnya perkembangan dunia digital baik dari segi perangkat
maupun sistem.

Lanskap Digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi literasi
digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari kita.
Kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya dunia
fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak
tersesat dalam dunia digital. Setiap generasi dapat memiliki praktik dan pengalaman
yang berbeda terhadap dunia digital. Olehnya itu,pemahaman fundamental terhadap
lanskap digital semakin penting mengingat semakin beragamnya generasi yang
mengakses dunia digital.

Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagaiperangkat keras dan


perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan
sehingga tidak bisa lepas satu sama lain.Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa
fungsi jadi keduanya. Dengan demikian, kita perlu mengetahui dan memahami fungsi
perangkatkeras dan perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital.
Beberapa jenis perangkat digital yang umum diketahui antara lain.

Tabel 2. 14 Beberapa Jenis Perangkat Digital (Wempen, 2015 dalam Monggilo


dan Kurnia 2021)

No Perangkat Penjelasan

1 Komputer Desktop Komputer pribadi yang biasa diletakkan di atas

98
Smart ASN

meja kerja atau meja belajar dan jarang dipindah-


pindahkan. Komputer ini terdiri dari kotak besar
yang disebut unit sistem yang berisi berbagai
komponen penting agar komputer ini dapat bekerja.
Kemudian komputer desktop ini dihubungkan juga
dengan perangkat keras lain seperti monitor,
keyboard, dan mouse.

2 Notebook Notebook merupakan istilah lain dari laptop.


Notebook merupakan komputer yang didesain agar
bisa dilipat dan mudah dibawa kemana-mana.Dalam
perangkat keras ini sudah terdapat monitor,
keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu
dengan unit sistemnya. Karena kemudahannya
dibawa kemana-mana, maka notebook menjadi
perangkat keras yang populer.

3 Netbook Netbook merupakan singkatan dari internet


notebook. Perangkat keras ini biasanya lebih kecil
ukurannya dan kemampuannya juga tidaksehandal
notebook. Faktor kemampuan ini membuat netbook
mungkin tidak dapat mengoperasikan perangkat
lunak tertentu. Dari segi harga netbook lebih
terjangkau.

4 Tablet Tablet merupakan komputer portabel yang terdiri


dari layar sentuh dengan komponen komputer di

99
Smart ASN

dalamnya. Perangkat keras ini tidak memiliki


keyboard. Fungsi keyboard dapat kita jumpaidalam
layar sentuh tersebut. Perangkat keras ini sangat
simpel dan mudah dibawa kemana-mana. Namun,
perangkat ini biasanya tidak dapatmengoperasikan
beberapa aplikasi perangkat lunak tertentu karena
keterbatasan kemampuannya.

5 Telepon Pintar Telepon pintar merupakan perangkat telepon yang


memiliki kemampuan untuk mengoperasikan
berbagai aplikasi perangkat lunak dan mengakses
internet. Sama seperti tablet, telepon pintar
biasanya dilengkapi dengan layar sentuh. Telepon
pintar dapat mengoperasikan berbagai perangkat
lunak namun tidak sehandal komputer desktop atau
notebook.

Salah satu hal yang sering kita jumpai dalam dunia digital dalam banyak perangkat
digital adalah internet. Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan
satu komputer saling berhubungan dengan komputer lain. Karena hal tersebut, maka
pengguna komputer dapat berkomunikasi dengan pengguna komputer lainnya.
Internet telah menghubungkan manusia dari berbagai lokasi. Internet juga semakin
mudah diakses oleh banyak manusia. Pendahulu dari internet adalah ARPANET,
sebuah proyek dari United States of America Department of

100
Smart ASN

Defense (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat) pada 1969 sebagai eksperimen


terkait teknologi jejaring yang reliabel (Levine & Young, 2010 dalam Monggilo dan
Kurnia 2021).

Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet.
Komputer kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet
(internet service provider) yang menyediakannya. Kita perlu mendaftar agar
memperoleh jasa koneksi internet dari penyedia jasa internet di sekitar. Internet
biasanya dapat kita akses dengan perangkat keras koneksi bernama modem.
Perangkat ini terhubung langsung dengan komputer kita atau dengan menggunakan
router jaringan tanpa kabel (Miller, 2016 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Jaringan publik bisa saja tidak seaman jaringan pribadi yang memerlukan kata kunci
untuk mengaksesnya. Karena semua orang dapat mengakses jaringan publik, bisa
saja ada kemungkinan pengguna yang berniat buruk. Pengguna ini secara tidak
bertanggung jawab dapat mencegah sinyal yang dikirimkan dari komputer kita ke
situs di internet. Jadi sebaiknya jangan mengirimkan informasi pribadi dan sensitif
dengan menggunakan koneksi publik. Hal lain yang perlu diwaspadai dalam dunia
digital lainnya adalah malware. Malware adalah istilah umum bagi segalaperangkat
lunak yang dibuat secara spesifik untuk menyebabkan masalah bagi komputer
(Wempen, 2015 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Mesin Pencarian Informasi

Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial untuk
dipahami. Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian
informasi akrab dikenal dengan istilah

101
Smart ASN

‘searching’ atau ‘googling’. Walaupun aktivitas ini sering dilakukan sehari-hari, tetapi
berbagai permasalahan mendasar masih sering dihadapi oleh pengguna mesin
pencarian informasi.

Mesin pencarian informasi adalah situs yang memiliki kemampuan untuk mencari
halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci.
Google, Yahoo, Bing, Baidu, dan Yandex adalah beberapa jenis mesin pencarian
informasi yang populer di dunia. Beberapa kelebihan dari masing-masing mesin
pencari ditampilkan di tabel berikut:

Tabel 2. 15 Beberapa Jenis Perangkat dan Kelebihannya (Namira, 2021 dalam


Monggilo dan Kurnia 2021)

No Mesin Pencari Kelebihan

1 Google ● Memiliki waktu penyediaan informasi yang


cepat Menyediakan informasi dari berbagai
sumber sekaligus
● Memiliki banyak fitur pendukung untuk
optimalisasi pencarian informasi
● Terkoneksi dengan pihak ketiga sehingga dapat
menyediakan informasi lebih detail
● Menyediakan pencarian dengan berbagai bahasa

2 Bing ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis


(gambar, foto, video, dan berita)
● Memiliki fasilitas instant answer

3 Yahoo ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis

102
Smart ASN

(gambar, foto, video, dan berita)


● Memiliki fitur news feed di halaman utama
pencarian

4 Baidu ● Menyediakan informasi berdasarkan rating situs


web
● Menyediakan layanan pencarian lagu dengan
format mp4

5 Yandex ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis


(gambar, foto, video, dan berita)
● Menyediakan pencarian dengan berbagai bahasa

6 DuckDuckGo ● Menyediakan informasi pencarian dari berbagai


sumber
● Tidak melakukan penyimpanan IP address
● Iklan ditempatkan sesuai kata kunci yang dicari,
bukan berdasarkan algoritma pengguna

Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan


informasi yang kita butuhkan. Pertama, penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika
mesin pencarian informasi yang kitaakses menelusuri triliunan sumber informasi di
internet. Penelusuran tersebut tentu mengacu pada kata kunci yang diketikkan pada
mesin pencarian informasi. Kedua, pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data
atau informasi yang relevan dengan kata kunci yang kita ketikkan. Ketiga,
pemeringkatan (ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang
dianggap paling sesuai dengan yang kita cari.

103
Smart ASN

Mesin pencarian informasi seperti Google juga memberikan saran beberapa kata
kunci lain yang mendekati. Google menyebut fitur ini dengan Google Suggest atau
Autocomplete. Misalnya jika kita mengetikkan ‘covid’ maka muncul beberapa saran
kata kunci seperti ’covid 19’, ’covid-19’, ’covid indonesia’, ‘covid hari ini’, ‘covid 19
vaccine’. Kita dapat memilih kata kunci yang paling sesuai dengan yang apa yang kita
cari.

Selain berbagai kegunaan dari fitur-fitur mesin pencarian informasi yang telah
dipaparkan sebelumnya, Google dan Microsoft juga melengkapi layanannya khusus
untuk keperluan akademis dengan basis data yang spesifik. Layanan Google Scholar
atau Google Cendekia memungkinkan kita untuk mencari referensi berupa teks
dengan cepat dan menyimpannya dalam 'perpustakaan pribadi' kita.

Untuk meningkatkan kompetensi kritis dalam memanfaatkan mesin pencari serta


mencegah kita untuk terlempar dalam pusaran hoaks, terlebih dahulu kita perlu
mengetahui dan memahami tiga gangguan informasi. Pertama, misinformasi adalah
informasi yang tidak benar. Namun, orang yang menyebarkannya percaya bahwa
informasi tersebut adalah benar tanpa bermaksud membahayakan orang lain. Kedua,
disinformasi adalah informasi yang tidak benar dan orang yang menyebarkannya
juga tahu bahwa informasi itu tidak benar. Ketiga, mal-informasi adalah sepenggal
informasi benar namun digunakan dengan niat untuk merugikan seseorang atau
kelompok tertentu.

Untuk itu kita dapat melakukan langkah-langkah preventif sebagaipengguna mesin


pencarian informasi. Pertama, percayai informasi hanya dari sumber atau media
yang kredibel. Kedua, cek nama domain; situs

104
Smart ASN

resmi jarang menggunakan domain gratis seperti blogspot.com dan lainnya. Ketiga,
bandingkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda.

Aplikasi Percakapan dan Medsos

Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan
dengan berbagai aspek (Sun, 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Aplikasi
percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi percakapan
menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa
pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga
akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.

Kita kadang mengeluhkan pesan yang lambat atau bahkan tidak terkirim yang
berakibat pada terhambatnya proses komunikasi. Tidak jarang juga kita terganggu
dengan informasi yang diterima tetapi nyatanya tidak kita butuhkan. Lantas,
bagaimana cara untuk menyiasatinya?

Pertama, mengenali kelebihan dan kekurangan dari aplikasi percakapan yang kita
gunakan. Kedua, memperbarui aplikasi percakapanyang digunakan. Hal ini karena
fitur-fitur terbaru biasanya akan dibenamkan ketika aplikasi kita perbarui secara
berkala. Ketiga, menonaktifkan fitur untuk mengendalikan informasi yang tidak
diinginkan pada setting aplikasi.

105
Smart ASN

Salah satu fitur yang memperkaya nuansa percakapan adalah simbol visual selain
teks yang kerap dikenal dengan emoticon/emoji.Walau begitu, penggunaannya bisa
menimbulkan perbedaan pemahamanantara pengguna dan tak ayal bisa menjadi asal
mula perpecahan. Simbolemoticon/emoji biasanya bermakna ganda dan kadang kala
lebih kompleks dari yang dipikirkan oleh penggunanya. Misalnya saja contoh emoji
tertawa sampai menangis ini. Jika tidak awas, penerima bisa saja mengira kita sedang
menangis.

Dengan durasi akses rata-rata lebih dari tiga jam, membuktikan eksistensi media
sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Media sosial mengalami
perkembangan sangat cepat, tercatat hingga kini media sosial memiliki pengguna
aktif sebanyak 106 juta pengguna diIndonesia, di mana angka tersebut sebanyak 40%
dari total populasi yangada (Indonesia Baik, 2017 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Tabel 2. 16 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial

No Media Sosial Kelebihan Kekurangan

1 Facebook Jumlah pengguna Pengguna terlalu


menduduki peringkat heterogen sehingga
pertama. informasi yang muncul
terlalu beragam

2 Instagram Memiliki fitur menarik Jenis unggahan terbatas


untuk meningkatkan gambar dan video
kualitas gambar maupun

106
Smart ASN

No Media Sosial Kelebihan Kekurangan

video yang diunggah

3 Twitter Mendistribusikan Karakter huruf dibatasi.


informasi dengan cepat
dan ringkas.

4 YouTube Menyajikan informasi Konten video yang terlalu


berupa video dengan beragam serta pop-up
durasi yang tidakterbatas. iklan.

Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital

Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20 juta
jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan aktivitas
pembelian barang atau jasa secara daring. Angka tersebut kian menegaskan bahwa
aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan e-commerce sungguh
digemari oleh masyarakat. Sebagai pembeli, kita dimanjakan dengan kemudahan dan
kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu menghabiskan biaya
operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan mereka (Kurnia dkk., 2020
dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung


dengan lokapasar yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah
satunya dengan memanfaatkan fitur dompet

107
Smart ASN

digital. Namun, sebelum dompet digital hadir seperti saat ini, terdapat sejumlah
metode pembayaran yang cukup sering digunakan, yaitu pembayaran dengan kartu
kredit, kartu debit, transfer bank, rekening bersama (virtual account), cash on
delivery (COD), dan tunai melalui gerai retail. Hingga kini, metode pembayaran
tersebut masih eksis dan digunakan sebagai alternatif metode transaksi selain
dompet digital (Tumbuh Usaha, 2019 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Secara
umum, langkah untuk mengaktifkan dompet digital adalah sebagai berikut:

Aktivasi

Verifikasi

Penggunaan

108
Smart ASN

Figur 2. Langkah Aktivasi, Verifikasi, dan Penggunaan DompetDigital (Monggilo dan


Kurnia 2021)

Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih dompet digital guna menghindari
kebingungan.

1. Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet


digital yang ada. Masing- masing dompet digital memiliki
layanan yang berbeda-beda.
2. Tentukan peruntukkan dan kebutuhannya. Jika kebutuhan
yang akan dipenuhi untuk segala hal, seperti untuk
pembelian pulsa/data, pembayaran listrik, pembayaran TV
Kabel, pembayaran kartu pascabayar, isi ulang e-money,
pembayaran PDAM, pembayaran transportasi umum, dan
pembayaran tiket bioskop, maka Dana adalah dompet
digital yang tepat.
3. Tentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang memang
diprioritaskan. Dengan demikian, kita dapat terhindari dari
kebiasaan berbelanja berlebihan hanya karena untuk
memenuhi keinginan ketimbang kebutuhan.

109
Smart ASN

Lokapasar (marketplace), adalah satu platform yang menawarkan produk dan


layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli. Sebagian besar
produk dan layanan yang dijual berasal dari perusahaan eksternal, meskipun
beberapa platform juga dapat menawarkan produk mereka sendiri (Kawa &
Wałęsiak, 2019 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Hadirnya lokapasar seperti saat
ini sungguh memudahkan kita sebagai pengguna dalam melakukan transaksi jual beli
dari mana dan kapan saja (Rosusana, 2008 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Selain
itu, melalui lokapasar, pembeli dapat menemukan penjual yang menyediakan
barang-barang yang belum dijual di toko-toko pada umumnya.

Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar Anda tidakkeliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:

1. Temukan produk yang diinginkan dengan menjelajahi


berbagai kategori dan subkategori menggunakan fitur
pencarian.
2. Pilih produk yang diinginkan dari hasil pencarian.
3. Jika ingin membuat penawaran dengan penjual,
kebanyakan lokapasar menyediakan fitur chat untuk
memudahkan pembeli berkomunikasi langsung dengan
penjual. Jika penawaran selesai dilakukan, ikon keranjang
digunakan untuk memasukkan produk ke keranjang
belanja untuk membuat pesanan.
4. Apabila produk yang diinginkan memiliki variasi ukuran,
jenis, warna, dan model yang harus dipilih, setelah klik ikon
keranjang pembeli harus menentukan pilihan terlebih
dahulu sebelum melanjutkan ke proses checkout.

110
Smart ASN

5. Selanjutnya kita akan diarahkan ke halaman keranjang


belanja. Pilih produk yang ingin dibeli dan pilih voucher
yang ingin digunakan jika ada. Apabila kita memiliki
voucher dan bonus-bonus lainnya, kita dapat
menggunakannya untuk mengurangi total belanja. Lalu klik
Checkout.
6. Pada halaman checkout, pastikan alamat pengiriman sudah
benar, kemudian pilih jasa kirim dan tentukan jam
pengiriman: pengiriman setiap saat atau pengiriman pada
jam kantor.
7. Pilih metode pembayaran yang diinginkan.
8. Apabila pembayaran sudah berhasil dilakukan pembeli
akan mendapatkan konfirmasi dari lokapasar secara
langsung dan produk yang kita beli akan otomatis ada di
halaman pesanan dengan menunjukan status-status dari
proses pengiriman. Beberapa lokapasar juga menyediakan
fitur Hubungi Penjual Jika kita sebagai pembeli masih
memiliki pertanyaan terkait pesanan Anda.

2. Rangkuman

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital
adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan

111
Smart ASN

proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &Wijayanto,
2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi
digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga
mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan pirantilunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

a. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
● Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam
mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah
berita benar

112
Smart ASN

● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial


untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti
Settings
● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-
commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara
digital

b. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata
krama, dan etika berinternet (netiquette)
● Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang
mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi,
perundungan, dll.
● Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang
digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang
berlaku
● Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di
ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai
landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
● Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak
sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan,
radikalisme, dll.

113
Smart ASN

● Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar


dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika
● Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat,
menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif
lainnya.

d. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi,
fingerprint) Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata
sandi)
● Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari
sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam,
phishing.
● Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital
dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten
sosmed
● Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam
transaksi digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode
otentikasi

3. Soal Latihan
1) Peserta diminta mengaitkan fenomena-fenomena di media sosial
sesuai dengan 4 pilar literasi digital
2) Peserta diminta menganalisis perilaku masyarakat Indonesia di
dunia digital

114
Smart ASN

3) Peserta diminta mengelaborasi cara-cara menerapkan 4 pilar


literasi digital dalam kehidupan bermedia digital

Bahan Diskusi

Kini mari kita berdiskusi dengan isu-isu terkini terkait etika berinteraksi dan
bertransaksi.

1. Apakah pernah nomor atau akun anda ter-hack atau


disalahgunakan orang lain? Atau mendengar kisah ini?
Kemudian apa yang dilakukan hacker tersebut? Kira- kira
mengapa hal ini bisa terjadi?
2. Kejahatan atau penipuan dalam transaksi daring semakin
beragam, mari kita berdiskusi bersama apa saja motif-motif
terbaru dalam penipuan atau kisah negatif dari berbelanja
daring!
3. Apakah dari peserta ada yang menjadi penjual melalui media
daring? Mari kita berdiskusi mengenai bagaimana memulai dan
permasalahan apa yang sering ditemui sebagai pelapak/penjual!

115
Smart ASN

4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk menyelesaikancontoh
kasus berikut.

Studi Kasus:

SMA Sinar Bulan di Kota A baru-baru ini ramai dibicarakan di media sosial karena
tragedi cyberbullying yang terjadi di SMA tersebut. Pasalnya, siswa di SMA tersebut
telah membuat sistem pengiriman pesan secara anonymous di akun sosial media atas
nama sekolah yang dikelola bersama oleh siswa. Meski pada awalnya sistem
pengiriman pesan tersebut bermanfaat bagi banyak siswa untuk saling berbagi keluh
kesah, semakin lama semakin banyak bermunculan pesan yang berbau perundungan
dan mengarah pada cyberbullying. Naasnya, kejadian ini telah menyebabkan salah
seorang siswa mengalami tekanan mental yang sangat berat hingga harus berhenti
bersekolah.

Anda dan kelompok ditugaskan untuk memberi intervensi terkait pilar-pilar literasi
digital di SMA Sinar Bulan. Susunlah perencanaan kegiatan intervensi yang akan Anda
dan kelompok lakukan di SMA tersebut! Kegiatan intervensi yang dilakukan bisa dalam
bentuk seminar, workshop, atau bentuk lainnya yang menurut Anda sesuai.

116
Smart ASN

BAB 4
KEGIATAN BELAJAR 3: IMPLEMENTASI LITERASI DIGITALDAN
IMPLIKASINYA

Kegiatan Belajar 3: Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya

Fenomena dan permasalahan di dunia digital semakin marak dan semakin canggih.
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlahbesar. Modul ini membantu
para peserta CPNS mampu beradaptasi dan juga memberikan solusi bagi permasalah
yang ada di dunia digital. Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai bentuk
implementasi literasi digital beserta implikasinya. Setelah mempelajari modul dan
mengikuti instruksi dalam kegiatan belajar ini, diharapkan tercapai tujuan
pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

Memahami Peserta dapat - Peserta dapat menjelaskan dengan


memahami bahasanya sendiri tujuan penggunaan
berbagai bentuk berbagai perangkat keras yang umum dipakai
implementasi di tengah masyarakat
literasi digital - Peserta dapat menjelaskan dengan
beserta bahasanya sendiri cara kerja mesin pencarian
implikasinya informasi
- Peserta dapat merangkum dimensi-dimensi
penting dalam persiapan penggunaan aplikasi
percakapan dan media sosial

117
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

- Peserta dapat mendeskripsikan fenomena


berkembangnya tren penggunaan dompet
digital, loka pasar (marketplace), dan
transaksi digital di Indonesia
- Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya sendiri mengenai transaksi
elektronik dan keunggulannya, beserta
kompetensi akses (alat dan lapak transaksi
elektronik) dan kompetensi verifikasi (bijak
dalam bertransaksi elektronik)
- Peserta dapat membedakan antara etika dan
etiket dalam berinternet
- Peserta dapat merangkum kriteria-kriteria
yang dapat dijadikan pegangan dalam
mengenali konten negatif di internet seperti
hoaks, ujaran kebencian, serta perundungan
- Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya sendiri mengenai ciri-ciri dinamika
interaksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang
digital yang ideal
- Peserta dapat menerangkan pentingnya
perlindungan perangkat keras dan lunak
beserta contoh fitur-fiturnya
- Peserta dapat menerangkan risiko kebocoran
identitas dan data diri di dunia digital beserta
langkah-langkah pencegahannya
- Peserta dapat membedakan antara beragam
jenis penipuan digital
- Peserta dapat mengenali catfishing dan
risikonya

118
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

- Peserta dapat membedakan antara


penggunaan rekam jejak digital untuk tujuan
positif dan negatif, serta langkah-langkah
untuk memastikan rekam jejak tidak
digunakan untuk tujuan negatif
- Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya sendiri bagaimana semangat
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dapat
tetap hidup dalam perilaku masyarakat
Indonesia di media digital
- Peserta dapat menerangkan keuntungan dan
tantangan dari digitalisasi kebudayaan melalui
teknologi informasi dan komunikasi
- Peserta dapat menerangkan bagaimana
media digital dapat mendorong perilaku
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan
produktif lainnya
- Peserta dapat menjelaskan dengan
bahasanya sendiri hal-hal yang termasuk
dalam ruang lingkup hak-hak digital warga
negara

Menerapkan Peserta dapat - Peserta dapat menggunakan mesin pencarian


mengaplikasikan informasi secara efektif dan efisien untuk
berbagai bentuk memperoleh informasi yang lengkap dan
literasi digital dalam akurat
penggunaan sehari- - Peserta dapat mendemonstrasikan contoh
hari perilaku penggunaan aplikasi percakapan atau
media sosial untuk tujuan tertentu
- Peserta dapat memberi contoh bagaimana
penggunaan dompet digital, loka pasar

119
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

(marketplace), dan transaksi digital dapat


mempermudah kehidupan sehari-hari
- Peserta dapat memaparkan contoh
permasalahan yang mungkin muncul dalam
bertransaksi elektronik
- Peserta dapat memberikan contoh kasus
pelanggaran etika dan etiket dalam
berinternet dalam kehidupan sehari-hari
- Peserta dapat mengidentifikasi konten-
konten yang dapat dikategorikan sebagai
konten negatif seperti hoaks, ujaran
kebencian, serta perundungan dari beberapa
contoh yang disajikan
- Peserta dapat memberikan contoh nyata
dinamika interaksi, partisipasi, dan kolaborasi
di ruang digital yang dapat membawa dampak
positif di masyarakat
- Peserta dapat memberikan contoh
bagaimana penggunaan salah satu fitur
perlindungan perangkat keras dan/atau lunak
dapat meningkatkan keamanan pengguna
dalam bermedia digital
- Peserta dapat memberi contoh nyata
bagaimana kebocoran identitas dan data diri di
dunia digital dapat digunakan untuk tujuan-
tujuan negatif
- Peserta mengidentifikasi penipuan digital
dan/atau catfishing dalam contoh kasus nyata
yang diberikan

120
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

- Peserta dapat memberikan contoh baru


penggunaan rekam jejak digital untuk tujuan
positif maupun negatif
- Peserta dapat memberikan contoh positif
maupun negatif dari ada-tidaknya aplikasi
nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam perilaku masyarakat Indonesia di media
digital
- Peserta dapat membuat prediksi mengenai
bagaimana digitalisasi kebudayaan akan
berkembang dalam 10-20 tahun ke depan
- Peserta dapat memberi contoh kasus nyata
dimana media digital mendorong tumbuhnya
perilaku mencintai produk dalam negeri dan
kegiatan produktif lainnya
- Peserta dapat memberikan contoh kasus
pelanggaran hak-hak digital warga negara

Menganalisis Peserta dapat - Peserta dapat mengidentifikasi perbedaan


menganalisis jenis informasi yang diperoleh dengan
bentuk-bentuk menggunakan mesin pencarian informasi yang
implementasi berbeda atau metode pencarian berbeda
literasi digital - Peserta dapat mengidentifikasi perbedaan
beserta peran berbagai aplikasi percakapan dan media
implikasinya dari sosial untuk mencapai satu tujuan yang sama
berbagai sudut - Peserta dapat mengidentifikasi aspek-aspek
pandang yang berperan penting dalam memastikan
implementasi dompet digital, loka pasar
(marketplace), dan transaksi digital berjalan
lancar di Indonesia

121
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

- Peserta dapat mengidentifikasi penyebab dan


akibat dari permasalahan yang mungkin
muncul dalam bertransaksi elektronik
- Peserta dapat berdiskusi dan memberikan
berbagai sudut pandang terkait terbentuknya
etika dan etiket dalam berinternet di Indonesia
- Peserta dapat memilah aspek-aspek yang
menjadi ciri konten negatif seperti hoaks,
ujaran kebencian, serta perundungan dari
beberapa contoh yang disajikan
- Peserta dapat menelaah peran tiap pihak
yang terlibat dalam interaksi, partisipasi, dan
kolaborasi di ruang digital
- Peserta dapat memilih untuk menggunakan
fitur perlindungan perangkat keras dan lunak
yang tepat dalam menghadapi masalah
tertentu
- Peserta dapat mengidentifikasi aspek-aspek
atau pihak-pihak yang terlibat dalam
kebocoran identitas dan data diri di dunia
digital
- Peserta dapat menganalisis faktor-faktor
risiko terjadinya penipuan digital dan/atau
catfishing
- Peserta dapat mengidentifikasi berbagai
pihak yang mungkin memiliki akses dan dapat
menggunakan rekam jejak untuk tujuan
negatif
- Peserta dapat menunjukkan bagaimana
kurangnya semangat Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dapat menjadi akar dari berbagai

122
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

permasalahan dalam bermedia digital di


Indonesia
- Peserta dapat merincikan pihak-pihak yang
memiliki peran penting dalam digitalisasi
kebudayaan melalui teknologi informasi dan
komunikasi dan bagaimana bentuk kerja sama
yang semestinya muncul antar pihak-pihak
tersebut
- Peserta dapat merincikan alur kerja sama
antar berbagai pihak dalam mendorong
perilaku mencintai produk dalam negeri dan
kegiatan produktif lainnya melalui platform
media digital
- Peserta dapat mengidentifikasi penyebab dan
akibat terjadinya masalah pelanggaran hak-
hak digital warga negara

Mengevaluasi Peserta dapat - Peserta dapat menilai kualitas informasi yang


memberi penilaian didapat dari mesin pencarian informasi
dan evaluasi - Peserta dapat merincikan kekurangan dan
terhadap berbagai kelebihan dari aplikasi percakapan dan media
bentuk sosial tertentu
implementasi - Peserta dapat merincikan tantangan yang
literasi digital serta dihadapi dalam implementasi dompet digital,
implikasinya dari loka pasar (marketplace), dan transaksi digital
berbagai sudut di Indonesia
pandang - Peserta dapat memberikan rekomendasi
untuk meningkatkan kualitas dan keamanan
transaksi elektronik di Indonesia
- Peserta dapat memberikan tanggapan dan
rekomendasi mengenai apa yang masih harus

123
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

ditingkatkan dari etika dan etiket berinternet


di Indonesia
- Peserta dapat memberikan tanggapan dan
rekomendasi mengenai maraknya konten
negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, serta
perundungan di dunia digital Indonesia
- Peserta dapat memberi kritik konstruktif
untuk meningkatkan kualitas interaksi,
partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital
pada salah satu contoh yang sebelumnya telah
dipaparkan
- Peserta dapat merincikan kekurangan dan
kelebihan dari contoh fitur perlindungan
perangkat keras dan lunak yang ada
- Peserta dapat memberikan tanggapan
mengenai hal-hal yang masih kurang disadari
masyarakat terkait keamanan identitas dan
data diri di internet
- Peserta dapat memberikan rekomendasi dari
berbagai sudut pandang mengenai pencegahan
penipuan digital dalam berbagai bentuk
- Peserta dapat menilai dan memilah konten
rekam jejak yang berpotensi digunakan untuk
tujuan negatif
- Peserta dapat menilai perilaku-perilaku
positif maupun negatif dalam bermedia digital
dan mengaitkannya dengan semangat
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
- Peserta dapat merincikan apa yang sudah
baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan
dari praktik digitalisasi budaya yang ada

124
Smart ASN

Capaian Capaian Pembelajaran Khusus


Pembelajaran
Umum

- Peserta dapat merincikan apa yang sudah


baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan
dari praktik penggunaan media digital untuk
mendorong perilaku mencintai produk dalam
negeri dan kegiatan produktif lainnya
- Peserta dapat memaparkan argumentasi
mengenai perlindungan hak-hak digital yang
semestinya lebih ditingkatkan lagi

Menciptakan Peserta dapat - Peserta dapat berkolaborasi merancang


berkolaborasi kegiatan yang berdampak positif bagi
untuk merancang masyarakat luas dengan memanfaatkan
program yang pemahaman mengenai bentuk-bentuk
menargetkan implementasi literasi digital yang telah
peningkatan dijabarkan
kesadaran dan - Peserta dapat berkolaborasi memerankan
pengetahuan role-play singkat untuk mengilustrasikan
masyarakat akan kegiatan yang telah dirancang
berbagai bentuk
implementasi
literasi digital
beserta
implikasinya

1. Uraian Materi
Pada bagian ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai penerapan dari masing-
masing keempat pilar literasi digital, yakni etika, keamanan, budaya, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Selain itu,

125
Smart ASN

pembahasan ini dilengkapi pula dengan kondisi terkini di Indonesia sertatips praktis
yang membuat kita dapat memaknai lebih jauh keempat pilartersebut.

a. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagaiperangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan
sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat
keras dan perangkat lunaksaling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain.
Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
Dengan demikian, kita perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital. Salah satu
perangkat keras yang sering kali digunakan dalam dunia digital adalah komputer.
Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang
didesain untuk penggunaan individu (Wempen, 2015).
Jadi, komputer yang kita jumpai di rumah, sekolah, atau kafe internet seringkali
diasosiasikan sebagai komputer pribadi. Akan tetapi, bentuk komputer pribadi
bermacam-macam. Variasi bentuk ini bisa juga berkaitan dengan perbedaan fungsi
dan kemampuan. Berikut ini beberapa kategori untuk mesin komputer yang sering
kita jumpai (Wempen, 2015):
- Komputer
Komputer pribadi yang biasa diletakkan di atas meja kerja atau meja belajar dan
jarang dipindah-pindahkan. Komputer ini terdiri dari kotak besar yang disebut unit
sistem yang berisi berbagai komponen

126
Smart ASN

penting agar komputer ini dapat bekerja. Kemudian komputer desktop ini
dihubungkan juga dengan perangkat keras lain seperti monitor, keyboard,dan mouse.
Perangkat keras tersebut disambungkan dengan unit sistem menggunakan kabel
atau teknologi wireless. Kelebihan komputer desktop ini adalah kita meningkatkan
performa dan fungsi komputer dengan mudah. Contohnya adalah menambah
kapasitas kemampuan memori komputer hingga kapasitas penyimpanan data.
- Notebook
Notebook merupakan istilah lain dari laptop. Notebook merupakan komputer yang
didesain agar bisa dilipat dan mudah dibawa kemana- mana. Dalam perangkat keras
ini sudah terdapat monitor, keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu dengan
unit sistemnya. Notebook dapat mengoperasikan berbagai perangkat lunak yang juga
dioperasikan oleh komputer desktop. Karena kemudahannya dibawa kemana-mana,
maka notebook menjadi perangkat keras yang populer. Walau begitu, kita perluusaha
ekstra jika ingin meningkatkan performa perangkat keras ini.
- Netbook
Netbook merupakan singkatan dari internet notebook. Perangkat keras ini biasanya
lebih kecil ukurannya dan kemampuannya juga tidak sehandal notebook. Faktor
kemampuan ini membuat netbook mungkin tidak dapat mengoperasikan perangkat
lunak tertentu. Dari segi harga, netbook lebih terjangkau.
- Tablet
Tablet merupakan komputer portabel yang terdiri dari layar sentuh dengan
komponen komputer di dalamnya. Perangkat keras ini tidak memiliki keyboard.
Fungsi keyboard dapat kita jumpai dalam layar sentuh tersebut. Perangkat keras ini
sangat simpel dan mudah dibawa

127
Smart ASN

kemana-mana. Namun, perangkat ini biasanya tidak dapat mengoperasikan


beberapa aplikasi perangkat lunak tertentu karena keterbatasan kemampuannya.
- Telepon Pintar
Telepon pintar merupakan perangkat telepon yang memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan berbagai aplikasi perangkat lunak dan mengakses internet. Sama
seperti tablet, telepon pintar biasanya dilengkapi dengan layar sentuh. Telepon
pintar dapat mengoperasikan berbagai perangkat lunak namun tidak sehandal
komputer desktop atau notebook.

Dari kelima mesin komputer tersebut, telepon seluler merupakan salah satu gawai
paling populer di Indonesia. Per tahun 2019, 63,3% penduduk memiliki telepon
pintar dan diprediksi dapat mencapai 89,2% dari populasi pada tahun 2025
(Pusparisa, 2020). Telepon pintar kerap dikaitkan dengan penggunaan internet.
Sebuah lembaga riset internetlivestats (2016) menyebutkan bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke 12 pengguna internet terbanyak. Lembaga ini mengestimasi
bahwa lebih dari 53 juta penduduk Indonesia sudah mengakses internet, angka ini
menunjukkan peningkatan pengguna internet sebanyak 6,5% dari tahun 2014.
Penetrasi internet Indonesia juga meningkat, di tahun 2014 hanya 17% meningkat
menjadi 20% di tahun 2016.

Mengetahui dan Memahami Internet


Salah satu hal yang sering kita jumpai dalam dunia digital adalah internet. Internet
merupakan jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling
berhubungan dengan komputer lain (Levine &

128
Smart ASN

Young, 2010). Karena hal tersebut, maka pengguna komputer dapatberkomunikasi


dengan pengguna komputer lainnya. Komunikasi yangbisa dilakukan antar
pengguna ini juga bersifat timbal balik. Jikakomputer A mengirimkan sebuah
pesan ke komputer B, maka komputerB dapat membalas pesan tersebut ke
komputer A (Levine & Young, 2010).Internet telah menghubungkan manusia dari
berbagai lokasi.
Internet juga semakin mudah diakses oleh banyak manusia. Pendahulu dari internet
adalah ARPANET, sebuah proyek dari Departement of Defense (DOD) pada 1969
sebagai eksperimen terkait teknologi jejaring yang reliabel (Levine & Young, 2010).
Teknologi ini kemudian semakin berkembang sehingga bisa diakses oleh banyak
orang. Beberapa perkembangan dari waktu ke waktu adalah peralatan koneksi yang
semakin murah dan ringan (Levine & Young, 2010). Hal ini tentu dapat
mempermudah pengguna dalam mengaksesnya.
Menurut Levine dan Young (2010), ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk
mengakses internet, yaitu komputer, modem, akses ke penyedia jasa internet, dan
berbagai perangkat lunak. Pertama adalah komputer. Mesin pintar ini menjadi
perangkat yang perlu dimiliki dalam mengakses internet. Kita tidak perlu memiliki
perangkat komputer yang sangat canggih, asalkan memiliki kemampuan mengakses
internet. Tidakharus berupa komputer pribadi, kita juga dapat mengakses internet
dengan gawai yang lebih ringan seperti ponsel.
Selanjutnya adalah modem. Perangkat ini memungkinkan komputer tersambung
dengan sistem jaringan. Ketiga adalah akses ke penyedia jasa internet. Akses ini bisa
merupakan kombinasi setelan perangkat lunak dan perangkat keras yang
menyambungkan komputer kejaringan internet. Terakhir adalah berbagai perangkat
lunak yang

129
Smart ASN

menunjang akses internet. Kita perlu memasang berbagai perangkat lunak di


komputer agar bisa mengakses internet dengan baik.

Mengetahui dan Memahami Koneksi Internet


Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet.
Komputer kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet
(internet service provider) yang menyediakannya (Miller, 2016). Kita perlu
mendaftar agar memperoleh jasa koneksi internet dari penyedia jasa internet di
sekitar.
Internet biasanya dapat kita akses dengan perangkat keras koneksi bernama modem.
Perangkat ini terhubung langsung dengan komputer kita atau dengan menggunakan
router jaringan tanpa kabel (Miller, 2016). Biasanya penyedia jasa internet ini
mengerjakan pemasangannya, termasuk juga perangkat lunak yang menyertainya.

Tips Memilih Penyedia Jasa Internet


Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet yang bisa kita gunakan.
1. Kecepatan akses. Kita perlu mengetahui kecepatan akses internet
yang bisa kita dapatkan.
2. Stabilitas. Kita perlu memastikan bahwa penyedia jasa internet
tersebut menyediakan akses internet yang stabil, terutama di
lokasi tempat kita berada.
3. Pelayanan terhadap pelanggan. Kita perlu mengetahui bagaimana
pelayanan yang diberikan terhadap kendala yang mungkin kita
temui saat mengakses internet (Handayani, 2020).

130
Smart ASN

4. Selain tips tersebut, tentu kita perlu menyesuaikan biaya jasa


internet dengan kemampuan dan kebutuhan kita.

Koneksi dengan Wi-Fi di Ruang Publik


Dengan mendaftar ke penyedia jasa internet, kita bisa mengakses internet secara
personal dengan teknologi kabel atau Wi-Fi. Wi-Fi, singkatan dari wireless fidelity,
merupakan istilah bagi koneksi standar tanpa kabel (Miller, 2016). Kita bisa
terhubung dengan internet dengan menggunakan Wi-Fi lewat penyedia jasa internet
yang kita gunakan. Tidak hanya di rumah, berbagai kafe, restoran, hotel, bandara, dan
ruang publik lainnya yang menyediakan akses Wi-Fi baik gratis maupun berbayar
(Miller, 2016). Agar dapat terhubung dengan jaringan Wi-Fi, kita perlu mengetahui
proses kerjanya. Komputer pribadi biasanya sudahdapat mengidentifikasi akses Wi-
Fi apa saja yang bisa terhubung. Jika kita menggunakan komputer pribadi seperti
notebook atau netbook, kita bisamengetahui jaringan Wi-Fi yang bisa terhubung di
bagian koneksi yang ada di taskbar.
Selanjutnya, kita bisa klik nama Wi-Fi yang terbaca oleh komputer kita. Kemudian
biasanya kita diminta untuk mengisi kata sandi. Beberapa Wi-Fi bisa langsung kita
akses tanpa memerlukan kata sandi. Kata sandi ini biasanya diatur oleh pihak yang
menyediakan jasa Wi-Fi tersebut. Kita bisa menanyakan kata sandi kepada pihak
penyedia jasa tersebut. Setelahmengisi kata sandi, kita kemudian dapat mengakses
jaringan Wi-Fi (Miller, 2016).
Kita bisa juga mengakses Wi-Fi dengan menggunakan perangkat telepon pintar.
Caranya adalah dengan menggeser ke bawah mulai dari bagian atas layar. Setelah itu
kita cari ikon Wi-Fi yang ada di sebelah atas

131
Smart ASN

layar. Kemudian kita bisa klik dan tahan ikon Wi-Fi tersebut untuk mengetahui
jaringan Wi-Fi apa saja yang terbaca oleh perangkat kita. Selanjutnya kita bisa klik
salah satu jaringan Wi-Fi. Sama seperti perangkat notebook atau netbook, akses Wi-
Fi bisa kita peroleh langsungatau dengan mengisi kata sandi terlebih dahulu (Miller,
2016). Setelah terkoneksi dengan jaringan Wi-Fi, kita bisa terhubung dengan akses
internet lewat gawai yang kita gunakan.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Terkait Wi-Fi di Ruang Publik


Jaringan publik bisa saja tidak seaman jaringan pribadi yang memerlukan kata kunci
untuk mengaksesnya. Karena semua orang dapat mengakses jaringan publik, bisa
saja ada kemungkinan pengguna yang berniat buruk. Pengguna ini secara tidak
bertanggung jawab dapat mencegat sinyal yang dikirimkan dari komputer kita ke
situs di internet. Jadi sebaiknya jangan mengirimkan informasi pribadi dan sensitif
denganmenggunakan koneksi publik (Miller, 2016).
Setelah dapat mengakses internet, maka kita perlu menyeleksi dan memahami
berbagai hal berkaitan dengan internet. Istilah yang sering kita dengar adalah web.
Web adalah kumpulan halaman yang menghubungkan satu informasi dengan
informasi lainnya (Levine & Young, 2010). Setiap halaman informasi ini bisa berisi
berbagai tulisan, gambar, suara, video, animasi, atau hal lain (Levine & Young, 2010).
Kita bisa mengunjungi berbagai halaman tersebut dengan menuliskan alamat web
yang sesuai. Untuk dapat mengakses web, maka kita perlu browser. Browser adalah
program dalam komputer yang dapat menemukan dan menyajikan halaman web di
layar gawai kita (Levine & Young, 2010).

132
Smart ASN

Selain web, kita juga perlu mengenal electronic mail (email) atau surel. Surel
merupakan layanan dalam jaringan internet yang memungkinkan kita mengirimkan
pesan kepada pengguna surel lain di seluruh dunia (Levine & Young, 2010). Selain
memiliki jaringan internet, untuk dapat melakukan hal tersebut, maka kita perlu
memiliki alamat surel. Alamat surel dapat diibaratkan seperti alamat pos atau
bahkan nomor telepon (Levine & Young, 2010: 208). Kita mengirimkan pesan sesuai
dengan alamat surel yang kita ketikkan dalam program layanan surel. Hal ini
membuat pesan yang kita kirimkan dapat diterima oleh pengguna yang memiliki
alamat surel yang kita tuju.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel dan modul berikut:
- https://www.internetlivestats.com/internet-users-by-country/
- https://www.statista.com/topics/5020/smartphones-in-
indonesia/#dossierKeyfigures
- https://edu.gcfglobal.org/en/computerbasics/mobile-
devices/1/
- Modul Cakap Bermedia Digital

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


What is a Gadget? | History
PENGGUNA SMARTPHONE DI INDONESIA

Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5 orang,
cobalah untuk berdiskusi mengenai poin-poin di bawah ini,
kemudian presentasikan hasil diskusi dalam waktu 3 menit!
a. Apa saja gawai yang dimiliki oleh setiap anggota?
b. Berapa rata-rata waktu yang digunakan masing-masing
anggota untuk mengoperasikan gawai-gawai tersebut dalam
sehari?
c. Apa Gawai yang paling sering digunakan? Mengapa?
d. Apa fitur yang paling sering digunakan dalam gawai
tersebut? Mengapa?

133
Smart ASN

b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan Data


Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.
Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita
gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita
sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia
hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020).
Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,
selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses
internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan
bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita
berinternet.
Dalam menggunakan internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan adalah
menggunakan mesin pencarian informasi untuk menunjang kegiatan. Hasil survei
yang dikeluarkan oleh Hootsuite dan We are Social di tahun 2020 menunjukkan
bahwa Google menempati peringkat pertama sebagai mesin pencarian informasi yang
paling banyakdiakses. Ia lebih banyak diakses secara mobile dibandingkan melalui
komputer. Situs ini digunakan oleh semua kelompok usia hampir secara merata.
Pengguna terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebesar 32%.
Sedangkan penggunaan Google pada kelompok usia lainnyaberkisar antara 9 hingga
17% (Hootsuite & We Are Social, 2021).

134
Smart ASN

Gambar 3. 1 Traffic Share Situs Berdasarkan Perangkat, Usia dan Gender Tahun
2020
Sumber: Hootsuite & We Are Social (2021)

Google masih berada pada peringkat pertama mesin pencarian informasi terfavorit,
baik di dunia maupun Indonesia. Dilansir dari Statcounter (2021) sebanyak 98,32%
masyarakat Indonesia memilih menggunakan Google. Hanya kurang dari 2%
populasi masyarakat Indonesia yang menggunakan Yahoo, Bing, Yandex,
DuckDuckGo, danEcosia.

Tabel 3. 2 Beberapa Jenis Perangkat dan Kelebihannya (Namira, 2021dalam


Monggilo dan Kurnia 2021)

No Mesin Kelebihan
Pencari

135
Smart ASN

Google ● Memiliki waktu penyediaan informasi yang


cepat Menyediakan informasi dari berbagai
sumber sekaligus
● Memiliki banyak fitur pendukung untuk
optimalisasi pencarian informasi
● Terkoneksi dengan pihak ketiga sehingga dapat
menyediakan informasi lebih detail
● Menyediakan pencarian dengan berbagai bahasa

Bing ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis


(gambar, foto, video, dan berita)
● Memiliki fasilitas instant answer

Yahoo ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis


(gambar, foto, video, dan berita)
● Memiliki fitur news feed di halaman utama
pencarian

Baidu ● Menyediakan informasi berdasarkan rating situs


web
● Menyediakan layanan pencarian lagu dengan
format mp4

Yandex ● Menyediakan informasi dalam berbagai jenis


(gambar, foto, video, dan berita)
● Menyediakan pencarian dengan berbagai bahasa

DuckDuckGo ● Menyediakan informasi pencarian dari berbagai


sumber
● Tidak melakukan penyimpanan IP address
● Iklan ditempatkan sesuai kata kunci yang dicari,
bukan berdasarkan algoritma pengguna

Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan


informasi yang kita butuhkan. Pertama, penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika
mesin pencarian informasi yang kitaakses menelusuri triliunan sumber informasi di
internet. Penelusuran tersebut tentu mengacu pada kata kunci yang diketikkan
pada mesin

136
Smart ASN

pencarian informasi. Kedua, pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data atau


informasi yang relevan dengan kata kunci yang kita ketikkan. Ketiga, pemeringkatan
(ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang dianggap paling
sesuai dengan yang kita cari.
Cara penggunaan mesin pencarian informasi dapat dilakukan dengan mengetik kata
kunci (keyword) di kolom pencarian, kata kunci dapat berupa satu kata atau lebih.
Kemudian klik enter, maka berbagai hasil pencarian yang relevan akan muncul. Jika
belum menemukan informasi yang dibutuhkan, maka kita dapat kembali ke laman
pencarian dan mengubah kata kunci yang lebih sesuai. Mesin pencarian informasi
juga menyediakan saran pencarian yang membantu kita menemukan informasi yang
dibutuhkan.
Ada kemungkinan kita tidak menemukan informasi yang diharapkan. Hal ini
mengindikasikan adanya kemungkinan informasi tersebut memang tidak tersedia
atau kata kunci yang kita gunakan kurang sesuai. Untuk menggunakan mesin
pencarian informasi yang lebih sesuai, kita dapat menggunakan tips berikut ini
(Gibbs, 2016 & Goodwill Community Foundation, n.d.):
1. Menggunakan karakter tanda hubung (-) untuk menghilangkan
kata khusus yang tidak diinginkan, misalnya kita ingin mencari
informasi resep masakan selain ayam. Maka setelah mengetik
‘resep masakan -ayam’, seluruh resep selain masakan berbahan
ayam akan muncul.

137
Smart ASN

2. Menggunakan karakter tanda petik (“ ”) untuk mencari kata atau


frasa yang lebih spesifik. Misalnya, kita ingin mencari informasi
resep masakan soto ayam. Maka setelah mengetik ‘resep “soto
ayam”’, seluruh resep berbagai soto ayam akan muncul, bukan
seluruh masakan yang mengandung kata ‘soto’ maupun ‘ayam’
saja.

3. Menggunakan istilah OR untuk menemukan salah satu informasi


yang dibutuhkan. Misalnya, kita mengetik ‘soto ayam OR soto
138
Smart ASN

daging’, maka resep yang muncul adalah soto ayam dan soto daging.

4. Menggunakan sinonim dari kata kunci. Ketika kita masih ragu


dengan istilah yang digunakan, kita dapat menggunakan sinonim
dari kata tersebut dengan diawali tanda baca tilde (~). Misalnya,
kita ingin mencari gula merah namun tidak yakin apakah harus
mencari gula merah atau gula kelapa, maka dapat menuliskan ‘gula
~kelapa’, maka hasil yang muncul juga akan menampilkan sinonimkata tersebut.

5. Mencari dalam sebuah situs. Misalnya kita ingin mencari


informasi mengenai status gizi balita Indonesia, agar data
tersebut valid maka kita ingin mencari dari Kementerian

139
Smart ASN

Kesehatan RI, maka kita dapat mengetik ‘site:kemkes.go.id statusgizi balita


indonesia’ dan seluruh data yang relevan dari situs Kemenkes RI akan muncul.

6. Menggunakan tanda bintang (*) untuk informasi yang tidak


lengkap. Sebagai contoh, kita lupa bagian dari sebuah pribahasa,
maka kita dapat mencarinya dengan mengetik ‘sekali * dua tiga
pulau terlampaui’

7. Mencari informasi diantara dua nilai menggunakan simbol dua


titik (..) dan diakhiri dengan spasi. Contohnya, ketika ingin

140
Smart ASN

mencari sejarah Indonesia dari tahun 1945 hingga 1980 maka kita dapat
menuliskan ‘sejarah RI tahun 1945.. 1980’ dan hasilnyaakan menunjukkan berbagai
peristiwa sejarah Republik Indonesia dalam periode tersebut.

Ayo Membaca Perkayalah informasi mengenai berbagai teknik pencarianinformasi


yang lebih efektif dari bahan bacaan berikut
- https://mclennan.libguides.com/searchingInternet/searchInter
net/effective
- http://eprints.rclis.org/8317/1/Internet_Search_Engines.pdf
- https://sites.cs.ucsb.edu/~tyang/papers/bookchaptersearch.p
df
- Modul Cakap Bermedia Digital

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


How search engines work12 Cool Google Search Tricks You Should
Be Using!

Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi kelompok diskusi yang terdiri dari 3-4 orang,
cobalah untuk berdiskusi mengenai salah satu dari topik di bawah
ini, setiap orang harus mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya menggunakan mesin pencarian informasi serta metode
pencarian yang berbeda, lalu rangkum informasi menjadi satu
paragraf yang padat informasi. Kemudian, salah satu anggota

141
Smart ASN

diminta untuk menjabarkan mekanisme pencarian materi,


perbedaan informasi yang didapat, dan rangkuman hasil diskusi.
Daftar tema:
a. Sejarah Soto Nusantara
b. Perkembangan Media Sosial Masyarakat Indonesia
c. Permainan Anak Indonesia dan Dunia
d. Penggunaan Gawai Masyarakat Indonesia dari Dulu hingga
Kini

142
Smart ASN

c. Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial


Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan
dengan berbagai aspek (Sun, 2020). Kita sering tidak menyadari bahwa kemampuan
penggunaan aplikasi percakapan dapat memunculkan beragam permasalahan jika
tidak diikuti dengan kompetensi penggunanya. Kompetensi tersebut, yakni:
mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi,
mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi (Kurnia dkk.,
2020). Di antara kompetensi tersebut, terdapat tujuh kompetensi yang berkaitan
langsung dengan penggunaan aplikasi percakapan, yakni: mengakses, menyeleksi,
memahami, memverifikasi, memproduksi, mendistribusikan, berpartisipasi, serta
berkolaborasi.
Akses sebagai kompetensi dasar pertama memiliki peranan kunci sebab
ketidakmampuan pengguna dalam mengakses aplikasi tertentu akan menghambat
penggunaan aplikasi tersebut. Akses percakapan biasanya diperoleh secara personal
maupun atas saran dari kelompok tertentu, seperti kelompok kaum perempuan yang
mengakses grup WhatsApp untuk memperoleh informasi (Monggilo, dkk., 2020;
Wenerda & Supenti, 2019). Kebebasan untuk mengakses aplikasi percakapan dan
media sosial perlu diimbangi dengan kemampuan pengguna untuk mengakses
sebuah aplikasi percakapan. Pengguna perlu setidaknya memahami empat dimensi
persiapan, yaitu: pertama, akses terhadap internet. Aplikasi percakapan dan media
sosial bagaimanapun adalahplatform digital yang membutuhkan internet agar bisa
beroperasi.

143
Smart ASN

Internet ini bisa didapatkan jika menggunakan gawai yang kompatibel serta tersedia
paket data yang bisa dibeli.
Kedua, syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi. Ia merupakan sekumpulan
peraturan yang dibuat oleh pembuat aplikasi percakapan dan media sosial yang
harus disetujui dan dipenuhi oleh calon pengguna sebelum menggunakan aplikasi
tersebut. Maka dari itu, sangat penting untuk membaca syarat dan ketentuan yang
diberikan oleh aplikasi sebelum menekan tombol setuju (Monggilo dkk., 2020).
Selain itu, dalam sebuah grup percakapan, admin biasanya memiliki ketentuan atau
aturan,maka sangat penting untuk memahami siapa saja yang menjadi anggota grup
tersebut, agar menjadi filter dalam menerima berbagai informasi yang ada di dalam
grup-grup aplikasi percakapan (Monggilo dkk., 2020).
Ketiga, membuat dan/atau membuka akun. Setelah memahami ketentuan
penggunaannya, hal yang perlu dilakukan berikutnya adalah masuk (sign in)
menggunakan akun yang dimiliki. Jika belum memilikinya, maka perlu mendaftar
terlebih dahulu (sign up).
Mendaftarkan akun membutuhkan data-data pribadi tertentu, misalnya nama
lengkap, nomor telepon, surel, usia, jenis kelamin, tanggal lahir, asal negara, dan
lainnya. Proses inilah yang harus diwaspadai, terutama bila data-data pribadi
tersebut terhubung dengan data bank maupun dompet digital.
Keempat, metode akses. Umumnya dua metode dalam mengakses sebuah aplikasi,
yaitu melalui aplikasi mobile yang dipasang ke perangkat kita dan/atau browser.
Untuk mengakses melalui aplikasi gawai pengguna hanya perlu membuka aplikasi
gawai yang telah dipasang. Sedangkan melalui browser, pengguna perlu membuka
alamat laman dari aplikasi

144
Smart ASN

yang ingin diakses terlebih dulu. Pilihannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kita masing-masing.

Mengenal Media Sosial


Dengan durasi akses rata-rata lebih dari tiga jam, membuktikan eksistensi media
sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Media sosial mengalami
perkembangan sangat cepat, tercatat hingga kini media sosial memiliki pengguna
aktif sebanyak 106 juta pengguna diIndonesia, di mana angka tersebut sebanyak 40%
dari total populasi yangada (Indonesia Baik, 2017 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Tabel 3. 3 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial

No Media Sosial Kelebihan Kekurangan

1 Facebook Jumlah pengguna Pengguna terlalu


menduduki peringkat heterogen sehingga
pertama. informasi yang muncul
terlalu beragam

2 Instagram Memiliki fitur menarik Jenis unggahan terbatas


untuk meningkatkan gambar dan video
kualitas gambar maupun
video yang diunggah

3 Twitter Mendistribusikan Karakter huruf dibatasi.


informasi dengan cepat
dan ringkas.

4 YouTube Menyajikan informasi Konten video yang terlalu


berupa video dengan beragam serta pop-up
durasi yang tidakterbatas. iklan.

145
Smart ASN

Mengulik Aplikasi Percakapan


Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Menurut
data Hootsuite & We Are Social pada bulan Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar
masih dikuasai oleh WhatsApp, disusul Facebook Messenger, WeChat, QQ, Snapchat,
dan Telegram.

Gambar 3. 2 Infografik Jumlah Pengguna Aktif Bulanan Aplikasi Pesan Instan


Sumber: Databoks (2020)

Aplikasi percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi


daring, terlebih di masa pandemi COVID-19. Komunikasi kini

146
Smart ASN

lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga akses pada aplikasipercakapan sangat
tinggi.

Gambar 3. 3 Perbedaan Media Sosial dan Aplikasi Percakapan


Sumber: Susanto (2020) & Batic Media (2020)

Setelan Mendasar Aplikasi Percakapan


Kita kadang mengeluhkan pesan yang lambat atau bahkan tidak terkirim yang
berakibat pada terhambatnya proses komunikasi. Tidak jarang juga kita terganggu
dengan informasi yang diterima tetapi nyatanya tidak kita butuhkan. Lantas,
bagaimana cara untuk menyiasatinya?
1. Kenali kelebihan dan kekurangan dari aplikasi percakapan yang
kita gunakan.
2. Perbaharui aplikasi percakapan yang digunakan. Hal ini karena
fitur-fitur terbaru biasanya akan dibenamkan ketika aplikasi kita
perbarui secara berkala.
3. Nonaktifkan fitur untuk mengendalikan informasi yang tidak
diinginkan pada setting aplikasi.

147
Smart ASN

Gambar 3. 4 Pengaturan pada Aplikasi WhatsApp

Sumber: Modul Cakap Bermedia Digital

148
Smart ASN

Gambar 3. 5 Setelan Informasi yang Tidak Diinginkan dalam Telegram

Sumber: Modul Cakap Bermedia Digital

Selain itu, penting juga mengetahui fitur-fitur untuk mengoptimalkan penggunaan


aplikasi. Caranya ialah pertama, kenali fitur dasar aplikasi percakapan yang
berhubungan dengan profil akun agar sebagai pengguna kita dapat dikenali. Kedua,
kenali dan gunakan denganbaik fitur pemberitahuan pesan baru (notifikasi). Ketiga,
gunakan setelanyang sesuai (baik ukuran huruf, background, wallpaper, maupun

149
Smart ASN

pengaturan serta backup pesan) untuk aplikasi chat yang dipasang padaperangkat
seluler.

Gambar 3. 6 Setelan Mendasar WhatsApp

Sumber: Modul Cakap Bermedia Digital

Cara Melaporkan Akun Media Sosial (Kominfo, 2021)


Facebook:
150
Smart ASN

1. Jalankan aplikasi Facebook atau buka situs Facebook.


2. Pergi ke profil akun Facebook yang ingin direport.
3. Setelah itu tekan tombol dengan ikon tiga titik.
4. Pilih opsi Cari Dukungan atau Laporkan Profil.
5. Pilih Berpura-pura Menjadi Orang Lain > Saya.
6. Lalu tekan tombol Selanjutnya.
7. Pilih opsi Laporkan profil.
8. Berikan centang lalu tekan tombol Laporkan.
Instagram
1. Tap pada ikon titik tiga yang berada di ujung unggahan Instagram
2. Kemudian pilih opsi Laporkan.
3. Jika memiliki unsur spam, pilih opsi Ini Spam.
4. Sedangkan jika berunsur yang lainnya, pilih opsi ini tidak pantas.
5. Apabila anda memilih tidak pantas, Anda harus memilih pilihan
yang sesuai dengan permasalahan dari unggahan tersebut.
Twitter Melaporkan Akun:
1. Buka profil akun tersebut dan klik atau sentuh ikon luapan.
2. Pilih Laporkan.
3. Pilih Mereka melakukan tindakan yang bersifat menghina atau
membahayakan.
4. Selanjutnya, kami akan meminta Anda untuk memberikan
informasi tambahan tentang masalah yang dilaporkan. Kami
mungkin juga akan meminta Anda untuk memilih Tweet dari akun
tersebut sehingga kami memiliki gambaran yang lebih jelas untuk
mengevaluasi laporan.

151
Smart ASN

5. Kami akan menyertakan teks dari Tweet yang dilaporkan di surel


dan notifikasi tindak lanjut kami. Untuk berhenti menerima
informasi ini, hapus centang pada kotak di samping. Pembaruan
tentang laporan ini dapat menampilkan Tweet ini.
6. Setelah Anda mengajukan laporan, kami akan memberikan saran
tindakan tambahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengalaman ber-Twitter Anda.

Melaporkan twit:
1. Telusuri twit yang ingin Anda laporkan di Twitter.com atau dari
aplikasi Twitter untuk iOS atau Twitter untuk Android.
2. Klik atau sentuh ikon.
3. Pilih Laporkan.
4. Pilih Ini menghina atau berbahaya.
5. Selanjutnya, kami akan meminta Anda untuk memberikan
informasi lainnya tentang masalah yang dilaporkan. Kami mungkin
juga akan meminta Anda untuk memilih twit lainnya dari akun
yang dilaporkan sehingga kami memiliki gambaran yang lebih jelas
untuk mengevaluasi laporan.
6. Kami akan menyertakan teks dari twit yang dilaporkan di surel dan
notifikasi tindak lanjut kami. Untuk berhenti menerima informasi
ini, hapus centang pada kotak di samping Pembaruan tentang
laporan ini dapat menampilkan twit ini.
7. Setelah Anda mengajukan laporan, kami akan memberikan saran
tindakan tambahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengalaman ber-Twitter Anda.
Youtube:

152
Smart ASN

1. Pilih Laporkan di menu pemutar video.


2. Akan muncul menu untuk memilih alasan pelaporan video
tersebut.
3. Setelah memilih alasannya, Anda akan melihat pesan konfirmasi.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca modul berikut:


- Modul Cakap Bermedia Digital

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Media Sosial Dari Masa ke Masa

Ayo Bermain Persiapan : Seluruh peserta diminta untuk berdiri di depan kursi
masing-masing tanpa membawa barang apapun

Cara Bermain :
1. Pembicara akan menyebutkan berbagai contoh sosial media
atau aplikasi percakapan satu per satu secara berurutan
seperti di bawah ini:
a. Whats App
b. Facebook
c. Instagram
d. Tiktok
e. Telegram
f. Twitter
g. Friendster
h. Snapchat
i. We Chat
j. QQ
k. Plurk
2. Jika peserta merasa memiliki akun di media sosial atau
aplikasi percakapan tersebut maka peserta diminta tetap
berdiri, jika tidak memiliki salah satunya, maka peserta
dipersilakan duduk (sistem gugur)
3. Ketika jumlah peserta tinggal 2-3 orang, peserta diminta
untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan berikut ini:
a. Apa tujuan membuat media sosial tersebut?
b. Apa saja pertimbangan sebelum membuat akun di
media sosial atau aplikasi percakapan tersebut?

153
Smart ASN

(kaitkan dengan empat dimensi persiapan)

d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan Transaksi


Digital
Sejak kemunculannya di kehidupan kita, beragam aktivitas sosial, ekonomi, dan
politik yang kita lalui tidak terlepas dari koneksi internet. Anggaran untuk internet
selalu diprioritaskan bahkan cenderung semakin besar (APJII, 2020). Contohnya saja
dalam transaksi jual beli. Dengan koneksi internet, kita tak harus datang ke toko
luring. Sebagai pembeli, kita dimanjakan dengan kemudahan dan kenyamanan.
Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu menghabiskan biaya operasional untuk
meningkatkan pendapatan penjualan mereka (Kurnia dkk., 2020).
Alasan lain dari tingginya transaksi digital adalah harga cenderung lebih murah
dibandingkan toko-toko konvensional karena banyaknya diskon dan promo yang
ditawarkan (APJII, 2020). Apalagi di masa pandemi COVID-19 saat ini, segala
mobilitas fisik sangat dibatasi. Sebagai penggantinya, transaksi jual beli banyak kita
lakukan dari rumah agar terhindar dari kontak langsung dengan kerumunan maupun
dari kontaminasi virus melalui benda sekitar sebab metode pembayaran dilakukan
secara non-tunai (cashless).
Jika ditelisik dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak
270,20 juta jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan
aktivitas pembelian barang atau jasasecara daring. Angka tersebut kian menegaskan
bahwa aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan e-commerce
sungguh digemari oleh masyarakat. Sebagai pembeli, kita dimanjakan dengan
kemudahan

154
Smart ASN

dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu


menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan pendapatanpenjualan
mereka (Kurnia dkk., 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Transaksi digital
cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung dengan
lokapasar yang sudah menyediakan metodepembayaran resmi. Salah satunya
dengan memanfaatkan fitur dompetdigital. Namun, sebelum dompet digital hadir
seperti saat ini, terdapatsejumlah metode pembayaran yang cukup sering
digunakan, yaitupembayaran dengan kartu kredit, kartu debit, transfer bank,
rekeningbersama (virtual account), cash on delivery (COD), dan tunai melalui gerai
retail. Hingga kini, metode pembayaran tersebut masih eksis dandigunakan sebagai
alternatif metode transaksi selain dompet digital(Tumbuh Usaha, 2019 dalam
Monggilo dan Kurnia 2021). Dompet digitalhadir sebagai upaya dalam
mewujudkan metode pembayaran nontunaiuntuk berbagai keperluan ataupun
kebutuhan. Berdasarkan data iPricedan Jakpat pada Kuartal 2 2019-2020,
terdapat 26% dari total 1.000responden yang memilih untuk menggunakan
dompet digital sebagaimetode pembayaran saat mereka melakukan transaksi
digital (Devita,
n.d.).
Tahun 2007, DOKU ID hadir sebagai perusahaan penyedia layanan pembayaran
elektronik pertama di Indonesia. DOKU merupakan dompet digital pertama di
Indonesia pada tahun 2013. Pada Mei 2020, jumlah mitra bisnis DOKU mencapai
150.000 merchant. Sementara itu, penggunaDOKU telah mencapai 3 juta pengguna
(Fadilla, 2020). Hingga saat ini, selain DOKU Wallet sebagai perintis dompet digital
di Indonesia, sekurang-kurangnya terdapat lima dompet digital yang populer dan
digemari oleh masyarakat Indonesia, yaitu ShopeePay, OVO, GoPay, Dana,

155
Smart ASN

dan LinkAja. Kelima dompet digital tersebut bersaing meraih perhatian masyarakat
Indonesia dalam rangka memenuhi transaksi selama pandemi COVID-19.
Mengacu laporan Populix, pemenuhan kebutuhan konsumsi hari meningkat
menggunakan dompet digital sebanyak 29,67% selama pandemi COVID-19 (Jati,
2020). Alih-alih menerapkan segala aktivitas dengan protokol kesehatan, dompet
digital justru menjadi pilihan aman dan nyaman selama pandemi. Berdasarkan survei
yang dilakukan oleh Snapcart, per Desember 2020 lalu, ShopeePay digadang-gadang
sebagai dompet digital dengan jumlah transaksi tertinggi, yaitu sebanyak 32% dari
total transaksi dompet digital di Indonesia. Transaksi ShopeePay melonjak
melampaui GoPay dan OVO sejak Juni 2020 lalu. Jika dibandingkan dengan pengguna
dompet digital lainnya (survei terhadap
1.00 responden), pengguna ShopeePay ada sebanyak 72%, kemudian
disusul OVO (55%), GoPay (52%), Dana (40%) dan LinkAja (21%)
(Husaini, 2020). ShopeePay banyak melakukan kerja sama dengan mitra
dagang di seluruh Indonesia sebagai metode pembayaran nontunai. Hal
ini disadari dan dilakukan oleh ShopeePay agar dapat menyaingi posisi
dompet digital OVO dan GoPay yang banyak digunakan saat
bertransportasi daring.
Secara umum, langkah untuk mengaktifkan dompet digital adalah sebagai berikut:

156
Smart ASN

Aktivasi

Verifikasi

Penggunaan

Gambar 3. 7 Langkah Aktivasi, Verifikasi, dan Penggunaan Dompet Digital


(Monggilo & Kurnia, 2021)

Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih dompet digital guna menghindari
kebingungan:
1. Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet
digital yang ada. Masing- masing dompet digital memiliki
layanan yang berbeda-beda.
157
Smart ASN

2. Tentukan peruntukkan dan kebutuhannya. Jika kebutuhan


yang akan dipenuhi untuk segala hal, seperti untuk
pembelian pulsa/data, pembayaran listrik, pembayaran TV
Kabel, pembayaran kartu pascabayar, isi ulang e-money,
pembayaran PDAM, pembayaran transportasi umum, dan
pembayaran tiket bioskop, maka Dana adalah dompet
digital yang tepat.
3. Tentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang memang
diprioritaskan. Dengan demikian, kita dapat terhindari dari
kebiasaan berbelanja berlebihan hanya karena untuk
memenuhi keinginan ketimbang kebutuhan.

Selanutnya, lokapasar (marketplace), adalah satu platform yang menawarkan produk


dan layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli. Sebagian
besar produk dan layanan yang dijual berasal dari perusahaan eksternal, meskipun
beberapa platform juga dapat menawarkan produk mereka sendiri (Kawa &
Wałęsiak, 2019 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Hadirnya lokapasar seperti saat
ini sungguh memudahkan kita sebagai pengguna dalam melakukan transaksijual beli
dari mana dan kapan saja (Rosusana, 2008 dalam Monggilo & Kurnia, 2021). Selain
itu, melalui lokapasar, pembeli dapat menemukan penjual yang menyediakan
barang-barang yang belum dijual di toko-tokopada umumnya.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh iPrice, Shopee menempati posisi sebagai
lokapasar terbanyak yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan rata-rata
kunjungan sebanyak 93,4 juta per bulannya (Jayani, 2020). Indonesia sendiri
memiliki kontribusi mencapai 30% dari

158
Smart ASN

total pasar yang diraih oleh Shopee (Shopee, 2021). Posisi lokapasar berikutnya
diikuti oleh Tokopedia dengan rata-rata kunjungan sebanyak 86,1 juta per bulannya.
Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar Anda tidak keliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:
1. Temukan produk yang diinginkan dengan menjelajahi
berbagai kategori dan subkategori menggunakan fitur
pencarian.
2. Pilih produk yang diinginkan dari hasil pencarian.
3. Jika ingin membuat penawaran dengan penjual,
kebanyakan lokapasar menyediakan fitur chat untuk
memudahkan pembeli berkomunikasi langsung dengan
penjual. Jika penawaran selesai dilakukan, ikon keranjang
digunakan untuk memasukkan produk ke keranjang
belanja untuk membuat pesanan.
4. Apabila produk yang diinginkan memiliki variasi ukuran,
jenis, warna, dan model yang harus dipilih, setelah klik ikon
keranjang pembeli harus menentukan pilihan terlebih
dahulu sebelum melanjutkan ke proses checkout.
5. Selanjutnya Kita akan diarahkan ke halaman keranjang
belanja. Pilih produk yang ingin dibeli dan pilih voucher
yang ingin digunakan jika ada. Apabila Anda memiliki
voucher dan bonus-bonus lainnya, Anda dapat
menggunakannya untuk mengurangi total belanja. Lalu klik
Checkout.
6. Pada halaman checkout, pastikan alamat pengiriman sudah
benar, kemudian pilih jasa kirim dan tentukan jam

159
Smart ASN

pengiriman: pengiriman setiap saat atau pengiriman pada jam kantor.


7. Pilih metode pembayaran yang diinginkan
Apabila pembayaran sudah berhasil dilakukan pembeli akan mendapatkan
konfirmasi dari lokapasar secara langsung dan produk yangkita beli akan otomatis
ada di halaman pesanan dengan menunjukan status-status dari proses pengiriman.
Beberapa lokapasar juga menyediakan fitur Hubungi Penjual Jika kita sebagai
pembeli masih memiliki pertanyaan terkait pesanan Anda.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://cdn1.katadata.co.id/media/filespdf/2020/09/11/2020
_09_11-
09_43_49_dompet_digital_dan_masa_depan_ekonomi_indonesia. pdf
- https://www.ipsos.com/sites/default/files/ct/news/document
s/2020-02/ipsos_media_conferennce_-_e-wallet_-_id_0.pdf
- https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/376
- Modul Cakap Bermedia Digital

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Tren penggunaan dompet digital Indonesia
Cara menggunakan Google Trends untuk strategi konten dan SEO

Ayo Bermain Cara Bermain :


1. Pembicara menanyakan siapa peserta yang sudah melakukan
transaksi menggunakan aplikasi dompet digital, loka pasar
(marketplace), maupun transaksi digital hari ini. Jika tidak
ada, maka periode waktu dapat diubah menjadi sejak
kemarin, seminggu terakhir, maupun sebulan terakhir.
2. Pilih 2-3 orang untuk maju ke depan.
3. Tanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini:
a. Aplikasi dompet digital atau loka pasar (marketplace)
apa yang terakhir digunakan?
b. Mengapa memilih aplikasi tersebut?

160
Smart ASN

c. Berapa kali dalam sebulan bertransaksi menggunakan


aplikasi tersebut?
d. Apa barang/jasa yang sering dibeli melalui aplikasi
tersebut?
4. Ajak peserta lain untuk ikut berpartisipasi dengan menanyakan,
“siapa pengguna aplikasi yang sama?” sambil sesekali memberikan
kesempatan kepada peserta lain yangsedang duduk untuk
berpendapat/menjawab pertanyaan.

161
Smart ASN

e. Etika Berinternet (Nettiquette)


Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung, artinya dimanapun kita berada kita
tetap harus menghormati aturan yang berlaku. Pepatah di atas sudah sering kita
dengar dari semenjak kita masih kecil hingga sekarang ya, tentunya ini dapat menjadi
pegangan agarkita tidak salah langkah dalam menjaga sikap dan perilaku di dalam
masyarakat, tidak terkecuali ketika berinteraksi di dalam ruang digital bersama
dengan masyarakat digital. Castells (2010) menyebutnya sebagai sebuah bentuk
masyarakat baru akibat maraknya penggunaan internet baik melalui PC, Laptop
maupun smartphone.
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif
sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta
kedewasaan. Demikian pula ragam informasi yang didapatkan juga semakin terbuka
baik konten positif maupun konten negatif. Sehingga kita butuh tahu dan terapkan
netiket. Didunia digital kita juga mengenal etika berinternet atau yang lebih dikenal
dengan Netiquette (Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan
Internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa
kita berinteraksi dengan manusia nyata dijaringan yang lain, bukan sekedar dengan
deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia
sesungguhnya (Pane, 2016, dalam Firda dan Astuti 2021). Sedang tujuan dari
memahami netiket adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 4 Tujuan Bahasan Netiket

Tujuan Penjelasan

Memahami etika Memahami adalah kemampuan menjelaskan etiket

162
Smart ASN

berinternet dalam ruang digital.

Mengevaluasi etika Mengevaluasi adalah kemampuan memberi penilaian


berinternet atas pelaksanaan dan pelanggaran etiket di ruang
digital. Baik
yang dilakukan sendiri maupun orang lain.

Menerapkan etika Menerapkan adalah selalu menjadikan etika sebagai


berinternet panduan dalam pengalaman sehari-hari saat
beraktivitas di ruang digital.

Dalam beraktivitas di internet, terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti oleh
pengguna. Keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna
selama mengakses layanan internet (Pratama, 2014: 383). K.Bertens (2014: 470)
mendefinisikan etika sebagai sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berbeda
dengan etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan
individu lain atau dalam masyarakat (Pratama, 2014: 471). Jadi, etiket berlaku jika
individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sementara etika
berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan etiket
ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket
tidak tertulis (konvensi). Bab ini membahas tentang etiket berinternet yang akan
diawali dengan penjabaran perbedaan antara etika dan etiket agar diperoleh
kejelasan perbedaan antara konsep keduanya sebagaimana yang terlihat dalam
bagan di bawah ini.

163
Smart ASN

Gambar 3. 8 Perbedaan Etika dan Etiket Berinternet


Sumber: Laquey (1997), Yuhefizar (2008)

Urgensi Netiket
Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital,jadi ikutilah aturan
seperti dalam kehidupan nyata Pengguna internet berasal dari bermacam negara
yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. Pengguna internet
merupakan orang yang hidup dalam anonymous, yang mengharuskan pernyataan
identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas di internet memungkinkan
seseorang untuk bertindak etis / tidak etis. Berikut ini merupakan tips untuk
menyeleksi perilaku netiket:

164
Smart ASN

Tabel 3. 5 Tips Menyeleksi Perilaku Netiket (Limbong, 2018)

Seleksi dan Analisis Informasi Seleksi dan Analisis Informasi


Sesuai Netiket Tidak Sesuai Netiket

Ingatlah akan keberadaan orang lain di Menyebarkan berita hoaks atau berita
dunia maya bohong dan palsu

taat pada standar perilaku daring yang Ujaran kebencian (provokasi, hasutan,
sama dengan yang kita jalani di atau hinaan)
kehidupan nyata

Tidak melakukan hal-hal yang dapat pornografi (konten kecabulan dan


merugikan para pengguna internet eksploitasi seksual)
lainnya

Membentuk citra diri yang positif Pencemaran nama baik

Menghormati privasi orang lain penyebaran konten negatif

Memberi saran atau komentar yang baik Modus penipuan online (voucher diskon,
penipuan transaksi shopping online)

Hormati waktu dan bandwidth orang lain Cyberbullying (pelecehan,


mempermalukan, mengejek)

Mengakses hal-hal yang baik dan bersifat Perjudian online (judi bola online,
tidak dilarang blackjack, casino online)

Tidak melakukan seruan atau ajakan- Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan
ajakan yang sifatnya tidak baik siber (pencurian identitas, pembobolan
kartu kredit, pemerasan, hacking)

165
Smart ASN

Gambar 3. 9 Infografis Etika Bermedia Digital

Sumber: https://lpmp- papuabarat.kemdikbud.go.id/2019/10/16/aparatur-


sipil-negara- diharapkan-bijak-dalam-bermedia-sosial

Terdapat dua macam jenis netiket jika dilihat dari konteks ruang digital dimana kita
berinteraksi dan berkomunikasi, yaitu one to onecommunications dan one to many
communication. Jenis netiket tersebut diadopsi dari sebuah badan bernama IETF (The
Internet Engineering TaskForce) yang menetapkan standar netiket (IETF, 2016).

166
Smart ASN

1. One to one communications adalah komunikasi yang terjadi antara


satu individu dengan individu lainnya. Contohnya adalah ketika
mengirim email.
2. One to many communication adalah komunikasi yang terjadi antar
individu dengan beberapa orang atau kelompok atau sebaliknya,
contohnya adalah media sosial, blog, komunitas, situs web, dan
lain-lain.

Sebagaimana hakikat etiket, netiket ada untuk mengatur perilaku pengguna internet
secara normatif. Netiket berlaku ketika seorang warganet berinteraksi dengan
warganet lain. Atau dengan kata lain, netiket tidak mutlak dilakukan jika seorang
pengguna internet hanya melakukan kegiatan individual seperti searching dan
browsing saja. Netiket diperlukan untuk memanajemen interaksi pengguna internet
yang berasal dari seluruh dunia. Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada
di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Pengguna
internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan
adat istiadat. Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymouse,
yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Bermacam fasilitas
di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis / tidak etis sehingga
dibutuhkan pedoman atau petunjuk

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.cybersmile.org/what-we-do/advice-
help/netiquette/examples-of-bad-netiquette
- Modul Etika Bermedia Digital

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu

167
Smart ASN

Partner l Social Media Etiquette: 5 Rules To Follow | The Quint


SOCIAL MEDIA NETIQUETTE (INFOMERCIAL) 💻💻💻💻💻💻
https://drive.google.com/file/d/11YR6n-
AsFLneIEggsm8bp0HKFaQWZkfa/view

Ayo Berdiskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang,
masing-masing anggota kelompok bertugas untuk mencari sebuah
contoh kasus pelanggaran etika dan etiket dari sosial media
maupun aplikasi lain (yang relevan) dari akun yang dimiliki, baik
yang terjadi padanya maupun tidak. Diskusi dilakukan selama 10
menit, kemudian salah satu anggota kelompok memaparkan satu
contoh kasus yang telah didiskusikan selama 1-2 menit.

168
Smart ASN

f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan


Konten Negatif Lainnya
Konten negatif yang membarengi perkembangan dunia digital tentu menyasar para
pengguna internet, termasuk di Indonesia. Konten negatif atau konten ilegal di dalam
UU Nomor 19/2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dijelaskan sebagai informasi dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau
pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita
bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna. Selain itu,
konten negatif juga diartikan sebagai substansi yang mengarah pada penyebaran
kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan.
Konten negatif muncul karena motivasi-motivasi pembuatnya yang memiliki
kepentingan ekonomi (mencari uang), politik (menjatuhkan kelompok politik
tertentu), mencari kambing hitam, dan memecah belah masyarakat (berkaitan suku
agama ras dan antargolongan/SARA) (Posetti & Bontcheva, 2020). Beberapa konten
negatif dibeberkan secara singkat di bawah ini.

Apa itu Hoaks?


Salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. Hoaks, sebuah kata
yang tidak asing lagi bagi kita. KBBI mengartikan hoaks sebagai informasi bohong.
Kata ini sangat populer belakangan ini diIndonesia. Berbagai peristiwa besar sering
diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya seperti peristiwa politik, bencana alam,
ekonomi, sosial dan kesehatan. Jika kita kilas balik, kehadiran hoaks kita rasakan
pada

169
Smart ASN

tahun 2016-2017 saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta (Rahayu, Utari,
& Wijaya, 2019; Supriatma, 2017; Utami, 2018). Pada masa Pilkada tersebut, hoaks
banyak beredar untuk menjatuhkan dan memenangkan masing-masing calon
pemimpin kepala daerah.
Pergerakan hoaks dipermudah oleh penggunaan media sosial yang masif oleh
masyarakat. Menurut Utami (2018), pergerakan hoaks ditentukan oleh keberadaan
media sosial. Sebelum ada media sosial, kontrol informasi ada di media massa
sehingga ada pihak resmi yang menyaring isi informasi. Namun di era media sosial,
kontrol informasi inisepenuhnya ada di tangan masyarakat. Sayangnya kebebasan
akses ini tidak diimbangi oleh kemampuan pengguna informasi. Supriatma (2017)
mengatakan bahwa hoaks memanfaatkan masyarakat yang tidak memiliki
pengetahuan atau awam dalam mengelola informasi. Maraknya hoaks mendorong
Masyarakat Telematika (Mastel) melakukan survei di tahun 2017 yang
mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% menerima hoaks setiap hari.
Sedangkan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari.
Hoaks yang beredar di masyarakat juga datang dari media massa yang semestinya
bisa menjadi acuan untuk menangkal penyebaran hoaks. Kini hoaks tersebar juga
melalui situs web (34,90%), Whatsapp, Line, Telegram (62,80%), Facebook, Twitter,
Instagram, dan Path (92,40%). Soal awam dalam mengenali hoaks nampaknya
tercermin dalam sikap tidak kritis atas informasi yang diterima. Latar belakang
pengirim membuat hoaks dianggap sumber yang kredibel. Berikut ini merupakan
tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut LibGuides at University of West
Florida ( 2021):
a. Evaluasi, Evaluasi, Evaluasi

170
Smart ASN

Gunakan kriteria berikut ini untuk mengevaluasi sumber:


1) Currency (keterbaruan informasi): Apakah informasi
terkini? Bisa saja, misalnya, di Facebook, kita akan mengklik
sebuah cerita dan melihat bahwa tanggalnya berasal dari
beberapa bulan atau tahun yang lalu, tetapi teman kita
memberikan komentar emosional seolah-olah itu baru saja
terjadi.
2) Relevance (relevansi): Kriteria ini berlaku jika kita mencari
informasi. Apakah informasi yang kita temukan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan? Sudahkah kita melihat
berbagai sumber sebelum memilih informasi ini?
3) Authority (Penulis): Siapa penulis/penerbit/sponsor
berita? Apakah penulis memiliki maksud tertentu di balik
tulisannya?
4) Accuracy (Akurasi/Ketepatan): Apakah informasi didukung
oleh bukti? Apakah penulis mengutip sumber yang
kredibel? Apakah informasi tersebut dapat diverifikasi di
tempat lain?
5) Purpose (Tujuan): Apa tujuan dari berita tersebut?
Provokasi? Untuk menginformasikan? Untuk menjual? Ini
dapat memberi kita petunjuk tentang bias yang mungkin
terjadi.
b. Google It!
Jika kita menemukan sesuatu melalui media sosial, cobalah untuk mencari di mesin
pencari informasi, seperti google, terlebih dahulu! Cobalah telusuri apakah mesin
pencari menunjukkan tiga hal berikut:

171
Smart ASN

1) Ada/tidaknya situs berita terkemuka lainnya melaporkan


hal yang sama
2) Ada/tidaknya situs web cek fakta telah membantah klaim
tersebut
3) Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim
tersebut, maka dalam kasus ini, mungkin diperlukan lebih
banyak penggalian.
c. Dapatkan Berita dari Sumber Berita
Salah satu cara termudah untuk menghindari jebakan berita palsu adalah dengan
membuka langsung situs web berita yang kredibel mengenai berita tersebut.
Mengandalkan media sosial untuk melihat apa yang sedang tren semakin
mewajibkan kita untuk memverifikasi setiap meme atau artikel berita yang ditemui.
d. Bedakan Opini dengan Fakta
Opini sekarang banyak digunakan dalam sumber berita. Kita mungkin setuju dengan
pendapat yang disajikan atau penulis mungkin hanya mengkontekstualisasikan fakta.
Namun, kita harus memahami bahwa penulis menyajikan fakta dengan cara yang
sesuai dengan agenda mereka dan pikirkan mereka sendiri untuk menarik perhatian
pembaca sebanyak mungkin

Apa itu Perundungan di Dunia Maya (cyberbullying)?


Pernah mendengar kata cyberbullying? Di antara kita sudah ada yang pernah
mendengarnya. Kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai
perundungan di dunia maya. Pengertiannya, tindakan agresif dari seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun
mental), dengan menggunakan

172
Smart ASN

media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang bersangkutan
(UNICEF, n.d.). Kita mungkin kesulitan untuk membedakan mana yang disebut
sebagai perundungan dan mana yang hanya candaan. UNICEF (n.d) menjelaskan jika
suatu ujaran membuat kita merasa sakit hati dan membuat orang lain menertawai
kita (bukan kita ikut serta tertawa bersama mereka) maka candaan tersebut telah
melewati batas. Ketika kita meminta lawan bicara untuk berhenti namun mereka
tetap mengutarakan candaan tersebut kita merasa tidak nyaman, artinya ini
tergolong bullying. Sementara jika hal tersebut terjadi di dunia maya, maka disebut
sebagai cyberbullying.
Korbannya bisa mengalami depresi mental. Bentuk perundungan ini dapat berupa
doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia maya); cyberstalking
(mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya); dan revenge porn
(membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/vulgar seseorang. Selain
balas dendam, perundungan ini juga dapat bertujuan untuk memeras korban.
Perundungan ini bisa memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat terjadi
kekerasan fisik di dunia nyata/offline (Dhani, 2016).
Perundungan ini sering kita temui di dunia maya dan ini merupakan masalah serius
bagi kesehatan dan keselamatan para pengguna internet. Menurut Polda Metro Jaya,
tahun 2018 di Indonesia tercatat 25 kasus perundungan ini muncul di dunia maya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan terdapat 22,4% anak korban
perundungan. Ditengarai hal ini terjadi karena tingginya penggunaan internet (Putra,
2019). Mengapa perundungan ini mencemaskan? Perundungan di dunia maya
berpotensi semakin tinggi jika dibiarkan mengingat semakin tingginya penggunaan
internet di Indonesia dari

173
Smart ASN

tahun ke tahun. Sehingga perlu dilakukan tindakan sedini mungkin. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan literasi digital ke masyarakat, khususnya anak-
anak dan remaja. Kekuatiran terhadap perundungan di dunia maya tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. Laporan tentang tingginya
perundungan tanpa wajah, demikian disebutnya karena terjadi di dunia maya, dapat
dilihat pada tulisan Dhiraj tentang negara-negara yang memiliki tingkat
perundungandi dunia maya (2018). Walau Indonesia tidak tercantum dalam daftar
tersebut, bukan berarti kita tidak perlu waspada.
Jika kita mengalami perundungan terjadi di media sosial, maka kitadapat melaporkan
posting tersebut di sosial media karena seluruh mediasosial berkewajiban menjaga
penggunanya tetap nyaman berinteraksi. Bahkan, jika perundungan tersebut
membahayakan, segeralah menghubungi polisi. Cobalah mengambil gambar (screen
capture) bukti perundungan jika sewaktu-waktu dibutuhkan saat melapor.

Apa itu Ujaran Kebencian?


Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, &
Martinez, 2015). Pada banyak kasus, ujaran kebencian ini dapat membakar massa
untuk melakukan kekerasan fisik terhadap sasaran dari ujaran tersebut.
Penghasut membuat konten ujaran kebencian dengan sengaja mengubah fakta-fakta
atau disinformasi. Kata-kata atau gambar, video, audio dipilih yang bersifat
memojokkan kelompok atau seseorang. Konten

174
Smart ASN

tersebut bisa bertahan lama di dunia maya karena ada peran pengguna internet yang
terhasut. Para pengguna ini akan meneruskan konten ini ke orang-orang lain, dan
seterusnya menggelinding ke mana-mana, bahkan viral. Konten tersebut lalu
dibicarakan di dunia nyata (offline) secara intensif, bahkan disertai provokasi.
Jadi bermula dari hasutan yang terus-menerus di dunia maya, akhirnya dapat
bermuara pada tindakan kekerasan fisik. Mengapa banyak ujaran kebencian dan
mengapa banyak orang melakukan hal itu? Kita bisamelihat pada apa yang dikatakan
Drew Boyd, Director of Operations at The Sentinel Project. Ia mengatakan bahwa
pengguna internet merasa bebas melakukan itu karena mereka berpikir bahwa di
internet mereka tidak akan diketahui. Hal ini membuat mereka merasa jauh lebih
nyaman untuk mengutarakan kebencian dibanding jika mereka di dunia nyata
(Gagliardone et al., 2015). Orang-orang seperti ini berperan menggelindingkan
ujaran kebencian di internet bagai bola salju, yang semakin lama semakin membesar.
Supaya tidak membesar, maka gelindingan ujaran kebencian harus dihentikan. Salah
satunya dengan peran aktif kita melalui literasi digital.
Ketika kita menemukan konten yang mengandung ujaran kebencian terhadap
seseorang/organisasi/kelompok tertentu, Damar Juniarto dari Forum Demokrasi
Digital yang dilansir dalam BBC.com (2015) menyampaikan bahwa kita dapat
berperan aktif untuk menyampaikan kepada pengunggah bahwa konten yang
disebarkan mengandung ujaran kebencian yang akan menyulut emosi banyak pihak
dan tidak menyelesaikan masalah yang dimaksud. Selanjutnya kita juga dapat
mengingatkan bahwa ia bisa dijerat UU ITE, UU No. 40 Tahun 2008 tentang
Diskriminasi Rasial, dan aturan lain yang relevan. Jika tidak

175
Smart ASN

digubris juga, maka kita dapat melaporkan dan memastikan bahwa orang lain
mengetahui bahwa akun tersebut merupakan akun penyebar ujaran kebencian (bisa
dengan mengambil gambar bukti (screenshot) dan menginfokan pada orang lain).

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.kominfo.go.id/content/detail/8629/asal-mula-
situs-hoax-berkembang-di-indonesia/0/sorotan_media
- https://kominfo.go.id/content/detail/12008/%20ada-
800000-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/0/sorotan_media
- https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-
itu-cyberbullying
- https://arpap.kku.ac.th/index.php/arpap/article/view/132/
63
- https://bssn.go.id/cara-mengatasi-cyberbullying/
- https://ketik.unpad.ac.id/posts/3012/fenomena-
cyberbullying-di-indonesia-4
- https://kominfo.go.id/content/detail/8993/perkuat-
pertahanan-diri-kunci-memutus-mata-rantai-hoax-dan-
radikalisme/0/sorotan_media
- https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/15082
6_trensosial_hatespeech

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial
Kenapa Hoax Mudah Tersebar? (Cara Mudah Identifikasi Hoax dan Berita
Palsu)
Cyberbullying Motion Graphic (Indonesia)
Fakta Cyberbullying di Indonesia
Blurred Lines between Hate Speech and Freedom of Speech | Aurelia Vizal
| TEDxYouth@SWA
Hate Speech Media Sosial - By Era.Id
https://drive.google.com/file/d/1xyXJXtAPBU_FNhUuTC56uVAdn7
32mz2k/view
https://drive.google.com/file/d/11w46s8fC5ww77_bU_aYCHykPgQ
ONc_nj/view

Ayo Bermain Cara Bermain :


Persiapan : 4 halaman A4 yang berisi contoh bentuk perundungan

176
Smart ASN

di media sosial, misalnya


1. Percakapan di grup WhatsApp yang menjelek-jelekkan salah
satu anggota grup dengan maksud bercanda. Contoh: Hahaha
kamu mandi ga sih sebelum ke kantor? Kok bau-nya sampai ke
meja aku?
2. Komentar seseorang di Facebook yang mengkritik orang lain
dengan bahasa yang menyakitkan. Contoh: Kok ibunya masih
gendut ya padahal anaknya sudah 3 tahun?
3. Unggahan Instastory yang menampilkan dua dengan caption
sindiran pedas. Contoh: Bisa-bisanya dia masih pakai baju
yang sama seperti baju zaman SMA dulu, warnanya dulu putih
sekarang sampai coklat gini hahaha
4. Reply Instagram dari berbagai teman yang mengomentari
fisik setelah mengunggah wajah pribadi. Contoh: Eh, pipinya
mau tumpah tuh!/ Kok jadi jerawatan ya sekarang?/Gamau
mulai diet, nih? Awas nggak dilirik doi
Mekanisme Diskusi:
1. Bagi peserta ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
2. Masing-masing kelompok diberikan satu lembar A4 yang
berisi foto contoh kasus perundungan di media sosial
3. Minta setiap kelompok untuk mendiskusikan hal berikut :
a. Mengapa kasus tersebut tergolong cyberbullying?
b. Apa yang harus dilakukan jika terjadi pada kita?
c. Apa makna dari diskusi ini?

177
Smart ASN

g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di


Ruang Digital yang Sesuai dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturan
yang Berlaku
Sekarang zamannya kolaborasi, bekerja menghasilkan karya bersama, tidak sendiri-
sendiri. Sehingga, dapat menghasilkan karya yangkreatif dan orisinil. Hal ini dipicu
oleh penggunaan dunia digital yang semakin masif serta karakteristik media digital
sebagai web 2.0, yaitu media yang digunakan dengan cara kolaborasi dan berbagi
data antara individu. Seperti contohnya, media sosial sebagai media yang kontennya
diciptakan dan didistribusikan melalui interaksi sosial. Misalnya, berbagi opini di
Twitter, mengelola tampilan profil di Facebook, mengunggahvideo di YouTube, dsb
(Straubhaar, LaRose, and Davenport, 2012).
Proses interaksi yang terjadi di media sosial ini merupakan bagiandari komunikasi
sosial, bahkan semakin kompleks dan dapat menimbulkan masalah jika tidak
dikelola dengan baik. Permasalahan yang biasanya muncul terkait dengan privasi,
hak cipta karya, pornografi, kekerasan online, dan isu etika lainnya. Misalnya,
penggunaan foto unggahan dari pihak lain
tanpa izin atau pengutipan yang tidak layak, opini yang merugikan, penyebaran video
porno, dll. Khususnya yang saat ini sedang menjadi permasalahan utama di dunia
internet Indonesia adalah terkait pembuatan dan penyebaran berita palsu atau
hoaks. Sifat media digital yang user generated content yaitu siapapun dapat
memproduksi konten dalam berbagai bentuk (audio, video, gambar, teks) dan
menyebarkannyadi media. Hal ini menjadi dilema bagi pengguna dalam partisipasi di
mediadigital, karena karya kreatif di media sosial itu baik namun jika tidak diimbangi
dengan pengetahuan, etika, dan tanggung jawab sosial yang

178
Smart ASN

tinggi, maka hasilnya dapat menjadi negatif. Sehingga, dibutuhkan peningkatan


kompetensi terkait interaksi, partisipasi dan kolaborasi aktifdi ruang digital.
Hasil penelitian Joint Research Centre (JRC) European Commission dengan program
yang bernama The European Digital Competence Framework for Citizens atau
disingkat DigComp 2.1 mencetuskan lima kompetensi literasi media yaitu kelola data
dan informasi, komunikasi dan kolaborasi, kreasi konten, keamanan digital, serta
partisipasi dan aksi.Maka, bab ini fokus membahas mengenai kompetensi komunikasi
dan kolaborasi serta partisipasi dan aksi.
Interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antar pengguna terkait
mendiskusikan ide, topik, dan isu dalam ruang digital. Pada media digital, interaksi
bersifat sosial. Hasil yang diharapkan adalah interaksi yang sehat dan
menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya (Straubhaar
et al., 2012). Bahkan, dari proses interaksi ini dapat mendiskusikan ide, topik, dan
menghasilkan karya bersama. Contohnya, menjalin pertemanan di Facebook,
menciptakan ide membuatvideo atau gambar yang dapat berpengaruh positif bagi
orang lain, memunculkan ide startup bersama melalui komunikasi secara digital
misalnya dengan mengadakan rapat daring, mengirim hasil diskusi melalui email,
dan menyimpan semua data di cloud storage.
Namun, dengan kompleksnya informasi pada media digital, maka interaksi pun dapat
berdampak negatif. Misalnya, memberi komentar negatif terhadap berita khususnya
gosip artis di media sosial, seperti berikut ini. Pengikut akun Instagram
@lambe_turah yang memberikan kata-kata hujatan terkait selebgram yang
mengklarifikasi berita dirinya foto berdua dianggap

179
Smart ASN

selingkuh. Komentar ini tentu saja bentuk interaksi yang kurang pantas di media
sosial, karena lontaran kata-kata negatif dapat mempengaruhi persepsi orang lain
dalam menyikapi berita tersebut, misalnya dapat memancing emosi komentar
lainnya yang negatif dan bahkan bagi yang membaca dan tidak memberi komentar.
Interaksi negatif lainnya adalah ujaran kebencian atau hate speech. Berdasarkan
definisi dari United Nations, hate speech adalah berbagai jenis komunikasi dalam
bentuk lisan, tulisan, maupun perilaku yang menggunakan bahasa merendahkan atau
diskriminasi kepada orang ataukelompok tertentu berdasarkan agama, etnis, warga
negara, RAS, warna kulit, keturunan, gender, dan identitas lainnya.
Interaksi negatif ini dapat memiliki konsekuensi secara hukum pidana yang diatur
pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan ancaman
pidana: Bahkan yang menghujat pemerintah, seperti yang dilansir dari
hukumonline.com
(09/02/2017), pelaku diancam pidana dari pasal 207 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana(KUHP)

Apa itu Partisipasi?


Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Proses ini berakhir pada menciptakan
konten kreatif dan positif untuk menggerakkan lingkungan sekitar. Kompetensi ini
mengajak peserta untuk berperan aktif dalam berbagi informasi yang baik dan etis
melalui media sosial maupun kegiatan komunikasi daring lainnya (Kurnia, 2020).
Contohnya, kampanye dari Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi)

180
Smart ASN

dengan membuat poster berbagai pesan salah satunya protokol kesehatan,


kemudian dicetak dan ditempel di tempat-tempat umum, seperti di papan
pengumuman RT, warung nasi, penjual jamu, dsb.

Apa itu Kolaborasi?


Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan
masalah
bersama (Monggilo, 2020). Kompetensi ini mengajak peserta untuk berinisiatif dan
mendistribusikan informasi yang jujur, akurat, dan etis dengan bekerja sama dengan
kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (Kurnia, 2020).
Berdasarkan catatan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo),
selama krisis pandemi (Maret 2020-Januari 2021) terdapat 1.387 hoaks beredar di
dunia internet Indonesia. Berdasarkan survei dari Kominfo tentang literasi digital
nasional 2020 kepada 1670 responden di 34 provinsi, sebesar 68,4 persen
menyatakan pernah menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenarannya, dan
sebesar 56,1persen tidak mampu mengenali informasi hoaks.
Maka, dibutuhkan kemampuan untuk berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan
elemen masyarakat untuk membantu mengurangi kasus tersebut. Misalnya, Japelidi
berkolaborasi dengan organisasi pemerintah, komunitas, media, dan warga untuk
melakukan kampanye melawan hoaks COVID-19 termasuk dengan membuat konten
dalam 42 bahasa daerah.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.nfer.ac.uk/media/1772/futl08.pdf

181
Smart ASN

- https://www.iriss.org.uk/resources/esss-outlines/digital-
inclusion-exclusion-and-participation
- https://www.kominfo.go.id/content/detail/33929/gubernu
r-jatim-modul-literasi-digital-tingkatkan-partisipasi-
masyarakat/0/berita_satker

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Explaining digital communication, collaboration and participation
Re-thinking Digital Participation | Sabrina Sterling | TEDxEustis

Ayo Bermain Persiapan:


1. Bola plastik berbagai warna
2. Dua buah ember kecil untuk masing-masing kelompok, satu
berisi bola plastik, satu ember kosong
Cara Bermain :
1. Bagi peserta ke dalam kelompok yang terdiri atas 3-4 orang
2. Pada Babak Pertama, setiap kelompok mengutus satu orang.
Orang tersebut bertugas untuk memisahkan warna bola di
luar ember, dan memasukkan semua bola berwarna merah
ke ember lainnya dalam waktu 10 detik.
3. Pada babak kedua, setiap kelompok bekerja sama melakukan
tugas yang sama dalam waktu 10 detik.
4. Pembicara menanyakan pertanyaan berikut:
a. Bagaimana kesan orang pertama yang diutus sendiri
menyelesaikan tugas?
b. Bagaimana kesan kelompok mengerjakan tugas
bersama-sama?
c. Bagaimana metode pembagian peran yang terjadi
dalam kelompok?
d. Apa makna permainan ini jika dikaitkan dengan
penyebaran informasi? (Jawaban: bola diibaratkan
sebagai informasi, ember yang berisi bola merupakan
kumpulan informasi (fakta maupun hoaks), seluruh
masyarakat berperan untuk memilah dan
menyebarkan fakta serta menghentikan dan
membuang konten hoaks, yang dalam permainan ini
diibaratkan sebagai bola berwarna merah)

182
Smart ASN

h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital


Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku
Bank Indonesia (Ridhoi, 2020) mencatat volume dan nilai transaksi uang elektronik
di
Indonesia terus meningkat dalam lima tahun ke belakang. Lonjakan tertinggi tercatat
dalam rentang 2017-2018. Secara volume, pertumbuhan sebesar 209,8% dari 943,3
juta transaksi menjadi 2.922,7 miliar. Nominalnya tumbuh 281,4% dari Rp 12,4
triliun menjadi Rp 47,2 triliun. Kemudian berdasarkan data yang iPrice dan Jakpat
kumpulkan, 26% dari total 1000 responden menyebutkan mereka memilih untuk
menggunakan e-wallet/e-money sebagai metode pembayaran saat melakukan online
shopping di e-commerce (Devita, 2020).
Dari dua fenomena di atas diketahui bahwa volume dan nilai transaksi uang
elektronik di Indonesia meningkat. Maka kita sebagai pengguna media digital harus
bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena apabila tidak, akan dapat berdampak
negatif bagi kita ketika melakukan transaksi daring di sosial media.
Untuk itu kita sepatutnya mengenal bagaimana karakteristik media sosial. Media
sosial memiliki lima karakteristik yakni (Banyumurti,2019):
a. Terbuka. Siapapun dimungkinkan untuk dapat memiliki akun
media sosial dengan batasan tertentu, seperti usia.
b. Memiliki halaman profil pengguna. Tersedia menu profil yang
memungkinkan setiap pengguna menyajikan informasi tentang
dirinya sebagai pemilik akun.

183
Smart ASN

c. User Generated Content. Terdapat fitur bagi setiap pengguna untuk


bisa membuat konten dan menyebarkannya melalui platform
media sosial.
d. Tanda waktu di setiap unggahan. Setiap unggahan yang dibuat
diberi tanda waktu, sehingga bisa diketahui kapan unggahan
tersebut dibuat.
e. Interaksi dengan pengguna lain. Media sosial menyediakan fitur
agar kita dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya.

Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring adalah transaksi atau
pertukaran barang/jasa atau jual beli yang berlangsung di ranah digital. Berdasarkan
UU ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan media elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE
persyaratan para pihak yangbertransaksi elektronik harus dilakukan dengan sistem
elektronik yang disepakati oleh para pihak. Transaksi elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui oleh
penerima. Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan
pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya ialah
transfer bank, dompet digital/e-money,COD (Cash on Delivery) atau pembayaran di
tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Menurut GlobalWebIndex, Indonesia adalah negara dengan tingkatadopsi e-commerce
atau transaksi daring paling tinggi di dunia pada tahun2019. Hal ini menggambarkan
bahwa sebanyak 90% pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga 60 tahun
pernah melakukan pembelian

184
Smart ASN

produk atau jasa secara daring (CNN, 2020). Euromonitor mencatat total penjualan
daring yang terjadi di Indonesia sepanjang 2014 hingga 2019 sebesar US$ 1,1 milliar.
Bahkan Exabytes (Koeno, 2020 mencatat di masa pandemi Covid-19, dari Januari
hingga Juli 2020, jumlah pelaku bisnis di media digital ini di Indonesia meningkat
38,3%. Tidak hanya penjual, namun tingkat pembelian daring juga meningkat
terutama di masa pandemi. Survei McKinsey (Annur, 2020) menunjukkan 34%
warga Indonesia meningkatkan pembelian makanan melalui daring selama pandemi,
30% lebih banyak membeli kebutuhan rumah tangga secara daring. Data menarik
lainnya adalah, 72% responden menyatakan akan tetap melakukan transaksi daring
pasca pandemi.
Namun, terdapat berbagai kasus dalam transaksi daring, pihak yang dirugikan pun
dapat keduanya, baik penjual maupun pembeli. Kita sering mendengar kasus-kasus
seperti barang yang dipesan tidak sesuai dengan informasi yang tertulis, ukuran atau
warna yang berbeda. Memesan villa namun ternyata aslinya tidak seindah di foto.
Sedangkan dari pembeli, sering kali tertipu dengan transfer fiktif sehingga tidak ada
dana yang masuk padahal barang telah terkirim. Modus lainnya adalah rekayasa
sosial, akun palsu, menjual barang di bawah harga normal, promosi-promosi yang
tidak masuk akal, hingga melakukan pemblokkan kolom komentar guna menutupi
jejak keluhan orang-orang yang telah tertipu.
Managing Director Southeast Asia dan Emerging Markets Experian Asia Pacific
menyebutkan rata-rata 25% orang Indonesia pernah mengalami tindak penipuan
melalui beragam platform dan layanan transaksi daring (Liputan6, 2018). Salah satu
yang kerap terjadi adalah tertipu ulasan fiktif atau testimoni yang menipu. Penjual
dinilai sering

185
Smart ASN

melakukan praktik menuliskan informasi produk yang tidak sesuai dengan


kenyataan atau tidak lengkap (Debora, 2016).
Data di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat dalam kurun waktu 2016
hingga September 2020, rata-rata laporan terhadap penipuan transaksi daring
mencapai lebih dari 1500 kasus per tahunnya.Polri juga mencatat bahwa kejahatan
transaksi daring ini menempatiposisi kedua teratas dalam laporan kejahatan siber di
Indonesia yakni sebesar 28,7% (Katadata, 2020).

Penggunaan Internet untuk Transaksi


Media sosial dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
sebagai wadah mengembangkan bisnis. Mungkin Anda tertarik? Berikut beberapa
keunggulan penggunaan media sosial untuk UMKM, antara lain (ICT Watch, 2020;
Karyati, 2019):
a. Biaya operasional lebih efektif dan efisien
b. Toko dapat beroperasi 24 jam/hari selama 7 hari/minggu
c. Potensi pasar lebih luas hingga ke internasional/global
d. Katalog produk bisa selalu up to date
e. Tidak memerlukan toko offline/ toko fisik untuk memasarkan
produknya
f. Modal lebih kecil untuk memulai usaha
g. Dapat dengan mudah mengenali competitor

Kompetensi Akses: Mari Mengenal Alat Transaksi Daring


Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan pembelanjaan
daring. Jenis pembayaran atau transaksi daringdiantaranya transfer bank, dompet
digital/e-money, COD (Cash on

186
Smart ASN

Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Dari tujuh jenis metode pembayaran, yang menarik dan berkembang adalah e-wallet
dan e-money. Berdasarkan data Katadata, konsumen lebih sering menggunakan e-
wallet ketimbang e-money. Bahwa11,1% responden menggunakan Dana setiap hari.
Dana adalah salah satu jenis e-wallet yang beredar di masyarakat. Sementara,
konsumen yang memanfaatkan e-money setiap hari berada di urutan kedua dengan
9,1%.Riset ini menggolongkan e-money pada merek Flazz BCA, e-money Mandiri, dan
Brizzi.

Kompetensi Akses: Mengenal Lapak


Platform atau medium untuk melakukan transaksi beragam. Bahkan hampir di
seluruh platform media sosial atau aplikasi chat telah disediakan fitur untuk
transaksi atau fitur-fitur bisnis. Di antaranya fitur Whatsapp Business, Facebook
Marketplace, Instagram Shopping. Selain yang berbasis aplikasi chat dan media sosial
terdapat beragam aplikasi transaksi daring di internet. TrenAsia.com (Ihsan, 2020)
pada Agustus 2020, mencatat terdapat 10 pelapak transaksi daring yang paling
banyakdikunjungi oleh konsumen di Indonesia yakni Shopee, Tokopedia,Bukalapak,
Lazada, Blibli, JD.ID, Orami, Bhinneka, Zalora dan Matahari. Asosiasi Pelayanan Jasa
Internet Indonesia (APJII) (2020) menyebutkan Shopee sebagai toko daring yang
paling sering dikunjungi oleh warganet di Indonesia.

Kompetensi Verifikasi: Mari Bijak Bertransaksi


Survey yang diselenggarakan Sea Insights menunjukkan 54% responden pengusaha
UMKM selama pandemi Covid-19 lebih adaptif

187
Smart ASN

dalam menggunakan media sosial untuk meningkatkan penjualan. Bahkan


pendapatan rata-rata UMKM Indonesia yang telah mengadopsi ecommerce
meningkat lebih dari 160% (Alika, 2020).
Data APJII (2020) mengungkapkan walau 43,2% pengguna internet tidak pernah
melakukan transaksi online, namun tercatat produkyang paling sering dibeli secara
daring adalah fashion dan kecantikan (25%), Produk rumah tangga (6,5%), produk
elektronik (6,4%), tiket (4,4%) dan lainnya. Dalam survei Jakpat, lebih dari setengah
responden berharap minimarket dapat menerima metode pembayaran dompet
digital. Hal itu diakui 52,3% responden. Sementara para penjual di media sosial juga
berkemauan bisa memanfaatkan layanan tersebut, sebab 48,3% responden
mengharapkan penggunaan dompet digital.
Di balik kemudahan bertransaksi daring, terdapat bahaya yang mengintai, misalnya
. Oleh sebab itu, kita sebagai pengguna harus lebih bijak dalam menggunakan
transaksi ini dengan menjalankan tips dari Young Americans : Centre for Financial
Education (n.d) dan Goodwill Foundation (n.d) berikut ini:
a. Periksalah koneksi https, artinya situs web menggunakan
koneksi yang aman bagi data pribadi yang kita masukkan
b. Meneliti akun penjual. Kita dapat meneliti dari nomor
telepon yang mungkin dapat dihubungi jika kita mengalami
kendala saat bertransaksi. Selain itu, kita juga dapat
menelitinya dari ulasan pembeli sebelumnya
c. Menggunakan metode pembayaran yang aman. Sebaiknya
hindari pembayaran transfer langsung ke rekening penjual.
Kartu kredit dapat menjadi pilihan yang paling aman, jika
kita tidak mau membagikan nomor kartu ke banyak

188
Smart ASN

penjual, maka kita bisa menggunakan jasa pembayaran seperti Paypal, Google Wallet,
dan sebagainya.
d. Simpan riwayat transaksi, termasuk diantaranya tanggal,
nomor transaksi, deskripsi, harga produk, hingga riwayat
surel transaksi. Hal ini mungkin berguna saat terjadi
kendala.
e. Hindari memberikan password, kode OTP, dan data penting
lainnya kepada siapapun.
f. Jangan gunakan tanggal lahir, nomor ponsel, nama
teman/hewan/saudara sebagai kata sandi.
g. Berhati-hati dengan pesan scam melalui surel (yang
terkadang disertai tautan tertentu) dan situs web yang
mencurigakan.
h. Berhati-hati menggunakan komputer umum yang
digunakan untuk transaksi online. Pastikan tidak
meninggalkan komputer tanpa pengawasan saat traksasi
dan segera log out akun setelah bertransaksi.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.ojk.go.id/Files/box/buku%20bijak%20ber-
ebanking.pdf
- https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/205
33
- https://katadata.co.id/anshar/infografik/615a880f79d70/c
ara-aman-melakukan-transaksi-online

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Mengenal Lebih Dekat dengan E-Commerce
Online Shopping Advice
7 Steps to Smart Online Shopping!
Bijak Menggunakan Dompet Digital

189
Smart ASN

Ayo Bermain Persiapan:


Bagi peserta menjadi 4 kelompok besar. Tuliskan peran di bawah ini
menggunakan kertas kecil yang lipat, kemudian acak kertas-kertas
tersebut, lalu berikan satu kertas kepada masing-masing perwakilan
kelompok. Pembagian peran kelompok adalah sebagai berikut:
1. Pembeli
2. Penjual Palsu/Penipu
3. Penjual Palsu/Penipu
4. Penjual Asli
Cara Bermain:
1. Buatlah satu akun media sosial (misalnya instagram) untuk
berjualan sebuah produk.
2. Setiap kelompok penjual harus posting berbagai konten yang
dapat meyakinkan pembeli bahwa mereka ada penjual asli.
Aktivitas dilakukan selama 10 menit. (pembicara dapat
memberikan tips, “misalnya mau pakai chat admin atau bikin
video singkat, dsb”)
3. Setelah 10 menit, kelompok pembeli menelusuri ketiga akun
penjual untuk memastikan maan penjual yang asli dan yang
palsu. Penelusuran dilakukan selama 5-7 menit. (pembicara
dapat memberikan tips, “misalnya mau coba chat nomor
admin atau minta foto realpict, dsb”)
4. Kelompok pembeli menentukan mana kelompok penjual
palsu dan penjual asli disertai alasan dan metode
pengecekan yang dilakukan
5. Seluruh kelompok mengungkapkan mana yang penjual palsu
dan mana yang asli
6. Pembicara membahas permainan dan memberikan umpan
balik

190
Smart ASN

i. Fitur Proteksi Perangkat Keras


Kita tahu bahwa sebuah sistem komputer berisi perangkat keras seperti prosesor,
monitor, RAM dan banyak lagi, dan satu hal yang sistem operasi memastikan bahwa
perangkat tersebut tidak dapat diakses langsung oleh pengguna. Pada dasarnya,
perlindungan perangkat keras dibagi menjadi 3 kategori: perlindungan CPU,
Perlindungan Memori, dan perlindungan I/O. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut di bawah ini.
1. CPU Protection
Perlindungan CPU harus diperhatikan karena kita tidak dapat memberikan CPU ke
suatu proses selamanya, itu harus untuk beberapa waktu yang terbatas jika tidak,
proses lain tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menjalankan proses. Maka
untuk itu, timer digunakan untuk mengatasi situasi ini. yang pada dasarnya
memberikan waktu tertentu untuk suatu proses dan setelah timer dieksekusi, sebuah
sinyal akan dikirim ke proses untuk meninggalkan CPU. maka proses tidak akan
menahan CPU lebih lama.
Kita harus memastikan bahwa sistem operasi mempertahankan kendali. Kita harus
mencegah program pengguna terjebak dalam infinite loop atau tidak memanggil
layanan sistem, dan tidak pernah mengembalikan kontrol ke sistem operasi. Untuk
mencapai tujuan ini, kita dapat menggunakan timer. Timer dapat diatur untuk
menginterupsi komputer setelah jangka waktu tertentu. Periodenya bisa tetap atau
berubah-ubah. Pengatur waktu variabel umumnya diimplementasikan oleh jam
tingkat tetap dan penghitung. Sistem operasi mengatur penghitung. Setiap kali jam
berdetak, penghitung dikurangi. Ketika penghitung mencapai 0, interupsi terjadi.

191
Smart ASN

Sebelum menyerahkan kendali kepada pengguna, sistem operasi memastikan bahwa


pengatur waktu diatur untuk menyela. Jika penghitung waktu menyela, kontrol
ditransfer secara otomatis ke sistem operasi, yang dapat memperlakukan interupsi
sebagai kesalahan fatal atau dapat memberi program lebih banyak waktu. Jelas,
instruksi yang mengubah operasi timer adalah hak istimewa. Dengan demikian, kita
dapat menggunakan timer untuk mencegah program pengguna berjalan terlalu lama.
Teknik sederhana adalah menginisialisasi penghitung dengan jumlah waktu yang
diizinkan untuk dijalankan oleh suatu program. Program dengan batas waktu 7
menit, misalnya, penghitungnyaakan diinisialisasi ke 420. Setiap detik, penghitung
waktu terputus dan penghitung dikurangi 1. Selama penghitung positif, kontrol
dikembalikan ke program pengguna . Ketika penghitung menjadi negatif, sistem
operasimenghentikan program karena melebihi batas waktu yang ditentukan.
Penggunaan timer yang lebih umum adalah untuk mengimplementasikan pembagian
waktu. Dalam kasus yang paling sederhana, pengatur waktu dapat diatur untuk
menginterupsi setiap N milidetik, di mana N adalah irisan waktu yang diizinkan
untuk dieksekusioleh setiap pengguna sebelum pengguna berikutnya mendapatkan
kendali atas CPU. Sistem operasi dipanggil pada akhir setiap irisan waktu untuk
melakukan berbagai tugas pemeliharaan, seperti menambahkan nilai N ke catatan
yang menentukan (untuk tujuan akuntansi) jumlah waktu yang telah dijalankan oleh
program pengguna sejauh ini. Sistem operasi juga menyimpan register, variabel
internal, dan buffer, dan mengubah beberapa parameter lain untuk mempersiapkan
program berikutnya untuk dijalankan. Prosedur ini dikenal sebagai saklar konteks.

192
Smart ASN

Mengikuti saklar konteks, program berikutnya melanjutkan eksekusinya dari titik di


mana ia tinggalkan (ketika irisan waktu sebelumnya habis).
Penggunaan lain dari timer adalah untuk menghitung waktu saat ini. Interupsi
pengatur waktu memberi sinyal berlalunya beberapa periode, memungkinkan
sistem operasi menghitung waktu saat ini dengan mengacu pada beberapa waktu
awal.
2. Memory Protection
Jadi pada dasarnya Bare register menyimpan alamat awal program dan membatasi
register menyimpan ukuran proses, sehingga ketika suatu proses ingin mengakses
memori maka diperiksa apakah dapat mengakses atau tidak dapat mengakses
memori.
Untuk memastikan operasi yang benar, kita harus melindungi vektor interupsi dari
modifikasi oleh program pengguna. Selain itu, kita juga harus melindungi rutin
layanan interupsi di sistem operasi dari modifikasi. Bahkan jika pengguna tidak
mendapatkan kontrol yang tidak sah dari komputer, memodifikasi rutinitas layanan
interupsi mungkin akan mengganggu operasi yang tepat dari sistem komputer dan
spooling dan bufferingnya.
Kita kemudian melihat bahwa kita harus memberikan perlindungan memori
setidaknya untuk vektor interupsi dan rutinitas layanan interupsi dari sistem
operasi. Secara umum, kami ingin melindungi sistem operasi dari akses oleh program
pengguna, dan, di samping itu, untuk melindungi program pengguna dari satu sama
lain. Perlindungan ini harus disediakan oleh perangkat keras.
Untuk memisahkan ruang memori setiap program, kita memerlukan kemampuan
untuk menentukan kisaran alamat resmi yang dapat diakses oleh program, dan untuk
melindungi memori di luar ruang

193
Smart ASN

tersebut. Kita dapat memberikan perlindungan ini dengan menggunakan dua


register, Dalam perlindungan memori, kita berbicara tentang situasi itu ketika dua
atau lebih proses berada dalam memori dan satu proses dapat mengakses memori
proses lainnya. dan untuk mencegah situasi ini kami menggunakan dua register
sebagai:
a. Bare Register
b. Limit Register

Gambar 3. 10 Basis dan Register dalam Menentukan Ruang AlamatLogis


Sumber: https://qu.edu.iq/cm/wp-content/uploads/2014/12/lec7.pdf

Register dasar menyimpan alamat memori fisik legal terkecil; register batas berisi
ukuran rentang. Misalnya, jika register dasar menampung 300040 dan register batas
adalah 120900, maka program dapat secara legal mengakses semua alamat dari
300040 hingga 420940 inklusif.

194
Smart ASN

Perlindungan ini dilakukan oleh perangkat keras CPU yangmembandingkan setiap


alamat yang dihasilkan dalam mode pengguna dengan register. Upaya apapun oleh
program yang mengeksekusi dalam mode pengguna untuk mengakses memori
monitor atau memori pengguna lain menghasilkan jebakan ke monitor, yang
memperlakukan upaya tersebut sebagai kesalahan fatal. Skema ini mencegah
program pengguna memodifikasi kode atau struktur data baik sistem operasi atau
pengguna lain.
Register dasar dan batas dapat dimuat hanya oleh sistem operasi, yang menggunakan
instruksi istimewa khusus. Karena instruksi yang diistimewakan dapat dieksekusi
hanya dalam mode monitor, dan karena hanya sistem operasi yang mengeksekusi
dalam mode monitor, hanya sistem operasi yang dapat memuat register dasar dan
batas. Skema ini memungkinkan monitor untuk mengubah nilai register, tetapi
mencegahprogram pengguna mengubah isi register.
Sistem operasi, yang dijalankan dalam mode monitor, diberikan akses tak terbatas
ke monitor dan memori pengguna. Ketentuan ini memungkinkan sistem operasi
untuk memuat program pengguna ke dalam memori pengguna, membuang program
tersebut jika terjadi kesalahan, untuk mengakses dan mengubah parameter
panggilan sistem,dan seterusnya.
3. I/O Protection
Jadi ketika kita memastikan perlindungan I/O maka beberapa kasus tidak akan
pernah terjadi di sistem seperti:
a. Terminasi I/O dari proses lain
b. Lihat I/O dari proses lain
c. Memberikan prioritas pada proses tertentu I/O

195
Smart ASN

Program pengguna dapat mengganggu operasi normal sistem dengan mengeluarkan


instruksi I/O ilegal, dengan mengakses lokasi memori di dalam sistem operasi itu
sendiri, atau dengan menolak melepaskan CPU. Kami dapat menggunakan berbagai
mekanisme untuk memastikan bahwa gangguan tersebut tidak dapat terjadi di
sistem.
Untuk mencegah pengguna melakukan I/O ilegal, kami mendefinisikan semua
instruksi I/O sebagai instruksi yang diistimewakan. Dengan demikian, pengguna
tidak dapat mengeluarkan instruksi I/O secara langsung; mereka harus
melakukannya melalui sistem operasi. Agar perlindungan I/O menjadi lengkap, kita
harus yakin bahwa program pengguna tidak akan pernah bisa mengendalikan
komputer dalam mode monitor. Jika bisa, proteksi I/O bisa dikompromikan.
Pertimbangkan komputer yang mengeksekusi dalam mode pengguna. Ini akan
beralih ke mode monitor setiap kali interupsi atau jebakan terjadi, melompat ke
alamat yang ditentukan dari vektor interupsi. Jika program pengguna, sebagai bagian
dari eksekusinya, menyimpan alamat baru dalam vektor interupsi, alamat baru ini
dapat menimpa alamat sebelumnya dengan alamat dalam program pengguna.
Kemudian, ketika jebakan atau interupsi yang sesuai terjadi, perangkat keras akan
beralih ke mode monitor, dan akan mentransfer kontrol melalui vektor interupsi
(dimodifikasi) ke program pengguna! Program pengguna dapat mengontrol
komputer dalam mode monitor. Bahkan, program pengguna dapat mengontrol
komputer dalam mode monitor dengan banyak cara lain. Sistem operasi,
mengeksekusi dalam mode monitor, memeriksa apakah permintaan itu valid, dan
(jika permintaan

196
Smart ASN

itu valid) melakukan I/O yang diminta. Sistem operasi kemudian kembali ke
pengguna.
Urgensi Melindungi Perangkat Digital
Perangkat digital seperti gawai atau peranti komputer yang kita miliki adalah alat
utama yang bisa digunakan untuk mengakses internet dan berselancar di dunia
maya. Secara
standar perangkat ini sudah dirancang dengan segudang fitur pengaman untuk
memastikan aktivitas kita saat bermedia digital aman dan nyaman. Namun setiap
teknologi memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan orang yang tidak
bertanggung jawab. Faktanya, salah satu celah terbesar dalam teknologi digital ada
pada pengguna, baik karena pengguna lalai dalam mengoperasikan perangkat
maupun lupa mengaktifkan fitur pengaman.
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya
ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan pegang, seperti
layar ponsel, monitor, keyboard, hardisk, dan kartu penyimpanan. Sedangkan
perangkat lunak merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam
perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua komponen ini
saling terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara
berkesinambungan.

197
Smart ASN

Mengapa penting melakukan proteksi perangkat digital? Perangkat digital yang kita
miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital. Tidak hanya mencari
hiburan, melainkan juga bertransaksi secara daring. Di dalam perangkat digital kita
tersimpan beragam informasi penting. Mulai dari galeri foto dan video pribadi, daftar
kontak, sampai data-data keuangan yang diperlukan bertransaksi termasuk uang
digital. Karena pentingnya isi di dalam perangkat digital, teknologi ini sering menjadi
incaran upaya peretasan. Jika upaya tersebut berhasil maka pengguna perangkat
digital akan mengalami kerugian atas berbagai kebocoran data pribadi yang bisa
mengakibatkan keamanan privasi kita menjadi terganggu. Proteksi perangkat digital
juga bertujuan agar perangkat digital yang kita gunakan tidak disalahgunakan oleh
oranglain misalnya ketika ponsel pintar kita dilengkapi dengan proteksi sepertikata
sandi atau fingerprint maka ponsel kita tidak bisa digunakan oleh orang lain.

Memproteksi Perangkat Digital


Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang bertujuan
untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware,
singkatan dari malicious software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk
mengontrol perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita
atau uang dari pemilik perangkat.
Perangkat lunak perusak telah digunakan untuk mencuri sandi dannomor akun dari
ponsel, komputer, tablet dengan cara membebankan biaya palsu pada akun
pengguna, dan bahkan melacak lokasi dan aktivitaspengguna tanpa sepengetahuan
mereka (Lookout.com, 2020). Penelitian

198
Smart ASN

status yang dilakukan Lookout menunjukkan bahwa perilaku pengguna dan geografi
sangat mempengaruhi risiko dalam menghadapi perangkat lunak jahat. Cara paling
aman untuk menghindari program semacam itu adalah dengan mengunduh aplikasi
yang sudah banyak digunakan, serta terpercaya dengan cara melihat ulasan dari
pengunduh aplikasi tersebut. Beberapa aplikasi yang terpercaya tersebut adalah
Google Play atau App Store (Lookout.com, 2020).
Dalam menjalankan upaya penipuan, peretas biasanya menyamarkan malware
sebagai aplikasi seluler yang tampak aman di toko aplikasi dan situs web. Misalnya
kita selama ini mengenal aplikasi permainan Angry Birds sebagai aplikasi yang aman.
Peretas kemudian berusaha membuat program tiruan yang berisi malware dengan
iming- iming semua level yang berbayar bisa terbuka secara gratis. Aplikasi tiruan ini
biasanya diedarkan di luar toko aplikasi resmi. Ketika pengguna mengunduhnya,
tanpa dia sadari pengguna itu tengah memasukkan aplikasi tiruan yang
membahayakan perangkat digital dan data yang ada di dalamnya (Lookout.com,
2020).
Meskipun sudah ada upaya untuk menghindari mengunduhperangkat dari luar situs
resmi, ternyata, pengunduhan aplikasi yang cermat dan teliti tidak selalu
meminimalkan risiko. Hal ini disebabkan karena ada situs-situs yang dengan curang
memaksa perangkat untuk melakukan unduh otomatis ketika situs tersebut diakses
aplikasi-aplikasiperamban (browser) masa kini seperti Google Chrome atau Mozilla
Firefox sebenarnya sudah mengantisipasi hal ini dan akan memberikan deteksi bila
pengguna masuk ke situs yang berbahaya. Namun kita tetap harus berhati-hati dan
tidak disarankan untuk menginstal unduhan secara acak dari pengelola unduhan.

199
Smart ASN

Data menunjukkan bahwa tingkat kasus malware di Indonesia termasuk yang


tertinggi. Microsoft telah meluncurkan hasil riset Asia Pasifik di edisi terbaru Security
Endpoint Threat Report 2019 yang mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki
tingkat malware tertinggi di kawasan Asia. Temuan ini berasal dari analisis dari
berbagai sumber data Microsoft, termasuk delapan triliun sinyal ancaman yang
diterima dan dianalisis oleh Microsoft setiap hari, mencakup periode 12 bulan, dari
Januari hingga Desember 2019 (Microsoft Indonesia, 2019).

Gambar 3. 11 Jenis-Jenis Fitur Proteksi Perangkat keras (kiri) danperangkat


lunak (kanan)

Setiap perangkat lunak umumnya memiliki cara melindungi penggunanya masing-


masing sesuai kebijakan perusahaan pengembangnya. Sistem operasi dalam gawai
yang kita gunakan pun memiliki kebijakan masing-masing. Berikut ini merupakan
tips untuk melindungi gawai kita dari virus, peretas, maupun pengintai (State of
California Department of Justice, n.d):
a. Perbarui sistem operasi dan aplikasi penting secara
berkala, kegiatan ini dapat meminimalisir kecacatan
aplikasi yang mempermudah peretas mencuri data kita.

200
Smart ASN

b. Gunakan antivirus secara rutin untuk menelusuri seluruh


file dalam gawai kita dan memeriksa apakah ada dokumen
yang mencurigakan
c. Gunakan antispyware untuk melindungi aktivitas gawai
kita. Beberapa antivirus sudah memasukkan fitur ini. Tanda
bahwa gawai kita terkena spyware yakni, tiba-tiba gawai
kita dipenuhi banyak iklan, terpindah ke websita yang tidak
kita inginkan, dan kecepatan beroperasi gawai yang
semakin melambat
d. Gunakan firewall untuk memutuskan komunikasi ke dan
dari sumber yang tidak kita setujui (misalnya telepon
iseng).
e. Gunakan kata sandi yang kuat, misalnya menggunakan
huruf pertama dari sebuah frase yang mudah kita ingat,
contoh It@tTd--Indonesia tanah airku tanah tumpah
darahku. Gunakan kata sandi yang unik khususnya untuk
transaksi, sosial media, dan surel.
f. Gunakan verifikasi tambahan, misalnya pemindai sidik jari
dan wajah
g. Berhati-hati dengan apa yang kita klik. Misalnya, jika kita
mendapat surel yang menyatakan bahwa akun perbankan
kita terkunci dan meminta kita memasukkan kata sandi,
segera pikir ulang untuk mengikuti perintah surel tersebut.
Hubungi bank melalui nomor resmi dan pastikan
kebenaran surel tersebut karena, umumnya, bank tidak
pernah meminta kata sandi maupun data pribadi secara
langsung.

201
Smart ASN

h. Berhati-hati saat belanja daring, pastikan situs belanja


tersebut aman dan terpercaya sebelum memasukkan data
pribadi dan nomor kartu kredit.
i. Berhati-hati dengan apa yang kita publikasikan. Bisa saja
saat mengunggah sebuah konten, kita tidak sengaja
mempublikasikan informasi personal.
j. Merespon informasi data bocor. Data kita bisa jadi bocor ke
pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, jika kita
mendapatkan informasi kebocoran data yang mengandung
nomor kartu kredit kita, segera bekukan akun untuk
menghindari peretas menggunakan kartu kredit kita.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://support.google.com/android/answer/9459346?hl=e
n
- https://www.apple.com/uk/privacy/control/
- https://safety.google/security/security-tips/
- https://oag.ca.gov/privacy/facts/online-privacy/protect-
your-computer

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Former NSA Hacker Reveals 5 Ways To Protect Yourself Online
How hackers take over your accounts using social engineering
(Marketplace)
How to protect your privacy with Android
How To Make A Super-Secure Password

Ayo Bermain Cara Bermain :


bentuk 5 kelompok yang beranggotakan 3 orang. Masing-masing
kelompok akan mendapatkan kotak harta karun yang menyimpan
semua misi rahasia anggota kelompok. Setiap kelompok wajib
menyembunyikan dan menjaga kotak tersebut agar tidak diketahui
oleh kelompok.

Aturan main:

202
Smart ASN

1. Semua kelompok akan mendapatkan misi rahasia untuk


mendapatkan diamond, mereka akan mendapatkan clue
untuk melanjutkan perjalanan mereka.
2. Misi setiap kelompok yaitu memecahkan semua clue dan
menjaga kotak mereka (yang tersembunyi)
3. Jika kotak ditemukan oleh kelompok lain, maka kelompok
tersebut akan langsung mendapatkan diamond dan bisa
memerintahkan apa saja kepada kelompok yang kalah

Pertanyaan:
1. Apa kaitan permainan ini password
2. Sepenting kotak yang harus dijaga tersebut, mengapa yang
berhasil menemukan bisa memerintahkan apa saja ke
kelompok yang kalah? kaitkan dengan fenomena pencurian
password (jawaban: sama halnya dengan password yang
harus dijaga, jika password kita berhasil dibobol orang, maka
segala identitas, akun, tgl lahir, dll bisa dengan mudah
mereka dapatkan, dan itu yang dimanfaatkan orang-orang,
misal untuk peminjaman online dll)

203
Smart ASN

j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital


Pertama, sebagai pengguna platform digital, kita bisa menggunakan identitas asli
atau
samaran, namun kita wajib bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Pastikan juga
hanya menampilkan identitas digital yang “aman”. Hindari untuk menampilkan
identitas digital yang seolah aman tapi tidak seperti tanggal lahir kita dan nama ibu
kandung. Sebab, identitas tersebut biasanya digunakan dalam transaksi perbankan
yang tentu hanya kita saja yang boleh menggunakannya.
Kedua, pastikan keamanan surat elektronik kita sebagai identitas digital utama yang
kita gunakan untuk mengakses berbagai platform digital dengan secara rutin
memastikan sandi diperbaharui. Selain itu, sebelum bergabung dalam platform
digital tertentu (application admission), pastikan kita memahami identitas digital kita
akan dikelola dengan baik dan aman. Kita juga wajib membaca syarat yang harus kita
sepakati saat mendaftar akun platform digital dengan detail serta sadar akan
risikonya. Kita juga harus memastikan memahami seluruh jaminan privasi dan
keamanan platform tersebut.
Ketiga, pastikan kita melindungi identitas digital kita di berbagai akun platform
digital yang kita gunakan. Konsolidasikan keamanannya misalnya dengan tidak
menggunakan sandi sama namun hubungkan satu akun dengan lainnya dengan
perlindungan yang maksimal untuk saling mengunci.
Ketiga langkah di atas penting untuk melindungi identitas digital yang kita miliki agar
tidak terjadi kerugian di masa mendatang. Namun begitu, kita juga perlu melindungi
identitas digital milik orang lain baik keluarga atau teman maupun orang lain dengan
cara menghargai privasi

204
Smart ASN

mereka serta tidak melakukan invasi ke dalam sistem keamanan platform


digital mereka.

Memahami dan Melindungi Data Pribadi


Jika identitas digital adalah karakter kita di platform digital baik yang terlihat maupun
tidak terlihat, maka data pribadi merupakan konsep yang lebih luas. Data pribadi
adalah data yang berupa identitas, kode, simbol, huruf atau angka penanda personal
seseorang yang bersifat pribadi (Latumahina, 2014). Data pribadi bisa juga diartikan
sebagai data atau informasi perseorangan yang disimpan, dikelola dan dilindungi
kerahasiaannya karena bersifat privat.
General Data Protection Regulation (GDPR), regulasi perlindungandata pribadi yang
disahkan Uni Eropa pada tahun 2016, merumuskan bahwa data pribadi adalah segala
informasi yang bisa digunakan sebagai penanda rasional untuk mengenali seseorang.
Contoh data pribadi yang biasanya dikaitkan dengan platform digital adalah alamat
surat elektronik, alamat Internet Protocol (IP address), nomor telepon genggam,dan
data lokasi peta.
Di Indonesia, Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (RUUPDP)
mendefinisikan data pribadi sebagai setiap data tentang seseorang yang
teridentifikasi dan atau dapat diidentifikasi secara tersendiri atau dikombinasikan
dengan informasi lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
sistem elektronik dan/atau non elektronik (dalam Monggilo, Kurnia & Banyumurti
2020).

205
Smart ASN

Gambar 3. 12 Jenis Data Pribadi Sumber: Monggilo, Kurnia &


Banyumurti (2020)

Gambar 3. 13 Tips Perlindungan Data Pribadi

Sumber: diolah dari Monggilo, Kurnia & Banyumurti (2020), Tirto.id.(2019,


Desember 10)
206
Smart ASN

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.consumer.ftc.gov/articles/what-know-about-
identity-theft
- https://consumerfed.org/wp-
content/uploads/2011/03/Ten%20Easy%20Steps.pdf
- https://edri.org/files/paper06_datap.pdf
- https://www.cnil.fr/sites/default/files/atoms/files/cnil_gui
de_securite_personnelle_gb_web.pdf

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Your Personal Data, Your Choice
How to protect your personal data from hackers
Seri Ekonomi Digital: Pentingnya Perlindungan Data Pribadi di Indonesia

Ayo Bermain Cara Bermain :


Bentuk kelompok beranggotakan 10 orang. Setiap orang mengambil
bola yang berisikan peran untuk setiap orang. Peran tersebut terdiri
dari:
1 moderator
1 seer/peramal
3 werewolf
5 penduduk biasa

Aturan main:
1. Diantaranya peran tersebut, hanya moderator yang boleh
memberitahukan perannya kepada yang lain, sedangkan 9
yang lain wajib merahasiakan peran yang didapatkan. Hanya
moderator yang mengetahui semua peran 9 orang tersebut.
Moderator bertugas memimpin jalannya permainan dan
mengumumkan pemenang di akhir permainan
2. Werewolf memiliki kesempatan untuk membunuh semua
orang kecuali moderator
3. Seer/peramal memiliki kesempatan untuk mengetahui siapa
werewolf sebenarnya dan bisa memilih untuk memihak pada
warga atau werewolf
4. Peran warga adalah sebagai pihak yang harus mengetahui
siapa musuh dalam selimut diantara mereka, mereka tidak
mengetahui siapa yang berperan sebagai warga yang lain
(sekawan), disinilah peran werewolf untuk memanipulatif

207
Smart ASN

identitas mereka dengan cara menfitnah warga yang lain


5. Orang yang tertuduh paling banyak di siang hari, dia akan
mati
6. Orang yang dipilih oleh werewolf di malam hari juga akan
mati
7. Pemenang dari game ini adalah jika jumlah warga lebih
banyak dibanding werewolf, maka warga menang, namun
jika jumlah werewolf lebih banyak, maka werewolf menang.

Pertanyaan:
1. Coba kaitkan dengan materi pentingnya menjaga identitas
dan data pribadi
2. Menurut anda peran werewolf di dunia digital bagaikan?
3. Menurut anda peran warga di dunia digital bagaiman?
4. Jika anda sebagai bermedia digital, peran apa yang cocok
bagi anda?
5. Menurut Anda apa yang akan terjadi jika kita menjadi
individu yang terlalu terbuka dengan orang lain
6. Siapakah kawan dan lawan di permainan ini, kaitkan dengan
identitas dan data pribadi di dunia digital
7. Apakah anda mengetahui siapa yang sedang anda hadapi di
dunia digital?

208
Smart ASN

k. Penipuan Digital
Kemajuan teknologi internet memudahkan berbagai hal mulai dariberbagi informasi
hingga proses jual beli barang atau jasa melalui berbagai macam aplikasi. Namun
demikian, terdapat oknum-oknum yangmemanfaatkan kemajuan teknologi tersebut
dengan melakukan kejahatan siber/kejahatan digital. Berbelanja daring rentan
menjadi incaran para pelaku kejahatan digital karena aktivitas ini memiliki beragam
celah yang bisa dimanfaatkan, terutama dengan memanfaatkan kelengahan
pengguna teknologi digital.
Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media internet untuk
menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis ini menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi) yang
disalahgunakan untuk menampilkan upaya menjebak pengguna internet dengan
beragam cara. Strateginya biasanya dilakukan secara bertubi-tubi tanpa diminta dan
sering kali tidak dikehendaki oleh korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015).
Modus penipuan digital lebih mengarah pada penipuan yang menimbulkan kerugian
secara finansial. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penipuan produk secara
daring. Modusnya dengan mengirimkan barang yang berbeda dengan yang dijanjikan
saat transaksi dilakukan atau bahkan tidak mengirimkan barang sama sekali.
Penipuan digital ini tidak hanya menimbulkan kerugian pada pembeli saja, karena
terdapat pula bentuk penipuan yang merugikan penjual. Misalnya pembeli yang
melakukan transfer fiktif dan penjual lalai melakukan pengecekan kembali sehingga
tertipu dengan mengirimkan produk yang dijualnya. Jika dipetakan, maka setidaknya
terdapat dua kerugian yang dialami konsumen seperti digambarkan dalam bagan di
bawah ini.

209
Smart ASN

Modus penipuan digital dilakukan dengan target awal adalah melakukan pencurian
data digital, sehingga perlindungan terhadap identitas digital dan data pribadi
menjadi bagian
yang penting pada berbagai dunia (Sammons & Cross, 2017). Identitas digital ini
tentu saja tidaklah selalu sama dengan identitas kita dalam kehidupan nyata yang
merupakan rangkuman karakteristik kita baik yangbersifat tetap maupun tidak tetap
(Monggilo, Kurnia & Banyumurti, 2020). Informasi lebih detail tentang hal ini dapat
dibaca di Bab III tentangperlindungan identitas digital dan data pribadi. Selanjutnya
pencurian data pribadi menjadi target dalam melakukan penipuan digital dan
umumnya berkaitan dengan keuangan data-data yang dijual, biasanya didapat dari
perusahaan maupun bank, dengan berisikan nama lengkap, tempat tinggal, tanggal
lahir, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon rumah, email, alamat
kantor, jabatan, hingga nama ibu kandung (Nurdiani, 2020).
Penipuan digital ini marak terjadi melalui media sosial. Modusnyapun berbeda-beda,
mulai dari rekayasa sosial (social engineering), menjual produk di bawah harga pasar
hingga membatasi komentar pada unggahan terkait.

Gambar 3. 14 Modus Penipuan Digital di Media Sosial

Sumber: Modul Keamanan Digital

210
Smart ASN

Kita juga dapat memperhatikan bahwa cukup banyak kerugian yang dimunculkan
dari kejahatan digital ini dengan kriteria penipuan digital yang mana dalam lima
tahun terakhir sejak 2014 sampai dengan 2018 bahwa kerugian yang ditimbulkan
kejahatan digital ini mencapai US$7.450,6 juta dengan rincian kerugian pada tahun
2014 sebesar US$800,49 juta. Pada tahun 2015 kerugian mencapai US$1070,71 juta,
kemudian pada tahun 2016 kerugian mencapai US$1450,7 juta, tahun 2017 kerugian
mencapai US$1418,7 juta, dan pada tahun 2018 kerugian mencapai US$2.710 juta.

Gambar 3. 15 Kerugian dari Kejahatan Dunia Maya yang DilaporkanIC3 2014-


2018

Sumber: Statista, 9 Juli 2019

Untuk menangkal kejahatan digital khususnya penipuan digital dengan berbagai


modus sebagaimana tersebut di atas, maka kita perlu pemahaman dan peningkatan
literasi digital dalam kerangka ketahanan

211
Smart ASN

keamanan digital dengan minimal kompetensi yang dimiliki adalah kemampuan


analisis, kemampuan verifikasi dan kemampuan evaluasi.

Ragam Penipuan Digital


Dalam berbagai kasus serangan siber di atas, penipuan digital menjadi salah satu
bentuk kejahatan digital yang cukup rentan dan banyak dialami oleh masyarakat.
Setidaknya ada empat bentuk penipuandigital, yaitu scam, spam, phising, dan hacking.
Secara teknis, penipuan dapat bersifat social engineering dengan ragam bentuk yang
kita terima mulai dari SMS, telepon, email bahkan dalam bentuk virus serta
pembajakan/peretasan akun dan cloning platform yang kita miliki.
1. Scam
Merupakan permainan atau tindakan untuk menipu kepercayaan seseorang yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat. Beberapa tipe dari scam
yaitu:
a. Upaya mendapatkan informasi pribadi
Upaya dalam mendapatkan informasi pribadi dengan cara:
1. Hacking
Peretasan terjadi ketika scammer memperoleh akses ke informasi pribadi kita
dengan menggunakan teknologi untuk membobol komputer, perangkat seluler, atau
jaringan kita. Mereka akan menggunakan informasi yang mereka peroleh untuk
melakukan aktivitas penipuan, seperti pencurian identitas atau mereka dapat
memperoleh akses langsung ke detail perbankan dan kartu kredit kita.

212
Smart ASN

2. Identity Theft
Pencurian identitas adalah jenis penipuan yang melibatkan penggunaan identitas
orang lain untuk mencuri uang atau mendapatkan keuntungan lain.
3. Phishing
Penipuan phishing adalah upaya penipu untuk mengelabui kita agar memberikan
informasi pribadi seperti nomor rekening bank, kata sandi, dan nomor kartu kredit
kita. Penipu menghubungi kita dengan berpura-pura dari bisnis yang sah, dan pesan
phishing dirancang agar terlihat asli, dan sering kali menyalin format yang digunakan
oleh organisasi yang berpura-pura diwakili oleh scammer, termasukmerek dan logo
mereka.
4. Remote Access Scams.
Penipuan akses jarak jauh mencoba meyakinkan kita bahwa kita memiliki masalah
komputer atau internet dan kita perlu membeli perangkat lunak baru untuk
memperbaiki masalah tersebut. Penipu berpura - pura menjadi penyedia jasa
layanan service, dan membuat kita berpikir bahwa benar adavirus, sehingga meminta
akses jarak jauh ke komputer kita
b. Buying or Selling
1. Classified Scams
Penipuan rahasia menipu pembeli online di situs web rahasia untuk berpikir bahwa
mereka

213
Smart ASN

berurusan dengan kontak yang sah tetapisebenarnya itu adalah scammer.


2. False Billing
Penipuan penagihan palsu meminta kita atau bisnis kita untuk membayar faktur
palsu untuk daftar direktori, iklan, pembaruan nama domain, atau perlengkapan
kantor yang tidak kita pesan.
3. Health & Medical Products
Penipuan produk kesehatan dan medis dapat menjual produk perawatan kesehatan
kepada kita dengan harga rendah yang tidak pernah kita terima, atau membuat janji
palsu tentang produk, obat- obatan, dan perawatan mereka.
4. Mobile Premium Service
Scammers membuat kompetisi SMS atau penipuan trivia untuk menipu kita agar
membayar tarifpanggilan atau teks yang sangat tinggi saatmembalas pesan teks yang
tidak diminta di ponsel atau ponsel pintar kita.
5. Online Shopping Scams
Penipuan belanja online melibatkan scammer yang berpura-pura menjadi penjual
online yang sah, baikdengan situs web palsu atau iklan palsu di situs pengecer asli.
6. Overpayment Scams
Penipuan kelebihan pembayaran bekerja dengan membuat kita 'mengembalikan'
scammer yang telah

214
Smart ASN

mengirimi kita terlalu banyak uang untuk barang yang kita jual
7. Psychic & Clairvoyant
Penipuan psikis dan peramal dirancang untuk menipu kita agar memberikan uang
anda, biasanya menawarkan 'bantuan' dengan imbalan biaya.
c. Dating/Romance
Penipu memanfaatkan orang yang mencari pasangan,seringkali melalui situs kencan,
aplikasi, atau media sosial dengan berpura-pura menjadi calon teman. Mereka
memainkan pemicu emosional untuk membuat kita memberikan uang, hadiah, atau
detail pribadi.
d. Fake Charities
Scammers menyamar sebagai badan amal asli dan meminta sumbangan atau
menghubungi kita dan mengaku sedang mengumpulkan uang/dana setelah bencana
alam atau peristiwa besar.
e. Investasi
1. Betting & Sports Investments Scam
Penipuan taruhan dan investasi olahraga mencoba meyakinkan kita untuk
berinvestasi dalam sistem dan perangkat lunak yang di klaim 'sangat mudah' yang
dapat 'menjamin' kita mendapat untung dari acara olahraga.
2. Investment Scam
Penipuan investasi melibatkan janji pembayaran besar, uang cepat atau
pengembalian yang dijamin.

215
Smart ASN

Selalu curiga terhadap setiap peluang investasi yang


menjanjikan pengembalian tinggi dengan sedikit atau
tanpa risiko – jika tampaknya terlalu bagus untuk
menjadi kenyataan, mungkin memang demikian – dan
kemungkinan besar adalah penipuan.

f. Jobs

1. Jobs & Employment Scams


Pekerjaan dan penipuan pekerjaan menipu kita untuk menyerahkan uang kita
dengan menawarkancara 'terjamin' untuk menghasilkan uang cepat atau pekerjaan
bergaji tinggi dengan sedikit usaha.
2. Pyramid Scams
Skema piramida adalah skema 'cepat kaya' yang ilegal dan sangat berisiko yang pada
akhirnya dapatmenghabiskan banyak uang.
g. Ancaman & Pemerasan
1. Malware & Ransomware
Malware menipu kita untuk menginstal perangkat lunak yang memungkinkan
scammers mengakses file dan melacak apa yang kita lakukan, sementara
ransomware menuntut pembayaran untuk'membuka kunci' komputer atau file kita.
2. Threats to Life, Arrest or Other
Ancaman terhadap nyawa, penangkapan, atau lainnya melibatkan tuntutan
scammers untuk

216
Smart ASN

membayar uang yang seharusnya anda bayar dan ancaman jika kita tidak bekerja
sama.
h. Unexpected money
1. Inheritance Scams
Penipuan ini menawarkan janji warisan palsu untuk menipu kita agar berpisah
dengan uang kita atau membagikan detail bank atau kartu kredit kita sendiri.
2. Unexpected Money Scams
Penipuan uang tak terduga melibatkan seseorang di luar negeri yang menawarkan
kita bagian dalam jumlah besar uang atau pembayaran dengan syarat kita harus
membantu mereka mentransfer uang ke luar negara mereka.
3. Rebate Scams
Penipuan rabat mencoba meyakinkan kita bahwa kita berhak atas rabat atau
penggantian biaya dari pemerintah, bank, atau organisasi tepercaya.

i. Unexpected winnings
1. Scratchie Scams
Scratchie scam berbentuk kartu scratchie palsu yangmenjanjikan semacam hadiah,
dengan syarat 'pemenang' membayar biaya penagihan.
2. Travel Prize Scams
Penipuan hadiah perjalanan adalah upaya untuk menipu kita agar berpisah dengan
uang kita untuk

217
Smart ASN

mengklaim 'hadiah' seperti liburan gratis atau diskon.


3. Unexpected Price & Lottery Scams
Penipuan hadiah dan lotere yang tidak terduga bekerja
dengan meminta kita membayar semacam biaya untuk
mengklaim hadiah atau kemenangankita dari kompetisi atau
lotre yang tidak pernah kitaikuti.

2. Spam

Spam adalah segala jenis komunikasi digital yang tidak diinginkan dan tidak diminta
yang dikirim secara massal. Seringkali spam dikirim melalui email, tetapi juga dapat
didistribusikan melalui pesan teks, panggilan telepon, atau media sosial. Spammer
menggunakan banyak bentuk komunikasi untuk mengirim pesan yang tidak
diinginkan secara massal. Beberapa di antaranya adalah:
a. Phising Email
Email phishing adalah jenis spam yang dikirim oleh penjahat dunia maya ke banyak
orang, berharap untuk "mengaitkan" beberapa orang. Email phishing menipu korban
agar memberikan informasi sensitif seperti login situs web atau informasi kartu
kredit.
b. Email Spoofing
Email palsu meniru, atau menipu, email dari pengirim yang sah, dan meminta anda
untuk mengambil tindakan. Spoof yang dijalankan dengan baik akan berisi branding
dan

218
Smart ASN

konten yang sudah dikenal, seringkali dari perusahaan besar yang terkenal seperti
PayPal atau Apple.
c. Tech Support Scam
Dalam penipuan dukungan teknis, pesan spam menunjukkan bahwa kita memiliki
masalah teknis dan kita harus menghubungi dukungan teknis dengan menghubungi
nomor telepon atau mengklik tautan dalam pesan.
d. Current Event
Topik hangat dalam berita dapat digunakan dalam pesan spam untuk menarik
perhatian kita. Pada tahun 2020 ketikadunia menghadapi pandemi Covid-19 dan ada
peningkatan pekerjaan dari rumah, beberapa scammer mengirim pesan spam yang
menjanjikan pekerjaan jarak jauh yang dibayar dalam Bitcoin.
e. Advance - Fee
Jenis spam ini menjanjikan hadiah finansial jika kita pertama kali memberikan uang
muka. Pengirim biasanya menunjukkan bahwa uang muka ini adalah semacam biaya
pemrosesan atau uang yang sungguh-sungguh untuk membuka jumlah yang lebih
besar, tetapi begitu anda membayar, uang itu menghilang.
f. Malspam
Malspam adalah pesan spam yang mengirimkan malware ke perangkat kita. Pembaca
yang tidak curiga yang mengklik tautan atau membuka lampiran email berakhir
dengan beberapa jenis malware termasuk ransomware,

219
Smart ASN

Trojan, bot, pencuri info, cryptominers, spyware, dan keyloggers.


g. Call & Text
Apakah anda pernah menerima robocall? Itu panggilan spam. Pesan teks dari
pengirim yang tidak dikenal yang mendesak kita untuk mengklik tautan yang tidak
dikenal? Itu disebut sebagai spam pesan teks atau "smishing", kombinasi SMS dan
phishing.
3. Phising
Phising adalah salah satu ancaman yang paling membuat frustasi yang kita hadapi.
Sebagian besar tahu apa itu dan bagaimana cara kerjanya, tapi kita masih terjebak.
Penipuan, yang melibatkan penjahat mengirim pesan yang menyamar sebagai
organisasi yang sah, menargetkan ratusan juta organisasi setiap hari. Pesan
mengarahkan penerima ke situs web palsu yang menangkap informasi pribadi
mereka atau berisi lampiran berbahaya. Diantaranya:
a. Email Phising
Sebagian besar serangan phishing dikirim melalui email. Penjahat akan
mendaftarkan domain palsu yang meniru organisasi asli dan mengirimkan ribuan
permintaan umum.Ada banyak cara untuk menemukan email phishing, tetapi sebagai
aturan umum, kita harus selalu memeriksa alamat email dari pesan yang meminta
kita untuk mengklik link atau mendownload lampiran.
b. Spear Phising

220
Smart ASN

Ada dua jenis phishing lain yang lebih canggih yang melibatkan email. Yang pertama,
spear phishing, menjelaskan email berbahaya yang dikirim ke orang tertentu.
Penjahat yang melakukan ini sudah memiliki beberapa atau semua informasi tentang
korban.
c. Whaling
Serangan perburuan paus bahkan lebih bertarget, membidik para eksekutif senior.
Meskipun tujuan akhir penangkapan “ikan paus” sama dengan jenis serangan
phishing lainnya, tekniknya cenderung jauh lebih halus. Penipuan yang melibatkan
pengembalian pajak palsu adalah jenis perburuan “paus” yang semakin umum.
Formulir pajak sangat dihargai oleh penjahat karena berisisejumlah informasi yang
berguna: nama, alamat, nomorJaminan Sosial dan informasi rekening bank.
d. Smishing & Vishing
Smishing melibatkan penjahat mengirim pesan teks (yang isinya hampir sama
dengan email phishing), dan vishing melibatkan percakapan telepon. Penipuan
vishing umum melibatkan penjahat yang menyamar sebagai penyelidik penipuan
(baik dari perusahaan kartu atau bank) memberitahu korban bahwa akun mereka
telah dilanggar. Penjahat kemudian akan meminta korban untuk memberikan rincian
kartu pembayaran untuk memverifikasi identitas mereka atau untuk mentransfer
uang ke rekening 'aman' – yang mereka maksud adalah rekening penjahat.
e. Angler Phising

221
Smart ASN

Sebagai vektor serangan yang relatif baru, media sosial menawarkan sejumlah cara
bagi penjahat untuk mengelabui orang. URL palsu; situs web kloning, posting, dan
tweet; dan pesan instan (yang pada dasarnya sama dengan smishing) semuanya
dapat digunakan untuk membujuk orang agar membocorkan informasi sensitif atau
mengunduh malware.
4. Hacking
Peretasan tidak selalu merupakan tindakan jahat, tetapi paling sering dikaitkan
dengan aktivitas ilegal dan pencurian data oleh penjahat dunia maya. Peretasan
mengacu pada penyalahgunaan perangkat seperti komputer, ponsel cerdas, tablet,
dan jaringan untuk menyebabkan kerusakan atau sistem yang rusak, mengumpulkan
informasi tentang pengguna, mencuridata dan dokumen, atau mengganggu aktivitas
terkait data.
Biasanya ada empat pendorong utama yang menyebabkan pelaku jahat meretas situs
web atau sistem: (1) keuntungan finansial melalui pencurian rincian kartu kredit
atau dengan menipu layanan keuangan, (2) spionase perusahaan, (3) untuk
mendapatkan ketenaran atau rasa hormat terhadap mereka. bakatperetasan, dan (4)
peretasan yang disponsori negara yang bertujuan untuk mencuri informasi bisnis
dan intelijen nasional. Selain itu, ada peretas bermotivasi politik—atau peretas—
yang bertujuan menarik perhatian publik dengan membocorkan informasi sensitif,
seperti Anonymous, LulzSec, dan WikiLeaks. Beberapa jenis peretas paling umum
yang melakukan aktivitas inimeliputi:

222
Smart ASN

a. Black Hat Hackers


Peretas topi hitam adalah "orang jahat" dari adegan peretasan. Mereka berusaha
keras untuk menemukan kerentanan dalam sistem komputer dan perangkat lunak
untuk mengeksploitasinya untuk keuntungan finansial atauuntuk tujuan yang lebih
jahat, seperti untuk mendapatkan reputasi, melakukan spionase perusahaan, atau
sebagai bagian dari kampanye peretasan negara-bangsa. Tindakan individu ini dapat
menimbulkan kerusakan serius pada pengguna komputer dan organisasi tempat
mereka bekerja. Mereka dapat mencuri informasi pribadi yang sensitif,
membahayakan komputer dan sistem keuangan, dan mengubah atau menghapus
fungsionalitas situs web dan jaringan penting.
b. White Hat Hackers
Peretas topi putih dapat dilihat sebagai "orang baik" yang berusaha mencegah
keberhasilan peretas topi hitam melalui peretasan proaktif. Mereka menggunakan
keterampilan teknis mereka untuk membobol sistem untuk menilai dan menguji
tingkat keamanan jaringan, yang juga dikenal sebagai peretasan etis. Ini membantu
mengekspos kerentanan dalam sistem sebelum peretas topi hitam dapatmendeteksi
dan mengeksploitasinya. Teknik yang digunakan peretas topi putih mirip atau
bahkan identik dengan peretas topi hitam, tetapi orang-orang ini disewa oleh
organisasi untuk menguji dan menemukan lubang potensial dalam pertahanan
keamanan mereka.

223
Smart ASN

c. Grey Hat Hackers


Peretas topi abu-abu duduk di suatu tempat antara orang baik dan orang jahat. Tidak
seperti peretas topi hitam, mereka berusaha melanggar standar dan prinsip tetapi
tanpa bermaksud merugikan atau mendapatkan keuntungan finansial. Tindakan
mereka biasanya dilakukan untuk kebaikan bersama. Misalnya, mereka mungkin
mengeksploitasi kerentanan untuk meningkatkan kesadaran bahwa kerentanan itu
ada, tetapi tidak seperti peretas topi putih, mereka melakukannya secara publik. Ini
memperingatkan aktor jahat tentang keberadaan kerentanan.
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri
dari scam, spam, phising, maupun hacking.
a. Jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email
ke publik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko pengiriman
email spam maupun peretasan apabila kata sandinya lemah dan
mudah ditebak.
b. Berpikir sebelum meng-klik tautan link maupun mengunduh
dokumen dari sumber yang tidak jelas.
c. Jangan membalas pesan spam karena pengirim pesan dapat
mengetahui bahwa alamat surel tersebut aktif dan meningkatkan
risiko surel tersebut menjadi target penipuan lainnya.
d. Gunakan aplikasi penyaring spam dan antivirus untuk
menurunkan risiko
e. Hindari penggunaan email pribadi maupun perusahaan untuk
mendaftar aplikasi yang tidak terlalu penting

224
Smart ASN

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.ageuk.org.uk/globalassets/age-
uk/documents/information-
guides/ageukig05_avoiding_scams_inf.pdf
- https://www.consumer.ftc.gov/articles/how-avoid-scam

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Webinar Digital Safety: “Waspada terhadap Spamming, Hacking, Phishing,
dan Penipuan di Dunia Online”
TIPS TERHINDAR DARI PENIPUAN BELANJA ONLINE - SINIAR
Waspada Penipuan Pembayaran Digital

Ayo Bermain Cara Bermain :


Bagi peserta ke dalam kelompok berisi 4-5 orang. Peserta dalam
kelompok kemudian diminta untuk memilih salah satu jenis
penipuan digital yang telah dibahas pada uraian di atas. Setiap
kelompok lalu akan mendapatkan satu lembaran kosong yang akan
diisi secara bergiliran oleh setiap anggota kelompok. Masing-masing
anggota kelompok memiliki waktu 1 menit untuk mengisi lembar
tersebut dengan segala informasi tentang bentuk penipuan digital
yang telah disepakati kelompok. Hal yang dituliskan dapat berupa
pemahaman yang dimiliki, contoh pengalaman atau kasus, opini dan
tanggapan, tips-tips untuk mencegah, maupun rekomendasi solusi
untuk menyelesaikan bentuk penipuan digital tersebut. Setelah
semua anggota kelompok mendapat giliran menulis, kelompok akan
berdiskusi selama 5 menit untuk membahas bagian-bagian yang
masih perlu ditambahkan atau menyepakati poin-poin yang masih
diperdebatkan. Beberapa kelompok terpilih kemudian
mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-teman yang lain

l. Rekam Jejak Digital di Media


Dua Sisi Jejak Digital
Penyalahgunaan jejak digital adalah pemanfaatan jejak digital secara negatif. Netsafe
mencatat beberapa hal negatif yang muncul dari penyalahgunaan jejak digital yang
paling sering dilaporkan oleh pengguna

225
Smart ASN

internet, antara lain: mempublikasikan informasi pribadi yang mengarahke


penindasan atau pelecehan daring, serta menerbitkan informasipribadi atau
bisnis yang digunakan untuk serangan manipulasi psikologis.Modus
penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah
menerbitkan atau berbagi informasi yang merusakreputasi, seperti kehilangan
pekerjaan. Selain ketiga modus tersebut,Netsafe juga mencatat modus lain dengan
menerbitkan atau berbagigambar atau video yang digunakan untuk sexting,
pemerasan, pelecehanberbasis gambar (terkadang disebut revenge porn) atau
insidenpemerasan. Untuk perilaku semacam ini ancaman hukumannya bisa
berlapis dan menyentuh hukum tentang pencemaran nama baik bahkan
juga pemerasan.
Pemanfaatan jejak digital adalah penggunaan jejak digital secara positif. Jejak digital
yang ditinggalkan seringkali digunakan oleh aparat penegak hukum. Bagi mereka,
jejak digital tersebut akan sangat membantu dalam mengungkap kasus-kasus
kriminal, baik yang berbasis dunia daring (cyber crime) maupun yang terjadi di dunia
luring Bentuknya beragam. Mulai dari aktivitas sinyal seluler pada ponsel, riwayat
login akun media sosial, sampai dengan jejak pengiriman SMS atau panggilan telepon.
Bahkan, jika seseorang meretas sebuah situs web atau aplikasi berbasis Internet,
sejatinya jejak digital itu akan tertinggal dan bisa dilacak (Kumparan.com, 2017).
Kita pun sebenarnya bisa merancang jejak digital yang baik. Misalnya dengan
meninggalkan catatan karya atau prestasi di berbagai platform digital seperti media
sosial maupun blog pribadi. Jejak-jejak digital positif yang kita tinggalkan ini di
kemudian hari akan menjadi catatan diri kita di media digital. Harapannya ketika
seseorang

226
Smart ASN

mengetikkan nama kita di mesin pencari maka seluruh karya berkualitasyang pernah
kita buat bisa muncul dan menjadi catatan nama baik.
Data is the new oil. Terminologi mengenai data sebagai tambang baru nampaknya
dipahami betul oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan internet sebagai
basisnya. Saat ini data menjadi hal yang diperjual belikan (Tirto.id, 2019). Kita pasti
pernah menerima telepon atau SMS tentang informasi togel, jual nomor HP yang
mirip dengannomor kita, penawaran asuransi, dan lain sebagainya. Pernahkah kita
bertanya, dari mana mereka mendapatkan nomor ponsel kita? Hal ini memberikan
kita gambaran, bahwa jejak digital kita yang tertinggal seringkali disalahgunakan
oleh orang lain. Mungkin ketika kita masuk ke sebuah web, dan mendaftarkan akun,
atau ketika kita masuk ke situs belanja daring dan mengisi data diri. Website pun
semakin canggih sehingga saat ini website telah dapat membaca kebiasaan kita.
Cookie adalah salah satu cara untuk menghubungkan beberapa tindakan oleh satu
pengguna ke dalam satu aliran yang terhubung. Cookieberupa rangkaian huruf dan
angka yang berubah-ubah sesuatu tanpa makna yang melekat yang dikirimkan situs
web ke browser web kita. Jejakdigital dalam bentuk cookie digunakan untuk membuat
Internet lebih bermanfaat, dan juga dapat membantu membuat transaksi individu
lebih aman karena situs tersebut telah mendapatkan informasi spesifik tentang
perilaku kita.

Rekam Jejak Digital Sulit Dihilangkan


Beberapa dari kita pasti bertanya, bagaimana cara menghapus jejak digital?
Jawabannya adalah tidak ada. Kita bisa saja meminta penyedia platform media digital
untuk menghapus data yang kita miliki.

227
Smart ASN

Kita juga bisa menghapus atau menutup akun. Namun, dalam konteks kehidupan
digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada orang-orang yang mungkin
sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkandokumen pribadi yang pernah
kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir mustahil untuk menghapus
jejak ini secara utuh. Cara lain untuk mengelola jejak digital kita adalah dengan
mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip literasi digital. Japelidi (Jaringan
Pegiat Literasi Digital), telah mengembangkan 10 Kompetensi Digital untuk
memudahkan kita mengelola jejak digital.
Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap orang yang secara aktif
menggunakan sarana internet dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap saat, setiap
detik ketika kita membuka internet, maka di saat itu pula kita sudah meninggalkan
jejak kita di duniadigital, tanpa terkecuali.
Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses media digital,
maka pemahaman kita harus lebih diasah. Di sinilah tahapan kompetensi memahami
kita jalankan. Apabila sebelumnya kita hanya mengetahui sedikit tentang rekam jejak
digital, maka kompetensi memahami ini membawa kita untuk mendalami dan
mencari tahu lagi lebih banyak tentang jejak digital. Apabila kita telah memahami,
maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui apa yang harus dilakukan
selanjutnya.
Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital merupakansalah satu tahapan
dari kompetensi menganalisis dalam literasi digital. Kita harus cermat dan jeli
menganalisis setiap kegiatan daring kita yang pasti meninggalkan jejak digital.
Menerbitkan blog dan memposting pembaruan media sosial adalah cara populer
lainnya untuk memperluas

228
Smart ASN

jejak digital kita. Setiap tweet yang kita posting di Twitter, setiap pembaruan status
yang kita publikasikan di Facebook, dan setiap foto yang kita bagikan di Instagram
berkontribusi pada jejak digital kita. Semakin banyak kita menghabiskan waktu di
situs jejaring sosial, semakin besar jejak digital kita. Bahkan mengklik "menyukai"
halaman atau kiriman Facebook menambah jejak digital kita, karena datanya
disimpan di server Facebook.
Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih dalam tentang jejak
digital, maka kita harus mulai menyeleksi apa saja yang kitaunggah. Proses ini harus
dilakukan agar kita waspada atas setiap jejak digital yang kita tinggalkan. Setiap
orang yang menggunakan Internet memiliki jejak digital, jadi itu bukan sesuatu yang
perlu dikhawatirkan. Namun, sebaiknya pertimbangkan jejak data apa yang hendak
kita tinggalkan. Misalnya, dengan menyeleksi, kita dapat mencegah mengirim email
yang kurang sopan, yang terlalu “pedas”, dan lain sebagainya, karena pesan tersebut
mungkin tetap daring selamanya. Ini juga dapat membuat kita lebih berhati-hati
dengan apa yang kita publikasikan di situs web serta media sosial. Meskipun kita
sering kali dapat menghapus konten dari situs media sosial, setelah data digital
dibagikan secara daring tidak ada jaminan bahwa kita dapat menghapusnya dari
Internet.
Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah Langkah yang akan
kita lakukan dapat berpotensi meninggalkan jejak digital yang berdampak buruk
atau tidak. Dengan memverifikasi informasi yang keluar dan masuk, kita dapat
memastikan bahwainformasi yang kita sebarkan adalah informasi yang baik. Selain
itu, perlujuga dilakukan verifikasi terhadap situs atau aplikasi yang kita gunakan. Hal
ini diperlukan untuk menghindari kita menggunakan website atau

229
Smart ASN

aplikasi yang telah disusupi sehingga jejak digital kita di curiga atau bahkan
digunakan untuk kejahatan.
Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi bagian tak terpisahkan
ketika kita membahas beragam contoh kasus yangberkaitan erat dengan jejak digital
di media daring. Tak bisa dipungkiri, seringkali orang cenderung abai atau
menganggap remeh kegiatan daringyang sangat umum dan sehari-hari kita lakukan.
Seolah kita lupa bahwa setiap Langkah kita mengklik apapun di internet akan
meninggalkan jejak yang menetap dan sulit dihapus begitu saja. Evaluasi secara
berkala terhadap data-data yang kita tinggalkan, akun yang kita miliki dan hal-hallain
terkait dengan keberadaan digital kita dapat melindungi kita dari penyalahgunaan
jejak digital oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan menggunakan
perangkat digital, kita juga telah meninggalkan jejak digital. Contohnya ketika kita
meneruskan pesan di WhatsApp, muncul tanda panah yang menandakan kita
meneruskan pesan. Atau proses mencuitkankembali di Twitter, repost di Instagram
dan lain-lain. Untuk itu, kita perlu mengetahui bahwa proses distribusi yang kita
lakukan pun tidak terlepas dari jejak digital kita sehingga kita dapat berhati-hati
dalam melakukan proses distribusi.
Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak digital yang baik
perlu untuk ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwajejak berupa data yang telah
kita produksi akan tertinggal lama di internet. Meskipun kita telah menghapusnya,
internet telah menduplikasijejak kita dan membuatnya tetap ada. Oleh karenanya,
kita perlu memperhatikan serta waspada akan jejak yang kita hasilkan.

230
Smart ASN

Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang rekam jejak digital ini
akan semakin bermanfaat bila dapat kita bagikan pada orang lain. Kompetensi
partisipasi mengajak kita untuk dapat turut serta dalam melindungi jejak digital kita
dan juga orang lain. Tidak hanyamelindungi, namun juga memperindah jejak digital
kita. Partisipasi dapatdilakukan dengan tidak turut menyebarkan jejak digital orang
lain, tidak menyalahgunakan jejak digital, serta melakukan pengecekan jejak digital
kita masing-masing secara berkala.
Kolaborasi, adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam 10 kompetensi
literasi digital Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang dimaksud adalah
bagaimana kita sebagai orang orang yang memiliki rekam jejak digital, berkolaborasi
dengan berbagai pihak dalam rangka partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita.
Banyak hal dapat kita kerjakan sendirian. Namun akan semakin besar dampaknya
bila kita mengerjakannya Bersama-sama. Untuk itu diperlukan kolaborasi.
Selain itu, dikenal pula manajemen jejak digital yang membantu kita lebih
mengontrol apa yang kita bagikan di dunia maya. Berikut ini beberapa tips
manajemen jejak digital yang bisa kita lakukan menurut Australian Digital Health
Agency (2020):
a. Mengidentifikasi jejak digital. Cari nama kita di mesin
pencarian informasi dan identifikasi apa saja informasi
yang terlihat secara publik
b. Perbarui informasi. Pastikan data personal dan data
mengenai pekerjaan kita sudah menunjukkan informasi
terkini. Kita bisa menelusuri mana informasi yang ingin kita
tampilkan dan mana yang tidak. Pada tahap ini, mungkin

231
Smart ASN

kita membutuhkan bantuan admin untuk mengubah informasi tertentu.


c. Pikirkan sebelum mengunggah konten. Sebelum
membagikan data personal dan pekerjaan secara daring,
pastikan kita memahami apakah yang kita bagikan penting
dan apakah akan membahayakan kita sendiri atau orang
lain di masa depan?
d. Pelajari aturan privasi. Pahami data apa saja data yang
dikumpulkan oleh platform yang kita gunakan.
e. Cek pengaturan konfigurasi di gawai yang kita gunakan dan
pelajari apakah aplikasi tertentu dapat mengakses
informasi seperti foto, lokasi, kalender, dan kontak.
f. Gunakan kata sandi yang unik dan kuat di setiap gawai,
aplikasi, dan akun daring. Pertimbangkan pula untuk
menggunakan verifikasi lain seperti pemindai sidik jari dan
wajah.
g. Bersihkan histori pencarian setelah digunakan.
h. Ingat bahwa orang lain, termasuk keluarga, teman,
organisasi profesional, dapat mengunggah informasi
mengenai kita secara daring. Jelaskan sejauh mana kita mau
orang lain mengunggah data kita.
i. Rencana masa depan. Pertimbangkan untuk membagikan
daftar akun media sosial yang kita gunakan dan bagikan
kepada orang yang kita percaya apabila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan di masa depan.
j. Tinjau secara berkala untuk memperbarui seluruh
informasi dan pengaturan privasi akun media sosial kita.

232
Smart ASN

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.researchgate.net/publication/350121118_Kol
aborasi_Sebagai_Kunci_Membumikan_Kompetensi_Literasi_D
igital_Japelidi
- https://aptika.kominfo.go.id/2020/06/urgensi-literasi-
digital-bagi-masa-depan-ruang-digital-indonesia/
- https://www.digitalhealth.gov.au/sites/default/files/2020-
11/Manage_your_digital_footprint.pdf
- https://students.shu.ac.uk/lits/it/documents/pdf/Digital_Fo
otprint.pdf

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Understanding Digital Tracking
What is a Digital Footprint?
5 Ways to Make a Positive Digital Footprint!

Ayo Bermain Cara Bermain :


Saat mengunjungi situs di internet untuk pertama kalinya,
pengunjung seringkali dihadapkan pada notifikasi yang berbunyi
“This website uses cookies to ensure you get the best experience on our
website” atau jika diterjemahkan kira-kira“Situs ini menggunakan
cookies untuk menjamin Anda mendapat pengalamanterbaik selama
menggunakan situs”, yang diikuti dengan opsi untukmenerima
cookies (“Accept”) atau tidak. Secara berpasangan (2 orang), peserta
diminta untuk berdiskusi mengenai opsi apa yang sebaiknya dipilih,
dengan mempertimbangkan pengetahuan yang telah dipelajari
mengenai rekam jejak digital. Jika masing-masing pasangan telah
sepakat, dua pasangan berbeda akan dipertemukan dalam kelompok
berisi 4 orang dan berdiskusi kembali mengenai topik yang sama
hingga mencapai kata sepakat. Lanjutkan aktivitas mempertemukan
kelompok (pembentukan kelompok berikutnya akan berisi 8 orang,
16 orang, dan seterusnya) hingga akhirnya seluruh peserta dapat
mencapai kesepakatan mengenai topik tersebut

233
Smart ASN

m. Minor Safety (Catfishing)


Istilah catfish mulai muncul dari sebuah tayangan dokumenter asalAmerika Serikat
berjudul sama yang diproduseri oleh Henri Joost dan Ariel Schulman pada 2010
tentang para korban yang memiliki hubungan dengan seseorang yang memiliki
identitas fiktif - identitas yang tidak pernah ada di dunia nyata (Van Dijck, 2013).
Kemunculan catfish sendiri biasanya disebabkan oleh kebebasan individu untuk
membuat akun pribadi sebagai cerminan identitas yang mereka ingin tampilkan.
Selain itu, pengguna SNS juga bisa memiliki lebih dari satu akun. Istilah catfish sendiri
digunakan untuk menggambarkan seseorang yangmelakukan penipuan identitas diri
terhadap orang lain terutama pasangannya yang sebelumnya tidak pernah bertemu
(Adam, 2017). Catfish juga memiliki arti sebagai seseorang yang menggunakan profil
personal palsu pada SNS untuk melakukan kecurangan atau melakukan penipuan
(Catfish Definition, n.d.).
Pada awalnya, catfish secara apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia secara
langsung berarti ‘ikan lele’. Namun, istilah ini kemudian bergeser di masyarakat
modern menjadi seorang yang berpura–pura menjadi orang lain dengan
menciptakan identitas baru di internet, terutama di SNS. Adapun tujuan untuk
melakukan catfishing adalah untuk menjalin hubungan romantik via media daring
(Prastyphylia, 2014). Pada dasarnya, walaupun sama-sama berada dalam kategori
menggunakan informasi palsu, catfish sendiri berbeda dengan impersonation dan
juga poser karena catfish lebih condong kepada online dating scams (Ahmad et al.,
2017).
Catfish muncul dan berusaha menarik perhatian individu lain dengan identitas palsu
yang digunakannya. Identitas palsu ini digunakan

234
Smart ASN

untuk kepentingan menjalin hubungan dengan orang lain. ‘Kebebasan untuk menjadi
apa di SNS merupakan salah satu penyebab dari munculnya catfish. Kebebasan inilah
yang digunakan oleh para pelaku catfish untuk mengonstruksi identitas digital yang
akan mereka gunakan (Magdy et al., 2017). Konstruksi identitas merupakan sebuah
komponen integral dalam kehidupan manusia yang telah diteliti dan diperiksa
dengan berbagai sudut pandang. Identitas dikonstruksi sesuai dengan keinginan apa
yang ingin ditampilkan di publik (Dowling, 2011). Identitas pun sering
dikonstruksikan di SNS. Catfish masuk ke kategori pelanggaran di dalam SNS karena
menipu dengan cara berpura–pura menjadi orang lain dengan menciptakan identitas
baru secara virtual. Hal ini berarti orang tersebut melakukan penipuan identitas
(Smith etal., 2017).
Penipuan sendiri merupakan suatu tindakan seseorang ataupun sekelompok orang
dengan membuat kesan bahwa sesuatu itu benar adanya dan tidak palsu sehingga
mengakibatkan orang lain memberikan kepercayaan pada realitas tersebut.
Penipuan juga dapat didefinisikan sebagai sebuah bujukan kepada orang lain
dengan menipu, merangkai kata–kata bohong, menggunakan nama palsu, dan
keadaan palsu sehingga keadaan tersebut memaksa korban untuk memberikan
sesuatu sebagai umpan balik atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Dampaknya
bagi korban sendiri adalah berupa kerugian, baik dari sisi psikologis, finansial,
maupun fisik (Rusmana, 2015). Salah satu korban yang mengalami tindakan catfish
adalah Bayu Eko Moektito, atau biasa dikenal sebagai YouTuber Bayu Skak. Dalam
video unggahan nya di platform Youtube, dia menjelaskan mengenai penipuan
identitas yang dialaminya. Kedekatannya dengan seseorang bernama Dara

235
Smart ASN

Fleisher Cohen atau biasa disebut Dara, berawal dari direct message Instagram yang
dikirimkan oleh Dara, yang mengaku sebagai seorang calon dokter yang sedang
melakukan Pendidikan di Singapura. Perkenalan tersebut berlanjut ke ikatan yang
lebih serius yaitu pacaran. Namun, tanpa dia sadari bahwa sosok yang dia kenal
sebagai Dara itu tidak pernah ada. Foto maupun video yang diunggah di SNS milik
Dara ternyata merupakan foto dan video milik artis India bernama Dipshika (Rizka,
2018).
Catfish sebagai bentuk Konstruksi Identitas Daring. Apabila berbicara mengenai
catfish, maka sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas yang dibangun
secara virtual. Pembentukan identitas menempatkan seseorang untuk menampilkan
diri mereka dengan cara-cara tertentu yang mereka anggap ideal. Hal ini juga erat
kaitannya dengan interaksi kehidupan di dunia nyata dari pengguna tersebut,
dimana mereka dituntut untuk dapat memainkan peranan dan menyajikan tampilan
dari apa yang ingin mereka tampilkan agar dapat sesuai dengan hubungan sosial
tertentu. Hal ini biasanya didukung dengan penggunaan narasi fiktif sebagai
penggambaran diri dan menampilkannya kepada orang lain sehingga orang tersebut
memiliki keyakinan terhadap identitas yang dibangun (Goffman, 1959). Agar dapat
menampilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengonstruksi identitasnya. Adapun empat komponen
penting dalam konstruksi sebuah identitas yaitu: Input, Standard Identity,
Comparator, dan Output.
Input merupakan sebuah persepsi yang diterima oleh seseorang. Hal ini dianggap
vital terhadap proses pembentukan identitas. Persepsi yang diterima
memberitahukan hal–hal yang terjadi di lingkungan

236
Smart ASN

sekitar individu tersebut. Tiap individu sering kali berpikir untuk mengatur
lingkungan sekitarnya dengan cara memanipulasi objek fisik dan sosial: dia mencoba
untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Sehingga hubungan persepsi dengan
identitas adalah sebagai input, dimana persepsi ini sebagai alat untuk
mengidentifikasi lingkungan sekitar. Standard Identity adalah rangkaian makna yang
mana setiap identitas memiliki makna masing–masing. Hal ini dapat dilihat sebagai
definisi dari karakter sebuah identitas. Comparator adalah sesuatu yang
membandingkan antara persepsi makna yang diterima oleh individu terhadap
identitas dengan makna ingatan dari Standard Identity. Output adalah sebuah sistem
dari identitas yang mana merupakan hasil dari situasi atau lingkungan. Output
biasanya berupa perilaku pada sebuah situasi (Burke & Stets, 2009), Sama halnya
dengan apa yang dialami oleh BS mengenai catfish, pada kasus ini, DFC mengonstruksi
identitas yang diatampilkan sebagai sosok yang cantik, pintar, cerdas dan memiliki
keluarga yang berkecukupan sehingga dapat diterima oleh orang lain. Kecantikan di
dalam diri seseorang selalu dikaitkan dengan kebahagiaan yang akan dia dapatkan.
Pada dasarnya, wajah seseorang menjadi titik berat penilaian di masyarakat. Wajah
yang cantik memiliki arti kebenaran, kebaikan, sifat positif seseorang. Wajah
merupakan penampilan pertama supaya kita dapat diterima oleh masyarakat dimana
hal ini nantinya membawa interaksi bagi individu tersebut sehingga mereka dapat
membawa dan menyajikan peran yang ingin ditampilkan agar dapat sesuai dengan
hubungan sosial yang diharapkan (Goffman, 1959; Synnott, 2003).
“Catfish sendiri menjadi salah satu bentuk penipuan yang memanfaatkan teknologi.
Kali ini, penipuan itu dilakukan lewat dunia

237
Smart ASN

digital yang merupakan ruang virtual sendiri. Ada avatar di dalamnya, dankebebasan
dalam memilih identitas avatar apapun. Ya, catfish merupakan ancaman bagi user”
(Dyah Erawaty, komunikasi personal, Maret 2020). Berkembangnya SNS di era
digital saat ini turutmendukung kebebasan tiap individu dalam mengekspresikan
diri. Namun, terlepas dari berbagai manfaat yang ditimbulkan oleh SNS, ada hal yang
dapat mengancam para penggunanya apabila tidak diedukasi dan tidak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai hal ini.Kemudahan memilih identitas di internet
kerap kali dimanfaatkan pihak–pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai media
untuk melakukan kejahatan seperti penipuan identitas (Wani Ahmad et al., 2017).
Berkembangnya penipuan identitas, dalam hal ini catfish, juga didukung oleh
penggunaan narasi fiktif untuk menggambarkan diri dari seorang pengguna dan
menampilkannya kepada khalayak (pengguna lain). Narasi fiktif yang dimaksud
adalah penggunaan nama palsu, penggunaan avatar, display picture, profile picture
palsu, dan lain sebagainya. Sebagai pengguna internet, kita harus berhati-hati dalam
penggunaannya.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://www.researchgate.net/publication/349360205_Reg
ulasi_terhadap_Penipuan_Identitas_Studi_Fenomena_'Catfish'
_pada_Social_Networking_Sites_SNS

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Online identity victim: Digital theif stole my face How
To Spot A Catfish | Online Dating | Reality Check

Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi 2-3 orang/kelompok kemudian bacalah artikel
berikut ini:
- https://www.tagar.id/sisi-gelap-role-play

238
Smart ASN

- https://tirto.id/sibuknya-penggemar-roleplay-di-ruang-
maya-kpop-f4MM
- https://kumparan.com/melinda-theodora/roleplayer-korea-
dan-beberapa-istilah-yang-sering-digunakan-
1uyL9QWn3dY/1
Setelah membaca, setiap kelompok mendiskusikan ketiga fenomena
tersebut untuk menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apakah role play termasuk tindakan catfishing?
2. Mengapa role play termasuk/tidak termasuk tindakan
catfishing?
3. Apakah kamu/teman/kenalanmu pernah melakukan role
play?
4. Apa tujuan kamu/teman/kenalanmu melakukan role play?
5. Bagaimana pendapatmu tentang fenomena ini? (sisi
positif/negatif)
Pilih satu orang untuk mewakilkan kelompok menjelaskan hasil
diskusi dan buatlah sebuah kesimpulan umum dari seluruh
pendapat kelompok.

239
Smart ASN

n. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan


Kecakapan Digital dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan
Bernegara
Internet saat ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi semuaorang, tidak terkecuali
masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu negara yang terletak di wilayahAsia Pasifik,
Indonesia merupakan negara dengan populasi muda di antara negara-negara di
dunia. Berdasarkan peringkat yang ada, rata-ratapenduduk di Indonesia berusia 29,7
tahun. Angka ini di bawah rata-rata dunia yang berusia 30,9 tahun. Populasi yang
sangat muda tentu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk terus lebih
berkembang di dunia teknologi digital karena mayoritas penggunanya adalah anak-
anak muda atau yang lebih sering disebut generasi milenial. Tetapi yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan internet dalam benar sesuai dengan kecakapan
yang berlandaskan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Arus informasi yang datang dapat mempengaruhi pola pikir dalam diri seseorang.
Salah satu tantangan masyarakat pada masa saat ini adalahdengan kemampuannya
untuk mencerna informasi yang masuk dari lingkungan yang ada di sekitarnya.
Kemampuan mencerna informasi yang positif yang masuk dalam diri seseorang
dipengaruhi oleh pendidikan karakter.
Pendidikan karakter turut memberikan andil yang kuat dalampenanaman nilai-nilai
nasionalisme pada anak-anak, seperti yang disebutkan dalam kompas penanaman
semangat kebangsaan dan pemahaman akan kebhinekaan digiatkan di sekolah.
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang

240
Smart ASN

menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka
maupun melalui kegiatan dalam jaringan (daring).
Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan memiliki prinsip dalam
menjalankan tugas tugas berkomunikasi dengan orang lain. Sikap Pancasila
ditunjukkan dalam berkegiatan kemanusiaan dalam berbagai kegiatan, salah satu
aplikasinya melalui media sosial yaitu melalui penggunaan nilai nilai Pancasila dalam
berkomunikasi antar sesama manusia. Terutama dalam menjalankan tugas tugas
sebagai duta bangsa dalam kesenian dan teknologi serta dalam menjalankan tugas
sebagai duta pariwisata untuk mempromosikan produk dalam negeri. Kesadaran
semua pihak dalam memberikan peran serta yang terbaik bagi bangsa dan negara
dalam berbagai hal yang mendukung manusia menjadi manusia sosial berbudaya
dalam dunia digital, bukan malah sebaliknya menjadi manusia yang asosial dalam era
digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks ke-Indonesiaan,
sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan
berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Pertama, konsep dasar nilai-nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam
kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. Kedua, Internalisasi nilai-nilai

241
Smart ASN

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan
bernegara. Kedua penjelasan ini akan disertai berbagai ilustrasi dan contoh-contoh
yang relevan dan terkini.

Konteks Ke-Indonesiaan Warga Negara Digital


Menjadi Indonesia, sebagai warga negara digital adalah menyadaribahwa setiap kita
merupakan bagian dari negara MAJEMUK, MULTIKULTURAL, sekaligus
DEMOKRATIS. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam “Statistik
Indonesia 2020”, Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau tercatat
sebanyak 16.056 pulau, dimana 111 pulau diantaranya adalah pulau terluar yang
harus dijaga serta dikelola dengan baik karena menjadi penentu batas dengan negara
lain. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dalam pengelolaan
pemerintahannya terbagi menjadi 34 provinsi.
Pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial berdasarkan Pancasila.
Memasuki era The Death of Expertise dimana Internet memungkinkan kita untuk
menjadi produsen informasi, peran partisipatif warga negara digital yang baik sangat
diperlukan. Artinya, menjadi kewajiban kita untuk memastikan tidak memproduksi
dan menyebarluaskan informasi yang tidak benar, sekaligus memproduksi konten
positif. Selain partisipasi, kita juga diharapkan memiliki kecakapan berkolaborasi,
dalam hal ini secara aktif menginisiasi, menggerakkan dan mengelola kegiatan
bermedia digital yang positif.
Melandasi diri ketika berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika akan mengarahkan kita pada komunitas digital yang
Pancasilais dalam pilihan kegiatannya. Untuk mempermudah pemahaman modul
ini, kita akan mengelaborasi

242
Smart ASN

kompetensi literasi digital, merujuk pada 10 Kompetensi Literasi Japelidi, dengan


konseptualisasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Ada 5 kompetensi
dasar yang digunakan yakni Cakap Paham, Cakap Produksi, Cakap Distribusi, Cakap
Partisipasi dan Cakap Kolaborasi.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/942/jaga-persatuan-
di-era-digital-nilai-nilai-pancasila-perlu-semakin-
diterapkan.html
- https://wantimpres.go.id/wp-
content/uploads/2018/11/Warta-Wantimpres-Ed-3-Tahun-
2018.pdf
- https://aptika.kominfo.go.id/2021/02/literasi-digital-jadi-
sarana-peningkatan-nasionalisme-di-era-digital/

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Pentingnya Ideologi Pancasila di Era Digital
Pancasila, Globalisasi, dan Era Digital

Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4
orang. Setiap kelompok harus mendiskusikan sebuah
permainan/kegiatan/ program sederhana dengan tema “Pancasila
dan Era Digital”. Masing-masing kelompok memiliki sasaran yang
berbeda,
1. Pelajar usia SD
2. Pelajar usia SMP
3. Pelajar usia SMA
4. Mahasiswa sederajat
5. Kelompok usia kerja
6. Kelompok lansia
Setiap kelompok berdiskusi hal-hal berikut dalam waktu 10-15
menit:
a. Apa permainan/kegiatan/program yang sesuai dengan
kelompok usia tersebut?
b. Apa tujuan permainan/kegiatan/program tersebut?
c. Bagaimana mekanisme permainan/kegiatan/program
tersebut?
d. Apa keluaran yang diharapkan melalui

243
Smart ASN

permainan/kegiatan/program tersebut?
Pilih satu orang untuk mewakilkan kelompok menjelaskan hasil
diskusi.

244
Smart ASN

o. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK


Beragam sajian dalam bentuk foto, video, maupun tulisan, saat ini tersebar di semua
lini media digital kita. Pada tahapan ini, kita sebenarnya sudah punya modal untuk
memproduksi konten budaya dalam kehidupansehari-hari. Di sinilah tantangan yang
kita hadapi menjadi lebih kompleks. Di satu sisi, kita dituntut untuk menghargai
segala perbedaan. Di lain pihak, kita juga dituntut memprioritaskan upaya menjaga
konten budaya yang diproduksi. Dalam proses produksi konten, jangan lupa ada
pihak lain, atau orang lain dalam konteks budaya yang berbeda, yang mungkin tidak
nyaman ketika kegiatan ritual budaya maupun ibadah kepercayaan/keagamaannya
diekspos. Saat kita hendak membuat foto maupun video tentang pemeluk Kong Hu
Cu yang sedang berdoa di Klenteng, misalnya, belum tentu mereka berkenan untuk
diabadikan kegiatannya. Maka, menjadi kewajiban pihak yang memproduksi konten
budaya tersebut untuk mendapatkan ijin dari individu individu yang hendak
diekspos kegiatannya.
Partisipasi literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa
dilakukan dengan banyak cara. Salah satu cara yang paling manjur adalah bergabung
dengan berbagai kelompok seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi
bagian dari kelompok penjaga dan pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah.
Setiap Kota/Kabupaten di Indonesia biasanya memiliki lembaga pusatkebudayaan
daerah. Nah, kita dapat berpartisipasi dengan cara bergabung dalam jaringan-
jaringan tersebut. Harus diakui, ini tidak mudah, karena tidak semua pusat
kebudayaan daerah memiliki media digital. Sehingga, menjalin jaringan tidak begitu
saja mudah dilakukan. Namun, apabila kita bisa mengembangkan jaringan tersebut,

245
Smart ASN

berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga budaya atau komunitas ini


memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni, budaya dan bahasa
daerah mereka dalam ruang digital yang lebih luas.

Kolaborasi Budaya Visual: Lembaga, Pameran, Intervensi Budaya.


Kompetensi kolaborasi adalah lanjutan dari kompetensi partisipasi yaitu kolaborasi
budaya visual: lembaga, pameran, intervensi budaya. Tentu saja, sebagai
kompetensi dengan tingkat keterampilan yang lebih kompleks, tidak mudah untuk
melakukannya. Namun, jika kita betul-betul berminat pada isu budaya, kita tetap bisa
menjalankannya, karena terdapat banyak pilihan kategori kegiatan, maupun
tingkatan yang dimiliki. Kegiatan kolaborasi budaya visual ini tentunya harus tetap
merujuk pada praktik, produk dan perspektif budayanya. Pada bagian sebelumnya
kita sudah membahas bagaimana kita dapat berpartisipasi pada lembaga-lembaga
budaya. Langkah ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan kolaborasi.
Bentuk kolaborasi paling sederhana adalah melakukan pameran- pameran di bidang
budaya. Kegiatan pameran ini dapat dikemas dalam bentuk visual digital yang bisa
diakses dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pameran digital bisa
dilakukan dengan berbagai aplikasi pameran virtual, seperti Artstep.com, Acute Art,
Accelevents, Communiqué, Hexafair, InxPo, vFairs, dan lain-lain. Sayangnya, semua
aplikasi merupakan produk luar negeri. Menjadi tantangan selanjutnya untuk
memproduksi aplikasi pameran virtual karya anak bangsa. Pameran virtual bisa juga
dilakukan dengan metode hibrida. Di sini, ruang pamerannya secara fisik ada,
kemudian direkam secara audio visual, dan

246
Smart ASN

ditayangkan dalam bentuk rekaman digital. Jadi, tersedia berbagai alternatif yang
bisa disesuaikan dengan kemampuan kita sebagai pihak penyelenggara kegiatan
pameran budaya tersebut.

Gambar 3. 16 Contoh Pameran Virtual di Ruang Digital

Sumber foto: https://bali.tribunnews.com/2020/08/12/dibuka-hari-ini-inilah-


keistimewaan-pameranvirtual-seni-rupa-literacy-across-cultures

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2015/13.p
df
- https://media.neliti.com/media/publications/166899-ID-
berbudaya-melalui-media-digital.pdf

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


How Culture and Technology Create One Another: Ramesh Srinivasan at
TEDxUCLA
SMTOWN: New Culture Technology, 2016

Ayo Diskusi Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4

247
Smart ASN

orang. Setiap kelompok mendiskusikan selam 10-15 menit


mengenai bagaimana metode digitalisasi kebudayaan dari produk
kebudayaan di bawah ini agar lebih dikenal di mancanegara:
a. Angklung
b. Tari Sekapur Sirih
c. Wayang Kulit
d. Saloi
e. Koteka
Pilih satu orang untuk mewakilkan kelompok menjelaskan hasil
diskusi.

248
Smart ASN

p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan Kegiatan


Produktif Lainnya
Fenomena jual-beli di dunia maya semakin marak ketika menyebarnya penyakit baru
bernama Covid-19 di dunia sehingga menyebabkan WHO mencetuskan pandemi di
dunia akibat penyakit ini. Penyebaran penyakit menggunakan media udara yang
menyerang organ pernapasan manusia, meskipun belakang virus juga menyerang
bagian pencernaan manusia. Di saat pandemi ini, ketika ada pembatasan manusia
untuk keluar rumah dan bahkan semuanya disarankan untuk bekerja darirumah, ada
kewajiban melakukan jaga jarak sehingga para para produsen kecil sampai besar
memutar otak dan mencari solusi dengan memanfaatkan media sosial dalam
memasarkan produk-produknya.
Media sosial seperti Facebook, Instagram, Whatsapp Grup menjadipilihan yang paling
diminati para pengusaha home industri yang didominasi dari kalangan ibu-ibu rumah
tangga, dari berjualan aneka makanan, pakaian, kosmetik, dan lain sebagainya.
Banyak grup-grup jual beli yang akhirnya bermunculan mengikuti perilaku
konsumen. Sedangkan para pengusaha menengah ke atas telah menggunakan
fasilitas yang lebih baik lagi seperti fasilitas web.
Menurut Engel (1994) perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk
keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemenpenting dari
perilaku konsumen, yaitu (1) Proses pengambilan keputusan,
(2) Kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai dan mendapatkan barang
dan jasa.

249
Smart ASN

Menariknya dalam fakta yang ada, terlihat minat besar dari pihak asing ingin
menguasai pasar dalam negeri Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250
juta jiwa. Peluang-peluang ini yang terus dilirik pihak asing, dengan berbagai produk
yang mereka miliki, yang ingindijualnya di Indonesia. Sementara, produsen dalam
negeri cukup banyak, bahkan Indonesia juga dikenal sebagai pengekspor barang-
barang tertentu yang bisa bersaing di luar negeri.
Kita tahu bersama banyak perusahaan-perusahaan luar negeri berbasis online terus
melirik potensi pasar yang dimiliki Indonesia dengan lebih dari 250 juta warganya.
Contoh masuknya perusahaan Air Asia milik Malaysia, perusahaan transportasi dan
jasa pengantaran Grab yang kantor pusatnya di Malaysia yang kemudian berpindah di
Singapura,perusahaan fashion Salora milik Singapura, dan masih banyak lagi usaha-
usaha lain yang terus melirik keberadaan Indonesia dengan potensi pasarnya.
Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi hasil-hasil
karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan mancanegara. Seperti
contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya termasuk barang
aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Aneka karya anak bangsa itu dilirik
karenapengerjaannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia bukan pabrik.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi. Siswanto (2017). Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk
menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta tanah air kepada seluruh warga
negara Indonesia. (Akmadi, 2017). Artinya bela negara adalah langkah-langkah untuk
membangun nilai-nilai rela berkorban untuk Indonesia. Hal ini dipandang penting
karena di era

250
Smart ASN

globalisasi, arus informasi dan nilai-nilai luar masuk dengan deras dan berpengaruh
kepada perilaku masyarakat. Namun yang perlu dipahami bahwa bela negara dalam
konteks kekinian tidak mengutamakan wajib militer, tetapi lebih mengutamakan
dimensi kreativitas, sosial media, dan acara-cara hiburan yang edukatif. Lebih lanjut,
gerakan bela negara melibatkan Badan Ekonomi Kreatif.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- http://ikk.fema.ipb.ac.id/id/wp-
content/uploads/2019/10/Buku-Saku_-CINTAI-PRODUK-
INDONESIA_Dept-IKK-FEMA-IPB.pdf
- https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/202105051
80831-25-243502/5-langkah-buktikan-cinta-produk-
indonesia
- https://bisnis.tempo.co/read/1438680/jokowi-gaungkan-
cinta-produk-indonesia-benci-produk-luar-negeri

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


Mari Cintai Produk Dalam Negeri (Animasi)Mari Cintai Produk Lokal...
Cintai Produk Dalam Negeri!

Ayo Diskusi Pembicara menanyakan hal-hal berikut ini kepada seluruh peserta
1. Siapa yang dalam sebulan terakhir membeli tas/sepatu/baju
buatan luar negeri?
2. Apa alasan membeli barang tersebut? (minta 2-3 orang yang
menunjuk tangan untuk berpendapat)
3. Siapa yang dalam sebulan terakhir membeli tas/sepatu/baju
buatan Indonesia?
4. Apa alasan membeli barang tersebut? (minta 2-3 orang yang
menunjuk tangan untuk berpendapat)
5. Menurutmu, bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri?
Kemudian pembicara memberikan umpan balik kepada peserta atas
jawaban yang diberikan.

251
Smart ASN

q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)


Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskanmedia digital. Hak Digital
meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa
nyaman. Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi
menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau
ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik.
Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap
pengguna. Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari
layanan teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang.
Siapa yang bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital?
jawabannya adalah setiap individu. Terdapat empat aspek kesejahteraan individu
yang digambarkan dalam piramida dan delapan prinsip praktik digital yang baik
yang digambarkan pada lingkaran (Jisc, n.d).

252
Smart ASN

Gambar 3. 17 Empat Aspek Kesejahteraan Digital Individu yang Dikelilingi oleh


Delapan Prinsip Praktik Digital yang Baik

Sumber: Jisc, n.d

Pada bagian dasar piramida, terdapat dua segitiga yang menggambarkan dampak
positif dan negatif dari teknologi terhadap kesejahteraan individu. Segitiga di tengah
mengilustrasikan potensi dari teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan pada
individu dan segitiga di puncak menekankan bahwa seorang individu perlu
kesadaran dan kemampuan untuk merubah aktivitas digitalnya. Dampak teknologi
maupun aktivitas digital dapat berupa dampak positif maupun negatif, tergantung
konteks personal, kondisi, dan kemampuan untuk menanggulangi dampak tersebut.
Kesejahteraan digital ini dapat ditinjau

253
Smart ASN

dari empat konteks; sosial, personal, kegiatan belajar, dan pekerjaanseperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 3. 18 Empat Konteks Kesejahteraan Digital

Sumber: Jisc, n.d

Sementara delapan prinsip praktik digital yang baik diantaranya (Jisc,n.d),

254
Smart ASN

a. Menyediakan pelayanan inklusif dan responsif yang mendorong


pekerjaan digital maupun aktivitas pembelajaran
b. Menyertakan aspek kesejahteraan digital dalam kebijakan yang
sudah ada, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan
aksesibilitas dan inklusi
c. Menyediakan lingkungan fisik dan daring yang aman. Prinsip ini
termasuk penyediaan pencahayaan ruangan yang memadai, akses
WiFi, dsb dan memastikan setiap individu mematuhi peraturan
mengenai kesehatan dan keselamatan.
d. Mematuhi petugas yang bertanggung jawab mengenai aktivitas
digital (misalnya penanggung jawab aktivitas digital di kantor
maupun dalam aktivitas belajar di sekolah).
e. Penuhi tanggung jawab etik dan hukum yang berhubungan dengan
aksesibilitas, kesehatan, kesetaraan, dan inklusi (misalnya
peraturan ketenagakerjaan mengenai lembur, UU ITE, dsb)
f. Menyediakan pelatihan, kesempatan belajar, pendampingan, dan
bantuan partisipasi dalam kegiatan digital (misalnya peningkatan
kapasitas kemampuan digital bagi pekerja maupun siswa)
g. Memahami potensi dampak positif maupun negatif dari aktivitas
digital pada kesejahteraan individu
h. Menyediakan sistem, perlengkapan, dan konten digital yang
inklusif dan mudah diakses

Oleh sebab itu, kita sebagai subjek dalam dunia digital memiliki hak dankewajiban
berupa (Council of Europe, n.d):

a. Akses dan tidak diskriminatif, artinya kita memiliki hal untuk


terhubung dengan internet (kecuali jika diputuskan oleh
255
Smart ASN

pengadilan). Selain itu, akses internet juga harus terjangkau dan tidak diskriminatif
b. Kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
i. Kita berhak untuk berekspresi, mengakses informasi, dan
opini di dunia maya namun tetap berkewajiban
menghormati privasi orang lain.
ii. Pihak berwajib juga berkewajiban menghormati dan
melindungi hak kebebasan berekspresi dan mendapatkan
informasi iin
iii. Kita bisa memilih untuk tidak menunjukkan identitas diri
secara daring, namun kita berkewajiban mengikuti
peraturan mengenai sejauh mana kita harus menunjukkan
identitas diri pada hukum
c. Kebebasan berkumpul, berkelompok, dan partisipasi. Kita bebas
menggunakan situs web, aplikasi, atau layanan lain untuk
berhubungan dengan rekan dalam sebuah kelompok. Kita juga
berhak untuk mengajukan protes daring secara damai. Namun,
kita harus tetap memahami bahwa kita bisa berhadapan dengan
hukum jika merugikan pihak lain.
d. Perlindungan privasi dan data. Data pribadi kita hanya bisa
digunakan atas persetujuan kita atau jika dikehendaki pengadilan.
Kita harus diinformasikan jika data pribadi kita diproses atau
dipindahtangankan oleh pihak tertentu, kapan, oleh siapa, dan
untuk tujuan apa.
e. Pendidikan dan literasi. Kita berhak memiliki akses ke pendidikan
dan pengetahuan untuk melatih hak dan kebebasan kita di dunia
maya.

256
Smart ASN

f. Perlindungan terhadap anak. Jika kita tergolong anak-anak, maka


kita memiliki perlindungan dan panduan khusus untuk melakukan
aktivitas di dunia maya.
g. Hak mendapatkan pertolongan terhadap pelanggaran hak asasi.
Hal ini tidak selalu jalur hukum, bisa dari kebijakan penyedia
layanan internet, pihak berwajib, institusi HAM, dan sebagainya
tergantung dari pelanggaran yang dilakukan, hasilnya dapat
berupa penjelasan, permintaan maaf, kompensasi, dan sebagainya.

Ayo Membaca Perkayalah informasi dengan membaca artikel berikut:


- https://media.neliti.com/media/publications/131004-ID-
digital-rights-management-sebagai-solusi.pdf
- https://digitalcapability.jiscinvolve.org/wp/2020/02/13/ex
ploringdigitalwellbeing/
- https://sumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c4
5759865eac9a35e3cd28/b7f6153450053b7c4d3a2004502d
499f.pdf
- https://id.safenet.or.id/wp-
content/uploads/2021/04/Laporan-Situasi-Hak-hak-Digital-
2021-Daring-02.pdf

Ayo Menonton Cobalah menyaksikan video berikut untuk menambah wawasanmu


DIGITAL RIGHTS MANAGEMENT - #KOMINFOPEDIA
Why Are Digital Rights So Important? (with Cory Doctorow)
Human Rights in the digital age

Ayo Diskusi Pembicara menanyakan hal-hal berikut ini kepada seluruh peserta
1. Siapa yang pernah menerima pesan “kami menawarkan
pinjaman online, syarat mudah, dan proses cepat?” atau
“Buah mangga buah anggur, enak dimakan dingin-dingin,
daripada BPKB nganggur, mending titip di kami untuk
disekolahin”?
2. Berapa kali biasanya dalam sehari menerima pesan tersebut?
3. Kira-kira mengapa hal tersebut bisa terjadi?
4. Apa kaitan fenomena tersebut dengan hak dan kewajiban

257
Smart ASN

kita sebagai warga digital?


Setelah berdiskusi 10-15 menit, pembicara dapat memberikan
umpan balik.

2. Rangkuman
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi
bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian
masyarakat Indonesiahingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII,
2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,selama pandemi COVID-19
mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk
perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warganegara.

3. Soal Latihan
1) Peserta diminta mengelaborasi cara-cara memutus rantai
penyebaran hoaks
2) Fenomena pinjaman online yang marak di Indonesia sangat
merugikan masyarakat, bukan hanya kerugian materi namun juga
pencurian identitas korban. Peserta diminta menyikapi fenomena
tersebut

258
Smart ASN

3) Peserta diminta memberi pendapat tentang makna bijak


dalambermedia digital

4. Kasus
Dalam kelompok berisi 5-6 orang, peserta diminta untuk menyelesaikancontoh
kasus berikut.

Studi Kasus 1:

Bacalah potongan berita berikut!

“Pada pertengahan Agustus 2019, terjadi kerusuhan di beberapa daerah di Papua.


Insiden tersebut terjadi pasca-adanya dugaan tindakan rasisme di asrama mahasiswa
Papua di Surabaya. Tindakan rasisme yang terlanjur menyebar melalui media sosial
tersebut akhirnya memicu aksi unjuk rasa di Manokwari, Sorong, Jayapura, dan
beberapa daerah lain di Papua dan Papua Barat. Aksi tersebut diwarnai kericuhan,
blokade jalan, dan pembakaran. Akibatnya gedung DPRD, lembaga pemasyarakatan,
sejumlah tempat usaha, fasilitas umum, dan kendaraan yang berada di sekitar lokasi
kejadian, rusak diamuk massa. Kemkominfo menyebutkan bahwa terdapat lebih dari
230.00 URL hoax di Papua yang diviralkan melalui media sosial, terutama
melaluiTwitter. Konten tersebut bersifat masif, menghasut, bahkan mengadu
domba (news.detik.com, 26 Agustus 2019).”

Diskusikanlah fenomena ini dalam kelompok. Posisikan diri Anda dan kelompok sebagai
pihak yang dapat membuat kebijakan untuk menanggapi situasi tersebut. Kemudian,
buatlah rekomendasi untuk kemungkinan penyelesaian masalah tersebut berdasarkan
sudut pandang dan pemahaman yang telah Anda miliki mengenai literasidigital.

259
Smart ASN

Studi Kasus 2: Kasus Jejak Digital


Diskusikan dalam grup fenomena berikut. Lalu jawab dan diskusikanpertanyaan di
bawahnya.
Seorang gadis gagal magang di Badan Antariksa milik Amerika Serikat (NASA) karena
berkomentar kasar di Twitter. Singkat cerita, NASA menarik kesempatan magang
gadis tersebut setelah banyak warganet yang menangkap layar kata-kata kasarnya,
dan menyebarkannya di mediasosial dengan tagar NASA. Sumber:

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3626399/gara-gara-nge-twit- kasar-di-
twitter-gadis-ini-gagal-magang-di-nasa

● Terkait berita di atas, apakah jejak digital begitu penting saat ini?
Seberapa penting untuk kehidupan pribadi, keluarga, teman, dan
pekerjaan? Uraikan masing-masing.
● Jika kamu berada dalam berita viral yang mengungkap jejak digital
diri yang memalukan, apa yang akan kamu lakukan? Temukan
solusi yang dianggap praktis sekaligus komprehensif?
● Apa yang kamu lakukan dengan jejak digital pribadimu? Bagikan
tips kamu dengan teman kelompok.

260
Smart ASN

Studi Kasus 3: Kasus Scam Romance

Bacalah dan telaah berita berikut, kemudian diskusikan dalam forum.


Jawablah pertanyaan yang menyertainya
Pemilik akun FB mendapat video mesum setelah menerima permintaan
pertemanan
https://regional.kompas.com/read/2019/10/30/14020801/mengaku-
polisi-pria-ini-lakukan-pemerasan-seks-online-korbannya-ibu-
rumah?page=all

● Mengapa banyak orang tertipu dengan scam romance? Apakah ada


keluarga/teman/kenalan yang pernah mengalaminya? Ceritakan
dengan tidak menyertakan nama (anonim).
● Apa yang bisa kamu pelajari dari kasus tersebut? Bagaimana tips
mengenali dan menghindari scam romance menurutmu?
Diskusikan.

261
BAB 5 KESIMPULAN

Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum
terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka
kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan
User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa

262
kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi.
Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
penggunamedia digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia& Astuti, 2017). Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab.

Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama,
yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi
digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu
sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari
masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang
‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan
kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan
fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu
sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai
dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih
menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok
kompetensi semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai
dengan domain kapasitas dan ruangnya.

263
Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital)
sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada
domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital individu difungsikan agar
mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan
dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’. Digital Ethics
(Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital
membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakatdigital, berada di domain
‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi
individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’
karena sudah menyentuh instrumen-instrumen hukumpositif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi
bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet
harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59
menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang
hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkanmenurut hasil survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari
8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara
daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi
hak digital setiap warga negara.

264
DAFTAR PUSTAKA

Abdulahi, A., Samadi, B., & Gharleghi, B. (2014). A Study on the NegativeEffects of
Social Networking Sites Such as Facebook among Asia Pacific University Scholars in
Malaysia Sustainable entrepreneurs: who they are? View project E Commerce
Implementation on Iranian SMEs View project A Study on the Nega. International
Journal of Business and Social Science, 5(10), 133–145.
Adam, A. (2017). Catfishing: Tipu Muslihat Gebetan Khayalan. Tirto.Id. Alshenqeeti,
H. (2014). Interviewing as a Data Collection Method:A Critical Review. English
Linguistics Research, 3(1). https://doi.org/10.5430/elr.v3n1p39
Adikara, J.,G., & Kurnia, N.,. (2021). Modul Aman Bermedia Digital.
Kominfor-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta
Anwar, F. (2017). Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora Dan Seni, 1(1), 137–144.
Astuti, S.,I., Prananingrum, N., (2021). Modul Budaya Bermedia Digital.
Kominfo-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta
APJII (2020). Laporan survei internet APJII 2019-2020 (Q2). Didapat dari
https://apjii.or.id/survei2019x.
Australian Digital Health Agency. (2020, September). Supporting a PositiveSecurity
Culture: MANAGING YOUR DIGITAL FOOTPRINT.
Australian Digital Health Agency.
https://www.digitalhealth.gov.au/sites/default/files/2020-
11/Manage_your_digital_footprint.pdf
Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Indeks pembangunan teknologi, informasi, dan
komunikasi/ict development index 2018. Jakarta:Badan Pusat Statistik.
Barton, D. & Lee, C.. 2013. “Language Online: Investigating Digital Texts and
Practices”. Oxford: Routledge.
Bawden, D. (2008). Origins and concepts of digital literacy. Digital literacies:Concepts,
policies and practices, 30(2008), 17-32.
BBC.com. (2015, Agustus). #TrenSosial: Bagaimana menghadapi para penebar
kebencian di medsos? BBC.com.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150826_trensosial
_hatespeech

Boyd, D. M., & Ellison, N. B. (2007). Social network sites: Definition, history, and
scholarship. Journal of Business and Management, 1–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.9790/487X-0124852

265
Buchanan, T., & Whitty, M. T. (2014). The online dating romance scam: causes and
consequences of victimhood. Psychology, Crime and Law, 20(3),
261–283.
https://doi.org/10.1080/1068316X.2013.772180 Burke, P. Buckingham, D. (2010).
Defining digital literacy. In Medienbildung in neuen
Kulturräumen (pp. 59-71). VS Verlag für Sozialwissenschaften.
Burke, P. J., & Stets, J. E. (2009). Identity Theory (1st ed.). Oxford UniversityPress.
Catfish Definition. (n.d.). Mirriam Webster.
CNN (2020, Desember 1). Polri tangani 4.250 kejahatan siber saat pandemi. Diperoleh
dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201201141213-12-
576592/polritangani- 4250-kejahatan-siber-saat-pandemi
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Reasearch.
In Synthese (Vol. 195, Issue 5). https://doi.org/10.1007/s11229-017-1319-x Diandra.
(2017). Pemerintah ingin media sosial dimanfaatkan untuk hal produktif
Duhita, S. (2018). Pengakuan ’ Faker ’ Online , Sanggup Memperdaya OrangAgar Mau
Pacaran Tanpa Ketemuan. Vice Indonesia.
Ellison, N., Heino, R., & Gibbs, J. (2006). Managing Impressions Online: Self-
Presentation Processes in the Online Dating Environment. Journal of Computer-
Mediated Communication, 11(2), 415–441. https://doi.org/10.1111/j.1083-
6101.2006.00020.x Federal Trade Commision. (n.d.). Online Dating Scams
Infographic.
Finkel, E. J., Eastwick, P. W., Karney, B. R., Reis, H. T., & Sprecher, S. (2012). Online
Dating: A Critical Analysis From the Perspective of Psychological Science. In
Psychological Science in the Public Interest, Supplement (Vol.
13, Issue 1).
https://doi.org/10.1177/1529100612436522
Frida, K & Astuti, S.,I. (2021). Modul Etis Bermedia Digital. Kominfo- Japelidi,
Siberkreasi. 2021. Jakarta
Frost-Arnold, K. (2016). Social Media, Trust, and the Epistemology of Prejudice.
Social Epistemology, 30(5–6), 513–531.
https://doi.org/10.1080/02691728.2016.1213326
Gibbs, J. L., Ellison, N. B., & Lai, C. H. (2011). First comes love, then comesgoogle:
An investigation of uncertainty reduction strategies and self-disclosure in online dating.
Communication Research, 38(1), 70–100. https://doi.org/10.1177/0093650210377091
Gibbs, S. (2016, January Friday). How to use search like a pro: 10 tips andtricks for
Google and beyond. TheGuardian.com. Retrieved November Tuesday, 2021, from
https://www.theguardian.com/technology/2016/jan/15/how-to-use- search-like-a-
pro-10-tips-and-tricks-for-google-and-beyond

266
Gilster, P. (1997). Digital literacy. John Wiley & Sons, Inc.
Goffman, E. (1959). The Presentation of Self in Everyday Life (Issue 1).
Anchor Books. https://doi.org/10.5465/amr.1989.4279016 Goodwill Community
Foundation. (n.d.). Internet Basic: Using Search
Engine. GCFLearnFree. Retrieved November Tuesday, 2021, from
https://edu.gcfglobal.org/en/internetbasics/using-search-engines/1/
Goodwill Foundation. (n.d.). Belanja online dengan aman. edu.gcfglobal.org.
https://edu.gcfglobal.org/en/tr_id-internet-safety/belanja-online-dengan-
aman/1/
Google Support. (2021). Do an Advanced Search on Google. Diperoleh dari
https://support.google.com/websearch/answer/35890?co=GENIE.Pl atform%3DAndroid&hl=en
Google, Temasek, Bain & Company (2020). At full velocity: Resilient and racing
ahead. Diperoleh dari https://economysea.withgoogle.com/
https://news.microsoft.com/wpcontent/uploads/prod/sites/421/2020/ 02/Digital-
Civility-2020-Global-Report.pdf
IMD, W. (2020). IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020.
Internetlivestats. (2016). Internet Users By Country (2016).
https://www.internetlivestats.com/internet-users-by-country/
ITU. International Telecommunication Union . (2017). Measuring the information
society report 2017 (Vol. 1). Geneva, Switzerland: Author. www.itu.int/en/ITU-
D/Statistics/Documents/publications/misr2017/MISR2017_Volume 1.pdf Diakses
November 2021
Jayani, D. H. (2020). Pembangunan teknologi Indonesia tertinggal di negaraG20.
Katadata. Diperoleh dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/28/pembanguna n-
teknologiindonesiatertinggaldinegarag20#:~:text=ICT%20Develop
ment%20Index%202017&text=Angka%20ini%20berada%20di%20
posisi,terendah%20di%20G20%20setelah%20India.&text=Pada%2
010%20Februari%202020%2C%20Indonesia,prinsip%20Counterva
iling%20Duty%20(CVD).&text=Pada%202020%2C%20PDB%20p
er%20kapita,atau%20terendah%20kedua%20di%20G20.
Jones, R. & Hafner, C. (2012) Understanding Digital Literacies. London:Routledge
Katadata Insight Center & Kominfo. (2020). Status literasi digital Indonesia 2020: Hasil
survei di 34 provinsi. Jakarta: Katadata Insight Center &Kominfo.
Kemendikbud. (2017). Modul Gerakan Literasi Nasional: Materi Pendukung Literasi
Digital. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-

267
content/uploads/2017/10/literasi-DIGITAL.pdf Diakses November2021
Kominfo dan Katadata. (2020). Survei Literasi Digital Nasional 2020.
https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2020/11/Survei- Literasi-Digital-
Indonesia-2020.pdf Diakses November 2021
Kominfo, Siberkreasi, & Deloitte. (2020). Roadmap literasi digital 2021-2024.
Jakarta: Kominfo, Siberkreasi, & Deloitte.
Kominfo.go.id. (2021). Menkominfo: Percepatan Transformasi Digital Kunci
Pemulihan Pascapandemi. SIARAN PERS
NO.266/HM/KOMINFO/08/2021
https://kominfo.go.id/content/detail/36171/siaran-pers- no266hmkominfo082021-
tentang-menkominfo-percepatan- transformasi-digital-kunci-pemulihan-
pascapandemi/0/siaran_per. Diakses November 2021
Kuntarto, E., & Asyhar, R. (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Blended
Learning Pada Aspek Learning Design Dengan Platform Media Sosial Online Sebagai
Pendukung Perkuliahan Mahasiswa. Repository Unja.
Kurnia, N., Nurhajati, L., dan Astuti S., I. (2020). KOLABORASI LAWAN (HOAKS)
COVID-19: Kampanye, Riset dan Pengalaman Japelidi diTengah Pandemi. Japelidi dan
Fisipol UGM. Yogyakarta.
Kurnia, N., & Astuti, S.,I. (2017). Peta gerakan literasi digital di Indonesia: studi
tentang pelaku, ragam kegiatan, kelompok sasaran dan mitra. Informasi, 47(2), 149-
166.
Law, N. & Woo, David & Wong, Gary. (2018). A Global Framework of Reference on
Digital Literacy Skills for Indicator 4.4.2. UNESCO Institute for Statistics.
LibGuides at University of West Florida Libraries. (2021, August). Tips forAvoiding
Fake News. University Library of University of West Florida. Retrieved November,
2021, from https://libguides.uwf.edu/c.php?g=609513&p=4274530
Lumakto, G., & Syamsuddin, A. (2020). A Fact Checking Perception and Behavior
Study of Ministry of Religious Affair Islamic Trainers. Jurnal Bimas Islam, 13(2), 235-
258.
Microsoft TRG. (2021) Civility, Safety & Interaction Online February 2020
[PowerPoint slides].
Monggilo, Z.,M.,Z, Kurnia., N., Banyumurti, I.,. (2020) Muda, Kreatif, Dan Tangguh
Di Ruang Siber. Direktorat Pengendalian Informasi, Investigasi, dan Forensik Digital
Badan Siber dan Sandi Negara
Monggilo, Z.,M.,Z, Kurnia., N. (2021). Modul Cakap Bermedia Digital.
Kominfo-Japelidi, Siberkreasi. 2021. Jakarta

268
Oktari, R. (2020). 5 Langkah
Percepatan Transformasi Digital.
https://indonesiabaik.id/infografis/5-langkah-percepatan- transformasi-digital Diakses
November 2021

Rahmawati, D., Lumakto, G., & Kesa, D. D. (2020). Generasi Digital Nativesdalam
Praktik Konsumsi Berita di Lingkungan Digital. Communications, 2(2), 74-98.

State of California Department of Justice. (n.d.). Protect Your Computer FromViruses,


Hackers, and Spies. Office of The Attorney General: Stateof California
Department of Justice.
https://oag.ca.gov/privacy/facts/online-privacy/protect-your- computer
Suteki. (2020). Covid-19 Picu Percepatan Transformasi Digital Pendidikan Indonesia.
https://suteki.co.id/covid-19-picu-percepatan-
transformasi-digital-pendidikan-indonesia/ Diakses November 2021
Vial, G. (2019). Understanding digital transformation: A review and a research agenda. The
Journal of Strategic Information Systems, (), S0963868717302196–.
doi:10.1016/j.jsis.2019.01.003
Young Americans : Centre for Financial Education. (n.d.). Benefits and Riskof
Online Banking. Young Americans : Centre for Financial Education.
https://yacenter.org/young-americans-bank/internet- banking/benefits-risk-online-
banking/

269
268

Anda mungkin juga menyukai