Anda di halaman 1dari 2

1.

1 Latar belakang
Pada zaman sekarang banyak sekali kasus pernikahan dini yang terjadi. Penyebab
pernikahan dini biasanya adalah faktor budaya dan ekonomi. Beberapa orang tua
beranggapan bahwa anak dapat menjadi penyelamat keuangan keluarga saat menikah karena
anak yang belum menikah akan menjadi beban keluarga. Ada juga yang beranggapan bahwa
anak akan memiliki kehidupan yang lebih baik setelah menikah. Padahal, bila anak tersebut
putus sekolah maka hal tersebut akan memperpanjang rantai kemiskinan dan hak dasar anak
seperti bersekolah tidak terpenuhi . Dampak lain pernikahan dini adalah merugikan
perekonomian negara karena sebanyak 1,7 persen pendapatan negara bisa hilang. Para remaja
sangat rentan melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Untuk mencegahnya banyak
para orang tua menikahkan anak mereka dengan alasan tanggung jawab. Untuk
mengantisipasi terjadinya pergaulan bebas pada anak maka orang tua harus memberikan
pemahaman tentang edukasi tentang reproduksi agar mereka terhindar dari pergaulan bebas
dan hal berbau seksual.
Batas usia minimal untuk menikah di Indonesia adalah 19 tahun. Sebelumnya, pemerintah
mengatur batas usia minimal perempuan untuk menikah yakni 16 tahun. Aturan tersebut
tertuang dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Kemudian, UU tersebut
direvisi dengan UU Nomor 16 Tahun 2019 yang berlaku sejak 15 Oktober 2019. UU terbaru
menyebut bahwa usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun baik untuk perempuan
maupun laki-laki.
Pernikahan dini berdampak pada masalah sosial, seperti masalah perekonomian yang
menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Hal ini disebabkan emosi yang masih
labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang, akhirnya terjadi rawan
perceraian. Kasus perceraian tertinggi menimpa kelompok usia 20 – 24 tahun dengan usia
pernikahan belum genap lima tahun. Dampak lainnya menyebabkan kesehatan mental wanita
terganggu. Ancaman pada wanita muda yang rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) dan mereka belum tahu caranya terbebas dari situasi tersebut serta belum
adanya kesiapan mental pasangan. Selain istri, anak juga berisiko menjadi korban KDRT.
Anak-anak yang menjadi saksi mata KDRT akan tumbuh dengan berbagai kesulitan, seperti
kesulitan belajar, terbatasnya keterampilan sosial, anak kerap menunjukkan perilaku nakal,
berisiko depresi atau gangguan kecemasan berat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dampak negatif dari pernikahan dini?
2. Bagaimana kasus pernikahan dini di Indonesia?
3. Apa hukum pernikahan dini dalam Islam?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengedukasi pembaca agar paham dengan masalah
pernikahan. Dari berbagai masalah pernikahan dini yang sekarang terjadi perlu adanya
pencegahan agar anak-anak muda terutama para remaja yang belum cukup umur untuk tidak
buru-buru menikah. Pernikahan bukan hal yang sepele, harus ada persiapan yang matang dari
sisi mental dan finansial agar suatu pernikahan langgeng dan mengurangi angka perceraian.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar para pemuda mendapat pengetahuan tentang
pernikahan dini. Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan referensi guna menambah
pengetahuan tentang risiko menikah dini, sehingga orang tua dapat lebih mengawasi
pergaulan putra putrinya di usianya yang menginjak remaja.

Anda mungkin juga menyukai