The Purpose of This Study Was To Determine The Effectiveness of Discovery Learning Model Assisted With Individual Manipulative Terms of Student Responses and To Determine The Description of Students
The Purpose of This Study Was To Determine The Effectiveness of Discovery Learning Model Assisted With Individual Manipulative Terms of Student Responses and To Determine The Description of Students
Kata kunci: Keterampilan Komunikasi Matematis, Number Head Together, Self Confidence,
Kontekstual
fokus pada pembelajaran matematika dan siswa mampu menyampaikan ide-ide matematikanya. Menurut
Lestari & Yudhanegara (2015) keterampilan komunikasi matematis adalah menyampaikan
gagasan/gagasan matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima
gagasan/gagasan matematis orang lain secara cermat. Keterampilan komunikasi matematis sangat penting
bagi siswa agar dapat menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan penalaran yang baik,
mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam model matematika, dan menghubungkan proses ke dalam
berbagai konsep matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari (Tinungki, 2015). Oleh karena itu,
siswa mampu mengomunikasikan matematika ke dalam gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas situasi atau masalah matematika.
Selain masalah rendahnya kemampuan komunikasi matematis, permasalahan di atas juga disebabkan oleh
penggunaan model pembelajaran yang belum meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Oleh
karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran discovery. Discovery
learning dipilih karena sesuai dengan implementasi kurikulum 2013 dan sebagai model yang mampu
memecahkan masalah. Menurut Sinambela et al., (2018) dalam discovery learning, siswa didorong untuk
belajar
sendiri, yaitu melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip. Sedangkan menurut Cahyani, dalam
Prestika et al., (2018) discovery learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan secara sistematis, kritis, dan logis sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Model ini diharapkan siswa aktif dalam menemukan
konsep dan solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya sendiri terkait dengan
proses kognitif dan dapat membantu siswa melatih pola pikir.
Pembelajaran matematika dalam menemukan suatu konsep membutuhkan alat peraga yang manipulatif
yang mampu memperjelas materi. Dapat dikatakan bahwa belajar matematika diperoleh dari pengalaman
siswa terhadap benda-benda konkret dan memberi mereka kesempatan untuk menghubungkan konsep-
konsep matematika yang abstrak dengan dunia nyata (Kadir et al., 2018). Dalam penggunaan alat peraga
manipulatif tidak hanya memberikan kontribusi pada aspek kognitif saja tetapi dapat meningkatkan aspek
psikomotorik (Kontas, 2016).
Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa tidaklah mudah, sehingga perlu dijelaskan
dengan menggunakan alat peraga manipulatif konkret. Penggunaan alat peraga manipulatif mampu
memecahkan proses penalaran menjadi langkah-langkah untuk membimbing siswa, memberikan
penalaran, dan membangun pemahaman konseptual (Hidayah et al., 2018). Alat peraga manipulatif yang
akan digunakan siswa dalam penelitian ini adalah alat peraga manipulatif individual. Alat peraga
manipulatif yang digunakan setiap anak relatif lebih kecil dibandingkan dengan alat peraga manipulatif
klasik/kelompok. Dengan memfasilitasi alat peraga siswa, pembelajaran matematika diharapkan dapat
memperkuat kompetensi siswa, terutama aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaan alat peraga manipulatif diperlukan lembar kegiatan
agar siswa mampu memanipulasi alat peraga manipulatif secara individu secara mandiri dan mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya. Manipulatif Alat peraga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bermain sekaligus belajar matematika (Kanastren et al., 2018).
Selain itu, model pembelajaran discovery berbantuan alat peraga manipulatif individual diharapkan dapat
digunakan untuk meningkatkan respon siswa yaitu melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Purniati
dalam Fachrurazi (2011) menyatakan bahwa respon siswa terhadap masalah komunikasi matematis pada
umumnya masih kurang. Hal ini dikarenakan soal cerita untuk siswa kelas III masih baru, sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
Respon muncul ketika siswa mampu mengamati dan memperhatikan suatu objek. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi adanya respon, yaitu pengalaman, proses belajar, dan nilai-nilai kepribadian
(Hidayati, 2013). Dalam hal ini respon siswa mampu memberikan kesan atau respon setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Saat ini dunia dihebohkan dengan mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut
dikenal dengan corona atau dengan nama lain Covid-19. Penyebaran virus ini berdampak pada bidang
politik, ekonomi, sosial dan budaya (Setiadi, 2020). Dampak dari virus ini mengakibatkan pembatasan
terhadap seluruh aktivitas yang ada, seperti aktivitas sekolah, aktivitas kerja, aktivitas peribadatan, dan
aktivitas fasilitas umum.
Pada tanggal 24 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Pada Masa Darurat Penyebaran
Covid19, dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran dilakukan di rumah melalui
pembelajaran online/jarak jauh. Adanya Covid-19 telah membawa pengalaman belajar offline menjadi
pembelajaran online. Pembelajaran online yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis adalah dengan memberikan pembelajaran di rumah atau dalam istilah lain home based learning
(HBL). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keefektifan discovery learning berbantuan alat peraga manipulatif individual ditinjau dari respon siswa
dengan indikator (1) Keterampilan komunikasi matematis siswa dalam discovery learning berbantuan alat
peraga manipulatif individual dapat mencapai ketuntasan belajar, (2) Keterampilan komunikasi matematis
siswa dalam discovery learning berbantuan dengan alat peraga manipulatif individu dapat mencapai
ketuntasan klasikal, (3) Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada discovery learning
berbantuan alat peraga manipulatif individual lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan model konvensional berbantuan lembar kegiatan, (4) Proporsi ketuntasan siswa pada
pembelajaran discovery berbantuan alat peraga manipulatif individual lebih banyak dibandingkan dengan
proporsi ketuntasan siswa dengan model konvensional berbantuan lembar kegiatan, (5) Pengaruh respon
siswa terhadap hasil keterampilan komunikasi matematis tes dan untuk mengetahui gambaran
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas III berdasarkan respon siswa METODE
Jenis atau metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Mixed Methods, merupakan gabungan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah sekuensial
explanatory design. Desain ini merupakan prosedur penelitian yang menggabungkan penggunaan metode
kuantitatif dan metode kualitatif.
Penelitian kuantitatif digunakan untuk memperoleh keterampilan komunikasi matematis siswa. Data
kuantitatif ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Desain yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif adalah non-equivalent control group design. Kemampuan komunikasi matematis
akan diuji pada keefektifan model discovery learning berbantuan alat peraga manipulatif individual
terhadap respon siswa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
uji ketuntasan belajar, uji ketuntasan klasikal, uji beda rata-rata, uji beda proporsi, uji regresi linier
sederhana, dan peningkatan rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen.
Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematis ditinjau
dari respon siswa. Data diperoleh dari penelitian kualitatif yang dilakukan dengan hasil tes kemampuan
komunikasi matematis dan wawancara. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga siswa yang
dipilih berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis yang diambil dari tingkat tanggapan
sangat positif, positif, dan kurang positif. Kriteria respon siswa dapat dilihat pada tabel 1.
Jenis atau metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Mixed Methods, merupakan gabungan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah sekuensial
explanatory design. Desain ini merupakan prosedur penelitian yang menggabungkan penggunaan metode
kuantitatif dan metode kualitatif.
Penelitian kuantitatif digunakan untuk memperoleh keterampilan komunikasi matematis siswa. Data
kuantitatif ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Desain yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif adalah non-equivalent control group design. Kemampuan komunikasi matematis
akan diuji pada keefektifan model Number Head Together berpendekatan kontekstual dan Self
Confidence Siswa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
uji ketuntasan belajar, uji ketuntasan klasikal, uji beda rata-rata, uji beda proporsi, uji regresi linier
sederhana, dan peningkatan rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen.
Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematis ditinjau
dari self Confidence. Data diperoleh dari penelitian kualitatif yang dilakukan dengan hasil tes
kemampuan komunikasi matematis dan wawancara. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga
siswa yang dipilih berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis yang diambil dari tingkat
tanggapan sangat positif, positif, dan kurang positif. Kriteria respon siswa dapat dilihat pada tabel
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, angket, pedoman wawancara,
dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui nilai kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kuesioner digunakan untuk mengetahui self confidence setelah pembelajaran selesai. Kuesioner
tanggapan terdiri dari 4 aspek, yaitu Percaya pada Kemampuan Sendiri, Bertindak Mandiri dalam
Mengambil Keputusan, Memiliki Rasa Positif terhadap Diri Sendiri,Berani Mengungkapkan Pendapat
dan kesenangan. Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang kemampuan komunikasi
matematis dan Self Confidence dalam pembelajaran matematika. Teknik wawancara dalam penelitian ini
menggunakan wawancara semi terstruktur. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mahasiswa
yang dibutuhkan dalam penelitian.
Pada aspek minat, persentase skornya adalah 80% dengan kategori respon positif bahwa setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model NHT berpendekatan Kontektual dan Self
Confidence membuat siswa tertarik untuk belajar. Seperti dalam penelitian penelitian yang dilakukan
Musharafa (2018) di SMK Santo Aloisius Ruteng kelas X yang menyimpulkan bahwa model
NHT lebih efektif dari pada pembelajaran Langsung dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.Pada aspek motivasi, persentase skor 86% dengan kategori respon sangat
positif menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga manipulatif individual
memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk termotivasi dalam belajar.
Pada aspek Percaya pada Kemampuan Sendiri, persentase skornya adalah 78% dengan kategori respon
positif. menunjukkan bahwa Percaya pada Kemampuan Sendiri dapat membuat siswa percaya akan
kemampuan yang dimiliki Pada aspek Bertindak Mandiri dalam Mengambil Keputusan, persentase
skornya sebesar 85% dengan kategori respon sangat positif menunjukkan bahwa pembelajaran jika diikuti
denganpembelajaran berpendekatan kontekstual. Seperti dalam penelitian Binangun (2016), siswa yang
belajar matematika dapat dengan senang hati mengeksplorasi diri untuk memahami materi pelajaran.
Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis, diketahui bahwa beberapa siswa mendapatkan
hasil yang berbeda dengan kriteria yang berbeda. Subjek penelitian yang dipilih adalah tiga dari 30 siswa
yang memiliki kriteria berbeda dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis dan angket respon siswa
dengan rincian pada Tabel 6. Berdasarkan hasil angket siswa terdapat 10 subjek yang kurang positif
tanggapan dan 2 dipilih untuk subjek penelitian. Selanjutnya diperoleh 18 subjek dengan kriteria respon
positif dan dipilih 2 subjek penelitian. sedangkan untuk subjek dengan respon sangat positif ada 2 yaitu
kemudian dijadikan sebagai subjek penelitian.
Diskusi Kuantitatif
model NHT berpendekatan Kontektual dan Self Confidence dilakukan untuk penelitian secara kuantitatif,
sehingga dalam penelitian ini hasil yang diperoleh berupa skor pada tes kemampuan komunikasi
matematis. Kelas eksperimen menggunakan model NHT berpendekatan Kontektual dan Self Confidence,
sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensional dengan bantuan lembar kerja peserta
didik.Pada kelas eksperimen, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model NHT
berpendekatan Kontektual dan Self Confidence yang sebelumnya telah diberikan kepada siswa dengan
menerapkan protokol kesehatan.
Setelah pembelajaran model NHT berpendekatan Kontektual selesai, peneliti memberikan tes
kemampuan komunikasi matematis dan angket self confidence siswa pada kelas eksperimen sedangkan
kelas kontrol hanya diberikan tes kemampuan komunikasi matematis. Tes kemampuan komunikasi
matematis dilakukan oleh siswa. Setelah itu, peneliti kemudian melakukan wawancara di kelas
eksperimen dengan siswa terpilih. Dalam wawancara peneliti melihat kemampuan komunikasi matematis
siswa secara verbal dan peneliti juga melihat self confidence siswa terhadap model NHT berpendekatan
Kontektua. Setelah semuanya dilakukan, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk
data akhir (posttest). Uji normalitas diperoleh nilai signifikansi = 0,156 > 0,05. Sedangkan untuk uji
homogenitas nilai signifikansi =
0,231 > 0,05 sehingga data terdistribusi normal dan memiliki varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan hasil keterampilan komunikasi matematis siswa diketahui bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model NHT berpendekatan Kontektual dan Self Confidence lebih efektif dibandingkan
dengan model konvensional berbantuan lembar kerja siswa. Hal ini terlihat dari (1) ketuntasan siswa yang
telah mencapai nilai 70lebih dari 75%;
(2) rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen lebih besar dari
pada kelas kontrol yaitu 77,86 untuk kelas eksperimen.kelas eksperimen dan 69,86 untuk kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model NHT
berpendekatan Kontektual dan self confidence efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
dan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model NHT berpendekatan
Kontektual dan self confidence memiliki peningkatan, dimana nilai posttest lebih tinggi dari nilai pretest.
Hasil posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil
posttest kelas kontrol. Kemampuan komunikasi matematis dengan kategori self confidence kurang positif
menunjukkan subjek mampu mencapai salah satu indikatornya. Kemampuan komunikasi matematis
dengan self confidence positif menunjukkan subjek mampu mencapai tiga indikator. Sedangkan
keterampilan komunikasi matematis dengan kategori self confidence sangat positif menunjukkan bahwa
subjek mampu mencapai semua indikator.