Implementasi PP 20-2021 TTG Penertiban Kawasan Dan Tanah Telantar - Revisi - PPTX (1) 15 Sep
Implementasi PP 20-2021 TTG Penertiban Kawasan Dan Tanah Telantar - Revisi - PPTX (1) 15 Sep
20/2021
Tentang Penertiban Kawasan Dan Tanah Telantar
Dalam Administrasi Pertanahan
oleh :
ISKANDAR SYAH
DIREKTUR PENERTIBAN PENGUASAAN,
PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN TANAH
Pada kenyataannya, di tengah kondisi masih adanya ketimpangan dalam proporsi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Indonesia, banyak Hak Atas Tanah atau tanah yang diperoleh
dengan Dasar Penguasaan Atas Tanah yang tidak diusahakan, digunakan dan dimanfaatkan secara optimal
2
I. Pengaturan tentang Tanah Terlantar sebagai
Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak atas Tanah
(Prof. Dr. Maria Sri Wulani Sumardjono, S.H., M.CL., M.P /Kadin FGD 3/03/2022)
A. “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial” (Pasal 6 UUPA). Berdasarkan
Penjelasan Umum II.4 UUPA hal itu bermakna sebagai berikut:
1. hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat
dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau
hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat;
2. penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat
daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan
kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi masyarakat
dan Negara.
3. UUPA memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan.
Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling
mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapailah tujuan pokok
kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya.
3
I. Pengaturan tentang Tanah Terlantar sebagai Implementasi Asas
Fungsi Sosial Hak atas Tanah
B. Implementasi asas fungsi sosial dalam aturan pelaksana UUPA,
sebagai berikut:
Pasal 27 huruf a angka 3 Hak milik hapus bila:
a. tanahnya jatuh kepada negara,
…
3. karena diterlantarkan;
Pasal 34 huruf e Hak guna-usaha hapus karena:
….
e. ditelantarkan
Pasal 40 huruf e Hak guna-bangunan hapus karena:
…
e. ditelantarkan
4
I. Pengaturan tentang TanahTelantar sebagai
Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak atas Tanah
C. Implementasi asas fungsi sosial dalam aturan pelaksana UUPA, sebagai berikut:
• hapusnya hak pakai (HP) karena ditelantarkan dirumuskan dalam Pasal 55 huruf e PP No. 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah;
• Hapusnya hak pengelolaan (HPL) karena ditelantarkan dirumuskan dalam PP No. 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.
Catatan: 1. Kedudukan dan fungsi pengaturan tentang penertiban tanah terlantar merupakan instrumen
pengendalian penguasaan/pemilikan tanah. Bagi pemegang hak, pengaturan ini merupakan “early
warning” yang bertujuan agar terhindar dari akibat hukum penelantaran kawasan/tanah. Penetapan
kawasan/tanah terlantar juga tidak serta merta tetapi melalui proses dengan jangka waktu yang relatif
cukup.
2. Kedudukan sertipikat sebagai alat bukti hak yang kuat.
3. Keberlakuan Pasal 28 H ayat (4) dan Pasal 28 J ayat (2) UUD 1945.
4. Keberadaan pengaturan tentang tanah terlantar.
DASAR HUKUM
1. Negara memberikan Hak Atas Tanah kepada Pemegang Hak untuk diusahakan, dipergunakan,
dan dimanfaatkan serta dipelihara dengan baik.
2. Pada saat negara memberikan hak kepada seseorang atau badan hukum, selalu diiringi
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan surat keputusan pemberian haknya.
3. Kewajiban, Larangan sesuai UUPA dan PP 18 Tahun 2021 tentang HPL, HAT, Satuan Rumah
Susun & Pendaftaran tanah untuk Hak Guna Usaha antara lain :
melaksanakan usaha sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan pemberian haknya paling lama 2 (dua) tahun sejak hak diberikan;
mengusahakan Tanah hak guna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis;
Pemegang hak dilarang menelantarkan tanahnya.
PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN
KAWASAN TELANTAR
OBJEK PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR
Kawasan Pertambangan
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak
Atas Tanah
Kawasan Perkebunan
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati
Hak Atas Tanah.
OBJEK PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR
Kawasan perumahan/permukiman
skala besar/terpadu
Kawasan lain
kawasan yang digunakan untuk kegiatan
perumahan/permukiman skala besar/terpadu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kawasan yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau
dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah. pemanfaatannya harus didasarkan pada
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan berkaitan dengan
pemanfaatan tanah dan ruang selain Kawasan pertambangan,
industri, perkebunan, perumahan/permukiman skala
besar/terpadu , pariwisata, yang belum dilekati Hak Atas Tanah
KESENGAJAAN PENELANTARAN KAWASAN
Yang dimaksud dengan "sengaja" adalah apabila apabila Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha secara de facto tidak
mengusahakan, tidak mempergunakan, dan/atau tidak memanfaatkan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
yang dikuasai sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau rencana
pengusahaan atau pemanfaatan kawasan
Tidak
Dimanfaatkan
Ya
Pemegang Izin/Konsesi/
Penetapan Sanksi Keputusan Penetapan Perizinan Berusaha
Dikalahkan di Pendayagunaan Kawasan Telantar
Pengadilan Instansi Pelaksana
Pencabutan Digugat Dapat Dialihkan Penertiban Kawasan Telantar
lzin/Konsesi/ Keputusan Penetapan Kepada Pihak Lain
Dimenangkan di Kementerian ATR/BPN
Perizinan Berusaha
Keputusan Pengadilan Clear and Clean Pendayagunaan Bank Tanah
Penetapan Kawasan Kawasan Telantar
Telantar Penegasan Sebagai Tidak Digugat Dapat Ditetapkan Instansi Terkait Lainnya
Tanah yang Dikuasai sebagai Aset Bank
Langsung oleh Negara Tanah Masyarakat, Badan Hukum
Kemungkinan Timbulnya Gugatan
EVALUASI KAWASAN TELANTAR (180 HARI)
tanah HPL masyarakat hukum adat; Aset Bank Tanah, dikecualikan sebagai objek
penertiban tanah telantar
OBJEK PENERTIBAN TANAH TELANTAR
AJB yang sudah bersertipikat AJB atas Hak Milik Adat yang
dan belum balik nama belum bersertipikat
Surat Izin Menghuni
Apabila hasil evaluasi tidak terdapat tanah yang dengan sengaja 1 Hasil Evaluasi Pan C : Berita Acara dan Lap Hasil Evaluasi
ditelantarkan oleh Pemegang HAT/HPL/DPAT, Kakanwil mengusulkan
penghapusan dari basis data Tanah Terindikasi Telantar kepada Menteri a. tanah tidak sengaja tidak diusahakan, tidak
melalui Direktur Jenderal dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipelihara oleh Pemegang Hak/Pemegang Hak
Apabila hasil evaluasi Pemegang HAT/HPL/DPAT sengaja menelantarkan, Pengelolaan/Pemegang DPAT; atau
Kakanwil menyampaikan Pemberitahuan kepada Pemegang
HAT/HPL/DPAT agar mengusahakan, dan, memanfaatkan tanahnya dalam b. tanah sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
jangka waktu paling lama 180 hari kalender dan wajib memberi laporan tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara oleh
perkembangan pengusahaan kepada Kakanwil setiap 30 hari kalender Pemegang Hak/Pemegang Hak Pengelolaan/Pemegang
2
DPAT.
23
PERINGATAN TANAH TELANTAR Ps 23 s/d 28 PP
Jo. 51 s/d 59 Permen Usulan Penetapan
Tanah Terlantar
Maksimal 30 hari
❑ Diberikan ketika pemegang hak masih menelantarkan setelah Peringatan III
tanahnya setelah masa akhir Pemberitahuan. berakhir
❑ Penertiban tanah berstatus BMN/D atau asset BUMN/D
tidak diberi Peringatan (hanya sampai tahap Pemberitahuan
Peringatan III
Jangka waktu 30 hari
kalender
Peringatan II
Jangka Waktu 45 hari
kalender
Peringatan I
Jangka waktu 90 hari
kalender Evaluasi Akhir
Peringatan III
Evaluasi akhir Peringatan I Tanah yang diusulkan ditetapkan sebagai Tanah Telantar, tidak dapat dilakukan
perbuatan hukum sampai dengan diterbitkannya Keputusan Menteri. Perbuatan hukum
tsb berupa peralihan, pemecahan, penggabungan, perpanjangan, pembaruan,
pembebanan HT dan/atau pengusahaan, penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah
PENETAPAN TANAH TELANTAR
Reforma Agraria
Bank Tanah
pertanian dan nonpertanian dalam Untuk ditetapkan sebagai
rangka kepentingan masyarakat dan Aset Bank Tanah
negara melalui program pertanahan
HUNTAP
Cadangan Negara Lainnya
Memenuhi kebutuhan tanah untuk
Proyek Strategis Nasional
kepentingan pemerintah pusat/daerah,
pelaksanaan proyek yang ditetapkan pertahanan keamanan, bencana alam,
sebagai Proyek Strategis Nasional yang relokasi dan pemukiman kembali
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah masyarakat yang terkena pembangunan
Pusat/Daerah untuk kepentingan umum
5
PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TANAH TELANTAR PP
11/2010 DAN PP 20/2021
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
dan PerKa BPN No. 9 Tahun 2011
1. Definisi Tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak • Kawasan Telantar adalah kawasan nonkawasan hutan yang belum
oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak dilekati Hak Atas Tanah yang telah memiliki lzin/Konsesi/Perizinan
Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau Berusaha, yang sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/
dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, atau tidak dimanfaatkan. (Pasal 1 angka 1 PP 20/2021)
tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai • Tanah Telantar adalah tanah hak, tanah Hak Pengelolaan, dan tanah
dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah, yang
atau dasar penguasaannya. (Pasal 1 angka 6 PerKa BPN sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan,
No. 4/2011) dan/atau tidak dipelihara. (Pasal 1 angka 2 PP 20/2021)
2. Ruang lingkup/objek Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak • Kawasan terlantar: kawasan pertambangan; kawasan perkebunan;
penertiban tanah terlantar Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas kawasan industri; kawasan pariwisata; kawasan perumahan;
tanah (Pasal 2 PP 11/2010) permukiman skala besar/terpadu; atau kawasan lain yang
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya didasarkan
pada Izin/Konsesi/ Perizinan Berusaha yang terkait dengan
pemanfaatan tanah dan ruang (Pasal 6 PP 20/201);
• Tanah terlantar: hak milik; hak guna bangunan; hak guna usaha; hak
pakai; Hak Pengelolaan; dan tanah yang diperoleh berdasarkan
DPAT (Pasal 7 PP 20/2021 jo. 10 ayat (1) Permen 20/2021).
Dasar Penguasaan Atas Tanah yang selanjutnya disingkat DPAT adalah keputusan/surat dari pejabat yang berwenang yang menjadi dasar bagi orang atau badan hukum untuk memperoleh,
[1]
menguasai, mempergunakan, atau memanfaatkan tanah. DPAT mencakup: a. akta jual beli atas hak tanah yang sudah bersertipikat yang belum dibalik nama; b. akta jual beli atas hak milik adat yang
belum diterbitkan sertipikatnya; c. surat izin menghuni; d. risalah lelang; e. keputusan pelepasan kawasan hutan; atau f. bukti penguasaan lainnya dari pejabat yang berwenang.
6
LANJUTAN……
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
3. Pengecualian a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama Tanah:
perseorangan yang secara tidak sengaja tidak a. tanah menjadi objek perkara di pengadilan;
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan b. tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
tujuan pemberian haknya; dan dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung perubahan RTR;
maupun tidak langsung dan sudah berstatus maupun c. tanah dinyatakan sebagai tanah yang diperuntukkan
belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak untuk konservasi sesuai dengan ketentuan peraturan
sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau perundang-undangan;
sifat dan tujuan pemberian haknya (Pasal 3 PP 11/2010) d. tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
keadaan kahar (force majeure) berupa peperangan,
kerusuhan, bencana alam, dan bencana lainnya, yang
harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang
berwenang;
e. tanah telah diusahakan, dipergunakan, dimanfaatkan,
dan/atau dipelihara sesuai dengan rencana
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan
tanah;
f. tanah Hak Pengelolaan masyarakat hukum adat;*
dan/atau
g. tanah Hak Pengelolaan yang menjadi Aset Bank Tanah*.
*) dengan catatan
7
LANJUTAN…..
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
3. Pengecualian a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama Kawasan:
perseorangan yang secara tidak sengaja tidak a. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan menjadi objek perkara di pengadilan;
tujuan pemberian haknya; dan b. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung tidak dapat diusahakan, dipergunakan, dan/atau
maupun tidak langsung dan sudah berstatus maupun dimanfaatkan karena adanya perubahan RTR;
belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak c. kawasan dinyatakan sebagai kawasan yang
sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau diperuntukkan untuk konservasi sesuai dengan
sifat dan tujuan pemberian haknya (Pasal 3 PP 11/2010) ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
tidak dapat diusahakan, dipergunakan, atau
dimanfaatkan karena adanya keadaan kahar (force
majeure) berupa peperangan, kerusuhan, bencana
alam, dan bencana lainnya, yang harus dinyatakan oleh
pejabat/instansi yang berwenang; dan/atau
e. kawasan telah diusahakan, dipergunakan, atau
dimanfaatkan sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan
dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau
rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan.
(Pasal 9 Permen ATR/Ka BPN 20/2021)
8
LANJUTAN….
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
dan PerKa BPN No. 9 Tahun 2011
4. Kriteria tanah a. diatur PerKa BPN dan masih bersifat Kriteria tanah terlantar:
terlantar umum/normatif; a. tanah hak milik, jika dengan sengaja tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan,
b. tidak ada pengaturan lebih lanjut soal HPL dan/atau tidak dipelihara sehingga:
1) dikuasai oleh masyarakat serta menjadi wilayah perkampungan;
2) dikuasai oleh pihak lain secara terus-menerus selama 20 (dua puluh)
tahun tanpa adanya hubungan hukum dengan Pemegang Hak; atau
3) fungsi sosial Hak Atas Tanah tidak terpenuhi, baik Pemegang Hak masih
ada maupun sudah tidak ada.
b. tanah hak guna bangunan, hak pakai, dan Hak Pengelolaan menjadi objek
penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.
c. tanah hak guna usaha menjadi objek penertiban Tanah Telantar jika dengan
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan
terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.
d. tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah menjadi
objek penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya Dasar Penguasaan Atas Tanah.
tidak menyebutkan keterlibatan instansi lain secara [lanjutan]
khusus
9
LANJUTAN….
PP No. 11 Tahun 2010 jis.
PerKa BPN No. 4 Tahun
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
2010 dan PerKa BPN No.
9 Tahun 2011
4. Kriteria tanah Kriteria kawasan terlantar:
terlantar a. Kawasan pertambangan: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
b. Kawasan perkebunan: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
c. Kawasan industri: kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki
izin usaha kawasan industri, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
d. Kawasan pariwisata: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah.
e. Kawasan perumahan/permukiman skala besar/terpadu: kawasan yang digunakan untuk kegiatan
perumahan/permukiman skala besar/terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
f. Kawasan lain yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya didasarkan pada
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang terkait dengan pemanfaatan tanah dan ruang: kawasan yang
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya harus didasarkan pada Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha dan berkaitan dengan pemanfaatan tanah dan ruang selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a sampai dengan huruf e, yang belum dilekati Hak Atas Tanah. (Pasal 3 s.d. 8 Permen ATR/Ka BPN
20/2021)
10
LANJUTAN…..
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
5. Tata cara penertiban tanah a. inventarisasi: a. inventarisasi;
terlantar b. identifikasi dan penelitian; b. pengadministrasian tanah terindikasi terlantar;
c. peringatan dan pemberitahuan sebanyak 3 (tiga) kali c. evaluasi kawasan dan tanah terlantar;
berturut-turut masing-masing selama 1 bulan, tanpa d. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;
kemungkinan mengalihkan hak kepada pihak lain; e. penetapan.
d. penetapan tanah terlantar berdasarkan pengelompokan
luas tanah yang ditelantarkan. Selengkapnya lihat hal. 11 dan 12
6. Jangka waktu identifikasi Identifikasi dan penelitian dilaksanakan: Inventarisasi dilaksanakan paling cepat 2 (dua) tahun sejak
a. terhitung mulai 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan Hak diterbitkannya Hak Atas Tanah, Hak pengelolaan, atau Dasar
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai; Penguasaan Atas Tanah.
atau (Pasal 11 ayat (2) PP 20/2021).
b. sejak berakhirnya izin/keputusan/surat dasar
penguasaan atas tanah dari pejabat yang berwenang
(Pasal 6 ayat (1) PP No. 11/2010)
PENGARUH POSITIF IMPLEMENTASI PP 20/2021 TERHADAP
PENERTIBAN KAWASAN (IZIN, KONSESI DAN PERIZINAN BERUSAHA)
DAN TANAH TELANTAR
Terima Kasih
ditjenpptr