Anda di halaman 1dari 35

Pemahaman dan Implementasi PP No.

20/2021
Tentang Penertiban Kawasan Dan Tanah Telantar
Dalam Administrasi Pertanahan

oleh :
ISKANDAR SYAH
DIREKTUR PENERTIBAN PENGUASAAN,
PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN TANAH

Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang


ditjenpptr
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
LANDASAN FILOSOFIS PENERTIBAN
DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

1. Tanah adalah karunia Hubungan yang


Tuhan Yang Maha Esa bersifat abadi :
bagi umat manusia Pasal 1 Ayat 3
Pasal 33 Ayat 3 UUD UU No 5 Tahun bahwa hubungan
yang ada di muka 1945 : bangsa Indonesia
bumi ini. 1960 (UUPA) : bukan hanya dalam
“Bumi, air, dan kekayaan “Hubungan
2. Bagi bangsa Indonesia, generasi sekarang saja,
alam yang terkandung antara bangsa tetapi untuk generasi
tanah adalah tempat didalamnya dikuasai Indonesia, bumi, yang akan datang
hidup yang harus oleh negara dan
dipergunakan sebesar-
air serta ruang untuk anak cucu kita,
diusahakan, angkasa adalah oleh karena itu
dimanfaatkan serta besarnya untuk
hubungan yang sumber daya alam
kemakmuran rakyat”.
dipergunakan untuk bersifat abadi”. harus dijaga, jangan
sebesar-besarnya sampai rusak atau
kemakmuran rakyat. diterlantarkan”.

Pada kenyataannya, di tengah kondisi masih adanya ketimpangan dalam proporsi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Indonesia, banyak Hak Atas Tanah atau tanah yang diperoleh
dengan Dasar Penguasaan Atas Tanah yang tidak diusahakan, digunakan dan dimanfaatkan secara optimal
2
I. Pengaturan tentang Tanah Terlantar sebagai
Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak atas Tanah
(Prof. Dr. Maria Sri Wulani Sumardjono, S.H., M.CL., M.P /Kadin FGD 3/03/2022)
A. “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial” (Pasal 6 UUPA). Berdasarkan
Penjelasan Umum II.4 UUPA hal itu bermakna sebagai berikut:
1. hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat
dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau
hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat;
2. penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat
daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan
kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi masyarakat
dan Negara.
3. UUPA memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan.
Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling
mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapailah tujuan pokok
kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya.
3
I. Pengaturan tentang Tanah Terlantar sebagai Implementasi Asas
Fungsi Sosial Hak atas Tanah
B. Implementasi asas fungsi sosial dalam aturan pelaksana UUPA,
sebagai berikut:
Pasal 27 huruf a angka 3 Hak milik hapus bila:
a. tanahnya jatuh kepada negara,

3. karena diterlantarkan;
Pasal 34 huruf e Hak guna-usaha hapus karena:
….
e. ditelantarkan
Pasal 40 huruf e Hak guna-bangunan hapus karena:

e. ditelantarkan
4
I. Pengaturan tentang TanahTelantar sebagai
Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak atas Tanah
C. Implementasi asas fungsi sosial dalam aturan pelaksana UUPA, sebagai berikut:
• hapusnya hak pakai (HP) karena ditelantarkan dirumuskan dalam Pasal 55 huruf e PP No. 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah;
• Hapusnya hak pengelolaan (HPL) karena ditelantarkan dirumuskan dalam PP No. 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.
Catatan: 1. Kedudukan dan fungsi pengaturan tentang penertiban tanah terlantar merupakan instrumen
pengendalian penguasaan/pemilikan tanah. Bagi pemegang hak, pengaturan ini merupakan “early
warning” yang bertujuan agar terhindar dari akibat hukum penelantaran kawasan/tanah. Penetapan
kawasan/tanah terlantar juga tidak serta merta tetapi melalui proses dengan jangka waktu yang relatif
cukup.
2. Kedudukan sertipikat sebagai alat bukti hak yang kuat.
3. Keberlakuan Pasal 28 H ayat (4) dan Pasal 28 J ayat (2) UUD 1945.
4. Keberadaan pengaturan tentang tanah terlantar.
DASAR HUKUM

UNDANG-UNDANG NO. 11/2020 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NO.


CIPTA KERJA 20/2021 TENTANG
PENERTIBAN KAWASAN DAN TANAH
TELANTAR

PERATURAN MENTERI ATR/KEPALA


BPN RI NO 20 TAHUN 2021 TENTANG
TATA CARA PENERTIBAN DAN
PENDAYAGUNAAN KAWASAN DAN
TANAH TELANTAR
KEWAJIBAN DAN LARANGAN PEMEGANG HAK ATAS TANAH

1. Negara memberikan Hak Atas Tanah kepada Pemegang Hak untuk diusahakan, dipergunakan,
dan dimanfaatkan serta dipelihara dengan baik.
2. Pada saat negara memberikan hak kepada seseorang atau badan hukum, selalu diiringi
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan surat keputusan pemberian haknya.
3. Kewajiban, Larangan sesuai UUPA dan PP 18 Tahun 2021 tentang HPL, HAT, Satuan Rumah
Susun & Pendaftaran tanah untuk Hak Guna Usaha antara lain :
 melaksanakan usaha sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan pemberian haknya paling lama 2 (dua) tahun sejak hak diberikan;
 mengusahakan Tanah hak guna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis;
 Pemegang hak dilarang menelantarkan tanahnya.
PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN
KAWASAN TELANTAR
OBJEK PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR

Kawasan Pertambangan
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak
Atas Tanah

Kawasan Perkebunan
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati
Hak Atas Tanah.
OBJEK PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR

Kawasan Industri Kawasan Pariwisata


kawasan tempat pemusatan kegiatan industry yang
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan
dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah.
Kawasan industri yang telah memiliki izin usaha
kawasan industri, yang belum dilekati Hak Atas Tanah
OBJEK PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR

Kawasan perumahan/permukiman
skala besar/terpadu
Kawasan lain
kawasan yang digunakan untuk kegiatan
perumahan/permukiman skala besar/terpadu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kawasan yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau
dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah. pemanfaatannya harus didasarkan pada
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan berkaitan dengan
pemanfaatan tanah dan ruang selain Kawasan pertambangan,
industri, perkebunan, perumahan/permukiman skala
besar/terpadu , pariwisata, yang belum dilekati Hak Atas Tanah
KESENGAJAAN PENELANTARAN KAWASAN

Yang dimaksud dengan "sengaja" adalah apabila apabila Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha secara de facto tidak
mengusahakan, tidak mempergunakan, dan/atau tidak memanfaatkan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
yang dikuasai sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau rencana
pengusahaan atau pemanfaatan kawasan

TIDAK TERMASUK UNSUR SENGAJA

Menjadi objek perkara Dinyatakan sebagai


di pengadilan kawasan yang diperuntukkan
untuk konservasi

Tidak dapat diusahakan,


dipergunakan, atau dimanfaatkan
Adanya perubahan rencana karena adanya keadaan kahar
tata ruang sehingga tanah (force majeure) antara lain
tidak dapat diusahakan peperangan, kerusuhan, bencana
alam, dan bencanalainnya,
BISNIS PROSES PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR
INPUT PROCESS OUTPUT USER
Penertiban Kawasan Telantar
Instansi Pelaksana Kelompok Kerja Instansi Pelaksana Penertiban Kawasan Telantar
90 Hari 180 Hari 180 Hari 180 Hari 90 Hari 45 Hari

Inventarisasi Evaluasi Pemberian Peringatan


Kesempatan
Untuk
Evaluasi
Mengusahakan Pemegang Izin/
Kawasan Konsesi/
Perizinan Berusaha
Laporan
Pemeriksaan dokumen
Pemegang lzin/Konsesi/ Perizinan
Data Kawasan Keputusan
Izin/Konsesi/ Berusaha;
D Terindikasi Pemberitahuan Peringatan I Peringatan II Peringatan III
Kawasan Penetapan
A Telantar Instansi Pelaksana
Pemeriksaan rencana Kawasan Telantar Penertiban Kawasan Telantar
T
pengusahaan,
Laporan A Tidak penggunaan, dan/atau
Instansi pemanfaatan lzinl
Terkait A Dimanfaatka
Ya Dimanfaatkan Dimanfaatkan Dimanfaatkan
W Dimanfaatkan n Tidak Tidak Tidak
Tidak Kementerian ATR/BPN
A Pemeriksaan
Informasi L pengusahaan, Ya Ya Ya Ya Laporan Kawasan
penggunaan, dan/atau
Masyarakat pemanfaatan lzin/ Sudah
Konsesi/Perizinan Instansi Terkait Lainnya
Dimanfaatkan
Inventarisasi Berusaha dan/atau
Kawasan secara faktual

Tidak
Dimanfaatkan

Ya

Pemegang Izin/Konsesi/
Penetapan Sanksi Keputusan Penetapan Perizinan Berusaha
Dikalahkan di Pendayagunaan Kawasan Telantar
Pengadilan Instansi Pelaksana
Pencabutan Digugat Dapat Dialihkan Penertiban Kawasan Telantar
lzin/Konsesi/ Keputusan Penetapan Kepada Pihak Lain
Dimenangkan di Kementerian ATR/BPN
Perizinan Berusaha
Keputusan Pengadilan Clear and Clean Pendayagunaan Bank Tanah
Penetapan Kawasan Kawasan Telantar
Telantar Penegasan Sebagai Tidak Digugat Dapat Ditetapkan Instansi Terkait Lainnya
Tanah yang Dikuasai sebagai Aset Bank
Langsung oleh Negara Tanah Masyarakat, Badan Hukum
Kemungkinan Timbulnya Gugatan
EVALUASI KAWASAN TELANTAR (180 HARI)

Pimpinan Instansi memberi PEMBERITAHUAN dalam


Evaluasi kawasan telantar dilaksanakan oleh POKJA yg waktu paling lama 180 hari. (Psl.15 Ay.(5) Permen)
dibentuk Instansi, yang terdiri dari unsur instansi dan Pemegang Izin /Konsesi
a. Pemegang izin wajib melaporkan perkembangan
/Perizinan Berusaha dan/atau
kementerian. (Pasal 22 Permen 20/21) pengusahaan setiap 90 hari (Psl.26 Ay.(1) Permen)
Kawasan SENGAJA
Evaluasi berd. hasil inventarisasi dilaksanakan dalam b. Pimpinan Instansi menugaskan Pokja
menelantarkan izin yang
jangka waktu 180 hari melaksanakan evaluasi pada akhir pemberitahuan
diberikan
. melalui evaluasi laporan pemegang izin dan
Pokja melakukan Rapat setidaknya 1 kali, penelitian lapang.
menghasilkan pertimbangan kepada Pimpinan
Instansi dalam bentuk Berita Acara.
Izin/Konsesi/Perizinan Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha dan/atau Berusaha dan/atau
Kawasan tlh diusahakan, Kawasan tetap belum
dipergunakan dan/atau diusahakan, dipergunakan
dimanfaatkan dan/atau dimanfaatkan
pemeriksaan rencana
Pemegang izin/Konsesi/PB
pemeriksaan dokumen Pemeriksaan pengusahaan, dan/atau Kawasan TIDAK
pengusahaan, penggunaan, penggunaan, dan/atau
lzin/Konsesi/Perizinan SENGAJA menelantarkan izin
dan/atau pemanfaatan pemanfaatanlzin/Konsesi/Periz
Berusaha yang dikuasai;
lzin/Konsesi/Perizinan inan Berusaha dan/atau Pokja mengusulkan
Meliputi jenis, status Berusaha dan/atau kawasan kawasan secara faktual kepada Instansi untuk Pimpinan Instansi
Kepemilikan, luas melakukan penghapusan melakukan proses
Meliputi rencana jangka pemeriksaan perkembangan
kawasan dalam
waktu pengusahaan, rencana dari basis data Kawasan pemberian PERINGATAN
Izin/Konsesi/Perizinan pengusahaan, sesuai yang
Berusaha.
tahapan, rencana direncanakan;, kesesuaian Terindikasi Telantar
pemenuhan kewajiban lain pengusahaan, dengan
yang dipersyaratkan dalam peruntukan, dan pemeriksaan
lzin/Konsesi/Perizinan kewajiban lain yang harus Pasal 16 Ayat (1) Permen
Berusaha dipenuhi sesuai lzin / Konsesi *Dalam hal pimpinan Instansi tidak melaksanakan evaluasi kawasan telantar, evaluasi kawasan telantar
/Perizinan Berusaha dilakukan oleh Menteri ATR berkoordinasi dengan Pimpinan Instansi, menteri, atau pimpinan Lembaga
terkait sesuai dengan kewenangannya. (setelah 180 hari evaluasi Pokja selesai)
14
• Pemegang izin wajib melaporkan perkembangan pengusahaan,
penggunaan dan/atau pemanfaatan setiap 90 hari PERINGATAN KAWASAN TELANTAR
• Pimpinan Instansi melaksanakan evaluasi laporan Pemegang
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha Usulan Penetapan
Kawasan Terlantar
Dalam hal Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha telah
mematuhi peringatan pertama, kedua, atau ketiga, Pimpinan Instansi Jangka waktu 45 hari
mengusulkan melakukan penghapusan dari basis data Kawasan kalender
Terindikasi Telantar.
Jangka Waktu 90 hari
kalender Lap
kemajuan
per 30 hari
Lap
kemajuan Evaluasi Akhir
Jangka waktu 180 hari per 30 hari
Peringatan III
kalender
Peringatan III
Lap
Lap kemajuan
kemajuan per 30 hari
per 30 hari Evaluasi Akhir Peringatan II
Peringatan II

Tanggal Peringatan adalah tanggal diterimanya surat, yaitu: (ps 32


Permen)
Evaluasi akhir Peringatan I 1. Tanggal stempel pos pengiriman, dalam hal surat peringatan
Peringatan I disampaikan melalui pos; atau
2. Tanggal pada saat surat peringatan diterima secara langsung,
Dalam hal Pimpinan Instansi tidak memberikan peringatan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari dalam hal surat peringatan disampaikan langsung kepada
kalender terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi, pemberian peringatan Kawasan Telantar dilakukan oleh
Menteri ATR dan berkoordinasi dg Pimpinan Instansi, menteri, atau pimpinan Lembaga terkait sesuai dengan
Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.
kewenangannya
PENETAPAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN TERLANTAR

• Penetapkan kawasan sebagai Kawasan


Telantar oleh Pimpinan Instansi
• Penetapan Kawasan Telantar memuat: Izin, Konsesi atau Perizinan Berusaha yang telah
dicabut dapat dialihkan kepada pihak lain yang
a. Penetapan status sebagai Kawasan mempunyai kemampuan dan sumber daya yang
telantar memadai secara transparan dan kompetitif
(lelang terbuka) oleh pimpinan Instansi
b. pencabutan Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha; dan/atau
c. penegasan sebagai kawasan yang
dikuasai langsung oleh negara
• Kawasan yang telah ditetapkan sebagai
Kawasan Telantar dapat ditetapkan Apabila pimpinan Instansi tidak melakukan
sebagai Aset Bank Tanah atau pengalihan Izin, Konsesi atau Perizinan Berusaha
maka akan dilakukan oleh Menteri ATR
dialihkan kepada pihak lain dengan
mekanisme yang transparan dan
Pasal 21 PP jo. Pasal 39 Permen
kompetitif (lelang secara terbuka) Dalam hal Pimpinan Instansi tidak menetapkan Kawasan Telantar, 30 hari kalender sejak
berakhirnya waktu peringatan tertulis III penetapan Kawasan Telantar dilakukan oleh Menteri.
PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN
TANAH TELANTAR
OBJEK PENERTIBAN TANAH TELANTAR

Tanah Hak Milik


sengaja tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau
tidak dipelihara sehingga dikuasai oleh pihak lain secara
terus-menerus selama 20 tahun tanpa adanya hubungan
hukum dengan Pemegang Hak dan menjadi wilayah
perkampungan

Tanah Hak Guna Bangunan

sengaja tidak diusahakan/tidak digunakan/tidak


dimanfaatkan/tidak dipelihara terhitung mulai 2 tahun
sejak penerbitan haknya.
OBJEK PENERTIBAN TANAH TELANTAR
Tanah Hak Pengelolaan Tanah Hak Guna Usaha
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
sengaja tidak diusahakan /tidak dipergunakan/tidak
dan/atau tidak dimanfaatkan terhitung mulai 2
dimanfaatkan/tidak dipelihara terhitung mulai 2 tahun
tahun sejak penerbitan haknya.
sejak penerbitan haknya.

tanah HPL masyarakat hukum adat; Aset Bank Tanah, dikecualikan sebagai objek
penertiban tanah telantar
OBJEK PENERTIBAN TANAH TELANTAR

Tanah yang Diperoleh Tanah yang diperoleh atas


Tanah Hak Pakai dasar penguasaan
sengaja tidak diusahakan/tidak dipergunakan/tidak dimanfaatkan/tidak dipelihara
sengaja tidak diusahakan/tidak digunakan/tidak terhitung mulai 2 tahun sejak diterbitkannya Dasar Penguasaan Atas Tanah
dimanfaatkan/tidak dipelihara terhitung mulai 2
tahun sejak penerbitan haknya.

AJB yang sudah bersertipikat AJB atas Hak Milik Adat yang
dan belum balik nama belum bersertipikat
Surat Izin Menghuni

Keputusan Pelepasan Kawasan Bukti Penguasaan Lainnya


Risalah Lelang
Hutan
KESENGAJAAN PENELANTARAN TANAH
Yang dimaksud dengan "sengaja" adalah apabila Pemegang Hak/HPL/atau DPAT secara de facto tidak mengusahakan,
tidak mempergunakan, tidak memanfaatkan, dan/atau tidak memelihara tanah yang dimiliki atau dikuasai, sesuai dengan
keputusan pemberian haknya dan/atau rencana pengusahaan, penggunaan, atau pemanfaatan tanahnya

PENGECUALIAN / TIDAK TERMASUK UNSUR SENGAJA


Tanah tanah dinyatakan sebagai
tanah yang diperuntukkan untuk
Tanah yang menjadi objek perkara konservasi
pengadilan

tanah tidak dapat diusahakan, dan


Tanah tidak dapat diusahakan dan dimanfaatkan, karena adanya
dimanfaatkan karena perubahan keadaan force majeure
tata ruang (peperangan, kerusuhan, bencana
alam)
BISNIS PROSES PENERTIBAN TANAH TELANTAR
EVALUASI TANAH TELANTAR (180 HARI)
TUGAS PANITIA C
Kakanwil memberritahukan tentang pelaksanaan evaluasi tanah telantar
kepada PH/HPL /Pemegang DPAT, bentuk Pan C dan sekretriat
membantu menyiapkan data yang diperlukan pemeriksaan data fisik (min 2 kali di penyusunan analisis permintaaan keterangan
awal dan akhir) dan data yuridis penyebab terjadinya
Panitia C lakukan evaluasi Tanah Telantar dari Pemegang Hak
Tanah Telantar
Pemegang HAT/HPL/DPAT wajib menyampaikan laporan kemajuan
pengusahaan setiap 30 hari kalender disertai dengan data
pendukung kepada Panitia C
Panitia C bersidang paling sedikit 1 (satu) kali sidang pemeriksaan fisik P4T tanah pengecekan buku penyusunan laporan
menggunakan teknologi tanah/warkah termasuk data, hasil evaluasi
yang ada rencana, serta tahapan
menghasilkan saran pertimbangan kepada Kakanwil dalam bentuk penggunaan tanah
Berita Acara
Pasal 24 PP Jo. Pasal
47 Permen

Apabila hasil evaluasi tidak terdapat tanah yang dengan sengaja 1 Hasil Evaluasi Pan C : Berita Acara dan Lap Hasil Evaluasi
ditelantarkan oleh Pemegang HAT/HPL/DPAT, Kakanwil mengusulkan
penghapusan dari basis data Tanah Terindikasi Telantar kepada Menteri a. tanah tidak sengaja tidak diusahakan, tidak
melalui Direktur Jenderal dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipelihara oleh Pemegang Hak/Pemegang Hak
Apabila hasil evaluasi Pemegang HAT/HPL/DPAT sengaja menelantarkan, Pengelolaan/Pemegang DPAT; atau
Kakanwil menyampaikan Pemberitahuan kepada Pemegang
HAT/HPL/DPAT agar mengusahakan, dan, memanfaatkan tanahnya dalam b. tanah sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
jangka waktu paling lama 180 hari kalender dan wajib memberi laporan tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara oleh
perkembangan pengusahaan kepada Kakanwil setiap 30 hari kalender Pemegang Hak/Pemegang Hak Pengelolaan/Pemegang
2
DPAT.
23
PERINGATAN TANAH TELANTAR Ps 23 s/d 28 PP
Jo. 51 s/d 59 Permen Usulan Penetapan
Tanah Terlantar
Maksimal 30 hari
❑ Diberikan ketika pemegang hak masih menelantarkan setelah Peringatan III
tanahnya setelah masa akhir Pemberitahuan. berakhir
❑ Penertiban tanah berstatus BMN/D atau asset BUMN/D
tidak diberi Peringatan (hanya sampai tahap Pemberitahuan
Peringatan III
Jangka waktu 30 hari
kalender

Peringatan II
Jangka Waktu 45 hari
kalender

Peringatan I
Jangka waktu 90 hari
kalender Evaluasi Akhir
Peringatan III

Evaluasi Akhir Peringatan II

Evaluasi akhir Peringatan I Tanah yang diusulkan ditetapkan sebagai Tanah Telantar, tidak dapat dilakukan
perbuatan hukum sampai dengan diterbitkannya Keputusan Menteri. Perbuatan hukum
tsb berupa peralihan, pemecahan, penggabungan, perpanjangan, pembaruan,
pembebanan HT dan/atau pengusahaan, penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah
PENETAPAN TANAH TELANTAR

Apabila tanah yang akan ditetapkan sebagai Tanah Telantar berupa


Apabila tanah yang akan ditetapkan sebagai Tanah Telantar tanah hak atau tanah Hak Pengelolaan dan merupakan sebagian
berupa tanah hak atau tanah Hak Pengelolaan dan merupakan hamparan, Penetapan Tanah Telantar memuat:
keseluruhan hamparan, Penetapan Tanah Telantar memuat : • penetapan status tanah sebagai Tanah Telantar;
• penetapan status tanah sebagai Tanah Telantar; • hapusnya Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan pada bagian
• hapusnya Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan; yang ditelantarkan;
• putusnya hubungan hukum; dan • putusnya hubungan hukum antara Pemegang Hak atau
• penegasan sebagai tanah negara bekas Tanah Telantar Pemegang Hak Pengelolaan pada bagian tanah yang
yang dikuasai langsung oleh negara. ditelantarkan;
• penegasan sebagai tanah negara bekas Tanah Telantar yang
dikuasai langsung oleh negara terhadap bagian tanah yang
Apabila tanah yang akan ditetapkan sebagai Tanah Telantar ditelantarkan; dan
merupakan tanah yang telah diberikan DPAT, Penetapan Tanah • perintah untuk melakukan revisi luas Hak Atas Tanah atau Hak
Telantar memuat: Pengelolaan
• penetapan status tanah sebagai Tanah Telantar;
• pemutusan hubungan hukum antara Pemegang DPAT dengan Revisi Luas menjadi beban pemegang hak, dengan ketentuan
tanah yang dikuasai; dan selama revisi belum dilaksanakan terhadap tanah tersebut tidak
• penegasan sebagai tanah negara bekas Tanah Telantar yang dapat dilakukan perbuatan hukum. Apabila selama 180 hari
dikuasai langsung oleh negara. kalender tidak dilakukan revisi, tanah yang tidak ditelantarkan
dianggap sebagai satu kesatuan dengan tanah yang ditelantarkan
dan menjadi Tanah Telantar secara keseluruhan
PENETAPAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

1. Penetapan Tanah Telantar oleh Menteri ATR/Kepala BPN memuat :


▪ penetapan status tanah sebagai Tanah Telantar;
▪ hapusnya Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan;
▪ putusnya hubungan hukum; dan
▪ penegasan sebagai tanah negara bekas Tanah Telantar yang
dikuasai langsung oleh negara.
2. Tanah yang telah ditetapkan sebagai Tanah Telantar menjadi Tanah
Cadangan Umum Negara (TCUN) akan dialokasikan untuk Bank
Tanah, Reforma Agraria, Proyek Strategis Nasional, dan Cadangan
Negara Lainnya.
PERUNTUKAN PENDAYAGUNAAN TCUN

Reforma Agraria
Bank Tanah
pertanian dan nonpertanian dalam Untuk ditetapkan sebagai
rangka kepentingan masyarakat dan Aset Bank Tanah
negara melalui program pertanahan

HUNTAP
Cadangan Negara Lainnya
Memenuhi kebutuhan tanah untuk
Proyek Strategis Nasional
kepentingan pemerintah pusat/daerah,
pelaksanaan proyek yang ditetapkan pertahanan keamanan, bencana alam,
sebagai Proyek Strategis Nasional yang relokasi dan pemukiman kembali
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah masyarakat yang terkena pembangunan
Pusat/Daerah untuk kepentingan umum
5
PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TANAH TELANTAR PP
11/2010 DAN PP 20/2021
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
dan PerKa BPN No. 9 Tahun 2011
1. Definisi Tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak • Kawasan Telantar adalah kawasan nonkawasan hutan yang belum
oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak dilekati Hak Atas Tanah yang telah memiliki lzin/Konsesi/Perizinan
Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau Berusaha, yang sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/
dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, atau tidak dimanfaatkan. (Pasal 1 angka 1 PP 20/2021)
tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai • Tanah Telantar adalah tanah hak, tanah Hak Pengelolaan, dan tanah
dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah, yang
atau dasar penguasaannya. (Pasal 1 angka 6 PerKa BPN sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan,
No. 4/2011) dan/atau tidak dipelihara. (Pasal 1 angka 2 PP 20/2021)

2. Ruang lingkup/objek Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak • Kawasan terlantar: kawasan pertambangan; kawasan perkebunan;
penertiban tanah terlantar Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas kawasan industri; kawasan pariwisata; kawasan perumahan;
tanah (Pasal 2 PP 11/2010) permukiman skala besar/terpadu; atau kawasan lain yang
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya didasarkan
pada Izin/Konsesi/ Perizinan Berusaha yang terkait dengan
pemanfaatan tanah dan ruang (Pasal 6 PP 20/201);
• Tanah terlantar: hak milik; hak guna bangunan; hak guna usaha; hak
pakai; Hak Pengelolaan; dan tanah yang diperoleh berdasarkan
DPAT (Pasal 7 PP 20/2021 jo. 10 ayat (1) Permen 20/2021).

Dasar Penguasaan Atas Tanah yang selanjutnya disingkat DPAT adalah keputusan/surat dari pejabat yang berwenang yang menjadi dasar bagi orang atau badan hukum untuk memperoleh,
[1]

menguasai, mempergunakan, atau memanfaatkan tanah. DPAT mencakup: a. akta jual beli atas hak tanah yang sudah bersertipikat yang belum dibalik nama; b. akta jual beli atas hak milik adat yang
belum diterbitkan sertipikatnya; c. surat izin menghuni; d. risalah lelang; e. keputusan pelepasan kawasan hutan; atau f. bukti penguasaan lainnya dari pejabat yang berwenang.
6

LANJUTAN……
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
3. Pengecualian a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama Tanah:
perseorangan yang secara tidak sengaja tidak a. tanah menjadi objek perkara di pengadilan;
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan b. tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
tujuan pemberian haknya; dan dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung perubahan RTR;
maupun tidak langsung dan sudah berstatus maupun c. tanah dinyatakan sebagai tanah yang diperuntukkan
belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak untuk konservasi sesuai dengan ketentuan peraturan
sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau perundang-undangan;
sifat dan tujuan pemberian haknya (Pasal 3 PP 11/2010) d. tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
keadaan kahar (force majeure) berupa peperangan,
kerusuhan, bencana alam, dan bencana lainnya, yang
harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang
berwenang;
e. tanah telah diusahakan, dipergunakan, dimanfaatkan,
dan/atau dipelihara sesuai dengan rencana
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan
tanah;
f. tanah Hak Pengelolaan masyarakat hukum adat;*
dan/atau
g. tanah Hak Pengelolaan yang menjadi Aset Bank Tanah*.
*) dengan catatan
7

LANJUTAN…..
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
3. Pengecualian a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama Kawasan:
perseorangan yang secara tidak sengaja tidak a. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan menjadi objek perkara di pengadilan;
tujuan pemberian haknya; dan b. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung tidak dapat diusahakan, dipergunakan, dan/atau
maupun tidak langsung dan sudah berstatus maupun dimanfaatkan karena adanya perubahan RTR;
belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak c. kawasan dinyatakan sebagai kawasan yang
sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau diperuntukkan untuk konservasi sesuai dengan
sifat dan tujuan pemberian haknya (Pasal 3 PP 11/2010) ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan
tidak dapat diusahakan, dipergunakan, atau
dimanfaatkan karena adanya keadaan kahar (force
majeure) berupa peperangan, kerusuhan, bencana
alam, dan bencana lainnya, yang harus dinyatakan oleh
pejabat/instansi yang berwenang; dan/atau
e. kawasan telah diusahakan, dipergunakan, atau
dimanfaatkan sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan
dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau
rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan.
(Pasal 9 Permen ATR/Ka BPN 20/2021)
8

LANJUTAN….
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
dan PerKa BPN No. 9 Tahun 2011
4. Kriteria tanah a. diatur PerKa BPN dan masih bersifat Kriteria tanah terlantar:
terlantar umum/normatif; a. tanah hak milik, jika dengan sengaja tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan,
b. tidak ada pengaturan lebih lanjut soal HPL dan/atau tidak dipelihara sehingga:
1) dikuasai oleh masyarakat serta menjadi wilayah perkampungan;
2) dikuasai oleh pihak lain secara terus-menerus selama 20 (dua puluh)
tahun tanpa adanya hubungan hukum dengan Pemegang Hak; atau
3) fungsi sosial Hak Atas Tanah tidak terpenuhi, baik Pemegang Hak masih
ada maupun sudah tidak ada.
b. tanah hak guna bangunan, hak pakai, dan Hak Pengelolaan menjadi objek
penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.
c. tanah hak guna usaha menjadi objek penertiban Tanah Telantar jika dengan
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan
terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.
d. tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah menjadi
objek penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya Dasar Penguasaan Atas Tanah.
tidak menyebutkan keterlibatan instansi lain secara [lanjutan]
khusus
9

LANJUTAN….
PP No. 11 Tahun 2010 jis.
PerKa BPN No. 4 Tahun
No. Kategori PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun 2021
2010 dan PerKa BPN No.
9 Tahun 2011
4. Kriteria tanah Kriteria kawasan terlantar:
terlantar a. Kawasan pertambangan: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
b. Kawasan perkebunan: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
c. Kawasan industri: kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki
izin usaha kawasan industri, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
d. Kawasan pariwisata: kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah.
e. Kawasan perumahan/permukiman skala besar/terpadu: kawasan yang digunakan untuk kegiatan
perumahan/permukiman skala besar/terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;
f. Kawasan lain yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya didasarkan pada
Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang terkait dengan pemanfaatan tanah dan ruang: kawasan yang
pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya harus didasarkan pada Izin/Konsesi/Perizinan
Berusaha dan berkaitan dengan pemanfaatan tanah dan ruang selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a sampai dengan huruf e, yang belum dilekati Hak Atas Tanah. (Pasal 3 s.d. 8 Permen ATR/Ka BPN
20/2021)
10

LANJUTAN…..
PP No. 11 Tahun 2010 jis. PerKa BPN No. 4 Tahun 2010 dan PP No. 20 Tahun 2021 jo. Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
No. Kategori
PerKa BPN No. 9 Tahun 2011 2021
5. Tata cara penertiban tanah a. inventarisasi: a. inventarisasi;
terlantar b. identifikasi dan penelitian; b. pengadministrasian tanah terindikasi terlantar;
c. peringatan dan pemberitahuan sebanyak 3 (tiga) kali c. evaluasi kawasan dan tanah terlantar;
berturut-turut masing-masing selama 1 bulan, tanpa d. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;
kemungkinan mengalihkan hak kepada pihak lain; e. penetapan.
d. penetapan tanah terlantar berdasarkan pengelompokan
luas tanah yang ditelantarkan. Selengkapnya lihat hal. 11 dan 12
6. Jangka waktu identifikasi Identifikasi dan penelitian dilaksanakan: Inventarisasi dilaksanakan paling cepat 2 (dua) tahun sejak
a. terhitung mulai 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan Hak diterbitkannya Hak Atas Tanah, Hak pengelolaan, atau Dasar
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai; Penguasaan Atas Tanah.
atau (Pasal 11 ayat (2) PP 20/2021).
b. sejak berakhirnya izin/keputusan/surat dasar
penguasaan atas tanah dari pejabat yang berwenang
(Pasal 6 ayat (1) PP No. 11/2010)
PENGARUH POSITIF IMPLEMENTASI PP 20/2021 TERHADAP
PENERTIBAN KAWASAN (IZIN, KONSESI DAN PERIZINAN BERUSAHA)
DAN TANAH TELANTAR

▪ Berkurangnya pemanfaatan Hak Atas Tanah, Izin, Konsesi & Perizinan


Berusaha sebagai alat spekulasi;
▪ Terbukanya peluang bagi investor yang mempunyai track record dan itikad
yang baik untuk mengelola suatu Kawasan dan Hak Atas Tanah;
▪ Pemanfaatan suatu Kawasan dan Hak Atas Tanah yang efisien dan efektif
memberikan kontribusi untuk peningkatan perekonomian; dan
▪ Terciptanya persaingan usaha yang sehat, transparan dan akuntabel.
Wujudkan Tertib Ruang dan Tanah

Optimize Your Land For Welfare and Better Future

Terima Kasih
ditjenpptr

Anda mungkin juga menyukai