Studi Kasus - Banjir
Studi Kasus - Banjir
Penyimpangan TGL Ketidakkonsistenan dalam implementasi penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, seperti
terjadi alih fungsi lahan dari kawasan hijau menjadi lahan terbangun, menyebabkan semakin berkurangnya
ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air, apalagi pembangunan yang tidak mengindahkan peraturan
yang ada akan semakin memperbanyak terjadinya aliran permukaan langsung (run off) dan juga
pembangunan permukiman di sempadan sungai yang tidak sesuai dengan peruntukannya
Kecenderungan Bencana Berdasarkan kajian dari akademisi dan praktisi, dimungkinkan akan terulang kembali bencana sejenis karena
kecenderungan curah hujan yang tinggi, tidak terpeliharanya dengan baik saluran drainase yang ada
dan ketidakkonsistenan dalam implementasi penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Data & Informasi Bencana Banjir
Aspek Informasi
Waktu Kejadian 19 Januari 2017
Lokasi 2 (kecamatan) meliputi: Kec. Undaan (Desa Wates, Ngemplak, Undaan Lor, Larik Rejo dan Karangrowo),
Mejobo (Desa Payaman, Kirig, Temulus, Kesambi, Gulang, Mejobo dan Hadiwarno), Jati (Desa Jati
Wetan, Pasuruhan Lor, Jetiskapuan dan Tanjung Karang) dan Kaliwungu (Desa Sidorekso, Prambatan
Kidul, Gamong, Blimbing Kidul, Setrokalangan), Kab. Kudus Prov. Jawa Tengah
Situasi Banjir • Curah hujan yang sangat tinggi
• Banjir terjadi karena kiriman dari lereng Gunung Muria dan debit air dari Sungai Serang, melalui
Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan.
• Kondisi sejumlah tanggul yang ada pada sejumlah wilayah dianggap masih kritis.
Dampak • Sebanyak 9.224 pengungsi, tersebar di 45 lokasi yang tersebar di tujuh kecamatan, yakni Kecamatan
Kota, Kaliwungu, Mejobo, Jati, Jekulo, Dawe, dan Undaan.
• Kerusakan infrastruktur jalan raya, kerusakan ribuan hektar lahan pertanian, kerusakan rumah
hingga korban jiwa.
• Kerusakan kolam ikan, lahan pertanian, terhentinya pekerjaan sementara warga