Anda di halaman 1dari 49

Nama : Surojul Ummah Nur Fadhilah

NIM : 19020124013
Judul : Pengembangan Pop Up Book sebagai
Media Pengenalan Khat Kaligrafi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
proposal skripsi dengan judul: “Pengembangan Pop Up Book
sebagai Media Pengenalan Khat Kaligrafi” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi pelita dunia dalam
meyebarkan syariat yang diamanahkan Allah SWT kepada beliau
untuk umat-Nya, dan yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat kelak. Semoga kita termasuk kedalam Ummat Nabi
Muhammad SAW dan selalu istiqomah dalam menjalankan
Ajaran Nya.
Penulisan proposal skripsi ini merupakan tahap awal dari
sebuah perjalanan menuju cita-cita akademis, yang bertujuan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Seni
Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya.
Penulis berharap semoga penelitian ini memiliki nilai
kemanfaatan yang luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya yang belajar tentang Kaligrafi. Dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini, peniliti menyampaikan banyak terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., selaku rektor Universitas
Negeri Surabaya.
2. Dr. Trisakti, M.Sn., selaku Dekan FBS Universitas Negeri
Surabaya.
3. Dra. Indah Chrysanti Angge, M.Sn., selaku ketua jurusan
Seni Rupa.
4. Fera Ratyaningrum, S.Pd., M.Pd., selaku ketua prodi
Pendidikan Seni Rupa
5. Ika Anggun Camelia, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen
Pembimbing Akademik prodi Pendidikan Seni Rupa kelas
A 2019 dan selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan dan membantu penulis dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan
dalam bentuk moral maupun material dan yang selalu
mendoakan kesuksesan putrinya juga kelancaran proses
penyusunan proposal skripsi ini.
7. Teman-teman yang telah mendukung dan memotivasi
dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.

Surabaya, 30 Januari 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seni merupakan sebuah aktivitas yang menggambarkan
sebuah pengalaman dan kesadaran hidup artistik. Dalam
bahasa Indonesia, seni memiliki arti halus, dan juga dapat
diartikan sebagai keindahan. Dari sini bisa disimpulkan
bahwa seni merupakan sebuah keterampilan yang indah.
Agama dan seni merupakan kedua hal yang menarik untuk
di bedah, dikarenakan kedua hal tersebut mempunyai
keterkaitan yang erat. Terlebih banyak juga dari para ulama
yang berbeda pendapat dalam memandang hukum seni
dalam Islam. Akan tetapi seni budaya Islam perlu
dikembangkan yang tentu seni tersebut tidak terlepas dari
syariat dan dan ajaran agama Islam.
Melalui Al-Qur'an dapat kita ambil pelajaran bahwasanya
Allah secara tidak langsung mengajak hambanya untuk
bersyukur, menikmati dan memandang indah hal yang telah
diciptakan oleh-Nya. Seperti itulah Islam menghargai
keindahan yang dimana keindahan itu pula makna tersendiri
dari sebuah seni. Berhubungan dengan seni, kaligrafi
termasuk karya seni tulis yang unik, indah juga menarik.
Kaligrafi indentik dengan tulisan dengan huruf Arab yang
dimana berkembang di abad ke-3 SM. Seni kaligrafi akrab
disebut juga dengan "seninya seni Islam". Kaligrafi adalah
seni lukis yang menggambarkan keindahan Islam atau Kalam
ilahi. Selain itu seni kaligrafi juga harus sesuai dengan ajaran
dan syariat Islam. Kaligrafi juga dapat menjadikan sebuah
objek untuk kita membentuk karakter Islam yang baik dalam
diri manusia (Aprilia, Ichsan, Rahma, & Zaki, 2022).
Media mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka
mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan
mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi
lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Media
pembelajaran ini bisa dijadikan sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran dan penggunaannya yang kreatif
memungkinkan peserta didik memahami pelajaran dan lebih
aktif lagi dalam proses pembelajaran. Akan tetapi
penggunaan media harus tepat, memuat indikator
pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran tersebut. Salah
satu media pembelajaran yang sering digunakan yaitu media
cetak. Media cetak hingga saat ini masih banyak digunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang diperlukan oleh penggunanya, walaupun
teknologi digital telah berkembang dengan sangat pesat.
Media cetak dengan segala keunggulan tetap digunakan
sebagai media untuk memperoleh dan mendiseminasikan
substansi informasi dan pengetahuan dari narasumber dan
banyak khalayak (Asrianita, 2021).
Pop up book adalah salah satu media cetak yang menarik.
Pop up book adalah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak dan memiliki unsur tiga dimensi, sehingga
memberikan visualisasi yang lebih menarik. Pop up book
memiliki beberapa keunggulan, seperti mampu memberikan
pengalaman baru dalam membaca buku cerita khususnya
kepada anak-anak. Buku ini juga memberikan kejutan-
kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang
ketakjuban ketika halamannya dibuka (Rahmadani, Ananta,
& Bermana, 2022).
Berdasarkan data yang didapat mendorong peneliti untuk
melestarikan seni kaligrafi di kalangan generasi milenial
yaitu karena seni kaligrafi di kalangan generasi milenial
kurang diminati. Dan terbatasnya media pengenalan khat
kaligrafi bagi pemula yang ingin belajar menggambar
kaligrafi. Kebanyakan generasi milenial hanya asal
menggambar kaligrafi tanpa tau macam-macam khat
kaligrafi tersebut. Berdasarkan pemaparan permasalahan
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
“Pengembangan Pop Up Book sebagai Media Pengenalan
Khat Kaligrafi” dengan tujuan untuk mengenalkan macam-
macam khat pada generasi milenial dan diharapkan mampu
menarik minat serta mendorong generasi milenial untuk
belajar menggambar seni kaligafi Islam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pengembangan pop up book sebagai
media pengenalan khat kaligrafi ?
2. Bagaimana proses pengembangan pop up book sebagai
media pengenalan khat kaligrafi ?
3. Bagaimana hasil pengembangan media pop up book sebagai
media pengenalan khat kaligrafi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan konsep pengembangan pop up book
sebagai media pengenalan khat kaligrafi ?
2. Mendeskripsikan proses pengembangan pop up book
sebagai media pengenalan khat kaligrafi ?
3. Mendeskripsikan hasil pengembangan pop up book sebagai
media pengenalan khat kaligrafi?
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian me ng e na i pengembangan pop up
book sebagai media pengenalan khat kaligrafi, diharapkan
dapat diperoleh berbagai manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Pop Up Book dirancang sebagai media pengenalan macam-
macam khat kaligrafi beserta contohnya. Dari hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
kajian dan referensi bagi pembaca, dan dapat
digunakan sebagai bahan penelitian untuk penelitian
lanjutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, Menambah wawasan dan pengalaman
secara langsung dalam melakukan inovasi
pengembangan pop up book sebagai media pengenalan
khat kaligrafi.
b. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran
terhadap pengenalan khat kaligrafi menggunakan pop
up book, yang akan memberikan ide serta wawasan
kepada peminat seni menggambar kaligrafi untuk
pemula.
1.5 Batasan Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, diperlukan
batasan penulisan. Batasan penulisan ini guna untuk
mengontrol jalannya penulisan agar sesuai dengan tujuan
awal yang ingin dicapai sehingga penulisan ini bersifat
konsisten. Beberapa batasan pada penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Batasan materi khat kaligrafi mengikuti ketentuan khat
yang telah ditentukan.
2. Batasan media berupa pop up book yang kemudian di uji
coba secara terbatas menggunakan 5 sampel acak. Pop up
book ini ditujukan untuk meningkatkan minat generasi
milenial untuk mempelajari khat kaligrafi.
3. Target audiens yaitu remaja dengan rentang usia 12-22
tahun
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan


Terdapat tiga penelitian terdahulu yang relevan dalam
penelitian ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anggia Kireina Suci
dari Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2022
dengan judul “Pengembangan Hijaiyah Pop-Up Book
sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
bagi Siswa Tunarungu”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian dan pengembangan RnD (Reasearch
and Development) dengan menggunakan model
ADDIE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
media Hijaiyah Pop-Up Book dapat membantu siswa
tunarungu dalam belajar mengenal huruf hijaiyah.
Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada metode
yang digunakan yaitu pengembangan RnD (Reasearch
and Development) dan sama-sama mengembangkan
media pembelajaran pop up book sedangkan perbedaan
terdapat pada fokus penelitian. Anggia Kireina Suci
fokus terhadap pengenalan huruf Hijaiyah pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan
peneliti fokus pada pengenalan khat kaligrafi.
2. Penelitian dilakukan oleh Nurdiana Agustira dari
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada
tahun 2021 dengan judul “ Penerapan Media Pop Up
Book pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak untuk
Mengetahui Hasil Belajar Siswa di MTsN 1 Mojokerto”.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetehui hasil
belajar siswa dalam pelajaran Akidah Akhlak pada
kelas yang menggunakan media pop up book dan yang
tidak menggunakan media pop up book. Persamaan
dalam penelitian ini terdapat pada penggunaan media
pop up book sedangkan perbedaan terdapat pada fokus
penelitian. Nurdiana Agustira fokus terhadap mata
pelajaran akidah akhlak untuk mengetahui hasil
belajar siswa di MTsN 1 Mojokerto sedangkan peneliti
fokus terhadap media pop up book sebagai pengenalan
khat kaligrafi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Nursalim dari
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung pada
tahun 2019 dengan judul “Implementasi Pembelajaran
Seni Kaligrafi Islam (Khat) dalam Maharah Al-Kitabah
(Keterampilan Menulis) di MTsN 1 Bandar Lampung”.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dan berfokus pada deskripsi pembelajaran
kaligrafi islam dalam melatih keterampilan menulis.
Hasil dari penelitian ini siswa dapat melalui tahapan-
tahapan dengan baik sesuai dengan fokus penelitian.
Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada
pembahasan materi seni kaligrafi islam (khat)
sedangkan perbedaan terdapat pada fokus penelitian.
Akhmad Nursalim fokus terhadap Maharah Al-
Kitabah (Keterampilan Menulis) dalam pembelajaran
kaligrafi islam sedangkan peneliti fokus pada media
pop up book sebagai pengenalan khat kaligrafi.

Suatu hal penting yang harus dilakukan dalam


penelitian ilmiah yaitu melakukan tinjauan atas
penelitian terdahulu. Ditinjau dari judul penelitian
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan dari beberapa
skripsi yang relevan memiliki persamaan yang ada dalam
penelitian ini yaitu menggunakan pop up book sebagai
media pembelajaran yang telah dibuat, perbedaan antara
peneliti terdahulu dengan penelitian ini yaitu dalam
materi pebelajaran, peneliti fokus pada media pop up book
sebagai pengenalan khat kaligrafi Persamaan lain ada
pada materi khat, namun peneliti terdahulu fokus pada
khat dalam Maharah Al-Kitabah (Keterampilan Menulis)
sedangkan penelitian ini fokus pada pengenalan khat
kaligrafi saja.
2.2 Media
2.2.1 Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”.
Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Jadi, media adalah alat yang menyampaikan atau
mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Dalam bidang
pendidikan media dapat diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun informasi visual maupun
audio visual atau lebih ringkasnya media dalam
pendidikan adalah alat-alat yang dapat menyampaikan
atau menghantarkan pesan-pesan dalam pembelajaran.
Selain sebagai penyampai atau perantara kata media
sering diganti dengan kata mediator, hal ini dikarenakan
fungsinya yaitu sebagai pengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar peserta didik
dan isi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar
keberadaan media memiliki peranan yang cukup penting,
karena dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan
materi dapat dibantu dengan menggunakan media sebagai
perantara.
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,
bertujuan, dan terkendali. Sedangkan menurut Azhar
Arsyad, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Menurut Wina Sanjaya, media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian
pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang
teknik. Media digunakan dalam bidang pendidikan
sehingga istilahnya menjadi media pendidikan. Menurut
Dina Indriana menjelaskan bahwa media adalah alat bantu
yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik
dalam proses belajar dan mengajar. Menurut Nasution,
media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar,
yakni penunjang penggunaan metode mengajar yang
dipergunakan guru. Berdasarkan uraian para ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu
proses belajar mengajar sehingga makna pesan yang
disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan
atau pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan
efisien (Nurrita, 2018).
2.3 Pop Up Book
2.3.1 Sejarah Pop Up Book
Pop up book telah digunakan sebagai sarana pembelajaran
sejak abad ke-13. Seorang ilmuan Inggris bernama Mathew
Paris, dipercaya menjadi orang pertama yang memikirkan
alat movable book (yang kemuadian sekarang lebih dikenal
dengan pop-up book), dengan teknik volvelles. Mathew Paris
menggunakan movable book tersebut untuk kalender
keagamaan, matematika, ilmu pengetahuan, dan
perhitungan astronomi. Pada tahun 1500-an, movable book
dimanfaatkan dalam bidang medis yaitu untuk
menggambar organ tubuh manusia. Seorang profesor
anatomi dari Brussels bernama Andress Vesailus
menerapkan movable book pada bukunya yang berjudul,
De corporis humani fabrica libri septem pada tahun 1543.
Andress menggunakan teknik baru yaitu flaps atau fugitive
sheet, yang dikenal dengan sebutan lift the lap, hingga saat
ini pop up book digunakan sebagai salah satu sarana edukasi
dan hiburan bagi anak-anak.
2.3.2 Pengertian Pop Up Book
Media pop up book merupakan sebuah buku yang
memiliki tampilan menarik ketika halaman buku dibuka
terdapat bagian yang dapat bergerak, berubah atau
memberi kesan timbul. Pop up book ini sangat berbeda dari
buku biasanya dan bersifat tidak membosankan bagi
pembacanya, pop up book berperan penting saat dibuka
dalam perkembangan belajar dan mempunyai kemampuan
untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam
sebuah ilustrasi (Nurwahidah, 2018).
2.3.3 Kelebihan Kelemahan Media Pop Up Book
Pop up book sebagai bagian media pembelajaran berbasis
visual memiliki kelebihan dan kelemahan. Dzuanda
(2009:1) menyatakan kelebihan pop up book adalah:
1. Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik
karena tampilannya memiliki dimensi, gambar dapat
bergerak, bagian berubah bentuk, memiliki tekstur
seperti benda asli
2. Memberikan kejutan-kejutan ketika setiap sisinya
dibuka
3. Memancing antusias dalam membaca
4. Memperkuat kesan yang ingin disampaikan.
Menurut Indriana (2008: 63) kelebihan media pop up book
adalah mempermudah dan mempercepat pemahaman
siswa terhadap pesan yang disajikan; dapat dilengkapi
dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian
siswa. Disamping memiliki kelebihan pop up book juga
memiliki kelemahan. Menurut Indriana (2008:64)
kelemahan media pop up book yaitu dalam proses
pembuatanya membutuhkan waktu lama. Proses
pengerjaan media tersebut membutuhkan waktu yang lama
dan mudah rusak apabila menggunakan bahan kertas yang
kurang baik.
Adapun kelemahan yang lainnya seperti:
1. Waktu pengerjaannya cenderung lama
2. Menuntut ketelitian
3. Biaya yang dikeluarkan lebih mahal dibandingkan
dengan buku pada umumnya.
Selain itu kelemahan media pop up book terletak pada proses
pembuatannya yang membutuhkan keterampilan khusus,
dan penyajian pesannya berupa unsur visual saja(Aisyah,
2018).
2.3.4 Teknik Pembuatan Pop Up Book
Teknik pop up yang dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pembuatan pop up book. Menurut Dzuanda (2011: 23)
jenis-jenis teknik pop up book sebagai berikut ;
1. Transformations, yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari
potongan-potongan pop-up yang disusun secara
vertical.

Gambar 2.1
Pop-up Book jenis Transformation
(Sumber : http://pentium1loadingselalu.blogspot.com)

2. Volvelles, yaitu bentuk tampilan yang menggunakan


unsur lingkaran dalam pembuatannya.

Gambar 2.2
Pop-up Book jenis Volvelles
(Sumber : http://pentium1loadingselalu.blogspot.com)
3. Peepshow, yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian
tumpukan kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu
sehingga menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif.

Gambar 2.3
Pop-up Book jenis Peepshow
(Sumber : https://www.foxboroughartpass.com)

4. Pull-tabs, yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang


ditarik dan didorong untuk memperlihatkan gerakan
gambaran baru.

Gambar 2.4
Pop-up Book jenis Pull-tabs
(Sumber : Narada, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB:132)

5. Carousel, teknik ini didukung dengan tali, pita atau


kancing yang apabila dibuka dan dilipat kembali
berbentuk benda yang komplek.
Gambar 2.5
Pop-up Book jenis Carousel
(Sumber : https://www.mollymeg.com)

6. Box and Cylinder, adalah gerakan sebuah kubus atau


tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika
halaman dibuka.

Gambar 2.6
Pop-up Book jenis Box and Cylinder
(Sumber : https://www.bestpopupbooks.com)

2.4 Prinsip Seni


Prinsip seni rupa adalah prinsip yang menunjang
bagaimana beberapa unsur dalam sebuah karya
digabungkan sehingga memiliki nilai seni. Prinsip seni rupa
sedikitnya ada 8, yaitu:
1. Kesatuan (unity) adalah prinsip yang menunjang
bagaimana unsur-unsur dalam seni rupa saling berpadu
satu sama lain sehingga saling menunjang dalam
membangun sebuah komposisi yang menarik dan indah.
kesatuan yang menjadikan sebauh karya seni bernilai
estetis.
2. Keselarasan Suatu kesatuan unsur-unsur karya seni rupa
hanya akan dikatakan indah dan memiliki nilai estetis bila
berpadu dan selaras. Keselarasan atau harmonis adalah
kaitan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk,
pencahayaan, warna dalam menciptakan keindahan.
3. Penekanan (kontras) adlah prinsip yang mendasari kesan
perbedaan dari dua unsur yang berlawanan dan saling
berdekatan. Penekanan akan membuat sebuah karya seni
tidak monoton. Dengan memberikan perbedaan yang
mencolok pada bentuk, warna, dan ukuran sebuah karya
seni akan terlihat lebih menarik.
4. Irama (rythm) adalah prinsip yang mendasari
pengulangan satu atau lebih unsur secara teratur.
Pengulangan unsur-unsur seni rupa yang diatur bisa
berupa garis, bentuk, atau variasi warna. Pengulangan
yang dilakukan secara bervariasi akan menghasilkan
irama harmonis yang dapat meningkatkan nilai estetika
karya seni.
5. Gradasi adalah susunan warna yang didasari pada
tingkatan tertentu pada sebuah karya seni. Gradasi paling
sering diterapkan dalam pembuatan mozaik, karikatur, 7
lukisan, dan karya seni rupa lainnya. Gradasi membuat
sebuah karya menjadi lebih hidup.
6. Proporsi (Kesebandingan) adalah prinsip seni rupa yang
mengacu pada keteraturan dan penyesuaian dari wujud
karya seni rupa yang diciptakan. Contohnya, dalam
menggambar manusia, pelukis harus menyesuaikan
ukuran organ tubuh manusia tersebut.
7. Komposisi menjadi prinsip yang paling penting dalam
mendasari keindahan sebuah karya seni. Komposisi
merupakan organisasi dari unsur-unsur seni rupa yang
disusun menjadi teratur, serasi, dan menarik.
8. Keseimbangan (balance) adalah prinsip yang
bertanggungjawab pada kesan dari suatu susunan unsur-
unsur seni rupa. Unsur-unsur seni rupa yang diatur
sedemikian rupa melalui prinsip keseimbangan akan
menjadi daya tarik bagi para penikmat karya seni.
2.5 Kaligrafi (Khat)
2.5.1 Pengertian Kaligrafi
Kata kaligrafi (dari bahasa inggris yang disederhanakan,
calligraphy) diambil dari bahasa latin, yaitu kallos yang
berarti indah dan graph yang berarti tulisan atau aksara.
Arti seutuhnya kata kaligrafi adalah kepandaian menulis
elok atau tulisan elok. Bahasa Arab sendiri menyebutnya
khathth yang berarti garis atau tulisan indah. Kaligrafi
dikenal dengan khat. Tumbuh dan berkembang dalam
budaya Islam menjadi alternatif ekspresi menarik yang
mengandung unsur penyatu yang kuat. Keberadaan seni
kaligrafi di tengah-tengah perkembangan bahasa Arab
sebagai bahasa Al-Qur`an membawa pengaruh yang cukup
besar bagi umat Islam yang membawa dampak cukup besar
bagi umat Islam itu sendiri.
Khat (kaligrafi) adalah suatu ilmu yang
memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-
letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah
tulisan yang tersusun, atau apapun yang ditulis diatas garis,
bagaimana cara menulisnya, menentukan mana yang tidak
perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah, dan
menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya. Jadi,
kaligrafi ialah suatu kegiatan kesenian yang menghasilkan
tulisan indah. Kaitannya dengan seni Islam tulisan indah itu
merujuk pada kaidah penulisan, kaidah seni rupa, makna
dari tulisannya. Sedangkan sebuah seni menulis Arab yang
memiliki bentuk bervariasi yang menghasilkan karya seni
indah di Indonesia disebut seni kaligrafi.
2.5.2 Sejarah Perkembangan Kaligrafi
Asal-Usul Kaligrafi Arab dalam sejarah perkembangan
kaligrafi Arab sebagai bentuk seni Islam. Sebagian
sejarawan menyatakan bahwa kaligrafi Arab berasal dari
tulisan Mesir kuno yaitu Hieroglyph, yang berkembang
pada tahun 3200 SM, ditemukan di relief makam raja-raja
purba yang banyak dijumpai di Abidos ada pula yang
ditulis di papyrus tumbuhan yang banyak tumbuh di
sungai Nil. Pada tahun 2000-1500 SM kemudian pecah
menjadi khat Phunisia, yang kemudian terpecah lagi
menjadi Arami dan Musnad. Arami melahirkan tulisan
Nabthi di Hirah dan Satranjili-Suryani di Iraq. Muncul
tulisan Musnad pada tahun 1000 SM tulisan Musnad
melahirkan tulisan Safawi di bukit Safa, Samudi di kota
Samud, dan Lihyani di utara Mekah, Humeri di Hemyar
sebelah selatannya. Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu Alquran saat berusia 40 tahun, ayat yang pertama
kali turun pada tahun 610M adalah Q.S al-Alaq 15. Ayat
yang menjelaskan kaitannya dengan perintah membaca dan
menulis. Ayat ini mendorong bangsa Arab di masa itu
untuk tidak hanya belajar hafalan, lisan, tetapi juga
menyodorkan hal yang lebih penting yaitu menulis. Saat
itulah bangsa Arab mulai berlomba-lomba menulis arab
indah sebagai penghormatan pada Alquran.
Minat kaligrafi semakin meluas dari penulisan naskah
Alquran kepada hiasan bendabenda dari logam, gelas,
kayu, batu-bata, keramik. Hampir setiap bahan dan benda
dihiasi dengan pita, mendali motif, atau desain besar yang
didasarkan pada kaligrafi. Minat tulis menulis tumbuh
sejalan dengan bangkitnya minat terhadap naskah Alquran
sebagai pedoman untuk semua pemikiran, kegiatan dan
keinginan untuk melestarikan dan menulisnya dengan
tepat. Setelah itu kaum muslimin mulai memperindah
tulisan mereka. Adapun tokoh kaligrafi yaitu Ibnu Muqlah
merupakan seorang kaligrafer yang menemukan kaidah-
kaidah penulisan huruf berdasarkan geometri. Ibnu
Muqlah membakukan setiap gaya kursif utama yang
dipakai waktu itu. Kedua, Ibnu Al- Bawwab yang memulai
pemakaian tulisan kursif untuk naskah Alquran. Naskah
Alquran tulisan Naskhi tertua yang masih ada sampai
sekarang merupakan hasil karyanya. Ketiga, Yaqut Ibnu
Abduallah Al-Musta’simi seorang kaligrafer yang tersohor
yang mempopulerkan tulisan kursif enam dan
menghasilkan sebuah karya lebih dekoratif dan lebih
meriah lagi.
Perkembangan seni kaligrafi di Indonesia hanya sampai
pada pertumbuhan pemakaian kaligrafi saja. Pemakaian
kaligrafi dengan cara menyalin Alquran dan teks-teks
terkait dengan keagamaan ke dalam lukisan melalui
berbagai media yang menghasilkan seni tulis yang indah.
Seni kaligrafi di Indonesia menduduki posisi terhormat
sebagai inovasi keislaman yang sangat istimewa sehingga
dijadikan sebagai warisan seni visual Islam tradisional yang
memiliki jejak istimewa dalam peradaban Islam. Seni
kaligrafi dan seni tradisional Indonesia (Hindu-Budha)
dapat dipadukan jadi satu sebagai perwujudan kesenian
islam di nusantara. Kesenian tersebut bisa kita lihat pada
pintu gerbang masjid, istana, hiasan pada keris, bendera,
dan panji-panji kerajaan Islam. Dalam seni busana, kaligrafi
muncul sebagai motif hias kain batik adapun kaligrafi yang
berupa kutipan ayat-ayat Alquran, seperti yang terlihat
pada dinding miqrab, langitlangit masjid atau pada
mimbar. Teknik pembuatannya beranekaragam. Ada yang
dua dimensi, ada pula yang tiga dimensi, gayanya dekoratif
dan kaya warna. Di Cirebon, terdapat kaligrafi dalam
lukisan kaca yang merupakan kutipan ayat Alquran
membentuk salah satu sosok tokoh pewayangan karya
tersebut merupakan contoh seni kaligrafi yang berpadu
dengan karya seni pengaruh dari Hindu-Budha dan Cina.
Periode perkembangan seni kaligrafi di Indonesia melalui
empat periode sebagai berikut:
1. Angkatan Perintis (Abad 13-19)
Semenjak kedatangan Islam di Indonesia seni menulis
halus huruf Arab disebut dengan istilah khat. Pada
angkatan perintis ini kaligrafi dapat kita jumpai pada
nisan-nisan kuno yang berasal dari luar Indonesia.
Dapat ditemukan pula pada sumber-sumber media
seperti kitab, mushaf Al-Qur’an tua atau naskah
perjanjian (qaulul haq). Aksara Arab pada angkatan
ini berbahasa Melayu yang disebut Pegon, huruf
Jawi atau huruf Melayu. Pada abad ke-18 sampai
abad ke-20, kaligrafi bersumber dari kegiatan kreasi
seniman Indonesia yang diaplikasikan dalam aneka
media seperti kertas, kayu, logam, dan medium
lainnya. Pada saat itu seniman muslim lebih suka
menggambar makhluk bernyawa dengan lafal ayat-
ayat Al-Qur’an, kaul ulama atau simbol kepahlawanan
Ali ibn Abi Thalib (kaligrafi Macan Ali) dan Fatimah.
Karya seperti ini biasanya merupakan produk keraton
Cirebon, Yogyakarta, Surakarta atau Palembang.
Sampai akhir periode ini, tidak ada seniman kaligrafi
yang dikenal namanya. Sementara tipe-tipe huruf yang
digunakan mengacu ke gaya Kufi, Naskhi, Tsuluts,
Muhaqqaq, Raihani, Tauqi‟, dan Riqa‟.
2. Angkatan Orang-orang Pesantren (1900-2000 M)
Kaligrafi terus berkembang dengan adanya pesantren
yang dirikan oleh para wali. Pesantren yang dikenal
yaitu Giri Kedaton, Pesantren Ampel Denta di Geresik,
dan Pesantren Syekh Quro di Karawang. Pelajaran
kaligrafi diberikan untuk mengimbangi pelajaran
Alquran, fikih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain. Tulisan
awal mula yang dikenalkan sangat sederhana belum
mengandung nilai estetis, tetapi sangat
memperhatikan gaya-gaya Kufi, Naskhi, dan Farisi
yang asal condong ke kanan. Pelajaran khat tidak
secara resmi diajarkan dan masuk kurikulum, kecuali
di beberapa pesantren seperti Pondok Modern Gontor
dan cabang-cabangnya. Buku-buku kaligrafi juga
belum banyak dikenal. Buku pelajaran khat pertama
keluar tahun 1961 berjudul “Tulisan Indah” karangan
Muhammad Abdul Razzaq Muhili, seorang kaligrafer
pertama yang paling aktif menulis khat di bukubuku
agama, disusul 10 tahun kemudian (1971) buku Khat,
Seni Kaligrafi “Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab”
karangan Abdul Karim Husein dari Kendal.
3. Angkatan Pelukis&Pendobrak (1970-1980)
Tahun 1970 muncullah para pelukis yang
memperkenalkan lukisan kaligrafi atau kaligrafi lukis
untuk membedakannya dari kaligrafi murni atau
kaligrafi tradisional yang telah dikenal selama ini.
Pembawa gerakan ini adalah para seniman kampus
seni rupa yang dipelopori oleh Prof. Drs. H. Ahmad
Sadali (ITB Bandung asal Garut), diiringi kemudian
oleh Prof. Drs. A.D. Pirous (ITB Bandung asal Aceh),
Prof. Dr. H. Amri Yahya (ASRI Yogyakart asal
Palembang), dan Amang Rahman (AKSERA Surabaya
asal Madura). Kaligrafi pada masa ini terus
berkembang pesat. Meskipun tidak melahirkan gaya
khas Indonesia, pelukis kaligrafi Indonesia hampir
mendekati bentuk kaligrafi kontemporer yang muncul
bersamaan dengan munculnya seni rupa kontemporer
ditahun 1970. Gaya-gaya kaligrafi ini adalah
kontemporer tradisional, kontemporer figural,
kontemporer simbolik, kontemporer ekspresionis, dan
kontemporer abstrak.
4. Angkatan Kader MTQ (1981- Sekarang)
Perkembangan kaligrafi menjadi lebih berwarna
dengan adanya cabang yang dilombakan. Cabang
yang diberi nama Musabaqah Khat Al-Qur’an (MKQ)
ini selain menarik peminat, juga berhasil
memunculkan para penulis dan pelukis kaligrafi dari
berbagai sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi.
Sejumlah peserta MKQ yang menyebar di berbagai
daerah, muncul para ahli bidang penulisan Naskah,
Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer
yang dikompetisikan. Kemunculan lomba-lomba
kaligrafi diantaranya pada hari besar Islam, MKQ
Nasional, MKQ Mahasiswa, MKQ PTPN, MKQ
KORPRI, MKQ PGRI, MKQ TelkomGroup,
POSPENAS (Pekan Olahraga dan Seni Pondok
Pesantren Nasional), PIONIR (Pekan Ilmiah, Olahraga,
Seni, dan Riset), AKSIOMA (Ajang Keterampilan Seni
dan Olahraga Madrasah), PIONIR (Pekan Ilmiah, Olah
Raga, Seni, dan Riset) untuk kalangan mahasiswa yang
menambah warna tersendiri dalam perkembangan
seni kaligrafi Indonesia. Lomba kaligrafi yang dimulai
pada MKQ Nasional XII (1981) di Banda Aceh muncul
nama-nama juara yang selanjutnya aktif berkarya di
percetakan, pendekorasian masjid, penulisan mushaf,
produksi lukisan atau mengajar dan mengelola
sanggar kaligrafi.
Kesimpulan dari penjelasan diatas, perkembangan seni
kaligrafi di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Pelestariannya sangat diperhatikan sebagai
budaya Islam. Seni Kaligrafi mempunyai proses yang
begitu panjang sesuai periode yang dijelaskan diatas. Seni
kaligrafi kerap diadakan perlombaan sebagai wujud
apresiasinya.

2.5.3 Jenis-Jenis Khat Kaligrafi


Perkembangan kaligrafi dari masa ke masa muncul
ratusan jenis khat tidak semua khat bertahan hingga saat
ini. Terdapat delapan jenis khat yang populer yang dikenal
oleh para pecinta seni kaligrafi di Indonesia, yaitu:
1. Khat Naskhi
Khat Naskhi, tidak ada kekhususan menulisnya selain
dari kepala ain dan mim akhir dari jenis mursal (terulur
atau kejur). Tulisan (khat) Naskhi atau Nasakh adalah
suatu jenis tulisan tangan bentuk cursif, yakni tulisan
bergerak berputar (rounded) yang sifatnya mudah
untuk dibaca.

Gambar 2.7
Bentuk huruf khat naskhi
(Sumber : https://anandastoon.com)
Gambar 2.8
Contoh khat naskhi
(Sumber : https://sindunesia.com)

2. Khat Tsuluts
Khat Tsuluts adalah karena huruf menegaknya ditulis
dengan mata pena yang ukuran lebar menyamai
sepertiga (1/3) lebar mata pena. Ia juga dikenal sebagai
khat Arab karena perannya sebagai sumber asasi
berbagai khat Arab yang lahir setelah Khat Kufi. Khat ini
dikenal sebagai ummu al khat (ibu tulisan) dan jarang
digunakan dalam penyalinan Al-Qur’an lengkap karena
memiliki banyak metode, menentukan jumlah
ukurannya dengan jumlah titik yang sesuai pada setiap
huruf, agak rumit dan memerlukan keterampilan yang
tinggi untuk menulisnya. Khat Tsuluts, memiliki
beberapa huruf tertentu yang perlu mendapat perhatian
khusus ketika menulisnya, yaitu alif tunggal (mufrad),
ain, fa, qaf, wau, dan ha akhir (nihaa`iyyah).

Gambar 2.9
Bentuk huruf khat tsuluts
(Sumber : https://anandastoon.com)
Gambar 2.10
Contoh khat tsuluts
(Sumber : https://www.fiqihmuslim.com)

3. Khat Farisi
Khat ini memiliki banyak variasi lukisan sehingga di sini
kita mesti mengubah-ubah letak pena ketika menulisnya
karena satu huruf saja sering memiliki ukuran lebar
yang berlainan. Oleh karena itu, keindahan khat dalam
gaya Farisi ini sangat bergantung pada “kemahiran”
menggoyangkan pada ujung kalam. Seperti diketahui,
beberapa huruf Farisi hanya di tulis dengan sepertiga
lebar pena. Penting untuk diperhatikan bahwa ada
kemiripan (tasyabuh) bentuk ujung sebagian huruf,
yaitu dal, ra, dan wau.

Gambar 2.11
Bentuk huruf khat farisi
(Sumber : https://anandastoon.com)
Gambar 2.12
Contoh khat farisi
(Sumber : https://hahuwa.blogspot.com)

4. Khat Diwani
Khat Diwani di tulis biasa dan terbebas dari gaya-gaya
lukisan seperti diatas. Adapun lukisan pada ujung
huruf-huruf wau, shad, mim, lam, ra, adalah asli dan
hanya merupakan penyempurnaan atau penutup bagi
huruf-huruf tersebut.

Gambar 2.13
Bentuk huruf khat diwani
(Sumber : https://anandastoon.com)

Gambar 2.14
Contoh khat diwani
(Sumber : http://campurdotkom.blogspot.com)

5. Khat Diwani Jali


Khat ini di tulis dengan dua buah pena, yang satu adalah
pena untuk pokok tulisan, yang satu lagi berukuran
tidak boleh lebih dari seperempat lebar pena pertama.
Caranya, setelah huruf-huruf di tulis dengan pena-pena
pertama, lantas di sempurnakan dengan pena kedua.
Huruf-huruf tersebut adalah (lam ya`, cha, mim, `ain, ha`
ha`, dan mim fa`), yang diantaranya tampak sekali bekas
penggunaan dua pena untuk saling melengkapi satu
sama lain dalam melukis jenis khat tersebut.

Gambar 2.15
Bentuk huruf khat diwani jali
(Sumber : http://campurdotkom.blogspot.com)

Gambar 2.16
Contoh khat Diwani jali
(Sumber : https://hahuwa.blogspot.com)
6. Khat Riq`ah
Khat ini juga di tulis alami dan tidak memiliki variasi
lukisan kecuali pada ujung huruf-huruf (mim ra`, ra`,
dan wau) yang di lukis dengan kepala pena sekadar
untuk kesempurnaan.

Gambar 2.17
Bentuk huruf khat riq’ah
(Sumber : http://campurdotkom.blogspot.com)

Gambar 2.18
Contoh khat riq’ah
(Sumber : https://hahuwa.blogspot.com)

7. Khat Ijazah (Khat Raihani)


Khat yang terpecah dari Tsuluts dan Naskhi serta
mengikuti cara penulisan kedua jenis khat tersebut,
sangat di tentukan oleh banyak latihan dan pengulangan
dalam mengasah huruf-huruf. Seorang kaligrafer
tidaklah berbeda dengan seorang musikus. Tulisannya
akan bertambah indah dan seninya akan semakin
bersinar apabila di gembleng dengan seleksi dengan
latihan-latihan. Jika mengabaikan semua ini, hasil yang
mulai tumbuh akan kuncup kembali di samping itu,
seyogyanya seorang kaligrafer senantiasa mengikuti
perkembangan kaligrafi yang terus berlangsung dan
selalu mengadakan koreksi atas karya-karya yang
dihasilkannya sebab kesempurnaan sejati hanyalah
Allah SWT yang punya.

Gambar 2.19
Bentuk huruf khat raihani
(Sumber : http://campurdotkom.blogspot.com)

Gambar 2.20
Contoh khat raihani
(Sumber : https://hahuwa.blogspot.com)

8. Khat Kufi
Menurut Israr, Khat Kufi merupakan sejenis khat yang
populer selain khat nasah. Nama Kufi diambil
bersamaan dengan nama sebuah kota yaitu Al Kufah
yang terletak di Mesopotania. Secara umum, fitur-fitur
yang ada pada bentuk huruf Khat Kufi adalah persegi,
tegak, dan bergaris lurus. Bentuknya yang berunsur
geometri yaitu lurus dan tegak amat sesuai diukir di
pasuan-paduan, ubin dan batu pada bangunan-
bangunan seperti masjid dan sejenisnya.
Gambar 2.21
Bentuk huruf khat kufi
(Sumber : http://campurdotkom.blogspot.com)

Gambar 2.22
Contoh khat kufi
(Sumber : https://hahuwa.blogspot.com)

2.5.4 Hukum Seni Rupa Kaligrafi dalam Pendidikan Islam


Keindahan adalah sebagian dari seni. Bermakna Islam
dan tidak menolak kesenian. Al-Quranpun dapat menerima
kesenian manusia. keindahan dan kesenian itu dapat
menjadi salah satu fitrah yang dimiliki manusia semula
yang jadi salah satu anugerah Allah kepada manusia. Seni
pula membawa arti yang halus, indah. Dari segi sebutan,
seni merupakan suatu yang halus serta indah dan sangat
dapat menyenangkan hati serta perasaan seorang manusia.
Konsep kesenian itu menjajaki perspektif Islam yakni
membimbing manusia lebih ke arah konsep yang tauhid
serta menjadikan ini sebagai salah satu dedikasi diri
seorang hamba kepada Allah sang pencipta. Seni dibangun
untuk mencetak manusia yang betul-betul baik serta
beradab atau berakhlaqul karimah, motif seni itu bertujuan
kepada kebaikan serta berakhlak. Namun di sisi lain,
berbagai larangan Nabi Muhammad SAW dan para
ulamanya untuk menggambar, menggambar makhluk
dengan menciptakan pola spesial, namun subjeknya tidak
secara langsung terdapat dalam teks-teks Al-Qur’an. Karya
dan keterampilan artistik mereka kemudian diterjemahkan
ke dalam berbagai bentuk kaligrafi islam dengan desain
dan karakter yang indah dan rumit. Prinsip-prinsip seni
dalam Islam adalah :
1. Seni yang dapat meningkatkan martabat manusia dan
tidak meninggalkan nilai kemanusian
2. Masalah estetik, kemanusian, moral yang menyentuh
aspek moral dan kebenaran seni yang dapat
ditekankan
3. Seni yang dapat menggabungkan estetika dengan
nilai-nilai yang bergantung pada semua kesahihan
Islam itu sendiri, seni dari Islam dengan nilai tertinggi
merupakan, seni yang dapat mengangkat martabat,
kebijaksanaan dan moralitas
4. Seni yang dapat menghubungkan manusia dengan
tuhan, manusia yang menggunakannya dan manusia
memanfaatkan lingkungan alam.
Islam dapat menerima seluruh hasil jerih payah manusia
selama itu sesuai pandangan Islam tentang keberadaan
alam semesta ini. Namun masuk akal untuk bertanya
bagaimana perilaku warga yang menggunakan karya seni
tidak sesuai dengan budaya masyarakat. Dalam hal ini,
harus ditegaskan bahwa Al-Qur'an memerintahkan umat
Islam untuk menegakkan kebajikan, memerintahkan
perbuatan baik, dan mencegah perbuatan buruk. (Aprilia,
Ichsan, Rahma, & Zaki, 2022).
2.5.5 Peranan Kaligrafi
Sebagai salalah satu bidang kesenian yang mendunia,
pastinya kaligrafi mempunyai beberapa peranan, di
antaranya.
1. Kaligrafi merupakan kesenian warisan budaya dari
zaman dahulu yang masih bisa kita nikmati sampai
sekarang keindahanya dan lainya, walaupun mungkin
dari segi bentuk gaya maupun model tidaklah sama
dengan yang dulu, tapi itu terjadi karena kaligrafi
mengalami perkembangan dan alhamdulilah
berkembang dengan pesat.
2. Kaligrafi bisa di jadikan media penelitian dari berbagai
bidang ilmu pengetahun, baik ilmu sosial, budaya,
ekonomi, maupun sejarahnya bahkan ilmu penelitian
yang pada masa ini semakin berkembang.
3. Kaligrafi merupakan buah dari pemikiran manusia yang
di sampaikan melalui beberapa media seperti, kertas,
kaca, kayu, kulit dan lain sebagainya, sedangkan yang
menjadi perantara untuk sampinya pikiran manusia ke
media, melalui pena yang di goreskan ke media masing
masing.
4. Kaligrafi juga merupakan salah satu sarana informasi
untuk menyampaikan suatu sejarah masa lalu maupun
peristiwa peristiwa penting di suatu negara ataupun
bangsa bangsa, yang memiliki keindahan dan bernilai
budaya.

2.5.6 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kaligrafi


Tujuan pembelajaran Kaligrafi yang di kemukakan oleh
Fauzi Salim Afifi adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
peserta didik melalui penelahaan jenis, bentuk, dan
sifat fungsi, alat, bahan, proses dan teknik dalam
membuat produk karya seni.
2. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif,
ekspresif, kepekaan rasa estetik, kreatif, ketrampilan
dalam menghargai terhadap hasil karya seni
3. Secara estetis, kaligrafi memiliki unsur keindahan, hias
dan elastisitas bentuk serta kekayaan ragam aksesoris
dan iluminasinya yang menumbuhkan rasa estetika
yang mendalam
4. Kejelasan tulisan dan keindahan kaligrafi
memudahkan informasi dan komunikasi baik
dikalangan guru maupun peserta didik.
Manfaat kaligrafi secara umum dan secara khusus
(Imuzaki, 2019) sebagai berikut:
1. Manfaat kaligrafi secara umum
a. Media Komunikasi.
Media komunikasi tidak hanya lewat lisan, lewat
tulisan pun bisa. Kaligrafi dapat di jadikan media
komunikasi, untuk menyampaikan suatu pesan
kepada orang lain. Inti daripada kaligrafi
sebenarnya kan tulisan yang bisa di baca, dan di
mengerti yang memiliki makna tersendiri, namun
khusus untuk kaligrafi ini adalah tulisan yang di
tulis atau di buat seindah mungkin. Namun
sejatinya kaligrafi itu tetap adalah sebuah
tulisan yang mengandung pesan tertentu, sesuai
dengan apa maksud dan tujuan dari seseorang yang
membuat tulisan tersebut.
b. Media Ekspresi
Ketika kita membahas mengenai kesenian pasti di
situ orang akan berekspresi dengan dunianya,
ambil contoh saat kita sedang menggambar suatu
bentuk, di saat itulah kita sedang berekspresi utuk
menyalurkan apa yang ada di otak kita dengan cara
menggambar. Begitupun kaligrafi, karena
merupakan salah satu jenis kesenian bagi siapapun
orangnya yang ingin berekspresi dengan tulisan
kita bisa mencoba membuat kaligrafi. Apalagi
sekarang kaligrafi sudah berkembang tidak hanya
sebatas di tulis di atas kertas, kita bisa
menggunakan lukis, menguir kayu, bahkan pahat
dan cetakpun juga bisa ketika kita mau
mempelajarinya.
c. Media Keindahan
Umumnya orang di dunia ini ketika membeli
sebuah kaligrafi di gunakan untuk hiasan di
dinding rumah ataupun masjid, memang itu
termasuk salah satu dari beberapa manfaat
kaligrafi, karena ketika sebuah dinding yang di beri
hiasan beruapa kaligrafi, biasanya akan terasa beda
dan mungkin akan menambah ketenangan. Karena
kalau di biarkan kosong tanpa adanya hiasan,
khususnya kaligrafi tidak ada seninya sama sekali,
malah seakan akan hampa dan tidak berwarna, saat
kita memandang ke arah tembok kita hanya melihat
pandangan yang kosong.
d. Media Motivasi
Kaligrafi ini bisa di jadikan media penyemangat
tapi pasif, kenapa pasif karena sifatnya benda mati
tidak bergerak, karea kaligrafi adalah sebuah seni
yang berupa tulisan, pastinya bisa di baca. Jadi
kalau misalkan kaligrafi tersebut sebuh tulisan yang
berisi tentang suatu kata kata bijak atau mahfudzot
( kata bijak berbahasa arab), pastinya kita akan
terbangun semangatnya saat sedang malas, ketika
kita membaca tulisan tersebut, walaupun hanya
sedikit.
e. Media Syia'r
Syi'ar itu hampir sama dengan komunikasi yaitu
menyampaikan pesan, namun di sini lebih khusus
yaitu untuk menyampaikan ayat ayat Allah, karena
secara umumnya kaligrafi itu adalah sebuah tulisan
berbahasa Arab yang biasanya berupa ayat ayat Al-
Qur'an. Jadi saat kita mengkonsumsi kaligrafi
dengan di pajang di sebuah ruangan, secara
otomatis kita sedang melakukan syi'ar, pastinya
ketika ada seorang tamu ke rumah melihat dinding
ada sebuah tulisan pasti otomatis di baca. Siapa
tahu orang tersebut adalah preman yang jarang
sholat setelah membaca ayat kaligrafi dan ada
artinya mengenai siksaan orang yang
meninggalkan sholat, bisa mendapatkan hidayah
dan akhirnya kembali ke jalan Allah tau taubat.
Pastinya kita mendapat pahala dari kejadian
tersebut.
2. Manfaat kaligrafi secara khusus
Bagi Individu
a. Mencari Rezeki
Kaligrafi bisa mendatangkan rezeki bagi mereka
yang bergerak di bidang perdagangan, dengan cara
menjual kaligrafi kepada orang yang berminat.
Kaligrafi merupakan suatu karya seni yang
bernialai tinggi di pasaran, jadi mungkin bisa di
jadikan salah satu usaha saudara jika saudara
berminat dalam bidang tersebut.
b. Kepuasan Jiwa
Bagi para perajin kaligrafi mungkin sudah paham
mengenai poin yang satu ini, pasalnya ketika
seorang perajin kaligrafi sedang berekspresi
mengeksplor gagasanya itu merasakan kebahagian
yang tiada tara, karena mungkin sudah masuk
dalam jiwanya. Jadi ketika sebuah karya seni
kaligrafi itu di buat pastinya melalui tahapan yang
serius karean di buat dengan rasa cinta dan bangga,
apalagi ketika ada orang yang malihat dan
menyukainya, tidak sampai membeli, kalau di beli
tambah bangga, terbayarkan hasil buah
pemikiranya.
Bagi Sosial :
a. Kaligrafi sebagai sarana pembelajaran
b. Kaligrafi sebagai sarana peralihan peradaban
2.6 Aplikasi CorelDRAW
2.6.1 Pengertian CorelDRAW
CorelDRAW adalah software pengolah grafis yang
memiliki kegunaan untuk membantu pekerjaan desainer.
Perangkat lunak ini dikembangkan oleh Corel Corporation,
sebuah perusahaan yang berbasis di Ottawa, Kanada.
Dikutip dari situs web resminya, Corel membantu lebih
dari 90 juta pekerja untuk menjadi lebih kreatif dan
produktif melalui produk-produk mereka. Corel didirikan
pada 1985 atau kenyang pengalaman dalam industri ini
lebih dari 30 tahun. Dikutip dari dokumen bertajuk A Short
History of CorelDRAW Celebrating 20 Years of Innovation in
Design, CorelDRAW versi pertama dirilis pada 1989 dan
bernama CorelDraw 1.0. Software ini berjalan di sistem
operasi Windows 2.1 Sementara itu, CorelDRAW versi
terbaru adalah CorelDRAW Graphics Suite 2021.
CorelDRAW versi 23 ini dirilis pada Maret 2021.
CorelDRAW Graphics Suite 2021 tersedia di lintas platform
serta perangkat baik Windows, Mac, web, iPad, dan
termasuk perangkat seluler, dengan kemampuan dan fitur
yang lebih disempurnakan. (Fandy, 2021)

Gambar 2.23
CorelDRAW X8
2.6.2 Fungsi CorelDRAW
Corel Draw menawarkan beragam keunggulan kepada
penggunanya. Sebagai program yang banyak digunakan
untuk proses visualisasi. Corel Draw dapat menghasilkan
gambar dengan kualitas baik dan tidak kalah
dengan bitmap meskipun berbasis vektor. Berikut ini
adalah beberapa fungsi dan kegunaan dari coreldraw:
1. Membuat Desain Logo
Sebuah perusahaan, website, toko ataupun lembaga
membutuhkan logo sebagai lambang identitas
kebanggaannya. Para desainer grafis biasanya
menggunakan Corel untuk membuat hal tersebut.
2. Membuat Desain Brosur, Poster dan Undangan
Membuat brosur atau undangan lebih menarik jika
tampilannya gak flat. Dengan coreldraw kamu bisa
membuat desain lebih menarik, apalagi dengan
banyaknya pilihan font yang bisa dikombinasikan
dengan gambar dan beragam warna.
3. Membuat Desain Sampul Buku
Sebuah buku akan terlihat menarik jika covernya juga
menarik. Corel banyak digunakan untuk membuat
sampul buku, mulai dari cover yang bergaya desain
sederhana sampai rumit.
4. Membuat Ilustrasi
Corel juga biasa digunakan untuk membuat ilustrasi,
misalnya ilustrasi serigala yang tengah mengaum di
tengah bulan purnama dan sebagainya.
5. Membuat Kartun
Kamu bisa berkreasi dengan garis dan lengkungan
untuk menciptakan tokoh imajinatif seperti dalam dunia
perkartunan. Kamu bisa membuat gambar kartun yang
dirangkai dengan plot cerita, sehingga nanti menjadi
sebuah komik yang dapat dinikmati para pembaca.
2.6.3 Daftar Menu di CorelDRAW
Berikut ini daftar menu beserta fungsinya :
1. Title Bar: berfungsi menampilkan nama aplikasi dan
fail yang sedang dibuka.
2. Menu Bar: berisi menu-menu perintah seperti File,
Edit, View, Layout, Effect, Bitmap, Text, Tool,
Windows, dan Help.
3. Toolbar: berisi ikon-ikon untuk mempermudah
penggunaan tools.
4. Property Bar: berisi tools yang sedang digunakan dan
sedang berjalan.
5. Printable Page: bagian lembar kerja (worksheet) yang
digunakan untuk menggambar.
6. Toolbox: barisan tools untuk yang digunakan untuk
menggambar atau memodifikasi objek di lembar kerja.
7. Ruler: pengukur yang digunakan untuk mengukur
saat membuat objek atau gambar.
8. Status Bar: berisi informasi kegiatan yang sedang
dikerjakan dan posisi kursor pada halaman
CorelDRAW.
9. Color Palette: bagian yang berisi palet warna solid
untuk mewarnai objek.
10. Property Bar: berisi fitur yang muncul dengan menu
atau perintah yang sedang aktif.
11. Scroll Bar: berfungsi sebagai navigasi gulir pada
aplikasi CorelDraw.
12. Standard Button: kumpulan tombol untuk mengatur
tampilan jendela aplikasi yang berisi tiga macam tools,
yaitu minimize, restore, dan exit.
13. Page Control: tombol yang digunakan untuk
mengontrol halaman dokumen.
2.6.4 Daftar Ikon di CorelDRAW
Berikut ini adalah ikon-ikon dalam menu toolbar dan
toolbox di aplikasi desain CorelDraw beserta fungsinya:
1. Tools dalam Menu Toolbar :
a. New: untuk membuat lembar kerja baru.
b. Open: untuk membuka fail yang pernah disimpan di
memori komputer.
c. Save: untuk menyimpan lembar kerja ke dalam
memori komputer.
d. Print: untuk mencetak lembar kerja yang sedang
dikerjakan.
e. Cut: untuk mengambil objek terpilih dengan
memotongnya kemudian memindahkannya ke
lembar kerja yang sama atau baru.
f. Copy: untuk menggandakan objek terpilih ke lembar
kerja yang sama atau baru.
g. Paste: untuk memunculkan objek yang dipotong
(cut) atau digandakan (copy) pada lembar kerja.
h. Undo: untuk menggagalkan perintah dan kembali ke
proses sebelumnya pada lembar kerja.
i. Redo: untuk melanjutkan ke perintah selanjutnya
yang dibatalkan lewat Undo.
j. Import: untuk menambahkan fail dari luar lembar
kerja.
k. Export: untuk mengubah dan menyimpan lembar
kerja menjadi format fail lain (png., jpg., pdf., ai., dan
lain-lain).
l. Application Launcher: untuk mengaktifkan fitur lain
dari CorelDRAW, seperti Corel Photo Paint, Corel
Capture, dan lainnya.
m. Corel Online: untuk mengunjungi situs web dari
CorelDRAW
n. Zoom: untuk mengatur ukuran lembar kerja yang
dikerjakan dengan melakukan perbesaran atau
pengecilan sesuai keinginan, misalnya mengatur
tampilan menjadi ukuran normal (100%) atau dua
kali lipat (200%).
2. Tools dalam Menu Toolbox :
a. Pick tool: untuk memindahkan, memutar, memilih
satu atau beberapa objek, dan lainnya. Ikon ini
berbentuk tanda panah seperti kursor.
b. Shape tool: untuk mengedit objek berbentuk kurva
atau garis.
c. Zoom tool: untuk memperbesar atau memperkecil
tampilan objek di halaman kerja.
d. Hand tool: untuk memindahkan atau menggerakkan
posisi objek di halaman kerja.
e. Freehand tool: untuk menggambar garis lurus,
patah-patah, bebas, atau kurva.
f. Rectangle tool: untuk membuat bentuk persegi
panjang atau bujur sangkar.
g. Ellipse tool: untuk menggambar bentuk lonjong atau
lingkaran.
h. Graph paper tool: untuk menggambar garis kisi-kisi
(grid).
i. Basic shape: untuk membuat berbagai macam
bentuk.
j. Text tool: untuk membuat teks artistik atau teks
paragraf.
k. Interactive tool: untuk membuat efek-efek interaktif
pada objek.
l. Eyedropper tool: untuk menyalin warna dari objek
dalam lembar kerja.
m. Outline tool: untuk mengatur warna, ketebalan, dan
outline.
n. Fill tool: untuk mewarnai dan mengisi objek dengan
tekstur atau pola. Interactive fill tool: untuk
mewarnai objek dengan berbagai pilihan gradasi dan
tekstur.
o. Interactive fill tool: untuk mewarnai objek dengan
berbagai pilihan gradasi dan tekstur.
2.6.5 Jenis Format File CorelDRAW
1. .CDR
.CDR adalah format file CorelDraw yang asli. Jenis file
ini sering digunakan untuk proses berbagai macam
percetakan, khusunya produk desain grafis. File .CDR
ini merupakan data lembaraan kerja grafik vektor, yang
di dalamnya bisa berisi teks, gambar, garis, efek, warna,
dan lain-lain. File jenis .CDR juga bisa menyimpan
desain surat undangan, brosur, poster, spanduk, dan
lain-lain. Format ini dapat diekspor menjadi format .jpg,
.png, .bmp, .ai, dan .pdf.

2. .BMP
.BMP adalah singkatan dari Bitmap Image merupakan
format file yang ada di CorelDraw. Jenis file grafis ini
tergolong fleksibel, sehingga bisa terbaca oleh program
desain grafis lainnya dan bisa menyimpan gambar
dengan mode warna Grayscale, RGB, hingga Index
Color. .BMP bisa menyimpan file grafis dengan kualitas
1 hingga 24 bit.
3. .EPS
.EPS adalah singkatan dari Encapsuled Postcript, yaitu
format file berbasis vektor yang bisa digunakan untuk
keperluan pertukaran dokumen dalam program desin
grafis. Format .EPS merupakan jenis file yang biasanya
dibuat oleh Adobe Ilustrator. Namun, jenis ini
kompatibel dengan banyak program desain grafis, salah
satunya CorelDraw.
4. .CDT
.CDT adalah file grafis yang bisa dibuat CorelDraw,
berisikan objek, halaman, vektori. .CDT berguna untuk
membuat dokumen desain grafis seperti logo, surat
undangan, halaman web, brosur, dan lain-lain.
2.6.6 Kelebihan dan Kekurangan CorelDRAW
1. Kelebihan CorelDraw
a. Lebih User Friendly
Untuk pengguna awam, tampilan CorelDraw lebih
bersahabat dibandingkan AI. Tampilan Coreldraw
sederhana dan pengguna mungkin lebih terbiasa karena
tata letak dan warna latarnya mirip seperti ms word.
Sedangkan Fitur-fitur AI lebih kompleks dan
tersembunyi. Keunggulan CorelDRAW adalah
memungkinkan kalian untuk membuat bentuk dasar
dengan mudah. Melalui aplikasi ini, kalian bisa
membuat bentuk dasar yang kemudian bisa
dikembangkan menjadi emoji, sketsa kartun, hingga
stiker dengan beragam bentuk. Kalian hanya
perlu drag dan drop beberapa bentuk seperti lingkaran,
persegi panjang, elips, garis, oval, dan lain-lain.
b. Format Import dan Export Cukup Lengkap
Coreldraw mempunyai banyak format save data baik
untuk keperluan import maupun export data. Bahkan
coreldraw menyediakan format AI, artinya data yang
dibuat di coreldraw bisa juga dibuka di Adobe
Illustrator yang notabene adalah rivalnya. Ini tidak
berlaku sebaliknya.
c. Banyak Tools yang Bisa Digunakan
Tools yang disediakan di CorelDRAW sangat beragam
dan memiliki fungsinya masing-masing.
Beberapa tools yang ada di CorelDRAW
adalah selection, editing, dan juga pemberian efek. Itulah
alasan pengguna CorelDRAW akan dimudahkan untuk
menghasilkan gambar yang bagus dan menarik. Para
pengguna CorelDRAW juga bisa menggunakan
berbagai toolbox tersebut sesuai kebutuhan tanpa harus
ragu dengan kualitasnya.
d. Resolusi Tinggi
CorelDraw menyediakan resolusi atau kapasitas gambar
yang besar, ukurannya mulai dari inchi, milimeter,
centimeter sampai kilometer. Jadi software ini cocok
digunakan pada industri yang kadang harus mencetak
gambar dalam skala gambar besar.

2. Kekurangan CorelDRAW
a. Ukuran file besar.
Apikasi ini menuntut penggunaan PC yang memiliki
spesifikasi mumpuni dan dalam sektor RAM yang tinggi
karena ukuran file mentah yang dihasilkan bisa cukup
besar. Apalagi jika desainnya terbilang kompleks.
b. Sulit untuk membuat tabel.
Karena berbasis vektor, membuat tabel di Corel Draw
agak sedikit sulit karena membutuhkan beberapa klik
untuk mendapatkan hasil tabel sesuai dengan yang
diinginkan.
c. Color Space harus dikoreksi sebelum penggunaan secara
profesional.
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh desainer
grafis ketika menggunakan Corel Draw adalah akurasi
warna dari palet yang disediakan. Tak jarang, warna
yang digunakan tidak sesuai dengan hasil cetakan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
atau Research and Development (R&D). Metode penelitian dan
pengembangan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
meneliti, merancang, memproduksi dan menguji validasi
produk yang telah dihasilkan. Produk yang dihasilkan dapat
berupa buku, modul, serta perangkat lunak (sofware) berupa
program komputer pengolah data, dan untuk pembelajaran
atau alat bantu belajar di kelas. Penelitian dan
pengembangan (Research and Development/R&D)
menghasilkan produk yang bisa langsung dipakai setelah
melewati proses ujicoba kelayakan produk tersebut.
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah. (Sugiyono, 2019).
Secara metodologis penelitian dan pengembangan
mempunyai empat tingkatan/level yaitu (Sugiyono;
2019:398):
1. Penelitian dan pengembangan level 1, (yang terendah
tingkatannya) adalah peneliti melakukan penelitian
untuk menghasilkan rancangan, tetapi tidak dilanjutkan
dengan membuat produk maupun mengujinya.
2. Penelitian dan pengembangan level 2, adalah peneliti
tidak melakukan penelitian, tetapi langsung menguji
produk yang ada.
3. Penelitian dan pengembangan level 3, adalah peneliti
melakukan penelitian untuk mengembangkan produk
yang telah ada, membuat poduk dan menguji
keefektifan produk tersebut.
4. Penelitian dan pengembangan level 4, adalah peneliti
melakukan penelitian untuk menciptakan produk baru
membuat produk dan menguji keefektifan produk
tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas penelitian dan
pengembangan yang akan dilakukan tergolong dalam
penelitian dan pengembangan level 1, karena dalam
penelitian ini peneliti hanya menghasilkan rancangan produk
tanpa menguji keefektivitasannya. Peneliti mengembangkan
produk pop up book sebagai media pengenalan khat kaligrafi
pada generasi milenial.
3.2 Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan pop up book
sebagai media pengenalan khat kaligrafi yang dapat
digunakan untuk semua kalangan yang ingin belajar
mengenai khat kaligrafi islam. Namun target utamanya yaitu
generasi milenial dengan rentang usia 12 – 22 tahun. Peneliti
akan melakukan uji coba produk secara terbatas dilakukan
pada 5 sampel acak.
3.3 Waktu Penelitian
Rencana penelitian dan pengembangan ini akan
dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan mulai dari tahap
observasi awal sampai tahap pelaksanaan pen elitian.
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Menurut Sugiyono (2019:194) data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Dalam penelitian ini, sumber data
primer berasal dari ketentuan khat menurut komunitas
para pecinta seni kaligrafi di Indonesia.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
(Sugiyono, 2019). Data sekunder adalah data yang
didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber
lainnya yang terdiri dari laporan, buku, artikel, jurnal
ilmiah, penelitian yang relevan dan internet.

3.5 Langkah-langkah Pengembangan Produk


Langkah-langkah penggunaan metode Research and
Development (R&D) ditunjukkan pada gambar berikut :

Potensi dan Pengumpulan Desain


Masalah data produk

Revisi Ujicoba Revisi Validasi


produk awal desain desain

Ujicoba Revisi Produksi


pemakaian produk masal
Gambar Bagan 3.1
Langkah-langkah penggunaan metode
Research and Development (R&D)
menurut Sugiyono (2019:404)

Dalam penelitian ini, metode penelitian dan


pengembangan yang digunakan sedikit berbeda dengan yang
dijelaskan oleh Sugiyono. Dalam penelitian ini hanya sampai
perancangan produk dan diuji cobakan secara terbatas tanpa
diproduksi secara masal. Berikut merupakan langkah-
langkah penelitian dan pengembangan Research and
Development (R&D) yang diterapkan pada penelitian ini
yaitu :
Potensi
Pengumpulan Desain Validasi
dan
data produk desain
Masalah

Produk Pembuatan Validasi Revisi


Jadi produk Desain desain

Uji Coba Terbatas

Gambar Bagan 3.2


Langkah-langkah R&D yang telah dimodifikasi

Langkah-langkah R&D yang telah dimodifikasi :


1. Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah yang ditemukan adalah
Kurangnya minat generasi milenial untuk mempelajari
seni kaligrafi Islam. Dan juga terbatasnya media
pengenalan khat kaligrafi bagi pemula yang ingin belajar
menggambar seni kaligrafi, dan jika adapun tampilannya
sangat monoton penuh dengan bacaan.

2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Penelusuran Data Online
Burhan Bungin, dalam bukunya yang berjudul
Metodelogi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu
Sosial Lainnya mengatakan bahwa: “Metode
penelusuran data online adalah tata cara melakukan
penelusuran data melalui media online seperti
internet atau media jaringan lainnya yang
menyediakan fasilitas online, sehingga
memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-
informasi yang berupa data maupun informasi teori,
secepat atau semudah mungkin dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.” (Burhan
Bungin, 2006:28) Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan layanan internet dengan cara
membuka alamat mesin pencari (search engine),
kemudian membuka alamat website yang
berhubungan dengan kebutuhan penelitian.
b. Kuisioner (Angket)
Pada penelitian ini, peneliti juga mengumpulkan
data dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan sebagai instrumen penelitian. Menurut
Sugiyono (2019:199), kuesioner adalah metode
pengumpulan data kepada responden untuk dijawab
dengan cara memberi beberapa pertanyaan.
Kuisioner dalam penelitian ini digunakan di awal
penelitian untuk melihat berapa persen minat
generasi milenial dalam mempelajari seni kaligrafi.
Cara peneliti mengumpulkan data adalah dengan
menyebarkan kuesioner online kepada generasi
milenial. Kuisioner juga digunakan di akhir untuk
mengetahui layak tidaknya media yang telah dibuat,
menggunakan skala linkert dengan 4 skala penelitian
yaitu sangat layak (SL), Layak (L), Kurang Layak
(KL), Tidak Layak (TL). Cara peneliti mengumpulkan
data adalah dengan menyebarkan kuesioner pada
saat uji coba terbatas menggunakan 5 sampel acak.
c. Dokumentasi
Sugiyono (2019) mengemukakan dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, dan sketsa. Dokumen berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, dan film. Dokumentasi merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,
2019). Dalam penelitian ini dokumentasi yang
dibutuhkan oleh peneliti adalah ketentuan khat
kaligrafi dan proses cara membuat pop up book.

3. Desain Produk
Dalam penelitian ini peneliti akan merancang desain
produk pop up book sebagai media pengenalan macam-
macam khat kaligrafi.

4. Validasi Desain
Validasi desain produk dilakukan oleh ahli media
untuk menilai kelayakann dari desain produk yang
dihasilkan. Kemudian akan diberikan saran-saran
perbaikan terhadap rancangan produk sebagai perbaikan
produk oleh peneliti. Dalam penelitian ini validasi materi
maupun validasi media akan di lakukan oleh dosen.

5. Revisi Desain
Jika sudah melakukan validasi desain namun masih
terdapat kekurangan maka harus dilakukan revisi desain
dengan tujuan memberikan umpan balik dari validator
agar hasil akhir dapat berkualitas dan memuaskan. Maka
dilakukan revisi sesuai kritik dan saran saat proses
validasi untuk memperbaiki desain pop up book tersebut.

6. Validasi Desain Perbaikan


Validasi desain kedua atau perbaikan merupakan
memvalidasi desain perbaikan dari desain yang sudah
direvisi sebelumnya. Apabila validator sudah memberi
nilai yang bagus maka media pembelajaran pop up book
akan langsung dibuat tanpa harus divalidasi lagi.

7. Pembuatan Produk
Setelah melewati proses dari adanya potensi dan
masalah, pengumpulan data, pembuatan desain, validasi
desain, revisi desain, dan validasi desain perbaikan
selanjutnya melakukan pembuatan produk sesuai dengan
desain pop up book yang telah dibuat.
8. Produk Jadi
Pop up book merupakan sebuah produk jadi yang telah
dihasilkan dalam penelitian ini dan akan digunakan
peneliti sebagai media pengenalan macam-macam khat
kaligrafi untuk generasi milenial yang ingin mempelajari
seni kaligrafi .

9. Uji Coba Terbatas Produk


Uji coba terbatas produk dilakukan guna mengetahui
layak tidaknya media pop up book ini sebagai pengenalan
khat kaligrafi . Untuk uji terbatas produk dilakukan pada
5 orang, diambil melalui sampel acak.

Anda mungkin juga menyukai