Anda di halaman 1dari 99

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERMEDIA BOTOL CERDAS

UNTUK PEMBELAJARAN PENYUSUNAN KALIMAT BAHASA


MANDARIN BAGI SISWA KELAS XI IBB SMA NURUL JADID,
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD KHOLILUL HASAN

19020774066

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN

i
2023

ii
PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERMEDIA BOTOL CERDAS
UNTUK PEMBELAJARAN PENYUSUNAN KALIMAT BAHASA
MANDARIN BAGI SISWA KELAS XI IBB SMA NURUL JADID,
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Bahasa Mandarin

Oleh
MUHAMMAD KHOLILUL HASAN
19020774066

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA MANDARIN
2023

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi oleh : Muhammad Kholilul Hasan

NIM : 19020774066

Judul : “Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas


Untuk Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa
Mandarin Bagi Siswa Kelas XI IBB SMA Nurul Jadid,
Probolinggo” ini telah diperiksa dan memenuhi syarat
untuk diajukan ke panitia skripsi untuk diuji.

Surabaya, …Juli 2023


Dosen Pembimbing,

-----------------------------
Dr. Maria Mintowati, M.Pd.
NIP 196103231986012001

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah


SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
skripsi dengan judul “Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas
untuk Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin bagi Siswa Kelas XI
IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua yang sangat saya cinta & sayangi yaitu Bapak Waliyudin
dan Ibu Marfuatun yang setiap waktu selalu mendoakan dan memberikan
semangat tiada henti. Terima kasih banyak telah sabar dalam merawat dan
mendidik saya hingga saya dewasa seperti saat ini.
2. Nenek Heriya, Pakde & Bude yang juga selalu mendoakan dan
memberikan semangat kepada saya, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
3. Dr. Mintowati M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi saya, terima kasih
banyak telah sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan serta arahan terhadap saya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Alm. Galih Laoshi, selaku dosen pembimbing akademik saya, terima kasih
atas ilmu, bimbingan, serta arahan yang telah diberikan kepada saya
selama masa perkuliahan. Semoga amal ibadah laoshi diterima di sisi
Allah SWT. Aamiin.
5. Para dosen prodi Pendidikan Bahasa Mandarin, Amri Laoshi, Subandi
Laoshi, Anas Laoshi, Mamik Laoshi, Zainal Laoshi, Alm. Galih Laoshi,
Farhan Laoshi, Cici Laoshi, Hans Laoshi, Tiffany Laoshi, Yogi Laoshi,
laoshi native, serta tendik Bu Citra. Terimakasih banyak atas ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan kepada saya selama masa perkuliahan.
6. Khodir Laoshi dan Fauzan Laoshi selaku guru Mandarin saya, terima
kasih banyak atas ilmu, bimbingan, serta dukungan yang telah diberikan
kepada saya sehingga saya bisa seperti saat ini.

v
7. Guru-guru saya mulai dari TK sampai SMA yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terima kasih banyak atas didikan serta ilmu yang telah
diajarkan kepada saya.
8. Bapak Mufid dan Ibu Wakinah, serta pasanganku Lutfia Hanim yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Siswa dan siswi kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo yang telah
membantu dan meluangkan waktu demi terlaksananya penelitian ini.
10. Serta terima kasih kepada teman-teman Angkatan 2019 yang telah
menemani dan menjadi penyemangat selama masa perkuliahan.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Penerapan Model Talking Stick
untuk Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin bagi Siswa
Kelas XI IBB SMA Nurul Jadid, Probolinggo” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan masa studi S1, serta untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Bahasa
Mandarin, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan masukan dan dukungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih tersebut peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., selaku Rektor Universitas Negeri Surabaya;


2. Syafi’ul Anam, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Surabaya;
3. Miftachul Amri, M.Pd., M.Ed., Ph.D, selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Bahasa Mandarin, Universitas Negeri Surabaya;
4. Alm. Galih Wibosono, B.A, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan;
5. Dr. Mintowati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar
dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu, arahan,
masukan, serta dukungan kepada peneliti selama proses penyusunan
skripsi;
6. Muhammad Farhan Masrus, S.Pd., M.TCFL, selaku Dosen Validator
Instrumen Penelitian yang telah banyak memberikan masukan kepada
peneliti demi terlaksananya penelitian ini;
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin yang
telah banyak memberikan ilmunya kepada peneliti selama menempuh
Pendidikan;

vii
8. Tata Usaha Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin dan karyawan
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
9. Guru, staf dan siswa SMA Nurul Jadid Probolinggo yang telah membantu
dan berkontribusi terhadap penyusunan skripsi ini.
10. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan dan doa untuk
kelancaran proses penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang ikut membantu dan mendukung peneliti demi
terselesaikannya penelitian skripsi ini.

Surabaya, 04 Juli 2023

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI...........................................ii


DAFTAR BAGAN..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Batasan Istilah...........................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...........................................................7
2.2 Model Pembelajaran..................................................................................9
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran........................................................9
2.2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran...........................................................10
2.3 Model Pembelajaran Talking Stick..........................................................11
2.3.1 Sintak Model Pembelajaran Talking Stick.......................................12
2.4 Media Pembelajaran................................................................................13
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran.......................................................13
2.4.2 Jenis Media Pembelajaran................................................................14
2.5 Media Pembelajaran Botol Cerdas..........................................................15
2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa
Mandarin dengan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas........................16
2.7 Kalimat Bahasa Mandarin.......................................................................17
2.8 Kerangka Berpikir...................................................................................19
BAB III..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN.......................................................................................22
3.1 Rancangan Penelitian..............................................................................22
3.2 Populasi dan Sampel...............................................................................24

ix
3.3 Teknik Pengumpulan Data......................................................................24
3.4 Instrumen Penelitian................................................................................26
3.5 Uji Validasi Instrumen............................................................................28
3.6 Prosedur Pengumpulan Data...................................................................28
3.6.1 Tahap Persiapan...............................................................................29
3.6.2 Tahap Pelaksanaan...........................................................................29
3.7 Teknik Analisi Data.................................................................................31
3.7.1 Analisis Data Observasi...................................................................31
3.7.2 Analisi Data Tes...............................................................................32
3.7.3 Analisis Hipotesis............................................................................33
3.7.4 Analisis Data Angket.......................................................................34
BAB IV..................................................................................................................35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................35
4.1. Hasil Penelitian........................................................................................35
4.1.1 Proses penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas
terhadap Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin....................36
4.1.2 Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas terhadap
Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin...................................49
4.1.3 Respon Siswa Kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo
terhadap Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas dalam
Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin...................................57
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................72
BAB V....................................................................................................................76
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................76
5.1 Simpulan..................................................................................................76
5.2 Saran........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80

x
DAFTAR GAMBAR & BAGAN

Gambar 2.1 Contoh Media Botol Cerdas………………………..……………….16


Bagan 2.1 Kerangka Berpikir…………………………………………………….21

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan…………………………………………………………….29


Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Observasi…………………………………….31
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket……………………………………….34
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen..36
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen….38
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen.40
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen…
41
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Kelas Kontrol…….43
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Kelas Kontrol………
45
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama Kelas Kontrol……
46
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua Kelas Kontrol……..48
Tabel 4.9 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ………………………..………..50
Tabel 4.10 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ………………………..…………..52
Tabel 4.11 Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen………………………54
Tabel 4.12 Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol………………………...…56
Tabel 4.13 Data Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen……………………………...59
Tabel 4.14 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket……………………………………...68

xii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Pertama…………………..60


Diagram 4.2 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kedua…………………….61
Diagram 4.3 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Ketiga…………………….62
Diagram 4.4 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Keempat………………….62
Diagram 4.5 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kelima……………………
63
Diagram 4.6 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Keenam…………………..64
Diagram 4.7 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Ketujuh…………………..64
Diagram 4.8 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kedelapan………………..65
Diagram 4.9 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kesembilan………………66
Diagram 4.10 Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kesepuluh………………66

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan…………………………………………………………….29


Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Observasi…………………………………….31
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket……………………………………….34
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen..36
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen….38
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen.40
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen…
41
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Kelas Kontrol…….43
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Kelas Kontrol………
45
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama Kelas Kontrol……
46
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua Kelas Kontrol……..48
Tabel 4.9 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ………………………..………..50
Tabel 4.10 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ………………………..…………..52
Tabel 4.11 Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen………………………54
Tabel 4.12 Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol………………………...…56
Tabel 4.13 Data Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen……………………………...59
Tabel 4.14 Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket……………………………………...68

xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting bagi keberlangsungan
hidup manusia. Bahasa menjadi alat yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi atau berinteraksi dengan lawan bicaranya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wiratno dan Santosa (2014:1) bahasa merupakan alat
komunakasi yang digunakan oleh manusia yang telah tersusun dalam bentuk
satuan kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang dapat disampaikan baik
secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup
di dunia ini memerlukan adanya bahasa. Bahasa menjadi suatu kebutuhan yang
sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Melalui bahasa, manusia
dapat mengutarakan semua isi hatinya, baik secara lisan maupun tulisan.
Di era sekarang ini mempelajari bahasa asing juga merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya pelajar. Semakin banyak bahasa
asing yang dipelajari, maka akan semakin bagus manfaat terhadap masa depan
seseorang. Sebagaimana pernyataan oleh Sutami (2016:216) bahasa-bahasa asing
itu perlu dikuasai dengan maksud untuk memanfaatkan ilmu dan teknologinya
dalam upaya menyikapi persaingan bebas di era modern ini. Salah satu bahasa
asing yang perlu dikuasai dan sudah sangat populer di dunia, termasuk di
Indonesia yaitu bahasa Mandarin. Menurut Thia (2011:05) saat ini, bahasa
Mandarin menjadi bahasa asing yang paling banyak dipelajari oleh penduduk di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia setelah bahasa Inggris. Sebagaimana
diketahui karena banyaknya etnis Tionghoa yang tinggal menyebar di berbagai
negara, sehingga bahasa mereka pun ikut menyebar dan digunakan di berbagai
negara yang mereka tempati. Di sisi lain, pesatnya perkembangan ekonomi dari
negara China menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang di seluruh dunia
untuk mempelajari bahasa Mandarin.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak sekolah-sekolah di berbagai jenjang


pendidikan, baik negeri maupun swasta mulai dari tingkat SD sampai tingkat

xvi
SLTA yang terdapat mata pelajaran bahasa Mandarin, bahkan di perguruan tinggi
pun sudah banyak dibuka Jurusan Bahasa Mandarin (Sholihah, 2017:1). Hal ini
menandakan bahwa Bahasa Mandarin sudah berkembang sangat pesat di
Indonesia. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh oleh seseorang jika bisa
menguasai bahasa Mandarin, terutama dalam dunia kerja. Sudah banyak
perusahaan besar di dunia, tidak terkecuali di Indonesia yang membutuhkan
tenaga kerja dengan syarat memiliki kemampuan berbahasa Mandarin yang baik.

Belajar bahasa asing bukanlah hal yang mudah, khususnya bahasa


Mandarin. Bahasa Mandarin memiliki tulisan cukup rumit yang disebut 汉 字

hanzi atau aksara Han, kemudian ada juga 声调 shengdiao (nada). Selain itu, tata
bahasa dalam bahasa Mandarin juga merupakan materi yang sulit untuk dikuasai.
Tata bahasa merupakan keterkaitan antara tiga aspek dalam linguistik yaitu,
sintaksis, semantik, dan pragmatik yang mewakili aspek bentuk, makna, dan
penggunaan (Utami, 2017:194). Menyusun kalimat dalam bahasa Mandarin juga
memiliki aturan-aturan tertentu agar kalimat tersebut menjadi sempurna. Aturan-
aturan dalam menyusun kalimat itu disebut dengan tata bahasa. Untuk dapat
menyusun kalimat dalam bahasa Mandarin diperlukan penguasaan kosakata yang
cukup. Penguasaan kosakata sangat berpengaruh dalam pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin. Jadi, siswa harus dapat menguasai kosakata terlebih
dahulu sebelum menyusun kalimat.

Agar tujuan pembelajaran bahasa Mandarin dalam kelas dapat tercapai dan
efektif, diperlukan peran seorang guru untuk mengkondisikan pembelajaran
menjadi kondusif, menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu faktor yang
bisa membuat pembelajaran dalam kelas menjadi lebih efektif adalah dengan
menyesuaikan tipe atau gaya belajar peserta didik. Menurut Sukiman (2012:34)
gaya belajar adalah keinginan seseorang untuk menggunakan cara tertentu dalam
belajar sehingga bisa menciptakan suasana belajar yang baik. Selain itu, pemilihan
model dan media pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dalam kelas.

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IBB SMA Nurul Jadid


Probolinggo, karena setelah dilakukan survei lapangan dan melakukan wawancara

xvii
dengan guru mata pelajaran Bahasa Mandarin di SMA Nurul Jadid pada tanggal
23 sampai 28 Januari 2023, peneliti menemukan adanya permasalahan siswa
ketika belajar bahasa Mandarin. Masih banyak siswa kelas XI IBB SMA Nurul
Jadid Probolinggo yang mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Mandarin,
khususnya menyusun kalimat bahasa Mandarin. Hal ini disebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap kosakata bahasa Mandarin sehingga berpengaruh
terhadap penyusunan kalimatnya. Selain itu, hal ini juga karena jam pelajaran
bahasa Mandarin yang cukup singkat dan kurangnya media yang menarik dalam
pembelajaran, membuat siswa sering bosan dan kurang antusias mengikuti
pembelajaran. Padahal, pemilihan model pembelajaran dan media yang menarik
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, peneliti
ingin menerapkan model Talking Stick bermedia botol cerdas pada pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin, karena model pembelajaran dan media
pembelajaran tersebut dinilai cocok untuk pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin.

Model pembelajaran Talking Stick adalah model pembelajaran yang


dilaksanakan dengan bantuan tongkat untuk membuat siswa menjadi berani
menyatakan pendapat dan menjawab soal. Cara pelaksanaannya yaitu diawali
dengan guru memberikan tongkat ke salah satu siswa, kemudian siswa secara
bergulir memegang tongkat antara siswa satu ke siswa lainnya dengan diiringi
oleh lagu yang dinyanyikan oleh seluruh siswa dalam kelas. Penggunaan tongkat
dalam model Talking Stick dapat merangsang siswa bekerja cepat, tanggap, dan
tepat. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan
dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru. Menurut

Sugiantiningsih dan Antara (2019:300) model Talking Stick merupakan sebuah


model pembelajaran yang membuat kegiatan belajar mengajar menarik dan
menyenangkan melalui kegiatan bermain, sekaligus dapat melatih mental dan
membuat siswa aktif saat pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan sebagai salah


satu alat bantu dalam pembelajaran. Menurut Azhar (2014:3) media adalah alat
untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan dalam pembelajaran. Media

xviii
pembelajaran sangat beragam, salah satu media yang bisa digunakan dalam
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin adalah botol cerdas. Media
ini dipilih karena sangat cocok jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran
Talking Stick. Media botol cerdas merupakan salah satu media pembelajaran yang
berbentuk permainan. Menurut Kusnadi (2021:19), media botol cerdas merupakan
sebuah media pembelajaran interaktif yang dapat digunakan oleh seorang guru
guna mendorong minat belajar, serta mendorong peserta didik agar berani
mengemukakan pendapatnya secara langsung di dalam kelas. Setiap media pasti
memilki kelebihan dan kukurangan. Kelebihan dari media botol cerdas adalah
siswa akan lebih semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
semua siswa bisa berpartisipasi dalam permainan menggunakan media ini
sehingga tidak ada lagi siswa yang tidur di dalam kelas, serta dapat mengasah
kemampuan otak siswa agar lebih produktif dalam belajar. Kekurangan dari media
botol cerdas adalah siswa membutuhkan waktu lebih lama dalam berpikir untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan khususnya dalam menyusun kalimat bahasa
Mandarin. Dengan adanya media botol cerdas ini yang dikolaborasikan dengan
model Talking Stick diharapkan dapat menjadikan suasana dalam kelas menjadi
lebih efektif, produktif dan menyenangkan, sehingga tidak membosankan dan
siswa juga lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1) Bagaimana proses penerapan model Talking Stick bermedia Botol Cerdas
dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa
kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo?
2) Bagaimana efektivitas penerapan model Talking Stick bermedia Botol
Cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi
siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo?
3) Bagaimana respon siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo
terhadap penerapan model Talking Stick bermedia Botol Cerdas dalam
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin?

xix
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan proses penerapan model Talking Stick bermedia Botol
Cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat Bahasa Mandarin bagi
siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.
2) Mendeskripsikan efektivitas penerapan model Talking Stick bermedia
Botol Cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat Bahasa
Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.
3) Mendeskripsikan respon siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo terhadap penerapan model Talking Stick bermedia Botol
Cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan ilmu dan inovasi terhadap pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin, khususnya dengan menggunakan model Talking Stick
bermedia botol cerdas.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas,
guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan produktif
dalam kelas, khususnya pada pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin.
b. Bagi Siswa
Dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas
siswa dapat belajar menyusun kalimat bahasa Mandarin menjadi lebih

xx
mudah dan menyenangkan, siswa juga akan merasa lebih antusias
dalam belajar bahasa Mandarin khususnya dalam pembelajaran
penyusunan kalimat.
c. Bagi Peneliti Lain
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang
pembelajaran bahasa Mandarin, khususnya pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin.

1.5 Batasan Istilah


Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman makna dalam menafsirkan
penelitian ini, maka peneliti menyajikan batasan istilah sebagai berikut:
1) Talking Stick adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan
tongkat yang dapat mendorong siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
2) Media “botol cerdas” merupakan salah satu media kreatif yang terbuat dari
botol bekas yang dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran, di
dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan, reward dan punishment. Media
ini dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pembelajaran khususnya pada
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin.
3) Pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin dalam penelitian ini
difokuskan pada kalimat dengan pola (只有 zhǐyǒu …..才 cái …..) , (一边
yībiān.....一边 yībiān.....), dan (一 yī …..就 jiù…..) menyesuaikan dengan
materi yang diajarkan di kelas XI IBB SMA Nurul Jadid, Probolinggo.

xxi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan


Pertama, Kusnadi (2021) meneliti “Pengaruh Penggunaan Media Botol
Cerdas Berbantuan Talking Stick terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas IV Gugus Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu
Utara”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen jenis Quasi
Eksperimental Design dengan bentuk Non-Equivalent Control Group Design.
Sampel penelitian yang digunakan ada dua sekolah, yaitu kelas IV SDN 002
Tokatimbang yang berjumlah 27 siswa dan kelas IV SDN 003 Pompaniki yang
juga berjumlah 27 siswa. Pada penelitian ini diperoleh hasil Independent Sample
Test 0.001 < 0.05. H o ditolak dan H a diterima atau t hitung > t tabel (3.453 > 2.00665).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media botol cerdas berbantuan
Talking Stick terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa kelas IV Gugus Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu
Utara. Persamaan dengan penelitian relevan yang pertama terletak pada model dan
media pembelajaran yang digunakan yaitu media botol cerdas berbantuan Talking
Stick. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian nya yaitu
terhadap hasil belajar keterampilan berbicara, sedangkan pada penelitian yang
akan dilaksanakan objek penelitiannya ialah pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin.

Kedua, Riyanto (2020) meneliti “Penggunaan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Talking Stick terhadap Kemampuan Menyusun Kalimat
Sederhana Bahasa Mandarin Pada Siswa Kelas X MIPA SMAN 1 Lamongan”.
Penelitian ini menggunakan penelitian ekprerimen True Experimental Design
dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Peneliti menggunakan dua
kelas sebagai sampel penelitian yaitu X MIPA 8 sebagai kelas eksperimen dan X
MIPA 7 sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini diperoleh hasil t-test = 5,6 dan

xxii
db = 58, tabel taraf 5% dengan t-test = 5,6 db = 58, ts 0,05 = 1,67 yang artinya t-
test lebih besar daripada t tabel (5,6 > 1,67). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick terbukti sangat efektif terhadap
pembelajaran penyusunan kalimat sederhana bahasa Mandarin siswa kelas X
MIPA SMAN 1 Lamongan. Persamaan dengan penelitian relevan yang kedua
terletak pada jenis model pembelajaran dan objek penelitian nya yaitu, model
Talking Stick terhadap kemampuan menyusun kalimat bahasa Mandarin.
Perbedaaan dengan penelitian ini peneliti hanya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick tanpa adanya bantuan media
pembelajaran yang digunakan, sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan
ialah bentuk kolaborasi antara model Talking Stick dengan media botol cerdas.

Ketiga, Rohmah (2019) meneliti “Penerapan Metode Cooperative


Learning Tipe Talking Stick terhadap Keterampilan Berdialog Bahasa Mandarin
Siswa Kelas XI-Bahasa SMA Negeri 1 Cerme Gresik Tahun Ajaran 2018/2019”.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian ekperimen preEkperimental
Design dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest Design. Peneliti hanya
menggunakan satu kelas sebagai objek penelitian yaitu XI-Bahasa tahun ajaran
2018-2019. Pada penelitian ini diperoleh hasil t-signifikasi = 7,85 > t (0.05.db) = t
(0.05.29) = 1,45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode
Cooperative Learning tipe Talking Stick mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keterampilan berdialog bahasa Mandarin siswa kelas XI-Bahasa SMA
Negeri 1 Cerme Gresik. Persamaan dengan penelitian relevan yang ketiga terletak
pada jenis model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu model
Talking Stick. Perbedaan dengan peneliti yakni pada penelitian tersebut peneliti
hanya menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking
Stick tanpa adanya bantuan media pembelajaran yang digunakan, dan objek
penelitian nya yaitu terhadap keterampilan berdialog bahasa Mandarin, sedangkan
pada penelitian yang akan dilaksanakan ialah bentuk kolaborasi antara model dan
media pembelajaran yaitu model Talking Stick bermedia media botol cerdas
terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin.

Keempat, Sholihah (2017) meneliti “Penggunaan Media KOKAMI


(Kotak-Kartu-Misterius) dalam Pembelajaran Menyusun Kalimat Sederhana

xxiii
Bahasa Mandarin Pada Siswa Kelas XII MAN Mojosari Tahun Ajaran
2016/2017”. Peneliti menggunakan penelitian ekprerimen True Experimental
Design dengan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelas
XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPS 2 sebagai kelas kontrol
yang dilakukan secara random atau acak. Dari hasil analisis data yang dilakukan
oleh peneliti diperoleh hasil t0 = 3,15 dan db = 60 diketahui ts = 0,05=2,00
menunjukkan hasil t lebih besar dari t tabel (3,25 > 2,00). Hasil penelitian
menunjukkan jika penggunaan media KOKAMI memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pembelajaran penyusunan kalimat sederhana bahasa Mandarin
siswa kelas XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen. Persamaan dengan penelitian
relevan yang keempat terletak pada objek penelitian yaitu terhadap penyusunan
kalimat bahasa Mandarin. Perbedaan dengan peneliti yakni pada penelitian
tersebut peneliti menggunakan media KOKAMI (Kotak-Kartu-Misterius),
sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ialah bentuk kolaborasi antara
model Talking Stick dengan media botol cerdas.

2.2 Model Pembelajaran


2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan elemen penting dalam kegiatan
belajar mengajar agar pembelajaran lebih efektif dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik. Menurut Suprijono (2011:46), model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran, baik di kelas maupun tutorial. Trianto (2007:1)
juga menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah sebuah pola atau
perencanaan yang digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dalam
merencanakan suatu pembelajaran dalam kelas ataupun pembelajaran tutorial.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan pedoman yang digunakan oleh guru dalam merencanakan
pembelajaran agar materi dapat disajikan dengan baik dan efektif sehingga
siswa bisa memahami materi dengan mudah dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

xxiv
Seorang guru harus kreatif dalam memberikan materi terhadap siswa
agar suasana kegiatan belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi tantangan tersendiri bagi
seorang guru, karena pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru
menentukan terhadap hasil belajar siswa di kelas. Menurut Sukardi (2013:30),
model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengekspolarasi
pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan
siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah
lingkungan belajarnya. Artinya model pembelajaran yang ideal adalah model
yang bisa membuat semua siswa dapat berpartisipasi secara langsung dan
aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru menjadi sangat penting
dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat.

2.2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran


Menurut Rusman (2014:136), model pembelajaran memiliki enam ciri
khusus sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli,


seperti model penelitian kelompok oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang dengan tujuan
untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2) Memiliki misi/tujuan pendidikan tertentu, contohnya model
berpikir induktif yang dirancang untuk mengembangkan proses
berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan
pembelajaran di kelas, misalnya model Synectic yang dirancang
guna memperbaiki aktivitas dalam materi mengarang.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax);
b. Prinsip-prinsip reaksi;
c. Sistem sosial;
d. Sistem pendukung.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran
yang meliputi:

xxv
a. Dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur);
b. Dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang).
6) Membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan
pedoman model pembelajaran yang akan dipilihnya.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, Talking Stick termasuk dalam model


pembelajaran yang memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan hasil belajar jangka
panjang. Selain itu, memiliki bagian-bagian model, yaitu sintak atau urutan
langkah-langkah pembelajaran, sistem sosial dan sistem pendukung.

Pada hakikatnya pembelajaran dapat dipahami sebagai sebuah proses


interaksi yang dilakukan oleh guru dan murid, interaksi ini dapat dilakukan
baik secara langsung (tatap muka) ataupun tidak langsung, yakni dengan
berbagai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Sebelum
menentukan model pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, guru harus mempertimbangkan beberapa hal seperti dari sudut
peserta didik atau siswa, bahan atau materi pembelajaran yang akan
disampaikan, dan yang lainnya yang bersifat nonteknis agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

2.3 Model Pembelajaran Talking Stick


Model pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa jenjang SMA. Seperti yang
dikatakan oleh Huda (2019:225) model Talking Stick cocok digunakan untuk
semua kelas dan semua tingkatan. Talking Stick merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dengan bantuan tongkat. Suprijono
(2011:54) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin atau diarahkan oleh guru. Dengan adanya
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick ini dapat memberikan suasana
ruang belajar yang berbeda, siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

xxvi
pembelajaran. Menurut Reza (2018:15) model pembelajaran tipe Talking Stick
merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan dengan bantuan tongkat
sebagai alat bantu guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan
menimbulkan suasana yang menyenangkan.
Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong
siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran dengan
Talking Stick diawali oleh guru yang memegang tongkat, kemudian guru
memberikannya kepada salah satu siswa, siswa yang memegang tongkat pertama
akan menyalurkannya kepada teman yang lainnya. Setiap kali siswa memegang
tongkat, maka siswa tersebut wajib untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru, kegiatan ini terus dilakukan secara berulang sampai mayoritas siswa
mendapatkan giliran memegang tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.
Sehingga kegiatan ini dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
aktif dalam pembelajaran, karena semua siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Selain menggunakan tongkat sebagai medianya, model ini juga diiringi
oleh musik dalam pengaplikasiannya, siswa sambil bernyanyi dan memegang
tongkat secara bergiliran. Kegiatan seperti ini dapat membuat suasana di kelas
menjadi lebih asyik dan menyenangkan, siswa juga menjadi lebih semangat dan
termotivasi dalam pelajaran bahasa Mandarin.
Sintak Model Pembelajaran Talking Stick
Adapun sintak atau aturan model pembelajaran Talking Stick menurut
Huda (2013:225) ialah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya - + 20 cm.


b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bacaan.
e. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
siswa, selanjutnya guru memberi pertayaan dan siswa yang

xxvii
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai Sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Guru melakukan evaluasi dan penilaian.
h. Guru menutup pembelajaran.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing, begitu juga dengan Talking Stick. Menurut Huda (2019:225-
226) kelebihan model Talking Stick adalah, 1) Model Talking Stick cocok
diterapkan untuk semua kelas dan tingkatan umur, 2) Menguji kesiapan
peserta didik, 3) Melatih keterampilan peserta didik dalam membaca dan
memahami materi pelajaran dengan cepat, 4) Mengajak peserta didik untuk
selalu siap dalam situasi dan kondisi apa pun. Sedangkan kekurangan model
Talking Stick adalah model pembelajaran ini kurang sesuai bagi siswa yang
secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru.

2.4 Media Pembelajaran


2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Sadiman (2012:6), kata media berasal dari kata Latin yaitu
medium yang secara harfiah mempunyai arti perantara atau pengantar. Media
merupakan alat komunikasi yang bisa digunakan untuk membantu
menyampaikan informasi dari pemberi kepada penerima informasi. Selain
sebagai alat komunikasi, media juga dapat digunakan dalam pembelajaran.
Media dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sebagaimana menurut Sukiman (2012:29) Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif.
Menurut Munadi (2013:8), media pembelajaran merupakan alat
pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan materi pembelajaran guna

xxviii
mempermudah proses pembelajaran tersebut. Dengan adanya bantuan media
dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mempermudah
menyampaikan materi kepada siswa, dan siswa juga akan lebih cepat
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, adanya media
pembelajaran juga dapat membuat kegiatan belajar mengajar lebih efektif
tidak monoton, sehingga siswa tidak merasa bosan dan ngantuk dalam
pembelajaran. Media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan gaya
belajar siswa, sehingga dapat memberikan kesempatan dan pilihan peserta
didik sesuai dengan gaya belajarnya, baik yang memiliki kecenderungan gaya
belajar visual, auditori dan kinestetik (Hamid, Abi, dkk 2020:8). Artinya,
dalam pemilihan media pembelajaran seorang guru harus melihat terlebih
dahulu kondisi kelas dan keadaan siswa, apa saja masalah yang dihadapi oleh
siswa dalam pembelajaran, sehingga guru dapat menentukan kira-kira media
apa yang cocok digunakan dalam kelas tersebut untuk mengatasi semua
permasalahan yang ada.
2.4.2 Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa jenis di dalamnya. Adapun
jenis-jenis media pembelajaran menurut Sadiman (2012:28) ialah sebagai
berikut:
1) Media Grafis, media ini termasuk media visual yang di dalamnya
berkaitan dengan indra penglihatan, dan pesan yang disampaikan
dituangkan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual.
2) Media Audio, media ini berkaitan dengan indera pendengaran, dan
pesan yang disampaikan dituangkan dalam bentuk lambang-
lambang auditif, baik verbal maupun non verbal.
3) Media Proyeksi Diam, media ini memiliki persamaan dengan
media grafik yaitu menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
Perbedaannya adalah pada media grafis dapat secara langsung
berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan, sedangkan
pada media proyeksi diam pesan tersebut harus diproyeksikan
dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu.

xxix
Media botol cerdas yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
termasuk dalam jenis media grafis, karena media ini dibuat dari botol dan
kertas yang berisi kartu pesan dengan bermacam pertanyaan di dalamnya.
Selain itu, jenis media botol cerdas juga hanya melibatkan indera penglihatan
dalam penggunaannya.

2.5 Media Pembelajaran Botol Cerdas


Media Botol Cerdas merupakan salah satu media dengan bentuk
permainan. Media botol cerdas merupakan bentuk media permainan edukatif yang
sangat menyenangkan dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai media dalam
pembelajaran bahasa Mandarin khususnya dalam pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin. Menurut Rohani (2019:66) alat permainan edukatif
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak. keberadaan
alat permainan sangat menunjang terhadap terselenggaranya pembelajaran secara
efektif dan menyenangkan, sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya secara optimal. Keberadaan media botol cerdas dapat
melatih ingatan siswa, sehingga siswa bisa lebih fokus mengikuti pembelajaran.
Media botol cerdas merupakan media yang cukup mudah dibuat. Menurut
Kusnadi (2021:19) alat dan bahan yang harus disiapkan adalah 2 botol bekas
ukuran 1500 ml, 3 botol bekas ukuran 750 ml, gunting, lem, double tip, kardus,
kertas metalik, dan kertas origami. Media ini berisikan pertanyaan, reward dan
punishment. Bentuk pertanyaan yang ada dalam botol cerdas berupa kumpulan
kata yang nantinya akan disusun menjadi kalimat yang benar, selain itu, juga ada
perintah membuat kalimat dari kata yang sudah disediakan dalam media botol
cerdas.

xxx
Gambar 2.1 Contoh media botol cerdas
Media botol cerdas juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaannya. Menurut Nisa (2020:11) kelebihan dari media botol cerdas
yaitu, a) Mudah dibuat dan menarik, b) Mudah digunakan, c) Mudah dibawa
kemana mana serta tidak gampang rusak, d) Mudah disimpan, karena tidak
terlalu besar dan ringan. Sedangkan kekurangan pada media ini yaitu,
membutuhkan waktu yang lama dalam pengaplikasiannya, karena melibatkan
semua siswa. Solusinya adalah pendidik bisa membentuk kelompok-
kelompok, kemudian perwakilan kelompok maju ke depan untuk memilih
pertanyaan yang ada dalam media botol cerdas.

2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa


Mandarin dengan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas
Pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin dengan menggunakan
model Talking Stick bermedia Botol Cerdas menurut Nisa (2020:24) memiliki
beberapa langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
b. Setelah guru selesai menyampaikan materi, guru meminta peserta didik
untuk mengambil pertanyaan yang terdapat pada media botol cerdas
dengan menggunakan model talking stick.
c. Cara menggunakan model talking stick yaitu guru meminta peserta didik
untuk bernyanyi bersama-sama terlebih dahulu, kemudian guru mengambil
tongkat dan memberikannya kepada salah satu peserta didik. Peserta didik
menyalurkan tongkat tersebut kepada teman-temannya yang lain sampai
lagu selesai dinyanyikan.
d. Setelah lagu selesai dinyayikan, maka tongkat tersebut juga harus berhenti.
e. Peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus maju ke depan dan
memilih salah satu dari tiga botol cerdas yang telah diberi nomor 1-3

xxxi
untuk mengambil pertanyaan dan menjawabnya.
f. Peserta didik yang menjawab benar, maka berhak mengambil isi yang
terdapat pada botol bertuliskan reward dan mendapatkan hadiah.
Sedangkan peserta didik yang menjawab salah, maka harus mengambil isi
yang terdapat pada botol bertuliskan punishment dan mendapatkan
hukuman sesuai yang diambil.

2.7 Kalimat Bahasa Mandarin


刘月华 Liú yuèhuá (2001:451) menyatakan 一个句子通常可以分为两个
部分,主语部分和谓语部分。主语部分是叙述、说明、描写的对象,谓语部
分是对主语的叙述、说明和描写。 Yīgè jù zǐ tōngcháng kěyǐ fēn wéi liǎng gè
bùfèn, zhǔyǔ bùfèn hé wèiyǔ bùfèn; zhǔyǔ bùfèn shì xùshù, shuōmíng, miáoxiě de
duìxiàng, wèiyǔ bùfèn shì duì zhǔyǔ de xùshù, shuōmíng hé miáoxiě. Sebuah
kalimat biasanya dapat dibagi menjadi dua bagian, bagian subjek dan bagian
predikat. Bagian subjek adalah narasi, penjelasan, mendeskripsikan objek. Bagian
predikat adalah narasi subjek, penjelasan dan deskriptif atau menggambarkan.
Artinya sebuah kalimat minimal harus terdiri dari subjek dan predikat. Chaer
(2014:240) juga menyatakan bahwa kalimat adalah susunan kata-kata yang
terstruktur dan berisi pikiran yang lengkap. Dapat disimpulkan bahwa kalimat
merupakan satuan bahasa yang tersusun dari rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki makna yang lengkap.

杨寄洲 Yáng jìzhōu (2009:79) juga menyatakan 汉语的句子由主语,谓


语,宾语,定语,补语等六种成介组咸。语序一般是主语在前,谓语在后。
谓语的主要成为动词,宾语是动词的连带成分,补语修饰动词或形容词,补
语跟在动词或形容词后边,补充说明动词或形容词,定语放在名词性主语和
宾 语 的 前 边 , 起 修 饰 作 用 。 Hànyǔ de jùzi yóu zhǔyǔ, wèiyǔ, bīnyǔ, dìngyǔ,
bǔyǔ děng liù zhǒng chéng jiè zǔ xián. Yǔxù yībān shì zhǔyǔ zài qián, wèiyǔ zài
hòu. Wèiyǔ de zhǔyào chéngwéi dòngcí, bīnyǔ shì dòngcí de liándài chéngfèn,
bǔyǔ xiūshì dòngcí huò xíngróngcí, bǔyǔ gēn zài dòngcí huò xíngróngcí hòubian,
bǔchōng shuōmíng dòngcí huò xíngróngcí, dìngyǔ fàng zài míngcí xìng zhǔyǔ hé
bīnyǔ de qiánbian, qǐ xiūshì zuòyòng. Struktur kalimat dalam bahasa Mandarin
terdiri atas 6 unsur, yakni subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (Ket),

xxxii
dan pelengkap (Pel). Urutan tata bahasa umumnya subjek di depan kemudian
predikat. Predikat utamanya menjadi kata kerja, objek adalah komponen gabungan
dari kata kerja, pelengkap memodifikasi kata kerja atau kata sifat, pelengkap
mengikuti kata kerja atau kata sifat, pelengkap menjelaskan kata kerja atau kata
sifat, keterangan diletakkan di depan subjek dan objek.

Tata bahasa dalam bahasa Mandarin biasa disebut 语法 Yǔfǎ .Menurut 周


建设 Zhōu jiànshè(2001:230)menyatakan 语法学是研究语言的组词造句结
构 规 律 的 科 学 。 Yǔfǎ xué shì yánjiū yǔyán de zǔ cí zàojù jiégòu guīlǜ de
kēxué.Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari hukum struktur pembentukan
kata dan pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.

Pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin yang digunakan


dalam penelitian ini adalah materi pada KD 3.7 & 4.7 dengan pokok bahasan
“tindakan yang dilakukan/terjadi secara bersamaan atau menunjukkan keadaan”.
Adapun tata bahasa kalimat bahasa Mandarin yang digunakan ialah sebagai
berikut:

a. 【只有 zhǐyǒu …..才 cái …..】

“只有…..才…..”连接的是一个条件复句,“只有”后边是唯
一的条件,“才”后边是在这个条件下才会出现的结果。

“ Zhǐyǒu….. Cái…..” liánjiē de shì yīgè tiáojiàn fùjù,“zhǐyǒu” hòubian


shì wéiyī de tiáojiàn,“cái” hòubian shì zài zhège tiáojiàn xià cái huì
chūxiàn de jiéguǒ.“ 只有 …..才… ..”digunakan untuk menghubungkan
dua klausa dari kalimat kompleks bersyarat, dengan“只有”menunjukkan
satu-satunya kondisi, dan“ 才 ” diikuti dengan hasil yang akan dicapai
hanya jika kondisi tersebut terpenuhi (HSK 标准教程 3,2014:172).
Contoh:
1. 只有写完作业,才能看电视。
Zhǐyǒu xiě wán zuòyè, cáinéng kàn diànshì.
Hanya jika selesai mengerjakan tugas, baru bisa menonton film.
2. 只有妈妈做的饭,她才爱吃。
Zhǐyǒu māmā zuò de fàn, tā cái ài chī.

xxxiii
Hanya jika ibunya yang memasak, baru dia suka makan.
b. 【一边 yībiān.....一边 yībiān.....】

“一边…..一边…..”表示两个动作同时进行。“一”可以省略。

“ Yībiān….. Yībiān…..” Biǎoshì liǎng gè dòngzuò tóngshí jinxing. “Yī”


kěyǐ shěnglüè. “一边…..一边…..”digunakan untuk menunjukkan dua
tindakan yang terjadi pada waktu yang bersamaan. “ 一 ” boleh
diabaikan/tidak digunakan (HSK 标准教程 3,2014:111).
Contoh:
1. 一边听音乐一边做作业。
Yībiān tīng yīnyuè yībiān zuò zuo yè.
Sambil mendengarkan musik sambil mengerjakan tugas.
2. 老师边说边笑。
Lǎoshī biān shuō biān xiào
Guru sambil berbicara sambil tersenyum.
c. 【一 yī …..就 jiù…..】

“一.....就.....”结构可表示两件事情紧接着发生。两件事情的

主语可以相同,也可以不同。 “ Yī..... Jiù.....” Jiégòu kě biǎoshì liǎng


jiàn shìqíng jǐn jiēzhe fāshēng. Liǎng jiàn shìqíng de zhǔyǔ kěyǐ xiāngtóng,
yě kěyǐ bùtóng. Struktur“一.....就.....”dapat menunjukkan dua hal terjadi
secara berurutan. Subjek dari dua hal tersebut bisa sama atau berbeda
(HSK 标准教程 4 上,2014:131).
Contoh:
1. 他一听音乐就想跳舞。
Tā yī tīng yīnyuè jiù xiǎng tiàowǔ.
Dia awalnya mendengarkan musik lalu ingin menari.
2. 我一放学就回宿舍了。
Wǒ yī fàngxué jiù huí sùshèle.
Setelah pulang sekolah saya kembali ke asrama.

2.8 Kerangka Berpikir

xxxiv
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian setelah dilakukan survei
dan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Mandarin di SMA Nurul Jadid
Probolinggo bahwa siswa di kelas XI IBB masih banyak yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pada mata pelajaran bahasa Mandarin,
khususnya pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin.

Oleh sebab itu, peneliti akan melaksanakan penelitian di SMA Nurul Jadid
Probolinggo dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas.
Diharapkan dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik
dapat memudahkan siswa dalam memahami materi, khususnya dalam
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin, serta membuat siswa lebih
semangat lagi dalam belajar bahasa Mandarin.

Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini menggunakan dua kelas,


yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sebelum penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas dilakukan, peneliti akan memberikan soal pretest pada
siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan
awal siswa. Selanjutnya pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan
menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas, sedangkan pada kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran secara langsung (ceramah) dan media
power point (PPT). Setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan masing-masing,
siswa akan diberikan soal posttest. Hasil pretest dan posttest akan dianalisis untuk
mengetahui pengaruh penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas
terhadap kemampuan menyusun kalimat bahasa Mandarin. Pada kelas eksperimen
juga akan dilakukan penyebaran angket untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas.

xxxv
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir

Penerapan model talking stick bermedia botol cerdas


untuk pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid, Probolinggo

Efektivitas Respon siswa kelas


Proses penerapan penerapan model XI IBB SMA Nurul
model talking stick talking stick Jadid Probolinggo
bermedia botol bermedia botol terhadap penerapan
cerdas dalam cerdas terhadap model talking stick
pembelajaran pembelajaran bermedia botol
penyusunan kalimat penyusunan kalimat cerdas dalam
bahasa Mandarin bahasa Mandarin pembelajaran
bagi siswa kelas XI bagi siswa kelas XI penyusunan kalimat
IBB SMA Nurul IBB SMA Nurul bahasa Mandarin.
Jadid Probolinggo. Jadid Probolinggo.
Probolinggo?

Rumus: Rumus: t-test & Rumus:


jumlah skor uji t-signifikasi f
P= ×100 P= ×100
skor kriterium n

Hasil penelitian
xxxvi
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2019:19)
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang mencobakan perlakuan
(treatment ) yaitu metode yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar
siswa. Artinya, penelitian eksperimen adalah perlakuan atau tindakan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mencari sebab dan akibat atau dampak dari
penerapan suatu kegiatan. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk
mengetahui pelaksanaan dan mencari tahu sebab akibat atau dampak dari
penerapan model Talking Stick bermedia Botol Cerdas untuk pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo, serta untuk mengetahui bagaimana respon siswa kelas XI IBB SMA
Nurul Jadid terhadap penggunaan model Talking Stick bermedia Botol Cerdas.
Desain penelitian ini merupakan True Eksperimental Design dengan
bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Sugiyono (2017:75)
mengemukakan bahwa True Eksperimental Design memiliki dua bentuk
penelitian yaitu, Posttest-Only Control Design dan Pretest-Posttest Control
Group Design. Pada penelitian ini bentuk True Eksperimental Design yang
digunakan oleh peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group Design, dengan
melibatkan dua kelas sebagai responden yaitu, kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Adapun bentuk desain penelitian dengan Pretest-Posttest Control Group
Design menurut Arikunto (2019: 125) ialah sebagai berikut:

E O1 X O2

K O3 O4

Keterangan:

xxxvii
E : Kelas Eksperimen

K : Kelas Kontrol

O1 : Pretest Kelas Eksperimen

O 2 : Posttest Kelas Kontrol

O3 : Pretest Kelas Eksperimen

O4 : Posttest Kelas Kontrol

X : Treatment Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen (E) merupakan kelas yang diberikan perlakuan khusus


yaitu dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas, sedangkan
untuk kelas kontrol (K) tidak diberikan perlakuan khusus atau tanpa menggunakan
model Talking Stick bermedia Botol Cerdas. Berikut adalah langkah-langkah
perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol:

1) Kelas Eksperimen
a. Guru memberikan soal pretest pada kelas eksperimen sebelum
dijelaskan materi tentang pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin yang ditandai dengan O1.
b. Guru memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan
menerapkan model Talking Stick bermedia Botol Cerdas dalam
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin yang ditandai
dengan X.
c. Guru memberikan soal posttest pada kelas eksperimen setelah
diberikan perlakuan khusus dalam pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin yang ditandai dengan O2.
2) Kelas Kontrol
a. Guru memberikan soal pretest pada kelas kontrol sebelum dijelaskan
materi tentang pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
yang ditandai dengan O3.
b. Guru memberikan materi pada kelas kontrol tanpa menggunakan
model Talking Stick bermedia Botol Cerdas.

xxxviii
c. Guru memberikan soal posttest pada kelas kontrol setelah dijelaskan
materi tentang pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
yang ditandai dengan O4.

Soal pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku di SMA Nurul Jadid Probolinggo. Hasil dari penerapan
model Talking Stick bermedia Botol Cerdas akan diketahui dengan cara E = O2 –
O1, sedangkan untuk kelas kontrol hasil akan diperoleh dengan cara K = O4 – O3.
Berikutnya hasil yang diperoleh dari data tersebut akan dianalisis secara statistik
guna menyampaikan pengaruh penerapan model Talking Stick bermedia Botol
Cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat Bahasa Mandarin bagi siswa
kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.

3.2 Populasi dan Sampel


Sugiyono (2017:80) menjelaskan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah
seluruh siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo yang terdiri dari 2
kelas yaitu kelas XI IBB 1 dan XI IBB 2 dengan jumlah keseluruhan 39 siswa.

Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2017:81) diartikan sebagai bagian


dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi, sampel merupakan
bagian populasi yang menjadi sumber data dari sebuah penelitian. Pada penelitian
ini teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik
cluster random sampling. Sugiyono (2017:94) menyatakan cluster random
sampling merupakan teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel
yang jangkauan nya sangat luas. Adapun sampel dalam penelitian ini ialah siswa
kelas XI IBB 1 dengan jumlah 17 siswa, dan siswa kelas XI IBB 2 dengan jumlah
22 siswa yang di masing-masing kelas akan dibagi menjadi kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

xxxix
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini ada tiga tahapan, yaitu:
1) Observasi
Pertama adalah observasi atau bisa disebut pengamatan, kegiatan
ini meliputi pemuatan perhatian terhadap suatu objek menggunakan
seluruh alat indra. Sugiyono (2017:145) mengemukakan kegiatan
observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik jika dibandingkan dengan teknik lain (wawancara dan
kuisioner). Jika wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi lebih luas atau tidak terbatas pada orang, tetapi
juga objek-objek alam yang lain. Obsevasi dilakukan dengan tujuan untuk
menjawab rumusan masalah pertama yaitu untuk mengetahui bagaimana
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA
Nurul Jadid Probolinggo.
2) Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan, serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok (Arikunto,
2019:193). Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa
pretest dan posttest. Soal pretest diberikan kepada siswa sebelum
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa dalam menyusun kalimat bahasa
Mandarin. Sedangkan soal posttest akan diberikan setelah penggunaan
model Talking Stick bermedia botol cerdas selesai dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui hasil penerapan model Talking Stick bermedia
botol cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.
3) Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden (Sugiyono, 2017:142). Angket akan diberikan kepada

xl
siswa kelas eksperimen setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model Talking Stick bermedia botol cerdas selesai dilaksanakan. Tahapan
ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui respon siswa kelas XI IBB
SMA Nurul Jadid Probolinggo terhadap penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin. Angket yang diberikan berisi 10 macam pertanyaan. Siswa
cukup memilih jawaban yang menurutnya paling sesuai dengan
memberikan tanda centang (√).

3.4 Instrumen Penelitian


Menurut Hikmawati (2020:30) instrumen penelitian adalah alat peneliti
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang menjadi fokus peneliti, dan
fenomena tersebut secara spesifik disebut dengan variable. Sugiyono (2017:222)
menyatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, intrumen penelitian dapat berupa
test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuisioner. Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah berupa lembar pengamatan
untuk mengamati aktivitas guru dan siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol selama kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui proses penerapan model Talking Stick bermedia
botol cerdas dalam pembelajaran bahasa Mandarin khususnya pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin. Karena penelitian ini dilaksanakan
selama tiga kali pertemuan, maka terdapat masing-masing tiga lembar
observasi siswa dan guru pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sistem
skor yang diberikan dari macam-macam aktivitas dalam lembar pengamatan
yakni, “sangat baik” skornya 4, “baik” skornya 3, “kurang” skornya 2, dan
“tidak baik” skornya 1. Pengamat cukup memberikan tanda centang (√) saja
sesuai yang diamati.

2) Lembar Tes
Lembar soal pretest dan posttest diberikan kepada siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan kepada kelas

xli
eksperimen dan kelas kontrol sama. Lembar soal pretest diberikan sebelum
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas untuk mengetahui
kemampuan bahasa Mandarin siswa. Lembar soal posttest diberikan setelah
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas untuk mengetahui hasil
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas.

Soal pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa berjumlah 20


butir soal, yang terdiri dari 5 butir soal mengisi dialog rumpang, 4 butir soal
menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar, 6 butir soal membuat
kalimat dari tata bahasa yang telah tercantum dalam lembar soal, terakhir 5
butir soal membuat kalimat sesuai gambar. Sebelum diberikan kepada siswa,
soal-soal pretest dan posttest akan divalidasi terlebih dahulu oleh dosen ahli
bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya.

Jumlah skor dari masing-masing bagian soal berbeda-beda, untuk soal


bagian pertama yaitu mengisi dialog rumpang, setiap jawaban benar mendapat
skor 4, jadi 5 × 4 = 20. Soal bagian kedua menyusun kata acak menjadi
kalimat yang benar, setiap jawaban benar mendapat skor 5, jadi 4 × 5 = 20.
Soal bagian ketiga membuat kalimat dari tata bahasa yang telah tercantum
dalam lembar soal, setiap jawaban benar mendapat skor 5, jadi 6 × 5 = 30.
Soal bagian terakhir membuat kalimat sesuai gambar, setiap jawaban benar
mendapat skor 4, jadi 5 × 4 = 20. Sehingga jika siswa dapat menjawab semua
soal dengan benar maka akan mendapatkan nilai 100.

3) Lembar Angket
Lembar angket hanya diberikan kepada kelas eksperimen setelah
mendapat perlakuan dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas.
Lembar angket diberikan dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa
terhadap model Talking Stick bermedia botol cerdas. Isi dari lembar angket
yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas terhadap pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin. Dalam lembar angket, peneliti telah
menyediakan beberapa pilihan jawaban, siswa tinggal memilih jawaban yang

xlii
paling tepat. Terdapat 4 pilihan jawaban yang telah disediakan oleh peneliti
dalam lembar angket, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS),
dan tidak setuju (TS).

3.5 Uji Validasi Instrumen


Uji validasi instrumen merupakan rangkaian yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian. Uji validasi instrumen ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen penelitian yang digunakan dalam
proses pengambilan data saat pelaksanaan penelitian.
1) Lembar Observasi
Pada lembar observasi, peneliti akan melakukan validasi terlebih
dahulu kepada dosen ahli pembelajaran Universitas Negeri Surabaya
sebelum diberikan kepada siswa. Lembar observasi baru bisa digunakan
dalam kegiatan penelitian setelah dilaksanakan uji validasi dan dirasa
sudah benar dan sesuai.
2) Lembar Tes (Pretest dan Posttest)
Lembar soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest
dan posttest. Lembar soal tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh
dosen ahli bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya. Validasi pada
lembar soal pretest dan posttest ini perlu dilakukan untuk mengetahui
kelayakan soal-soal yang akan diberikan kepada siswa pada saat
penelitian. Setelah dirasa benar dan sesuai, barulah peneliti dapat
menggunakan soal-soal dan siap diberikan kepada siswa.
3) Lembar Angket
Sama halnya dengan lembar observasi dan lembar soal pretest dan
posttest, lembar angkat juga perlu dilakukan validasi terlebih dahulu oleh
dosen ahli bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya. Lembar angket
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran
bahasa Mandarin khususnya pembelajaran penyusunan kalimat bahasa

xliii
Mandarin. Setelah dilakukan validasi, barulah peneliti dapat menggunakan
lembar angket dan siap diberikan kepada siswa.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data


Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengumpulkan data
pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
Tahap Persiapan
1) Peneliti melakukan observasi lapangan untuk mengecek kondisi
sekolah dan siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.
2) Wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran bahasa Mandarin
di SMA Nurul Jadid Probolinggo terkait penelitian yang akan
dilaksanakan.
3) Meminta izin kepada kepala sekolah SMA Nurul Jadid Probolinggo
untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
4) Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol menggunakan teknik simple random sampling sehingga
diperoleh kelas XI IBB 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IBB
2 sebagai kelas kontrol.
5) Menyiapkan instrumen penelitian, antara lain:
a. RPP
b. Materi yang akan digunakan dalam penelitian
c. Lambar soal pretest dan posttest
d. Lembar angket
e. Model pembalajaran Talking Stick
f. Media botol cerdas
6) Validasi Instrumen:
a. Lembar validasi ahli materi, model dan media pembelajaran
b. RPP
c. Lembar soal pretest dan posttest
d. Lembar observasi
e. Lembar angket

xliv
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, penelitian ini berlangsung dalam 3 kali
pertemuan dari masing-masing kelas (3 kali pertemuan pada kelas
eksperimen dan 3 kali pertemuan pada kelas kontrol). Setiap kali pertemuan
berlangsung selama 2 jam pelajaran atau 2 x 30 menit. Berikut tabel
pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.1
Tahap Pelaksanaan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
A. Pertemuan pertama A. Pertemuan pertama
1. Guru memberikan lembar 1. Guru memberikan lembar
soal pretest kepada siswa. soal pretest kepada siswa.
Kemudian siswa Kemudian siswa
mengerjakan soal pretest mengerjakan soal pretest.
tersebut. 2. Guru menyampaikan materi
2. Guru menyampaikan materi pelajaran bahasa Mandarin
pelajaran bahasa Mandarin sesuai buku ajar yang
sesuai buku ajar yang digunakan oleh sekolah.
digunakan oleh sekolah.
B. Pertemuan kedua B. Pertemuan kedua
1. Guru memberikan 1. Guru melaksanakan
penjelasan kepada siswa pembelajaran bahasa
tentang penggunaan model Mandarin khususnya
Talking Stick bermedia botol pembelajaran penyusunan
cerdas dalam pembelajaran kalimat bahasa Mandarin
bahasa Mandarin. menggunakan media power
2. Guru melaksanakan point (PPT).
pembelajaran bahasa
Mandarin khususnya
pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin

xlv
dengan menggunakan model
Talking Stick bermedia botol
cerdas.
C. Pertemuan Ketiga C. Pertemuan Ketiga
1. Guru memberikan lembar 1. Guru memberikan lembar
posttest kepada siswa, soal posttest kepada siswa,
kemudian siswa kemudian siswa
mengerjakan soal tersebut. mengerjakan soal tersebut.
2. Guru memberikan lembar
angket, kemudian siswa
menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam angket
tersebut.

3.7 Teknik Analisi Data


Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah data seluruh
responden terkumpul. Sugiyono (2017:244) menyatakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami dan bermanfaat bagi orang
lain. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan ialah sebagai berikut:
3.7.1 Analisis Data Observasi
Hasil data yang diperoleh dari lembar observasi saat pelaksanaan
penelitian di SMA Nurul Jadid Probolinggo akan dianalisis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

Keterangan:
P = Persentase

xlvi
Skor Kriterium = Skor tertinggi tiap item × jumlah item
Hasil persentase dari rumus tersebut, akan disajikan dalam bentuk
tabel. Menurut Riduwan (2012:23) hasil persentase tersebut dapat
diklasifikasi dan disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 3.2
Kriteria Interpretasi Skor Hasil Observasi
Persentase Keterangan
0% - 20% Sangat Kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik

3.7.2 Analisi Data Tes


Dalam menghitung hasil analisis data test pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol peneliti menggunakan rumus t-test yakni sebagai berikut:

Mx−My
t=

√( ∑ x +∑ y
)(
2 2

x
N + N −2
y
1
+
1
Nx Ny )
Keterangan :
t : Uji t perbedaan dua mean
Mx : Nilai rata-rata kelas kontrol
My : Nilai rata-rata kelas eksperimen

∑x
2
: Jumlah kuadrat beda kelas kontrol

∑y
2
: Jumlah kuadrat beda kelas eksperimen
Nx : Jumlah subjek kelas kontrol
Ny : Jumlah subjek kelas eksperimen

Berikut langkah-langkah dalam menghitung nilai t-test :

xlvii
1) Menghitung nilai rata-rata atau mean pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol :

M x=
∑x M y=
∑y
N N
Keterangan :
Mx : Nilai rata-rata kelas kontrol
My : Nilai rata-rata kelas eksperimen
∑x : Jumlah beda kelas kontrol

∑y : Jumlah beda kelas eksperimen


N : Jumlah subjek

2) Menghitung kuadrat deviasi :

∑ x 2=∑ x 2−¿ ¿ ¿¿ ∑ y 2=∑ y 2−¿ ¿ ¿ ¿


Keterangan :
∑ x2 : Jumlah kuadrat beda kelas kontrol

∑ x2 : Jumlah kuadrat beda kelas eksperimen


¿ : Hasil kuadrat beda kelas kontrol
¿ : Hasil kuadrat beda kelas eksperimen
N : Jumlah subjek

3.7.3 Pembuktian Hipotesis


Menurut Arikunto (2019:116) langkah-langkah dalam uji pembuktian
hipotesis perbedaan dua mean adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis H o dan H a untuk taraf signifikasi pada kelas
eksperimen. H o tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara M pre
dan M post pada kelas eksperimen, sedangkan H a terdapat perbedaan
yang signifikan antara M pre dan M post pada kelas eksperimen.
Keterangan:
M pre : Rata-rata soal pretest pada kelas eksperimen
M post : Rata-rata soal posttest pada kelas eksperimen

xlviii
b. Menentukan taraf kepercayaan 99% atau taraf signifikasi 1% (0,01).
Taraf siginifikan dijadikan kriteria dalam penerimaan ataupun
penolakan hipotesis.
c. Menentukan kriteria H o yang diterima atau ditolak. H o diterima jika t-
test ≤ t (0,01 db), dan H o ditolak jika t-test ≥ t (0,01 db).
d. Analisis data menggunakan t-test.
e. Menguji data hipotesis dan menarik kesimpulan.

xlix
3.7.4 Analisis Data Angket
Setelah penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas selesai
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberi angket untuk
mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin. Data angket tersebut terdiri dari 4 macam kriteria nilai sebagai
berikut:
Sangat setuju (SS) :4
Setuju (S) :3
Kurang setuju (KS) :2
Tidak setuju (TS) :1

Data angket respon siswa terhadap penerapan model Talking Stick


bermedia botol cerdas, selanjutnya akan dianalisis menggunakan rumus
berikut:

f
P= ×100
n
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah subjek (siswa)

Hasil kesimpulan dari klasifikasi persentase tersebut dapat disajikan


dalam bentuk tabel. Riduwan (2012:23) menyatakan hasil kesimpulan dari
klasifikasi persentase dapat diketahui menggunakan skala likert yang
disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 3.3
Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket
Persentase Keterangan
0% - 20% Sangat Kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik

l
81% - 100% Sangat Baik

li
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Data hasil penelitian dan analisis mengenai penerapan model
Talking Stick bermedia botol cerdas terhadap pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo akan diuraikan pada bab ini. Penelitian ini dilakukan sebanyak
3 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan pada kelas XI IBB 1 dan 3 kali
pertemuan pada kelas XI IBB 2 yang di dalamnya terbagi menjadi
kelompok atau kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil penelitian yang dilakukan di kelas XI IBB 1 dan XI IBB 2
SMA Nurul Jadid Probolinggo bertujuan untuk menjawab rumusan masalah
pada penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah 1)
Bagaimana proses penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas
terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa
kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo, 2) Bagaimana efektivitas
penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas terhadap
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI
IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo, 3) Bagaimana respon siswa kelas XI
IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo terhadap penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin. Dalam memperoleh hasil dari rumusan masalah tersebut, peneliti
menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi guru
dan siswa untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, lembar soal
pretest dan posttest untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, dan
lembar angket respon siswa setelah penerapan model Talking Stick bermedia
botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga.

35
4.1.1 Proses penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas
terhadap Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin
Setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada kelas XI IBB 1 dan
XI IBB 2 serta penerapan model pembelajaran Talking Stick bermedia botol
cerdas dalam proses pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
pada kelas eksperimen, peneliti melaksanakan salah satu proses
pengambilan data yaitu dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa. Proses pengambilan data observasi
tersebut dilakukan selama 2 kali pertemuan, yang masing-masing pertemuan
berdurasi 60 menit. Lembar observasi tersebut diisi oleh guru bahasa
Mandarin SMA Nurul Jadid Probolinggo.
Kegiatan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran bahasa Mandarin di kelas khususnya
dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin menggunakan
model Talking Stick bermedia botol cerdas. Observer akan mengamati,
kemudian mengisi lembar observasi yang telah disediakan sesuai
pengamatan.
Berikut data hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang telah diisi oleh observer atau guru mata
pelajaran bahasa Mandarin SMA Nurul Jadid Probolinggo:
a. Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa kelas eksperimen
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Kelas
Eksperimen
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
1 √ 3
Pembelajaran (RPP)
Mengondisikan suasana kelas agar
2 √ 3
kondusif
Pendahuluan

36
1 Membuka kegiatan pembelajaran √ 4
2 Mengecek daftar kehadiran siswa √ 4
Menyampaikan tujuan
3 √ 3
pembelajaran
Kegiatan Inti
Memberikan soal pretest pada
1 √ 4
siswa
Menyampaikan materi
2 √ 4
pembelajaran sesuai tema
Mengamati siswa selama kegiatan
3 √ 3
pembelajaran berlangsung
Memberikan kesempatan kepada
4 siswa untuk bertanya terkait materi √ 4
yang disampaikan
Penutup
Mengajak siswa untuk
1 menyimpulkan materi pelajaran √ 3
bersama-sama
2 Menutup kegiatan pembelajaran √ 4
Pengelolaan Waktu
Melaksanakan kegiatan
1 pembelajaran sesuai alokasi waktu √ 4
yang telah ditetapkan
Melaksanakan kegiatan
2 √ 3
pembelajaran sesuai RPP
Jumlah 18 28 46
Persentase 88,4%
Data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan pertama
kelas eksperimen yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

37
46
P= × 100
13 x 4

46
P= ×100
52

P=88 , 4 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada


pertemuan pertama kelas eksperimen tersebut, setelah dianalisis
menggunakan skala likert diperoleh persentase 88,4%. Dapat dikatakan
proses pembelajaran pada pertemuan pertama kelas eksperimen dalam
perhitungan skala likert termasuk kategori sangat baik.

Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Kelas
Eksperimen
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
1 √ 3
Pembelajaran (RPP)
Mempersiapkan media
2 √ 4
pembelajaran
Mengondisikan suasana kelas agar
3 √ 3
kondusif
Pendahuluan
1 Membuka kegiatan pembelajaran √ 4
2 Mengecek daftar kehadiran siswa √ 4
Menyampaikan tujuan
3 √ 3
pembelajaran
Menjelaskan model Talking Stick
4 dan media botol cerdas yang akan √ 4
digunakan dalam pembelajaran
Kegiatan Inti

38
Menyampaikan materi sesuai tema
1 dengan menggunakan model √ 4
Talking Stick bermedia botol cerdas
Mengamati siswa selama kegiatan
2 √ 3
pembelajaran berlangsung
Memberikan kesempatan kepada
3 siswa untuk bertanya terkait materi √ 4
yang disampaikan
Penutup
Mengajak siswa untuk
1 menyimpulkan materi pelajaran √ 3
bersama-sama
2 Menutup kegiatan pembelajaran √ 4
Pengelolaan Waktu
Melaksanakan kegiatan
1 pembelajaran sesuai alokasi waktu √ 4
yang telah ditetapkan
Melaksanakan kegiatan
2 √ 3
pembelajaran sesuai RPP
Jumlah 18 32 50
Persentase 89,2%
Data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan kedua
kelas eksperimen yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

50
P= ×100
14 x 4

50
P= ×100
56

P=89 ,2 %

39
Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada
pertemuan kedua kelas eksperimen tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 89,2%. Dapat dikatakan proses
pembelajaran pada pertemuan kedua menggunakan model Talking Stick
bermedia botol cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin kelas eksperimen dalam perhitungan skala likert termasuk
kategori sangat baik.

Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama Kelas
Eksperimen
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Siswa memperhatikan guru saat
1 √ 3
menjelaskan tujuan pembelajaran
Siswa tertib dan aktif selama
2 √ 3
kegiatan pembelajaran berlangsung
Siswa mengerjakan soal pretest
3 √ 3
dengan jujur dan tepat waktu
Siswa menyimak materi yang
4 √ 4
disampaikan oleh guru
Siswa bersemangat dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran
5 penyusunan kalimat bahasa √ 4
Mandarin menggunakan model
Talking Stick bermedia botol cerdas
Siswa termotivasi dalam mengikuti
6 pembelajaran menggunakan model √ 4
Talking Stick bermedia botol cerdas
Siswa bertanya kepada guru jika
7 √ 3
ada materi yang belum paham
Siswa dapat menyimpulkan materi
8 √ 3
yang telah dijelaskan oleh guru

40
Jumlah 15 12 27
Persentase 84,3%
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada pertemuan
pertama kelas eksperimen yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

27
P= ×100
8x4

27
P= ×100
32

P=84 , 3 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada


pertemuan pertama kelas eksperimen tersebut, setelah dianalisis
menggunakan skala likert diperoleh persentase 84,3%. Dapat dikatakan
proses pembelajaran pada pertemuan pertama kelas eksperimen dalam
perhitungan skala likert termasuk kategori sangat baik.

Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Kelas
Eksperimen
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Siswa memperhatikan guru saat
1 √ 3
menjelaskan tujuan pembelajaran
Siswa menyimak materi yang
2 √ 4
disampaikan oleh guru
Siswa tertib dan aktif selama
kegiatan pembelajaran
3 √ 3
menggunakan model Talking Stick
bermedia botol cerdas

41
Siswa bersemangat dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran
4 penyusunan kalimat bahasa √ 4
Mandarin menggunakan model
Talking Stick bermedia botol cerdas
Siswa termotivasi dalam mengikuti
5 pembelajaran menggunakan model √ 4
Talking Stick bermedia botol cerdas
Siswa dapat menjawab pertanyaan
6 dari guru melalui model Talking √ 3
Stick bermedia botol cerdas
Siswa dapat mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru melalui
7 √ 3
model Talking Stick bermedia botol
cerdas
Siswa senang mengikuti
8 pembelajaran menggunakan model √ 4
Talking Stick bermedia botol cerdas
Siswa bertanya kepada guru jika
9 √ 4
ada materi yang belum paham
Siswa dapat menyimpulkan materi
10 √ 3
yang telah dijelaskan oleh guru
Jumlah 18 16 34
Persentase 85%
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua
kelas eksperimen yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

34
P= × 100
10 x 4

42
34
P= ×100
40

P=85 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada


pertemuan kedua kelas eksperimen tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 85%. Dapat dikatakan proses pembelajaran
pada pertemuan kedua kelas eksperimen menggunakan model Talking Stick
bermedia botol cerdas terhadap pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin dalam perhitungan skala likert termasuk kategori sangat baik.

b. Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa kelas kontrol


Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Kelas
Kontrol
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
1 √ 3
Pembelajaran (RPP)
Mengondisikan suasana kelas agar
2 √ 3
kondusif
Pendahuluan
1 Membuka kegiatan pembelajaran √ 4
2 Mengecek daftar kehadiran siswa √ 4
Menyampaikan tujuan
3 √ 3
pembelajaran
Kegiatan Inti
Memberikan soal pretest pada
1 √ 4
siswa
Menyampaikan materi
2 √ 4
pembelajaran sesuai tema
3 Mengamati siswa selama kegiatan √ 3

43
pembelajaran berlangsung
Memberikan kesempatan kepada
4 siswa untuk bertanya terkait √ 4
materi yang disampaikan
Penutup
Mengajak siswa untuk
1 menyimpulkan materi pelajaran √ 3
bersama-sama
2 Menutup kegiatan pembelajaran √ 4
Pengelolaan Waktu
Melaksanakan kegiatan
1 pembelajaran sesuai alokasi waktu √ 4
yang telah ditetapkan
Melaksanakan kegiatan
2 √ 3
pembelajaran sesuai RPP
Jumlah 18 28 46
Persentase 88,4%
Data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan pertama
kelas kontrol yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

46
P= × 100
13 x 4

46
P= ×100
52

P=88 , 4 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada


pertemuan pertama kelas kontrol tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 88,4%. Dapat dikatakan proses

44
pembelajaran pada pertemuan pertama kelas kontrol dalam perhitungan
skala likert termasuk kategori sangat baik.

Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Kelas
Kontrol
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
1 √ 3
Pembelajaran (RPP)
Mempersiapkan materi dengan
2 √ 3
media power point (PPT)
Mengondisikan suasana kelas
3 √ 3
agar kondusif
Pendahuluan
1 Membuka kegiatan pembelajaran √ 4
2 Mengecek daftar kehadiran siswa √ 4
Menyampaikan tujuan
3 √ 3
pembelajaran
Kegiatan Inti
Menyampaikan materi sesuai
1 tema dengan menggunakan media √ 4
power point (PPT)
Mengamati siswa selama kegiatan
2 √ 3
pembelajaran berlangsung
Memberikan kesempatan kepada
3 siswa untuk bertanya terkait √ 4
materi yang disampaikan
Penutup
1 Mengajak siswa untuk √ 3
menyimpulkan materi pelajaran

45
bersama-sama
2 Menutup kegiatan pembelajaran √ 4
Pengelolaan Waktu
Melaksanakan kegiatan
1 pembelajaran sesuai alokasi √ 4
waktu yang telah ditetapkan
Melaksanakan kegiatan
2 √ 4
pembelajaran sesuai RPP
Jumlah 21 24 45
Persentase 86,5%
Data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan pertama
kelas kontrol yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

45
P= × 100
13 x 4

45
P= ×100
52

P=86 ,5 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru pada


pertemuan kedua kelas kontrol tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 86,5%. Dapat dikatakan proses
pembelajaran pada pertemuan kedua kelas kontrol dalam perhitungan skala
likert termasuk kategori sangat baik.

Tabel 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama Kelas
Kontrol
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4

46
Siswa memperhatikan guru saat
1 √ 3
menjelaskan tujuan pembelajaran
Siswa tertib dan aktif selama
2 √ 3
kegiatan pembelajaran berlangsung
Siswa mengerjakan soal pretest
3 √ 3
dengan jujur dan tepat waktu
Siswa menyimak materi yang
4 √ 3
disampaikan oleh guru
Siswa bersemangat dan antusias
5 √ 3
dalam mengikuti pembelajaran
Siswa termotivasi dalam mengikuti
6 √ 3
pembelajaran
Siswa bertanya kepada guru jika
7 √ 4
ada materi yang belum paham
Siswa dapat menyimpulkan materi
8 √ 3
yang telah dijelaskan oleh guru
Jumlah 21 4 25
Persentase 78,1%
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada pertemuan
pertama kelas kontrol yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

25
P= ×100
8x4

25
P= × 100
32

P=78 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada


pertemuan pertama kelas kontrol tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 78%. Dapat dikatakan proses pembelajaran

47
pada pertemuan pertama kelas kontrol dalam perhitungan skala likert
termasuk kategori baik.

Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Kelas
Kontrol
Penilaian
No. Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Siswa memperhatikan guru saat
1 √ 3
menjelaskan tujuan pembelajaran
Siswa menyimak materi yang
2 √ 3
disampaikan oleh guru
Siswa tertib dan aktif selama
3 √ 3
kegiatan pembelajaran berlangsung
Siswa bersemangat dan antusias
4 √ 3
dalam mengikuti pembelajaran
Siswa termotivasi dalam mengikuti
5 √ 3
pembelajaran
Siswa dapat menjawab pertanyaan
6 √ 3
dari guru
Siswa dapat mengerjakan tugas
7 √ 3
yang diberikan oleh guru
Siswa senang mengikuti
8 √ 3
pembelajaran
Siswa bertanya kepada guru jika
9 √ 4
ada materi yang belum paham
Siswa dapat menyimpulkan materi
10 √ 3
yang telah dijelaskan oleh guru
Jumlah 27 4 31
Persentase 77,5%
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua
kelas kontrol yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dihitung
menggunakan rumus skala likert, sebagai berikut:

48
jumlah skor
P= × 100
skor maksimum(kriterium untuk seluruh item)

31
P= × 100
10 x 4

31
P= ×100
40

P=77 ,5 %

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada


pertemuan kedua kelas kontrol tersebut, setelah dianalisis menggunakan
skala likert diperoleh persentase 77,5%. Dapat dikatakan proses
pembelajaran pada pertemuan kedua kelas kontrol dalam perhitungan skala
likert termasuk kategori baik.

4.1.2 Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas terhadap


Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin
Pada penelitian ini, proses pengambilan data untuk menjawab
rumusan masalah yang kedua yaitu bagaimana efektivitas penerapan model
Talking Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo, diperoleh melalui analisis data pretest dan posttest. Kegiatan
pretest dan posttest dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui perubahan kemampuan menyusun kalimat bahasa
Mandarin siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo. Penelitian ini
menggunakan cluster random sampling, yang dilakukan secara acak pada
kelas XI IBB 1 dan XI IBB 2 untuk dikelompokkan menjadi kelompok kecil
yang dinamakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen, proses pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
dilakukan dengan menerapkan model Talking Stick bermedia botol cerdas,
sedangkan pada kelas kontrol hanya menggunakan media power point saja
tanpa diterapkan model Talking Stick bermedia botol cerdas.
Soal pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa berjumlah 20
butir soal, yang terdiri dari 5 butir soal mengisi dialog rumpang, 4 butir soal

49
menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar, 6 butir soal membuat
kalimat dari tata bahasa yang telah tercantum dalam lembar soal, terakhir 5
butir soal membuat kalimat sesuai gambar. Berikut data hasil pretest dan
posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol:
a. Data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen XI IBB SMA
Nurul Jadid Probolinggo
Tabel 4.9
Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
Nilai
No. Nama
Pretest Posttest
1. ACB 78 95
2. AZA 34 72
3. AFA 45 85
4. AN 60 92
5. FAMA 31 87
6. MIP 40 85
7. MM 39 80
8. MZR 49 84
9. ANI 38 78
10. CSA 43 78
11. FAH 51 88
12. IMF 43 87
13. QADA 72 95
14. RK 43 78
15. SDNAP 46 80
16. TK 80 90
17. VKSP 39 73
Jumlah 831 1427
Rata-rata 48,88 83, 94

Pada pelaksanaan pretest dan posttest kelas eksperimen


terdapat 2 siswa yang tidak hadir dengan keterangan izin. Untuk
menghindari data yang tidak valid, maka 2 siswa yang tidak hadir
tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan nilai pretest dan
posttest. Jadi, jumlah siswa yang terhitung dan telah mengerjakan
soal pretest dan posttest pada kelas eksperimen adalah 17 siswa yang
terdiri dari 8 siswa dan 9 siswi.

50
Data hasil pretest pada kelas eskperimen tersebut selanjutnya
dihitung untuk nilai rata-rata (mean) dengan rumus berikut:

M y1 = ∑y
N

831
=
17

= 48,88

Hasil nilai pretest yang diperoleh dari kelas eksperimen


setelah dijumlahkan adalah 831 dan menghasilkan nilai rata-rata
48,48. Dari hasil pelaksanaan pretest kelas eksperimen hanya
terdapat 2 siswa yang nilainya di atas Kriteria Kelulusan Minimal
(KKM) yaitu dengan nilai tertinggi 80, sedangkan 15 siswa lainnya
belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) dengan nilai
terendah yaitu 31. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan
pemahaman siswa terhadap pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin terbilang cukup karena nilai rata-rata yang
diperoleh siswa belum memenuhi standar nilai KKM.
Selanjutnya untuk data hasil posttest kelas eskperimen juga
dihitung nilai rata-rata (mean) dengan rumus berikut:

M y2 = ∑y
N

1427
=
17

= 83,94

Hasil nilai posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen


setelah dijumlahkan adalah 1427 dan menghasilkan nilai rata-rata
83,94. Dari hasil pelaksanaan posttest kelas eksperimen tersebut
terdapat 15 siswa yang nilainya berhasil di atas Kriteria Kelulusan
Minimal (KKM) yaitu dengan nilai tertinggi 95, sedangkan 2 siswa
lainnya masih belum mampu memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal
(KKM) dengan nilai terendah yaitu 72. Berdasarkan hasil tersebut,

51
dapat disimpulkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin setelah penerapan model
pembelajaran Talking Stick bermedia botol cerdas mengalami
peningkatan dengan nilai rata-rata yang diperoleh ialah 83,94. Nilai
tersebut sudah dapat dikategorikan sangat baik berdasarkan tabel
skala likert.

b. Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol XI IBB SMA Nurul
Jadid Probolinggo
Tabel 4.10
Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
No Nilai
Nama
. Pretest Posttest
1. ADA 84 90
2. ARHIH 36 62
3. FZZF 45 68
4. GFF 40 67
5. IMA 59 83
6. KAMA 55 74
7. NB 57 73
8. RZI 45 87
9. DNH 70 74
10. DSR 60 78
11. ELS 55 76
12. FD 48 58
13. GN 57 74
14. HN 30 59
15. IS 63 77
16. MZ 62 76
17. RZH 64 82
18. ZJH 24 62
Jumlah 954 1320
Rata-rata 53 73,33

Pada pelaksanaan pretest dan posttest kelas kontrol terdapat 2


siswa yang tidak hadir dengan keterangan sakit. Untuk menghindari
data yang tidak valid, maka 2 siswa yang tidak hadir tersebut tidak
diikut sertakan dalam perhitungan nilai pretest dan posttest. Jadi

52
jumlah siswa yang terhitung dan telah mengerjakan soal pretest dan
posttest pada kelas kontrol adalah 18 siswa, yang terdiri dari 9 siswa
dan 10 siswi.
Data hasil pretest pada kelas kontrol tersebut selanjutnya
dihitung untuk nilai rata-rata (mean) dengan rumus berikut:

M y1 = ∑y
N

954
=
18

= 53

Hasil nilai pretest yang diperoleh dari kelas kontrol setelah


dijumlahkan adalah 954 dan menghasilkan nilai rata-rata 53. Dari
hasil pelaksanaan pretest kelas kontrol hanya terdapat 1 siswa yang
nilainya di atas Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) dengan nilai 84,
sedangkan 17 siswa lainnya belum memenuhi Kriteria Kelulusan
Minimal (KKM) dengan nilai terendah yaitu 24. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin terbilang cukup
karena nilai rata-rata yang diperoleh siswa belum memenuhi standar
nilai KKM.
Selanjutnya untuk data hasil posttest kelas kontrol juga
dihitung nilai rata-rata (mean) dengan rumus berikut:

M y2 = ∑y
N

1320
=
18

= 73,33

Hasil nilai posttest yang diperoleh dari kelas kontrol setelah


dijumlahkan adalah 1320 dan menghasilkan nilai rata-rata 73,33.
Dari hasil pelaksanaan posttest kelas kontrol tersebut terdapat 7
siswa yang nilainya berhasil di atas Kriteria Kelulusan Minimal

53
(KKM) yaitu dengan nilai tertinggi 90, sedangkan 11 siswa lainnya
masih belum mampu memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal (KKM)
dengan nilai terendah yaitu 58. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin mengalami peningkatan dengan nilai rata-
rata yang diperoleh ialah 73,33. Nilai tersebut sudah dapat
dikategorikan baik berdasarkan tabel skala likert meskipun
memenuhi standar Kriteria Kelulusan Minimal (KKM).

c. Analisis hasil data t-signifikasi pada kelas eksperimen dan kelas


kontrol
Untuk mengetahui keefektifan penerapan model Talking
Stick bermedia botol cerdas terhadap pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin, maka peneliti menganalisis data hasil
pretest dan posttest dengan menggunakan rumus uji t-signifikasi
yakni sebagai berikut:
Tabel 4.11
Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen (XI IBB 1
& XI IBB 2)
Nilai 2
No. Nama y y
Pretest Posttest
1. ACB 78 95 17 289
2. AZA 34 72 38 1444
3. AFA 45 85 40 1600
4. AN 60 92 32 1024
5. FAMA 31 87 56 3136
6. MIP 40 85 45 2025
7. MM 39 80 41 1681
8. MZR 49 84 35 1225
9. ANI 38 78 40 1600
10. CSA 43 78 35 1225
11. FAH 51 88 37 1369
12. IMF 43 87 44 1936
13. QADA 72 95 23 529
14. RK 43 78 35 1225
15. SDNAP 46 80 34 1156

54
16. TK 80 90 10 100
17. VKSP 39 73 34 1156
Jumlah 831 1427 596 22720
Rata-rata 48,88 83, 94 35, 05

Dari data yang dihasilkan tersebut, untuk memperoleh nilai


rata-rata kelas eksperimen maka nilai rata-rata (mean) dan kuadrat
deviasi beda pretest dan posttest dihitung menggunakan rumus
berikut:

My = ∑d
N

596
=
17

= 35,05

Untuk data t-signifikasi dihitung menggunakan rumus berikut:

∑ y 2 = ∑ y 2−¿ ¿ ¿
2
(596)
= 22720 -
17
355216
= 22720 -
17
= 22720 – 20895,05
= 1824,95

Tabel 4.12
Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol (XI IBB 1 &
XI IBB 2)
Nilai 2
No. Nama y y
Pretest Posttest
1. ADA 84 90 6 36
2. ARHIH 36 62 26 676
3. FZZF 45 68 23 529
4. GFF 40 67 27 729
5. IMA 59 83 24 576
6. KAMA 55 74 19 361

55
7. NB 57 73 16 256
8. RZI 45 87 36 1296
9. DNH 70 74 4 16
10. DSR 60 78 18 324
11. ELS 55 76 21 441
12. FD 48 58 10 100
13. GN 57 74 17 289
14. HN 30 59 29 841
15. IS 63 77 14 196
16. MZ 62 76 14 196
17. RZH 64 82 18 729
18. ZJH 24 62 38 1444
Jumlah 954 1320 360 9035
Rata-rata 53 73,33 20

Dari data yang dihasilkan tersebut, untuk memperoleh nilai


rata-rata kelas kontrol maka nilai rata-rata (mean) dan kuadrat
deviasi beda pretest dan posttest dihitung menggunakan rumus
berikut:

Mx = ∑d
N

360
=
18

= 20

Untuk data t-signifikasi dihitung menggunakan rumus berikut:

∑ x 2 = ∑ x 2−¿ ¿ ¿
2
(360)
= 9035 -
18
129600
= 9035 -
18
= 9035 – 7200
= 1835
Setelah mendapatkan hasil perhitungan data pretest dan
posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol XI IBB SMA

56
Nurul Jadid, langkah selanjutnya ialah menganalisis data tes dengan
menghitung t-signifikasi menggunakan rumus berikut:
My−Mx

t =
√( ∑ 2+∑ 2
x
Nx + Ny−2
y
)( 1
+
1
Nx Ny )
35 , 05−20
=
(√ 1835+1824
18+17−2 )( 18 17 )
, 95 1 1
+

15 , 05
=
(√ 365933,95 )( 306
17 18
+
306 )

15 , 05
=
√( 110 , 90 ) ( 0 ,10 )
15 , 05
=
√11 ,09
15 ,05
=
3 ,33

= 4,51

db = ( N y + N x) – 2

= (16 + 19) – 2

= 33

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan t-test =


4,51 dan derajat bebas (db) = 33. Taraf signifikasi yang digunakan
dalam penelitian ini ialah sebesar 1% (0,01), sehinggga t tabel yang
diperoleh adalah 2,44. Pada pelaksanaan pretest dan posttest kelas
eksperimen mengalami peningkatan sebesar 35,05%, sedangkan
pada pelaksanaan pretest dan posttest kelas kontrol mengalami
peningkatan sebesar 20%. Jika dibandingkan, diperoleh hasil yaitu

57
(4,51 ≥ 2,44), maka H o ditolak dan H a diterima karena terdapat
perbedaan yang signifikan antara M pre dan M post pada kelas
eksperimen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
model Talking Stick bermedia botol cerdas terbukti efektif untuk
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas
XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.

4.1.3 Respon Siswa Kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo


terhadap Penerapan Model Talking Stick Bermedia Botol Cerdas
dalam Pembelajaran Penyusunan Kalimat Bahasa Mandarin
Pada tahapan ini, lembar angket digunakan oleh peneliti untuk
menjawab rumusan masalah pada poin ketiga dalam penelitian ini, yaitu
bagaimana respon siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo
terhadap penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin. Lembar angket ini
hanya diberikan kepada siswa kelas eksperimen setelah penerapan model
pembelajaran Talking Stick bermedia botol cerdas selesai dilakukan. Lembar
angket yang dibagikan kepada siswa kelas eksperimen terdiri dari 10 butir
pertanyaan mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model Talking
Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin. Hasil data angket respon siswa tersebut disajikan dalam bentuk
diagram dan dianalisis dalam bentuk persentase.

Data lembar angket respon siswa terhadap penerapan model Talking


Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
f
Mandarin kemudian dihitung menggunakan rumus: P= ×100 %.
n

Tabel 4.13
Data Hasil Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen

No. Pertanyaan Respon Jumlah Persentase

Penggunaan model Talking Sangat


7 41,17%
1. Stick dengan media botol Setuju (SS)
cerdas dalam pembelajaran Setuju (S) 10 58,82%

58
sangat menarik Kurang
Setuju 0 0%
(KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
8 47,05%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking Setuju (S) 8 47,05%
Stick dengan media botol Kurang
2.
cerdas dalam pembelajaran Setuju 1 5,88%
sangat menyenangkan (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
8 47,05%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking
Setuju (S) 9 52,94%
Stick dengan media botol
3. cerdas dapat meningkatkan Kurang
semangat belajar bahasa Setuju 0 0%
Mandarin (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
8 47,05%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking
Setuju (S) 9 52,94%
Stick dengan media botol
4. cerdas dapat membuat saya Kurang
semakin termotivasi untuk Setuju 0 0%
belajar bahasa Mandarin (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
12 70,58%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking
Setuju (S) 5 29,41%
Stick dengan media botol
5. cerdas dapat meningkatkan Kurang
konsentrasi saya dalam Setuju 0 0%
mengikuti pembelajaran (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
6. Penggunaan model Talking Sangat
9 52,94%
Stick dengan media botol Setuju (SS)
cerdas membuat saya berani Setuju (S) 8 47,05%
mengemukakan pendapat
Kurang 0 0%
Setuju
(KS)

59
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
7 41,17%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking
Setuju (S) 10 58,82%
Stick dengan media botol
7. cerdas dapat meningkatkan Kurang
kemampuan menyusun Setuju 0 0%
kalimat bahasa Mandarin (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
10 58,82%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking Setuju (S) 7 41,17%
Stick dengan media botol Kurang
8.
cerdas membuat saya lebih Setuju 0 0%
aktif mengikuti pembelajaran (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
4 23,52%
Setuju (SS)
Pembelajaran penyusunan
Setuju (S) 13 76,47%
kalimat bahasa Mandarin
9. menggunakan model Talking Kurang
Stick bermedia botol cerdas Setuju 0 0%
menjadi lebih mudah (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)
Sangat
6 35,29%
Setuju (SS)
Penggunaan model Talking
Setuju (S) 11 64,70%
Stick dengan media botol
10. cerdas menjadikan Kurang
pembelajaran tidak Setuju 0 0%
membosankan (KS)
Tidak
0 0%
Setuju (TS)

Berdasarkan data angket respon siswa pada tabel tersebut, hasil data
yang diperoleh dapat diuraikan dan disajikan dalam bentuk diagram
lingkaran berikut:

60
Pertanyaan No. 1

Sangat Setuju
Setuju
41,17% Kurang Setuju
Tidak Setuju
58,82%

Diagram 4.1
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Pertama
Pada diagram 4.1 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
pertama, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dalam pembelajaran sangat menarik”. Dari 17 siswa di kelas eksperimen,
terdapat 7 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan persentase 41,17%,
dan terdapat 10 siswa yang memilih “setuju” dengan persentase 58,82%.
Dari pertanyaan butir pertama tersebut tidak ada siswa yang memilih
“kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan hasil diagram 4.1
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking Stick dengan media
botol cerdas dalam pembelajaran sangat menarik.

Pertanyaan No. 2

5,88% Sangat Setuju


Setuju
47,05% Kurang Setuju
Tidak Setuju
47,05%

Diagram 4.2
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kedua

61
Pada diagram 4.2 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
kedua, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dalam pembelajaran sangat menyenangkan”. Dari 17 siswa di kelas
eksperimen, terdapat 8 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan
persentase 47,05%, dan terdapat 8 siswa yang memilih “setuju” dengan
persentase 47,05%, dan terdapat 1 siswa yang memilih “kurang setuju”
dengan persentase 5,88%. Dari pertanyaan butir kedua tersebut tidak ada
siswa yang memilih “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan hasil diagram 4.2
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking Stick dengan media
botol cerdas dalam pembelajaran sangat menyenangkan.

Pertanyaan No. 3

Sangat Setuju
Setuju
47,05% Kurang Setuju
Tidak Setuju
52,94%

Diagram 4.3
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Ketiga
Pada diagram 4.3 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
ketiga, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dapat meningkatkan semangat belajar bahasa Mandarin”. Dari 17 siswa di
kelas eksperimen, terdapat 8 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan
persentase 47,05%, dan terdapat 9 siswa yang memilih “setuju” dengan
persentase 52,94%. Dari pertanyaan butir ketiga tersebut tidak ada siswa
yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan
hasil diagram 4.3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking
Stick dengan media botol cerdas dapat meningkatkan semangat belajar
bahasa Mandarin.

62
Pertanyaan No. 4

Sangat Setuju
Setuju
47,05% Kurang Setuju
Tidak Setuju
52,94%

Diagram 4.4
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Keempat
Pada diagram 4.4 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
keempat, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dapat membuat saya semakin termotivasi untuk belajar bahasa Mandarin”.
Dari 16 siswa di kelas eksperimen, terdapat 8 siswa yang memilih “sangat
setuju” dengan persentase 47,05%, dan terdapat 9 siswa yang memilih
“setuju” dengan persentase 52,94%. Dari pertanyaan butir keempat tersebut
tidak ada siswa yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga
berdasarkan hasil diagram 4.4 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
Talking Stick dengan media botol cerdas dapat membuat siswa semakin
termotivasi untuk belajar bahasa Mandarin.

Pertanyaan No. 5

Sangat Setuju
29,41% Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
70,58%

Diagram 4.5
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kelima

63
Pada diagram 4.5 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
kelima, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dapat meningkatkan konsentrasi saya dalam mengikuti pembelajaran”. Dari
16 siswa di kelas eksperimen, terdapat 12 siswa yang memilih “sangat
setuju” dengan persentase 70,58%, dan terdapat 5 siswa yang memilih
“setuju” dengan persentase 29,41%. Dari pertanyaan butir kelima tersebut
tidak ada siswa yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga
berdasarkan hasil diagram 4.5 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
Talking Stick dengan media botol cerdas dapat meningkatkan konsentrasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pertanyaan No. 6

Sangat Setuju
Setuju
47,05% Kurang Setuju
Tidak Setuju
52,94%

Diagram 4.6
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Keenam
Pada diagram 4.6 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
keenam, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
membuat saya berani mengemukakan pendapat”. Dari 17 siswa di kelas
eksperimen, terdapat 9 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan
persentase 52,94%, dan terdapat 8 siswa yang memilih “setuju” dengan
persentase 47,05%. Dari pertanyaan butir keenam tersebut tidak ada siswa
yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan
hasil diagram 4.6 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking
Stick dengan media botol cerdas membuat siswa berani mengemukakan
pendapat.

64
Pertanyaan No. 7

Sangat Setuju
Setuju
41,17% Kurang Setuju
Tidak Setuju
58,82%

Diagram 4.7
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Ketujuh
Pada diagram 4.7 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
ketujuh, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa Mandarin”. Dari
17 siswa di kelas eksperimen, terdapat 7 siswa yang memilih “sangat
setuju” dengan persentase 41,17%, dan terdapat 10 siswa yang memilih
“setuju” dengan persentase 58,82%. Dari pertanyaan butir ketujuh tersebut
tidak ada siswa yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga
berdasarkan hasil diagram 4.7 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
Talking Stick dengan media botol cerdas dapat meningkatkan kemampuan
menyusun kalimat bahasa Mandarin.

Pertanyaan No. 8

Sangat Setuju
Setuju
41,17% Kurang Setuju
Tidak Setuju
58,82%

65
Diagram 4.8
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kedelapan
Pada diagram 4.8 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
kedelapan, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol
cerdas membuat saya lebih aktif mengikuti pembelajaran”. Dari 17 siswa di
kelas eksperimen, terdapat 10 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan
persentase 58,82%, dan terdapat 6 siswa yang memilih “setuju” dengan
persentase 41,17%. Dari pertanyaan butir kedelapan tersebut tidak ada siswa
yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan
hasil diagram 4.8 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking
Stick dengan media botol cerdas membuat siswa lebih aktif mengikuti
pembelajaran.

Pertanyaan No. 9

Sangat Setuju
Setuju
23,52% Kurang Setuju
Tidak Setuju
76,47%

Diagram 4.9
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kesembilan
Pada diagram 4.9 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
kesembilan, yaitu “pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin
menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas menjadi lebih
mudah”. Dari 17 siswa di kelas eksperimen, terdapat 4 siswa yang memilih
“sangat setuju” dengan persentase 23,52%, dan terdapat 13 siswa yang
memilih “setuju” dengan persentase 76,47%. Dari pertanyaan butir
kesembilan tersebut tidak ada siswa yang memilih “kurang setuju” dan
“tidak setuju”. Sehingga berdasarkan hasil diagram 4.9 dapat disimpulkan

66
bahwa pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin menggunakan
model Talking Stick bermedia botol cerdas menjadi lebih mudah.

Pertanyaan No. 10

Sangat Setuju
Setuju
35,29% Kurang Setuju
Tidak Setuju
64,70%

Diagram 4.10
Data Hasil Angket Respon Siswa Butir Kesepuluh
Pada diagram 4.10 menunjukkan hasil mengenai pertanyaan butir
kesepuluh, yaitu “penggunaan model Talking Stick dengan media botol
cerdas menjadikan pembelajaran tidak membosankan”. Dari 17 siswa di
kelas eksperimen, terdapat 6 siswa yang memilih “sangat setuju” dengan
persentase 35,29%, dan terdapat 11 siswa yang memilih “setuju” dengan
persentase 64,70%. Dari pertanyaan butir kesepuluh tersebut tidak ada siswa
yang memilih “kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sehingga berdasarkan
hasil diagram 4.10 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking
Stick dengan media botol cerdas menjadikan pembelajaran tidak
membosankan.
Setelah hasil data angket respon siswa dideskripsikan per butir soal
menggunakan persentase diagram di atas, selanjutnya ialah menganalisis
setiap butir soal menggunakan skala likert untuk mendapatkan kesimpulan
dari setiap aspek mengenai penerapan model Talking Stick bermedia botol
cerdas untuk meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa
Mandarin. Hasil kesimpulan dari klasifikasi persentase tersebut dapat
disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.14

67
Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket
Persentase Keterangan
0% - 20% Sangat Kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik

Berikut analisis setiap butir pertanyaan pada angket respon siswa:

1) Pertanyaan butir pertama angket respon siswa


nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 7 ) + ( 3 ×10 )+ ( 2 × 0 ) +(1 ×0)
= × 100 %
4 ×17
28+30+0+ 0
= ×100 %
68
58
= ×100 %
68
= 85,29%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir pertama angket
respon siswa memperoleh persentase 85,29%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 85,29% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dalam
pembelajaran bahasa Mandarin sangat menarik bagi siswa.
2) Pertanyaan butir kedua angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 8 ) + ( 3 ×8 )+ ( 2× 1 )+(1 ×0)
= × 100 %
4 ×17
32+ 24+2+0
= ×100 %
68
58
= ×100 %
68

68
= 85,29%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir kedua angket
respon siswa memperoleh persentase 85,29%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 85,29% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dalam
pembelajaran bahasa Mandarin sangat menyenangkan bagi siswa.
3) Pertanyaan butir ketiga angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 8 ) + ( 3 ×9 )+ ( 2× 0 ) +(1× 0)
= ×100 %
4 ×17
32+ 27+0+ 0
= ×100 %
68
59
= ×100 %
68
= 86,76%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir ketiga angket
respon siswa memperoleh persentase 86,76%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 86,76% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat
meningkatkan semangat belajar bahasa Mandarin.
4) Pertanyaan butir keempat angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 8 ) + ( 3 ×9 )+ ( 2× 0 ) +(1× 0)
= ×100 %
4 ×17
32+ 27+0+ 0
= ×100 %
68
59
= ×100 %
68
= 86,76%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir keempat angket
respon siswa memperoleh persentase 86,76%. Jika dilihat

69
berdasarkan tabel, maka nilai 86,76% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat
membuat siswa semakin termotivasi untuk belajar bahasa
Mandarin.
5) Pertanyaan butir kelima angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 12 )+ ( 3× 5 ) + ( 2 ×0 ) +(1× 0)
= ×100 %
4 ×17
48+15+ 0+0
= × 100 %
68
63
= ×100 %
68
= 92,64%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir kelima angket
respon siswa memperoleh persentase 92,64%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 92,64% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat
meningkatkan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
6) Pertanyaan butir keenam angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 9 ) + ( 3 ×8 )+ ( 2× 0 ) +(1× 0)
= ×100 %
4 ×17
36+24+ 0+0
= × 100 %
68
60
= ×100 %
68
= 88,23%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir keenam angket
respon siswa memperoleh persentase 88,23%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 88,23% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

70
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
membuat siswa berani mengemukakan pendapat.
7) Pertanyaan butir ketujuh angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 7 ) + ( 3 ×10 )+ ( 2 × 0 ) +(1 ×0)
= × 100 %
4 ×17
28+30+0+ 0
= ×100 %
68
58
= ×100 %
68
= 85,29%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir ketujuh angket
respon siswa memperoleh persentase 85,29%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 85,29% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat
meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa Mandarin.
8) Pertanyaan butir kedelapan angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 10 ) + ( 3 ×7 )+ ( 2 × 0 ) +(1 ×0)
= × 100 %
4 ×17
40+21+0+ 0
= × 100 %
68
61
= ×100 %
68
= 89,70%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir kedelapan angket
respon siswa memperoleh persentase 89,70%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 89,70% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
membuat siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran.
9) Pertanyaan butir kesembilan angket respon siswa

71
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 4 )+ ( 3× 13 ) + ( 2 ×0 )+(1 ×0)
= ×100 %
4 × 17
16+39+0+ 0
= ×100 %
68
55
= ×100 %
68
= 80,88%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir kesembilan angket
respon siswa memperoleh persentase 80,88%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 80,88% termasuk dalam kategori
“baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin menggunakan
model Talking Stick bermedia botol cerdas menjadi lebih mudah.
10) Pertanyaan butir kesepuluh angket respon siswa
nilai perolehan
P = ×100 %
nilai maksimum
( 4 × 6 ) + ( 3 ×11 )+ ( 2× 0 ) +(1× 0)
= ×100 %
4 ×17
24+33+ 0+0
= × 100 %
68
57
= ×100 %
68
= 83,82%
Hasil perhitungan pada pertanyaan butir kesepuluh angket
respon siswa memperoleh persentase 83,82%. Jika dilihat
berdasarkan tabel, maka nilai 83,82% termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
menjadikan pembelajaran tidak membosankan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada setiap butir pertanyaan
angket respon siswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan
model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam proses

72
pembelajaran bahasa Mandarin pada kelas XI IBB SMA Nurul
Jadid memperoleh respon yang sangat baik dari siswa.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu True
Eksperimental Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group
Design yang melibatkan dua kelas sebagai objek penelitian, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan
model Talking Stick dengan bantuan media botol cerdas untuk pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul
Jadid Probolinggo. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan,
yaitu 3 kali pertemuan pada kelas XI IBB 1 dan 3 kali pertemuan pada kelas
XI IBB 2 yang di dalamnya terbagi menjadi kelompok atau kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Setiap pertemuan berlangsung selama 60
menit, dengan durasi waktu setiap 1 jam pelajaran (JP) adalah 30 menit.
Pada awal pertemuan, peneliti yang berperan sebagai guru
memberikan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan. Soal pretest
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun kalimat bahasa Mandarin
sebelum diterapkan model pembelajaran Talking Stick bermedia botol
cerdas. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyusun
kalimat bahasa Mandarin siswa, guru memberikan soal posttest setelah
diterapkan model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB.
Pada pertemuan kedua, guru memberikan penjelasan materi pada
bab 7 kepada siswa, khususnya dalam pembelajaran penyusunan kalimat
bahasa Mandarin menggunakan media power point (PPT). Setelah
penyampaian materi selesai, guru kemudian menjelaskan kepada siswa
mengenai model Talking Stick dengan media botol cerdas. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa dengan menerapkan model Talking
Stick bermedia botol cerdas. Dalam penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas, pertama guru meminta siswa untuk bernyanyi
bersama-sama terlebih dahulu sesuai lagu yang mereka inginkan, kemudian

73
guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa untuk
menyalurkan tongkat tersebut kepada teman-temannya yang lain sampai
lagu selesai dinyanyikan. Siswa tongkat tersebut setelah lagu selesai
dinyanyikan, maka harus maju ke depan dan memilih pertanyaan yang
terdapat pada media botol cerdas. Siswa yang menjawab benar mendapatkan
reward yang juga dipilih sendiri oleh siswa dalam media botol cerdas,
sedangkan siswa yang menjawab salah maka mendapatkan punishment.
Setelah pada pertemuan kedua dilaksanakan penerapan model
Talking Stick bermedia botol cerdas, selanjutnya pada pertemuan ketiga
guru memberikan soal posttest kepada siswa untuk dikerjakan. Soal posttest
diberikan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyusun kalimat
bahasa Mandarin siswa setelah diterapkannya model Talking Stick bermedia
botol cerdas dalam proses pembelajaran. Setelah siswa selesai mengerjakan
soal posttest, guru kemudian memberikan lembar angket dan
menginstruksikan siswa untuk mengisi lembar angket tersebut. Lembar
angket yang diberikan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan
model Talking Stick bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin. Selama pelaksanaan penelitian, terdapat juga
lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Lembar observasi tersebut diisi
oleh guru mata pelajaran bahasa Mandarin SMA Nurul Jadid Probolinggo
yakni Bapak Syamsul Hadi, M.N.S.
Berdasarkan hasil observasi yang telah diisi oleh guru pamong dan
telah dianalisis tersebut, pada pertemuan pertama kelas eksperimen hasil
observasi guru diperoleh persentase 88,4%, sedangkan pada pertemuan
kedua diperoleh persentase 89,2%. Selanjutnya hasil lembar observasi
aktivitas siswa, pertemuan pertama diperoleh persentase 84,3%, sedangkan
pada pertemuan kedua diperoleh persentase 85%. Jika dilihat dari tabel
skala likert, maka semua hasil observasi yang diperoleh baik observasi guru
maupun siswa termasuk kategori “sangat baik”, karena semua nilai yang
diperoleh terdapat pada rentang nilai 81% - 100% yang artinya “sangat
baik”.

74
Berdasarkan data hasil soal pretest dan posttest yang telah
dilaksanakan, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap nilai siswa
dalam kemampuan menyusun kalimat bahasa Mandarin. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil perhitungan dan analisis data nilai rata-rata pretest
dan postest siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pelaksanaan
pretest adalah 48,88%, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada
pelaksanaan posttest adalah 83,94%, yang artinya siswa mengalami
peningkatan nilai sebesar 35,05%. Selanjutnya, nilai pretest dan posttest
yang telah diperoleh tersebut juga dianalisis menggunakan rumus uji t-
signifikasi. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan uji t-signifikasi
sebesar 4,51 dan derajat bebas (db) = 33. Taraf signifikasi yang digunakan
dalam penelitian ini ialah sebesar 1% (0,01), sehinggga t tabel yang
diperoleh adalah 2,44. Maka, diperoleh hasil t-signifikasi yaitu (4,51 ≥
2,44), maka H o ditolak dan H a diterima karena terdapat perbedaan yang
signifikan antara M pre dan M post pada kelas eksperimen. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan model Talking Stick bermedia botol
cerdas terbukti efektif untuk pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid Probolinggo.
Selanjutnya adalah pembahasan mengenai hasil analisis data lembar
angket respon siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid terhadap penerapan
model Talking Stick bermedia botol cerdas untuk pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin. Pada pertanyaan butir pertama yaitu “penggunaan
model Talking Stick dengan media botol cerdas dalam pembelajaran sangat
menarik” memperoleh persentase 85,29%. Butir kedua “penggunaan model
Talking Stick dengan media botol cerdas dalam pembelajaran sangat
menyenangkan” memperoleh persentase 85,29%. Butir ketiga “penggunaan
model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat meningkatkan
semangat belajar bahasa Mandarin” memperoleh persentase 86,76%. Butir
keempat “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas dapat
membuat saya semakin termotivasi untuk belajar bahasa Mandarin”
memperoleh persentase 86,76%. Butir kelima “penggunaan model Talking
Stick dengan media botol cerdas dapat meningkatkan konsentrasi saya

75
dalam mengikuti pembelajaran” memperoleh persentase 92,64%. Butir
keenam “penggunaan model Talking Stick dengan media botol cerdas
membuat saya berani mengemukakan pendapat” memperoleh persentase
88,23%. Butir ketujuh “penggunaan model Talking Stick dengan media
botol cerdas dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa
Mandarin” memperoleh persentase 85,29%. Butir kedelapan “penggunaan
model Talking Stick dengan media botol cerdas membuat saya lebih aktif
mengikuti pembelajaran” memperoleh persentase 89,70%. Butir kesembilan
“pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin menggunakan model
Talking Stick bermedia botol cerdas menjadi lebih mudah” memperoleh
persentase 80,88%. Butir kesepuluh “penggunaan model Talking Stick
dengan media botol cerdas menjadikan pembelajaran tidak membosankan”
memperoleh persentase 83,82%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas
mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa, sehingga siswa merasa
senang dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran bahasa Mandarin di
kelas, khususnya dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin.
Berdasarkan hasil analisis dari data keseluruhan yang telah diperoleh
dalam penelitian ini, yaitu berupa lembar observasi aktivitas guru dan
murid, lembar soal pretest dan posttest, dan angket respon siswa, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran penyusunan
kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid
Probolinggo.

76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai penerapan model Talking
Stick bermedia botol cerdas terhadap kemampuan menyusun kalimat bahasa
Mandarin yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat disimpulkan
hasilnya sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran penyusunan kalimat bahasa Mandarin menggunakan
model Talking Stick bermedia botol cerdas memberikan pengaruh yang
positif bagi siswa kelas XI IBB SMA Nurul Jadid dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Hal itu dibuktikan dengan hasil dari lembar observasi
aktivitas guru pada pertemuan pertama kelas eksperimen diperoleh
persentase 88,4%, sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh persentase
89,2%. Selanjutnya hasil lembar observasi aktivitas siswa, pertemuan
pertama diperoleh persentase 84,3%, sedangkan pada pertemuan kedua
diperoleh persentase 85%. Jika dilihat dari tabel skala likert, maka semua
hasil observasi yang diperoleh baik observasi guru maupun siswa
termasuk kategori “sangat baik”, karena semua nilai yang diperoleh
terdapat pada rentang nilai 81% - 100% yang artinya “sangat baik”.
2) Penerapan model Talking Stick bermedia botol cerdas untuk pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA
Nurul Jadid Probolinggo terbukti memiliki pengaruh yang signifikan. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan dan analisis data nilai rata-
rata pretest dan postest siswa. Nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen
mengalami peningkatan nilai sebesar 35,05%. Sedangkan pada kelas
kontrol mengalami peningkatan sebesar 20%. Dari hasil perhitungan
tersebut didapatkan uji t-signifikasi sebesar 4,51 dan derajat bebas (db) =
33. Taraf signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebesar 1%
(0,01), sehinggga t tabel yang diperoleh adalah 2,44. Maka, diperoleh hasil
t-signifikasi yaitu (4,51 ≥ 2,44), maka H o ditolak dan H a diterima karena
terdapat perbedaan yang signifikan antara M pre dan M post pada kelas

77
eksperimen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Talking Stick bermedia botol cerdas terbukti efektif untuk pembelajaran
penyusunan kalimat bahasa Mandarin bagi siswa kelas XI IBB SMA
Nurul Jadid Probolinggo.
3) Hasil angket respon siswa terhadap penerapan model Talking Stick
bermedia botol cerdas dalam pembelajaran penyusunan kalimat bahasa
Mandarin memperoleh respon yang sangat baik dari siswa kelas XI IBB 1
SMA Nurul Jadid Probolinggo. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
analisis data angket dari sepuluh butir pertanyaan yang diperoleh dengan
persentase 85,29%, 85,29%, 86,76%, 86,76%, 92,64%, 88,23%, 85,29%,
89,70%, 80,88%, 83,82%. Hasil keseluruhan persentase tersebut jika
dilihat berdasarkan tabel skala likert, maka semuanya termasuk dalam
kategori “sangat baik”, karena berada pada rentang nilai 81% 100%.

5.2 Saran
Setelah dilaksanakannya penelitian ini, peneliti mengemukakan
saran sebagai berikut:
1) Bagi Guru
Pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Mandarin khususnya dalam
pembelajaran penyusunan kalimat yang menggunakan media, guru
diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan produktif dalam kelas, salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan bantuan media
botol cerdas.
2) Bagi Siswa
Dengan menggunakan model Talking Stick bermedia botol cerdas
dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin, siswa diharapkan dapat lebih
aktif, konsentrasi, percaya diri, dan berani mengemukakan pendapat, serta
tidak malu untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti.
Sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lancar dan lebih
efektif, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3) Bagi Peneliti Lain

78
Peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian menggunakan
model Talking Stick dan media botol cerdas diharapkan dapat
mengembangkan penelitian ini lebih luas, dan dapat mengaplikasikan
model Talking Stick bermedia botol cerdas terhadap materi lainya, seperti
keterampilan membaca dan menulis hanzi, keterampilan berdialog,
keterampilan dalam memahami kosakata dan lain-lain. Dengan demikian
penggunaan model pembelajaran Talking Stick bermedia botol cerdas akan
menjadi lebih bervariatif, serta memiliki fungsi yang lebih beragam dalam
pembelajaran khususnya bahasa Mandarin.

79
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Bumi Aksara.
Azhar, Arsyad. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Hamid, Mustofa Abi, dkk. 2020. Media Pembelajaran. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Hikmawati, Fenti. 2020. Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers.
Huda, Miftahul. 2019. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2012. Cooperative Learning. Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Kusnadi, Muafiat. 2021. Pengaruh Penggunaan Media Botol Cerdas Berbantuan
Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas IV Gugus Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu
Utara. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Gramedia Utama.
Nisa, Irma. 2020. Pengembangan Alat Peraga Botol Cerdas Tema 8 Subtema 3
Pembelajaran 4 Jenjang MI/SD Kelas IV. Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Reza, Ina. 2018. Penerapan Model Talking Stick Untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V MIN 12 Aceh Besar. Banda Aceh:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam.
Riduwan dan Sunarto. 2012. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan,
Sosial, Komunikasi, Ekonomi, Dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Riyanto, Agnes Putri Cahya. 2020. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Stick Terhadap Kemampuan Menyusun Kalimat Sederhana
Bahasa Mandarin pada Siswa Kelas X MIPA SMAN 1 Lamongan.
Surabaya (ID). Universitas Negeri Surabaya.
Rohani. 2019. Media Pembelajaran : Diktat. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera.
Rohmah, Devi Ratus Septiani. 2019. Penerapan Metode Cooperative Learning
Tipe Talking Stick Terhadap Keterampilan Berdialog Bahasa Mandarin
Siswa Kelas XI-Bahasa SMA Negeri 1 Cerme Gresik Tahun Ajaran
2018/2019. Surabaya (ID). Universitas Negeri Surabaya.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sadiman, Arief S, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT Raja Grafindo
Persada.
Sholihah, Mardhiyatus. 2017. Penggunaan Media KOKAMI (Kotak-Kartu-
Misterius) dalam Pembelajaran Menyusun Kalimat Sederhana Bahasa
Mandarin pada Siswa Kelas XII MAN Mojosari Tahun Ajaran 2016/2017.
Surabaya (ID). Universitas Negeri Surabaya.
Sugiantiningsih, Ida Ayu dan Putu Aditya A. 2019. Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Flash Card Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi
Guru. 2(3):298-308.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi, Ismail. 2013. Model-Model Pembelajaran Modern. Palembang: Tunas
Gemilang Press.
Sukiman. 2012. Pengembangan media pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka
Insan Madani.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutami, Hermina. 2016. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Mandarin di Indonesia.
Paradigma UI. 72(3):212-239.
Thia, R. 2011. Langkah Mudah Belajar Bahasa Mandarin. Jogjakarta: Javalitera.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

81
Utami, Sintowati Rini. 2017. Pembelajaran Aspek Tata Bahasa dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. 1(2):189-203.
Wiratno, Tri dan Santosa, Riyadi. 2014. Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks
Sosial. Modul Pengantar Linguistik Umum. Pustaka.ut.ac.id.
姜丽萍、于淼、李琳. 2014. HSK 标准教程 3. 北京:北京语言大学出版社.
姜丽萍、董政、张军. 2014. HSK 标准教程 4 上. 北京:北京语言大学出版社.
刘月华, 等著. 2001. 实用现代汉语语法. 北京: 商务印书馆.
杨寄洲. 2009. 汉语教程: 第一册 (上). 北京: 北京语言大学出版社.
周建设. 2001. 现代汉语. 北京: 人民教育出版社.

82

Anda mungkin juga menyukai