Anda di halaman 1dari 31

PENUGASAN MAKALAH MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL

PROLAPSUS TALI PUSAT DALAM KEGAWATDARURATAN

PADA MASA PERSALINAN

Dosen Pengampu :
Ni Nyoman Suindri, S.Si.T., M.Keb

Oleh :

Anak Agung Istri Hendri Dwi Jayantari

NIM : P07124223080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

SEMESTER VII

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah asuhan

kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang berjudul “Prolapsus Tali

Pusat dalam Kegawatdaruratan pada Masa Persalinan”.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas individu

mata kuliah asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dan juga

menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman sebagai mahasiswa dalam membuat

makalah. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni

Nyoman Suindri, S.Si.T., M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah asuhan kebidanan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 20 September 2023

Anak Agung Istri Hendri Dwi Jayantari


DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar………………………………………………………………… i

Daftar Isi………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..2

1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Prolapsus Tali Pusat………………………………………………..4

2.2 Klasifikasi Prolapsus Tali Pusat……………………………………………. 4

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi…………………………………………… 5

2.4 Tanda dan Gejala Prolapsus Tali Pusat………………………………………6

2.5 Patofisiologi Prolapsus Tali Pusat……………………………………………6

2.6 Diagnosis Prolapsus Tali Pusat……………………………………………….8

2.7 Faktor Risiko Prolapsus Tali Pusat…………………………………………10

2.8 Penatalaksanaan Prolapsus Tali Pusat………………………………………11

2.9 Komplikasi Prolapsus Tali Pusat……………………………………………22

2.10 Pencegahan Prolapsus Tali Pusat…………………………………………...23


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….24

3.2 Saran……………………………………………………………………………24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan adalah situasi di mana pasien menghadapi masalah serius

yang berdampak langsung pada nyawanya. Penyelamatan segera diperlukan dengan

melakukan penilaian awal, menstabilkan tubuh, pernapasan, dan sirkulasi, serta

pemberian cairan yang dibutuhkan. Ini diikuti oleh rujukan, diagnosis yang akurat,

dan kolaborasi antara tenaga kesehatan untuk memberikan perawatan sesuai

prosedur yang terbaik bagi pasien.

Prolapsus tali pusat adalah situasi gawat darurat obstetrik yang berpotensi

mengancam jiwa. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia atau bahkan kematian pada

janin. Dalam kasus prolapsus tali pusat, darah yang mengalir melalui tali pusat

dapat terganggu karena tali pusat tertekan antara janin, rahim, serviks, atau pintu

atas panggul. Prolapsus tali pusat dapat menyebabkan kompresi, penyumbatan

pembuluh darah umbilikalis, dan penyempitan arteri umbilikalis, yang dapat

mengurangi pasokan oksigen pada janin dan berujung pada risiko kematian janin.

Angka kejadian prolapsus tali pusat berkisar antara 0,1% hingga 0,6%, dengan

risiko lebih tinggi pada kasus malpresentasi dan kehamilan ganda.

Menurut penelitian yang berjudul "Optimal management of cord prolapse",

prolapsus tali pusat harus ditangani segera. Ini bisa dilakukan dengan mengatur

posisi ibu, mengembalikan tali pusat ke posisinya yang semula, atau melalui

tindakan operasi sesar untuk menyelamatkan bayi yang masih dalam kandungan

ibu.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan prolapsus tali pusat ?

2. Apa saja yang termasuk klasifikasi prolapsus tali pusat ?

3. Apa etiologi dan faktor predisposisi pada prolapsus tali pusat ?

4. Apa saja tanda dan gejala pada prolapsus tali pusat ?

5. Bagaimana patofisiologi prolapsus tali pusat ?

6. Bagaimana mendiagnosis prolapsus tali pusat ?

7. Apa saja yang menjadi faktor risiko pada prolapsus tali pusat ?

8. Bagaimana penatalaksanaan prolapsus tali pusat ?

9. Apakah komplikasi yang bisa terjadi pada prolapsus tali pusat ?

10. Bagaimana pencegahan untuk prolapsus tali pusat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dari beberapa rumusan masalah di atas adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan terkait prolapsus tali pusat.

2. Untuk menjelaskan klasifikasi prolapsus tali pusat.

3. Untuk menjelaskan etiologi dan faktor predisposisi pada prolapsus tali pusat.

4. Untuk menjelaskan tanda dan gejala pada prolapsus tali pusat.

5. Untuk menjelaskan patofisiologi prolapsus tali pusat.

6. Untuk menjelaskan cara diagnosis prolapsus tali pusat.

7. Untuk menjelaskan faktor risiko pada prolapsus tali pusat.

8. Untuk menjelaskan langkah-langkah penatalaksanaan prolapsus tali pusat.


9. Untuk menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada prolapsus tali pusat.

10. Untuk menjelaskan pencegahan untuk prolapsus tali pusat.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan dapat memahami terkait kegawatdaruratan

pada persalinan yaitu prolapsus tali pusat.

2. Bagi Pembaca

Agar pembaca dapat mengetahui dan mengenal kegawatdaruratan pada

persalinan yaitu prolapsus tali pusat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Prolapsus Tali Pusat

Gambar 1. Prolapsus Tali Pusat


Prolaps tali pusat merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetri di mana

tali pusat keluar dari vagina pada saat kantung ketuban pecah sebelum bayi

memasuki jalan lahir. Hal ini jarang tetapi berpotensi fatal yang dapat

mengakibatkan gangguan sirkulasi dari ibu ke janin dan tingginya kematian janin.

Oleh karena itu diperlukan keputusan yang tepat, pengelolaan segera dan rujukan

segera.

2.2 Klasifikasi Prolapsus Tali Pusat

Gambar 2. Klasifikasi Prolapsus Tali Pusat


Adapun klasifikasi prolapsus tali pusat, sebagai berikut :

1. Tali pusat terkemuka

Jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada

kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan

ketuban masih intek atau belum pecah.

2. Tali pusat menumbung

Tali pusat menumbung disebut juga Prolapsus Funikuli. Dimana tali pusat

teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di

dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar

vagina setelah ketuban pecah. Apabila tali pusat keluar melalui ketuban yang

sudah pecah, ke serviks dan turun ke vagina.

3. Occult Prolapse

Tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali

pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak

terisi nya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin.

Faktor-faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering

berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat, dan iatrogenik :

1. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsang terutama

presentasi kaki

2. Prematuritas

3. Kehamilan ganda
4. Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak

engage

5. Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi

6. Disproporsi janin-panggul

7. Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin Tali

pusat abnormal panjang (> 75 cm)

8. Plasenta letak rendah Solusio plasenta

9. Ketuban pecah dini

10. Amniotomi

2.4 Tanda dan Gejala Prolapsus Tali Pusat

Adapun tanda dan gejala pada prolapsus tali pusat, sebagai berikut :

1. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.

2. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan di dalam bagian yang

lebih sempit dari vagina.

3. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagaimana tali pusat

ditekan antara bagian presentasi dan tulang panggul

4. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler

5. Terdapat bradikardia janin (<100x/menit)

6. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah.

2.5 Patofisiologi Prolapsus Tali Pusat

Prolaps tali pusat terjadi karena kegagalan bayi dalam kandungan ibu tidak

masuk di ruang panggul sehingga saat kantung cairan amnion pecah, tiba-tiba

terjadi desakan yang kuat menyebabkan cairan mengalir dengan cepat terus menuju

vagina
sehingga membuat tali pusat turun menuju vagina. Pada kehamilan ganda maka

kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat akan semakin besar karena jika terjadi

desakan antara janin akan membuat janin mengalami kelainan presentasi seperti

letak melintang. Keadaan polihidramnion yang terdapat cairan ketuban banyak,

menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim sehingga keadaan ini

dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang lintang presentasi kepala).

Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran

janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki

ukuran kepala yang kecil.

Keadaan tali pusat yang panjang dan plasenta previa juga menjadi penyebab

terjadinya prolaps tali pusat. Semua keadaan tersebut akan menyebabkan janin sulit

beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP (pintu atas panggul) tidak tertutupi

oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser atau

turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.

Prolaps tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit dan tertekan antara

bagian terendah janin dan jalan lahir sehingga akan mengurangi atau

menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat

mengakibatkan kematian janin. Obstruksi yang lengkap dari tali pusat

menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi

variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali

normal. Akan tetapi, bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang

dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan

deselerasi yang lama. Apabila berlanjut dapat mengakibatkan fetal distress yang

ditandai dengan melemahnya detak jantung janin dan jika dibiarkan dapat

menyebabkan kematian janin.


Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan

hipovolemik janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran

darah yang lama melalui tali pusat juga dapat menghasilkan asidosis respiratorik

dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigen janin, bradikardi yang menetap

bila keadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada

janin. Namun bila segera dapat ditangani maka janin tetap hidup, hal ini ditandai

dengan adanya teraba denyutan pada tali pusat.

2.6 Diagnosis Prolapsus Tali Pusat

Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara, yaitu :

1. Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.

2. Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam.

3. Auskultasi terdengar jantung janin yang irregular, sering dengan bradikardi

yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus.

4. Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan

adanya deselerasi variabel.

5. Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap pintu

atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang

menandakan kompresi tali pusat.

Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam saat

persalinan. Setelah ketuban pecah, lakukan lagi pemeriksaan tali pusat bila ibu

memiliki faktor risiko. Apabila ibu tidak memiliki faktor risiko dan ketuban jernih,

pemeriksaan tali pusat tidak perlu dilakukan. Jika pecah ketuban terjadi spontan,

denyut jantung janin normal, dan tidak ada faktor risiko prolaps tali pusat,

pemeriksaan vagina tidak perlu


dilakukan bila ketuban jernih. Setelah ketuban pecah, periksa pula denyut jantung

janin. Curigai Adanya prolaps tali pusat bila ada perubahan pola denyut jantung

janin yang abnormal setelah ketuban pecah atau amniotomi. Cara memastikan

prolaps tali pusat antara lain :

1. Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih rendah dari bagian terendah

janin (tali pusat terkemuka, saat ketuban masih utuh)

2. Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah (tali pusat menumbung,

saat ketuban sudah pecah)

Pada diagnosis prolaps tali pusat okultisme lebih sulit terdeteksi karena denyut

jantung janin (DJJ) yang abnormal dalam bentuk deselerasi berulang, bervariasi,

tiba- tiba parah, dan/atau berkepanjangan (berlangsung satu menit atau lebih).

Kelainan DJJ ini dapat terjadi pada hingga 67% kasus.

Presentasi tali pusat bersifat sementara dan biasanya tidak signifikan sebelum

32 minggu. Studi besar menunjukkan bahwa adanya presentasi tali pusat tidak

selalu menyebabkan prolaps tali pusat selama persalinan. Kemudian, berdasarkan

jurnal internasional yang berjudul "Optimal management of cord prolapse"

menyatakan bahwa diagnosis ultrasonografi antenatal memiliki sensitivitas dan

prediktor yang buruk untuk diagnosis prolaps tali pusat. Namun, ketika didiagnosis

pada saat trimester ketiga, presentasi tali pusat memerlukan pemindaian lanjutan

selain penilaian intrapartum untuk menyelesaikan cara persalinan.

Diagnosis dini sangat penting untuk kehidupan janin. Pada setiap gawat janin

harus segera dilakukan pemeriksaan dalam terutama pada kasus bradikardi janin

atau deselerasi variabel berulang, jika terjadi segera setelah ketuban pecah maka

perlu
untuk mempertimbangkan adanya prolaps tali pusat. Penderita yang mempunyai

risiko tinggi terjadinya prolaps tali pusat harus dipantau dengan pemeriksaan

denyut jantung janin (DJJ) yang berkesinambungan, yang memberi peringatan dini

adanya kompresi tali pusat lebih dari 80 % kasus.

2.7 Faktor Risiko Prolapsus Tali Pusat

Tenaga kesehatan harus dapat menyadari faktor risiko karena hal ini

merupakan langkah awal dalam mengantisipasi kegawatdaruratan obstetri dan

menurunkan morbiditas/mortalitas perinatal. Adapun faktor risiko dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Gambar 3. Faktor Risiko Prolapsus Tali Pusat

Polihidramnion adalah kondisi di mana terlalu banyak cairan ketuban di dalam

lahir dimana kondisi ini meningkatkan kemungkinan tali pusat turun saat cairan

keluar. Hubungan antara malpresentasi termasuk letak sungsang dan prolaps tali

pusat terdapat keterlibatan yang buruk dari bagian ke dalam panggul ibu yang

memungkinkan ruang tali pusat untuk prolaps. Dalam suatu penelitian, presentasi
sungsang menyumbang 36,5% dari kasus prolaps tali pusat. Kehamilan ganda

merupakan faktor risiko lain dan dapat menyebabkan prolaps tali pusat karena

presentasi janin abnormal, dan dapat terjadi pada kembar pertama atau kedua.

Penggunaan balon pematangan serviks dapat menjadi predisposisi prolaps tali pusat

terutama ketika diisi dengan sejumlah besar cairan, dan dapat terjadi setelah

penyisipan dan pelepasan spontan balon. Selanjutnya, kelahiran prematur yang

disebabkan oleh ukuran janin yang kecil, membuat tali pusat akan dengan cepat

menyelinap keluar sebelum bayi dilahirkan.

2.8 Penatalaksanaan Prolapsus Tali Pusat

1. Penatalaksanaan

Gambar 4. Alur Penatalaksanaan Prolapsus Tali Pusat


Dalam penatalaksanaan prolaps tali pusat terbagi menjadi 2 yaitu tatalaksana

umum dan tatalaksana khusus. Adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

A. Tatalaksana Umum

● Tali pusat terkemuka

Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi

dengan posisi knee chest atau trendelenburg. Segera rujuk ibu ke fasilitas

yang menyediakan layanan seksio sesarea.

● Tali pusat menumbung

Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak

berdenyut, artinya janin telah mati dan sebisa mungkin pervaginam tanpa

tindakan agresif yang mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk

memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang apa yang terjadi

serta tindakan apa yang akan dilakukan. Jika tali pusat masih berdenyut

berarti janin masih hidup, maka yang dapat dilakukan yaitu :

1. Berikan oksigen 4 – 6 liter/menit dengan masker atau nasal kanul.

2. Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau

memindahkan tali pusat yang tampak pada vagina secara manual.

Akibat memanipulasi tali pusat terlalu sering dapat

mengakibatkan vasospasme arteri umbilikalis dan lebih

berbahaya daripada manfaatnya.

3. Posisikan ibu trendelenburg atau knee-chest.

4. Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk

mengurangi kompresi pada tali pusat.


5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada

saat merujuk dengan ambulans, posisi knee chest kurang aman,

sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.

● Prolaps Occult

1. Tempatkan ibu dalam posisi lateral maupun knee-chest

2. Jika denyut jantung janin normal, berikan ibu 0 2 dan denyut

jantung janin serta pulpasi tali pusat yang terus dipantau.

3. Jika denyut jantung janin tetap normal, persipakan section cesarea

yang cepat.

4. Persalinan normal hanya dapat dilakukan jika waktu persalinan

sudah dekat, serviks sepenuhnya melebar dan tidak ada kontra-

indikasi

B. Tatalaksana Khusus

⮚ Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung

pada persalinan kala I, lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus

dikerjakan adalah sebagai berikut:

● Dengan memakai sarung tangan steril/desinfeksi tingkat tinggi (DTT),

masukkan tangan ke dalam vagina dan dorong bagian terendah janin

ke atas, sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi

● Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis dan

evaluasi keberhasilan reposisi.

● Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga

panggul, keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di

atas abdomen sampai operasi seksio sesarea siap.


● Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk

mengurangi kontraksi uterus.

● Segera lakukan seksio sesarea.

⮚ Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung pada persalinan kala

II, pimpin persalinan sesegera mungkin.

● Presentasi kepala: lakukan persalinan segera dengan ekstraksi vakum

atau ekstraksi cunam dengan episiotomi.

● Presentasi sungsang: lakukan ekstraksi bokong atau kaki lalu gunakan

forsep pipa panjang untuk melahirkan bagian kepala yang menyusul.

● Letak lintang: siapkan segera siapkan seksio sesarea

⮚ Siapkan segera resusitasi neonatus.


Adapun gambar alur resusitasi bayi baru lahir, sebagai berikut :

Gambar 5. Alur Resusitasi Bayi Baru Lahir


Gambar 6. Pengaturan Posisi dan Pemasangan Sangkup pada
Bayi Baru Lahir
2. Prinsip Penatalaksanaan

Gambar 7. Prinsip Penatalaksanaan Prolapsus Tali Pusat


Pada prolaps tali pusat, rute persalinan biasanya dengan seksio sesarea tetapi

persalinan pervaginam/instrumen dapat dicoba jika dianggap lebih cepat. Royal

College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan interval

diagnosis-to-delivery menjadi kurang dari 30 menit untuk mengoptimalkan hasil

perinatal. Pengenalan yang cepat dan tindakan cepat adalah andalan dalam

mengelola keadaan darurat ini.

Ketika prolaps tali pusat sudah dapat didiagnosis, maka penting untuk

menghubungi tenaga kesehatan terkait untuk segera bersiap-siap dalam

membantu mensukseskan kegiatan operasi sesar. Pemantauan dan pencatatan

DJJ harus terus


dilakukan sampai persalinan seksio sesarea, pemberian oksigen dengan face mask

dilakukan agar dapat meningkatkan pengiriman oksigen ke bayi

Kemudian ada beberapa cara untuk mengurangi tekanan pada tali pusat yang

harus dilakukan sampai seksio sesarea dilakukan yaitu :

A. Mengatur Posisi

1. Posisi Trendelenburg

Gambar 8. Posisi Trendenlenburg


Pada posisi trendelenburg, ibu dibaringkan dalam posisi terbalik

dengan panggul ibu dimiringkan di atas kepala ibu untuk menarik janin

ke atas dan menjauhi serviks dengan gaya gravitasi. Posisi dapat dicapai

dengan cepat jika pasien sudah berada di tempat tidur yang dapat

disesuaikan. Memiringkan tempat tidur lebih jauh mungkin lebih efektif

dalam memisahkan bagian janin, tetapi dibatasi oleh ketidaknyamanan

ibu. Kemiringan 15° adalah sudut kemiringan praktis.


2. Posisi Knee Chest

Gambar 9. Posisi Knee-Chest


Posisi ini salah satu metode yang paling efektif dan efek elevasi

tidak dipengaruhi oleh tingkat janin. Dapat dilakukan dengan cepat oleh

pasien secara mandiri tanpa memerlukan peralatan apapun. Posisi dapat

dipertahankan secara mandiri oleh pasien tanpa bantuan personel yang

mungkin memainkan peran penting lainnya dalam keadaan darurat. Oleh

karena itu, posisi genu pectoral harus menjadi manuver yang lebih

disukai karena paling efektif. Kerugiannya bagi wanita hamil yaitu posisi

ini bisa melelahkan dan sulit dipertahankan; oleh karena itu, kurang

disukai di mana transfer jarak jauh dipertimbangkan. Selanjutnya,

mempertahankan posisi genu pektoral pada pasien yang tidak dapat

bekerja sama dalam keadaan darurat dapat menjadi sulit dan berisiko.

Jika tali pusat sudah menonjol dari vagina, tindakan pencegahan ekstra

diperlukan untuk menghindari trauma pada tali pusat atau menyebabkan

vasospasme lebih lanjut saat membalikkan ibu dari posisi terlentang ke

posisi knee chest.


3. Mengangkat Pinggul Pasien

Gambar 10. Mengangkat Pinggul dengan Meletakkan di bantal


Pinggul ibu dapat diangkat dengan meletakkan bantal tebal atau

penyangga di bawah pinggulnya. Metode-metode ini memiliki efek

semangat yang sederhana. Namun, sudut kemiringan dapat lebih

ditingkatkan jika perlu dengan mengorbankan ketidaknyamanan ibu yang

lebih besar. Selain itu, mengangkat pinggul ibu juga dapat mengurangi

risiko prolaps tali pusat lebih lanjut di luar vagina, sehingga lebih disukai

untuk mengangkatnya secara manual.

B. Mengisi Kandung Kemih

Keberhasilan dalam menghilangkan kompresi tali pusat, menurut vago

dapat menggunakan cara pengisian kandung kemih yang digunakan untuk

presentasi yang belum engaged. Dengan volume 500 mL hingga 750 mL

cairan ke kandung kemih yang diinfuskan dan menaikkan bagian presentasi

janin sebanyak dua tingkat, yang sangat efektif dalam mengangkat kepala

janin apabila diperkirakan terjadi penundaan kelahiran atau bila pasien perlu

dipindahkan ke jarak yang lebih jauh. Namun, cara ini kurang efektif bila
kepala janin berada pada ketinggian yang lebih tinggi, karena arah elevasi

oleh kandung kemih yang distensi berada di bawah bagian presentasi janin.

C. Penggantian Tali Pusat (Reduksi Renik)

Penggantian tali pusat secara manual (reduksi funik) ke atas bagian

bawah jarang dilakukan saat ini. Manuver ini dapat dicoba saat persiapan

untuk seksio sesarea darurat sedang dilakukan. Jika prolaps tali pusat terjadi

di daerah terpencil, penggantian dapat dicoba sampai seksio sesarea selesai.

Menurut Barrett dalam serangkaian kecil penggantian tali pusat dalam

pengelolaan prolaps tali pusat merekomendasikan kriteria tertentu sebelum

prosedur ini dipertimbangkan, antara lain :

1. Segmen tali pusat yang pendek (<25 cm),

2. Dilatasi serviks 4 cm,

3. Bagian presentasi dapat dengan mudah diangkat ke atas stasiun -1

4. Penyelesaian prosedur yang cepat (dalam 2 menit).

D. Penggunaan Tokolitik

Pada prinsip terdapat penggunaan tokolitik, tujuan penggunaan tokolitik

untuk mengurangi kontraksi rahim, mengurangi tekanan pada tali pusat yang

prolaps. Namun, tokolitik dapat menyebabkan atonia uteri setelah persalinan

dan dalam kasus di mana prolaps tali pusat terjadi di rumah sakit, persalinan

yang bijaksana harus dilakukan tanpa bantuan tokolitik.


2.9 Komplikasi Prolapsus Tali Pusat

⮚ Pada ibu

Dapat menyebabkan infeksi intrapartum, pecahnya ketuban menyebabkan

bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desdua serta

pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.

Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri

vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,

terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius

yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama. Komplikasi lain seperti

laserasi jalan lahir, ruptur uteri, atonia uteri dapat terjadi akibat upaya

menyelamatkan janin.

⮚ Pada janin

a. Gawat janin

Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh

oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut :

● Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari

160x/menit

● Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10x/hari).

● Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan, atau tali

pusat pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan memburuk

b. Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan


keterampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang
terkoordinasi dan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau

patologi intrauterine.

2.10 Pencegahan Prolapsus Tali Pusat

Berdasarkan jurnal internasional “Optimal management of cord prolapse”

bahwa prolapus tali pusat dapat terjadi pada kehamilan tanpa faktor risiko yang

jelas sehingga membuat komplikasi ini tidak dapat dicegah. Diagnosis dari

presentasi tali pusat harus dicari melalui USG antenatal, walaupun menggunakan

USG tidak spesifik dalam menilai prolaps tali pusat tetapi USG dapat menentukan

beberapa risiko terjadi prolaps tali pusat saat persalinan nanti, terutama pada

kehamilan dengan risiko tinggi prolaps tali pusat seperti malpresentasi, persalinan

prematur, Ketuban pecah dini prematur (PPROM). Oleh karena itu pada antenatal

care, ibu dan suami harus mendapatkan konseling mengenai komplikasi prolaps

tali pusat dan apa yang harus dilakukan jika ketuban pecah.

Pemantauan DJJ terus menerus pada ibu dengan risiko tinggi tidak akan

mencegah prolaps tali pusat, tetapi akan membantu dalam diagnosis dini ketika

kelainan DJJ terdeteksi. Oleh sebab itu, maka ibu yang berisiko prolaps tali pusat

sebaiknya dirawat di rumah sakit setelah usia kehamilan 37 minggu, atau saat

terjadi kontraksi harus segera ke rumah sakit sebelum pecah ketuban.


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prolapsus tali pusat merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetri di

mana tali pusat keluar dari vagina pada saat kantung ketuban pecah sebelum bayi

memasuki jalan lahir. Hal ini jarang tetapi berpotensi fatal yang dapat

mengakibatkan gangguan sirkulasi dari ibu ke janin dan tingginya kematian janin.

Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam saat persalinan.

Setelah ketuban pecah, lakukan lagi pemeriksaan tali pusat bila ibu memiliki faktor

risiko dan periksa denyut jantung janin. Curigai adanya prolaps tali pusat bila ada

perubahan pola denyut jantung janin yang abnormal. Apabila tali pusat terasa masih

berdenyut, maka yang dapat dilakukan yaitu memberikan oksigen 4 – 6 liter/menit

dengan masker atau nasal kanul, menghindari memanipulasi tali pusat karena dapat

mengakibatkan vasospasme arteri umbilikalis, posisikan ibu trendelenburg atau

knee-chest, mendorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk

mengurangi kompresi pada tali pusat dan segera rujuk ibu ke fasilitas yang

melayani seksio sesarea. Pada saat merujuk dengan ambulans, posisikan ibu

berbaring ke kiri.

3.2 Saran
Prolapus tali pusat dapat terjadi pada kehamilan tanpa faktor risiko yang jelas

sehingga membuat komplikasi ini tidak dapat dicegah. Oleh karena itu pada saat

antenatal care, ibu dan suami harus mendapatkan konseling mengenai komplikasi

prolaps tali pusat dan apa yang harus dilakukan jika ketuban pecah. Apabila ibu

berisiko prolaps tali pusat harus dirawat di rumah sakit setelah usia kehamilan 37

minggu, atau saat terjadi kontraksi harus segera ke rumah sakit sebelum pecah
ketuban.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, W. A. S., & Hamdy, M. A. (2018). Optimal Management of Umbilical Cord

Prolapse. International Journal of Women's Health, 10, 459.

Andyanita. (2022). Buku Ajar Pengantar Keperawatan Maternitas. Indramayu :

Penerbit Adab

Aditama, Lidia. (2019). Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Guepedia

Hubaedah, Annah. (2022). Ketidaknyamanan dan Komplikasi yang sering terjadi

selama Persalinan dan Nifas. Malang : Penerbit Rena Cipta Mandiri

Hermawati.

Sarhin, Erdem. (2022). Management Of High-Risk Pregnancies With

Recommendations. French : Livre de Lyon.

Wijayanegara, Hidayat. (2020). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo : Prolapsus

Tali Pusat. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai