Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Pembimbing: Rita Sopiatun SST.,M.ph

Nama Kelompok:

1. Siti Elvianti (P07124023039)


2. Siti Husni Susila Asri (P07124023040)
3. Naelul Maromi oktavia (P07124023027)
4. Eka Nopianti (P07124023009)
5. Andini Pepriani (P07124023001)
6. Diyeni sani`ah (P07124023008)
7. Hoya Ramadani (P07124023013)
8. Aulia Oktina Ramdani (P07124023003)
9. Gaiza Zahira Shafa (P07124023011)

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan, Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosial dan Budaya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi penulis pada khususnya dan bagi semua kalangan pada umumnya.
Penulis membuat makalah in dari kumpulan buku, dan internet sebagai pedoman
makalah
Ilmu Sosial dan budaya masih sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa
kecintaan serhadap masyarakat yang berbudaya , khususnya terhadap masyarakat
dalam perkawinan,kehamilan, persalinan nifas, dan bayi yang baru lalit
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya, teman mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
motivasi dalam pengembangan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karna itu, kritik
dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Pendekatan melalui agama......................................................................................


a. Upaya pemeliharaan kesehatan..........................................................................
b. Upaca pencegahan penyakit..............................................................................
c. Upaya pengobatan penyakit...............................................................................
B. Pendekatan melalui kesenian tradisional.................................................................
a. Apresiasi seni.....................................................................................................
b. Peran seni...........................................................................................................
c. Kesenian sebagai penyuluhan kesehatan...........................................................
d. Kesenian sebagai seni terapi..............................................................................
C. Pendekatan dalam sistem pesantren.........................................................................
a. Pengertian..........................................................................................................
b. Tujuan dan saran pondok pesantren..................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kahishgan maissia. Di era globalisasi
sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial badaya. Salah satu masalah yang kini banyak merchak di
kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi
konsepsi mengenai berbagai pantangan, bubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
schat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak

Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat
yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah
pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum
masih banyak menggunakan dukun berk

Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya, Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan

Unik ini seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat portu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma
dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan?
2. Bagaimana cara bidan melaksanakan pendekatan sosial budaya dalam lingkup
agama,kesenian tradisional,dan dalam lingkungan pondok pesantren?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa definisi dari pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan?
2. Mengetahui bagaimana cara bidan melaksanakan pendekatan sosial budaya dalam
lingkup agama,kesenian tradisional,dan dalam lingkungan pondok pesantren?
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pendekatan melalui agama

Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani


hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat
manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-
aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan
diantaranya:

1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.


2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita
dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya,
keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YangMaha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.

Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-
upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya:

a. Upaya pemeliharaan kesehatan

Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu
sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam dari
berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan
bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain:

1. Makan makanan yang bergizi


2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan: kebersihan sebagian dari
iman)
3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit
b. Upaya pencegahan penyakit

Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu
sakit. Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:

1. Dengan pemberian imunisasi


2. Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD
kelas 1 sampai kelas 3.
3. 2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun (Surah Al-Baqarah ayat 233).
Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui
bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian,
atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

c. Upaya pengobatan penyakit

Nabi saw bersabda: " Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang
diturunkan-Nya."Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit. Pandangan
agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat mengenai
hal tersebui yaitu memperbol dan melarang penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada
beberapa ulama yang mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu hal yang
sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah.
Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD. Ada dua pendapat yaitu
memperbolehkan / menghalalkan dan melarang /mengharamkan.

Pendapat pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian


kontrasepsi IUD:

a. Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.


b. Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat merencanakan jarak
kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga
dengan baik.
c. Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak, tentunya sangat
merepotkan dan membebani perekonomian keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa
aman kepada ibu. Karena persalinan dengan factor resiko/resiko tinggi dapat mengancam
keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat beristirahat waktu keseharian ibu tidak hanya
digunakan untuk mengurusi anak dan keluarga.

Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi IUD:

a. Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi


b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan
c. sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel
telur (masih ada kegagalan).
d. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan
alat lainnya.Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga
mempunyai dua pendapat pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang.

Pendapat/pandangan yang memperbolehkan:

a. Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam
kaedah hukum (Isl am) mengatakan " Keadaan darurat memperbolehkan hal-
hal yang dilarang dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa "
b. Begilu. juga halnya mengenai melihat aura orang lain apabila diperlukan
untuk kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.

Pandangan/pendapat yang melarang:

a. Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama
perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang
sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
c. Dengan melihat aura orang lain.

C. Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional


Bidan adalah seorang wanita yang tlah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn
memperole izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.

Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau.

dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah,


nyaman,sehingga memberi kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ).
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan
yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu
yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam
memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk
masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan,
fasilitas, modal, energi dan waktu.

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan
kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya
dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani
pelayanannya kepada pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya
berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai
pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi
yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau
benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat:

1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan


informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media,
waktu ideal, frekuensi. pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait
maupun informal leader tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika
di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa.
2. Diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif
tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain
itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan
mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan terkini.

3. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di


Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
4. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.
5. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi
pasien yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.Serta seorang
bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat khususnya. berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan
tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau
pelayanan kebidanan dengan baik,hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan
misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.

pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang
artinya kemahiran. Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni berasal dari
bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam bahasa
Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun
dalam bahasa tradisional jawa, seni mempunyai rti Rawit pekerjaan yang rumit rumit / kecil.
Dibawah ini terdapat beberapa hal tentang seni baik pendapat dari para ahli budaya,maupun
arti kesenian secara umum.

a. Seni menurut para ahli budaya


 Drs. Popo Iskandar

Seni adalah suatu hasil dari ungkapan emosi yang ingin disampaikan oleh kepada
orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok seseorang.

 Ahdian karta miharja

Seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan suatu realitas dalam suatu karya seni
yang bentuk dan isinya, mempunyai kemampuan untuk membangkitkan pengalaman tertentu
dalam rohani penerimanya.Dan menurut beliau Kesenian Merupakan produk dari manusia
sebagai homeostetiskus. Setelah manusia merasa cukup atau dapat mencukupi kebutuhan
fisiknya, maka manusia tersebut perlu dan akan selalu mencari pemuas untuk memenuhi
kebutuhan psikisnya. Manusia semata- mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga
memenuhi pandangan indah serta suara merdu, semua kebutuhan manusia tersebut dapat
dipenuhi melalui kesenian.

a. Kesenian secara umum


Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan
guna melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh
seseorang tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi.
b. Kesenian tradisional

Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adal
kebiasaan yang ada secara turun menurun atau kesenian baru.hasil dari pengembangan
kebudayaannya.

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan
kemauan secara naluriah. Memerlukan prantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik
secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Maksud
dari menyatakan rasa seni secara aktif adalah seseorang jika memiliki suatu rasa seni, harus
dikembangkan atau diapresikan kepada orang lain agar bermanfaat bagi orang lain. Agar rasa
seni tersebut dapat disalurkan atau diberikan kepada orang lain supaya rasa seni yang dimiliki
dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu pendekatan terhadap


kesenian seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya
kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah seseorang dalam pembabaran ide
yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera
kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap
bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang
bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta
ide yang melatar belakangi kehadirannya.

Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari
kata yunani berarti merasa sama. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati
berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

a. Apresiasi Seni

Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan
kemampuan untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti
orang tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut
mampu menghargai karya seni tersebut.
Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah:

a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang


tidak disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni,
sejarah seni.

perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari
hasil dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan
penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.

a. Peranan Seni
Seni memliki beberapa peranan, diantaranya:
a. Seni sebagai kebutuhan.
Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa
kebutuhan bagi manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup
maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan
sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya
membentuk sikap budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif
merupakan alat-alat yang mampu menimbulkan suasana magis dan misterius
dalam pemujaan serta kehidupan pada waktu itu. Juga karya-karya kesenian
klasik yang puitik heroik maupun karya-karya modern, kesemuanya memberi
pengaruh yang besar dalam peradaban manusia.

Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik


kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh manusia
untuk melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni mempunyai peranan
dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hasrat mengungkapkan
atau menyatakan perasaan pribadi mengenai aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari
tentang kelahiran, cinta, perkawinan, iri hati, kematian dan lain-lainnya.
Disamping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai
situasi politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau positif dalam mengatasi
stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu,
seni memahat patung, dll,:

a. Pendekatan melalui Paguyuban dan sistem Banjar


b. Pendekatan dalam sistem Banjar

Bentuk kesatuan sosial yang berdasarkan kesatuan wilayah ialah,desa Kesatuan


kesatuan sosial yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara upacara - keagamaan yang
keramat. Pada umum nya tampak beberapa perbedaan antara desa dipegunungan dan desa
adat ditanah datar. menjadi warga desa adat dan mendapat tempat duduk yang khas dibalai
desa yang disebut Bale Agung, dan berhak mengikuti rapat - rapat desa yang diadakan secara
teratur pada hari tetap.

Cara Cara Pendekatan Bidan dalam wilayah Banjar Bali Para bidan mempunyai
berbagai cara meningkatan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya
kesehatan, misalnya saja denagn mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas.

Ciri-ciri Paguyuban

Intimate: hubungan menyeluruh yang mesra

 Private: hubungan bersifat pribadi.


 Exclusive: bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak
untuk orang lain diluar kita.
Ciri-Ciri umum
1. adanya hubungan perasaan kasih saying
2. adanya kenginan untuk meningkatkan kebersamaan
3. Hubungan kekeluargaan masih kental
4. sifat gotong royong masih kuat

Tipe Paguyuban

Memiliki tiga tipe di masyarakat yaitu :


1. Paguyuban karena ikatan darah Yaitu paguyuban berdasarkan keturunan. contoh
kelompok kekeluargaan,keluarga besar.
2. Paguyuban karena tempat Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang berdekatan
tempat tinggal.Contoh arisan RT,RW,dan karang taruna.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang
tidak punya hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdelatan tetapi mereka
mempunyai jiwa dan pikiran yang sama. contohnya organisasi.

Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan


pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban,untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan
khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.misalnya
saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas puskesmas

C. Pendekatan Dalam Sistem Pesantren

a. Pengertian

Pondok pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang menggembangkan fungsi


pedalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. b. Tujuan Dan
Sasaran Pondok Pesantren.

Bidan harus memiliki keterampilan professional agar dapat memberikan pelayanan


kebidanan yang bermutu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan rasional, agar bidan dapat
menjalankan peran fungsiya dengan baik maka perlu adanya pendekatan social budaya yang
dapat menjembati pelayanan pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu
adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan
kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang kuat,
menggunakan pendekat sebagai berikut:

a. pendekatam social
b. survai mawas diri
c. musyawarah masyarakat pondok pesantren
d. pelatihan
e. pelaksanaan kegiatan
f. pembinaan

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi


pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. Melalui pedidikan
agama, pendidikan formal, pendidikan kesenian.

 Tujuan umum : tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian


pondok pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan.

 Tujuan khusus : tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan


masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta
pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya
keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,


berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak
remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat
menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan
melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian
tradisional.
B. Saran
Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta
1986 Depkes RI, MA 103. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes.
Jakarta1996.Nasrul Effendi, Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 19 Sosial
budaya dasar, Syafrudin, SKM.M.Keswww.google.com

Anda mungkin juga menyukai