Lanlan Maulana Yusup Akx16172 (2019) - 1-49
Lanlan Maulana Yusup Akx16172 (2019) - 1-49
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep) di Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung
Oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberikan kekuatan dan pikiran sehingga
Bersihan Jalan Napas Di Ruang Jamrud Rumah Sakit DR Slamet Garut Tahun 2019
Maksud dari tujuan penyusunan KTI ini adalah untuk memenuhi salah satu
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, terutama
kepada :
Bandung.
ii
6. Seluruh dosen Akademik DIII Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung
9. Kepada semua pihak yang telah berkenan dalam membantu dan memperlancar
Semoga selalu diberikan hidayah dan pahala yang berlipat ganda oleh-Nya
atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
tidak ada sesuatu yang dihasilkan manusia dalam bentuk yang sempurna (“al-
Insanu ma’al khoto”, manusia itu adalah tempatnya salah), oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk ke arah yang lebih baik
lagi. Semoga KTI ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri
iii
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang disebabkan
karena adanya obstruksi atau penyumbatan aliran udara pada saluran pernapasan. Salah satu masalah
keperawatan pada pasien PPOK yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Tujuan untuk
memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien PPOK dengan
masalah keperawatan ketidakefektif bersihan jalan nafas di RSUD dr. Slamet Garut. Metode yang
digunakan yaitu metode deskriptif dengan tehnik studi kasus pada 2 klien PPOK dengan masalah
keperawatan ketidakefektif bersihan jalan nafas. Hasil proses keperawatan pada klien PPOK dengan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu pada klien 1 masalah teratasi,
sedangkan pada klien 2 masalah sebagian teratasi. Diskusi intervensi pada klien 1 dihentikan,
sedangkan pada klien 2 perlu dilanjutkan lagi sampai dengan masalah keperawatan teratasi
sepenuhnya. Saran: Bagi perawat di ruang Jamrud RSUD Dr. Slamet Garut untuk tetap
mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dan memberikan dukungan kepada pasien, serta
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari penerapan terapi teknik clapping dan batuk efektif
kepada klien PPOK, sehingga dapat mengeluarkan dahak dan memperbaiki ventilasi paru atau
sistem pernapasan pasien.
ABSTRACT
Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a lung disease caused by
obstruction or blockage of air flow in the respiratory tract. One of the nursing problems in COPD
patients is the ineffectiveness of airway clearance. The Objectives to gain experience in
implementing nursing care for COPD clients with nursing problems ineffective in cleaning the
airway in RSUD dr. Slamet Garut. The method is used descriptive method with case study
techniques in 2 COPD clients with ineffective nursing problems in cleaning the airway. The results
of the nursing process in COPD clients with nursing problems ineffectiveness of the airway that is
in the client 1 problem is resolved, while in the client 2 the problem is partially resolved. The
discussion of intervention in client 1 was stopped, while in client 2 it was necessary to continue until
the nursing problem was fully resolved. Suggestion: For nurses in the Jamrud room, Dr. Slamet
Garut to maintain a good relationship and provide support to patients, and to improve the quality
and quantity of effective clapping and coughing therapy for COPD clients, so that they can expel
phlegm and improve the patient's pulmonary ventilation or respiratory system.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..................................................................................................... 44
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 70
vi
BAB I
PENDAHULUAN
diperlukan oleh tubuhnya. Oksigen tersebut digunakan oleh setiap sel dalam
anatomis, sifat kronik penyakit, dan perubahan struktur serta fungsi. Penyakit
1
2
pernapasan tersebut diantaranya yaitu kanker paru, TBC, dan PPOK (Haq et
al., 2010).
diantarnya yaitu usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan terhadap
faktor risiko. Adapun faktor risiko tersebut yaitu kebiasaan hidup yang tidak
orang menderita PPOK di seluruh dunia dengan 65 juta orang yang menderita
PPOK derajat sedang hingga berat.pada tahun 2020. PPOK adalah penyebab
kematian diseluruh dunia 2030. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena
PPOK pada tahun 2005, yang setara dengan 5% dari senua kematian secara
global (WHO, 2016). Menurut data penelitian dari Regional COPD Working
sebesar 6,3%, dengan yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura, dan
pasien dengan PPOK dengan prevalensi 5,6% angka ini bisa meningkat
dengan makin banyaknya jumlah perokok. Mortalitas PPOK lebih tinggi pada
3
laki-laki dan akan meniungkat pada kelompok umur >45 tahun. Hal ini bisa
(Riskesdas, 2013).
catatan medical record RSUD Dr. Slamet Garut angka penyakit PPOK pada
bulan Januari-Desember 2018 adalah 583 kasus atau sebesar 15%. Kemudian
kasus atau sebesar 1,18% (Sumber: data medikal record RSUD Dr Slamet
Garut, 2019).
Gangguan yang bersifat progresif akibat pajanan atau gas beracun yang
terjadi dalam waktu lama dengan gejala utama sesak napas batuk dan
produksi sputum. Hal ini didasari dari kapasitas fisik berupa onset,
munculnya sputum sesak napas dan eksaserbasi yang berulang banyak sekali
2014).
penelitian yang telah dilakukan oleh Vinni Ovei Nabella (2018) didapatkan
4
jalan napas menjadi masalah utama, karena dampak dari pengeluaran dahak
dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan napas yang dapat
komprehensif meliputi : bio, psiko, sosial, dan spiritual. Peran perawat secara
keluarga dengan baik dan benar, sesuai dengan anjuran dokter maupun
keperawatan pada klien PPOK melalui penuyusunan karya tulis ilmiah (KTI)
Slamet Garut.
1. Bagi Perawat
4. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
oleh batuk kronik berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurang
pada paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Patricia, 2011).
pernapasan yang ditandai dengan adanya gejala sesak napas dan dalam
8
9
eksaserbasi.
(Dictio, 2014)
6. Anatomi Paru
dan plera viselaris. Kedua paru sangat lunak, elastis, dan berada
keatas, maka bagian kanan lebih tinggi dari pada paru kiri.
7. Fisilogi Paru
tubuh.
emfisema:
polusi udara, infeksi, usia. Sedangkan faktor resiko yang berasal dari
host/ pasienya antara lain usia, jenis kelamin, adanya gangguan fungsi
2.1.4 Patofisiologi
partikel yang belum tersaring oleh hidung dan juga saluran napas besar.
bersihan jalan napas tidak efektif jika mukus tidak langsung ditangani
Penumpukan lendir dan sekretsi Obstruksi pada pertukaran Jalan napas bronkhial
yang sangat banyak menyumbat C2 dan CO2 terjadi akibat menyempit dan membatasi
jalan napas kerusakan dinding alveoli jumlah udara yang mengalir ke
dalam paru paru
6. Lelah, lesu
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan sputum
6. Pemeriksaan bronkogram
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pengobatan farmakologi
3) Antihistamin
4) Steroid
5) Antibiotik
6) Ekspektoran
2. Higiene paru
3. Latihan
5. Diet
2.2.1 Pengertian
jalan napas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan
seperti batuk tidak produktif, sputum berlebih, suara napas mengi atau
bronkiolus dan alveoli. Selain asap rokok ada juga pengaruh lain yaitu
3. Antibiotik
2.3.1 Pengkajian
tinggal atau bekerja di area polusi udara berat, adanya alergi riwayat
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
mengi.
3. Riwayat Kesehatan
riwayat merokok.
4) Pola aktivitas
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Personal hygiene
secara mandiri.
d) Istirahat tidur
ada gangguan sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan
e) Aktivitas
4. Pemeriksaan fisik
biasanya menurun
diafragma mendadar/menurun
1) Sistem pernapasan
2) Sistem kardiovaskuler
ekstremitas).
3) Sistem gastrointestinal
4) Sistem endokrin
5) Sistem persyarapan
6) Sistem intergumen
Kaji apakah ada tanda tanda sianosis, pucat pada kulit klien
7) Sistem muskuloskeletal
keterbatasan gerak.
8) Pemeriksaan fsikologis
9) Status emosi
a) Gambaran diri
b) Ideal diri
tertentu.
c) Harga diri
d) Peran diri
e) Ideal diri
5. Data Psikologis
6. Dara Spiritual
7. Data penunjang
pemeriksaan penunjang.
muntah.
27
malnutrisi.
1) Tujuan
napas jelas.
2) Kriteria hasil
udara).
1) Tujuan
2) Kriteria hasil :
adekuat
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kebiasaan diet, 1. Pasien distres pernapasan akut biasanya
masukan makanan saat ini, anoreksia karena dispnea, produksi
atat derajat kesulitan sputum dan obat. Selain itu banyakpasien
makan.evaluasi BB dan PPOMmempunyai kebiasaan makan
ukuran tubuh buruk. Meskipun kegagalan bernapas
membuat status hipermetabolik dengan
meningkatkan kebutuhan kalori. Sebuah
akibat pasien sering masuk RS dengan
beberapa derajat mal nutrisi.orang orang
yang mengalami emfisema dering kurus
dengan perototan kurang.
2. Auskultasi bunyi usus 2. Penurunan / hipoaktif bising usus
menunjukan penurunan motilitas gaster
dan komplikasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas dan
hipoksemia
3. Berikan perawatan oral 3. Rasa tak enak, bau dan penampilan
sering, buang sekret, berikan adalah pencegah utama terhadap nafsu
wadah husus untuk sekali makan dan dapat membuat mual dan
pakai dan tisu muntah dengan peningkatankesulitan
napas
1) Tujuan
2) Karakteristik
infeksi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi suhu 1. Demam dapat terjadi karena infeksi
dan/ dehidrasi.
33
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
pengobatan.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan penjelasan proses 1. Menurunkan ansietas dan dapat
penyakit individu, dorong menimbulkan perbaikan partisipasi
pasien/orang terdekat untuk pada rencana pengobatan
menanyakan pertanyaan
2. Diskusikan faktor individu 2. Untuk mengetahui tentang proses
yang memperberat kondisi, cemas yang dialaminya.
mis.,udara terlalu kering,
lingkungan dengan suhu
dingin
3. Hindari perubahan suhu yang 3. Untuk menghindari panas atau dingin
ekstrem karena panas dapat meningkatkan
suhu tubuh dan dingin cenderung
meningkatkan bronkhopasme
4. Anjurkan klien untuk berhenti 4. Merokok menekankan aktivitas silia
merokok dan mempengaruhi pembersihan
silaris dari saluran pernapasan
(Nikmatur, 2012).
35
2.3.5 Evaluasi
1. S : Data subjektif
2. O : Data objektif
3. A : Analisa data
4. P : Planning
5. I : Implementasi
(perencanaan).
6. E : Evaluasi
keperawatan
7. R : Reasessment