Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROJECT

BASED LEARNING TERHADAP SELF REGULATED LEARNING


SISWA DALAM MATA PELAJARAN HIASAN BUSANA DI SMK
TARBIYATUL THOLABAH

Oleh :

Aufa Liana Sarah

19513244005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan agar peserta didik yang diwariskan dari satu
genereasi ke generasi selanjutnya aktif mengembangkan potensi dirinya
melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan selalu mengalami
perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di
segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan
meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana
pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu
pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu
menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam media pembelajaran yang
lebih inovatif. Media pembelajaran sangat penting untuk di terapkan sebagai
bentuk perencanaan dam proses belajar mengajar. Tanpa media pembelajaran
yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terasah sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapcai secara optimal.
Harapan pendidikan untuk menjadi yang lebih baik telah menjadi tuntutan
banyak pihak. Sekolah sebagai wujud dari sebuah lembaga pendidikan di
tuntut untuk mengalami perubahan dan terus berkembang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan memiliki kualitas akan pendidkan yang baik.
Mata pelajaran hiasan busana di SMK Tarbiyatul tholabah menerapkan model
pembelajaran langsung dengan bekerja secara mandiri maupun berkelompok,
Hiasan busana adalah suatu rancangan gambar yang nantinya akan
diwujudkan dengan tujuan untuk memperindah suatu penampilan busana
dengan menerapkan tehnik sulaman. Hiasan busana merupakan mata
pelajaranan terpenting dan sangat berhubungan dengan kesiapan lulusan
siswa SMK tata busana dalam menghadapi dunia kerja. Model pembelajaran
Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep di bangun berdasarkan
produk yang di hasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek dan juga
agar belajar untuk berkerjasama dengan kelompok untuk memecahkan
masalah dan mencari solusi bagi masalah yang nyata. Permasalahan yang
terdapat dalam mata pelajaran produk kreatif dan hiasan busana adalah
ketepatan waktu mengerjakan tugas seringkali tidak sesuai target rencana.
Konsep menyelesaikan masalah pada metode Project Based Learning
dilakukan dengan cara diskusi kelompok. Metode pembelajaran Project Based
Learning lebih menekankan pada pertukaran pendapat dengan belajar proyek,
siswa mampu berkerja dengan instruksi mengikuti proses dan
mengembangkan pengetahuannya untuk mencapai ketuntasan belajar. Self-
regulated learning merupakan proses pembelajaran seseorang mampu
menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian berusaha memonitor, mengatur,
mengontrol kognisi, motivasi dan kondisi konstektual dari lingkungannya.
Self-regulated learning ini merupakan kombinasi keterampilan belajar
akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih
mudah, sehingga para siswa lebih termotivasi. Peserta didik yang mempunyai
self regulated learning yang tinggi adalah peserta didik yang secara
metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta didik yang
aktif dalam proses belajar. Akan terlihat bahwa betapa efektifnya belajar jika
peserta didik memiliki self regulated learning yang baik. Oleh karena itu,
dalam proses belajar peserta didik diharapkan memiliki self regulated
learning yang tinggi. Apabila peserta didik memiliki self regulated learning
yang rendah akan mengakibatkan kesulitan dalam menerima materi pelajaran
sehingga hasil belajar mereka menjadi tidak optimal dan tidak maksimal.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat di identifikasi
permasalahnnya sebagai berikut:
1. Kurangnya efesiensi waktu dalam proses pembelajaran sehingga peserta
didik kurang maksimal
2. Kekhawatiran terhadap siswa hanya akan menguasai satu topik/materi
tertentu yang dikerjakannya
3. Peserta didik belum kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
4. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
5. Kurangnya kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
C. Batasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang muncul maka perlu adanya Batasan
masalah agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Maka
peneliti ini di batasi pada permasalahan hubungan antara pembelajaran
project based learning terhadap self regulated learning siswa dalam mata
pelajaran desain busana pada kelas x tata busana di smk tarbiyatul tholabah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dari identifikasi masalah di atas maka
peneliti merumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran project based learning terhadap self
regulated learning siswa dalam mata pelajaran desain busana pada kelas X
tata busana di SMK Tarbiyatul Tholabah?
2. Bagaimana bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran project based learning siswa dalam
mata pelajaran desain busana pada kelas X tata busana di SMK Tarbiyatul
Tholabah?
3. Bagaimana respond siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran project based learning terhadap self
regulated learning siswa dalam mata pelajaran desain busana pada kelas X
tata busana di SMK Tarbiyatul Tholabah?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan di SMK Tarbiyatul Tholabah
yaitu untuk mengetahui hasil dari:
1. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran project based learning terhadap self regulated learning siswa
dalam mata pelajaran desain busana.
2. Bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran project based learning siswa dalam mata pelajaran desain
busana.
3. Respond siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran project based learning terhadap self regulated learning siswa
dalam mata pelajaran desain busana.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atupun
kegunaan tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Memberikan informasi dan perkembangan pembelajaran project based
learning terhadap self regulated learning siswa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman praktis dalam melaksanakan penelitian
dan sebagai penelitian sejenis bagi peneliti masa yang akan datang
b. Bagi Siswa
Menumbuhkan pembelajaran yang lebih baik dengan menggunakan
model pembelejaran project based learning terhadap self regulated
learning siswa
c. Bagi Guru
Memberikan masukan dan menerapkan mengenai alternatif dalam
model pembelajaran project based learning oleh guru sebagai bahan
masukan untuk upaya peningkatan hasil belajar siswa yang baik
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi yang
berarti pada sekolah sebagai bahan masukan dalam memperbaiki
pengembangan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari Bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berate perantara atau pengantar. Media adalah
peranatara atau pengantar pesan dari si pengirim kepada si penerima
dalam sebuah proses komunikasi yang berlangsung. Sedangkan
menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung,
alat (sarana) komunikasi. Media pembelajaran merupakan bagian tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan media
pembelajaran juga merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk
menciptakan pengalaman yang dapat membantu proses belajar siswa.
Hal ini dikarenakan media berperan sebagai alat perangsang belajar
dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga murid tidak mudah
bosan dalam mengikuti proses belajar-mengajar.
Menurut H. Malik (1994) Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran
dan perasaan. Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan
pembelajaran bahwa materi yang ingin disampaikan yang bertujuan
untuk mencapai suatu proses pembelajaran, pesan yang disampaikan
berupa isi/ajaran yang di tuangkan dalam simbol-simbol komunikasi
baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non-verbal, proses ini
dinamakan encoding. Penafsiran dari simbol-simbol komunikasi
tersebut dinamakan decoding. Keberhasilan dalam menafsirkan
tergantung kepada pemahaman penerima terhadap apa yang didengar,
dibaca, dilihat, atau diamatinya (Daryanto, 2016). Menurut Gerlach
dan Ely (1971) Media pembelajaran merupakan alat-alat grafis,
fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual dan verbal. Menurut Latuheru, Definisi media
pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi,
komunikasi,edukasi, antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya.
Secara umum media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:
1. Media Visual: yaitu suatu jenis media yang semata-mata hanya
memanfaatkan indera penglihatan peserta didik untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Dengan demikian penggunaan
media pembelajaran ini tergantung dari kemampuan penglihatan
peserta didik. Sebagai contoh: media cetak, seperti buku, modul,
jurnal poster, dan peta, model seperti globe bumi dan miniature,
dan media realitas alam sekitar.
2. Media Audio: yaitu jenis media pembelajaran dengan hanya
melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pesan dan informasi
yang diterimanya adalah berupa pesan verbal seperti bahasa lisan
dan pesan nonverbal dalam bentuk bunyi-bunyian, music, dan
bunyi tiruan.
3. Media Audio-visual: yaitu jenis media yang digunakan dalam
kegiatan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan indera
penglihatan dan indera pendengaran dalam suatu proses atau
kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media
ini dapat berupa pesan, verbal dan nonverbal yang mengandalkan
baik penglihatan maupun pendengaran. Sebagai contoh film,
program TV dan video.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu proses
belajar mengajar yang dapat menyalurkan pesan, merangsang fikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
2. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil
guna atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), efektivitas adalah daya guna, keaktifan, serta adanya kesesuaian
dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan
tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas adalah penilaian yang dibuat
sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Semakin
dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka
mereka dinilai semakin efektif (Gibson, 2013:46). Menurut Wiyono
(2007:137) Efektifitas diartikan suatu kegiatan yang dilaksanakan dan
memiliki dampak serta hasil sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas
memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J.
Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain :
1. Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu
yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.
2. Efektivitas Kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya.
3. Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya
yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap
bagiannya. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa Efektivitas merupakan suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target yang telah di capai, yang berhubungan
dengan prestasi individu, kelompok, maupun organisasi di mana target
tersebut sudah di tentukan terlebih dahulu.
3. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut Toeri Soekamto dan Winataputra (1995:78)
mendefinisikan “model pembelajaran” sebagai kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapaui tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakn aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm.
48).
Ciri-Ciri Moedel Pembelajaran
Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8) model
pembelajaran mempumyai empat ciri khsus yang membedakan dengan
strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain.
1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya
2. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik
akan belajar (memiliki tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin di
capai)
3. Tingkah laku pembelajaran yang di perlakukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil dan lingkungan beajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir, proses pembelajaran yang di sajikan secara khas oleh
guru untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project-based
learning).
Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatana media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata (Kemdikbud,
2013). Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam
terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan suatu investigasi
yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan (Grant,
2002).
Ministry of Education Malaysia juga menganggap bahwa Project
Based Learning merupakan model pembelejaran yang sangat berbeda
daripada pembelajaran yang sangat berbeda daripada pembelajaran pada
umumya dengan waktu belajar yang singat, terisolasi, dan berpusat pada
guru. Project Based Learning memiliki kegiatan dengan jangka waktu
yang cukup, interdisipliner, berpusat pada siswa, dan terintegrasi dengan
isu-isu dan praktik dalam kehidupan. Selain itu, Project Based Learning
juga berisi tugas intelektual untuk mengeksplorasi masalah yang
kompleks. Hal ini akan mendorong pemahaman yang benar tentang
pengetahuan. Dalam Project Based Learning, siswa mengeksplorasi,
membuat penilaian, menafsirkan, dan mensintesis informasi dalam cara
yang lebih bermakna.
Berdasarkan teori tersebut dapat di simpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas
siswa untuk dapat memahami suatu konsep dengan melakukan investigasi
mendalam tentang suatu masalah dan menemukan solusi dalam pembuatan
proyek.
4. Pengertian Self Regulated Learning
Pengelolaan diri bila dalam Bahasa Inggris adalah self regulation.
Self artinya diri dan regulation adalah terkelola. Pengelolaan diri
merupakan kemampuan individu untuk berinisiatif dan mengatur diri
berdasarkan tujuan personal yang termasuk komponen penting dalam teori
kognitiff sosial (social cognitive theory). Menurut Albert Bandura (dalam
Filho, 2001) mendefinisikan self- regulated learning sebagai suatu keadaan
di mana individu yang belajar sebagai pengendali aktivitas belajarnya
sendiri, memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola sumber daya
manusia dan benda, serta menjadi perilaku dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksana dalam proses belajar. Menurut Santrock (2008)
Self—Regulated Learning atau pembelajaran regulasi diri adalah
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk
mencapai tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik
( meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik,
belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan
sosiomosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman
sebaya). Deasyanti dan Armaini (dalam Lubis dkk. 2016) menjelaskan
bahwa self regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dimana
siswa menentukan tujuan belajar, mengimplementasikan strategi dan
memonitor kemajuan pencapaian tujuan yang melibatkan kognisi,
metakognisi dan motivasi, afeksi dan perilaku siswa dalam belajar.
Dengan melibatkan unsur-unsur tersebut, siswa mampu memutuskan
sendiri atau dengan bantuan orang lain, apa yang menjadi kebutuhan bagi
dirinya, bagaimana menetapkan sasaran belajarnya, strategi apa yang akan
digunakan dalam menyelesaikan tugas akademik dan dapat kemajuan diri
sendiri.
Menurut Wolters menjelaskan secara rinci penerapan strategi
dalam setiap aspek self-regulated learning sebagai berikut:
a) Kognisi
Strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi, termasuk macam-
macam aktivitas kognitif dan metakognitif bahwa individu terlibat
untuk mengadaptasi dan mengubah kognisi mereka. Strategi
meregulasi kognisi yang meliputi:
1. Strategi pengulangan (rehearsal) termasuk usaha untukmengingat
materi dengan cara mengulang terus-menerus.
2. Strategi elaborasi (elaboration) merefleksikan “deep learning”
dengan mencoba untuk meringkas materi dengan menggunakan
kalimatnya sendiri.
3. Strategi organisasi (organization) termasuk “deeo process” dalam
melalui penggunaan taktik bervariasi seperti mencatat,
menggambar diagram atau bagan untuk mengorganisasi materi
pelajaran dalam beberapa cara
4. Strategi meregulasi metakognitif (metacognition regulation)
termasuk perencanaan, monitoring dan strategi meregulasi belajar,
seperti menentukan tujuan dari kegiatan membaca, memonitoring
suatu pemahaman atau membuat perubahan atau penyesuaian
supaya ada kemajuan salam tugasnya.
b) Motivasi
Strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan beberapa aktivitas yang
mana siswa dengan maksud tertentu berusaha untuk memulai,
mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, untuk
mempersiapkan tugas berikutnya, atau melengkapi aktivitas tertentu
atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi meliputi beberapa pemikiran,
tindakan atau perilaku dimana siswa berusaha untuk mempengaruhi
pilihan, usaha, dan ketekunan mereka untuk tugas akademisnya.
Regulasi motivasi meliputi:
1. Mastery self-talk adalah berpikir tentang penguasaan yang
berorientasi pada tujuan, seperti memuaskan keingintahuan,
menjadi lebih kompeten atau meningkatkan perasaan otonomi
2. Extrinsic self-talk adalah ketika siswa dihadapkan pada suatu
keinginan untuk menyudahi proses belajar, siswa akan berpikir
untuk memperoleh prestasi yang lebih tinggi atau berusaha dengan
baik di kelas sebagai cara menyakinkann diri merekauntuk terus
melanjutkan kegiatan belajarnya.
3. Relative ability self-talk adalah saat siswa berpikir tentang
performa khusus untuk mencapai tujuan belajar, dengan cara
melakukan usaha lebih baik daipada orang lain supaya tetap
berusaha keras.
4. Strategi peningkatan yang relevan (relevance enhancement)
melibatkan usaha siswa meningkatkan keterhubungan atau
keberartian tugas dengan kehidupan atau minat personal yang
dimiliki.
5. Strategi peningkatan minat situasional (situasional interest
enhancement) menggambarkan aktivitas siswa ketika berusaha
meningkatkan motivasi intrinsic dalam mengerjakan tugas melalui
salah satu situasi atau minat pribadi.
6. Self-consequating adalah siswa menetapkan dan menyipakan untuk
diri merek dengan konsekuensi intrinsic supaya konsisten dalam
aktivitas belajar. Siswa dapat menggunakan reward dan
punishment yang kongkrit secara verbal sebagai wujud
konsekuensi.
7. Strategi penyususnan lingkungan (environment structuring)
menjelaskan usaha siswa untuk berkonsentrasi penuh untuk
mengurangi gangguan di lingkungan belajar mereka atau lebih
umumnya untuk mengatur sekitar mereka dan mengatur kesiapan
fisik dan mental untuk menyelesaikan tugas akademis
c) Perilaku
Strategi untuk meregulasi perilaku yang melibatkan usaha individu
untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Siswa mungkin juga
mengatur waktu mereka dan mempelajari suasana dengan menagatur
belajar dengan menggunakan jadwal dan membuat perencanaan ketika
akan belajar. Regulasi perilaku berikut:
1. Effort regulation adalah meregulasi usaha.
2. Time/study environment adalah siswa mengatur waktu dan tempat
dengan membuat jadwal belajar untuk mempermudah proses
belajar.
3. Help-seeking adalah mencoba mendapatkan bantuan dari teman
sebaya, guru, dan orang dewasa.
Dari pendapat beberapa ahli diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa self regulated learning adalah proses bagaimana siswa
aktif dan konstruktif dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya
dengan melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses
belajar dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol
kognisi, motivasi, dan prilaku belajar yang baik.
5. Pengertian Hiasan Busana
Menghias busana merupakan salah satu standar kompetensi pada
mata diklat produktif bidang keahlian Busana Butik. Menurut
Widjiningsih 1983:68 dalam menghias busana terdapat beberapa teknik
menghias busana. Sebelum mempelajari teknik dalam hiasan busana, ada
baiknya kita akan mempelajari berbagai macam tusuk hias busana, karena
komposisi dalam hiasan busana berupa seragkaian dari tusuk hias busana.
Hiasan Busana Menurut Enny Zuhni Khayati 1998, pengertian hiasan
busana atau garnitur busana adalah segala sesuatu yang dihiaskan pada
busana agar busana tersebut nampak indah. Penempatan dan pemilihan
garnitur yang tepat akan menunjang dan meningkatkan 66 mutu serta
keharmonisan penampilan busana secara keseluruhan. Menurut
Widjiningsih 1983, desain hiasan adalah desain yang berfungsi untuk
memperindah permukaan benda busana sehingga terlihat lebih menarik.
Ditinjau dari tekniknya, menghias kain dibedakan atas 2 macam yaitu:
1. menghias permukaan bahan yang sudah ada dengan bermacammacam
tusuk hias baik yang menggunakan tangan maupun dengan
menggunakan mesin dan dengan cara membuat bahan baru yang
berfungsi untuk hiasan benda.
2. Menghias permukaan kain atau bahan yaitu berupa aneka teknik hias
seperti sulaman, lekapan, mengubah corak, smock, kruisteek, terawang
dan metelase. Sedangkan membuat bahan baru yaitu berupa membuat
kaitan, rajutan, frivolite, macrame dan sambungan perca. Yang akan
dibahas pada bab ini hanyalah menghias busana dengan cara menghias
permukaan bahan atau busana dengan beberapa teknik hias.
Hiasan busana dilihat dari segi bahannya dapat digolongkan menjadi:
1. Hiasan dari benang, contohnya antara lain macam-macam tusuk hias,
sulaman, renda dan hiasan bordir.
2. Hiasan dari kain, dibuat dari bahan yang sama dengan bahan pokoknya
atau dari bahan lain (kombinasi).
3. Hiasan dari logam, seperti macam-macam kancing, kain kaitm resleting,
gesper.
4. Hiasan dari kayu, seperti kancing-kancing, manik-manik dan bentuk
alternatif lain.
5. Hiasan dari plastik biasanya berupa gesper, kancing, resleting.
6. Hiasan Instimewa, hiasan yang tergolong istimewa antara lain:
a. Gim, yaitu sejenis per yang sangat lembut berbentuk spiral dari logam
berlapis warna emas atau perak.
b. Ribbing yaitu sejenis bahan tricot (kaos) yang biasanya digunakan
sebagai hiasan atau detail busana.
c. Breading yaitu hiasan yang berupa tali, bentuknya menyerupai tali
corel tetapi lebih padat, digunakan untuk tali tas.
d. Hiasan Prada yaitu hiasan dengan warnna kuning keemasan atau putih
yang diperoleh melalui proses pewarnaan atau pencelupan kain batik.
e. Hiasan manik-manik yaitu butiran atau lempengan yang bagian
tengahnya lubang kecil yang berguna untuk lekekatkan benang atau kain
yang akan dihiasi. Jenis manik-manik antara lain:
(1) Monte atau mutiara adalah jenis manic-manik yang bentuknya bulat
kecil-kecil agak pipih dah tengahnya berlubang.
(2) Pasiran, yaitu jenis manik-manik yang bentuknya bulat kecil-kecil agak
pipih tengahnya berlubang.
(3) Payet atau ketep yaitu jenis manik-manik yang bentuknya lempengan
pipih bulat dan tengahnya berlubang. Bentuknya bervariasi seperti payet
daun, payet bunga, binatang, kerang, bintang, dan lain-lain.
(4) Hallon, yaitu jenis manik-manik yang bentuknya panjang menyerupai
lidi, dibagian tengah terdapat lubang kecil. Ukuran panjangnya bermacam-
macam mulai dari 0.3-6 cm.
(5) Parel atau padi-padian, berbentuk seperti biji padi atau oval tengahnya
memiliki lubang, warnanya seperti putih mutiara, putih pelangi, perak,
emas dan warna lain.
(6) Batu manikan, bentuknya menyerupai bebatuan terbuat dari kaca,
plastik transparan atau dari batu-batuan asli.
(7) Manik-manik bentuk bebas, merupakan pengembangan bentuk-bentuk
yang sudah ada, kemudian pada permukaannya diberi ukiran atau ornamen
yang bercorak etnis.
Macam-macam renda hias, antara lain:
(1) Renda Pliess, yaitu renda atau kain sintesis, transparan dan berlipit-
lipit.
(2) Breanding, yaitu renda katun atau sintesis, memiliki lubang-lubang
yang jaraknya teratur dan dapat disisipi tali pita.
(3) Entredeux, yaitu renda tengah yang kedua sisinya simetris, dapat
dipasangkan diantara dua helai kain.
(4) Gaipuro, yaitu renda yang lebar yang rendanya dari kain tala.
Renda berjumbai, renda dari sintesis yang pada satu sisinya terdapat
rumbai-rumbai.
B. Kajian Hasil Yang Relevan
Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar

penelitian yang sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian

yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Lailiya Nur Hikmah “Pengaruh Model

Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment

dengan bentuk pretest posttest control group design. Populasi subjek

penelitian ini adalah 40 siswa kelas VII SMP Tarbiyyatus Shibyan

Tajian yang terbagi ke dalam dua kelas. Kelas VII A sebagai kelompok

control dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah

masing-masing kelas adalah 20 siswa. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan tes dalam bentuk essai sebanyak 3 soal

yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Pengujian hipotesis pada

penelitian ini menggunakan analisis Uji Independen T-Test untuk

pengujian perbedaan skor yang diperoleh siswa kelas control dan kelas

eksperimen setelah pembelajaran (postes). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran project

based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII di

SMP Tarbiyyatus Shibyan Tajian. Hasil uji Independent T-Test

ditemukan nilai T sebesar 7.247 dengan sig (2-tailed) 0,000. Oleh

karena nilai signifkansi (sig) kurang dari 0,05 (sig. <0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa HO ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh


model pembelajaran project baed learning terhadap kemampuan

berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Tarbiyatus Shibyan Tajian

2. Penelitian yang di lakukan Siti Kasdum (2019) “Pengaruh Model

Project Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta

Didik Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 1 Kluet Tengah”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan

project based learning terhadap keterampilan proses sains peserta didik

pada materi fluida statis di SMA Negeri 1 Kluet Tengah. Penelitian ini

menggunakan metode quasy eksperimental dengan design penelitian

non equivalent pretest-pretest-possttestcontrol group design yang

melibatkan kelas eksperimen XI IPA1 dan control XI IPA2. Instrumen

pada penelitian digunakan adalah soal tes dan di analisis melalui

statiska. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran project based learning terhadap keterampilan proses sains

peserta didik pada materi fluida statis di SMA Negeri 1 kluet Tengah

dimana T(hitung)>T(tabel) yaitu 12,64>2,00, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran project based learning

berpengaruh terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada

materi fluida statis di SMA Negeri 1 Kluet Tengah pada materi fluida

statis di SMA Negeri 1 Kluet Tengah pada kelas eskperimen

dibandingkan kelas control.

3. Fitria Dwi Astatika “Self-Regulated Learning Pada Siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) 06 Muhammadiyah dau”. Penelitian ini


menggunakan deskriptif kuantitatif, subjek pada penelitian ini sebanyak

151 subjek, peneliti melakukan uji T dengan acuan nilai alpha 0,05 dan

mencari nilai Z score dari keseluruhan data yang didapat. Hasil dari

penelitian ini ialah dari keseluruhan total 151 subjek, terdapat nilai slef-

regulated learning tinggi pada siswa perempuan sejumlah 55,6%

sedangkan pada siswa laki laki sejumlah 44,4%. Pada kategori kelas,

kelas 7 mempunyai hasil yang tinggi dengan total (42,9%) yang berarti

self-regulated learning pada kelas 7 lebih tinggi di bandingkan kelas 8

dan kelas 9 dengan total yang sama yaitu (28,6%). Dan pada kategori

usia, dominasi SLR dengan nilai tinggi dimilikikelompok usia 14 tahun

sebesar (34,5%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka

dapat disampaikan saran kepada beberapa pihak yaitu yang pertama,

bagi guru diharapkan lebih meningkatkan pola didik yang menerapkan

sistem disiplin hal ini dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk

menangani peserta didik yang memiliki disiplin belajar rendah sehingga

dapat meningkatkan self-regulated learning siswa. Kemudian, bagi

siswa sangat di sarankan untuk berlatih disiplin, karena akan membantu

dalam mengembangkan self-regulated learning dan mencapai tujuan

yang diinginkan. Selanjutnya yang terakhir yaitu, bagi orang tua

disarankan untuk lebih membimbing siswa di rumah, memberikan

dukungan, serta motivasi agar siswa dapat mengembangkan dan

menerapkan self-regulated learning di rumah maupun disekolah untuk

mencapai pembelajaran yang lebih efektif.


4. Puguh Prastowo “Pengaruh Project Based Learning Menggunakan

Media E-Learning Berbasis Edmodo Terhadap Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran Simulasi Digital Kelas X Akuntansi 1

SMK Palebon Semarang”. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian quasi experimental. Adapun

desain penelitian yang digunakan adalah pretestposttest control group

design. Setelah kedua kelas sampel diberikan pretest, kelas eksperimen

dan kelas control diberikan perlakuan berbeda. Pada akhir penelitian,

kedua kelas melaksanakan posttest untuk mengetahui hasil peningkatan

nilai siswa pada materi presentasi video. Dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan nilai pada kelompok eksperimen antara

sebelum dan setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan kata lain

ada pengaruh model Project Based Learning menggunakan media E-

learning berbasis Edmodo terhadap peningkatan hasil belajar siswa

mata pelajaran Simulasi Digital kelas X Akuntansi 1 SMK Palebon

Semarang. Berdasarkan hasil perhitungan uji T diperoleh nilai Tjitung =

9,152 > tabel = 2,02. Saran dari peneliti kepala sekolah yaitu agar

memanfaatkan dan menggunakan model Project Based Learning untuk

meningkatkan hasil belajar

5. Rudi Abdullah “Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Dinamika Gerak

Kelas X Man 2 Model Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh model project based learning terhadap keterampilan berpikir


kreatif siswa antara kelompok siswa yang diberi perlakuan model

Project Based Learning dengan kelompok siswa yang diberi perlakuan

dengan model konvensional pada materi dinamika gerak kelas X MA

Negeri 2 Model Palu. Metode yang digunakan adalah eksperimen kuasi

dengan equivalent prestestposttest design. Populasi penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X MA Negeri 2 Model Palu. Teknik pengambilan

sampel adalah purposive sampling. Kelas X MIA 1 sebagai kelas

control dan kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen . Instrumen

keterampilan berpikir kreatif siswa adalah test essai yang telah

divalidasi oleh validator. Presentase keterampilan berpikir kreatif tiap

indikator yang mengikuti model Project Based Learning adalah

berpikir lancer 69% (kreatif), berpikir original 70% (kreatif), dan

elaborasi 70% (kreatif) dengan rata-rata 69,24% sedangkan presentasi

keterampilan berpikir kreatif yang mengikuti model konvensional

menggunakan model Problem Based Learning adalah berpikir lancer

68% (kreatif), berpikir luwes 74% (kreatif), berpikir original 69%

(kreatif), dan elaborasi 69% (kreatif) dengan rata-rata 69,94%. Hasil

perhitungan statistic dari pengujian hipotesis menggunakan uji T

didapatkan harga Thitung sebesar 0,75 dan tabel pada taraf signifikasi

5% dan dk = 39 adalah 2,02. Disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikasi terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa

yang mengikuti model Project Based Learning dengan model


konvensional pada materi dinamika gerak kelas X MA Negeri 2 Model

Palu.

C. Kerangka Pikiran
Sangat penting untuk menentukan tingkat pemahaman terhadap
pembelajaran hiasan busana peserta didik yang tercantum pada UU No.20
Tahun 2003 mengenai tujuan pendidikan nasional tentang proses
pembelajaran yang bertujuan membuat peserta didik aktif
mengembangkan potensi diri, salah satunya keterampilan berpikir kreatif
serta sejalan dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan berpikir
kreatif siswa perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif.
Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya
dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana
yang diperlukan. Dalam hal ini memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif, tentu saja dengan persyaratan
tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Salah satunya diperlukan
model pembelajaran project based learning peserta didik yang diarahkan
untuk aktif dalam mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk
menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Peserta didik
dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian
melakuakan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interprestasi, dan
penilaian mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang
dikaji. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya untuk mengatasi masalah. Penelitian ini menggunakan
empat kelas untuk membandingkan hasil penilaian keterampilan berpikir
kreatif peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang menjelaskan komponen-komponen yang mendukung terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 2006: 64). Berdasarkan uraian pada landasan teori
dan kerangka berpikir maka disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Project Based Learning terhadap self regulated
leaning sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran hiasan busana pada siswa kelas X Tata
Busana SMK Tarbiyatul Tholabah
2. Terdapat peningkatan kombinasi kemampuan belajar akademik
dengan control diri sehingga belajar dapat lebih mudah pada siswa
kelas X Tata Busana SMK Tarbiyatul Tholabah
3. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada siswa
kelas X Tata Busana SMK Tarbiyatul Tholabah
4. Ada hubungan signifikasi terhadap evektivitas dan keterampilan
berpikir kreatif siswa yang mengikuti model Project Based Learning
terhadap Self Regulated Learning pada mata pelajaran hiasan busana
pada siswa kelas X Tata Busana SMK Tarbiyatul Tholabah
5. Nilai kelas yang menggunakan model Project based Learning terhadap
Self Regulated Learning lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelas
yang menggunakan pembelajaran lain
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian eksperimen, menurut
(Arikunto 2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat antara dua factor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti
dan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang
mengganggu. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
efektivitas suatu model pembelajaran terhadap self regulated learning hasil belajar
dalam kondisi yang terkendali. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk kelompok eksperimen
dengan menggunakan model project based learning sedangkan pada kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional.
Adapun desain penelitian di gambarkan sebagai berikut :
The Matching-Only Posttest-only Control Group Design
KELOMPOK PERLAKUAN POSTTEST
Eksperimen X1 01
Kontrol X2 02
Keterangan :
01 = Posttest pada kelas eksperimen
02 = Posttest pada kelas kontrol
X1 = Perlakuan menggunakan metode project based learning
X2 = Perlakuan menggunakan metode konvensional
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan di SMK Tarbiyatul Tholabah
yang berlokasi di Jl. K.H. Musthofa RT.02 RW.02, Kranji, Kec. Paciran Kab.
Lamongan, Prov. Jawa Timur
2. Waktu Penelitian
Rencana penelitian di lakukan pada bulan Agustus sampai dengan Juni
2022.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian, ada suatu objek yang di teliti untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Objek tersebut adalah populasi. Sugiyono (2011)
menyatakan bahwa populasi merupakan ranah umum yang meliputi suatu obyek
maupun subyek yang mempunyai kualitas dan ciri-ciri tertentu yang di tetapkan
peneliti untuk di tindak lanjut dan kemudian di simpulkan. Hal yang senada
menurut Arikunto (2006:120) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Tarbiyatul
Tholabah tahun pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 99 siswa yang terbagi ke
dalam 4 kelas.
Jumlah Kelas X SMK Tarbiyatu Tholabah
Tahun Pelajaran 2021/2022
N0 Kelas Jumlah Siswa
1 XA 25
2 XB 23
3 XC 26
4 XD 25

Sugiyono (2007:56) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan teknik simple random sampling, yang juga di sebut dengan
pengambilan sampel acak sederhana, Teknik penarikan sampel menggunakan cara
ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel ini dipilih karena
berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa setiap kelas memiliki kemampuan
rata-rata yang hampir sama, sehingga semua kelas dianggap berpeluang untuk
dijadikan sampel. Asumsi tersebut didasarkan pada alasan bahwa seluruh kelas
berada pada tingkat kelas yang sama, mendapatkan materi pelajaran dengan
kurikulum yang sama. Maka diadakan pengundian untuk menentukan dua kelas
yang akan dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga
didapatkan informasi mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.
Menurut Arikunto, (2006: 118) menyatakan bahwa variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menajdi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Variabel bebas (Independent Variable) Variabel bebas merupakan segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel
dependent (Sugiyono, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
treatment pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
project based learning terhadap self regulated learning dan kelas kontrol
menggunakan metode konvensional terhadap self regulated learning. Variabel
ini biasanya disebut variabel pengaruh dan disimbolkan dengan huruf X.
2. Variabel terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif
siswa pada mata pelajaran hiasan busana yang dianggap sebagai variabel Y.
Agar tidak terjadi salah penafsiran pada penelitian ini maka berikut akan
dikemukakan definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:
1. Model Pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa
dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2. Project Based Learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada
aktifitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep dengan melakukan
investigasi mendalam tentang suatu masalah dan menemukan solusi dalam
pembuatan proyek.
3. Self Regulated Learning adalah proses bagaimana siswa aktif dan konstruktif
dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dengan melibatkan
metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar dan berusaha untuk
memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan prilaku belajar
yang baik.
4. Hiasan busana adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa
visi kedalam kehidupsn di lingkungsn msupun masyarakat..
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2007: 98) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat
atau tes yang digunakan untuk mengumpulkan data guna mendukung dalam
keberhasilan suatu penelitian. Sebelum instrument tes digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk
memperoleh data hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk
memperoleh instrument yang baik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Analisis Instrumen Tes
Analisis instrument tes langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Mengadakan pembatasan materi yang diujikan
- Menyusun kisi-kisi soal
- Menentukan waktu yang disediakan.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal-soal uji coba tersebut
adalah 90 menit dengan jumlah soal 5 yang berbentuk uraian
2. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagai alat
ukur kemampuan berpikir kreatif siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen kepada kelas X. Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tersebut sudah memenuhi kualitas soal yang baik atau belum. Uji coba dilakukan
untuk memperoleh instrumen penelitian yang baik. Untuk mengetahui apakah
instrumen itu baik, instrumen harus memiliki kualitas yang baik dilihat dari
berbagai segi (Arifin, 2009)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara menurut Satori & Komariah (2011: 130) adalah suatu Teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data
langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara digunakan untuk
mengetahui proses pembelajaran yang terjadi pada saat di kelas terkait
kurikulum, materi, penerapan strategi pembelajaran, media pembelajaran dan
kondisi peserta didik dalam proses belajar mengajar, hasil wawancara
diperoleh dari guru mata pelajaran kewirausahaan di SMK Tarbiyatul
Tholabah pada saat penelitian.
b. Observasi
Observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) merupakan pengamatan
terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan melibatkan seluruh
pancaindera. Observasi yang dilakukan merupakan observasi tertutup dengan
mengambil data dari responden, data data yang di observasi antara lain: data
jumlah peserta didik dan profil SMK Tarbiyatul Tholabah yang diperoleh dari
pihak sekolah.
c. Tes
Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan
obyek yang diteliti (Arikunto, 2006: 223). Tes yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan tes tertulis berbentuk essai yang telah diuji
validitasnya untuk mengukur mengukur keterampilan berpikir kreatif peserta
didik, tes keterampilan berpikir kreatif diberikan pada akhir pembelajaran
d. Angket
Angket merupakan teknik pengupulan data yang dilakukan dengan memberi
seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Angket pada
penelitian ini bersifat tertutup dengan jawaban sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Tujuan penggunaan angket ini adalah untuk
mengetahui respond peserta didik terhadap keterlaksanaan model project
based learning terhadap self regulated learnind pada mata pelajaran
kewirausahaan
e. Dokumentasi
Bentuk dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto -foto
kegiatan pembelajaran dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran kemudian di
analisis dengan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi
normal digunakan atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode
Liliefors, dengan langkah sebagai berikut:
Lhitung = Max │F(Z) – S(Z)│, Ltabel = L (a-n)
H0 : Sampel berasal populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Langkah-langkah uji Liliefors :
a. Mengurutkan Data
b. Menentukan frekuensi masing-masing data
c. Menentukan frekuensi kumulatif
Xi−X ¿
d. Menentukan nilai Zi = dengan S =√ ∑ 1−x ¿ 2 n−1
s
e. Taraf signifikan a = 0,05
f. Menentukan nilai F (Z), dengan menggunakan tabel Zi
fkum
g. Menentukan S (Z) =
n
h. Menentukan L = │F (Z) – S(Z) │
i. Menentukan nilai jika t hitung = Max │ F (Z) – S(Z) │
j. Menentukan nilai t tabel= L (a,n) ada pada tabel lampiran
k. Membandingkan jika t hitung dan t tabel, serta membuat kesimpulan adapun
kriteria penguji adalah sebagai berikut:
H0 ditolak, jika L0>Lt
H0 diterima, Jika Lt ≥ L0
Kesimpulan
1) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima.
2) Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal jika H0
ditolak. 2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji hormogenitas dua varians uji Fisher.
Dengan prosedur sebagai berikut:
a. Hipotesis uji :
H0 : Kedua sampel mempunyai varians yang homogen.
H1 : Kedua sampel tidak mempunyai varians yang homogen.
b. Taraf signifikasi a = 0,05
c. Statistik uji :
2
S1
F= 2
S2
Keterangan :
F = Homogenitas 𝑆
2
S1= Varians terbesar
2
S2= Varians terkecil
d. Daerah kritik: DK = { F│F ˃ Fan } dengan n untuk sampel
e. Keputusan uji:
H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel
H0 ditolak jika Fhitung ≥ Ftabel.
3. Uji Hipotesis (Uji-t)
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah tes “t”, karena dalam
pengujian ini, penulis akan mencari perbedaan rata-rata dari kedua sampel
penelitian. Jika diketahui hasil uji prasyarat normal dan homogen melalui uji
normalitas dan uji homogenitas namun jumlah kedua kelas tidak sama
(n1≠n2), dapat digunakan rumus t-test pooled varian, dengan derajat
kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis uji:
H0 : Tidak ada pengaruh model PjBL.
H1: Ada pengaruh model PjBL
Taraf signifikansi : a = 0,05
b. Stastistik uji:
Uji hipotesis mengunakan uji t dengan persamaan. Jika kedua kelompok
homogen, uji statistik yang digunakan adalah:
Xi− X 2
Thitung =
S gabungan

1 1
+
n 1 n2


1 2
( n1−1 ) S + ( n2−1 ) S
Dimana S gabungan = 2 2
(n 1+ n 2−2)
Keterangan:
X1 = Nilai rata-rata hitung hasil belajar kelas eksperimen.
X2 = Nilai rata-rata hitung hasil belajar kelas kontrol.
n1 = Banyak peserta kelas eksperimen.
n2 = Banyak peserta didik kelas kontrol.
2
S1 = Varians data kelompok ekseperimen.
2
S2 = Varians kelompok kontrol.
S gab = Simpangan buku kedua kelompok.
c. Daerah kritik: DK = {t|t ≤ ttabel }
d. Keputusan uji:
H0 ditolak, jika t hitung>t tabel, dalam kata lain H1 diterima.
H0 diterima, jika t hitung<t tabel, dalam kata lain H1 ditolak.
H0: Tidak ada pengaruh model project based learning (PjBL)
H1: Tidak ada pengaruh model project based learning (PjBL)

https://www.dosenpendidikan.co.id/efektivitas-adalah/
https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-efektivitas-menurut-para-ahli/
https://www.konsultanpsikologijakarta.com/pengertian-efektivitas-menurut-
ahli/
https://www.kumpulanpengertian.com/2020/12/pengertian-efektivitas-dan-
efisiensi.html#:~:text=Beberapa%20definisi%20Atau%20pengertian
%20%E2%80%9CEfektivitas%E2%80%9D%20Menurut%20Para
%20Ahli%3A,pungutan%20suatu%20pajak%20dengan%20tujuan
%20yang%20telah%20ditetapkan.
https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E210US91215G91641&p=pengertian+efektivitas+menu
rut+para+ahli

Anda mungkin juga menyukai