Tsania Syifa Aulia - Pancasila Etika
Tsania Syifa Aulia - Pancasila Etika
NPM : 212151126
KELAS : 2021-D
Jawab:
Pengertian Nilai
Nilai berbicara mengenai segala sesuatu yang ada dan ada nilainya.
Sebuah benda akan memiliki nilai, jika nilainya tinggi maka akan tinggi pula
harganya, misalnya emas, memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan
dengan benda lainnya. Begitu juga dalam kehidupan manusia, manusia pada
dasarnya ingin dihargai, semakin dihargai oleh orang lain, maka di situlah
nilai pada manusia tersebut.
a. Jack Fraencel
Suatu ide (gagasan) atau konsep tentang apa yang difikir penting oleh
seseorang di dalam hidupnya. Nilai sebagai asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang benar. Nilai adalah standar tingkah laku pada
kelompok tertentu.
b. Milton Rokeah
c. Max Scheler
Sama Nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan tingginya. Menurut
tinggi rendahnya nilai, di kelompokan dalam 4 (Empat) tingkatan:
1) Nilai kenikmatan;
2) Nilai kehidupan;
3) Nilai kejiwaan;
4) Nilai kerohanian.
d. Walter G Everet
1) Nilai ekonomi;
2) Nilai kejasmanian;
3) Nilai hiburan;
4) Nilai sosial;
5) Nilai watak;
6) Nilai estetis;
7) Nilai intelektual;
8) Nilai keagamaan.
e. Notonegoro
a) Kebenaran;
b) Keindahan;
c) Kebaikan;
d) Religius;
f. N. Rescher
Jawab:
f. Suatu objek nilai, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.
Jawab:
Sementara itu, norma adalah bentuk nyata dari nilai-nilai sosial di dalam
masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, baik
yang tertulis maupun tidak. Norma-norma ini mengatur kehidupan manusia
dalam bermasyarakat. Menurut Kaelan (2016:85) norma dibagi menjadi:
a. Norma susila (kesusilaan), yaitu peraturan hidup yang berasal dari hati
nurani manusia. Norma susila menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk.
c) Hormatilah sesamamu;
d) Bersikaplah jujur.
hukuman bagi yang melanggar norma tersebut dan sanksinya adalah perasaan
manusia itu sendiri, yang akibatnya adalah penyesalan.
b. Norma kesopanan, yaitu ketentuan hidup yang berasal dari pergaulan
dalam masyarakat. Dasar dari norma kesopanan adalah kepantasan, kebiasaan
dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering
dinamakan norma sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma sopan
santun yang aktual dan khas berbeda antara masyarakat yang satu masyarakat
yang lain. Contoh dari norma kesopanan, antara lain:
1) Generasi yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua usianya;
Bagi mereka yang melanggar norma kesopanan, sanksi yang dijatuhkan akan
menimbulkan celaan dari sesamanya, dan celaan itu dapat berwujud kata-
kata, dengan
c Norma agama, yaitu ketentuan hidup yang berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa, yang isinya berupa larangan, perintah-perintah, dan ajaran. Norma
agama berasal dari wahyu Tuhan dan mempunyai nilai yang fundamental
yang mewarnai berbagai norma yang lain, seperti norma Susila, norma
kesopanan, dan norma agama, antara lain:
d. Norma hukum, yaitu ketentuan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang
yang mempunyai sifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia
dalam pergaulan hidup di masyarakat dan mengatur tata tertib kehidupan
bermasyarakat. Contoh beberapa norma hukum, antara lain: Pasal 362 KUHP
yang menyatakan bahwa barang siapa mengambil sesuatu barang yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk di miliki
secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.
Bagi pelanggar norma hukum dapat dikenakan sanksi berupa hukuman mati,
penjara, ataupun denda maupun pembatalan atau pernyataan tidak sahnya
suatu kegiatan atau perbuatan, dan sanksi tersebut dapat dipaksakan oleh
lembaga yang ber-wenang. Secara etimologis, kata moral berasal dari kata
Latin mos yang berarti tata cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan
jamaknya adalah mores. Dalam arti adat-istiadat atau kebiasaan, kata moral
mempunyai arti sama dengan bahasa Yunani ethos, yang menurunkan kata
etika. Dalam bahasa Arab, kata moral berarti budi pekerti, yang memiliki
makna sama dengan kata akhlak, sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata
moral dikenal dengan arti kesusilaan. Pengerian moral dalam kamus
psikologi di nyatakan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan
peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku. Moral adalah ukuran atau aturan. Moral dibagi menjadi 3 (tiga),
yakni:
Kata moral dan moralitas memiliki arti yang beraneka ragam. Berikut ini
dikemukakan definisi moral dan moralitas menurut beberapa ahli.
b. Bertens
Memaknai moralitas sebagai sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
c. Poespoprodjo
d. Chaplin
Mengartikan moral dalam tiga hal, yaitu (1) akhlak, moral, dan tingkah laku
yang susila, (2) ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan
perilaku pantas dan baik, (3) hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku.
Van Ness
Membedakan moralitas dan etika. Moralitas biasanya digunakan untuk
menggambarkan bagaimana orang bertindak, sedangkan etika merupakan
studi tentang standar perilaku khususnya aturan tentang kebenaran dan
kesalahan. Secara umum terdapat dua jenis moralitas, yaitu moralitas
intrinsik dan moralitas ekstrinsik. Moralitas intrinsik memandang suatu
perbuatan menurut hakikatnya bebas lepas dari bentuk hukum positif.
Sebaliknya, moralitas ekstrinsik,
Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai, norma
dan moral, akan membentuk manusia seperti pada gambar dibawah ini:
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa nilai value yang dalam istilah
filsafat nilai dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth), atau kebaikan
(goodness).
Semua nilai harus dijabarkan kedalam norma (ukuran aturan) dan melaui
moral judgment terwujud menjadi actus humanus. Actus humanus merupakan
tindakan manusia yang mengandung konsekuensi moral.
Jawab:
a. Norma susila (kesusilaan), yaitu peraturan hidup yang berasal dari hati
nurani manusia. Norma susila menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk.
c) Hormatilah sesamamu;
d) Bersikaplah jujur.
hukuman bagi yang melanggar norma tersebut dan sanksinya adalah perasaan
manusia itu sendiri, yang akibatnya adalah penyesalan.
1) Generasi yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua usianya;
Bagi mereka yang melanggar norma kesopanan, sanksi yang dijatuhkan akan
menimbulkan celaan dari sesamanya, dan celaan itu dapat berwujud kata-
kata, dengan
c Norma agama, yaitu ketentuan hidup yang berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa, yang isinya berupa larangan, perintah-perintah, dan ajaran. Norma
agama berasal dari wahyu Tuhan dan mempunyai nilai yang fundamental
yang mewarnai berbagai norma yang lain, seperti norma Susila, norma
kesopanan, dan norma agama, antara lain:
d. Norma hukum, yaitu ketentuan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang
yang mempunyai sifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia
dalam pergaulan hidup di masyarakat dan mengatur tata tertib kehidupan
bermasyarakat. Contoh beberapa norma hukum, antara lain: Pasal 362 KUHP
yang menyatakan bahwa barang siapa mengambil sesuatu barang yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk di miliki
secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.
Bagi pelanggar norma hukum dapat dikenakan sanksi berupa hukuman mati,
penjara, ataupun denda maupun pembatalan atau pernyataan tidak sahnya
suatu kegiatan atau perbuatan, dan sanksi tersebut dapat dipaksakan oleh
lembaga yang ber-wenang. Secara etimologis, kata moral berasal dari kata
Latin mos yang berarti tata cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan
jamaknya adalah mores. Dalam arti adat-istiadat atau kebiasaan, kata moral
mempunyai arti sama dengan bahasa Yunani ethos, yang menurunkan kata
etika. Dalam bahasa Arab, kata moral berarti budi pekerti, yang memiliki
makna sama dengan kata akhlak, sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata
moral dikenal dengan arti kesusilaan. Pengerian moral dalam kamus
psikologi di nyatakan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan
peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku. Moral adalah ukuran atau aturan. Moral dibagi menjadi 3 (tiga),
yakni:
a. Science of belong (merasa memiliki);
Jawab:
Kata moral dan moralitas memiliki arti yang beraneka ragam. Berikut ini
dikemukakan definisi moral dan moralitas menurut beberapa ahli.
b. Bertens
Memaknai moralitas sebagai sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
c. Poespoprodjo
d. Chaplin
Mengartikan moral dalam tiga hal, yaitu (1) akhlak, moral, dan tingkah laku
yang susila, (2) ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan
perilaku pantas dan baik, (3) hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku.
Mendefinisikan moralitas sebagai sebuah usaha untuk membimbing tindakan
seseorang dengan akal, yakni untuk melakukan apa yang paling baik menurut
kepentingan setiap individu yang akan terkena oleh tindakan itu.
Van Ness
Jawab:
Value
Norm
Moral
Judgementy/Etika
Human Conduct:
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa nilai value yang dalam istilah
Actus HUmanus
filsafat nilai dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth), atau kebaikan
(goodness).
Semua nilai harus dijabarkan kedalam norma (ukuran aturan) dan melaui
moral judgment terwujud menjadi actus humanus. Actus humanus merupakan
tindakan manusia yang mengandung konsekuensi moral.
Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos, artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir (Van Ness 2010: 14). Dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adalah adat
kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan
sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apayang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 308).
Sementara itu, etik diartikan dalam dua hal. Pertama, etik sebagai kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Kedua, etik sebagai nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari
pandanga tersebut, etika dipahami sebagai ilmu yang menyelidiki mana
perbuatan yang dipandang baik dan mana yang dianggap buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat di ketahui oleh akal
pikiran.
2016: 14).
Dalam sistem filsafat, etika termasuk dalam filsafat produk, etika yang
membicarakan tentang tingkah laku seseorang, secara filosofis itu berarti
manifestasi dari pikiran scorang manusia. Perilaku seseorang tergantung oleh
alam pikirannya, apa manusia lakukan itu diawali oleh apa yang manusia
tersebut pikirkan. Maka, berfikirlah terlebih dahulu sebelum bertindak.
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah
teori yang mempelajari keutamaan (virtue) artinya mempelajari tentang
perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan
perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih menekankan pada what should
I be?, atau saya harus menjadi orang yang bagaimana?
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan di lawankan dengan
kewajiban. Sementara itu, Etika deontologis adalah teori etis yang berkaitan
dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan
tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang
seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral
mengandung kemestian untuk melakukan tindakan
Jawab:
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan
adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue) artinya mempelajari
tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini
mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih menekankan
pada what should I be?, atau saya harus menjadi orang yang bagaimana?
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan
moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan di lawankan
dengan kewajiban. Sementara itu, Etika deontologis adalah teori etis yang
berkaitan dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya
membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian dengan
kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan.
Kewajiban moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan
Jawab:
Politik
Istilah politik sudah berkembang sejak zaman Yunani Kuno, tentunya kita
mengenal salah satu tokohnya yakni Aristoteles. Merujuk pada pendapat
Aristoteles (Agustino, 2006; 34-35) setidaknya ada beberapa hal penting
untuk dapat mendefinisikan itu politik. Pertama, politik membahas tentang
negara yang dalam konteks yang dikenal dengan polis Pembahasan ini
khususnya berkonsentrasi pada bentuk ideal suatu negara. Kedua, politik
akan bersinggungan dengan kekuasaan. Untuk mewujudkan sebuah negara
terbaik seperti yang dicitakan oleh Aristoteles dan para pemikir filsafat
politik awal, mengenai kebaikan bersama, perlu kiranya kekuasaan dimiliki
oleh pihak-pihak yang akan mengelola negara. Ketiga, politik juga membahas
tentang keberadaan warga negara sebagai entitas penting dalam kehidupan
bernegara. Entitas tentu saja diinginkan oleh Aristoteles entitas yang
memiliki keseragaman nilai dan tujuan sehingga penciptaan tujuan akan
mudah untuk dilakukan. Machiavelli dalam bukunya the prince melihat
politik sebagai aktivitas dan metode untuk mempertahankan dan merebut
kekuasaan absolut.
Moralitas dan etika politik hanya akan bisa diterapkan apabila metode
tersebut efektif dalam mencapai dan mempertahankan kekuasaan tersebut.
Hobbs, pada tahun 1951, dalam karyanya yang berjudul leviathan
menyatakan legetimasi politik bukan terletak pada cara pemerintahan dalam
mendapatkan kekuasaan, melainkan lebih pada cara mereka menggunakan
kekuasaan.
b. Pandai bicara dan mayakinkan orang lain, apalagi bila memiliki suara
keras dan lantang;
dukungan militer;
Dengan demikian bahwa politik merupakan cara atau seni untuk merebut
dan mempertahankan kekuasaan. Sebagai makhluk yang berpolitik, manusia
memiliki kecenderungan untuk ingin memiliki kekuasaan, karena kekuasaan
bagian dari kebutuhan manusia.
11.Apakah Politik prkatis itu dan jelaskan 8 syarat untuk berpolitik praktis ?
Jawab:
Sharma (2004: 24) menyatakan bahwa untuk dapat berpolitik praktis maka
seseorang harus memilik minimal salah satu dari beberapa persyaratan
berikut ini:
b. Pandai bicara dan mayakinkan orang lain, apalagi bila memiliki suara
keras dan lantang;
dukungan militer;
Dengan demikian bahwa politik merupakan cara atau seni untuk merebut
dan mempertahankan kekuasaan. Sebagai makhluk yang berpolitik, manusia
memiliki kecenderungan untuk ingin memiliki kekuasaan, karena kekuasaan
bagian dari kebutuhan manusia.
Etika Politik
Etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal itu
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada
manusia sebagai subjek etika. Walaupun dalam hubungannya dengan
masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar
etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia
sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.
maka dalam tatanan masyarakat terdapat tika sosial Bertolak dari martabat
manusia sebagai pribadi yang sosial, etika sosial membahas norma-norma
yang seharusnya menentukan sikap dan tindakan dalam hubungan antar
manusia. Termasuk dalam wilayah etika sosial adalah etika politik atau
filsafat moral mengenai dimensi politis kehidupan manusia.
Kebaikan sebagai manusia dan kebaikan sebagai warga negara tidak identik
Identitas sebagai manusia yang baik dan warga negara yang baik hanya bisa
terwujud apabila negara sendiri baik Jika negaranya buruk, di mana orang
baik sebagai warga negara hidup dalam aturan negara yang buruk, maka
orang tadi menjadi buruk sebagai manusia Demikian pula, dalam negara
buruk manusia sebagai manusia, akan buruk pula sebagai warga negara
karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan buruk negara. Negara yang
ideal dengan warga negara yang ideal adalah suatu Negara yang dapat
membahagiakan rakyatnya, didukung oleh individu warga negara yang secara
moral dan etis baik.
Lima alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai
berikut: Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat,
terutama generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup
bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang
memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai
akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Kesemuanya itu
menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.
"Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin hanyut
dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan karena
bangsa Indonesia mengembangkan blueprint yang berakar pada sila tidak
Ketuhanan Yang Maha Esa"
Hakekat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan Bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap
perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber
pada norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma
agama, 5 maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan
oleh pengikut-pengikutnya.
Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang di bedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan
kemanusiaan yang mengandung implikasi diungkapkan dengan cara dan
sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia
dan antar makhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi,
yaitu kebajikan dan kearifan.
Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas
kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada
semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang semata tidak menekankan pada kewajiban
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri (Dikti, 2016: 192-193).
Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak
keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk
menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warganegara
a. Asas legalitas;
b. Asas demokratis;
c. Legitimasi moral.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki 3 (tiga) dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasaan,
kebijaksanaan yang menyangkut publik pembagian serta kewenangan harus
berdasarkan legitimasi moral religius (sila 1) serta moral kemanusiaan (sila
II) (Kaelan, 2016: 94).
Salah satu cara dalam melaksanakan etika politik di Indonesia yang berdasar
pada Pancasila, yaitu dengan memahami politik melalui pendidikan politik.
Pendidikan dan politik merupakan istilah yang berbeda namun memiliki
hubungan yang saling berkaitan. Pada hekatnya pendidikan politik adalah
sebagai bagian dari orang dewasa, karena hal ini menyangkut relasi antar
individu, atau individu dengan masyarakat di tengah medan sosial, dalam
situasi-situasi konflik yang ditimbulkan oleh bermacam-macam perbedaan
dan kemajemukan masyarakat (Khoiron, 1999: 4). Sementara Alfian (1992:
235) menguraikan arti pendidikan politik sebagai usaha yang sadar untuk
mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami
dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang
ideal yang hendak dibangun. Sedangkan menurut berpendapat bahwa
pendidikan politik merupakan upaya pendidikan yang disengaja dan
sistematis untuk membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang
bertanggung jawab secara etis/moral dalam pencapaian tujuan politik.
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Lima alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai
berikut: Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat,
terutama generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup
bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang
memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai
akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Kesemuanya itu
menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.
Jawab:
Hakekat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan Bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap
perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber
pada norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma
agama, 5 maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan
oleh pengikut-pengikutnya.
Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang di bedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan
kemanusiaan yang mengandung implikasi diungkapkan dengan cara dan
sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia
dan antar makhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi,
yaitu kebajikan dan kearifan.
Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas
kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada
semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang semata tidak menekankan pada kewajiban
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri (Dikti, 2016: 192-193).
Jawab:
Urgensi bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal
sebagai berikut: Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika
berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi
penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
Kedua, Pancasila sebagai sistem etika member guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik
lokal, nasional, regional, maupun internasional.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak
keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
Jawab:
a. Asas legalitas;
b. Asas demokratis;
c. Legitimasi moral.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki 3 (tiga) dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasaan,
kebijaksanaan yang menyangkut publik pembagian serta kewenangan harus
berdasarkan legitimasi moral religius (sila 1) serta moral kemanusiaan (sila
II) (Kaelan, 2016: 94).
Jawab:
Salah satu cara dalam melaksanakan etika politik di Indonesia yang berdasar
pada Pancasila, yaitu dengan memahami politik melalui pendidikan politik.
Pendidikan dan politik merupakan istilah yang berbeda namun memiliki
hubungan yang saling berkaitan. Pada hekatnya pendidikan politik adalah
sebagai bagian dari orang dewasa, karena hal ini menyangkut relasi antar
individu, atau individu dengan masyarakat di tengah medan sosial, dalam
situasi-situasi konflik yang ditimbulkan oleh bermacam-macam perbedaan
dan kemajemukan masyarakat (Khoiron, 1999: 4). Sementara Alfian (1992:
235) menguraikan arti pendidikan politik sebagai usaha yang sadar untuk
mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami
dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang
ideal yang hendak dibangun. Sedangkan menurut berpendapat bahwa
pendidikan politik merupakan upaya pendidikan yang disengaja dan
sistematis untuk membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang
bertanggung jawab secara etis/moral dalam pencapaian tujuan politik.