Laporan Revisi 2
Laporan Revisi 2
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Oleh:
Mengetahui,
Ketua Jurusan MSP
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Dr. Ir. Mulyanto, M.Si
Pembimbing 2 : Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc
Nim : 155080100111006
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil
karya sendiri, yang dibimbing oleh dosen pembimbing 1 bapak Dr. Ir. Mulyanto,
M.Si dan dosen pembimbing 2 bapak Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc. kecuali
yang tertulis dalam penelitian ini disebutkan pada daftar pustaka. Apabila skripsi
ini terbukti adanya penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi
Mahasiswa
NIM : 155080100111006
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
No. Jenis Pendidikan Keterangan
Masuk Lulus
2. Orang tua dan adik saya yang selalu memberikan semangat dan
mendoakan saya.
3. Bapak Dr. Ir. Mulyanto, M.Si dan Bapak Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng,
laporan.
selama ini.
Penulis
RINGKASAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
dengan judul “Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar dan Sedimen
Surabaya” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
baik. Namun, penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini tidak lepas dari
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….....vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..............vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………viii
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................................3
1.4 Kegunaan..................................................................................................3
1.5 Tempat dan Waktu....................................................................................4
1.6 Jadwal Pelaksanaan.................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6
2.1 Logam Berat..............................................................................................6
2.1.1 Pengertian Logam Berat...................................................................6
2.1.2 Logam Berat Pb................................................................................7
2.1.3 Logam Berat Pb di Alam...................................................................8
2.1.4 Logam Berat Pb di Air dan Sedimen................................................9
2.1.5 Mekanisme Penyerapan Logam Berat pada Tumbuhan..................9
2.2 Ekosistem Mangrove...............................................................................10
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Mangrove..................................................10
2.2.2 Klasifikasi dan Deskripsi Avicennia marina....................................12
2.3 Analisa Logam Berat...............................................................................14
3. METODE PENELITIAN................................................................................15
3.1 Materi Penelitian......................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................15
3.3 Metode Penelitian....................................................................................15
3.4 Penentuan Titik Pengambilan sampel.....................................................16
3.5 Pengambilan Sampel..............................................................................17
3.5.1 Sampel Akar Mangrove..................................................................17
3.5.2 Sampel Sedimen............................................................................17
3.6 Analisa Sampel.......................................................................................17
3.6.1 Konsentrasi Pb pada Akar..............................................................18
3.6.2 Konsentrasi Pb pada Sedimen.......................................................19
3.7 Analisis Data...........................................................................................20
3.7.1 Faktor Biokonsentrasi (BCF)..........................................................20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................21
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian.............................................................21
4.1.1 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 1 (Pemukiman).....................22
4.1.2 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 2 (Ekowisata).......................22
4.1.3 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 3 (Muara).............................23
4.2 Hasil Analisis Kandungan Pb..................................................................24
4.2.1 Kandungan Pb pada Akar Avicennia marina..................................24
4.2.2 Kandungan Pb pada Sedimen........................................................26
4.3 Analisis Faktor Biokonsentrasi................................................................27
4.4 Perbandingan Kadar Logam berat Pb di Akar dan Sedimen..................28
5. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................30
5.1 Kesimpulan..............................................................................................30
5.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..22
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..36
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Avicennia marina..............................................................................................12
Lampiran Halaman
1. Lokasi Penelitian..............................................................................................35
4. Dokumentasi Penelitian....................................................................................40
1. PENDAHULUAN
berbeda dalam mengakumulasi logam berat pada bagian akar, batang dan
aliran sungai, memiliki kemampuan untuk menyerap bahan organik dan non
organik yang terdapat di lingkungan kedalam tubuh melalui membran sel. Proses
Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang dapat menyerap logam
berat pada sedimen maupun kolom air melalui akarnya (Supriyantini dan
pencemaran logam berat di wilayah estuari. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
pencemaran.
degradable (tidak dapat terurai) dan mudah diabsorbsi oleh biota yang hidup
1
disekitarnya. Salah satu jenis logam berat yang banyak dihasilkan dari limbah
industri adalah Pb (Jupriyati et al., 2013). Pb merupakan salah satu logam berat
dan kawasan ruang terbuka hijau dengan cara melestarikan hutan mangrove.
yang ada di Surabaya. Salah satu jenis pencemaran yang banyak terjadi di
kecamatan rungkut.
sedimen. Avicennia marina merupakan salah satu jenis mangrove yang memiliki
2
daun dan buahnya. Oleh karena itu, Avicennia marina dapat digunakan sebagai
yang terdapat dalam sedimen karena bagian akar merupakan bagian yang
berikut:
1. Berapa kandungan logam berat Pb yang tersimpan pada akar dan sedimen
Surabaya?
1.4 Kegunaan
pada akar dan sedimen mangrove Avicennia marina, sehingga dapat dijadikan
3
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pentingnya ekosistem
4
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
Minggu Ke- I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Survei
Lapang
Pembuatan
Proposal dan
Konsultasi
Pengambilan
Sampel dan
Penelitian di
Laboratorium
Penyusunan
Laporan dan
Konsultasi
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
Logam berat merupakan unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih
dari 5 g/cm3 (Subowo et al., 1999 dalam Supriyantini dan Soenardjo, 2015).
Logam berat juga merupakan unsur anorganik yang memiliki respon biologi
logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh mikroorganisme dan
adsorbsi dan kombinasi (Nugrahanto et al., 2014). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Amriani et al. (2011) bahwa logam berat bersifat mudah mengikat
sedimen. Sehingga, kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan
dalam air.
Logam berat termasuk golongan logam yang sama dengan logam lain,
berat membentuk ikatan atau masuk kedalam tubuh organisme. Logam berat
umumnya bersifat racun, namun juga diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang
kecil. Apabila kadarnya terlalu tinggi, logam berat akan menimbulkan sifat racun
pada tubuh organisme (Ahmad, 2009). Menurut Said (2010), beberapa jenis
dan industri pertambangan. Contoh logam berat dan senyawa beracun yang
6
banyak dijumpai dalam limbah industri adalah khrom (Cr), Nikel (Ni), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd), Perak (Ag), Timbal (Pb)
dan senyawa Cianida. Logam berat terbagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat
esensial dan logam berat non esensial. Logam berat esensial sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup dalam jumlah tertentu, namun dalam jumlah yang berlebihan
akan menimbulkan efek racun. Contoh dari logam berat esensial adalah Zn, Cu,
Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan logam berat non esensial atau
beracun masih belum diketahui manfaatnya dan bahkan dapat bersifat racun
dalam tubuh makhluk hidup. Contoh dari logam berat non esensial adalah Hg,
logam non esensial bagi tumbuhan. Logam berat Pb memiliki daya larut yang
sangat rendah, bersifat pasif dan memiliki daya translokasi rendah mulai dari
kelompok logam berat golongan IVA dalam Sistem Periodik Unsur kimia, memiliki
nomor atom 82 dengan berat atom 207,2. Pb berbentuk padat pada suhu kamar,
memiliki titik lebur 327,4 °C dan berat jenis sebesar 11,4/l. Logam Pb banyak
digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan
hiasan. Timbal dalam bentuk oksida digunakan sebagai pigmen dalam industri
kosmetik dan glace serta industri keramik yang sebagian diantaranya digunakan
dalam peralatan rumah tangga. Pb dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk
kedalam tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan seperti sayuran dan
7
kabel, penyepuhan, formulasi penyambung pipa serta pestisida (Khairuddin et
al., 2018).
yang menggantikan unsur kalsium (Ca) dan dapat diserap oleh tumbuhan ketika
cenderung terikat oleh bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas
Pb dalam sedimen (non organik dan organik) dibawa oleh air sungai menuju
samudera. Pb relatif dapat larut dalam air dengan pH <5, dimana air yang
bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode dapat mengandung >1 µg
senyawa dengan molekul lain seperti PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita, 2012).
tumbuhan dan hewan. Sebanyak 95% Timbal bersifat anorganik dan pada
umumnya kurang larut dalam air. Maka Timbal yang berbentuk timbal organik
hanya sebesar 5%. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl
Lead (TEL) dan Teta Methyl Lead (TML). Jenis senyawa TEL dan TML hampir
tidak larut dalam air namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik
misalnya lipid. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan timbal seperti
arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan, namun dapat
ditemukan di udara dalam bentuk partikel. Hal ini disebabkan karena timbal
8
2.1.4 Logam Berat Pb di Air dan Sedimen
berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam. Masuknya Pb ke perairan
melalui pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan dan melalui proses
modifikasi batuan mineral akibat hempasan angin dan gelombang. Selain itu,
Sumber logam berat di perairan bersumber dari alam seperti debu vulkanik,
pengikisan bebatuan, dan lain-lain. Selain itu, sumber logam berat di perairan
juga berasal dari aktivitas manusia seperti limbah domestik, limbah industri, dan
konsentrasi tertentu, logam berat tersebut akan terakumulasi kedalam biota dan
akar dalam bentuk kation, hal ini dikarenakan Pb dalam sedimen merupakan zat
tanaman (Wulandari et al., 2018). Logam berat diserap oleh akar tumbuhan
dalam bentuk ion-ion terlarut dalam air. Lingkungan yang banyak mengandung
mengandung 2-8 asam amino sisten di pusat molekul dan suatu asam glutamat
serta sebuah glisin pada ujung yang berlawanan. Fitokhelatin dibentuk di dalam
9
nukleus, kemudian melewati retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi dan
logam berat, fitokhelatin akan membentuk ikatan sulfida di ujung belerang pada
logam berat terbawa menuju seluruh jaringan tumbuhan (Haryati et al., 2012).
pada daun dan masuk kedalam jaringan tumbuhan melalui stomata. Akumulasi
Pb terbanyak yaitu pada bagian akar. Hal ini berkaitan dengan ekskresi yang
dilakukan melalui akar, ion-ion tersebut secara aktif ditarik kembali ke xylem
(2011). Reichman (2002) dalam Siahaan et al. (2013) menyatakan bahwa dua
melalui xilem dan floem. Efek adanya logam dalam pergerakan dan komposisi air
yang diangkut oleh pembuluh xilem dan floem juga berpengaruh pada respon
tanaman terhadap daya racun logam. Secara praktis, tumbuhan dapat berfungsi
tropis dan subtropis. Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup di kawasan Asia
Tenggara yang mempunyai curah hujan tinggi dan bukan musiman, seperti
Malaysia dan Indonesia. Hutan mangrove adalah salah satu sumber daya alam
daerah pantai payau yang memiliki fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian
10
alam. Luas hutan mangrove di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 4,25
juta hektar atay 3,98 % dari keseluruhan luas hutan Indonesia (Iswandar et al.,
produktivitas paling tinggi diantara ekosistem pesisir yang lain. Secara ekologis,
dan menstabilkan bentuk daratan di daerah estuari. Selain itu, mangrove dapat
pelindung daratan dari abrasi, pelindung dari tiupan angin, penyaring intrusi air
laut ke daratan, habitat satwa liat, tempat singgah migrasi burung, penyerap
(2013), hutan mangrove memiliki fungsi sebagai penyerap polutan, sebagai filter
bagi perairan pesisir dari berbagai polutan yang berasal dari daratan serta
siklus unsur hara dan merupakan bahan dasar untuk kehidupan organisme yang
11
2.2.2 Klasifikasi dan Deskripsi Avicennia marina
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Verbenaceae
Genus : Avicennia
marina juga dikenal sengan nama api-api. Api-api juga memiliki nama daerah
seperti kayu kendeka, kayu ting (Manado), kibalanak (Sunda), api-api brayu, api-
12
nama lain seperti mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, merana pejapi, papi, atau
nyapi.
a. Bunga b. Buah
c. Akar Napas
Gambar 2. Morfologi Avicennia marina. a) Bunga, b) Buah dan c) Akar Napas
(Halidah, 2014).
Pohon api-api memiliki beberapa ciri antara lain memiliki akar napas yaitu
akar percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar
yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman
induk tetapi tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah.
Buah avicennia marina berbentuk bulir seperti mangga, ujung buah tumpul
sepanjang 1 cm. Daun avicennia marina berbentuk elips dengan ujung tumpul
dengan panjang daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun
berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan
suram. Avicennia marina berbentuk semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan
13
kadang-kadang mencapai 20 m, memiliki akar napas berbentuk seperti pensil,
bunga bertipe majemuk dengan 8-14 bunga setiap tangkai. Bentuk buah seperti
kacang, tumbuh pada tanah berlumpur, daerah tepi sungai, daerah kering serta
AAS merupakan alat analisa yang didasarkan atas keterserapan cahaya oleh
tergantung pada sifat unsurnya. Metode AAS sangat tepat untuk analisa zat pada
Kelebihan dari AAS diantaranya proses analisanya cepat, tidak selalu diperlukan
pemisahan unsur yang akan ditentukan sebelum pengukuran (Aziz et al., 2015).
Menurut Sari (2016), prinsip AAS pada dasarnya sama seperti absorbsi sinar
oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan. Hukum absorbsi sinar (Lambert-
Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorbsi sinar ultraviolet, sinar tampak
14
3. METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
secara faktual tentang objek yang diteliti (Nazir, 2014). Kegiatan yang dilakukan
Mangrove Wonorejo.
15
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis menggunakan
status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian
deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap prosedur (Samsul,
2013). Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dengan tujuan untuk membuat
sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat yang memiliki hubungan erat
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya (Azhar et al.,
2012). Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah jenis mangrove yang
marina. Mangrove jenis Avicennia marina yang dipilih adalah mangrove dalam
16
3.5 Pengambilan Sampel
pohon dengan ukuran diameter batang berkisar antara 10-15 cm dan akar yang
diambil sepanjang 10-20 cm. Akar yang diambil adalah jenis akar napas yang
berada diatas permukaan sedimen. Sampel yang diambil berasal dari dua pohon
yang berbeda dalam satu titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel akar
dilakukan secara acak sebanyak 4-6 buah dari masing-masing pohon. Kemudian
berat Pb didalamnya.
sedimen di sekitar pohon dengan luas kanopi sekitar 7 m. Sedimen yang diambil
dari beberapa titik kemudian dicampur menggunakan cetok lalu sampel sedimen
dimasukkan kedalam plastik klip sebanyak 200 g dan diberi label. Kemudian
Universitas Brawijaya.
17
3.6.1 Konsentrasi Pb pada Akar
sebelum dihaluskan.
digestion.
satu malam.
(sampai uap kuning habis). Apabila masih ada uap kuning, waktu
18
10) Ekstrak jernih diukur dengan alat AAS (Atomic Absorption
berikut:
cawan porselen.
digestion.
satu malam.
(sampai uap kuning habis). Apabila masih ada uap kuning, waktu
19
9) Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi
rumus:
Dimana:
BCF Pb = Biokonsentrasi Pb
20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terletak di daerah pesisir Surabaya, Jawa Timur. Secara astronomis, kota
112°54’ BT. Batas Kota Surabaya yaitu di sebelah utara berbatasan dengan
timur berbatasan dengan Selat Madura dan di sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Gresik.
aliran sungai (DAS) dari Kali Jagir Wonokromo, Wonorejo dan Gunung Anyar.
sungai hingga ke laut (Sari et al., 2017). Oleh karena itu, Kawasan Ekowisata
Mangrove Wonorejo ini banyak digunakan oleh mahasiswa dari berbagai wilayah
Hal ini juga dikarenakan akses untuk menuju kawasan ini sangat mudah, baik
21
.
dilakukan pada 3 titik titik pengambilan sampel. Titik pertama yaitu di dekat
pemukiman, titik kedua di daerah ekowisata dan titik ketiga di muara sungai.
pada titik koordinat 7° 18’ 30,35” LS dan 112° 49’ 0,72” BT (Google Earth, 2019).
Secara fisik, kondisi perairan pada titik pengambilan sampel ini cenderung
(ekowisata) terletak pada titik koordinat 7° 18’ 21,39” LS dan 112° 50’ 36,71” BT
(Google Earth, 2019). Secara fisik, kondisi perairan pada lokasi ini cenderung
22
berwarna coklat dengan substrat pasir dan penuh pecahan karang. Lokasi titik
muara sungai dan berbatasan dengan laut lepas. Lokasi titik pengambilan
sampel 3 ini cenderung dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Secara
18’ 29,4” LS dan 112° 48’ 27,16” BT (Google Earth, 2019). Secara fisik, kondisi
perairan pada lokasi ini cenderung berwarna coklat dengan substrat pasir. Lokasi
23
Gambar 5. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 3 (Dokumentasi Pribadi, 2019).
Universitas Brawijaya, Malang. Hasil analisis logam berat Pb dapat dilihat pada
Gambar 6.
75
65
55
Konsentrasi Pb (ppm)
45
35
25
15
5
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Akar 34.6 0 75.3 68.8 68.8 52.3
Sedimen 26.9 20.09 22.47 30.11 21.3 22.42
berat Pb yang ada di sedimen. Sehingga, konsentrasi logam berat Pb yang ada
bertambah.
titik pengambilan sampel rata-rata sebesar 59,96 ppm yaitu pada sampel A1
sebesar 34,6 ppm, pada sampel A2 sebesar 0 ppm (tidak terukur), pada sampel
B1 sebesar 75,3 ppm, pada sampel B2 sebesar 68,8 ppm, pada sampel C1
sebesar 68,8 ppm dan pada sampel C2 sebesar 52,3 ppm (Gambar 6).
merupakan daerah ekowisata. Hal tersebut diduga karena daerah ekowisata ini
wisatawan berkeliling di area mangrove. Sisa-sisa dari bahan bakar kapal yang
konsentrasi Pb yang terdapat pada titik pengambilan sampel 1 ini diduga karena
sampel tergolong tinggi dan melebihi baku mutu. Hal ini sesuai dengan
(2011), bahwa konsentrasi Pb yang masih dapat ditolerir oleh tumbuhan adalah
0,1 – 10 ppm bahan kering. Tingginya kandungan logam berat yang terdapat
25
dalam akar mangrove avicennia marina diduga disebabkan oleh adanya interaksi
akar dengan sedimen yang mengandung banyak endapan logam berat. Hal ini
logam berat. Hal ini menyebabkan logam berat yang terdapat dalam sedimen
dapat ditekan didalam jaringan daun. Akar yang terdapat di dalam tanah
menempel pada permukaan dan mencegah logam berat dari sedimen masuk
kedalam sel-sel akar. Didalam jaringan akar yang menyerap logam berat terjadi
mekanisme yang membuat logam berat tidak dapat tersirkulasi secara bebas
kedalam tanaman. Sehingga jumlah konsentrasi logam berat dari akar ke daun
ketiga titik pengambilan sampel rata-rata sebesar 23,88 ppm yaitu pada sampel
A1 sebesar 26,9 ppm, pada sampel A2 sebesar 20,09 ppm, pada sampel B1
sebesar 22,47 ppm, pada sampel B2 sebesar 30,11 ppm, pada sampel C1
sebesar 21,3 ppm dan pada sampel C2 sebesar 22,42 ppm (Gambar 6).
wisatawan berkeliling di area mangrove. Sisa-sisa dari bahan bakar kapal yang
26
sampel 3 diduga karena adanya percampuran antara air tawar dan air laut ketika
Namun, sebagai acuan dapat menggunakan baku mutu yang ditetapkan oleh
Commerce yaitu Pb < 30,240 ppm (Arisandy et al., 2012). Berdasarkan baku
pengambilan sampel tergolong tinggi namun tidak melebihi baku mutu. Hasil
dalam Lase et al. (2016), logam berat bersifat mudah mengikat bahan organik
dalam suatu organisme diagi dengan konsentrasi senyawa dalam medium air
atau sedimen. Nilai faktor biokonsentrasi dari avicennia marina dihitung dengan
cara membagi konsentrasi logam berat Pb pada akar dengan konsentrasi logam
berat Pb dalam sedimen. Hal ini dikarenakan akar mangrove Avicennia marina
terdapat pada sedimen. Hasil dari perhitungan nilai faktor biokonsentrasi dari
setiap titik pengambilan sampel berkisar antara 1,29 - 3,35. Hasil dari
28
Tabel 3. Hasil Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Sampel Pb BCF
Akar Sedimen
A1 34.6 26.9 1.29
A2 TU 20.09 -
B1 75.3 22.47 3.35
B2 68.8 30.11 2.28
C1 68.8 21.3 3.23
C2 52.3 22.42 2.33
Tabel, nilai biokonsentrasi rata-rata pada semua titik pengambilan sampel yaitu
sebesar 2,5. Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) di daerah Mangrove Wonorejo ini
tergolong tinggi. Tingginya nilai BCF dapat disebabkan karena konsentrasi logam
berat Pb pada akar lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi logam berat Pb
pada sedimen.
konsentrasi logam berat yang terdapat didalam biota dengan konsentrasi logam
berat didalam sedimen. Nilai BCF >1 mengartikan bahwa organisme perairan
hasil yang berbeda dari semua titik pengambilan sampel. Konsentrasi Pb pada
akar dan sedimen memiliki perbedaan. Data yang didapatkan dari laboratorium
kadar logam berat Pb pada akar dan sedimen mangrove. Hasil analisis data
29
Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan Two-Sampel
Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas dan diperoleh hasil Sig. 0,01 (<0,05). Jadi
dapat dikatakan bahwa data tidak homogen lalu dilakukan uji lanjutan
hasil Asymp Sig. sebesar 0,006. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai Asymp
Sig. <0,05 yang berarti bahwa konsentrasi logam berat Pb pada akar dan
30
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai BCF Pb pada ketiga titik
(<0,05) yang berarti bahwa konsentrasi logam berat Pb pada akar dan
5.2 Saran
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil dari satu kali
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 2009. Tingkat Pencemaran Loam Berat Dalam Air Laut dan Sedimen
di Perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara.
Makara, Sains. 13 (2): 117-124.
Azhar, H., I. Widowati dan J. Suprijanto. 2012. Studi Kandungan Logam Berat
Pb, Cu, Cd, Cr pada Kerang Simping (Amusium pleuronectes), Air dan
Sedimen di Perairan Wedung, Demak Serta Analisis Maximum
Tolerable Intake pada Manusia. Journal Of Marine Research. 1 (2): 35-
44.
Aziz, T., A. P. Rizky dan V. Devah. 2015. Removal Logam Berat dari Tanah
Terkontaminasi dengan Menggunakan Chelating Agent (EDTA). Jurnal
Teknik Kimia. 2 (21): 41-49.
Fadhilah, A., H. Hamdani, Sunarto dan A. Sahidin. 2018. Daya Serap Akar
Mangrove Avicennia marina Terhadap Logam Berat Pb di Perairan
Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. IX (2): 80-86.
Garvano, M. F., S. Saputro dan Hariadi. 2017. Sebaran Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) pada Sedimen Dasar di Sekitar Perairan Muara Sungai
Waridin, Kabupaten Kendal. Jurnal Oseanografi. 6 (1): 100-107.
32
Gusnita, D. 2012. Pencemaran Logam Berat Pb di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara. 13 (3): 95-101.
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya
Manfaat. Info Teknis EBONI. 11 (1): 37-44.
Hamzah, F. dan A. Setiawan. 2010. Akumulasi Logam Berat Pb, Cu, dan Zn di
Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 2 (2): 41-52.
Lase, V. A., Y. Djayus dan Desrita. 2016. Daya Serap Mangrove Avicennia
marina Terhadap Logam Berat Kadmium (Cd) dan Pb di Kampung
Nelayan Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara. Jurnal
Aquacoastmarine. 12 (2).
33
dan Arsen (As) pada Ikan dan Air Sungai Tondano, Sulawesi Utara. Al-
Sihah: Public Health Science Journal. 9 (2):153-159.
Puspita, A. D., A. Santoso dan B. Yulianto. 2013. Studi Akumulasi Logam Pb dan
Efeknya Terhadap Kandungan Klorofil Daun Mangrove Rhizophora
mucronata. Journal Of Marine Research. 3 (1): 44-53.
Said, N. I., 2010. Metoda Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb, Ni
dan Zn) di dalam Air Limbah Industri. JAI. 6 (2): 136-148.
Tidjani, A., W. Lili dan M. U. K. Agung. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat
Pb pada Makrozoobenthos di Kawasan Mangrove Desa Pusakajaya
34
Utara Kecamatan Cilebar Karawang. Jurnal Perikanan Kelautan. VII (2):
65-70.
Yulianto, B., R. Ario, T. Agung . 2006. Daya Serap Rumput Laut (Gracilaria sp)
Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) sebagai Biofilter. b. 11 (2): 72-78.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 2. Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Sampel A1
Sampel A2
0
BCF=
20 , 09
BCF=0
Sampel B1
75 , 3
BCF=
22 , 47
BCF=3 , 35
Sampel B2
68 , 8
BCF=
30 ,11
BCF=2 , 28
Sampel C1
37
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar
BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen
68 , 8
BCF=
21 , 3
BCF=3 , 23
Sampel C2
52 ,3
BCF=
22 , 42
BCF=2 , 33
38
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
Frequencies
PERLAKUAN N
KONSENTRASI_ Akar 5
Pb
Sedimen 6
Total 11
Test Statisticsa
KONSENTRASI_Pb
Positive 1.000
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.651
KONSENTRASI_Pb
Levene
df1 df2 Sig.
Statistic
10.609 1 9 .010
39
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 11
Test Statisticsb
KONSENTRASI_Pb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.745
40
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Keterangan
41
Pemotongan Akar Menjadi Bagian
Kecil
42
Sampel Akar dan Sedimen
43