Anda di halaman 1dari 57

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AKAR DAN SEDIMEN

MANGROVE Avicennia marina DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE


WONOREJO, SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

ADE NOVITA HARTANINGTIAS EKA SARI


NIM. 155080100111006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AKAR DAN SEDIMEN
MANGROVE Avicennia marina DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE
WONOREJO, SURABAYA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:

ADE NOVITA HARTANINGTIAS EKA SARI


NIM. 155080100111006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
SKRIPSI

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AKAR DAN SEDIMEN


MANGROVE Avicennia marina DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE
WONOREJO, SURABAYA

Oleh:

ADE NOVITA HARTANINGTIAS EKA SARI


NIM. 155080100111006

Telah dipertahankan di depan penguji


pada tanggal
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dosen Pembimbing 1 Menyetujui,


Dosen Pembimbing 2

(Dr. Ir. Mulyanto, M.Si) (Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc)


NIP. 19600317 198602 1 001 NIP. 19790331 200501 1 003
TANGGAL : TANGGAL :

Mengetahui,
Ketua Jurusan MSP

(Dr. Ir. M. Firdaus, MP)


NIP. 19680919 200501 1 001
TANGGAL :
Judul : KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA
AKAR DAN SEDIMEN MANGROVE Avicennia marina
DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO,
SURABAYA
Nama Mahasiswa : ADE NOVITA HARTANINGTIAS EKA SARI
Nim : 155080100111006
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Dr. Ir. Mulyanto, M.Si
Pembimbing 2 : Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING


Dosen penguji 1 :-
Dosen penguji 2 :-
Tanggal ujian :-
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ade Novita Hartaningtias Eka Sari

Nim : 155080100111006

Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil

karya sendiri, yang dibimbing oleh dosen pembimbing 1 bapak Dr. Ir. Mulyanto,

M.Si dan dosen pembimbing 2 bapak Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc. kecuali

yang tertulis dalam penelitian ini disebutkan pada daftar pustaka. Apabila skripsi

ini terbukti adanya penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku.

Malang, Mei 2019

Mahasiswa

Ade Novita Hartaningtias Eka Sari


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ade Novita Hartaningtias Eka Sari

NIM : 155080100111006

Tempat / tgl lahir : Tuban, 10 November 1996

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Sumurgung, Kec. Palang, Ka. Tuban

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun
No. Jenis Pendidikan Keterangan
Masuk Lulus

1 TK 2001 2003 TK BINA BANGSA

2 SD 2003 2009 SDN SUMURGUNG

3 SMP 2009 2012 SMP N 3 TUBAN

4 SMA 2012 2015 SMA N 1 TUBAN

5 S1 2015 2019 UNIVERSITAS BRAWIJAYA


UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta membantu dalam kelancaran sehingga penulisan laporan Skripsi

ini dapat terselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, kemudahan dan

kelancaran dalam penelitian dan penyusunan laporan.

2. Orang tua dan adik saya yang selalu memberikan semangat dan

mendoakan saya.

3. Bapak Dr. Ir. Mulyanto, M.Si dan Bapak Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng,

D.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan

selalu sabar dalam membimbing serta menasehati saya.

4. Sahabat Cicistrong (Rinentah Asih, Leny Muchlisin, Vidita Inka, Ayudya,

Wasdha Vindi, Ana Setyowati dan Ervinna Pristianti) yang selalu

memberikan semangat selama proses penelitian dan penyusunan

laporan.

5. Bagus Adi yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama

penelitian dan penyusunan laporan.

6. Teman-teman di program studi MSP yang telah banyak membantu saya

selama ini.

Malang, Mei 2019

Penulis
RINGKASAN

ADE NOVITA HARTANINGTIAS EKA SARI. Kandungan Logam Berat Pb pada


Akar dan Sedimen Mangrove Avicennia marina di Kawasan Ekowisata Mangrove
Wonorejo, Surabaya (dibawah bimbingan Dr. Ir. Mulyanto, M.Si dan Andi
Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc).

Penelitian tentang Kandungan Logam Berat Pb pada Akar dan Sedimen


Mangrove Avicennia marina di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo,
Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Pb yang
tersimpan pada akar dan sedimen mangrove Avicennia marina di Kawasan
Ekowisata Mangrove Wonorejo, Surabaya dan mengetahui kemampuan vegetasi
mangrove Avicennia marina dalam mengurangi logam berat Pb. Penelitian ini
dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo, Surabaya pada bulan
Januari-Februari 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan analisis deskriptif. Metode ini mencakup penentuan titik
pengambilan sampel, pengambilan sampel, analisis sampel dan analisis data.
Analisis sampel dilakukan dengan menggunakan metode AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometer) di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu kandungan logam berat Pb
pada akar sebesar 34,6 ppm – 75,3 ppm. Kandungan logam berat Pb tertinggi di
akar terdapat pada titik pengambilan sampel 2 (Ekowisata) dan kandungan
logam berat Pb terendah terdapat pada titik pengambilan sampel 1 (Pemukiman).
Sedangkan kandungan logam berat Pb pada sedimen sebesar 20,09 ppm -
30,11 ppm. Kandungan logam berat Pb tertinggi di sedimen terdapat pada titik
pengambilan sampel 2 (Ekowisata) dan kandungan logam berat Pb terendah
pada titik pengambilan sampel 1 (Pemukiman). Berdasarkan hasil tersebut, nilai
BCF Pb yang didapat pada semua titik pengambilan sampel >1, maka dapat
disimpulkan bahwa mangrove Avicennia marina memiliki kemampuan untuk
menyerap logam berat. Sehingga, Avicennia marina dapat digunakan sebagai
tanaman bioakumulator dalam perairan. Namun, perlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai kemampuan mangrove Avicennia marina sebagai
bioakumulator dengan pengambilan sampel secara berkelanjutan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar dan Sedimen

Mangrove Avicennia marina di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo,

Surabaya” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Progam Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Brawijaya.

Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Namun, penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini tidak lepas dari

kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi

pembaca pada umumnya.

Malang, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...v

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….....vi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..............vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………viii

1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................................3
1.4 Kegunaan..................................................................................................3
1.5 Tempat dan Waktu....................................................................................4
1.6 Jadwal Pelaksanaan.................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6
2.1 Logam Berat..............................................................................................6
2.1.1 Pengertian Logam Berat...................................................................6
2.1.2 Logam Berat Pb................................................................................7
2.1.3 Logam Berat Pb di Alam...................................................................8
2.1.4 Logam Berat Pb di Air dan Sedimen................................................9
2.1.5 Mekanisme Penyerapan Logam Berat pada Tumbuhan..................9
2.2 Ekosistem Mangrove...............................................................................10
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Mangrove..................................................10
2.2.2 Klasifikasi dan Deskripsi Avicennia marina....................................12
2.3 Analisa Logam Berat...............................................................................14
3. METODE PENELITIAN................................................................................15
3.1 Materi Penelitian......................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................15
3.3 Metode Penelitian....................................................................................15
3.4 Penentuan Titik Pengambilan sampel.....................................................16
3.5 Pengambilan Sampel..............................................................................17
3.5.1 Sampel Akar Mangrove..................................................................17
3.5.2 Sampel Sedimen............................................................................17
3.6 Analisa Sampel.......................................................................................17
3.6.1 Konsentrasi Pb pada Akar..............................................................18
3.6.2 Konsentrasi Pb pada Sedimen.......................................................19
3.7 Analisis Data...........................................................................................20
3.7.1 Faktor Biokonsentrasi (BCF)..........................................................20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................21
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian.............................................................21
4.1.1 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 1 (Pemukiman).....................22
4.1.2 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 2 (Ekowisata).......................22
4.1.3 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 3 (Muara).............................23
4.2 Hasil Analisis Kandungan Pb..................................................................24
4.2.1 Kandungan Pb pada Akar Avicennia marina..................................24
4.2.2 Kandungan Pb pada Sedimen........................................................26
4.3 Analisis Faktor Biokonsentrasi................................................................27
4.4 Perbandingan Kadar Logam berat Pb di Akar dan Sedimen..................28
5. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................30
5.1 Kesimpulan..............................................................................................30
5.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..22

LAMPIRAN……………………………………………………………………………..36
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian..........................................................................5

2. Alat dan Bahan Penelitian................................................................................15

3. Hasil Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)..............................................28


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Avicennia marina..............................................................................................12

2. Morfologi Avicennia marina. a) Bunga, b) Buah dan c) Akar Napas................13

3. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 1.................................................................22

4. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 2.................................................................23

5. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 3.................................................................23

6. Konsentrasi Pb pada Akar dan Sedimen.........................................................24


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lokasi Penelitian..............................................................................................35

2. Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)........................................................36

3. Hasil Uji Statistik...............................................................................................38

4. Dokumentasi Penelitian....................................................................................40
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove merupakan jenis tumbuhan yang hidup di kawasan pesisir dan

dapat berkembang dengan baik di kawasan tersebut. Tumbuhan ini disebut

sebagai bioindikator perairan karena dapat mengakumulasi logam berat yang

ada di lingkungan hidupnya. Setiap jenis mangrove memiliki kemampuan

berbeda dalam mengakumulasi logam berat pada bagian akar, batang dan

daunnya. Perbedaan konsentrasi logam berat pada tumbuhan berkaitan dengan

proses fisiologis tumbuhan tersebut (Wulandari et al., 2018). Mangrove yang

berada pada muara sungai berpotensi menampung limbah-limbah yang terbawa

aliran sungai, memiliki kemampuan untuk menyerap bahan organik dan non

organik yang terdapat di lingkungan kedalam tubuh melalui membran sel. Proses

tersebut merupakan cara adaptasi mangrove terhadap lingkungan ekstrim.

Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang dapat menyerap logam

berat pada sedimen maupun kolom air melalui akarnya (Supriyantini dan

Soenardjo, 2015). Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk mengurangi

pencemaran logam berat di wilayah estuari. Untuk itu perlu dilakukan penelitian

mengenai kandungan logam berat Pb pada mangrove untuk mengetahui

besarnya pencemaran di lingkungan tersebut untuk dijadikan evaluasi lingkungan

dalam mengontrol adanya pencemaran logam berat Pb yang diakibatkan oleh

buangan limbah industri serta kegiatan manusia di sekitar Kawasan Ekowisata

Mangrove Wonorejo, Surabaya sehingga wilayah tersebut tetap terjaga dari

pencemaran.

Logam berat merupakan bahan pencemar berbahaya karena bersifat non

degradable (tidak dapat terurai) dan mudah diabsorbsi oleh biota yang hidup

1
disekitarnya. Salah satu jenis logam berat yang banyak dihasilkan dari limbah

industri adalah Pb (Jupriyati et al., 2013). Pb merupakan salah satu logam berat

beracun dan berbahaya yang banyak ditemukan sebagai pencemar dan

cenderung mengganggu kelangsungan hidup organisme perairan. Pb yang

masuk kedalam perairan dapat menjadi sumber pencemar dan mempengaruhi

biota perairan (Yulaipi dan Aunurohim, 2013).

Pantai Timur Surabaya merupakan salah satu kawasan yang mendapat

perhatian khusus. Kawasan ini berperan penting seiring dengan perkembangan

Kota Surabaya ke arah timur yang bertujuan untuk mengurangi atau

menyebarkan kegiatan dari pusat Kota Surabaya. Pengembangan wilayah

Surabaya Timur berpengaruh terhadap konservasi sumberdaya alam yaitu

kawasan yang diarahkan sebagai daerah perlindungan pantai dari kerusakan

dan kawasan ruang terbuka hijau dengan cara melestarikan hutan mangrove.

Pantai Timur Surabaya merupakan daerah lahan basah yang memiliki

keanekaragaman ekosistem (Adiwijaya, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan perairan pesisir Surabaya merupakan wilayah yang potensial

untuk pengembangan aktivitas masyarakat. Banyaknya industri di wilayah

Surabaya dan sekitarnya banyak menimbulkan pencemaran di sungai-sungai

yang ada di Surabaya. Salah satu jenis pencemaran yang banyak terjadi di

wilayah Surabaya adalah pencemaran logam berat Pb. Sumber pencemar Pb

berasal dari limbah industri yang terdapat di wilayah Surabaya, khususnya

kecamatan rungkut.

Logam berat Pb yang terdapat dalam perairan akan terakumulasi didalam

sedimen. Avicennia marina merupakan salah satu jenis mangrove yang memiliki

kemampuan untuk mengakumulasi logam berat Pb pada bagian akar, batang,

2
daun dan buahnya. Oleh karena itu, Avicennia marina dapat digunakan sebagai

fitoremediator logam berat di perairan. Akar mangrove menyerap logam berat

yang terdapat dalam sedimen karena bagian akar merupakan bagian yang

langsung terhubung dengan sedimen. Jadi, kandungan logam berat Pb yang

terdapat dalam sedimen akan mempengaruhi kandungan logam berat Pb yang

terserap dalam akar.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Berapa kandungan logam berat Pb yang tersimpan pada akar dan sedimen

mangrove avicennia marina di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo,

Surabaya?

2. Bagaimana kemampuan vegetasi mangrove Avicennia marina dalam

menyerap logam berat Pb?

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis kandungan logam berat Pb yang tersimpan

pada akar dan sedimen mangrove Avicennia marina di Kawasan Ekowisata

Mangrove Wonorejo, Surabaya.

2. Menganalisis kemampuan vegetasi mangrove Avicennia marina dalam

mengurangi logam berat Pb.

1.4 Kegunaan

1. Memberikan informasi mengenai kandungan logam berat Pb yang tersimpan

pada akar dan sedimen mangrove Avicennia marina, sehingga dapat dijadikan

referensi tambahan untuk penelitian berikutnya.

3
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pentingnya ekosistem

mangrove dalam melakukan penyerapan logam berat di perairan sehingga

dapat digunakan untuk meningkatkan upaya pelestarian ekosistem mangrove

di kawasan Pantai Timur Surabaya.

1.5 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo,

Surabaya pada bulan Januari-Februari 2019. Analisis sampel dilakukan di

Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

1.6 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan penelitian tentang Kandungan Logam Berat Pb Pada

Akar dan Sedimen Mangrove Avicennia marina di Kawasan Ekowisata Mangrove

Wonorejo, Surabaya dapat dilihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
Minggu Ke- I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Survei
Lapang
Pembuatan
Proposal dan
Konsultasi
Pengambilan
Sampel dan
Penelitian di
Laboratorium
Penyusunan
Laporan dan
Konsultasi

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Berat

2.1.1 Pengertian Logam Berat

Logam berat merupakan unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih

dari 5 g/cm3 (Subowo et al., 1999 dalam Supriyantini dan Soenardjo, 2015).

Logam berat juga merupakan unsur anorganik yang memiliki respon biologi

terhadap makhluk hidup sehingga mampu menimbulkan dampak berbahaya bagi

kehidupan. Sifat logam berat sebagai bahan pencemar berbahaya dikarenakan

logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh mikroorganisme dan

dapat terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan

membentuk senyawa kompleks dengan bahan orgaik dan anorganik secara

adsorbsi dan kombinasi (Nugrahanto et al., 2014). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Amriani et al. (2011) bahwa logam berat bersifat mudah mengikat

bahan organik dan mengendap di dasar perairan kemudian bersatu dengan

sedimen. Sehingga, kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan

dalam air.

Logam berat termasuk golongan logam yang sama dengan logam lain,

yang membedakan adalah mengenai pengaruh yang dihasilkan apabila logam

berat membentuk ikatan atau masuk kedalam tubuh organisme. Logam berat

umumnya bersifat racun, namun juga diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang

kecil. Apabila kadarnya terlalu tinggi, logam berat akan menimbulkan sifat racun

pada tubuh organisme (Ahmad, 2009). Menurut Said (2010), beberapa jenis

industri yang banyak mengandung logam berat adalah industri yang

berhubungan dengan pekerjaan permesinan, metalurgi, pelapisan logam, cat,

dan industri pertambangan. Contoh logam berat dan senyawa beracun yang

6
banyak dijumpai dalam limbah industri adalah khrom (Cr), Nikel (Ni), Besi (Fe),

Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd), Perak (Ag), Timbal (Pb)

dan senyawa Cianida. Logam berat terbagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat

esensial dan logam berat non esensial. Logam berat esensial sangat dibutuhkan

oleh makhluk hidup dalam jumlah tertentu, namun dalam jumlah yang berlebihan

akan menimbulkan efek racun. Contoh dari logam berat esensial adalah Zn, Cu,

Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan logam berat non esensial atau

beracun masih belum diketahui manfaatnya dan bahkan dapat bersifat racun

dalam tubuh makhluk hidup. Contoh dari logam berat non esensial adalah Hg,

Cd, Pb, Cr, dan lain-lain.

2.1.2 Logam Berat Pb

Menurut Hamzah dan Setiawan (2010), Pb merupakan salah satu jenis

logam non esensial bagi tumbuhan. Logam berat Pb memiliki daya larut yang

sangat rendah, bersifat pasif dan memiliki daya translokasi rendah mulai dari

akar sampai organ lainnya. Pb memiliki toksisitas tertinggi dan menyebabkan

racun bagi beberapa spesies. Menurut Gusnita (2012), Pb termasuk dalam

kelompok logam berat golongan IVA dalam Sistem Periodik Unsur kimia, memiliki

nomor atom 82 dengan berat atom 207,2. Pb berbentuk padat pada suhu kamar,

memiliki titik lebur 327,4 °C dan berat jenis sebesar 11,4/l. Logam Pb banyak

digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan

hiasan. Timbal dalam bentuk oksida digunakan sebagai pigmen dalam industri

kosmetik dan glace serta industri keramik yang sebagian diantaranya digunakan

dalam peralatan rumah tangga. Pb dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk

kedalam tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan seperti sayuran dan

buah-buahan. Logam Pb dalam jangka panjang dapat terakumulasi dalam tubuh

karena proses eliminasinya yang lambat. Pb banyak digunakan dalam industri

7
kabel, penyepuhan, formulasi penyambung pipa serta pestisida (Khairuddin et

al., 2018).

2.1.3 Logam Berat Pb di Alam

Menurut Herman (2006), Pb dalam batuan berada pada struktur silikat

yang menggantikan unsur kalsium (Ca) dan dapat diserap oleh tumbuhan ketika

Pb dalam mineral utama terpisah oleh proses pelapukan. Pb di dalam tanah

cenderung terikat oleh bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas

tanah. Hal ini dikarenakan Pb menyatu dengan tumbuhan dan kemudian

terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam lapisan humus. Diperkirakan 95%

Pb dalam sedimen (non organik dan organik) dibawa oleh air sungai menuju

samudera. Pb relatif dapat larut dalam air dengan pH <5, dimana air yang

bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode dapat mengandung >1 µg

Pb/dm3. Sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah 50 µg Pb/dm 3. Pb

jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk

senyawa dengan molekul lain seperti PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita, 2012).

Timbal merupakan sebuah unsur yang ditemukan dalam batuan, tanah,

tumbuhan dan hewan. Sebanyak 95% Timbal bersifat anorganik dan pada

umumnya kurang larut dalam air. Maka Timbal yang berbentuk timbal organik

hanya sebesar 5%. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl

Lead (TEL) dan Teta Methyl Lead (TML). Jenis senyawa TEL dan TML hampir

tidak larut dalam air namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik

misalnya lipid. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan timbal seperti

arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan, namun dapat

ditemukan di udara dalam bentuk partikel. Hal ini disebabkan karena timbal

merupakan sebuah unsur, maka timbal tidak mengalami degradasi (penguraian)

serta tidak dapat dihancurkan (Tangio, 2013).

8
2.1.4 Logam Berat Pb di Air dan Sedimen

Wulandari et al. (2018) menyatakan bahwa logam Pb merupakan logam

berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam. Masuknya Pb ke perairan

melalui pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan dan melalui proses

modifikasi batuan mineral akibat hempasan angin dan gelombang. Selain itu,

masuknya Pb ke perairan juga merupakan dampak dari aktivitas manusia di

daratan. Logam berat bersifat mudah mengikat dan mengendap di dasar

perairan kemudian akan terakumulasi dalam sedimen (Garvano et al., 2017).

Sumber logam berat di perairan bersumber dari alam seperti debu vulkanik,

pengikisan bebatuan, dan lain-lain. Selain itu, sumber logam berat di perairan

juga berasal dari aktivitas manusia seperti limbah domestik, limbah industri, dan

lain-lain. Logam berat bersifat akumulatf di lingkungan. Keberadaan Pb di air dan

sedimen akan masuk kedalam organisme yang hidup didalamnya. Dalam

konsentrasi tertentu, logam berat tersebut akan terakumulasi kedalam biota dan

sedimen dalam perairan tersebut (Maddusa et al., 2017).

2.1.5 Mekanisme Penyerapan Logam Berat pada Tumbuhan

Logam berat Pb berada dalam sedimen dan perairan tempat tumbuh

tumbuhan. Mekanisme penyerapan logam Pb yaitu melalui proses absorbsi oleh

akar dalam bentuk kation, hal ini dikarenakan Pb dalam sedimen merupakan zat

anorganik. Kemudian logam Pb akan ditranslokasikan ke seluruh bagian

tanaman (Wulandari et al., 2018). Logam berat diserap oleh akar tumbuhan

dalam bentuk ion-ion terlarut dalam air. Lingkungan yang banyak mengandung

logam berat Pb membuat protein regulator dalam tumbuhan membentuk

fitokhelatin (senyawa pengikat). Fitokhelatin merupakan peptida yang

mengandung 2-8 asam amino sisten di pusat molekul dan suatu asam glutamat

serta sebuah glisin pada ujung yang berlawanan. Fitokhelatin dibentuk di dalam

9
nukleus, kemudian melewati retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi dan

vasikula sekretori untuk mencapai permukaan sel. Apabila bertemu dengan

logam berat, fitokhelatin akan membentuk ikatan sulfida di ujung belerang pada

sistein dan membentuk senyawa kompleks. Hal tersebut akan menyebabkan

logam berat terbawa menuju seluruh jaringan tumbuhan (Haryati et al., 2012).

Proses masuknya Pb kedalam jaringan tumbuhan yaitu melalui xylem ke seluruh

bagian tumbuhan sampai ke daun atau dengan cara penempelan partikel Pb

pada daun dan masuk kedalam jaringan tumbuhan melalui stomata. Akumulasi

Pb terbanyak yaitu pada bagian akar. Hal ini berkaitan dengan ekskresi yang

dilakukan oleh tumbuhan.pengeluaran ion toksik selain melalui daun juga

dilakukan melalui akar, ion-ion tersebut secara aktif ditarik kembali ke xylem

parenkim kemudian dilepaskan kembali oleh akar Heriyanto dan Subiandono

(2011). Reichman (2002) dalam Siahaan et al. (2013) menyatakan bahwa dua

mekanisme sistem pengangkutan utama logam berat pada tumbuhan adalah

melalui xilem dan floem. Efek adanya logam dalam pergerakan dan komposisi air

yang diangkut oleh pembuluh xilem dan floem juga berpengaruh pada respon

tanaman terhadap daya racun logam. Secara praktis, tumbuhan dapat berfungsi

sebagai biofilter logam berat (Yulianto et al., 2006).

2.2 Ekosistem Mangrove

2.2.1 Pengertian dan Fungsi Mangrove

Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut.

Komunitas tumbuhan mangrove hidup pada daerah pantai terlindung di wilayah

tropis dan subtropis. Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup di kawasan Asia

Tenggara yang mempunyai curah hujan tinggi dan bukan musiman, seperti

Malaysia dan Indonesia. Hutan mangrove adalah salah satu sumber daya alam

daerah pantai payau yang memiliki fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian
10
alam. Luas hutan mangrove di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 4,25

juta hektar atay 3,98 % dari keseluruhan luas hutan Indonesia (Iswandar et al.,

2017). Menurut Jupriyati et al. (2013), mangrove merupakan ekosistem pesisir

yang berperan penting di daerah estuari. Ekosistem mangrove memiliki tingkat

produktivitas paling tinggi diantara ekosistem pesisir yang lain. Secara ekologis,

ekosistem mangrove berfungsi sebagai perangkap sedimen, mencegah erosi

dan menstabilkan bentuk daratan di daerah estuari. Selain itu, mangrove dapat

menyerap bahan-bahan organik dan non-organik. Oleh karena itu, mangrove

dapat digunakan sebagai bioindikator logam berat.

Menurut Heriyanto dan Subiandono (2011), fungsi dan manfaat mangrove

telah banyak diketahui yaitu sebagai tempat pemijahan ikan di perairan,

pelindung daratan dari abrasi, pelindung dari tiupan angin, penyaring intrusi air

laut ke daratan, habitat satwa liat, tempat singgah migrasi burung, penyerap

kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan dan dapat

mengendapkan lumpur serta menyaring bahan pencemar. Menurut Puspita et al.

(2013), hutan mangrove memiliki fungsi sebagai penyerap polutan, sebagai filter

bagi perairan pesisir dari berbagai polutan yang berasal dari daratan serta

mampu mengurangi tingkat polutan perairan pesisir. Logam-logam berat mampu

diserap oleh mangrove tanpa menyebabkan kerusakan, sehingga mangrove

disebut sebagai fitoremediator. Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai

nutrient trap dimana serasah mangrove berperan penting pada berlangsungnya

siklus unsur hara dan merupakan bahan dasar untuk kehidupan organisme yang

ada pada ekosistem mangrove.

11
2.2.2 Klasifikasi dan Deskripsi Avicennia marina

Gambar 1. Avicennia marina (Dokumentasi Pribadi, 2019).

Klasifikasi Avicennia marina menurut Puspayanti et al. (2013) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Famili : Verbenaceae

Genus : Avicennia

Spesies : Avicennia marina (Forsk.) Vierh

Avicennia marina merupakan salah satu jenis mangrove yang masuk

kedalam kategori mangrove mayor. Status tersebut menyebabkan Avicennia

marina selalu ditemukan hampir pada setiap ekosistem mangrove. Avicennia

marina juga dikenal sengan nama api-api. Api-api juga memiliki nama daerah

seperti kayu kendeka, kayu ting (Manado), kibalanak (Sunda), api-api brayu, api-

api kacang, bogem (Jatim), pe-ape (Madura). Di Indonesia, api-api memiliki

12
nama lain seperti mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, merana pejapi, papi, atau

nyapi.

a. Bunga b. Buah

c. Akar Napas
Gambar 2. Morfologi Avicennia marina. a) Bunga, b) Buah dan c) Akar Napas
(Halidah, 2014).

Pohon api-api memiliki beberapa ciri antara lain memiliki akar napas yaitu

akar percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar

horizontal yang terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipar,

yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman

induk tetapi tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah.

Buah avicennia marina berbentuk bulir seperti mangga, ujung buah tumpul

sepanjang 1 cm. Daun avicennia marina berbentuk elips dengan ujung tumpul

dengan panjang daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun

berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan

suram. Avicennia marina berbentuk semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan
13
kadang-kadang mencapai 20 m, memiliki akar napas berbentuk seperti pensil,

bunga bertipe majemuk dengan 8-14 bunga setiap tangkai. Bentuk buah seperti

kacang, tumbuh pada tanah berlumpur, daerah tepi sungai, daerah kering serta

toleran terhadap salinitas tinggi (Halidah, 2014). Bentuk morfologi Avicennia

marina dapat dilihat pada Gambar 2.

2.3 Analisa Logam Berat

Analisa logam berat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry/AAS).

AAS merupakan alat analisa yang didasarkan atas keterserapan cahaya oleh

suatu atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,

tergantung pada sifat unsurnya. Metode AAS sangat tepat untuk analisa zat pada

konsentrasi rendah dan logam-logam yang membentuk campuran kompleks.

Kelebihan dari AAS diantaranya proses analisanya cepat, tidak selalu diperlukan

pemisahan unsur yang akan ditentukan sebelum pengukuran (Aziz et al., 2015).

Menurut Sari (2016), prinsip AAS pada dasarnya sama seperti absorbsi sinar

oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan. Hukum absorbsi sinar (Lambert-

Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorbsi sinar ultraviolet, sinar tampak

ataupun sinar inframerah juga berlaku pada Spektrofotometri Serapan Atom.

14
3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandungan logam

berat Pb pada akar dan sedimen mangrove Avicennia marina.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian

No. Parameter Alat dan Bahan


1. Sampel akar dan - Pisau, GPS, gunting, dan pipa paralon.
sedimen mangrove - Kertas label dan kantong plastik
2. Konsentrasi Pb - Oven, Neraca analitik 3 desimal, tabung
(ppm) pada digestion dan blok digestion, pengocok
Sedimen tabung, dispenser, tabung reaksi, tabung
sentrifusi, dan Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS).
- Sampel akar dan sedimen mangrove,
larutan HNO3 pekat (65%), HClO4 pekat
(60%), standar 0 (larutan HClO4 10%)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode

survei merupakan metode penelitian dengan tidak melakukan perubahan

terhadap variabel yang diteliti dengan tujuan untuk memperoleh keterangan

secara faktual tentang objek yang diteliti (Nazir, 2014). Kegiatan yang dilakukan

saat survei yaitu mengamati lokasi penelitian di Kawasan Ekowisata Mangrove

Wonorejo dan mengamati jenis mangrove yang ada di Kawasan Ekowisata

Mangrove Wonorejo.

15
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis menggunakan

metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang terdiri dari

pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai

status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian

deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap prosedur (Samsul,

2013). Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dengan tujuan untuk membuat

gambaran secara sistematis, nyata dan akurat mengenai fakta-fakta.

3.4 Penentuan Titik Pengambilan sampel

Penentuan titik pengambilan sampel mangrove dilakukan dengan

menggunakan metode purposive pengambilan sampel. Purposive Pengambilan

sampel Method merupakan metode pengambilan sampel dengan pemilihan

sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat yang memiliki hubungan erat

dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya (Azhar et al.,

2012). Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah jenis mangrove yang

terdapat di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo salah satunya Avicennia

marina. Mangrove jenis Avicennia marina yang dipilih adalah mangrove dalam

keadaan hidup (tidak ditebang) dengan diameter 10-15 cm dan dengan

memperhatikan keadaan lingkungan sekitar mangrove. Penentuan titik

pengambilan sampel pengambilan sampel mangrove sebanyak tiga titik

pengambilan sampel dimana terdapat pohon mangrove jenis Avicennia marina

yaitu pada kawasan mangrove yang berada di dekat pemukiman, lokasi

ekowisata dan di muara. Lokasi penelitian ditentukan dengan bantuan GPS,

pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan pengambilan sampel sebanyak

dua kali ulangan.

16
3.5 Pengambilan Sampel

3.5.1 Sampel Akar Mangrove

Pengambilan sampel akar mangrove Avicennia marina dilakukan pada

pohon dengan ukuran diameter batang berkisar antara 10-15 cm dan akar yang

diambil sepanjang 10-20 cm. Akar yang diambil adalah jenis akar napas yang

berada diatas permukaan sedimen. Sampel yang diambil berasal dari dua pohon

yang berbeda dalam satu titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel akar

dilakukan secara acak sebanyak 4-6 buah dari masing-masing pohon. Kemudian

sampel akar dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis kandungan logam

berat Pb didalamnya.

3.5.2 Sampel Sedimen

Pengambilan sampel pada sedimen dilakukan dengan mengunakan

paralon dengan diameter 5 cm dan panjang kurang lebih 20 cm. Sampel

sedimen yang diambil merupakan sedimen pada bagian permukaan dasar

perairan dengan ketebalan sekitar 20 cm atau sampai batas serabut akar.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menekan pipa paralon kedalam

sedimen di sekitar pohon dengan luas kanopi sekitar 7 m. Sedimen yang diambil

dari beberapa titik kemudian dicampur menggunakan cetok lalu sampel sedimen

dimasukkan kedalam plastik klip sebanyak 200 g dan diberi label. Kemudian

sampel sedimen dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis kandungan

logam berat Pb didalamnya.

3.6 Analisa Sampel

Analisa sampel akar dan sedimen mangrove dilakukan dengan

menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) jenis Perkin

Elmer Aanalyst 200 di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya.
17
3.6.1 Konsentrasi Pb pada Akar

Analisis Pb pada akar Avicennia marina dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Sampel akar dihomogenkan dahulu dengan cara mengkomposit sampel

yang diambil dari lapang.

2) Sampel akar dipreparasi dengan cara dipotong menjadi bagian kecil

sebelum dihaluskan.

3) Sampel dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 °C selama 12 jam

untuk menghilangkan kadar air dan akan diperoleh berat konstan.

4) Sampel akar ditimbang sebanyak 0,5 gr dan dimasukkan kedalam tabung

digestion.

5) Ditambahkan 5 ml asam sitrat dan 1 ml asam perklorat dan didiamkan

satu malam.

6) Selanjutnya, sampel dipanaskan pada suhu 100 °C selama 1 jam 30

menit, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 130 °C selama 1 jam.

Kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 °C selama 2 jam 30 menit

(sampai uap kuning habis). Apabila masih ada uap kuning, waktu

pemanasan ditambah lagi.

7) Setelah uap kuning habis, suhu ditingkatkan menjadi 170 °C selama 1

jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 200 °C selama 1 jam

(terbentuk uap putih).

8) Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan

jernih sekitar 1 ml.

9) Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi

10 ml, lalu dihomogenkan.

18
10) Ekstrak jernih diukur dengan alat AAS (Atomic Absorption

Spectrophotometer) menggunakan deret standar sebagai pembanding.

3.6.2 Konsentrasi Pb pada Sedimen

Analisis Pb pada sedimen dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Sampel ditimbang sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan kedalam

cawan porselen.

2) Sampel tersebut dimasukkan kedalam tanur lalu dipanaskan pada suhu

103 °C selama 2 jam.

3) Sampel didinginkan dan ditambahkan 5 ml larutan aquaregia (3HCl ;

1HNO3) kemudian dipanaskan di atas kompor listrik sampai mengering.

4) Sampel akar ditimbang sebanyak 2 gr dan dimasukkan kedalam tabung

digestion.

5) Ditambahkan 5 ml asam sitrat dan 1 ml asam perklorat dan didiamkan

satu malam.

6) Selanjutnya, sampel dipanaskan pada suhu 100 °C selama 1 jam 30

menit, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 130 °C selama 1 jam.

Kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 °C selama 2 jam 30 menit

(sampai uap kuning habis). Apabila masih ada uap kuning, waktu

pemanasan ditambah lagi.

7) Setelah uap kuning habis, suhu ditingkatkan menjadi 170 °C selama 1

jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 200 °C selama 1 jam

(terbentuk uap putih).

8) Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan

jernih sekitar 1 ml.

19
9) Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi

10 ml, lalu dihomogenkan.

10) Ekstrak jernih diukur dengan alat AAS (Atomic Absorption

Spectrophotometer) menggunakan deret standar sebagai pembanding.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Faktor Biokonsentrasi (BCF)

BCF (Bio Concentration Factor) merupakan kemampuan organisme untuk

mengakumulasi logam berat di lingkungan perairan. Nilai BCF dihitung

berdasarkan perbandingan antara konsentrasi logam berat pada organisme

dengan konsentrasi logam berat di sedimen (Wulandari et al., 2018). Menurut

Wulandari et al. (2018), perhitungan BCF dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus:

Logam berat pada daun atau akar


BCF Pb=
Logam berat pada se dimen

Dimana:

BCF Pb = Biokonsentrasi Pb

20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo

yang terletak di daerah pesisir Surabaya, Jawa Timur. Secara astronomis, kota

Surabaya terletak pada titik koordinat 07°09’00” - 07°21’00” LS dan 112°36’-

112°54’ BT. Batas Kota Surabaya yaitu di sebelah utara berbatasan dengan

Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, sebelah

timur berbatasan dengan Selat Madura dan di sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Gresik.

Kota Surabaya memiliki kawasan mangrove yang terletak di desa

Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Menurut website Pemerintah Kota

Surabaya, kecamatan rungkut merupakan salah satu wilayah dengan aktivitas

industri terbanyak. Limbah dari aktivitas industri tersebut dialirkan melalui

sungai-sungai dan bermuara di perairan pesisir Wonorejo. Perairan pesisir

Wonorejo merupakan bagian dari Pantai Timur Surabaya yang menampung

aliran sungai (DAS) dari Kali Jagir Wonokromo, Wonorejo dan Gunung Anyar.

Perairan pesisir Wonorejo berpotensi mengakumulasi bahan pencemar dari tiga

aliran sungai. Adanya penyalahgunaan sungai sebagai tempat pembuangan

limbah sehingga menyebabkan terdistribusinya beban pencemar ke muara

sungai hingga ke laut (Sari et al., 2017). Oleh karena itu, Kawasan Ekowisata

Mangrove Wonorejo ini banyak digunakan oleh mahasiswa dari berbagai wilayah

untuk melakukan penelitian Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo ini banyak

digunakan oleh mahasiswa dari berbagai wilayah untuk melakukan penelitian.

Hal ini juga dikarenakan akses untuk menuju kawasan ini sangat mudah, baik

dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.

21
.

Pengambilan sampel mangrove di kawasan ekowisata mangrove

dilakukan pada 3 titik titik pengambilan sampel. Titik pertama yaitu di dekat

pemukiman, titik kedua di daerah ekowisata dan titik ketiga di muara sungai.

4.1.1 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 1 (Pemukiman)

Titik Pengambilan sampel 1 terletak di dekat pemukiman Kelurahan

Wonorejo. Secara astronomis, titik pengambilan sampel 1 (pemukiman) terletak

pada titik koordinat 7° 18’ 30,35” LS dan 112° 49’ 0,72” BT (Google Earth, 2019).

Secara fisik, kondisi perairan pada titik pengambilan sampel ini cenderung

berwarna hitam dengan substrat berlumpur. Lokasi pengambilan sampel pada

titik pengambilan sampel 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 1 (Dokumentasi Pribadi, 2019).

4.1.2 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 2 (Ekowisata)

Titik pengambilan sampel 2 terletak diantara titik pengambilan sampel 1

dan titik pengambilan sampel 3. Secara astronomis, titik pengambilan sampel 2

(ekowisata) terletak pada titik koordinat 7° 18’ 21,39” LS dan 112° 50’ 36,71” BT

(Google Earth, 2019). Secara fisik, kondisi perairan pada lokasi ini cenderung

22
berwarna coklat dengan substrat pasir dan penuh pecahan karang. Lokasi titik

pengambilan sampel 2 (ekowisata) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 2 (Dokumentasi Pribadi, 2019).

4.1.3 Deskripsi Titik Pengambilan Sampel 3 (Muara)

Titik pengambilan sampel 3 merupakan daerah yang berdekatan dengan

muara sungai dan berbatasan dengan laut lepas. Lokasi titik pengambilan

sampel 3 ini cenderung dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Secara

astronomis, titik pengambilan sampel 3 (muara) terletak pada titik koordinat 7°

18’ 29,4” LS dan 112° 48’ 27,16” BT (Google Earth, 2019). Secara fisik, kondisi

perairan pada lokasi ini cenderung berwarna coklat dengan substrat pasir. Lokasi

titik pengambilan sampel 3 (muara) dapat dilihat pada Gambar 5.

23
Gambar 5. Lokasi Titik Pengambilan Sampel 3 (Dokumentasi Pribadi, 2019).

4.2 Hasil Analisis Kandungan Pb

Analisis kandungan logam berat Pb pada akar dan sedimen mangrove

Avicennia marina dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya, Malang. Hasil analisis logam berat Pb dapat dilihat pada

Gambar 6.

75
65
55
Konsentrasi Pb (ppm)

45
35
25
15
5
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Akar 34.6 0 75.3 68.8 68.8 52.3
Sedimen 26.9 20.09 22.47 30.11 21.3 22.42

Gambar 6. Konsentrasi Pb pada Akar dan Sedimen

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa konsentrasi Pb pada akar

dan sedimen memiliki perbedaan. Konsentrasi Pb di akar jauh lebih tinggi


24
dibandingkan dengan konsentrasi Pb di sedimen. Hal ini diduga karena akar

yang langsung terhubung dengan sedimen menyerap dan mengakumulasi logam

berat Pb yang ada di sedimen. Sehingga, konsentrasi logam berat Pb yang ada

di sedimen semakin berkurang dan konsentrasi logam berat Pb di akar semakin

bertambah.

4.2.1 Kandungan Pb pada Akar Avicennia marina

Berdasarkan hasil analisis, diketahui konsentrasi Pb di akar pada ketiga

titik pengambilan sampel rata-rata sebesar 59,96 ppm yaitu pada sampel A1

sebesar 34,6 ppm, pada sampel A2 sebesar 0 ppm (tidak terukur), pada sampel

B1 sebesar 75,3 ppm, pada sampel B2 sebesar 68,8 ppm, pada sampel C1

sebesar 68,8 ppm dan pada sampel C2 sebesar 52,3 ppm (Gambar 6).

Konsentrasi Pb tertinggi terdapat pada titik pengambilan sampel 2 yang

merupakan daerah ekowisata. Hal tersebut diduga karena daerah ekowisata ini

merupakan daerah yang banyak dilalui perahu-perahu yang mengantar

wisatawan berkeliling di area mangrove. Sisa-sisa dari bahan bakar kapal yang

masuk kedalam perairan akan mengendap dan terakumulasi di sedimen

kemudian diserap oleh akar mangrove. Konsentrasi Pb terendah terdapat pada

titik pengambilan sampel 1 yang merupakan daerah pemukiman. Rendahnya

konsentrasi Pb yang terdapat pada titik pengambilan sampel 1 ini diduga karena

di daerah dekat pemukiman tidak banyak aktivitas yang menimbulkan

pencemaran Pb. Terdapat perbedaan konsentrasi Pb di akar pada ketiga titik

pengambilan sampel, namun konsentrasi Pb pada ketiga titik pengambilan

sampel tergolong tinggi dan melebihi baku mutu. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Greenland dan Hayes (1981) dalam Heriyanto dan Subiandono

(2011), bahwa konsentrasi Pb yang masih dapat ditolerir oleh tumbuhan adalah

0,1 – 10 ppm bahan kering. Tingginya kandungan logam berat yang terdapat

25
dalam akar mangrove avicennia marina diduga disebabkan oleh adanya interaksi

akar dengan sedimen yang mengandung banyak endapan logam berat. Hal ini

mengakibatkan banyak logam berat yang terserap kedalam akar, sehingga

kandungan logam berat di dalam sedimen semakin berkurang.

Akar merupakan bagian mangrove terpenting untuk mencegah masuknya

logam berat. Hal ini menyebabkan logam berat yang terdapat dalam sedimen

dapat ditekan didalam jaringan daun. Akar yang terdapat di dalam tanah

melepaskan oksigen dalam bentuk kepingan-kepingan besi (iron plaques) yang

menempel pada permukaan dan mencegah logam berat dari sedimen masuk

kedalam sel-sel akar. Didalam jaringan akar yang menyerap logam berat terjadi

mekanisme yang membuat logam berat tidak dapat tersirkulasi secara bebas

kedalam tanaman. Sehingga jumlah konsentrasi logam berat dari akar ke daun

akar semakin berkurang (Siahaan et al., 2013).

4.2.2 Kandungan Pb pada Sedimen

Berdasarkan hasil analisis, diketahui konsentrasi Pb di sedimen pada

ketiga titik pengambilan sampel rata-rata sebesar 23,88 ppm yaitu pada sampel

A1 sebesar 26,9 ppm, pada sampel A2 sebesar 20,09 ppm, pada sampel B1

sebesar 22,47 ppm, pada sampel B2 sebesar 30,11 ppm, pada sampel C1

sebesar 21,3 ppm dan pada sampel C2 sebesar 22,42 ppm (Gambar 6).

Konsentrasi Pb tertinggi terdapat pada titik pengambilan sampel 2, hal ini

dikarenakan wilayah titik pengambilan sampel 2 merupakan daerah ekowisata

yang banyak dilalui oleh perahu-perahu yang digunakan untuk mengantar

wisatawan berkeliling di area mangrove. Sisa-sisa dari bahan bakar kapal yang

masuk kedalam perairan akan mengendap dan terakumulasi di sedimen.

Konsentrasi Pb terendah terdapat pada titik pengambilan sampel 3 yang

merupakan muara sungai. Rendahnya konsentrasi Pb pada titik pengambilan

26
sampel 3 diduga karena adanya percampuran antara air tawar dan air laut ketika

pasang, sehingga sebagian logam berat Pb terbawa oleh air laut.

Baku mutu logam berat didalam sedimen di Indonesia belum ditetapkan.

Namun, sebagai acuan dapat menggunakan baku mutu yang ditetapkan oleh

NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), US Department of

Commerce yaitu Pb < 30,240 ppm (Arisandy et al., 2012). Berdasarkan baku

mutu tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Pb pada ketiga titik

pengambilan sampel tergolong tinggi namun tidak melebihi baku mutu. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi Pb pada sedimen di Kawasan

Ekowisata Mangrove Wonorejo melebihi baku mutu. Menurut Kanvel (2013)

dalam Lase et al. (2016), logam berat bersifat mudah mengikat bahan organik

dan mengendap di dasar perairan yang kemudian berikatan dengan partikel-

partikel sedimen. Akibatnya, kandungan logam berat yang terdapat pada

sedimen akan meningkat.

4.3 Analisis Faktor Biokonsentrasi

Faktor Biokonsentrasi (BCF) merupakan konsentrasi suatu senyawa

dalam suatu organisme diagi dengan konsentrasi senyawa dalam medium air

atau sedimen. Nilai faktor biokonsentrasi dari avicennia marina dihitung dengan

cara membagi konsentrasi logam berat Pb pada akar dengan konsentrasi logam

berat Pb dalam sedimen. Hal ini dikarenakan akar mangrove Avicennia marina

berinteraksi langsung dengan sedimen. Perhitungan faktor biokonsentrasi

digunakan untuk melihat kemampuan Avicennia marina dalam mengakumulasi

logam berat Pb (Fadhilah et al., 2018).

Berdasarkan data pengukuran logam berat Pb pada akar dan sedimen

mangrove, dapat diketahui bahwa mangrove jenis Avicennia marina memiliki

kemampuan dan toleransi tinggi untuk menyerap dan mengakumulasi logam


27
berat. Kemampuan tanaman mangrove dalam menyerap logam berat dapat

dilakukan dengan cara menghitung Faktor Biokonsentrasi (BCF).

Perhitungan faktor biokonsentrasi didapatkan dari perbandingan

konsentrasi Pb yang terdapat pada tumbuhan dengan konsentrasi Pb yang

terdapat pada sedimen. Hasil dari perhitungan nilai faktor biokonsentrasi dari

setiap titik pengambilan sampel berkisar antara 1,29 - 3,35. Hasil dari

perhitungan faktor biokonsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3.

28
Tabel 3. Hasil Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)

Sampel Pb BCF
Akar Sedimen
A1 34.6 26.9 1.29
A2 TU 20.09 -
B1 75.3 22.47 3.35
B2 68.8 30.11 2.28
C1 68.8 21.3 3.23
C2 52.3 22.42 2.33

Berdasarkan hasil perhitungan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada

Tabel, nilai biokonsentrasi rata-rata pada semua titik pengambilan sampel yaitu

sebesar 2,5. Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) di daerah Mangrove Wonorejo ini

tergolong tinggi. Tingginya nilai BCF dapat disebabkan karena konsentrasi logam

berat Pb pada akar lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi logam berat Pb

pada sedimen.

Analisis faktor biokonsentrasi dihitung dengan cara membandingkan

konsentrasi logam berat yang terdapat didalam biota dengan konsentrasi logam

berat didalam sedimen. Nilai BCF >1 mengartikan bahwa organisme perairan

memiliki kemampuan akumulasi bahan pencemar yang tinggi, sedangkan nilai

BCF <1 mengartikan ahwa organisme perairan memiliki kemampuan akumulasi

bahan pencemar yang rendah (Tidjani et al., 2016).

4.4 Perbandingan Kadar Logam berat Pb di Akar dan Sedimen

Kandungan logam berat Pb pada akar dan sedimen mangrove didapatkan

hasil yang berbeda dari semua titik pengambilan sampel. Konsentrasi Pb pada

akar dan sedimen memiliki perbedaan. Data yang didapatkan dari laboratorium

kemudian dianalisis menggunakan SPSS Versi 23 untuk membandingkan antara

kadar logam berat Pb pada akar dan sedimen mangrove. Hasil analisis data

dapat dilihat pada Lampiran 3.

29
Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan Two-Sampel

Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig sebesar 0,009

(<0,05). Maka dapat dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.

Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas dan diperoleh hasil Sig. 0,01 (<0,05). Jadi

dapat dikatakan bahwa data tidak homogen lalu dilakukan uji lanjutan

menggunakan Mann-Whitney Test. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh

hasil Asymp Sig. sebesar 0,006. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai Asymp

Sig. <0,05 yang berarti bahwa konsentrasi logam berat Pb pada akar dan

sedimen mangrove Avicennia marina memiliki perbedaan.

30
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kandungan logam berat Pb pada akar mangrove Avicennia marina di

Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo berkisar antara 34,6 ppm – 75,3

ppm. Sedangkan kandungan logam berat Pb pada sedimen berkisar antara

20,09 ppm – 30,11 ppm.

2. Berdasarkan hasil analisa kandungan logam berat Pb yang didapatkan,

dapat disimpulkan bahwa mangrove Avicennia marina di Kawasan

Ekowisata Mangrove Wonorejo mampu menyerap logam berat Pb dalam

konsentrasi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai BCF Pb pada ketiga titik

pengambilan sampel >1.

3. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh hasil Asymp Sig. sebesar 0,006

(<0,05) yang berarti bahwa konsentrasi logam berat Pb pada akar dan

sedimen mangrove Avicennia marina memiliki perbedaan.

5.2 Saran

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil dari satu kali

pengambilan sampel. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan

mengenai kemampuan mangrove Avicennia marina sebagai bioakumulator

sehingga dapat memberikan informasi lanjutan mengenai keberadaan kawasan

mangrove yang tercemar oleh logam berat Pb.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, H. 2009. Kondisi Mangrove Pantai Timur Surabaya dan Dampaknya


Terhadap Lingkungan Hidup. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. 1. 1-14.

Ahmad, F. 2009. Tingkat Pencemaran Loam Berat Dalam Air Laut dan Sedimen
di Perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara.
Makara, Sains. 13 (2): 117-124.

Amriani, B. Hendrarto dan A. Hadiyarto. 2011. Bioakumulasi Logam Berat Pb dan


Seng (Zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa L.) dan Kerang Bakau
(Polymesoda bengalensis L.) di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 9 (2): 45-50.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.


Jakarta.

Arisandy K. R., E. Y. Herawati dan E. Suprayitno. 2012. Akumulasi Logam Berat


Pb dan Gambaran Histologi pada Jaringan Avicennia marina (forsk.)
Vierh di Perairan Pantai Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan. 1 (1):
15-25.

Arisusanti, R. J. dan K. I. Purwani. 2013. Pengaruh Mikoriza Glomus


fasciculatum terhadap Akumulasi Logam Pb pada Tanaman Dahlia
pinnata. Jurnal Sains dan Seni POMITS. 2 (2): 69-73.

Azhar, H., I. Widowati dan J. Suprijanto. 2012. Studi Kandungan Logam Berat
Pb, Cu, Cd, Cr pada Kerang Simping (Amusium pleuronectes), Air dan
Sedimen di Perairan Wedung, Demak Serta Analisis Maximum
Tolerable Intake pada Manusia. Journal Of Marine Research. 1 (2): 35-
44.

Aziz, T., A. P. Rizky dan V. Devah. 2015. Removal Logam Berat dari Tanah
Terkontaminasi dengan Menggunakan Chelating Agent (EDTA). Jurnal
Teknik Kimia. 2 (21): 41-49.

Fadhilah, A., H. Hamdani, Sunarto dan A. Sahidin. 2018. Daya Serap Akar
Mangrove Avicennia marina Terhadap Logam Berat Pb di Perairan
Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. IX (2): 80-86.

Garvano, M. F., S. Saputro dan Hariadi. 2017. Sebaran Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) pada Sedimen Dasar di Sekitar Perairan Muara Sungai
Waridin, Kabupaten Kendal. Jurnal Oseanografi. 6 (1): 100-107.

32
Gusnita, D. 2012. Pencemaran Logam Berat Pb di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara. 13 (3): 95-101.

Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya
Manfaat. Info Teknis EBONI. 11 (1): 37-44.

Hamzah, F. dan A. Setiawan. 2010. Akumulasi Logam Berat Pb, Cu, dan Zn di
Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 2 (2): 41-52.

Haryati, M., T. Purnomo dan S. Kuntjoro. 2012. Kemampuan Tanaman Genjer


(Limnocharis Flava (L.) Buch.) Menyerap Logam Berat Pb Limbah Cair
Kertas pada Biomassa dan Waktu Pemaparan Yang Berbeda.
LenteraBio. 1 (3): 131-138.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.


Ghalia Indonesia. Jakarta. 62 hlm.

Heriyanto, N. M. dan E. Subiandono. 2011. Penyerapan Polutan Logam Berat


(Hg, Pb dan Cu) Oleh Jenis-jenis Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 8 (2): 177-188.

Herman, D. Z. 2006. Tinjauan Terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar


Arsen (As), Merkuri (Hg), Pb, dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan
Bijih Logam. Jurnal Geologi Indonesia. 1 (1): 31-36.

Iswandar, M., I. Dewiyanti dan V. Kurnianda. 2017. Dugaan Serapan Karbon


pada Vegetasi Mangrove di Kawasan Mangrove Gampong Iboih,
Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan
dan Perikanan Unsyiah. 2 (4): 512-518 .

Jupriyati, R., N. Soenardjo dan C. A. Suryono. 2013. Akumulasi Logam Berat Pb


dan Pengaruhnya Terhadap Histologi Akar Mangrove Avicennia marina
(Forssk). Vierh. di Perairan Mangunharho Semarang. Journal Of Marine
Research. 3 (1): 61-68.

Khairuddin, M. Yamin dan A. Syukur. 2018. Analisis Kandungan Logam Berat


pada Tumuhan Mangrove Sebagai Bioindikator di Teluk Bima. Jurnal
Biologi Tropis. 18 (1): 69-79.

Lase, V. A., Y. Djayus dan Desrita. 2016. Daya Serap Mangrove Avicennia
marina Terhadap Logam Berat Kadmium (Cd) dan Pb di Kampung
Nelayan Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara. Jurnal
Aquacoastmarine. 12 (2).

Maddusa, S. S., M. G. Paputungan, A. R. Syarifuddin, J. Maambuat dan G. Alla.


2017. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Zink (Zn),

33
dan Arsen (As) pada Ikan dan Air Sungai Tondano, Sulawesi Utara. Al-
Sihah: Public Health Science Journal. 9 (2):153-159.

Nazir, M. 2014. Metode Penelitian. Dhalia Indonesia: Bogor.

Nugrahanto, N. P., B. Yulianto dan R. Azizah. 2014. Pengaruh Pemberian Logam


Berat Pb Terhadap Akar, Daun, dan Pertumbuhan Anakan Mangrove
Rhizophora mucronata. Journal Of Marine Research. 2 (3): 107-114.

Puspayanti, N. M., H. A. T. Tellu dan S. M. Suleman. 2013. Jenis-jenis Mangrove


di Desa Lebo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong dan
Pengembangannya sebagai Media Pembelajaran. E-Jipbiol. 1. 1-9.

Puspita, A. D., A. Santoso dan B. Yulianto. 2013. Studi Akumulasi Logam Pb dan
Efeknya Terhadap Kandungan Klorofil Daun Mangrove Rhizophora
mucronata. Journal Of Marine Research. 3 (1): 44-53.

Said, N. I., 2010. Metoda Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb, Ni
dan Zn) di dalam Air Limbah Industri. JAI. 6 (2): 136-148.

Samsul, N. H. 2013. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Coasting dan


Variable Coasting untuk Harga Jual CV. Pyramid. Jurnal EMBA. 1 (3):
366-373.

Sari, R. K. 2016. Potensi Mineral Batuan Tambang Bukit 12 dengan Metode


XRD, XRF dan AAS. Eksakta. 2 (XVII): 13-23.

Sari, S. H. J., J. F. A. Kirana dan Guntur. Analisis Kandungan Logam Berat Hg


dan Cu Terlarut di Perairan Pesisir Wonorejo, Pantai Timur Surabaya.
Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang
Pendidikan dan Ilmu Geografi. 22 (1): 1-9.

Siahaan, M. T. A., Ambariyanto dan B. Yulianto. 2013. Pengaruh Pemberian Pb


dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Klorofil, Knadungan Timbal
pada Akar dan Daun, serta Struktur Histologi Jaringan Akar Anakan
Mangrove Rhizophora mucronata. Journal Of Marine Research. 2 (2):
111-119.

Supriyantini, E. dan N. Soenardjo. 2015. Kandungan Logam Berat Pb dan


Tembaga (Cu) pada Akar dan Buah Mangrove Avicennia marina di
Perairan Tanjung Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis. 18 (2): 98-
106.

Tangio, J. S. 2013. Adsorpsi Logam Pb dengan Menggunakan Biomassa Enceng


Gondok (Eichornia crassipes). Jurnal Entropi. VIII (1): 500-506.

Tidjani, A., W. Lili dan M. U. K. Agung. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat
Pb pada Makrozoobenthos di Kawasan Mangrove Desa Pusakajaya

34
Utara Kecamatan Cilebar Karawang. Jurnal Perikanan Kelautan. VII (2):
65-70.

Wulandari, T., R. Budihastuti dan E. D. Hastuti. Kemampuan Akumulasi Pb pada


Akar Mangrove Jenis Avicennia marina (Forsk.) dan Rhizophora
mucronata (Lamk.) di Lahan Tambak Mangunharjo Semarang. Jurnal
Biologi. 7 (1): 89-96.

Yulaipi, S. dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat Pb dan


Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus). Jurnal Sains dan Seni POMITS. 2 (2): 166-170.

Yulianto, B., R. Ario, T. Agung . 2006. Daya Serap Rumput Laut (Gracilaria sp)
Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) sebagai Biofilter. b. 11 (2): 72-78.

35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

36
Lampiran 2. Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF)

Titik pengambilan sampel 1

 Sampel A1

Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar


BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen
34 , 6
BCF=
26 , 9
BCF=1 , 29

 Sampel A2

Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar


BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen

0
BCF=
20 , 09

BCF=0

Titik pengambilan sampel 2

 Sampel B1

Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar


BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen

75 , 3
BCF=
22 , 47

BCF=3 , 35

 Sampel B2

Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar


BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen

68 , 8
BCF=
30 ,11

BCF=2 , 28

Titik pengambilan sampel 3

 Sampel C1

37
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar
BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen

68 , 8
BCF=
21 , 3

BCF=3 , 23

 Sampel C2

Konsentrasi Logam Berat Pb pada Akar


BCF=
Konsentrasi Logam Berat Pb pada Sedimen

52 ,3
BCF=
22 , 42

BCF=2 , 33

38
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

PERLAKUAN N

KONSENTRASI_ Akar 5
Pb
Sedimen 6

Total 11

Test Statisticsa

KONSENTRASI_Pb

Most Extreme Differences Absolute 1.000

Positive 1.000

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z 1.651

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

a. Grouping Variable: PERLAKUAN

Test of Homogeneity of Variances

KONSENTRASI_Pb

Levene
df1 df2 Sig.
Statistic

10.609 1 9 .010

39
Mann-Whitney Test

Ranks

PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks

KONSENTRASI_ Akar 5 9.00 45.00


Pb
Sedimen 6 3.50 21.00

Total 11

Test Statisticsb

KONSENTRASI_Pb

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.745

Asymp. Sig. (2-tailed) .006

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: PERLAKUAN

40
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Keterangan

Pengukuran Lingkar Pohon

Pengambilan Sampel Akar dan


Sedimen

Memasukkan Sampel Sedimen


kedalam Plastik

41
Pemotongan Akar Menjadi Bagian
Kecil

Pemberian Label pada Sampel

Memasukkan Sampel Akar pada


Plastik

42
Sampel Akar dan Sedimen

43

Anda mungkin juga menyukai