Anda di halaman 1dari 11

https://www.cnnindonesia.

com/nasional/20220722210222-20-825078/fakta-fakta-bocah-
tasikmalaya-jadi-korban-bully-depresi-hingga-wafat
Bandung, CNN Indonesia --

Bocah lelaki berusia 11 tahun yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia usai mendapat perawatan di rumah sakit, Minggu
(17/7) malam lalu.

Diduga bocah itu meninggal setelah mendapat perundungan atau bully dari beberapa
temannya dengan cara dipaksa menyetubuhi seekor kucing.

Ironisnya, pelaku merekam aksi perundungan tersebut dan disebarluaskan di media sosial
hingga viral. Bocah itu pun lalu mengalami trauma, depresi, hingga akhirnya meninggal dunia

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya Ato Rinanto menduga
rangkaian perlakuan perundungan yang dilakukan pelaku yang tak lain adalah teman korban
menimbulkan depresi, hingga korban sempat mengalami sakit.

"Kami menemukan ada seorang anak yang diduga dipaksa untuk menyetubuhi kucing, sambil
direkam, dan kemudian disebar. Setelah itu, anak ini mengalami penurunan kesehatan dan
psikis. Pada Jumat minggu lalu dibawa ke RS SMC dan Minggu malam meninggal dunia," tutur
Ato, Kamis (21/7).

Korban Sempat Sembunyikan Aksi


Perundungan dari Keluarga
Ato mengatakan pihaknya menduga sebelumnya korban juga diduga tak berani mengungkap
dan menceritakan perundungan yang dialami bocah malang itu kepada keluarga atau orang
tuanya. Meski begitu, Ato menyatakan saat ini timnya tengah melakukan pendalaman gejala-
gejala apa saja yang dialami oleh korban agar dapat mengetahui kronologi peristiwa itu secara
rinci.

KPAID Tasikmalaya yang turun dalam penanganan kasus ini, memberikan pendampingan pada
keluarga korban. Juga kepada terduga pelaku aksi perundungan yang masih anak-anak.

"Saat ini kami masih fokus melakukan pemulihan kondisi psikis keluarga karena diduga kondisi
psikis merek terganggu. Terduga pelaku juga masih anak-anak, karena itu pula kami akan
melakukan pendampingan kepada terduga pelaku," tuturnya.

Penjelasan RSUD yang Rawat Korban Sebelum


Wafat
Dokter di rumah sakit umum daerah (RSUD) Tasikmalaya buka suara soal penyebab kematian
bocah yang meninggal dunia usai depresi karena dirundung (bully) dan dipaksa setubuhi kucing.

Bocah SD itu didiagnosis mengalami peradangan otak. Namun, nyawa bocah tersebut tidak
tertolong meski sudah mendapatkan penanganan medis.
"Didiagnosa kematian almarhum akibat suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak
akibat komplikasi tifus," jelas Kabid Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya,
dr Adi Widodo, Kamis (21/7).

"Serta ada suspect episode depresi atau gangguan kejiwaan yang bisa diakibatkan karena
komplikasi tifusnya. Faktor internalnya karena komplikasi demam," sambungnya.

Pihak rumah sakit mengaku belum sempat meminta keterangan pasien, karena kondisinya
sudah hilang kesadaran saat sampai di rumah sakit. Untuk faktor eksternalnya, pihak rumah
sakit belum menyimpulkan lantaran pasien tidak bisa berkomunikasi.

Polisi Periksa 15 Saksi


Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan terkait dugaan perundungan
berujung bocah depresi hingga wafat itu telah ditangani Polres Tasikmalaya.

Sebanyak 15 orang saksi diperiksa guna mengusut kasus tersebut.

"Dari penelitian video di medsos tersebut, Polres setempat dan tim Unit PPA Ditreskrimum Polda
Jabar turun ke lapangan untuk melakukan klarifikasi terkait kejadian bullying," kata Ibrahim,
Jumat (22/7).

"Kami sudah memeriksa kurang lebih sekitar 15 orang untuk dimintai keterangan. Kita tahu yang
melakukan bullying ini kan anak-anak ya. Jadi, memang kami harus hati-hati untuk melihat
proporsi untuk menangani permasalahannya," imbuhnya.

Wagub Jabar Kecam Perundungan, Luruskan


soal Setubuhi Kucing
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengecam aksi perundungan, dan meminta ada efek
jera terhadap pelaku agar kasus serupa tak terulang.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, saya mengucapkan belasungkawa atas korban yang meninggal
dunia. Saya secara pribadi dan pemerintahan mengecam. Saya perintahkan setop
perundungan," kata Uu dalam keterangannya, Jumat.

Di satu sisi, berdasarkan informasi yang ia terima, tidak ada kasus bocah SD dipaksa
bersetubuh dengan kucing di Tasikmalaya. Melainkan adegan mirip persetubuhan.

"Yang ada hanyalah adegan mirip persetubuhan, jadi masyarakat jangan salah sangka. Tidak
ada tindakan persetubuhan," ucapnya.

Meski begitu, Uu tetap mengecam keras aksi perundungan terhadap bocah berumur 11 tahun
tersebut.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220722064635-12-824652/kisah-tragis-bocah-
tasikmalaya-meninggal-usai-dibully-setubuhi-kucing
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang bocah lelaki usia 11 tahun di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia
setelah mengalami depresi akibat perundungan oleh teman-temannya.

Bocah itu diketahui dipaksa bersetubuh dengan kucing sambil direkam menggunakan ponsel.
Video perundungan itu pun tersebar ke media sosial. Bocah tersebut sempat depresi hingga
meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.

Ibu korban, Ti (39) mengatakan anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal. Anaknya
mengeluh sakit tenggorokan yang membuatnya enggan makan dan minum. Korban lebih banyak
melamun dan murung.

Ti tak menyangka anaknya mendapatkan perundungan, sebab saat itu anaknya hanya mengaku
sakit tenggorokan. Bahkan anak keduanya itu sempat muntah begitu diberi minum air putih.

"Kalau ke kami ngakunya sakit tenggorokan dimasukin air saja dimuntahin lagi. Kami bawa ke
rumah sakit, tapi meninggal dunia," ucap Ti mengutip Detikcom, Rabu (20/7).

Ti akhirnya menyaksikan video perundungan yang menimpa anaknya. Ia sempat bertanya


kepada anaknya, kenapa mau melakukan aksi tersebut. Korban menjawab mendapatkan
paksaan dan pemukulan dari teman sebayanya.

"Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya
jauh, Pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur, Pak, pas lihat
videonya," ujar Ti.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) mengidentifikasi pelaku bully yang
membuat bocah itu meninggal dunia berjumlah sebanyak empat orang.

"Pelaku terduganya empat orang," ujar Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto,
Kamis (21/7).

Ato mengatakan KPAID terus mengawal kasus pilu yang dialami bocah 11 tahun tersebut. Selain
mendampingi korban, KPAID juga akan mendampingi dari sisi pelaku. KPAID mengantisipasi
agar para terduga pelaku tak jadi korban bully lagi setelah kejadian tersebut.

"Yang kami khawatirkan para pelaku jadi korban bully juga karena kejadian ini. Mereka kan
anak-anak juga yang mungkin juga korban karena perkembangan medsos atau lainya. Makanya
kami akan dampingi," tutur Ato.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) akan menurunkan Tim Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) untuk membantu penyelidikan kasus tersebut.

"Terkait adanya peristiwa tersebut, besok Tim PPA Polda Jabar akan melakukan asistensi," kata
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo, Kamis (21/7).

Adapun kasus ini, kini ditangani Polres Tasikmalaya. Nantinya, Tim PPA Direktorat Reserse
Kriminal Umum Polda Jabar akan membantu penyelidikan kasus tersebut.

"Tim akan melakukan asistensi ke polres untuk pendalaman dan klarifikasi-klarifikasi," ucap
Ibrahim.
Di sisi lain, Manager Program Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar Diana Wati mengaku
akan terus memantau kasus perundungan terhadap bocah hingga meninggal dunia tersebut.

Diana mengatakan, LPA berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengusut tuntas kasus ini.
Termasuk, LPA di Tasikmalaya dan Polres Tasikmalaya.

"Kami sedang mencari tahu kronologi lengkapnya karena kami baru tahu juga informasinya. Ini
ironi sekali, apalagi saat mengetahui pelaku adalah anak-anak juga," kata Diana.

Diana menyatakan pihaknya mendukung penuh agar pihak kepolisian mengusut tuntas kasus
tersebut. Agar kasus ini tak berulang, perlu dilakukan pengusutan mendam hingga mengetahui
latar belakang pelaku.

https://www.ngopibareng.id/read/bocah-meninggal-usai-setubuhi-kucing-wagub-jangan-dipolisikan

Seorang bocah kelas V SD di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal
usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sepermainannya. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat berbeda sikap dalam merespon kasus yang kini tengah diselidiki polisi setempat.

Kronologi Peristiwa

Peristiwa itu dikisahkan oleh Ti, 39 tahun, ibu korban. Ia mengingat anaknya terlihat murung
beberapa hari sebelum meninggal. Anaknya susah makan dan minum. Sering muntah ketika dipaksa
makan hingga kejang-kejang.

Mereka pun membawa anaknya ke rumah sakit namun nyawa korban tak terselamatkan hingga
meninggal pada Minggu, 17 Juli 2022.

Sebelum meninggal, Ti sempat melihat video berisi perundungan yang dialami anaknya. Di dalamnya
ia melihat jika anaknya dipaksa menyetubuhi kucing. Kepada ibunya, korban mengaku mendapatkan
pemukulan dari rekannya, sehingga terpaksa melakukan hal tersebut.

"Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh
pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur pak pas lihat videonya," ujar
Ti, dikutip dari detik.com, pada Jumat 22 Juli 2022.

Kata Gubernur Ridwan Kamil

Peristiwa itu mendapat tanggapan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ia meminta agar polisi
mengusut dan memberi hukuman sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, meski masih
berusia anak-anak.

"Ini mudah-mudahan tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi konsekuensi kepada yang
melakukan, walaupun masih di bawah umur, tentu dengan azas-azas kepatutan kemanusiaan, tapi
tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata Ridwan Kamil dikutip dari
Tribunnews, pada Senin 25 Juli 2022.

Ia mengatakan mengutuk kejadian bully tersebut dan seharusnya pihak sekolah bisa bertanggung
jawab penuh atas kasus yang menimpa seorang muridnya tersebut.
Selain itu ia juga mengingatkan agar orang tua mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai
karakter.

Kisah pilu dialami seorang bocah kelas 6 SD, berusia 11 tahun di Kecamatan Singaparna, Kabupaten
Tasikmalaya. Ia meninggal pada Minggu, 17 Juli 2022. (Ilustrasi: Fa-Vidhi/Ngopibareng.id)

Ia mengatakan di rumah, orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.

"Saya adalah survivor (penyintas, red) dari bully zaman SMP. Pak gubernur ini korban bully, jadi saya
merasakan betul rasanya di-bully. Oleh karena itu tanggung jawab paling utama adalah di lingkungan
terdekat yaitu guru dari sekolah," katanya.

Ia menuturkan telah memerintahkan tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,
dan Keluarga Berencana Provinsi Jabar untuk menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus
bully tersebut.

Komentar Wakil Gubernur

Namun hal berbeda disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. Ia justru
meminta agar dugaan kasus perundungan di Kabupaten Tasikmalaya yang menyebabkan korbannya
meninggal bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak berlanjut ke meja hijau. Ia memandang
bahwa aksi tersebut hanya candaan.

Uu menyatakan bahwa dirinya sudah melakukan komunikasi dengan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya untuk mengetahui lebih jelas perkara tersebut. Langkah
itu dilakukannya karena mendapat tugas dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

"Setelah mendengarkan kronologi dari Ketua KPAID, sebenarnya yang viral di masyarakat, ada
persetubuhanlah itu yang lain, saya lihat videonya enggak mungkin ya (ada persetubuhan), apalagi
anak kecil seperti itu. Mohon maaf yah biar lebih jelas, itu (kemaluan korban) juga enggak 'bangun'
yah, mau bersetubuh bagaimana," kata Uu kepada wartawan di Tasikmalaya, dikutip dari Merdeka,
pada Senin 25 Juli 2022.

Setelah melihat video itu, Uu menilai tidak ada persetubuhan antara korban dengan kucing. Namun
ia memandang bahwa ada orang yang sengaja memanfaatkan, sehingga pada tampilan video
tersebut kemudian disebarkan.

Ia meminta agar semua tidak berandai-andai sebelum ada temuan pasti terkait meninggalnya
korban yang masih berusia 11 tahun itu. "Yang telah beredar asumsi masyarakat, tapi butuh
penyidikan dari ahlinya. Namun, kejadian yang telah terjadi itu agar masyarakat jangan membagikan
hingga diviralkan," lanjutnya.

Uu mengungkapkan bahwa dirinya sudah bertemu langsung dengan keluarga korban. Hasil dari
pertemuan itu, menurutnya mereka tidak memiliki niat lebih hingga ke meja hijau, apalagi untuk
memanfaatkan situasi.

Yang diharapkan oleh keluarga, menurutnya adalah islah dari kedua belah pihak agar mereka bisa
hidup kembali di masyarakat. "Karena mereka (para pelaku) masih tetangga, meski bapaknya
tertunduk dan ada beda dengan emaknya (ibu) tertawa-tertawa," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar aparat penegak hukum tidak melanjutkan kasus tersebut ke meja
hijau. Namun langkah hukum menurutnya hal yang sah untuk terciptanya keadilan. Namun ia tidak
menampik bahwa selama ini ada tekanan yang membuat keluarga pelaku trauma.

Ia juga mengungkapkan jika dirinya saat kecil kerap mendengar adanya kejadian persetubuhan
manusia dengan hewan.

"Kejadian itu dengan kerbau berada di Cikatomas, tetangga saya dengan ayam. Karena, hal itu
merupakan candaan dan biasa, jangan diviralkan, makanya disudahi kasus tersebut," tandasnya.
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6125810/fakta-temuan-polisi-di-balik-viral-
siswa-smp-sulut-tewas-gegara-di-bully

Warga di Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut) dihebohkan dengan informasi viral siswa
SMP inisial BT (13) tewas akibat jadi korban bullying dan dianiaya sejumlah rekannya.
Kepolisian yang turun tangan menyelidiki menemukan fakta berbeda, BT bukanlah korban
bullying.
Kematian korban BT awalnya viral di media sosial, yang mana BT disebut jadi korban
bullying kemudian dianiaya sembilan siswa di sekolahnya. Narasi unggahan viral itu lantas
dibantah polisi.

"Bullying nda ada (korban tidak di-bully)," ujar Kabid Humas Polda Sulut Kombes Jules
Abraham Abast kepada detikcom, Senin (13/6/2022).

Jules menjelaskan pada dasarnya korban BT memang diduga dianiaya oleh sejumlah siswa
lainnya di sekolah. Namun Jules tak menggambarkan lebih lanjut soal penganiayaan itu.

"Kita dari Polres Kotamobagu menduga telah terjadi kasus penganiayaan terhadap salah
satu pelajar di Kotamobagu yang dilakukan oleh beberapa pelaku yang merupakan teman
dari pelajar tersebut," kata Jules.

Jules juga belum menjelaskan motif penganiayaan ini. Namun dugaan awalnya adalah BT
dianiaya karena melakukan bullying terhadap salah satu pelaku.

"Justru dia yang mem-bullying," ujar Kombes Jules.

Korban BT awalnya tidak langsung menyampaikan bahwa ia menjadi korban penganiayaan.


BT yang dianiaya pada Rabu (8/6) dilaporkan pada Minggu (12/6).

"Menurut informasi menjelang korban meninggal barulah korban menyampaikan kepada


keluarga bahwa korban mengalami penganiayaan yang diduga dilakukan beberapa teman
pelaku yang sama-sama masih di bawah umur," tutur Jules.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/14/160000565/5-fakta-siswa-mts-di-kotamobagu-
tewas-setelah-di-bully-temannya?page=all

Seorang siswa MTs di Kotamobagu, Sulawesi Utara meninggal dunia akibat di-bully atau
perundungan yang dialaminya pada 8 Juni 2022.

Korban siswa berinisial BT (13) ini sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan setelah mengeluh sakit di bagian perut.

Namun sayangnya, nyawa BT tidak terselamatkan.

Bagaimana peristiwa penganiayaan tersebut terjadi, berikut sejumlah faktanya.


1. Korban di-bully pada 8 Juni 2022
Dikutip dari Kompas.com, Senin (13/6/2022), BT mengalami perundungan atau bullying
pada Rabu, 8 Juni 2022.

Ia dianiaya oleh beberapa orang hingga mengalami sakit perut.

Akibat rasa sakit yang tak tertahankan, BT dilarikan ke rumah sakit pada Sabtu, (11/6/2022).

Keesokan harinya atau Minggu (12/6/2022), BT dinyatakan meninggal dunia.

Selepas kepergian BT, salah satu keluarga korban melaporkan bahwa BT menjadi korban
perundungan di sekolah.

2. Korban bully lebih dari 1 orang


Berdasarkan keterangan yang dihimpun, BT bukan satu-satunya korban perundungan di
sekolah tersebut.

Ternyata, pelaku juga mengincar 4 anak lainnya, termasuk APB (13).

APB merupakan anak dari Kasat Pol PP Bolaang Mongondow, Zulfadly Binol.

Sama seperti BT, APB pun juga dirundung oleh pelaku yang sama.

Binol menegaskan bahwa ada 4 korban perundungan di salah satu sekolah MTs di
Kotamobagu.

"Beruntung APB sempat melarikan, meski begitu sempat dipukul di bagian kepala, hingga
mengeluarkan darah di bagian hidung," ujar Binol.

"Saya akan membawa anak saya, APB, ke Manado untuk melakukan pemeriksaan, dan kami
sudah menghubungi kepala sekolah (terkait) apa yang sudah dialami anak saya," lanjut dia.

Ia berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

3. Pelaku diduga sesama pelajar


Dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/6/2022), polisi telah memeriksa sembilan siswa,
beberapa di antaranya diduga sebagai pelaku.

Kapolres Kotamobagu AKBP Irham Halid melalui Kasi Humas Iptu I Dewa Dwi Adyana
mengatakan, informasi awal diperolah bahwa perundungan (bullying) tersebut terjadi di area
sekolah.

Saait itu, aksi perundungan tidak diketahui oleh pihak sekolah, hingga keesokan harinya
korban mengalami sakit dan sempat dirawat di Rumah Sakit Pobundayan Kotamobagu.
"Kemudian dirujuk di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Kandou Manado, hingga
korban meninggal dunia pada Minggu (12/6/2022)," kata Dewa.

4. Terduga pelaku sudah ditangani polisi


Penyidik Sat Reskrim Polres Kotamobagu langsung menindak lanjuti kasus ini berdasarkan
laporan polisi nomor: LP:/B/377/VI/2022/SPKT/Polres Kotamobagu/Polda Sulut pada 12
Juni 2022.

"Penyidik melakukan pemeriksaan awal terhadap sembilan orang pelajar yang diduga
mengetahui tentang kejadian penganiayaan tersebut," ujarnya.

Saat diperiksa, sembilan pelajar ini didampingi oleh unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
Dinas Perlindungan Anak, dan para orangtua.

"Dari hasil pemeriksaan, penyidik menduga ada beberapa pelajar sebagai pelakunya. Namun
karena masih di bawah umur, sehingga para pelaku masih dalam pengawasan orangtua
sambil menunggu proses penyidikan selesai," jelas Dewa.

5. JPPI minta SDM guru dibenahi


Dilansir dari Kompas.com, Selasa (14/6/2022), Koordinator Nasional Jaringan Pemantau
Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengatakan, sekolah harus memberikan jaminan
perlindungan dan rasa aman kepada semua anak.

Agar kejadian kekerasan di sekolah tidak terjadi lagi, Ubaid pun meminta sumber daya
manusia guru juga harus dibenahi, sebab pendekatan kekerasan dalam pendidikan acap kali
menginspirasi anak-anak untuk melanggengkan kekerasan dalam sehari-hari.

"Pendekatan dalam pembelajaran juga harus ramah anak dan dihilangkan model-model
kekerasan," kata Ubaid.

Menurut dia, dalam kasus ini peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah kekerasan
yang terjadi di luar sekolah.

"Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah tiga area dalam ekosistem
pembelajaran yg harus terintegrasi. Di luar sekolah, peran keluarga dan lingkungan
masyarakat juga harus mendukung pencegahan kekerasan," pungkasnya.

https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6125639/viral-siswa-smp-di-sulut-tewas-
usai-jadi-korban-bullying-ini-faktanya
Viral di media sosial siswa SMP di Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut) tewas usai
menjadi korban bullying di sekolahnya. Namun pihak kepolisian membantah korban tewas
sebagai korban bully.
Unggahan viral mengungkapkan korban berinisial BT (13) tewas usai di-bully dan dianiaya
oleh sembilan orang siswa di sekolahnya. Unggahan viral lalu menyoroti peranan dunia
pendidikan karena pelaku adalah anak-anak alias di bawah umur.

"Buat apa cerdas tidak berakhlak," tulis unggahan viral tersebut.

Kabid Humas Polda Sulut Kombes Jules Abraham Abast mengatakan Polres Kotamobagu
telah turun tangan mengusut kasus ini. Jules memastikan BT bukan korban bullying.

"Bullying nda ada (korban tidak di-bully), justru dia yang mem-bullying," ujar Kombes Jules
saat ditemui detikcom, Senin (13/6/2022).

Namun Jules mengakui korban BT memang dianiaya oleh sejumlah siswa lainnya di
sekolah. BT dianiaya karena dugaan melakukan bullying terhadap salah satu pelaku
penganiayaan.

"Kita dari Polres Kotamobagu menduga telah terjadi kasus penganiayaan terhadap salah
satu pelajar di Kotamobagu yang dilakukan oleh beberapa pelaku yang merupakan teman
dari pelajar tersebut," kata Jules.

Jules mengatakan penganiayaan diduga terjadi pada Rabu (8/6). Namun dugaan
penganiayaan baru terungkap dan dilaporkan keluarga korban pada Minggu (12/6).

"Menurut informasi menjelang korban meninggal barulah korban menyampaikan kepada


keluarga bahwa korban mengalami penganiayaan yang diduga dilakukan beberapa teman
pelaku yang sama-sama masih di bawah umur," tutur Jules.

https://manado.tribunnews.com/2022/06/13/3-fakta-siswa-smp-di-kotamobagu-dibully-
bintang-tewas-diduga-dianiaya9-orang-kepsek-bocorkan-cctv?page=2

Tidak hanya keluarga Bintang, seluruh masyarakat Kota Kotamobagu merasa kehilangan dengan
kepergian Bintang.
Tak terkecuali, keluarga besar MTs tempat Bintang bersekolah.
"Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Ucapan turut berduka cita kami sampaikan
kepada keluarga, orangtua (Bintang). Tentu kami juga sangat terpukul, sedih dengan kejadian
ini," ujar kepala MTs di Kotamobagu tempat Bintang bersekolah.
Lanjut kepala MTs tersebut, guru-guru pendidik, staf serta siswa-siswa sudah melakukan sholat
ghoib dan membaca yasin untuk Bintang.
"Dan kami akan menghadiri pemakaman setelah sholat Ashar nanti," ujarnya.
(Suasana di satu sekolah di Kotamobagu. Tempat korban belajar. (Tribun Manado/Sriyani
Buhang)
2. Akui Kelalaian
Kepala MTs tempat Bintang bersekolah mengakui ada kelalaian yang terjadi.
Meskipun kata dia MTs tersebut dilengkapi dengan CCTV.
Dia mengatakan pihaknya belum tahu persis seperti apa kejadiannya.
"Karena dari hari Senin sampai hari Sabtu tidak ada laporan, terjadi bullying dan kekerasan,"
Kami mengakui, sebagai guru pendidik, staff dan pengamanan di sekolah ini, kami lalai tidak
mengontrol," ujar Kepala MTs perempuan ini.

Dan tentu lanjut dia, ini akan menjadi pelajaran buat kita semua seketat apapun tetap akan ada
kecolongan juga.
"Saya selaku Kepala MTs akan bertangung jawab sepenuhnya. Kasus ini sudah ditangani oleh
Aparat Penegak Hukum (APH) Polres Kotamobagu.
Dari hari minggu kemarin, anak-anak yang terlibat yang sudah dilaporkan dari keluarga korban,
saat ini sudah di mintai keterangan," ujar dia.

Di MTs tempat Bintang bersekolah ini ada 41 guru, 20 honorer, 21 PNS dan kurang lebih 723
siswa.
Nantinya kata Kepala MTs tempat Bintang bersekolah, jika memang sudah ditetapkan sebagai
tersangka dan merupakan dari siswa MTs ini, maka dirinya akan memohon petunjuk kepada
DP3A Kotamobagu agar memberikan arahan.

Anda mungkin juga menyukai