Skripsi
Oleh:
Isra Yani
F1B118026
Puji dan syukur senantiasa penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, serta tak lupa pula shalawat serta
salam penulis hanturkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
skripsi ini tidak sedikit hambatan yang telah dihadapi tetapi semuanya itu dapat
teratasi berkat petunjuk dari Allah SWT sehingga penulis menyadari bahwa segala
sesuatu yang terjadi atas kehendak-Nya, dan sesuai dengan Firman-Nya “Allah
AlBaqarah:286)
pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Halu Oleo, dengan harapan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan
dan tantangan yang penulis alami selama penyusunan tugas akhir ini, namun
berkat bantuan Tuhan dan kerjasama berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan kepada
Ayahanda Risman dan Ibunda tercinta Surasni, atas doa restu, pengorbanan, kasih
iii
sayang serta dukungan moral dan materil yang diberikan kepada penulis sejak
kecil hingga penulis dapat menyelesaikan studi. Kepada saudaraku Patrian rahmat
dan Abil rahmat serta keluarga besar atas doa dan dukungan selama penulis
setulus–tulusnya penulis ucapkan kepada Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si., selaku
pembimbing pertama dan Bapak Dr. Eng. I Nyoman Sudiana, S.Pd., M.Si., selaku
pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan
sejak awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Suatu hal yang tidak
terlupakan atas dorongan dan bimbingan, serta arahan dan bantuan kepada penulis
1. Bapak Prof. Dr. Muh. Zamrun. F., S.Si; M.Si; M.Sc, selaku Rektor Universitas
Halu Oleo.
2. Bapak Dr. Ida Usman, S.Si; M.Si; selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
3. Ibu Lina Lestari, S.Pd; M.Si; dan Ibu Wa Ode Sitti Ilmawati, S.Si; M.Sc.,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
iv
5. Ibu Viska Inda Variani, S.Si; M.Si; bapak Dr. La Aba, S.Si; M.Si., dan bapak
Muhammad Harun Al Rasyid, S.Si; M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan
kritik, saran yang sangat bermanfaat serta arahan dalam penelitian dan
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi FMIPA Universitas Halu Oleo
khususnya para Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis.
7. Terkhuusus Ibu Lina Lestari, S.Pd M.Si yang selalu memberikan motivasi,
masukan dan dorongan serta ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan.
kasih atas bantuan, pengorbanan dan uraian doa serta motivasinya selama ini
kepada penulis.
9. Terima Kasih kepada Keluraga besar Fisika angkatan 2018 atas kebersamaan,
kebahagian, suka duka yang kita lewati bersama selama proses perkuliahan.
kepada Karmiatci S.Si yang telah membimbing saya menyelesaiakan tugas akhir
12. Adik-adik tingkat dan rekan-rekan mahasiswa dari angkatan 2019-2021 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah berbagi suka dan duka
12. Terima kasih kepada pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
penulisan tugas akhir ini terkhusus, Baso abdul Rahman S.Pd, Ike nur hayana,
Kiki Ananda arista dewi, Tety wahyunigsih S.E dan Kadek lisnawati S.Si yang
v
selalu membantu dan menemani penulis dari awal pembuatan skripsi hingga
selesai
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Batasan Masalah…………………………………………………………4
C. Rumusan Masalah......................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7
A. Biomassa....................................................................................................7
B. Buah Aren..................................................................................................9
C. Briket Arang..............................................................................................9
D. Microwave...............................................................................................12
E. Proses Pembriketan Briket……………………………………………...16
1. Karbonisasi/pengarangan..................................................................16
2. Penggerusan dan PengayakanArang……………………………….17
3. Aktivasi.............................................................................................17
4. Pencampuran Perekat........................................................................19
F. Pencetakan dan Pengompaksian Briket...................................................20
G. Nilai Kalor...............................................................................................21
1. Kerapatan (Density)..........................................................................21
2. Kadar Abu.........................................................................................22
3. Kadar Zat Menguap..........................................................................23
vi
4. Kadar Karbon....................................................................................23
5. Nilai Kalor........................................................................................23
H. Karateristik Kualitas Briket.....................................................................24
I. Karateristik Pembakaran Briket…………………………………………..25
E. Analisis Briket.........................................................................................33
1. Kerapatan…………………………………………………………….33
2. Kadar Air ( Moisture)……………………………………………………..34
3. Kadar Abu ( A s Content)………………………………………………….35
4. Kadar Karbon Terikat ( Volatile Matter)…………………………….35
5. Fixed Karbon………………………………………………………...36
6. Nilai Kalor…………………………………………………………...36
F. Uji Nyala Briket.......................................................................................37
G. Diagram Alir Penelitian...........................................................................39
I.V HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kerapatan (Density)
3. Kadar Abu
vii
4. Volatile Matter (Zat Mudah Menguap)
6. Nilai Kalor
1. Waktu Sulut
2. Laju Pembakaran
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia tahun 2016 di angka 1,49 %, dalam satu tahun penduduk Indonesia
bertambah sekitar 4 juta jiwa sehingga pada tahun 2017 jumlah penduduk
Indonesia lebih dari 262 juta jiwa (Kumolo, 2017).Minyak bumi merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang biasa digunakan
biomassa.
1
2
emisi pada tingkat yang rendah selain itu, penggunaan energi biomassa juga
tata air.Secara general, keragaman sumber biomassa dan sifatnya yang dapat
(Bakasa, 2019).
Briket adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
gas elpiji. Briket arang mempunyai banyak kelebihan yaitu bila dikemas
dengan menarik akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih dengan arang
yang di pasar tradisional, briket mempunyai panas yang lebih tinggi, tidak
berbau, bersih, dan tahan lama (Widodo dkk, 2010). Briket mulai digunakan
secara luas sebagai bahan bakar terbarukan, baik di industri maupun rumah
tekan yang tinggi, hemat dan praktis, serta menghasilkan bahan bakar yang
bersih proses pembuatan briket arang memerlukan bahan perekat yang baik
digunakan untuk pembuatan briket arang meliputi pati, dekstrin dan tepung
tapioka, karena menghasilkan briket arang yang tidak berasap pada saat
pembakaran dan tahan lama. Salah satu tujuan penggunaan bahan perekat
Aren adalah salah satu jenis tanaman palma yang hampir tersebar di
dimanfaatkan mulai nira yang dapat diolah menjadi gula, batangnya dapat
3
diolah menjadi tepung aren, buah yang belum matang diolah menjadi kolang
kaling, dan daun yang dapat menjadi atap serta ijuknya dapat diolah menjadi
kerajinan (Ruslan dkk, 2018). Sagu aren adalah salah satu pengikat organik
yang memiliki kadar karbohidrat cukup tinggi. Sagu aren merupakan salah
sagu aren juga memiliki pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin
penelitian ini, perekat yang digunakan adalah sagu aren yang merupakan
Pati aren diproses baik dengan cara tradisional dengan terlebih dahulu
emplur batang dihancurkan mulai dari satu ujung ke ujung potongan lainnya.
terhanyut dengan air. Aliran air ini kemudian ditampung dalam satu wadah
lalu patinya diendapkan. Setelah beberapa jam diendapkan, air dibuang secara
kadar air serta meningkatkan nilai kalor. Selain itu, aktivasi juga sangat penting
dengan energi yang lebih tinggi dibanding yang dibuat dengan cara
4
konvensional. Diduga 3 pula dengan aktivasi briket arang yang dihasilkan akan
frekuensi antara 300 dan 0,3 GHz.Microwave secara teori dapat diubah
fisika dan terapannya, dan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas
daya alam lokal pedesaan sebagai sumber energi alternatif. Salah satu
Konawe adalah tanaman aren.Selama ini kulit aren hanya menjadi limbah
buah aren tidak jauh berbeda dengan pembuatan briket dari bahan lain seperti
selulosanya(Lestari,2017).
B. Batasan Masalah
6. Uji karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, volatile matter, fixed
C. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
kadar abu, volatile matter, fixed carbon, kerapatan dan nilai kalor) briket
sulut, laju nyala dan temperatur) briket arang limbah kulit buah aren?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
karakteristik (kadar air, kadar abu, volatille matter, fixed carbon, kerapatan
pembakaran (waktu sulut, laju nyala dan temperatur) briket arang limbah
E. Manfaat Penelitian
penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biomassa
hayati. Basis sumber daya alam meliputi ribuan spesis tanaman daratan dan
mengingat potensi sektor pertanian yang sangat kaya sekali di indonsia dan
umumnya terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Tetapi pada
umumnya limbah biomassa yang banyak digunakan sebagai bahan bakar briket
8
adalah limbah biomassa padat, misalnya sekam padi, sekam kopi,
tempurungkelapa, serbuk kayu, dan banyak lagi limbah biomassa lainnya (Pari,
2012).
bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu
pemanfaatan bahan lignoselulosa menjadi sumber energi, dalam hal ini etanol.
Pertama, kebutuhan dan konsumsi energi terus meningkat dari tahun ke tahun,
sementara sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi makin terkuras
karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam
yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas, dan batu bara. Kedua, bioetanol
kehutanan, menjadikan bahan ini berpotensi sebagai salah satu sumber energi
melalui proses konversi, baik proses fisika, kimia maupun biologis. Salah satu
9
proses konversi bahan lignoselulosa yang banyak diteliti adalah proses
2010).
batang tubuhnya mempunyai nilai guna (use value). Hilirisasi dari salah satu
buah aren untuk kolang kaling,kulit kalong kaling untuk pupuk komposkulit
juga bisa buat briket dan seterusnya. Dahulu ijuk aren digunakan untuk atap
1 Selulosa 27,50
2 Hemiselulosa 23,00
3 Lignin 24,67
10
4 Lain-lain 15,00
(Aminah et al, 2020).
berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter batang
dapat mencapai 0,5 meter. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5
meter, helai daun panjangnya dapat mencapai 1,45 m, lebar 7 cm dan bagian
bawah daun ada lilin. Masyarakat pada umumnya sudah sejak lama mengenal
peralatan dan tepung), ijuk (untuk keperluan bangunan bagian atap), daun
11
dengan hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai
C. Briket Arang
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan dari pembakaran
pada suhu tinggi dengan proses karbonisasi, yaitu proses pembakaran tidak
besar pori-pori pada arang masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa
Briket arang merupakan salah satu bahan bakar padat sebagai energi
karbon dan kalor yang tinggi, kerapatan tinggi, ukuran dan mutu yang seragam,
memenuhi standar sebagai bahan bakar adalah dilihat dari kadar air, kadar
volatile matter, kadar abu dan nilai kalor. Kualitas standar briket arang dengan
12
Gambar 2.2.Briket Arang
1. Bahan Baku Bahan utama yang terdapat bahan baku adalah selulosa.
D. Microwave
merupakan energi listrik dan magnet yang bergerak bolak-balik (oscillate) dan
13
spektrum elektromagnetik. Oven gelombang mikro pertama kali di temukan
pada tahun 1964 oleh Dr. Percy L. Spencer bekerja sama dengan
gelombang mikro yang dapat memanaskan produk dalam waktu singkat dan
sangat efisien karena hanya memanaskan produk dan tidak memanaskan yang
lain. Hal ini karena gelombang mikro tidak diserap oleh plastik, gelas dan
keramik tapi diserap oleh air dan logam.Oleh karena itu bahan dari logam tidak
antara 0,001 dan 1 m dengan frekuensi antara 300 dan 0,3 GHz.Microwave
secara teori dapat diubah menjadi panas melalui interaksi dengan bahan
14
memanas. Dalam molekul polar, komponen medan listrik dari gelombang
dan kemudian energi diubah sebagai panas (dipolar polarisasi). Dalam hal ini
bahan padat dielektrik dengan partikel bermuatan yang bebas bergerak seperti
medan listrik, energi dihamburkan dalam bentuk panas karena efek Maxwell-
15
Microwave terdapat sebuah tabung vakum elektronik yang disebut
dari logam yang disebut “stirrer” atau pengaduk. Stirrer ini berputar selama
(terutama air). Perubahan terjadi dengan cepat sekitar 2450 megahertz atau
2,45 milyar siklus perdetik. Melalui perpindahan energi, panas disebutkan oleh
pergerakan molekul-molekul.
2018) yaitu:
2. Konveksi, terjadi ketika uap panas naik atau api berputar di dalam ruangan
tertutup seperti oven. Panas uap ini akan memanaskan bagian luar makanan
16
kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran
fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk
proses pengangkutan (Slamet dan budi, 2016). Tahapan pembuatan briket yaitu
sebagai berikut:
1. Karbonisasi/pengarangan
sebagai bahan baku briket (Trisa dkk, 2019). Karbonisasi adalah proses
pengotor dalam bahan baku. Unsur–unsur non karbon sebagian besar akan
hilang pada tahapan tersebut. Pengeluaran unsur yang mudah menguap ini
dengan proses ini maka akan terjadi perubahan struktur pori (Ramadhani
dkk, 2020).
menyusun struktur bahan membentuk air, uap asam asetat, tar–tar, dan
karbon dalam bentuk arang dengan pori–pori yang sempit. Pada saat
17
karbonisasi terjadi beberapa proses yaitu penguapan air atau dehidrasi,
(Riadi, 2017).
sudah halus dan ukuran tiap partikel sama, hal ini akan memudahkan
proses pencetakan.
3. Aktivasi
karena struktur pori tidak berkembang dan biasanya masih di tutupi oleh
zat-zat lain, struktur pori akan ditingkatkan selama proses aktivasi. Proses
18
akan mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia yang
berkisar antara 300 m2/g hingga 3500 m2/g dan ini berhubungan dengan
yaitu:
1.Aktivasi Fisika
pengaktivasi dari gas CO2 atau uap dan panas pada temperatur 500- 800°C
(Khuluk, 2016). Tujuan aktivasi secara fisika ini adalah membuka struktur
2.Aktivasi Kimia
Metode ini dilakukan dengan melibatkan bahan baku pada bahan kimia
aktivasi kimia juga dapat dilakukan dengan merendam bahan baku yang
19
contohnya senyawa asam sulfat. Aktivasi kimia merupakan proses
bahan kimia.
4.Pencampuran Perekat
air yang digunakan (Bestari dkk, 2016). Bahan perekat dibedakan menjadi
perekat ini adalah sifatnya yang banyak meninggalkan abu sekam pada
waktu pembakaran.
untuk jenis ini jauh lehih sedikit bila dibandingkan dengan bahan
3.Hydrocarbon dengan berat molekul besar Bahan perekat jenis ini sering
20
pencetak briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya.
Tekanan pembriketan adalah tekanan yang diberikan oleh alat pencetak pada
tekanan yang diberikan maka kadar air briket menurun, laju pembakan akan
melambat dan density menjadi meningkat, hal ini menandakan bahwa briket
akan lebih mudah dinyalakan dengan waktu nyala cukup lama dan tidak mudah
digolongkan menjadi:
porositas briket arang yang dihasikan. Briket yang terlalu padat akan sulit
1.Kerapatan (Density)
Uji kerapatan dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter briket serta
21
briket, karena kerapatan yang tinggi akan meningkatkan nilai kalor bakar
1. Kadar Air
Kadar air adalah menguapkan bagian air bebas yang terdapat dalam
dikeringkan dengan nilai rata-rata kadar air dibawah SNI yaitu 8%. Kadar
air berpengaruh besar terhadap sifat biomassa yang akan dijadikan sebagai
biomassa. Hal ini disebabkan lebih banyak kalor yang dibutuhkan untuk
yang tersisa dalam bahan bakar menjadi kecil. Biomassa yang baik untuk
bahan energi adalah yang memiliki kadar air yang rendah karena tidak
2. Kadar abu
22
dan silika.Kandungan abu tinggi terutama silika pengaruhnya kurang baik
dalam benda uji. Menurut (Husada,2008), abu adalah bahan yang sisa
misalnya pada kayu, apabila kayu dipanaskan hingga berat konstan. Kadar
Kadar abu setiap arang berbeda-beda tergantung jenis bahan baku arang.
Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar 3%. Senyawa yang terdapat
dalam abu meliputi SiO2, Sl2O3, P2O5, Fe2O3 dan lain-lain (Rahardjo,
2012).
masih terdapat di dalam arang selain air. Kandungan kadar zat mudah
menguap yang tinggi dalam briket arang akan menyebabkan asap yang
23
Karbon terikat (fixed carbon) merupakan fraksi karbon selain fraksi
abu, air, dan zat terbang. Karbon terikat sangat berpengaruh pada
kalor. Semakin tinggi kadar karbon terikat maka semakin tinggi pula nilai
komponen termasuk didalamnya zat terbang, kadar abu, dan kadar air.
Fraksi zat terbang dapat berkontribusi pula terhadap nilai kalor, karena
5. Nilai Kalor
bahan bakar dengan udara. Nilai bakar adalah panas yang dihasilkan oleh
pembakaran sempurna kilogram atau satuan berat bahan bakar padat atau
cair atau satu meter kubik atau satu satuan volume bahan bakar gas,
keadaan standar. Nilai bakar atas atau “gross heating value” atau “higher
sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan
volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 25 ˚C, apabila semua air
24
H. Karakteristik Kualitas Briket
perlu dilakukan guna untuk mengetahui apakah briket yang dibuat berfungsi
berpengaruh terhadap waktu uji pembakaran hal ini terjadi karena semakin
kecil ukuran partikel dan konsentrasi perekat yang digunakan maka semakin
tinggi juga kerapatan dari briket arang yang dihasilkan sehingga pembakaran
dari briket arang semakin lama karena tidak ada rongga bagi udara untuk
Laju pembakaran dapat diukur dari perubahan berat briket dari sebelum
karbon terikat dan tingkat kekerasan bahan. Secara teoritis jika kandungan
senyawa volatilnya tinggi maka briket akan mudah terbakar dengan kecepatan
25
1. Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah pada komposisi biomassa
semakin cepat.
2. Kandungan nilai kalor yang tinggi pada suatu biobriket saat terjadinya
yang tinggi pula pada biobriket, namun pencapaian suhu optimumnya cukup
lama.
3. Semakin besar berat jenis (bulk density) bahan bakar, maka laju pembakaran
akan semakin lama. Dengan demikian biobriket yang memiliki berat jenis
yang besar memiliki laju pembakaran yang lebih lama dan nilai kalor lebih
tinggi dibandingkan dengan biobriket yang memiliki berat jenis yang lebih
rendah. Semakin tinggi berat jenis biobriket semakin tinggi pula nilai kalor
yang diperolehnya.
maksimal paling cepat. Dengan kata lain, briket yang baik untuk keperluan
(Bakasa, 2019).
26
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara
a. Ukuran partikel
tersebut antara lain kandungan zat terbang dan kandungan uap air.
27
III. METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material dan energi
berjudul “Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Mutu Briket Kulit Buah Aren
eksperimen.
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabelberikut:
28
29
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:
D. Prosedur Penelitian
berikut:
Bahan yang disiapkan pada penelitian ini yaitu limbah kulit aren. Langkah-
1. limbah kulit buah aren diperoleh dari desa momea, kecamatan tongauna,
dan dicuci
3. Menjemur kulit aren dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air
pada
2. Proses Karbonisasi
a. Membuat bara pada tungku drum (gambar 3.1) dengan bantuan bahan-
dalam drum
g.Proses karbonisasi dapat diamati melalui cerobong tempat keluarnya asap pada
keluar dari cerobong itu sudah lebih jernih tidak pekat lagi atau hampir tidak
mengeluarkan asap.
h.Kulit aren yang telah menjadi arang dari proses karbonisasi dikeluarkan dari
dalam drum, Arang kulit aren diletakan pada wadah dan disiram air agar
i.Kemudian arang dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering arang kulit
b.Arang hasil gerusan diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 70-80 mesh.
a.Mengambil serbuk arang kulit aren kurang lebih 1 sendok makan disimpan
b.Mengatur daya sebesar 150 watt (defrost) dan waktu selama 105 detik (1,45
c.Setelah selesai sesuai waktu yang diinginkan, diukur suhu sampel menggunakan
termometer infrared.
Bahan yang disiapkan yaitu serbuk arang aktif kulit aren, sagu aren sebagai
(perbandingan 9:1)
(Sample A)
e. Sampel.B (campuran serbuk arang aktif, perekat dan aquades) siap untuk
dicetak.
Alat dan bahan yang disiapkan ialah campuran arang aktif kulit aren
tinggi 8cm.
c. Mengeluarkan briket dari cetakan, maka diperoleh briket arang kulit aren.
100 kg/cm2).
35
Gambar 3.2. (a) Cetakan briket (b) Alat Kompaksi Briket (Apriadin, 2017).
7. Proses Pengeringan
E. Analisis Briket
1. Kerapatan
m
Kerapatan Briket (ρ) ¿ (3.1)
Vtot
Dimana :
r : Jari-jari (cm)
kulit buah aren. Kemudian memasukan briket kulit buah aren yang telah
jam. Setelah beberapa jam mengangkat cawan yang berisi briket sekam
terhindar dari kontaminasi suhu luar. Menimbang cawan yang berisi briket
sekam padi yang telah didinginkan dalam desikator. Menghitung kadar air
M ( %) =( m₂−m₃
m₂−m₁ )
x 100 % (3.3)
Keterangan :
briket sekam padi ke dalam cawan porselen yang telah dihitung berat
AC ( % )=( mm ₃−m
₂−m ₁ )
₁
x 100 % (3.4)
Keterangan :
700˚C (gram).
( )
2 3
m −m
VM ( % )= 2 1
x 100 % −M ( % ) (3.5)
m −m
Dengan :
5. Fixed Karbon
Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon dalam arang selain fraksi abu,
zat mudah menguap dan air (Husada, 2008). Uji kandungan Fixed Carbon
6. Nilai Kalor
membaca.
1. Waktu sulut
Menyiapkan briket yang akan di uji. Briket dibakar kemudian dihitung dan
stopwatch.
2. Laju pembakaran
40
Uji laju pembakaran briket diperoleh dari hasil massa briket (massa
sebelum dibakar massa setelah jadi abu) dibagi lama pembakaran briket.
Massabriket ( gr )
𝑙𝑎𝑗𝑢𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
Lama Pembakaran ( Menit )
(3.7)
3. Temperatur pembakaran
H. Skema Penelitian
Preparasi sample
Karbonisasi
Pengeringan
Analisis Briket
Uji proximate (kadar Uji kerapatan dan nilai Uji pembakaran (waktu
air, kadar abu, volatile kalor sulut , laju pembakaran
mater, fixed carbon) dan lama waktu nyala)
Hasil
42
IV. PEMBAHASAN
A. Karbonisasi
Tahap pertama untuk pembuatan briket kulit buah aren adalah proses
pengarangan atau proses karbonisasi. Menurut Kurniawan dan Marsono (2005),
karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi
karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam reaktor tertutup dengan udara
yang terbatas. Maryono, dkk., (2013), menjelaskan bahwa proses karbonisasi
menggunakan reaktor dengan sistem suplai udara terbatas yang bertujuan agar
tidak terjadi pembakaran lebih lanjut pada kulit buah aren. Reaktor yang
digunakan terdapat cerobong kecil diatasnya sebagai jalan keluarnya asap dan
menguapkan air, kandungan senyawa-senyawa seperti lignin, selulosa, tar, dan
senyawa lainnya yang terdapat pada kulit buah aren bisa naik ke udara atau
lingkungan sekitar saat proses karbonisasi. Dalam penelitian ini karbonisasi
menggunakan reactor seperti pada gambar A.1 sebanyak 11 kg kulit buah aren di
masukan kedalam reactor sehingga menyisakan rongga ruang hampa udara 10 cm,
selama proses karbonisasi berlangsung perubahan tempratur body reactor seperti
pada gambar A.2 berikut :
160 149
140 133
120
Temperatur (℃)
100 96
76 80
80
60
40
20
0
9:44 10:02 11:02 12:02 13:00
Waktu Karbonisasi
43
kulit buah arean dengan variasi waktu 5,6, dan 7 menit. Aktivasi yang di lakukan
pada waktu 5 menit nampak belum ada perubahan warna pada arang aktif.
Sedangkan ketika diaktivasi selama lebih dari 6 menit, pada waktu 7 menit,terjadi
perubahan warna yang ditandai dengan nampak abu pada sebagian serbuk arang
yang diaktivasi, sehingga peneliti menentukan waktu yang terbaik di sekitar 6
menit yaitu 5 menit 30 detik, 6 menit, 6 menit 30 detik ternyata ketiganya tidak
menunju kan perbedaan warna sehingga di putuskan waktu terbaiknya 6 menit
untuk proses aktivasi menggunakan daya 70 watt. Kemudian dilakukan aktivasi
dengan daya 150 watt dengan variasi waktu aktivasi yang berbeda yaitu 3,4 dan 5
menit. Ketika diaktivasi dengan waktu 3 menit, tidak menunjukkan adanya
perubahan warna, ketika diaktivasi dengan waktu 5 menit terjadi perubahan warna
keabuan pada arang yang diaktivasi, sehingga peneliti menentukan waktu yang
terbaik di sekitar di sekitar 4 menit yaitu 3 menit 30 detik, 4 menit, 5 menit 30 detik
ternyata ketiganya tidak menunju kan perbedaan warna sehingga di putuskan waktu
terbaiknya 4 menit untuk proses aktivasi menggunakan daya 150 watt. Begitu pula
dengan daya 230 watt, di lakukan variasi waktu aktivasi yang berbeda yaitu 1,2 dan
3 menit ketika diaktivasi kurang dari 2 menit pada waktu 1 menit belum ada
perubahan warna, sedangkan lebih dari 2 menit, pada 3 menit perubahannya sama
dengan aktivasi menggunakan daya 70 watt dan 150 watt, yaitu terjadi perubahan
warna yang nampak keabuan pada arang yang diaktivas sehingga diambil waktu
terbaik 2 menit untuk proses aktivasi menggunakan daya 230 watt. Proses aktivasi
menggunakan microwave telah dilakukan dengan menggunakan beberapa daya dan
waktu yaitu daya low sebesar 70 watt dan 6 menit, medium 150 watt dan 4 menit,
medium high 230 watt dan 2 menit, dengan daya dan waktu yang digunakan tiap
proses aktivasi berbeda-beda.
Dari hasil keseluruhan uji coba daya dan waktu, dengan pengamatan
perubahan warna pada arang menggunakan alat microwave juga pengaturan daya
dan waktu yang sama, ternyata hanya menunjukan perubahan secara kasap mata
(perubahan warna) dan di dapatkan 3 daya dan waktu terbaik yaitu 7 watt dan 6
menit, 150 watt dan 4 menit, 230 watt dan 2 menit. Sehingga ketiga hasil terbaik
memiliki perubahan yang sama (perubahan warna) tetapi jika dihitung energinya
45
yaitu perkalian daya dan waktu berbeda sehingga peneliti mengambil energi yang
dihasil kan dari perkalian daya dan waktu ,serbuk arang yang diaktivasi dengan
daya 70 watt dan waktu 6 menit memiliki energi sebesar 420 watt menit, 150 watt
selama 4 menit dengan energi 600 watt menit, dan 230 watt selama 2 menit energi
460 watt menit. Dengan demikian, dalam penelitian ini hanya briket arang yang
diaktivasi pada daya dan waktu tersebut yang dianalisis datanya dan sebagai
pembanding akan di lakukan analisis data pada briket yang tidak melalui proses
aktivasi. Analisis terhadap hasil karakteristik pada variasi energi tersebut tentunya
bisa menggambarkan tingkat ketelitian lebih tinggi untuk mengambil keputusan
pada variasi energi
D. Pencampuran Perekat
Sagu aren merupakan bahan perekat yang digunakan pada penelitian ini
karena sagu aren mempunyai daya rekat yang tinggi.Pencampuran antara serbuk
arang dan perekat bertujuan memberikan lapisan tipis dari perekat pada
permukaan partikel arang. Selain itu, juga memiliki susunan partikel yang baik,
lebih teratur, dan lebih padat sehingga dalam proses pengompaksian pada briket
akan semakin baik. Aquades sebagai pelarut dipanaskan sampai mencapai suhu
100ºC, kemudian sebanyak 3 ml pelarut yang digunakan untuk mencampurkan
serbuk arang aktif dan nonaktif dengan perekat. Hal ini bertujuan agar tidak ada
pelarut yang terbuang saat proses pengkompaksian. Hasil pencampuran serbuk
arang dan perekat dicetak, kemudian ditekan dengan menggunakan alat kompaksi
briket. Pencetakan bertujuan untuk memperoleh bentuk yang sama dan seragam
serta memudahkan dalam penggunannya terutama pada saat proses pembakaran
dan pengemasannya. Tekanan yang digunakan saat kompaksi adalah 90 kg/cm2.
Pemberian tekanan yang lebih rendah menghasilkan briket yang rapuh dan jika
tekanan yang lebih tinggi menjadikan briket terlalu padat sehingga sulit disulut.
Menurut Mayono, dkk., (2013), pemberian tekanan akan menyebakan perekat
yang masih dalam keadaan cair mulai tersebar kedalam celah-celah dan
keseluruhan permukaan serbuk arang yang menyebabkan ikatan antar partikel
arang akan semakin kuat, sehingga briket yang diperoleh tidak mudah retak.
46
Briket arang kulit buah aren yang dihasilkan dari proses kompaksi masih dalam
keadaan belum kering untuk selanjutnya dilakukan pengeringan. Pengeringan
briket dilakukan didalam oven pada suhu 75º C dalam w aktu 3 jam, tujuannya
untuk mengurangi kandungan air pada briket yang berasal dari pelarut yang
digunakan, sehingga hanya kandungan air higroskopis bahan penyusunnya. Ketika
sebuah partikel dipanaskan dengan dikenai temperatur tinggi, air dalam bentuk
moisture dipermukaan bahan bakar akan menguap, sedangkan yang berada
didalam akan mengalir keluar melalui pori-pori partikel dan menguap. Moisture
dalam bahan bakar padat terdapat dalam dua bentuk, yaitu sebagai air bebas (free
water) yang mengisi rongga pori-pori didalam bahan bakar dan sebagai air terikat
(bound water) yang terserap dipermukaan ruang dalam struktur bahan bakar
(Borman dan Regland, 1998 dalam Syamsiro dan Saptuadi, 2007). Briket yang
telah kering selanjutnya disimpan didalam plastik agar tetap kering dan tidak
terkontaminasi dengan udara, karena briket bersifat higroskopis dengan demikian
jika dibiarkan di udara terbuka maka briket dapat dengan mudah menyerap air
dari udara sekitar yang menyebabkan briket menjadi rapuh dan hancur.
1. Kerapatan (Densitas)
1.1
1.011020119
1 0.965064659
0.9
0.8
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
kerapatan briket arang kulit buah aren
Berdasarkan Gambar 4.1, briket yang dibuat dengan proses aktivasi arang
aktif menggunakan microwave pada energi 420 watt menit, memiliki nilai
kerapatan sebesar 0,9651 g/cm3 , selanjutnya ketika energi 460 watt menit,
kerapatannya meningkat sebesar 0,0459 sehingga menjadi 1,0110 g/cm3,
kemudian pada energi 600 watt menit kerapatannya bertambah sebesar 0,1685
g/cm3 sehingga menjadi 1,1795 g/cm3 . Hal ini mengindikasikan penggunaan
daya dan waktu pada microwave untuk proses aktivasi arang dapat menambah
kerapatan pada briket yang dihasilkan. Karmila (2018), melaporkan bahwa dalam
penelitian aktivasi arang aktif tingginya daya microwave yang digunakan dalam
durasi waktu aktivasi yang lebih singkat, membuat pori arang semakin terbuka
yang memudahkan oksigen atau uap air dari udara masuk kedalam pori-pori
arang. Perekat juga akan lebih mudah diserap oleh partikel arang sehingga
volumenya bertambah yang menyebabkan kerapatan menurun. Bertambahnya
daya microwave dengan durasi waktu aktivasi yang lebih singkat akan menaikkan
kerapatan sampai pada batas tertentu, dan setelah mencapai batas tersebut,
kerapatannya akan mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian ini
kerapatan briket limbah kulit buah aren yang diaktivasi sesuai dengan standar
48
SNI 01-6235-2000 yaitu nilai kerapatan yang baik untuk briket adalah minimal
0,447 g/cm3
3. Kadar air
Kadar air sangat berpengaruh pada kualitas briket yang dihasilkan. Semakin
rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya dan
sebaliknya semakin tinggi kadar air maka semakin rendah nilai kalor dan daya
pembakarannya (Apriadin, 2017). Kadar air briket dipengaruhi oleh jenis bahan
baku, jenis perekat dan metode pengujian yang digunakan. Selain itu, aktivasi
juga dapat mempengaruhi kadar air briket. Semakin besar tekanan yang diberikan,
maka semakin banyak air yang ikut terbuang sehingga pada akhirnya kadar air
briket arang akan semakin rendah. Hasil analisis kadar air briket limbah tongkol
jagung dengan variasi tekanan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
14
12.3016
12
10.5159
10
8.5317
Kadar Air (%)
0
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)
Daya (watt) dan Waktu Aktivasi (menit)
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
Kadar Air briket arang kulit buah aren
yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan daya tinggi pada
microwave akan memberi efek pemanasan yang begitu cepat saat proses aktivasi
berlangsung, sehingga kadar air pada arang akan menurun. Menurut Hasrianti dan
Nurasia (2016), semakin besar daya yang digunakan maka panas yang dihasilkan
akan semakin besar. Besarnya daya gelombang mikro yang diberikan dapat
mempengaruhi ukuran pori, semakin besar daya yang diberikan maka pori-pori
arang akan semakin banyak dan terbuka lebar. Aktivasi dengan daya yang tinggi
mengakibatkan pori arang semakin terbuka karena efek pemanasan yang begitu
cepat sehingga arang yang bersifat higroskopis dapat menyerap uap air di udara
lebih banyak. Hasil penelitian Karmila (2018). Bila dibandingkan dengan kadar
air Standar Nasional Indonesia yakni maksimal 8%, penggunaan microwave untuk
aktivasi briket arang kulit buah aren dari semua perlakuan memenuhi Standar
Nasional Indonesia
4. Kadar abu
Abu adalah oksida-oksida logam dalam arang yang terdiri dari
mineralmineral yang tidak dapat menguap pada saat proses karbonisasi (Karmila,
2018). Abu merupakan sisa hasil pembakaran atau tidak bisa lagi menghasilkan
kalor sehingga jika semakin sedikit abu yang terdapat pada briket arang maka
akan semakin baik nilai kalor pada briket. Pengujian kadar abu bertujuan untuk
mengetahui banyaknya abu yang terkandung sebagai sisa pembakaran dari briket
arang. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam abu dapat menurunkan nilai
kalor. Salah satu unsur dalam abu adalah silikat yang pengaruhnya kurang baik
terhadap nilai kalor briket. Kadar abu dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang
digunakan. Hasil pengukuran kadar abu briket arang cangkang kakao dapat dilihat
pada Gambar 4.3 berikut :
50
14
12.3016
12
10.5159
10
8.5317
Kadar Abu (%)
0
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)
Daya (watt) dan Waktu Aktivasi (menit)
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
kadar abu briket arang kulit buah aren
Berdasarkan Gambar 4.3, kadar abu briket arang kulit buah aren pada
proses aktivasi menggunakan microwave dengan energi 600 watt menit lebih
tinggi dibanding 460 watt menit dan 420 watt menit. Pada energi 420 watt menit
mempunyai persentase kadar abu sebanyak 8,5317%, kemudian kadar abu
meningkat seiring dengan kenaikan daya aktivasi sehingga menjadi 10,5159%.
Selanjutnya kadar abu lebih meningkat seiring dengan menurunnya daya aktivasi
sehingga pada energi 600 watt menit, kadar abu yang diperoleh relatif lebih
tinggi, kadar abu mengalami peningkatan sebesar 1,7857% sehingga Kadar abu
pada energi 600 watt menit menjadi 12,3016%. Penggunaan daya tinggi membuat
pori arang yang terbentuk akan semakin banyak, hal ini dikarenakan terjadinya
pembentukkan pori yang menghasilkan abu oleh proses pembakaran pada
permukaan karbon aktif, sehingga semakin banyak pori yang dihasilkan maka
kadar abu akan meningkat juga (Saragih, dkk., 2020). Bila dibandingkan dengan
kadar abu Standar Nasional Indonesia yakni maksimal 8%, penggunaan
microwave untuk energi aktivasi briket arang kulit buah aren dari semua
perlakuan belum memenuhi Standar Nasional Indonesia.
5. Volatile matter
51
Berdasarkan Gambar 4.4, briket yang dibuat dengan proses aktivasi arang
aktif menggunakan microwave pada daya 70 watt selama 6 menit, persentase
volatile matter yang diperoleh sebesar 8,1028%, kemudian meningkat menjadi
10,3175% pada daya 150 watt selama 4 menit. Seiring dengan bertambahnya daya
aktivasi, persentase volatile mater menurun sebanyak 3,5981% sehingga menjadi
6,7194%, pada penggunaan daya 230 watt selama 2 menit . Hal ini disebabkan
karena saat aktivasi arang, zat-zat yang mudah menguap akan hilang, sehingga
semakin tinggi suhu dan waktu aktivasi maka zat-zat yang mudah menguap akan
semakin banyak yang hilang (Karmila, 2018). Berdasarkan hasil penelitian ini
kulit buah aren telah memenuhi standar SNI 01-6235-2000 yaitu ≤15%.
6. Fixed carbon
Fixed carbon atau kadar karbon terikat adalah fraksi karbon yang terikat didalam
sebuah briket arang selain fraksi air, abu, dan volatile matter. Fixed carbon
menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile
matter dihilangkan. Nilai kadar karbon terikat diperoleh melalui perhitungan :
(100%) dikurangi dengan jumlah persentase kadar air, kadar abu, dan kadar
volatile matter. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu
dan kadar volatile matter rendah. Hasil perhitungan fixed carbon dapat dilihat
pada Gambar 4.5 berikut :
GRAFIK
52
kalor merupakan suatu sifat bahan bakar yang menyatakan kandungan energi pada
suatu bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang 50 dihasilkan atau
yang ditimbulkan oleh satu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan
temperatur 1 g air dari 3,5 C – 4, 5 C dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor
adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan
bakar (Wahyuni, 2006). Ukuran butiran briket yang kecil dan pori-pori briket yang besar
menyebabkan kandungan air yang terdapat didalamnya mudah menguap selama proses
pengeringan, akibatnya kadar air didalam briket semakin rendah dan kandungan kalor
makin tinggi karena kadar air yang tinggi akan mengurangi nilai kalor. Hasil dari
1. Waktu sulut
53
Briket arang kulit buah aren yang telah dihasilkan selanjutnya dibakar untuk
mengetahui waktu sulut dan lama pembakarannya. Waktu sulut merupakan waktu
yang diperlukan briket saat dibakar hingga munculnya bara (Apriadin, 2017).
Waktu sulut diamati mulai dari penyalaan briket hingga briket mulai membara.
Waktu sulut bearada diantara 0,6-0,8 menit. Waktu sulut terlama yaitu 0,8 menit
pada daya aktivasi 70 watt selama 6 menit yang memiliki nilai kerapatan 0,9651
g/cm3 , kadar air sebesar 6,7460%, kadar abu 10,5159%, volatile matter 8,1028%,
fixed carbon 74,4048%, serta nilai kalor sebesar ? kal/g. Selanjutnya waktu sulut
tersingkat berada pada daya tinggi yaitu 230 watt selama 2 menit, dengan nilai
kerapatan sebesar 1,0110 kg/cm3 , kadar air 4,3478%, kadar abu 12,3016%,
volatile matter 6,7194%, fixed carbon 77,0335%, dan nilai kalor sebesar ? kal/g.
Hasil pengamatan waktu sulut terhadap briket arang kulit buah aren dapat dilihat
pada Gambar berikut :
GRAFIK
2. Lama Nyala
54
GRAFIK
DAFTAR PUSTAKA
55
Alam, N. A., Saleh, M., dan Rahim, S. 2009. Karakteristik Pati Dari Batang
Pohon Aren Pada Berbagai Fase Pertumbuhan. Agrolad: Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian, 1(2).
Aminah, D., Fatriani., dan Arryati, H. 2020. Sifat Fisik dan Kimia Pelepah Aren
(Arenga pinnata Merr) Untuk Bahan Baku Alternatif Pulp dan Kertas.
Jurnal Sylva Scienteae, 3(3).
Apriadin. 2017. Karakteristik Briket Limbah Sabut Kelapa (Cocos nucifera L.)
Menggunakan Perekat Sagu. Jurnal Aplikasi Fisika, 14(2).
Aprilia. 2018. Pengaruh Variasi Suhu Karbonisasi Dan Jenis Activator Agent
Terhadap Karakteristik Karbon Aktif Dari Tempurung Biji Keluwak
(PangiumEdule R.).Diss. Universitas Brawijaya.
Ariyanto, Eko, Muhammad Arief Karim, dan Agung Firmansyah. 2014.Biobriket
Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) SebagaiBahanBakar Energi
Terbarukan.Reaktor, 15(1).
Arjuna, M., Kadir, Abd., dan Barata, L. O. A. 2022. Analisis Karakteristik Briket
Daun Jati dan Daun Jambu Mete. ENTHALPY: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Teknik Mesin, 7(3): 105-112.
Aryani, Farida. 2019. AplikasiMetodeAktivasiFisika dan Aktivasi Kimia pada
PembuatanArangAktifdariTempurung Kelapa (Cocos nucifera
L). Indonesian Journal of Laboratory, 1(2).
Aziz, M. Rifqi. 2018. PengaruhJenisPerekat Pada
BriketCangkangKelapaSawitTerhadap Waktu
Bakar.ProsidingSemnastek.
Bakasa, 2019. Pengembangan biomasa sebagai sumber eneergi yang dapat
diperbaharui.
Bestari, W. G., Mendopa, M., dan Hasibuan, R. 2016. Karakteristik Briket Dari
Sekam Padi dan Ketaman Kayu Berperekat Daun Jambu Mete. Jurnal
Teknik Kimia USU, 5(2).
Dian, Y.P. 2019. Pembuatan Karbon Aktif Dari
ArangBakauMenggunakanGabunganAktivasi Kimia dan
FisikaDenganMicrowave.Jurnal IPTEK, 23(1).
56
Supandi, SP. 2020. Informasi Tanaman Aren (Arenga pinnata) Unggul Di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pengawas Benih Tanaman.
Syarifah, A. R. 2018. Perbandingan Pengaruh Metode Ekstraksi Microwave Oven
dan Oven Terhadap Kualitas Gelatin Babi, Sapi dan Bebek. Skripsi.
Tia. 2013. Karakteristik Kimia BiomassauntukEnergi (Chemical Characteristics
of Biomass for Energy). JurnalIlmu dan Teknologi Kayu Tropis, 16(1).
Trisa, Ariansyah, Wahidin Nuriana, danMustafa. 2019.
PengaruhVariasiTekananTerhadapDensitas Kadar Air dan Laju
Pembakaran pada BriketPelepahKelapa.Prosiding Seminar Nasional
Sains dan TeknologiTerapan, 1(1).
Taylor, 2005. Gelombang mikro yang merupakan gelombang elektromagnetik.
Ulfi, K., Kartawidjaja, M., dan Suryaningsih, S.2016. Analisa
KarakteristikBriketCampuranArangSekamPadidanArangTempurungKela
padenganVariasi Kanji.Proseding Seminar Nasional Fisika dan
Aplikasinya, 3(2).
Widodo, 2010. Penggunaan briket secara luas sebagai bahan bakar terbarukan.
Winangun, I. W. F., Kencana, P. K. D., dan Arthawan, I. G. K. A. 2019. Pengaruh
Konsentrasi Asap Cair Batang Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata
Buze-Kurz) dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Segar. Jurnal Beta(Biosistem dan Teknik
Pertanian).
Wiryaatmadja, Irga.2022. Identifikasi Potensi dan Pemanfaatan Aren (Arenga
pinnata) di Desa Rompegading Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin.Diss. Universitas Hasanuddin.
Zulkania, Ariany.2016. Pengaruh Temperatur dan
UkuranPartikelBiomassaTerhadap Bio-Oil Hasil PirolisisAmpas
Tebu/Baggase.Jurnal Teknoin, 22(5).
61
62
Lanjutan Tabel 8
78. 38,5 250 50 312
79. 39 251 42 335
80. 39,5 257 40 310
81. 40 241 39 311
82. 40,5 213 39 322
83. 41 230 38 322
84. 41,5 202 38 306
85. 42 180 38 312
86. 42,5 174 38 320
87. 43 113 37 268
88. 43,5 101 37 204
89. 44 63 37 193
90. 44,5 55 37 180
91. 45 48 36 134
92. 45,5 44 36 86
93. 46 40 35 59
94. 46,5 38 35 45
95. 47 40 39
96. 47,5 35 41
65