Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH WAKTU AKTIVASI TERHADAP MUTU BRIKET LIMBAH

KULIT BUAH AREN(Arenga pinnata) MENGGUNAKAN MICROWAVE

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat (S-1)

Oleh:

Isra Yani
F1B118026

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, serta tak lupa pula shalawat serta

salam penulis hanturkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan

para sahabatnya, sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Mutu Briket Arang Limbah Kulit

Buah Aren (Arenga Pinnata) Menggunakan Microwave” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan proses penyusunan

skripsi ini tidak sedikit hambatan yang telah dihadapi tetapi semuanya itu dapat

teratasi berkat petunjuk dari Allah SWT sehingga penulis menyadari bahwa segala

sesuatu yang terjadi atas kehendak-Nya, dan sesuai dengan Firman-Nya “Allah

tidak membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S.

AlBaqarah:286)

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Halu Oleo, dengan harapan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan

pengetahuan dalam pengembangan fisika material. Meskipun banyak hambatan

dan tantangan yang penulis alami selama penyusunan tugas akhir ini, namun

berkat bantuan Tuhan dan kerjasama berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

mengatasi hambatan dan tantangan tersebut.

Melalui kesempatan ini secara khusus dengan hati yang tulus

penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan kepada

Ayahanda Risman dan Ibunda tercinta Surasni, atas doa restu, pengorbanan, kasih

iii
sayang serta dukungan moral dan materil yang diberikan kepada penulis sejak

kecil hingga penulis dapat menyelesaikan studi. Kepada saudaraku Patrian rahmat

dan Abil rahmat serta keluarga besar atas doa dan dukungan selama penulis

melaksanakan studi dan semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan

merahmati apa yang menjadi doa kita semua.

Penghargaan yang setinggi–tingginya dan ucapan terima kasih yang

setulus–tulusnya penulis ucapkan kepada Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si., selaku

pembimbing pertama dan Bapak Dr. Eng. I Nyoman Sudiana, S.Pd., M.Si., selaku

pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan

kesabaran dalam memberikan arahan dan bimbingan serta perbaikan-perbaikan

sejak awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Suatu hal yang tidak

terlupakan atas dorongan dan bimbingan, serta arahan dan bantuan kepada penulis

selama melakukan penelitian, maka patutlah kiranya penulis menyampaikan

ucapan terima kasih serta penghargaan kepada semua pihak, khususnya:

1. Bapak Prof. Dr. Muh. Zamrun. F., S.Si; M.Si; M.Sc, selaku Rektor Universitas

Halu Oleo.

2. Bapak Dr. Ida Usman, S.Si; M.Si; selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.

3. Ibu Lina Lestari, S.Pd; M.Si; dan Ibu Wa Ode Sitti Ilmawati, S.Si; M.Sc.,

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.

4. Wa Ode Sukmawati Arsyad, S.Si., M.Si. selaku penasehat akademik, yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh pendidikan.

iv
5. Ibu Viska Inda Variani, S.Si; M.Si; bapak Dr. La Aba, S.Si; M.Si., dan bapak

Muhammad Harun Al Rasyid, S.Si; M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan

kritik, saran yang sangat bermanfaat serta arahan dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi FMIPA Universitas Halu Oleo

khususnya para Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis.

7. Terkhuusus Ibu Lina Lestari, S.Pd M.Si yang selalu memberikan motivasi,

masukan dan dorongan serta ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan.

8. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh keluarga besarku terima

kasih atas bantuan, pengorbanan dan uraian doa serta motivasinya selama ini

kepada penulis.

9. Terima Kasih kepada Keluraga besar Fisika angkatan 2018 atas kebersamaan,

kebahagian, suka duka yang kita lewati bersama selama proses perkuliahan.

11. Terima kasih kepada kakak-kakak senior angkatan 2015-2017 terkhusu

kepada Karmiatci S.Si yang telah membimbing saya menyelesaiakan tugas akhir

12. Adik-adik tingkat dan rekan-rekan mahasiswa dari angkatan 2019-2021 yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah berbagi suka dan duka

selama proses perkuliahan.

12. Terima kasih kepada pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan

penulisan tugas akhir ini terkhusus, Baso abdul Rahman S.Pd, Ike nur hayana,

Kiki Ananda arista dewi, Tety wahyunigsih S.E dan Kadek lisnawati S.Si yang

v
selalu membantu dan menemani penulis dari awal pembuatan skripsi hingga

selesai

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Batasan Masalah…………………………………………………………4
C. Rumusan Masalah......................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7
A. Biomassa....................................................................................................7
B. Buah Aren..................................................................................................9
C. Briket Arang..............................................................................................9
D. Microwave...............................................................................................12
E. Proses Pembriketan Briket……………………………………………...16
1. Karbonisasi/pengarangan..................................................................16
2. Penggerusan dan PengayakanArang……………………………….17
3. Aktivasi.............................................................................................17
4. Pencampuran Perekat........................................................................19
F. Pencetakan dan Pengompaksian Briket...................................................20
G. Nilai Kalor...............................................................................................21
1. Kerapatan (Density)..........................................................................21
2. Kadar Abu.........................................................................................22
3. Kadar Zat Menguap..........................................................................23

vi
4. Kadar Karbon....................................................................................23
5. Nilai Kalor........................................................................................23
H. Karateristik Kualitas Briket.....................................................................24
I. Karateristik Pembakaran Briket…………………………………………..25

III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................27


A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................27
B. Jenis Penelitian........................................................................................27
C. Alat dan Bahan Penelitian........................................................................27
D. Prosedur Penelitian…………………………………………………......29
1. Proses Preparasi................................................................................30
2. Proses Karbonisasi............................................................................29
3. Pengerusan dan Pengayakan.............................................................31
4. Aktivasi Arang Kulit Buah Aren......................................................31
5. Proses Pencampuran Bahan Perekat.................................................32
6. Proses Pengompaksian Briket Kulit Buah Aren...............................32
7. Proses Pengeringan ………………………………………………..33

E. Analisis Briket.........................................................................................33
1. Kerapatan…………………………………………………………….33
2. Kadar Air ( Moisture)……………………………………………………..34
3. Kadar Abu ( A s Content)………………………………………………….35
4. Kadar Karbon Terikat ( Volatile Matter)…………………………….35
5. Fixed Karbon………………………………………………………...36
6. Nilai Kalor…………………………………………………………...36
F. Uji Nyala Briket.......................................................................................37
G. Diagram Alir Penelitian...........................................................................39
I.V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kualitas Briket Arang Tongkol Jagung ( zea mays.L )

1. Kerapatan (Density)

3. Kadar Abu

vii
4. Volatile Matter (Zat Mudah Menguap)

5. Fixed Carbon (Kadar Karbon terikat)

6. Nilai Kalor

B. Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung ( zea mays.L )

1. Waktu Sulut

2. Laju Pembakaran

3. Laju Waktu Nyala

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN

viii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan energi nasional semakin meningkat seiring pesatnya

pertumbuhan penduduk Indonesia, sementara cadangan minyak bumi sebagai

sumber utama energi nasional semakin menipis. Laju pertumbuhan penduduk

Indonesia tahun 2016 di angka 1,49 %, dalam satu tahun penduduk Indonesia

bertambah sekitar 4 juta jiwa sehingga pada tahun 2017 jumlah penduduk

Indonesia lebih dari 262 juta jiwa (Kumolo, 2017).Minyak bumi merupakan

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang biasa digunakan

sebagai bahan bakar. Hampir semua kegiatan membutuhkan bahan bakar

misalnya dalam sektor transportasi, industri dan rumah tangga, sehingga

persediaan minyak bumi di dunia semakin lama semakin menipis dan

harganya semakin meningkat (Rahmatullah dan Nurisman, 2019).Kebutuhan

minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu

diantisipasi dengan mencari sebuah sumber energi alternatif.Salah satu

sumber energi alternatif yang dapat di perbaharui adalah pemanfaatan

biomassa.

Biomassa merupakan pengembangan sumber energi yang dapat

diperbaharui, selain itu juga biomassa menjadi fundamental bagi

kesinambungan ketersediaan energi masa depan. Biomassa dapat memainkan

peranan penting sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui, yang

berfungsi sebagai penyedia sumber karbon untuk energi yang dengan

menggunakan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menunjang

1
2

emisi pada tingkat yang rendah selain itu, penggunaan energi biomassa juga

dapat mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan

tata air.Secara general, keragaman sumber biomassa dan sifatnya yang dapat

diperbaharui dapat berperan sebagai pengaman energi di masa mendatang

(Bakasa, 2019).

Briket adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket

(penampilan dan kemasan yang menarik) yang dapat digunakan untuk

keperluan energi alternatif sehari-hari sebagai pengganti minyak tanah dan

gas elpiji. Briket arang mempunyai banyak kelebihan yaitu bila dikemas

dengan menarik akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih dengan arang

yang di pasar tradisional, briket mempunyai panas yang lebih tinggi, tidak

berbau, bersih, dan tahan lama (Widodo dkk, 2010). Briket mulai digunakan

secara luas sebagai bahan bakar terbarukan, baik di industri maupun rumah

tangga, karena beberapa kelebihannya yaitu mempunyai energi dan kuat

tekan yang tinggi, hemat dan praktis, serta menghasilkan bahan bakar yang

bersih proses pembuatan briket arang memerlukan bahan perekat yang baik

digunakan untuk pembuatan briket arang meliputi pati, dekstrin dan tepung

tapioka, karena menghasilkan briket arang yang tidak berasap pada saat

pembakaran dan tahan lama. Salah satu tujuan penggunaan bahan perekat

dimaksutkan agar ikatan antar prtikel akan semakin kuat(Lestari,2010).

Aren adalah salah satu jenis tanaman palma yang hampir tersebar di

seluruh wilayah Indonesia. Seluruh bagian dari tanaman ini dapat

dimanfaatkan mulai nira yang dapat diolah menjadi gula, batangnya dapat
3

diolah menjadi tepung aren, buah yang belum matang diolah menjadi kolang

kaling, dan daun yang dapat menjadi atap serta ijuknya dapat diolah menjadi

kerajinan (Ruslan dkk, 2018). Sagu aren adalah salah satu pengikat organik

yang memiliki kadar karbohidrat cukup tinggi. Sagu aren merupakan salah

satu sumber karbohidrat yang ketersediaanya cukup melimpah khususnya

didaerah yang memiliki usaha perkebunan aren. Sebagai sumber karbohidrat,

sagu aren juga memiliki pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin

menjadikannya mampu mengikat karbon-karbon secara kimia, pati sagu aren

mengandung 37,45% amilosa dan 62,55% amilopektin sehingga dalam

penelitian ini, perekat yang digunakan adalah sagu aren yang merupakan

salah satu hasil dari pohon aren (Alam dkk, 2009).

Pati aren diproses baik dengan cara tradisional dengan terlebih dahulu

memotong batang aren sepanjang kurang lebih 2 meter, selanjutnya dibelah

dua secara memanjangdengan menggunakan palu yang terbuat dari kayu,

emplur batang dihancurkan mulai dari satu ujung ke ujung potongan lainnya.

Remukan empelur kemudian dicuci dibawah aliran air sehingga patinya

terhanyut dengan air. Aliran air ini kemudian ditampung dalam satu wadah

lalu patinya diendapkan. Setelah beberapa jam diendapkan, air dibuang secara

perlahan-lahan dan endapan patinya dikumpulkan untuk digunakan sebagai

bahan makanan atau dikeringkan untuk disimpan (Julius et al, 2004).

Aktivasi bertujuan untuk menciptakan dan memperluas pori, mengurangi

kadar air serta meningkatkan nilai kalor. Selain itu, aktivasi juga sangat penting

untuk mengontrol mikrostruktur yang diinginkan sehingga dapat diperoleh briket

dengan energi yang lebih tinggi dibanding yang dibuat dengan cara
4

konvensional. Diduga 3 pula dengan aktivasi briket arang yang dihasilkan akan

dapat memperpanjang temperatur maksimal dalam waktu yang lebih lama

dibandingkan tanpa aktivasi (Evan,2018)

Microwave adalah oven gelombang mikro,pertama kali ditemukan pada

tahun 1964 oleh Dr. Percy L Gelombang mikro merupakan gelombang

elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang antara 1,0 cm – 1,0 m

dan frekuensi antara 0,3–30 GHz (Taylor, 2005).Microwave didefinisikan

sebagai gelombang dengan panjang gelombang antara 0,001 dan 1 m dengan

frekuensi antara 300 dan 0,3 GHz.Microwave secara teori dapat diubah

menjadi panas melalui interaksi dengan bahan dielektrik. Bahan karbon

secara umum merupakan absorben microwave yang baik, bahan karbon

dengan mudah dipanaskan menggunakan radiasi microwave. Karakter

tersebut membuat bahan karbon dapat bertransformasi disebabkan oleh

pemanasan microwave, sehingga menghasilkan karbon baru dengan sifat atau

karakteristik yang diinginkan (Dian, 2019).

Berkenaan dengan visi prodi S1 Fisika Universitas Halu Oleo, “pada

tahun 2024 menjadi pusat inovasi pendidikan dan pengembangan bidang

fisika dan terapannya, dan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas

komprehensif secara berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah

pesisir, kelautan, dan pedesaan”, peneliti tertarik untuk memanfaatkan sumber

daya alam lokal pedesaan sebagai sumber energi alternatif. Salah satu

komoditi andalan wilayah Desa Momea, Kecamatan Tongauna, Kabupaten

Konawe adalah tanaman aren.Selama ini kulit aren hanya menjadi limbah

melimpah yang belum dimanfaatkan secara optimal.Salahsatu solusi adalah


5

dengan pemanfaatan kulit buah aren pada pembuatan briket sehingga

meningkatkan nilai ekonomisnya. Pada dasarnya, pembuatan briket dari kulit

buah aren tidak jauh berbeda dengan pembuatan briket dari bahan lain seperti

tempurung kelapa, batang sagu, sekam padi, namun tentunya masing-masing

harus dibuat dengan metode yang berbeda untuk mendapatkan kualitas

terbaiknya,karena sifat bahan yang berbeda seperti kandungan lignin dan

selulosanya(Lestari,2017).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis akan melakukan


penelitian yang berjudul “Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Mutu Briket
Limbah Kulit Buah Aren (Arenga pinnata) Menggunakan Microwave”.
Skripsi ini masuk bagian RIP UHO(2020.,RIP UHO).Dari peta riset untuk
menghasilkan bahan bakar alternatif dari limbah kulit aren dengan kualitas
diatas standar SNI.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan adalah kulit buah aren.

2. Bahan perekat yang digunakan pada riset sebelumnya sagu

(Metroxylonsp.), pada penelitian kali ini saya menggunakan perekat sagu

aren (Arenga macrocarpa).

3. Komposisi aren dan sagu aren kering adalah 9:5.

4. Ayakan yang digunakan berukuran 70 mesh dan 80 mesh.

5. Arang diaktivasi menggunakan microwave panasonic NN-sm320M.

6. Uji karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, volatile matter, fixed

carbon, kerapatan dan nilai kalor.


6

7. Uji kualitas pembakaran briket dengan parameter waktu sulut, temperatur

maksimum pembakaran dan laju nyala briket.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh waktu aktivasi terhadap karakteristik (kadar air,

kadar abu, volatile matter, fixed carbon, kerapatan dan nilai kalor) briket

arang kulit buah aren?

2. Bagaimana pengaruh waktu aktivasi terhadap kualitas pembakaran (waktu

sulut, laju nyala dan temperatur) briket arang limbah kulit buah aren?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur waktu aktivasi terhadap

karakteristik (kadar air, kadar abu, volatille matter, fixed carbon, kerapatan

dan nilai kalor) briket arang kulit buah aren.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu aktivasi terhadap kualitas

pembakaran (waktu sulut, laju nyala dan temperatur) briket arang limbah

kulit buah aren.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan solusi untuk pemanfaatan limbah arensebagai bahan

bakar energi alternatif.


7

2. Membantu mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.

3. Menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biomassa

Sumber energi baru dan terbarukan yang masih

melimpah di indonesia salah satunya adalah biomassa. Potensi

biomassa di indonesia mencapai 32.654 MW sementara kapasitas terpasang

adalah 1.1716 MW. Di bandingkan dengan energi terbarukan lainnya,

proses konversi energi biomassa terbilang lebih murah.Biomassa sering

diterjemahkan sebagai bioresources atau sumber daya yang diperoleh dari

hayati. Basis sumber daya alam meliputi ribuan spesis tanaman daratan dan

lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan, limbah residu, dari proses

industri, dan kotoran hewan. Biomassa merupakan sumber daya alam

terbaharui dan energi yang diperoleh dari biomassa disebut energi

terbarukan (Zulkania, 2016).

Indonesia mulai berorientasi pada penggunaan alternatif energi terbarukan

sebagai upaya penghematan energi.Sumber energi alternatif yang dapat

diperbarui salah satunya adalah biomassa (Sunardi et al., 2019).Penggunaan

limbah biomassa merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan

mengingat potensi sektor pertanian yang sangat kaya sekali di indonsia dan

limbah biomassa yang dihasilkan pun juga sangat melimpah.Limbah biomassa

umumnya terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Tetapi pada

umumnya limbah biomassa yang banyak digunakan sebagai bahan bakar briket

8
adalah limbah biomassa padat, misalnya sekam padi, sekam kopi,

tempurungkelapa, serbuk kayu, dan banyak lagi limbah biomassa lainnya (Pari,

2012).

Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan

bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu

dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui

(renewable resources), relatif tidak mengandung sulfur sehingga tidak

menyebabkan polusi udara, dan mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan

sumber daya hutan dan pertanian (Ndraha, 2009).

Beberapa faktor yang mendorong makin intensifnya dilakukan penelitian

pemanfaatan bahan lignoselulosa menjadi sumber energi, dalam hal ini etanol.

Pertama, kebutuhan dan konsumsi energi terus meningkat dari tahun ke tahun,

sementara sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi makin terkuras

karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam

yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas, dan batu bara. Kedua, bioetanol

memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin karena

dapat meningkatkan efisiensi pembakaran (Hambali, 2007)

Bahan lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman

dengan komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Ketersediaannya

yang cukup melimpah, terutama sebagai limbah pertanian, perkebunan, dan

kehutanan, menjadikan bahan ini berpotensi sebagai salah satu sumber energi

melalui proses konversi, baik proses fisika, kimia maupun biologis. Salah satu

9
proses konversi bahan lignoselulosa yang banyak diteliti adalah proses

konversi lignoselulosa menjadi etanol yang selanjutnya dapat digunakan untuk

mensubstitusi bahan bakar bensin untuk keperluan transportasi (Hermiati dkk,

2010).

B. Buah Aren (Arenga pinnata)

Tanaman pohon Aren sangat banyak nilai ekonomiannya, hampir semua

batang tubuhnya mempunyai nilai guna (use value). Hilirisasi dari salah satu

buah aren untuk kolang kaling,kulit kalong kaling untuk pupuk komposkulit

juga bisa buat briket dan seterusnya. Dahulu ijuk aren digunakan untuk atap

rumah gadang, tali dan saringan, sekarang digunakan untuk campuran

pembuatan cover body sepeda motor (Samlawi, 2018)

Gambar 2.1. Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Tabel 2.1.Kandungan tanaman Aren


No Komponen Jumlah (%)

1 Selulosa 27,50

2 Hemiselulosa 23,00

3 Lignin 24,67

10
4 Lain-lain 15,00
(Aminah et al, 2020).

Tabel 2.2. Klasifikasi ilmiah tanaman pohon aren


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Liliopsida
Ordo Arecales
Famili Arecaceae
Genus Arenga
Spescies Arenga Pinnata

Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan), batangnya tidak

berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter batang

dapat mencapai 0,5 meter. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5

meter, helai daun panjangnya dapat mencapai 1,45 m, lebar 7 cm dan bagian

bawah daun ada lilin. Masyarakat pada umumnya sudah sejak lama mengenal

pohon aren sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk

industri kerajinan. Hampir sebagian produk tanaman ini dapat dimanfaatkan

dan memiliki nilai ekonomis.Bagian-bagian fisik pohon aren yang

dimanfaatkan, misalnya akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai

peralatan dan tepung), ijuk (untuk keperluan bangunan bagian atap), daun

(khususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok), demikian pula

11
dengan hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai

bahan makanan dan minuman(Supandi,2020).

C. Briket Arang

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan dari pembakaran

pada suhu tinggi dengan proses karbonisasi, yaitu proses pembakaran tidak

sempurna, sehingga bahan hanya terkarboninasi dan tidak teroksidasi. Sebagian

besar pori-pori pada arang masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa

organik lainnya (Siahaan dkk, 2013).

Briket arang merupakan salah satu bahan bakar padat sebagai energi

alternatif yang dapat mengatasi masalah tingginya permintaan bahan bakar

fosil yang semakin menipis.Kelebihan briket arang adalah memiliki nilai

karbon dan kalor yang tinggi, kerapatan tinggi, ukuran dan mutu yang seragam,

serta mudah disimpan dan diangkut (Nasrul et al., 2020).

Menurut badan standarisasi nasional (2000) briket bioarang yang

memenuhi standar sebagai bahan bakar adalah dilihat dari kadar air, kadar

volatile matter, kadar abu dan nilai kalor. Kualitas standar briket arang dengan

bahan kayu disajikan seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Standarisasi briket arang (SNI 01-6235-2000)


No Standarisasi Nilai

1. Kadar air Maksimal 8%

2. Kadar volatile matter Maksimal 15%

3. Kadar abu Maksimal 8%

4. Nilai kalor Minimal 5000 kal/g

12
Gambar 2.2.Briket Arang

Faktor – faktor yang mempengaruhi sifat briket arang anatara lain :

1. Bahan Baku Bahan utama yang terdapat bahan baku adalah selulosa.

Semakin tinggi kandungan selulosa maka semakin baik kualitas briket,

briket yang mengandung zat terbuang terlalu tinggi cenderung

mengeluarkan asap dan bau tidak sedap.

2. Bahan Perekat Untuk merekatkan partikel–partikel zat bahan baku pada

proses pembuatan briket maka diperlukan zat perekat sehingga di hasilkan

briket yang kompak.

D. Microwave

Microwave adalah gelombang mikro. Gelombang mikro merupakan

gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang antara 1,0

cm–1,0 m dan frekuensi antara 0,3–30 GHz. Gelombang elektromagnetik

merupakan energi listrik dan magnet yang bergerak bolak-balik (oscillate) dan

menghasilkan gelombang yang harmonis. Gelombang mikro (microwave)

terletak diantara radiasi inframerah dan gelombang radio pada wilayah

13
spektrum elektromagnetik. Oven gelombang mikro pertama kali di temukan

pada tahun 1964 oleh Dr. Percy L. Spencer bekerja sama dengan

RaytheonCorporation ketika mereka melakukan penelitian yang berhubungan

dengan radar. Oven ini merupakan alat pemasak dengan menggunakan

gelombang mikro yang dapat memanaskan produk dalam waktu singkat dan

sangat efisien karena hanya memanaskan produk dan tidak memanaskan yang

lain. Hal ini karena gelombang mikro tidak diserap oleh plastik, gelas dan

keramik tapi diserap oleh air dan logam.Oleh karena itu bahan dari logam tidak

baik digunakan untuk oven ini (Gallawa, 2007).

Microwave didefinisikan sebagai gelombang dengan panjang gelombang

antara 0,001 dan 1 m dengan frekuensi antara 300 dan 0,3 GHz.Microwave

secara teori dapat diubah menjadi panas melalui interaksi dengan bahan

dielektrik. Bahan karbon secara umum merupakan absorben microwave yang

baik, bahan karbon dengan mudah dipanaskan menggunakan radiasi

microwave. Karakter tersebut membuat bahan karbon dapat bertransformasi

disebabkan oleh pemanasan microwave, sehingga menghasilkan karbon baru

dengan sifat atau karakteristik yang diinginkan. Kemampuan bahan karbon

untuk dipanaskan menggunakan microwave dikarenakan karbon merupakan

dielektrik material karena adanya electron (π) terdelokalisasi yang bebas

bergerak. Pemanasan dielektrik mengacu pada pemanasan oleh radiasi

elektromagnetik frekuensi tinggi, yaitu gelombang frekuensi radio dan

microwave. Interaksi partikel bermuatan dalam beberapa bahan dengan

komponen medan listrik radiasi elektromagnetik menyebabkan bahan-bahan ini

14
memanas. Dalam molekul polar, komponen medan listrik dari gelombang

mikro menyebabkan dipol permanen dan induksi berputar ketika mereka

mencoba untuk menyesuaikan diri dengan medan bolak balik. Gerakan

molekuler ini menghasilkan gesekan antara molekul-molekul yang berputar

dan kemudian energi diubah sebagai panas (dipolar polarisasi). Dalam hal ini

bahan padat dielektrik dengan partikel bermuatan yang bebas bergerak seperti

elektron π, arus bergerak dalam fase dengan medan elektromagnetik yang

diinduksi. Karena elektron tidak dapat berpasangan dengan perubahan fase

medan listrik, energi dihamburkan dalam bentuk panas karena efek Maxwell-

Wagner (interfacial atau Maxwell-Wagner polarisasi) (Dian, 2019).

Mekanisme dasar dari pemanasan gelombang mikro disebabkan adanya

agitasi molekul-molekul polar atau ion-ion yang bergerak (oscillate) karena

adanya gerakan medan magnetik atau elektrik. Adanya gerakan medan

magnetikdan elektrik menyebabkan partikel-partikel mencoba untuk

berorientasi ataumensejajarkan dengan medan tersebut. Pergerakan partikel-

partikel tersebutdibatasi oleh gaya pembatas (interaksi partikel dan ketahanan

dielektrik). Hal ini menyebabkan gerakan partikel tertahan dan membangkitkan

gerakan acak sehingga menghasilkan panas (Khoirunnisa’a, 2020).

Gambar 2.3.Microwave Panasonic nn-sm322mtte

15
Microwave terdapat sebuah tabung vakum elektronik yang disebut

magnetron yang menghasilkan pancaran gelombang radio yang sangat pendek

(microwave).Gelombang tersebut dipancarkan ke sebuah kincir yang terbuat

dari logam yang disebut “stirrer” atau pengaduk. Stirrer ini berputar selama

magnetron memancarkan gelombang radio sehingga gelombang radio tersebut

terpancarkan dan terdistribusi secara merata ke dalam ruang masak dari

didistribusikan akan mengubah arah molekul-molekul bahan makanan

(terutama air). Perubahan terjadi dengan cepat sekitar 2450 megahertz atau

2,45 milyar siklus perdetik. Melalui perpindahan energi, panas disebutkan oleh

pergerakan molekul-molekul.

Perpindahan energi ini dapat terjadi dengan 3 cara berbeda (Syarifah,

2018) yaitu:

1. Konduksi, terjadi karena adanya kontak langsung dengan sumber panas,

contoh papan penggorengan yang terjadi panas setelah bersentuhan dengan

sumber api pada kompor.

2. Konveksi, terjadi ketika uap panas naik atau api berputar di dalam ruangan

tertutup seperti oven. Panas uap ini akan memanaskan bagian luar makanan

dan diteruskan sampai bagian dalam makanan tersebut.

3. Radiasi, terjadi karena adanya gelombang elektromagnetik yang membuat

molekul-molekul air bergerak.

E. Proses Pembriketan Briket

Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan

penggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan dan pengeringan, pada

16
kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran

fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk

meningkatkan kualitas sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan dan

transportasi serta mengurangi kehilangan bahan dalam bentuk debu pada

proses pengangkutan (Slamet dan budi, 2016). Tahapan pembuatan briket yaitu

sebagai berikut:

1. Karbonisasi/pengarangan

Karbonisasi atau proses pengarangan adalah pembakaran bahan baku

biomassa dengan sedikit atau dengan tanpa oksigen. Tujuan utama

karbonisasi yaitu untuk menghasilkan arang aktif yang akan digunakan

sebagai bahan baku briket (Trisa dkk, 2019). Karbonisasi adalah proses

pembakaran bahan–bahan organik yang ada didalam bahan dasar

pembuatan karbon. Proses ini akan memicu terjadinya dekomposisi

material organik dalam bahan baku dan akan mengeluarkan zat–zat

pengotor dalam bahan baku. Unsur–unsur non karbon sebagian besar akan

hilang pada tahapan tersebut. Pengeluaran unsur yang mudah menguap ini

menyebabkan terbentuknya pori–pori atau mulai terbukanya pori. Seiring

dengan proses ini maka akan terjadi perubahan struktur pori (Ramadhani

dkk, 2020).

Proses ini menyebabkan terjadinya penguraian senyawa organik yang

menyusun struktur bahan membentuk air, uap asam asetat, tar–tar, dan

hidrokarbon. Material padat yang tinggal setelah karbonisasi adalah

karbon dalam bentuk arang dengan pori–pori yang sempit. Pada saat

17
karbonisasi terjadi beberapa proses yaitu penguapan air atau dehidrasi,

penguapan selulosa, penguapan lignin, dan pemurnian karbon. Pada suhu

pemanasan sampai 400°C terjadi penghilangan air, penguapan selulosa dan

lignin, sedangkan untuk pemurnian karbon terjadi pada suhu 500°C-

800°C.Hampir 80% unsur karbon yang diperoleh pada suhu 500°C-800°C

(Riadi, 2017).

2. Penggerusan dan pengayakan arang

Arang hasil karbonisasi biasanya masih berbentuk bongkahan.Oleh

karena itu sebelum dijadikan sebagai briket, biasanya arang di haluskan

terlebih dahulu menggunakan morta agar ukuran menjadi lebih

kecil.Kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran partikel arang yang

seragam. Keseragaman ukuran partikel dimaksudkan untuk mempermudah

pencetakan briket (Aprila,2018). Ukuran bahan bakar padat merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembakaran. Bila bahan

sudah halus dan ukuran tiap partikel sama, hal ini akan memudahkan

proses pencetakan.

3. Aktivasi

Arang hasil karbonisasi tidak memiliki kapasitas absorbsi yang besar

karena struktur pori tidak berkembang dan biasanya masih di tutupi oleh

zat-zat lain, struktur pori akan ditingkatkan selama proses aktivasi. Proses

aktivasi merupakan suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori arang dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul pada permukaan arang. Sehingga arang

18
akan mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia yang

mengakibatkan luas permukaan karbon menjadi lebih besar karena

hidrokarbon yang menumbat pori-pori terbebaskan. Luas permukaan

berkisar antara 300 m2/g hingga 3500 m2/g dan ini berhubungan dengan

struktur pori internal sehingga mempunyai sifat sebagai adsorben yang

baik (Polii, 2017). Proses aktivasi menggunakan temperatur, arang aktif

dipanaskan dengan temperatur tinggi sehingga akan menguapkan zat-zat

yang mudah menguap (volatile metter) tanpa banyak kehilangan unsur

karbonnya (Aryani, 2019).Ada dua cara dalam melakukan proses aktivasi

yaitu:

1.Aktivasi Fisika

Bahan dasar dari karbon aktif diaktivasi menggunakan agen

pengaktivasi dari gas CO2 atau uap dan panas pada temperatur 500- 800°C

(Khuluk, 2016). Tujuan aktivasi secara fisika ini adalah membuka struktur

pori, mengurangi kadar air serta meningkatkan nilai kalor.

2.Aktivasi Kimia

Metode ini dilakukan dengan melibatkan bahan baku pada bahan kimia

seperti HCl, HNO3, H3PO4, CN, Ca(OH)2,CaCl2,Ca(PO4)2, NaOH, KOH,

Na2SO4, SO2, ZnCl2, dan Na2CO3 sebelum proses karbonisasi. Metode

aktivasi kimia juga dapat dilakukan dengan merendam bahan baku yang

telah dikarbonisasi. Aktivasi kimia bertujuan untuk mengurangi bahan

pengotor yang terbentuk dan produk samping dengan cara merendam

bahan mentah contohnya adalah kayu. Dalam senyawa aktivasi kimiawi,

19
contohnya senyawa asam sulfat. Aktivasi kimia merupakan proses

pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakaian bahan-

bahan kimia.

4.Pencampuran Perekat

Perekat digunakan untuk mempererat briket.Perekat tersebut dapat

mempengaruhi kualitas briket yang dihasilkan seperti sifat termal dan

pembakarannya tergantung dari jenis perekat, jumlah perekat dan jumlah

air yang digunakan (Bestari dkk, 2016). Bahan perekat dibedakan menjadi

3 (tiga) jenis yaitu:

1.Perekat anorganik termasuk dalam jenis ini adalah sodium silikat,

magnesium, cement dan sulphite. Kerugian dari penggunaan bahan

perekat ini adalah sifatnya yang banyak meninggalkan abu sekam pada

waktu pembakaran.

2.Bahan perekat tumbuh-tumbuhan Jumlah bahan perekat yang dibutuhkan

untuk jenis ini jauh lehih sedikit bila dibandingkan dengan bahan

perekat hydrocarbon. Kerugian yang dapat ditimbulkan adalah arang

cetak yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban.

3.Hydrocarbon dengan berat molekul besar Bahan perekat jenis ini sering

kali dipergunakan sebagai bahan perekat untuk pembuatan arang cetak

ataupun batubara cetak.

F. Pencetakan dan Pengompaksian Briket

Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh bentuk yangseragam dan

memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata lain,

20
pencetak briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya.

Tekanan pembriketan adalah tekanan yang diberikan oleh alat pencetak pada

saat pencetakan briket.Variasi tekanan dalam pembuatan briket dapat

mempengaruhi karakteristik termal dan karakteristik fisik briket. Tekanan akan

mempengaruhi laju pembakaran, kadar air, dandensity briket. Semakin tinggi

tekanan yang diberikan maka kadar air briket menurun, laju pembakan akan

melambat dan density menjadi meningkat, hal ini menandakan bahwa briket

akan lebih mudah dinyalakan dengan waktu nyala cukup lama dan tidak mudah

retak atau hancur (Trisa dkk, 2019).Berdasarkan tekanan pencetakan, briket

digolongkan menjadi:

1. Briket tekanan tinggi.

2. Briket tekanan medium dengan alat pemanas.

3. Briket tekanan rendah dengan bahan pengikat.

Besarnya tekanan kompaksi akan berpengaruh terhadapkerapatan dan

porositas briket arang yang dihasikan. Briket yang terlalu padat akan sulit

terbakar, sedangkan briket yang kurang padat dapat mengakibatkan terurainya

briket pada saat pembakaran sehingga menimbulkan laju pembakaran yang

cepat (Riyadi dkk, 2016).

G. Penentuan Kualitas Briket

1.Kerapatan (Density)

Kerapatan menunjukan perbandingan antara massa dan volume briket.

Uji kerapatan dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter briket serta

menimbang massa briket. Kerapatan briket berpengaruh terhadap kualitas

21
briket, karena kerapatan yang tinggi akan meningkatkan nilai kalor bakar

briket (Arjuna dkk, 2022).

1. Kadar Air

Kadar air adalah menguapkan bagian air bebas yang terdapat dalam

briket sampai mencapai keseimbangan kadar air dengan udara sekitar

(Winangun dkk, 2019). Briket arang memiliki sifat higroskopis (mudah

menyerap air dari sekelilingnya) yang tinggi. Penghitungan kadar air

bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis briket arang hasil penelitian.

Pengukuran kadar air briket arang dilakukan setelah dikompaksi dan

dikeringkan dengan nilai rata-rata kadar air dibawah SNI yaitu 8%. Kadar

air berpengaruh besar terhadap sifat biomassa yang akan dijadikan sebagai

sumber energi utama pengaruhnya terhadap nilai kalor yang dihasilkan.

Semakin tinggi kadar air mengakibatkan semakin rendahnya nilai kalor

biomassa. Hal ini disebabkan lebih banyak kalor yang dibutuhkan untuk

mengeluarkan air di dalam biomassa tersebut menjadi uap sehingga energi

yang tersisa dalam bahan bakar menjadi kecil. Biomassa yang baik untuk

bahan energi adalah yang memiliki kadar air yang rendah karena tidak

banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran (Indra, 2014).

2. Kadar abu

Kadar abu menjadi salah satu parameter penting dalam penilaian

biomassa sebagai bahan energi.Abu merupakan bahan anorganik yang

diperoleh dari sisa pembakaran dan gasifikasi.Kandungan abu yang

terdapat di dalam biomassa umumnya kalsium, potassium, magnesium,

22
dan silika.Kandungan abu tinggi terutama silika pengaruhnya kurang baik

terhadap energi biomassa, karena nilai kalor yang dihasilkan semakin

rendah (Kusuma dkk, 2013).

Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat

ditentukan jumlahnya sebagai berat yang ditinggal apabila briket yang

dibakar secara sempurna. Zat yang tertinggal disebut abu.Kandungan abu

merupakan ukuran kandungan material dan berbagai material anorganik di

dalam benda uji. Menurut (Husada,2008), abu adalah bahan yang sisa

misalnya pada kayu, apabila kayu dipanaskan hingga berat konstan. Kadar

abu ini sebanding dengan kandungan bahan anorganik di dalam kayu.

Kadar abu setiap arang berbeda-beda tergantung jenis bahan baku arang.

Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar 3%. Senyawa yang terdapat

dalam abu meliputi SiO2, Sl2O3, P2O5, Fe2O3 dan lain-lain (Rahardjo,

2012).

3. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)

Kadar zat terbang adalah zat hasil dekomposisi senyawa-senyawa yang

masih terdapat di dalam arang selain air. Kandungan kadar zat mudah

menguap yang tinggi dalam briket arang akan menyebabkan asap yang

lebih banyak saat briket dinyalakan. Kandungan asap yang tinggi

disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida (CO) dengan

turunan alkohol (Hutagalung, 2017).

4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)

23
Karbon terikat (fixed carbon) merupakan fraksi karbon selain fraksi

abu, air, dan zat terbang. Karbon terikat sangat berpengaruh pada

rendemen arang dalam proses karbonisasi dan berkontribusi pada nilai

kalor. Semakin tinggi kadar karbon terikat maka semakin tinggi pula nilai

kalornya, walaupun nilai kalor merupakan hasil interaksi dari beberapa

komponen termasuk didalamnya zat terbang, kadar abu, dan kadar air.

Fraksi zat terbang dapat berkontribusi pula terhadap nilai kalor, karena

fraksi zat terbang bisa berasal dari komponen selulosa amorf,

hemiselulosa, dan zat interaktif.Ketiga komponen kimia tersebut disusun

terutama oleh unsur karbon (Tia, 2013).

5. Nilai Kalor

Nilai kalori merupakan suatu angka yang menyatakan jumlah panas

atau kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu

bahan bakar dengan udara. Nilai bakar adalah panas yang dihasilkan oleh

pembakaran sempurna kilogram atau satuan berat bahan bakar padat atau

cair atau satu meter kubik atau satu satuan volume bahan bakar gas,

keadaan standar. Nilai bakar atas atau “gross heating value” atau “higher

heating value” (HHV) adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran

sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan

volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 25 ˚C, apabila semua air

yang mula-mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi

cair kembali (Aziz, 2019).

24
H. Karakteristik Kualitas Briket

Dalam penelitian ini kualitas briket yang diuji adalah menghitung

waktusulut, laju pembakaran dan temperatur pembakaran. Uji pembakaran

perlu dilakukan guna untuk mengetahui apakah briket yang dibuat berfungsi

sebagaimana mestinya.Parameter yang diamati mencakup lama penyalaan dan

temperatur pembakaran.Perbandingan ukuran partikel dan konsentrasi perekat

berpengaruh terhadap waktu uji pembakaran hal ini terjadi karena semakin

kecil ukuran partikel dan konsentrasi perekat yang digunakan maka semakin

tinggi juga kerapatan dari briket arang yang dihasilkan sehingga pembakaran

dari briket arang semakin lama karena tidak ada rongga bagi udara untuk

masuk (Jaswella dkk, 2022).

Laju pembakaran dapat diukur dari perubahan berat briket dari sebelum

dansesudah dibakar dengan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai briket

menjadi abu.Laju pembakaran biobriket semakin tinggi dengan semakin

tingginya kandungan senyawa yang mudah menguap (volatile

matter).Kecepatan pembakaran dipengaruhi oleh struktur bahan, kandungan

karbon terikat dan tingkat kekerasan bahan. Secara teoritis jika kandungan

senyawa volatilnya tinggi maka briket akan mudah terbakar dengan kecepatan

pembakaran tinggi (Saptoadi, 2004).

I. Karakteristik Pembakaran Briket

Menurut Sulistyanto A. (2006), dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pembakaran briket, antara lain :

25
1. Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah pada komposisi biomassa

yang memiliki banyak kandungan volatile matter (zat-zat yang mudah

menguap). Semakin banyak kandungan volatile matter suatu biobriket maka

semakin mudah biobriket tersebut terbakar, sehingga laju pembakaran

semakin cepat.

2. Kandungan nilai kalor yang tinggi pada suatu biobriket saat terjadinya

proses pembakaran biobriket akan mempengaruhi pencapaian temperatur

yang tinggi pula pada biobriket, namun pencapaian suhu optimumnya cukup

lama.

3. Semakin besar berat jenis (bulk density) bahan bakar, maka laju pembakaran

akan semakin lama. Dengan demikian biobriket yang memiliki berat jenis

yang besar memiliki laju pembakaran yang lebih lama dan nilai kalor lebih

tinggi dibandingkan dengan biobriket yang memiliki berat jenis yang lebih

rendah. Semakin tinggi berat jenis biobriket semakin tinggi pula nilai kalor

yang diperolehnya.

Penggunaan biobriket untuk kebutuhan sehari-hari sebaiknya digunakan

biobriket dengan tingkat polusinya paling rendah dan pencapaian suhu

maksimal paling cepat. Dengan kata lain, briket yang baik untuk keperluan

rumah tangga adalah briket yang tingkat polutannya rendah, pencapaian

suhumaksimalnya paling cepat dan mudah terbakar pada saat penyalaannya

(Bakasa, 2019).

26
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara

lain (Sulistyanto, 2006) :

a. Ukuran partikel

Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar.

b. Kecepatan aliran udara

Laju pembakaran biobriket akan naik dengan adanya kenaikan

kecepatanaliran udara dan kenaikan temperatur.

c. Jenis bahan bakar

Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik

tersebut antara lain kandungan zat terbang dan kandungan uap air.

27
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 sampai selesai,

yang bertempat di:

1. Laboratorium Fisika Material Energi FMIPA, Universitas Halu Oleo,

Kendari untuk aktivasi serbuk arang, pencetakan, pengompaksian briket dan

uji pembakaran briket.

2. Laboratorium Nanosains dan Nanoteknologi FMIPA, Universitas Halu

Oleo, Kendari untuk pengujian analisis proximate briket.

3. Laboratorium Biomolekuler dan Lingkungan FMIPA, Universitas Halu

Oleo, Kendari untuk pengujian nilai kalor briket kulit aren.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material dan energi

berjudul “Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Mutu Briket Kulit Buah Aren

(Arenga Pinnata) Menggunakan Microwave” dengan menggunakan metode

eksperimen.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabelberikut:

28
29

Tabel 3.1. Alat penelitian

No Alat Spesifikasi Fungsi


Tungku Karbonisasi
1 Kiln drum -

Mengukur Suhu karbonisasi


Thermometer
2 -20˚C - 700˚C dan aktivasi
Infra Red

3 Mortar - Menghaluskan Sampel


Mengayak karbon agar
4 Ayakan 70-80 mesh mendapatkan ukuran butiran
yang homogen

Menimbang sampel dan


5 Timbangan 0,1 gr-1 kg
Perekat
Panasonic nn-
6 Microwave Alat Aktivasi
sm 322 mtte
Wadah Sampel saat
7 Cawan Porselin -
di Aktivasi
8 Desikator - Alat Pendingin Sampel
Diameter dalam
9 Cetakan Briket 0,8 cm dan Mencetak Briket
Tinggi 8 cm
Memmert UNB
10 Oven Mengeringkan Briket
100-800c
Mengukur Diameter dan
11 Jangka Sorong NST 0,02 mm
Tinggi Briket
Menakar Pelarut
12 Spoit 1-3 ml
Yang akan digunakan
30

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.2. Bahan Penelitian

No Nama Bahan Kegunaan


Sebagai bahan baku pembuatan
1 Kulit Buah Aren
briket arang
2 Sagu Aren Sebagai bahan perekat
3 Air Untuk membersihkan/mencuci Alat
4 Minyak Tanah Sebagai bahan penyulut
5 Aquades Untuk melarutkan bahan perekat

D. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Proses preparasi sample

Bahan yang disiapkan pada penelitian ini yaitu limbah kulit aren. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam proses ini adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan sampel limbah tongkol jagung

1. limbah kulit buah aren diperoleh dari desa momea, kecamatan tongauna,

kabupaten konawe, provinsi sulawesi tenggara

2. limbah kulit buah aren dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dibersihkan

dan dicuci

3. Menjemur kulit aren dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air

4. Memotong kecil-kecil limbah kulit aren

b. Pengumpulan dan penjemuran bahan penyulut


31

1. Mengumpulkan ranting kayu dan dedaunan.

2. Menjemur hingga bahan penyulut benar-benar kering untuk menyalakan api

pada

Pada proses karbonasi

c. Preparasi bahan perekat

1. Bahan perekat sagu aren dijemur dengan cara dikeringkan dibawah

sinar matahari untuk menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya.

2. Selanjutnya bahan perekat tersebut dilakukan pengayakan.

2. Proses Karbonisasi

Kulit aren yang telah melalui proses preparasi selanjutnya diarangkan

menggunakan drum dengan proses sebagai berikut :

a. Membuat bara pada tungku drum (gambar 3.1) dengan bantuan bahan-

bahan penyulut untuk bahan bakar proses karbonisasi

b.Setelah bara sudah siap digunakan, melakukan pengukuran temperatur

sebelum memasukan bahan limbah kulit aren

c.memasukkan kulit aren ke dalam drum sehingga mengisi 90% volume

dalam drum

d.Mencatat waktu awal mulai karbonisasi menggunakan stopwatch

e.Menjaga kestabilan suhu karbonisasi dengan ditambahkan bahan-bahan

penyulut dalam tungku drum jika dilihat kurang.

f.Mengawasi suhu pembakaran selama karbonisasi dengan thermometer infrared

setiap tiga menit dan dicatat

g.Proses karbonisasi dapat diamati melalui cerobong tempat keluarnya asap pada

drum kecil. Karbonisasi dikatakan sempurna/selesai apabila warna asap yang


32

keluar dari cerobong itu sudah lebih jernih tidak pekat lagi atau hampir tidak

mengeluarkan asap.

h.Kulit aren yang telah menjadi arang dari proses karbonisasi dikeluarkan dari

dalam drum, Arang kulit aren diletakan pada wadah dan disiram air agar

baranya ikut padam dan tidak menjadi abu.

i.Kemudian arang dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering arang kulit

aren hasil karbonisasi ditimbang

Gambar 3.1. Desain alat karbonisasi drum (Apriadin, 2017)

3. Proses Penggerusan Dan Pengayakan

Langkah-langkah dalam menghaluskan sampel dengan cara penggerusan dan

Pengayakan yaitu sebagai berikut:

a.Arang kulit aren hasil karbonisasi yang telah dikeringkan kemudian

digerus/dihaluskan dengan menggunakan mortar.

b.Arang hasil gerusan diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 70-80 mesh.

Arang yang tertinggal diayakan 80 mesh yang digunakan. Hasilnya disimpan

dalam plastik cetik atau toples agar tidak berserakan

c.Serbuk arang yang sudah halus siap diaktivasi.


33

4. Aktivasi arang limbah kulit aren menggunakan microwave

Proses aktivasi arang tongkol jagung dapat dilakukan dengan cara :

a.Mengambil serbuk arang kulit aren kurang lebih 1 sendok makan disimpan

dalam cawan kemudian diaktivasi dengan cara dipanaskan dalam microwave

b.Mengatur daya sebesar 150 watt (defrost) dan waktu selama 105 detik (1,45

detik) dibantu dengan timer kemudian aktivasi dimulai.

c.Setelah selesai sesuai waktu yang diinginkan, diukur suhu sampel menggunakan

termometer infrared.

d.Mendinginkan arang aktivasi dalam desikator

e.Meulangi tahap a-d sampai mendapatkan jumlah sampel yang di inginkan

5. Proses Pencampuran serbuk arang kulit aren dengan perekat

Bahan yang disiapkan yaitu serbuk arang aktif kulit aren, sagu aren sebagai

Perekat dan aquades langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

a.Menimbang serbuk arang aktif kulit aren sebanyak 4,5 gr.

b.Menimbang perekat sagu sebanyak 0,5gr. Dengan total sampel 5gr

(perbandingan 9:1)

c. Mencampur serbuk arang kulit aren dan perekat sampai merata

(Sample A)

d. Memanaskan aquades sampai mendidih (suhu 100oC). Ditambahkan aquades

yang telah dipanaskan sebanyak 2 ml pada sampel.A (campuran serbuk arang

tongkol jagung dan perekat sagu) dan diaduk sampai merata


34

e. Sampel.B (campuran serbuk arang aktif, perekat dan aquades) siap untuk

dicetak.

6. Proses Pengompaksian Briket Kulit Buah Aren

Alat dan bahan yang disiapkan ialah campuran arang aktif kulit aren

dan perekat sampel A, cetakan briket dan alat kompaksi, langkah-langkah

yang dilakukan proses ini adalah sebagai berikut:

a. Memasukkan sampel B dengan massa lebih dari 5gr ke dalam cetakan

briket berbentuk silinder berongga dengan diameter dalam 0,8cm dan

tinggi 8cm.

b. Mengkompaksi sampel B dengan tekanan sebesar 80/cm2.

c. Mengeluarkan briket dari cetakan, maka diperoleh briket arang kulit aren.

d. Mengulangi langkah a sampai c untuk tekanan (90 kg/cm 2, kg/cm2 dan

100 kg/cm2).
35

Gambar 3.2. (a) Cetakan briket (b) Alat Kompaksi Briket (Apriadin, 2017).

7. Proses Pengeringan

Briket arang yang setelah dilakukan pencetakan kemudian

dikeringkan di dalam oven selama 3 jam pada suhu 75 oC.

E. Analisis Briket

1. Kerapatan

Pengujian ini dilakukan dengan mendeterminasikan beberapa rapat

massa briket melalui perbandingan antara massa briket dengan besarnya

dimensi volume briket arang kulit aren.

m
Kerapatan Briket (ρ) ¿ (3.1)
Vtot

Volume Briket (Vtot) ¿ π r 2 t (3.2)

Dimana :

ρ : Kerapatan briket (gr/cm3)

m : Massa briket (gr)


36

Vtot: Volume total (cm3)

r : Jari-jari (cm)

t : Tinggi briket (cm)

2. Kadar Air (Moisture)

Langkah dalam mengukur kadar air diawali dengan menimbang sampel

kulit buah aren. Kemudian memasukan briket kulit buah aren yang telah

ditimbang dalam cawan yang telah diketahui massa kosong (penentuan

massa kosong dilakukan dengan memanaskan cawan pada suhu 105°C

selama beberapa jam, kemudian didinginkan lalu ditimbang. Mengulangi

sampai memperoleh massa yang konstan). Masukan cawan yang telah

berisi sampel dalam oven.Memanaskan cawan pada suhu 105°C selama 3

jam. Setelah beberapa jam mengangkat cawan yang berisi briket sekam

padi dan masukan dalam desikator untuk proses pendinginan agar

terhindar dari kontaminasi suhu luar. Menimbang cawan yang berisi briket

sekam padi yang telah didinginkan dalam desikator. Menghitung kadar air

yang terkandung dalam sampel :

M ( %) =( m₂−m₃
m₂−m₁ )
x 100 % (3.3)

Keterangan :

M (%) : Moisture (Kadar air) (%)

m₁ : Massa cawan kosong (gram)

m₂ : Massa cawan kosong + massa sampel (gram)

m₃ : Massa (cawan + sampel) setelah pemanasan (105˚C)(gram).


37

(Ulfi et al., 2016).

3. Kadar Abu (Ash Content)

Langkah-langkah dalam mengukur kadar abu dengan masukan sampel

briket sekam padi ke dalam cawan porselen yang telah dihitung berat

kosongnya. Masukkan dalam tanur sampel yang telah diletakan pada

cawan porselen.Memanaskan pada suhu 700°C sampai menjadi abu

selama 3 jam.Mengangkat dan mendinginkan dalam desikator.Menimbang

cawan beserta sampel yang telah dipanaskan. Menentukan kadar abunya:

AC ( % )=( mm ₃−m
₂−m ₁ )

x 100 % (3.4)

Keterangan :

AC : Ash Content (Kadar abu) (%)

m₁: Massa cawan kosong (gram)

m₂: Massa cawan kosong + massa sampel (gram)

700˚C (gram).

m₃ : Massa (cawan + sampel) setelah pemanasan (700˚C) (gram).

(Ulfi et al., 2016).

4. Kadar karbon terikat (Volatile Matter)

Penentuan volatile matter adalah dengan beberapa langkah berikut:

1. Memasukkan sampel briket arang yang telah diketahui kadar airnya

dalam cawan porselen, kemudian menutup dengan penutup porselen.

2. Memasukkan sampel ke dalam tanur dengan hati-hati.

3. Memanaskan sampel pada suhu 750°C selama 15 menit.


38

4. Mendinginkan sampel dalam desikator.

5. Membuka penutup porselen dan menimbang cawan yang berisi

sampel briket arang.

6. Menghitung kadarvolatile matter yang terkandung dalam sampel.

Penentuan kadar volatile matter dengan persamaan :

( )
2 3
m −m
VM ( % )= 2 1
x 100 % −M ( % ) (3.5)
m −m

Dengan :

VM : Volatile matter (%)

m₁: Massa cawan kosong (gram)

m₂: Massa cawan kosong + massa sampel (gram)

m₃: Massa (cawan + sampel) setelah pemanasan (750˚C) (gram)

(Ulfi et al., 2016).

5. Fixed Karbon

Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon dalam arang selain fraksi abu,

zat mudah menguap dan air (Husada, 2008). Uji kandungan Fixed Carbon

ditentukan dengan cara mengurangi 100% terhadap jumlah persen dari

kandungan air, kandungan volatile matter, dan kandungan abu.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑𝐶𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 (%) = 100% − (VM (%) + M (%) + 𝐴𝐶 (%)) (3.6)

6. Nilai Kalor

Penentuan nilai kalor adalah dengan tahapan berikut:

a. Menimbang massa sampel, kemudian menempatkan pada cawan.

b. Menekan cawan yang berisi sampel dengan alat pengepresan cawan.


39

c. Memasukkan cawan ke dalam reaktor DSC (Differential

ScanningCalorimeter) 4000 kalorimeter secara perlahan-lahan dan

menutupnya dengan rapat dan benar.

d. Mengisi reaktor dengan gas nitrogen, kemudian menjalankan perangkat

computer yang tersambung pada alat DSC (Differential Scanning

Calorimeter) 4000 kalorimeter.

e. Selanjutnya pada sistem DSC (Differential Scanning Calorimeter) 4000

kalorimeter yang telah terhubung dengan komputer nantinya akan

membaca.

f. Hasil kalori pada masing-masing sampel.

F. Uji Nyala Briket

Uji kualitas pembakaran briket dengan parameter waktu sulut, lama

pembakaran, laju pembakaran briket dan temperatur briket saat pembakaran.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengujian ini yaitu:

1. Waktu sulut

Menyiapkan briket yang akan di uji. Briket dibakar kemudian dihitung dan

dicatat waktu sulutnya (awal dibakar sampai muncul bara) dengan

menggunakan stopwatch. Lama pembakaran briket dihitung dan dicatat

lama pembakaran dari muncul bara sampai jadi abu menggunakan

stopwatch.

2. Laju pembakaran
40

Uji laju pembakaran briket diperoleh dari hasil massa briket (massa

sebelum dibakar massa setelah jadi abu) dibagi lama pembakaran briket.

Secara matematis, sebagai berikut :

Massabriket ( gr )
𝑙𝑎𝑗𝑢𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
Lama Pembakaran ( Menit )

(3.7)

3. Temperatur pembakaran

Uji temperatur pembakaran dengan cara selama proses pembakaran

briket diawasi perubahan temperaturpembakarannya setiap menit

menggunakan thermometer infrared dan dicatat suhu yang diperoleh.

Dilakukan secara terus menerus sampai briket menjadi abu.


41

H. Skema Penelitian

Preparasi sample

Karbonisasi

Penggerusan dan Pengayakan dengan ukuran ayakan 70 – 80 mesh

Aktivasi menggunakan microwave dengan daya 70 watt 6


menit, 150 watt 4 menit, 230 watt 2 menit

Pencampuran arang dengan bahan perekat sagu dengan perbandingan 9:1

Pencetakan Briket dengan tekananan 90 kg/cm2

Pengeringan

Analisis Briket

Uji proximate (kadar Uji kerapatan dan nilai Uji pembakaran (waktu
air, kadar abu, volatile kalor sulut , laju pembakaran
mater, fixed carbon) dan lama waktu nyala)

Hasil
42

IV. PEMBAHASAN

A. Karbonisasi

Tahap pertama untuk pembuatan briket kulit buah aren adalah proses
pengarangan atau proses karbonisasi. Menurut Kurniawan dan Marsono (2005),
karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi
karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam reaktor tertutup dengan udara
yang terbatas. Maryono, dkk., (2013), menjelaskan bahwa proses karbonisasi
menggunakan reaktor dengan sistem suplai udara terbatas yang bertujuan agar
tidak terjadi pembakaran lebih lanjut pada kulit buah aren. Reaktor yang
digunakan terdapat cerobong kecil diatasnya sebagai jalan keluarnya asap dan
menguapkan air, kandungan senyawa-senyawa seperti lignin, selulosa, tar, dan
senyawa lainnya yang terdapat pada kulit buah aren bisa naik ke udara atau
lingkungan sekitar saat proses karbonisasi. Dalam penelitian ini karbonisasi
menggunakan reactor seperti pada gambar A.1 sebanyak 11 kg kulit buah aren di
masukan kedalam reactor sehingga menyisakan rongga ruang hampa udara 10 cm,
selama proses karbonisasi berlangsung perubahan tempratur body reactor seperti
pada gambar A.2 berikut :

160 149
140 133

120
Temperatur (℃)

100 96
76 80
80
60
40
20
0
9:44 10:02 11:02 12:02 13:00

Waktu Karbonisasi
43

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara waku karbonisasi terhadap temperatur


briket kulit buah aren
Berdasaran Gambar 4.1 karbonisasi berlangsung selama 4 jam dua puluh
menit menghasilkan massa arang 7,5 kg sehingga efisiensi reaktor adalah massa
arang di bagi massa bahan, proses karbonisasi kulit buah aren di lakukan mulai dari
pukul 09.44 sampai dengan 01.00 dimana pada waktu 09.44 dengan suhu 133℃
kulit buah aren di masukan kedalam drum, kemudian pada waktu 10.02 dengan
suhu 149℃ di lakukan pengadukan yang pertama pada bara arang kulit buah aren
di dalam drum agar kulit buah aren terkarbonisasi secara menyeluruh dalam drum,
selanjutnya pada waktu 11.02 dengan suhu 96℃ di lakukan pengadukan kedua
pada bara arang kulit buah aren dan pada waktu 12.02 dengan suhu 76 ℃ di lakukan
pengadukan bara kulit buah aren yang terakir di mana pada tahapan ini kulit buah
aren hampir terkarbonisasi dengan sempurna selanjutnya pada waktu 01.00 dengan
suhu 80℃ bara arang buah aren di keluarkan dari dalam drum dan di percikan
dengan air agar menghentikan proses pembakaran pada arang aren.
B. Pengayakan
Arang yang terbentuk dari hasil karbonisasi selanjutnya digerus
menggunakan mortar dengan tujuan memperkecil ukuran partikel arang sehingga
menjadi serbuk, dan selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 70
mesh dan 80 mesh. Serbuk arang yang lolos pada ayakan 70 mesh selanjutnya
diayak dengan ayakan 80 mesh, dan diambil serbuk arang yang tertinggal atau
tertahan pada ayakan 80 mesh. Serbuk arang kulit buah aren harus diayak dengan
tujuan agar dihasilkan serbuk arang yang memiliki ukuran partikel yang sama atau
homogen
C. Penentuan Variasi Waktu Aktivasi
Serbuk arang kulit buah aren yang sudah diayak kemudian diaktivasi dengan
menggunakan microwave. Proses aktivasi bertujuan untuk mengurangi kadar air
yang terkandung pada suatu bahan. Proses aktivasi dapat mengubah arang yang
memiliki ukuran pori yang sempit menjadi arang aktif dengan ukuran pori yang
lebih luas, yaitu dengan memperluas dan melebarkan ukuran pori. Proses
penentuan waktu aktivasi pada daya 70 watt aktivasi di lakukan terhadap arang
44

kulit buah arean dengan variasi waktu 5,6, dan 7 menit. Aktivasi yang di lakukan
pada waktu 5 menit nampak belum ada perubahan warna pada arang aktif.
Sedangkan ketika diaktivasi selama lebih dari 6 menit, pada waktu 7 menit,terjadi
perubahan warna yang ditandai dengan nampak abu pada sebagian serbuk arang
yang diaktivasi, sehingga peneliti menentukan waktu yang terbaik di sekitar 6
menit yaitu 5 menit 30 detik, 6 menit, 6 menit 30 detik ternyata ketiganya tidak
menunju kan perbedaan warna sehingga di putuskan waktu terbaiknya 6 menit
untuk proses aktivasi menggunakan daya 70 watt. Kemudian dilakukan aktivasi
dengan daya 150 watt dengan variasi waktu aktivasi yang berbeda yaitu 3,4 dan 5
menit. Ketika diaktivasi dengan waktu 3 menit, tidak menunjukkan adanya
perubahan warna, ketika diaktivasi dengan waktu 5 menit terjadi perubahan warna
keabuan pada arang yang diaktivasi, sehingga peneliti menentukan waktu yang
terbaik di sekitar di sekitar 4 menit yaitu 3 menit 30 detik, 4 menit, 5 menit 30 detik
ternyata ketiganya tidak menunju kan perbedaan warna sehingga di putuskan waktu
terbaiknya 4 menit untuk proses aktivasi menggunakan daya 150 watt. Begitu pula
dengan daya 230 watt, di lakukan variasi waktu aktivasi yang berbeda yaitu 1,2 dan
3 menit ketika diaktivasi kurang dari 2 menit pada waktu 1 menit belum ada
perubahan warna, sedangkan lebih dari 2 menit, pada 3 menit perubahannya sama
dengan aktivasi menggunakan daya 70 watt dan 150 watt, yaitu terjadi perubahan
warna yang nampak keabuan pada arang yang diaktivas sehingga diambil waktu
terbaik 2 menit untuk proses aktivasi menggunakan daya 230 watt. Proses aktivasi
menggunakan microwave telah dilakukan dengan menggunakan beberapa daya dan
waktu yaitu daya low sebesar 70 watt dan 6 menit, medium 150 watt dan 4 menit,
medium high 230 watt dan 2 menit, dengan daya dan waktu yang digunakan tiap
proses aktivasi berbeda-beda.

Dari hasil keseluruhan uji coba daya dan waktu, dengan pengamatan
perubahan warna pada arang menggunakan alat microwave juga pengaturan daya
dan waktu yang sama, ternyata hanya menunjukan perubahan secara kasap mata
(perubahan warna) dan di dapatkan 3 daya dan waktu terbaik yaitu 7 watt dan 6
menit, 150 watt dan 4 menit, 230 watt dan 2 menit. Sehingga ketiga hasil terbaik
memiliki perubahan yang sama (perubahan warna) tetapi jika dihitung energinya
45

yaitu perkalian daya dan waktu berbeda sehingga peneliti mengambil energi yang
dihasil kan dari perkalian daya dan waktu ,serbuk arang yang diaktivasi dengan
daya 70 watt dan waktu 6 menit memiliki energi sebesar 420 watt menit, 150 watt
selama 4 menit dengan energi 600 watt menit, dan 230 watt selama 2 menit energi
460 watt menit. Dengan demikian, dalam penelitian ini hanya briket arang yang
diaktivasi pada daya dan waktu tersebut yang dianalisis datanya dan sebagai
pembanding akan di lakukan analisis data pada briket yang tidak melalui proses
aktivasi. Analisis terhadap hasil karakteristik pada variasi energi tersebut tentunya
bisa menggambarkan tingkat ketelitian lebih tinggi untuk mengambil keputusan
pada variasi energi

D. Pencampuran Perekat

Sagu aren merupakan bahan perekat yang digunakan pada penelitian ini
karena sagu aren mempunyai daya rekat yang tinggi.Pencampuran antara serbuk
arang dan perekat bertujuan memberikan lapisan tipis dari perekat pada
permukaan partikel arang. Selain itu, juga memiliki susunan partikel yang baik,
lebih teratur, dan lebih padat sehingga dalam proses pengompaksian pada briket
akan semakin baik. Aquades sebagai pelarut dipanaskan sampai mencapai suhu
100ºC, kemudian sebanyak 3 ml pelarut yang digunakan untuk mencampurkan
serbuk arang aktif dan nonaktif dengan perekat. Hal ini bertujuan agar tidak ada
pelarut yang terbuang saat proses pengkompaksian. Hasil pencampuran serbuk
arang dan perekat dicetak, kemudian ditekan dengan menggunakan alat kompaksi
briket. Pencetakan bertujuan untuk memperoleh bentuk yang sama dan seragam
serta memudahkan dalam penggunannya terutama pada saat proses pembakaran
dan pengemasannya. Tekanan yang digunakan saat kompaksi adalah 90 kg/cm2.
Pemberian tekanan yang lebih rendah menghasilkan briket yang rapuh dan jika
tekanan yang lebih tinggi menjadikan briket terlalu padat sehingga sulit disulut.
Menurut Mayono, dkk., (2013), pemberian tekanan akan menyebakan perekat
yang masih dalam keadaan cair mulai tersebar kedalam celah-celah dan
keseluruhan permukaan serbuk arang yang menyebabkan ikatan antar partikel
arang akan semakin kuat, sehingga briket yang diperoleh tidak mudah retak.
46

Briket arang kulit buah aren yang dihasilkan dari proses kompaksi masih dalam
keadaan belum kering untuk selanjutnya dilakukan pengeringan. Pengeringan
briket dilakukan didalam oven pada suhu 75º C dalam w aktu 3 jam, tujuannya
untuk mengurangi kandungan air pada briket yang berasal dari pelarut yang
digunakan, sehingga hanya kandungan air higroskopis bahan penyusunnya. Ketika
sebuah partikel dipanaskan dengan dikenai temperatur tinggi, air dalam bentuk
moisture dipermukaan bahan bakar akan menguap, sedangkan yang berada
didalam akan mengalir keluar melalui pori-pori partikel dan menguap. Moisture
dalam bahan bakar padat terdapat dalam dua bentuk, yaitu sebagai air bebas (free
water) yang mengisi rongga pori-pori didalam bahan bakar dan sebagai air terikat
(bound water) yang terserap dipermukaan ruang dalam struktur bahan bakar
(Borman dan Regland, 1998 dalam Syamsiro dan Saptuadi, 2007). Briket yang
telah kering selanjutnya disimpan didalam plastik agar tetap kering dan tidak
terkontaminasi dengan udara, karena briket bersifat higroskopis dengan demikian
jika dibiarkan di udara terbuka maka briket dapat dengan mudah menyerap air
dari udara sekitar yang menyebabkan briket menjadi rapuh dan hancur.

B. Analisis Briket Arang kulit aren

1. Kerapatan (Densitas)

Kerapatan menunjukkan perbandingan antara massa dan volume briket.


Kerapatan briket berpengaruh terhadap kualitas briket, karena kerapatan yang
tinggi dapat meningkatkan nilai kalor briket. Kerapatan juga dapat mempengaruhi
keteguhan tekan, lama pembakaran, dan mudah tidaknya pada saat briket akan
dinyalakan. Kerapatan yang terlampau tinggi dapat mengakibatkan briket sulit
tebakar, sedangkan briket yang memiliki kerapatan yang tidak terlalu tinggi maka
akan memudahkan pembakaran karena semakin besar rongga udara atau celah
yang dilalui oleh oksigen dalam proses pembakaran. Namun, briket yang
kerapatannya terlampau rendah menyebabkan briket akan cepat habis karena
bobot briketnya lebih rendah (Hendra dan Wirnani 2003, dalam Karmila, 2018).
Hasil pengujian kerapatan briket disajikan pada Gambar 4.1 berikut :
47

Kerapatan (g/cm3) 1.2 1.179523473

1.1
1.011020119
1 0.965064659

0.9

0.8
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)

Daya (watt) dan Waktu Aktivasi (menit)

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
kerapatan briket arang kulit buah aren

Berdasarkan Gambar 4.1, briket yang dibuat dengan proses aktivasi arang
aktif menggunakan microwave pada energi 420 watt menit, memiliki nilai
kerapatan sebesar 0,9651 g/cm3 , selanjutnya ketika energi 460 watt menit,
kerapatannya meningkat sebesar 0,0459 sehingga menjadi 1,0110 g/cm3,
kemudian pada energi 600 watt menit kerapatannya bertambah sebesar 0,1685
g/cm3 sehingga menjadi 1,1795 g/cm3 . Hal ini mengindikasikan penggunaan
daya dan waktu pada microwave untuk proses aktivasi arang dapat menambah
kerapatan pada briket yang dihasilkan. Karmila (2018), melaporkan bahwa dalam
penelitian aktivasi arang aktif tingginya daya microwave yang digunakan dalam
durasi waktu aktivasi yang lebih singkat, membuat pori arang semakin terbuka
yang memudahkan oksigen atau uap air dari udara masuk kedalam pori-pori
arang. Perekat juga akan lebih mudah diserap oleh partikel arang sehingga
volumenya bertambah yang menyebabkan kerapatan menurun. Bertambahnya
daya microwave dengan durasi waktu aktivasi yang lebih singkat akan menaikkan
kerapatan sampai pada batas tertentu, dan setelah mencapai batas tersebut,
kerapatannya akan mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian ini
kerapatan briket limbah kulit buah aren yang diaktivasi sesuai dengan standar
48

SNI 01-6235-2000 yaitu nilai kerapatan yang baik untuk briket adalah minimal
0,447 g/cm3

3. Kadar air
Kadar air sangat berpengaruh pada kualitas briket yang dihasilkan. Semakin
rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya dan
sebaliknya semakin tinggi kadar air maka semakin rendah nilai kalor dan daya
pembakarannya (Apriadin, 2017). Kadar air briket dipengaruhi oleh jenis bahan
baku, jenis perekat dan metode pengujian yang digunakan. Selain itu, aktivasi
juga dapat mempengaruhi kadar air briket. Semakin besar tekanan yang diberikan,
maka semakin banyak air yang ikut terbuang sehingga pada akhirnya kadar air
briket arang akan semakin rendah. Hasil analisis kadar air briket limbah tongkol
jagung dengan variasi tekanan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
14
12.3016
12
10.5159
10
8.5317
Kadar Air (%)

0
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)
Daya (watt) dan Waktu Aktivasi (menit)

Gambar 4.2. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
Kadar Air briket arang kulit buah aren

Berdasarkan Gambar 4.2, aktivasi arang aktif menggunakan microwave


pada energi 420 watt menit kadar air briket yang diperoleh sebesar 6,746%.
Ketika energi sebesar 460 watt menit kadar air menurun sebanyak 2,398%
sehingga menjadi 4,348% dan Ketika energinyan bertambah sebesar 600 watt
menit kadar air menurun hingga tersisa 2,174% dan merupakan kadar air terendah
49

yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan daya tinggi pada
microwave akan memberi efek pemanasan yang begitu cepat saat proses aktivasi
berlangsung, sehingga kadar air pada arang akan menurun. Menurut Hasrianti dan
Nurasia (2016), semakin besar daya yang digunakan maka panas yang dihasilkan
akan semakin besar. Besarnya daya gelombang mikro yang diberikan dapat
mempengaruhi ukuran pori, semakin besar daya yang diberikan maka pori-pori
arang akan semakin banyak dan terbuka lebar. Aktivasi dengan daya yang tinggi
mengakibatkan pori arang semakin terbuka karena efek pemanasan yang begitu
cepat sehingga arang yang bersifat higroskopis dapat menyerap uap air di udara
lebih banyak. Hasil penelitian Karmila (2018). Bila dibandingkan dengan kadar
air Standar Nasional Indonesia yakni maksimal 8%, penggunaan microwave untuk
aktivasi briket arang kulit buah aren dari semua perlakuan memenuhi Standar
Nasional Indonesia
4. Kadar abu
Abu adalah oksida-oksida logam dalam arang yang terdiri dari
mineralmineral yang tidak dapat menguap pada saat proses karbonisasi (Karmila,
2018). Abu merupakan sisa hasil pembakaran atau tidak bisa lagi menghasilkan
kalor sehingga jika semakin sedikit abu yang terdapat pada briket arang maka
akan semakin baik nilai kalor pada briket. Pengujian kadar abu bertujuan untuk
mengetahui banyaknya abu yang terkandung sebagai sisa pembakaran dari briket
arang. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam abu dapat menurunkan nilai
kalor. Salah satu unsur dalam abu adalah silikat yang pengaruhnya kurang baik
terhadap nilai kalor briket. Kadar abu dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang
digunakan. Hasil pengukuran kadar abu briket arang cangkang kakao dapat dilihat
pada Gambar 4.3 berikut :
50

14
12.3016
12
10.5159
10
8.5317
Kadar Abu (%)

0
(420 watt menit) (460 watt menit) (600 watt menit)
Daya (watt) dan Waktu Aktivasi (menit)

Gambar 4.3. Grafik hubungan antara daya dan waktu aktivasi terhadap
kadar abu briket arang kulit buah aren

Berdasarkan Gambar 4.3, kadar abu briket arang kulit buah aren pada
proses aktivasi menggunakan microwave dengan energi 600 watt menit lebih
tinggi dibanding 460 watt menit dan 420 watt menit. Pada energi 420 watt menit
mempunyai persentase kadar abu sebanyak 8,5317%, kemudian kadar abu
meningkat seiring dengan kenaikan daya aktivasi sehingga menjadi 10,5159%.
Selanjutnya kadar abu lebih meningkat seiring dengan menurunnya daya aktivasi
sehingga pada energi 600 watt menit, kadar abu yang diperoleh relatif lebih
tinggi, kadar abu mengalami peningkatan sebesar 1,7857% sehingga Kadar abu
pada energi 600 watt menit menjadi 12,3016%. Penggunaan daya tinggi membuat
pori arang yang terbentuk akan semakin banyak, hal ini dikarenakan terjadinya
pembentukkan pori yang menghasilkan abu oleh proses pembakaran pada
permukaan karbon aktif, sehingga semakin banyak pori yang dihasilkan maka
kadar abu akan meningkat juga (Saragih, dkk., 2020). Bila dibandingkan dengan
kadar abu Standar Nasional Indonesia yakni maksimal 8%, penggunaan
microwave untuk energi aktivasi briket arang kulit buah aren dari semua
perlakuan belum memenuhi Standar Nasional Indonesia.

5. Volatile matter
51

Volatile matter (zat mudah menguap) merupakan kandungan bahan yang


dapat terbakar dan mudah membentuk gas. Zat yang mudah menguap dalam
briket arang adalah senyawa-senyawa selain air, abu dan karbon. Zat mudah
menguap terdiri dari unsur hidrokarbon, metana dan karbon monoksida.
Kandungan volatile pada arang mempengaruhi parameter dari kualitas arang yang
dihasilkan. Semakin banyak kandungan senyawa volatile pada bioarang, maka
arang mudah menyala dan terbakar (Kardianto, 2009). Hasil pengukuran vollatile
matter briket kulit buah aren dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.
GRAFIK

Berdasarkan Gambar 4.4, briket yang dibuat dengan proses aktivasi arang
aktif menggunakan microwave pada daya 70 watt selama 6 menit, persentase
volatile matter yang diperoleh sebesar 8,1028%, kemudian meningkat menjadi
10,3175% pada daya 150 watt selama 4 menit. Seiring dengan bertambahnya daya
aktivasi, persentase volatile mater menurun sebanyak 3,5981% sehingga menjadi
6,7194%, pada penggunaan daya 230 watt selama 2 menit . Hal ini disebabkan
karena saat aktivasi arang, zat-zat yang mudah menguap akan hilang, sehingga
semakin tinggi suhu dan waktu aktivasi maka zat-zat yang mudah menguap akan
semakin banyak yang hilang (Karmila, 2018). Berdasarkan hasil penelitian ini
kulit buah aren telah memenuhi standar SNI 01-6235-2000 yaitu ≤15%.

6. Fixed carbon
Fixed carbon atau kadar karbon terikat adalah fraksi karbon yang terikat didalam
sebuah briket arang selain fraksi air, abu, dan volatile matter. Fixed carbon
menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile
matter dihilangkan. Nilai kadar karbon terikat diperoleh melalui perhitungan :
(100%) dikurangi dengan jumlah persentase kadar air, kadar abu, dan kadar
volatile matter. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu
dan kadar volatile matter rendah. Hasil perhitungan fixed carbon dapat dilihat
pada Gambar 4.5 berikut :
GRAFIK
52

Berdasarkan Gambar 4.5 diatas terlihat bahwa kandungan fixed carbon


briket yang dibuat dengan proses aktivasi arang aktif menggunakan microwave
pada daya 70 watt selama 6 menit, persentase fixed carbon yang diperoleh sebesar
74,4048%, kemudian meningkat menjadi 78,8051% pada daya 150 watt selama 4
menit. Seiring dengan bertambahnya daya aktivasi, persentase fixed carbon
menurun sebanyak 1,7716% sehingga menjadi 77,0335%, pada penggunaan daya
230 watt selama 2 menit. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar air, kadar abu
dan volatille matter pada briket sebelum aktivasi. Apabila briket memiliki kadar
air, kadar abu, dan kadar volatille matter tinggi maka kadar karbon terikat akan
semakin kecil. Semakin tinggi kandungan zat karbon terikat maka nilai kalornya
akan semakin tinggi pula (Karmila, 2018). Berdasarkan hasil penelitian ini kedua
jenis briket limbah tongkol jagung telah memenuhi standar SNI 01-6235-2000
yaitu <77%.

6. Nilai kalor Nilai

kalor merupakan suatu sifat bahan bakar yang menyatakan kandungan energi pada

suatu bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang 50 dihasilkan atau

yang ditimbulkan oleh satu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan

temperatur 1 g air dari 3,5 C – 4, 5 C dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor

adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan

bakar (Wahyuni, 2006). Ukuran butiran briket yang kecil dan pori-pori briket yang besar

menyebabkan kandungan air yang terdapat didalamnya mudah menguap selama proses

pengeringan, akibatnya kadar air didalam briket semakin rendah dan kandungan kalor

makin tinggi karena kadar air yang tinggi akan mengurangi nilai kalor. Hasil dari

pengujian nilai kalor dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut :

Uji Nyala Briket Arang Kulit Buah Aren

1. Waktu sulut
53

Briket arang kulit buah aren yang telah dihasilkan selanjutnya dibakar untuk
mengetahui waktu sulut dan lama pembakarannya. Waktu sulut merupakan waktu
yang diperlukan briket saat dibakar hingga munculnya bara (Apriadin, 2017).
Waktu sulut diamati mulai dari penyalaan briket hingga briket mulai membara.
Waktu sulut bearada diantara 0,6-0,8 menit. Waktu sulut terlama yaitu 0,8 menit
pada daya aktivasi 70 watt selama 6 menit yang memiliki nilai kerapatan 0,9651
g/cm3 , kadar air sebesar 6,7460%, kadar abu 10,5159%, volatile matter 8,1028%,
fixed carbon 74,4048%, serta nilai kalor sebesar ? kal/g. Selanjutnya waktu sulut
tersingkat berada pada daya tinggi yaitu 230 watt selama 2 menit, dengan nilai
kerapatan sebesar 1,0110 kg/cm3 , kadar air 4,3478%, kadar abu 12,3016%,
volatile matter 6,7194%, fixed carbon 77,0335%, dan nilai kalor sebesar ? kal/g.
Hasil pengamatan waktu sulut terhadap briket arang kulit buah aren dapat dilihat
pada Gambar berikut :

GRAFIK

Berdasarkan Gambar, menunjukkan bahwa bertambahnya daya aktivasi


dengan waktu aktivasi yang singkat pada setiap briket, cenderung mengalami
perubahan penurunan waktu sulut. Briket yang dibuat dengan aktivasi arang aktif
menggunakan microwave pada daya 70 watt selama 6 menit, waktu sulut yang
diperoleh adalah 0,8 menit. Kemudian ketika digunakan daya 150 watt selama 4
menit waktu sulut cenderung mengalami penurunan yaitu 0,6 menit dan
penggunaan daya 230 watt selama 2 menit, waktu sulut yang diperoleh adalah 0,7
menit. Perbedaan daya aktivasi memberikan perubahan ukuran pori arang, dengan
pembentukan pori arang yang semakin besar dalam proses aktivasi, uap air yang
berasal dari udara akan masuk ke partikel arang bersamaan dengan perekat akan
mengisi rongga pada partikel arang. Kandungan air pada briket selama
pengeringan, memungkinkan lebih cepat menguap, sehingga briket lebih mudah
disulut.

2. Lama Nyala
54

Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer


inframerah pada briket selama proses pembakaran (La Evan, 2018). Pengukuran
temperatur pada saat briket dibakar dilakukan setiap 0,5 menit pada masing-
masing briket yang diuji. Uji pembakaran bertujuan untuk mengetahui
temperatur maksimum pada proses pembakaran. Pembakaran briket pada daya 70
watt selama 6 menit, temperatur maksimum yang diperoleh adalah 484°C, pada
daya 150 watt selama 4 menit temperatur maksimum yang diperoleh sebesar
533°C, sedangkan temperatur maksimum pada daya 230 watt selama 2 menit
sebesar 500°C. Hasil uji pembakaran untuk setiap briket pada berbagai daya dan
waktu aktivasi dapat dilihat pada Gambar berikut:

GRAFIK

Berdasarkan Gambar, nampak bahwa penggunaan daya dan waktu


aktivasi menggunakan microwave, temperatur maksimum yang tinggi dicapai
pada aktivasi menggunakan daya 150 watt selama 4 menit. Pencapaian temperatur
maksimum pembakaran briket dari beberapa daya tidak begitu cepat, namun
ketika mencapai temperatur maksimum, suhu pembakaran berlangsung beberapa
menit dan tidak begitu cepat menurun. Sari (2016), melaporkan bahwa temperatur
pembakaran briket semakin menurun sejalan bertambahnya waktu nyala dan
seiring dengan berkurangnya massa arang.

DAFTAR PUSTAKA
55

Alam, N. A., Saleh, M., dan Rahim, S. 2009. Karakteristik Pati Dari Batang
Pohon Aren Pada Berbagai Fase Pertumbuhan. Agrolad: Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian, 1(2).
Aminah, D., Fatriani., dan Arryati, H. 2020. Sifat Fisik dan Kimia Pelepah Aren
(Arenga pinnata Merr) Untuk Bahan Baku Alternatif Pulp dan Kertas.
Jurnal Sylva Scienteae, 3(3).
Apriadin. 2017. Karakteristik Briket Limbah Sabut Kelapa (Cocos nucifera L.)
Menggunakan Perekat Sagu. Jurnal Aplikasi Fisika, 14(2).
Aprilia. 2018. Pengaruh Variasi Suhu Karbonisasi Dan Jenis Activator Agent
Terhadap Karakteristik Karbon Aktif Dari Tempurung Biji Keluwak
(PangiumEdule R.).Diss. Universitas Brawijaya.
Ariyanto, Eko, Muhammad Arief Karim, dan Agung Firmansyah. 2014.Biobriket
Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) SebagaiBahanBakar Energi
Terbarukan.Reaktor, 15(1).
Arjuna, M., Kadir, Abd., dan Barata, L. O. A. 2022. Analisis Karakteristik Briket
Daun Jati dan Daun Jambu Mete. ENTHALPY: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Teknik Mesin, 7(3): 105-112.
Aryani, Farida. 2019. AplikasiMetodeAktivasiFisika dan Aktivasi Kimia pada
PembuatanArangAktifdariTempurung Kelapa (Cocos nucifera
L). Indonesian Journal of Laboratory, 1(2).
Aziz, M. Rifqi. 2018. PengaruhJenisPerekat Pada
BriketCangkangKelapaSawitTerhadap Waktu
Bakar.ProsidingSemnastek.
Bakasa, 2019. Pengembangan biomasa sebagai sumber eneergi yang dapat
diperbaharui.
Bestari, W. G., Mendopa, M., dan Hasibuan, R. 2016. Karakteristik Briket Dari
Sekam Padi dan Ketaman Kayu Berperekat Daun Jambu Mete. Jurnal
Teknik Kimia USU, 5(2).
Dian, Y.P. 2019. Pembuatan Karbon Aktif Dari
ArangBakauMenggunakanGabunganAktivasi Kimia dan
FisikaDenganMicrowave.Jurnal IPTEK, 23(1).
56

Eko Setiawan, S. T. 2021. Pengaruh Komposisi Campuran Terhadap Karakteristik


Produk Briket Dari Limbah Teh: Sebuah Sistematik Literatur Review.
Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Faizal, M., Muhamad Saputra, dan Fernando Ario Zainal.PembuatanBriketBio
ArangdariCampuranBatuBara dan BiomassaSekam Padi dan
EcengGondok.Jurnal Teknik Kimia, 21(4).
Fatriasari, W., Anita, S. H., Falah, F., Adi, T. N., dan Hermiati, E. (2010).
Biopulping Bambu BetungMenggunakan Kultur
CampurJamurPelapukPutih (Trametes versicolor, Pleurotusostreatus and
Phanerochaetecrysosporium). Jurnal Selulosa, 45(2).
Gallawa J. C. 2007. The Complete Microwave Oven Service Hand Book.
Gonzales, Florida.
Hambali, Erliza. 2017. Teknologibioenergi. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Hermiati, E., Mangunwidjadja, D., Sunarti, T. C., Suparno, O., dan Prasetya, B.
2010. Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk
Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4).
Husada, T. I. 2008. Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif.
Laporan Penelitian Program Penelitian Inovasi Mahasiswa Provinsi Jawa
Tengah, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Hutagalung, Sandi Christopher, Erwin Erwin, and Aman Sentosa
Panggabean.2017. Pembuatan Briket Arang Dengan Memanfaatkan
Limbah Dari Tempurung Biji Ketapang (Terminalia Catappa) dan
Tempurung Biji Kemiri (Aleurites molucanna L. Willd).Prosiding
Seminar Kimia.
Indra, 2014. Pengaruh besar kadar air terhadap sifat biomasa sebagai sumber
utama energi terbarukan.
Iskandar, Norman, Sri Nugroho, dan Meta Fanny Feliyana. 2022. Uji Kualitas
Produk Briketarang Tempurung Kelapa Berdasarkan Standar Mutu
SNI. MajalahIlmiah Momentum,15 (2).
57

Jaswella, R. W. A., Sudding., dan Ramdani. 2022. Pengaruh Ukuran Partikel


terhadap Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa. Jurnal Chemica,
23(1): 7-19.
Julius, P. E., Nurally., and P. Rondonuwu. 2004. Extrusion of Cassava and
Several Palm Technology. Journal American Association of Cereal
Chemists. St. Paul Minnesota.
Khoirunnisa’a, U.2020.
PengaruhTekananKompaksiTerhadapKualitasBriketArangKulitKacang
Mete (Anacardium Occidentale. L) Yang DiaktivasiDengan Microwave.
Skripsi.Universitas Halu Oleo Kendari.
Khuluk, Rifki Husnul. 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktifdari
Tempurung Kelapa (Cocous Nucifera L.) Sebagai Adsorben Zat Warna
Metilen Biru.SkripsiJurusan Kimia, FakultasMatematika dan
IlmuPengetahuanAlam, Universitas Lampung.
Kumolo, T. 2017. Jumlah Penduduk Indonesia Lebih Dari 262 juta Jiwa. Tribun
Jateng 02 Agustus 2017.
Kusuma, M. I., Tarkono., dan Badaruddin, M. 2013. Pengaruh Penambahan Abu
Sekam Padi Terhadap Kekuatan Tekan dan Porositas Genteng Tanah Liat
Kabupaten Pringsewu. Jurnal FEMA, 1(1).
Lempang, Mody, WasrinSyafii, dan Gustan Pari. 2012. Sifat dan Mutu Arang
Aktif Tempurung Kemiri.Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(2).
Lestari, L., Aripin,Yanti, Zainudin, Sukmawati, Marliani. 2010.
AnalisisKualitasBriketArangTongkol Jagung yang
MenggunakanBahanPerekatSagu Dan Kanji.Jurnal Aplikasi Fisika
FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari.
Lestari, 2017. Pengembangan bidang fisika dan terapannya menghasilkan sumber
daya manusia yang cerdas dan komprehensif.
Nasrul, Z. A., Maulinda, L., Darma, F., dan Meriatna. 2020. Pengaruh Komposisi
Briket Biomassa Kulit Jagung Terhadap Karakteristik Briket. Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 9(2): 35-42.
58

Ndraha, N. 2009.Uji KomposisiBahanPembuatBriketBioarangTempurung Kelapa


dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang Dihasilkan.Skripsi Universits
Sumatera Utara, Medan.
Pandia, Bakasa. 2019. Proses Pembuatan Briket Arang dari Limbah Kulit Pinang
dan Tempurung Kelapa dengan Tempurung Tapioka Sebagai Bahan
Perekat. Diss. Universitas Quality.Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(2).
Pari, G. 2012. Pengaruh Lama Aktivasi Terhadap Struktur dan Mutu Arang Aktif
Serbuk Gergaji Jati. Jurnal Teknologi Hasil Hutan, 17(1): 33-34.
Polii, Fahri Ferdinand.2017. Pengaruh Suhu dan Lama Aktifasi Terhadap Mutu
Arang Aktif dari Kayu Kelapa (Effects of Activation Temperature and
Duration Time on the Quality of the Active Charcoal of Coconut
Wood).JurnalIndustri Hasil Perkebunan, 12(2).
Prasojo, Budi. 2019. Pembuatan Biopeletdari Kotoran Sapi Kering Sebagai Bahan
Bakar Alternatif.
Rahardjo, Pudji. 2012. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Padi Sebagai Bahan
Desikan Pada Penyimpanan Benih Terhadap Daya Tumbuh dan
Pertumbuhan Bibit Kakao. Pelita Perkebunan, 28(2): 91-99.
Rahmatullah, Putri, R. W., dan Nurisman, E. 2019. Produksi Bio-oil dari Limbah
Kulit Durian dengan Proses Pirolisis Lambat. Jurnal Teknik Kimia,
25(2): 50-53.
Ramadhani, Lia F. 2020. Teknologi Aktivasi Fisika Pada Pembuatan Karbon
Aktif Dari Limbah Tempurung Kelapa.Jurnal Teknik Kimia, 26(2).
Riadi, M. 2017. Karbon Aktif, diakses 17 Juli 2022 dari
https://www.kajianpustaka.com/2017/09/karbon-aktif.html
Ridjayanti, Siti Mutiara., Bazenet, R. A., Hidayat, W., Banuwa, I. S., dan Riniarti,
M. 2021. Pengaruh Variasi Kadar Perekat Tapioka Terhadap
Karakteristik Briket Arang Limbah Kayu Sengon
(Falcatariamoluccana).Jurnal Perennial, 17(1).
Riyadi, Kholil., Dwiyanti, S. T., Rianto, A., Ilahi, A. 2016. Rancang Bangun Alat
Cetak Briket Sebagai Energi Alternatif Di Kepulauan. Seminar Nasional
Mesin dan Teknologi Kejuruan.
59

Rumayar, Feldy, Cindy J. Supit, dan Tommy Jansen. 2019.


RancanganSumurResapan Air HujanSebagai Salah Satu Usaha
Konservasi Air Tanah di Perumahan Puri Alfa Mas Winangun Atas
KecamatanPinelengKabupatenMinahasa.JurnalSipilStatik, 7(10).
Ruslan, 2018. Ketersediaan sumber karbohidrat yang melimpah di daerah yang
memiliki usaha perkebunan sawit.
Ruslan, Rustan.2020.
PengaruhUkuranPartikelTerhadapKarakteristikBriketBerbasisSekamPadi
dan TempurungKelapa.JurnalIlmuFisika Teori dan Aplikasinya,2(2).
Samlawi, AchmadKusairi. 2018. Pembuatan dan karakterisasi Material komposit
seratijuk (Arenga pinnata) Sebagai Bahan Baku Cover Body Sepeda
Motor.Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Bahan Basah,
3(2).
Saptoadi, H. 2004. The Best Composition Of Coal Biomass Briquettes, A Two Day
Collaboration Workshop On Energy, Enviromental, And New Trend
InMechanical Engineering. Department Of Mechanical Engineering
Brawijaya University.
Siahaan, Satriyani, MelvhaHutapea, dan Rosdanelli Hasibuan. 2013. Penentuan
Kondisi Optimum Suhu dan Waktu Karbonisasi Pada Pembuatan
Arangdari Sekam Padi.Jurnal Teknik Kimia US, 2(1).
Slamet, Sugeng, dan Budi Gunawan. 2016. Bio Briket Campuran Bottom Ash
Batu Bara Limbah PLTU dan Biomassa Melalui Proses Karbonisasi
Sebagai Sumber Energi Terbarukan.Prosiding Snatif, 3(2).
Sukoyo, Agung.2019. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Aktivator Terhadap
Karakteristik Karbon Aktif (Mikroalga Chlorella Vulgaris) Dengan
Aktivasi Kimia Menggunakan Iradisi Gelombang Mikro.Diss.
Universitas Brawijaya.
Sunardi, 2019. Penggunaan energy alternative sebagai upaya penghematan energi.
Sulistyanto, Amin. 2006. Karakteristik Pembakaran Bio Briket Campuran Batu
Bara dan Sabut Kelapa.
60

Supandi, SP. 2020. Informasi Tanaman Aren (Arenga pinnata) Unggul Di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pengawas Benih Tanaman.
Syarifah, A. R. 2018. Perbandingan Pengaruh Metode Ekstraksi Microwave Oven
dan Oven Terhadap Kualitas Gelatin Babi, Sapi dan Bebek. Skripsi.
Tia. 2013. Karakteristik Kimia BiomassauntukEnergi (Chemical Characteristics
of Biomass for Energy). JurnalIlmu dan Teknologi Kayu Tropis, 16(1).
Trisa, Ariansyah, Wahidin Nuriana, danMustafa. 2019.
PengaruhVariasiTekananTerhadapDensitas Kadar Air dan Laju
Pembakaran pada BriketPelepahKelapa.Prosiding Seminar Nasional
Sains dan TeknologiTerapan, 1(1).
Taylor, 2005. Gelombang mikro yang merupakan gelombang elektromagnetik.
Ulfi, K., Kartawidjaja, M., dan Suryaningsih, S.2016. Analisa
KarakteristikBriketCampuranArangSekamPadidanArangTempurungKela
padenganVariasi Kanji.Proseding Seminar Nasional Fisika dan
Aplikasinya, 3(2).
Widodo, 2010. Penggunaan briket secara luas sebagai bahan bakar terbarukan.
Winangun, I. W. F., Kencana, P. K. D., dan Arthawan, I. G. K. A. 2019. Pengaruh
Konsentrasi Asap Cair Batang Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata
Buze-Kurz) dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Segar. Jurnal Beta(Biosistem dan Teknik
Pertanian).
Wiryaatmadja, Irga.2022. Identifikasi Potensi dan Pemanfaatan Aren (Arenga
pinnata) di Desa Rompegading Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin.Diss. Universitas Hasanuddin.
Zulkania, Ariany.2016. Pengaruh Temperatur dan
UkuranPartikelBiomassaTerhadap Bio-Oil Hasil PirolisisAmpas
Tebu/Baggase.Jurnal Teknoin, 22(5).
61
62

Lampiran 8. Tabel hubungan antara waktu nyala dan temperatur


pembakaran briket arang kulit buah aren
Tabel 8. Temperatur briket pada berbagai daya dan waktu aktivasi
Daya dan Waktu Aktivasi
No Waktu (menit)
70 W 6 menit 150 W 4 menit 230 W 2 menit
1. 0 80 84 90
2. 0,5 122 137 100
3. 1 207 139 105
4. 1,5 221 147 117
5. 2 245 150 110
6. 2,5 288 160 131
7. 3 305 165 124
8. 3,5 278 167 138
9. 4 312 198 128
10. 4,5 334 200 163
11. 5 310 211 202
12. 5,5 323 236 144
13. 6 341 215 249
14. 6,5 322 249 178
15. 7 338 269 218
16. 7,5 322 278 217
17. 8 349 337 228
18. 8,5 359 332 204
19. 9 377 352 209
20. 9,5 359 365 210
21. 10 347 350 249
22. 10,5 366 367 254
23. 11 375 370 258
24. 11,5 384 389 238
25. 12 383 394 245
26. 12,5 390 430 289
27. 13 451 436 294
28. 13,5 454 429 248
29. 14 484 438 250
30. 14,5 475 422 292
31. 15 469 425 243
32. 15,5 452 437 362
33. 16 444 482 382
34. 16,5 425 483 368
35. 17 427 507 388
36. 17,5 412 510 395
Lanjutan Tabel 8
63

37. 18 436 512 443


38. 18,5 442 516 441
39. 19 404 520 417
40. 19,5 402 526 435
41. 20 405 531 439
42. 20,5 422 533 425
43. 21 411 530 420
44. 21,5 401 525 430
45. 22 414 513 430
46. 22,5 405 504 434
47. 23 415 493 435
48. 23,5 394 480 435
49. 24 390 478 427
50. 24,5 398 465 424
51. 25 399 450 444
52. 25,5 403 441 450
53. 26 390 443 457
54. 26,5 382 423 468
55. 27 386 401 470
56. 27,5 344 393 478
57. 28 363 386 495
58. 28,5 345 373 500
59. 29 353 360 490
60. 29,5 320 345 482
61. 30 337 350 488
62. 30,5 363 355 452
63. 31 371 324 451
64. 31,5 349 354 393
65. 32 347 349 383
66. 32,5 349 336 336
67. 33 336 321 372
68. 33,5 335 313 395
69. 34 341 305 362
70. 34,5 347 272 359
71. 35 334 269 348
72. 35,5 328 248 351
73. 36 321 245 352
74. 36,5 315 221 322
75. 37 301 206 353
76. 37,5 289 145 332
77. 38 271 107 348
64

Lanjutan Tabel 8
78. 38,5 250 50 312
79. 39 251 42 335
80. 39,5 257 40 310
81. 40 241 39 311
82. 40,5 213 39 322
83. 41 230 38 322
84. 41,5 202 38 306
85. 42 180 38 312
86. 42,5 174 38 320
87. 43 113 37 268
88. 43,5 101 37 204
89. 44 63 37 193
90. 44,5 55 37 180
91. 45 48 36 134
92. 45,5 44 36 86
93. 46 40 35 59
94. 46,5 38 35 45
95. 47 40 39
96. 47,5 35 41
65

Lampiran 9.Dokumentasi Penelitian


66
67
68
69
70

Anda mungkin juga menyukai