Anda di halaman 1dari 37

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sejarah Film

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik

yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut

selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan

digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada

generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital

elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal

media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-

turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang

terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian

ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan

media selluloid sebagai penyimpannya.

Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai

media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media

penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik

tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan

sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai

genre seni adalah produk sinematografi.

11
12

Menurut Siregar (1985) film adalah Gambar bergerak yang terbuat

dari celluloid transparant dalam jumlah banyak dan apabila digerakkan

melalui cahaya yang kuat akan tampak seperti gambar hidup.

Asumsi tentang film : Film merupakan penemuan teknologi baru yang

muncul pada akhir abad ke 19, tetapi apa yang diberikannya sebenarnya

tidak selalu dilihat dari segi isi atau fungsi. Film berperan sebagai saran baru

yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan

terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan

sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian

merupakan respons terhadap penemuan waktu luang diluar jam kerja dan

jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan

sehat bagi seluruh anggota keluarga. Film sebagai media massa memiliki

kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realisme, pengaruh emosional

dan popularitas yang hebat.

Film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau

sekian banyak orang dalam waktu singkat dan mampu memanipulasi

kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas. Perlu menyimak unsur-unsur

ideologi dan propaganda yang terselubung dan tersirat dalam banyak film

hiburan umum, suatu fenomena yang tampaknya tidak tergantung pada ada

atau tidak adanya kebebasan masyarakat. Fenomena semacam itu mugnkin

berakar dari keinginan untuk merefleksikan kondisi masyarakat atau

mungkin juga bersumber dari keinginan untuk memanipulasi (McQuail,

2003)
13

Film menjadi lebih bebas untuk memenuhi kebutuhan akan sajian

yang berbau kekerasan, mengerikan dan pornografis. Terlepas dari adanya

iklim yang bebas seperti itu, yang disebabkan oleh adanya perubahan

norma-norma sosial, film masih merupakan sarana yang baik untuk

menyebarluaskan sesuatu kepada khalayak umum.

Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang

sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat

diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini

sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap

pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit

dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang

fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media

selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media

penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu

pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seni audio-visual.

Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang

menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya. Film

juga sebagai wahana bagi hasrat-hasrat seni untuk dibangkitkan dan

direalisasikan. Seiringnya waktu perkembangan dunia film di Indonesia

semakin maju dan berkembang, tetapi pada era 2002 pernah mengalami

mati suri karena ide-ide yang selalu mononton mengikuti musim. Prihatinya

lagi bagi publik, film-film sekarang bertemakan horror, sex dan pergaulan

bebas yang bisa memberikan contoh pada remaja Indonesia. Hanya


14

keuntungan yang diutamakan share dan rating. Tidak memikirkan dampak

apa, pesan apa yang disampaikan.pada kaidahnya. Untuk membuat film

yang bagus dibutuhkan ide cerita baik, skenario yang bagus, penyutradaraan

yang bagus dan teknik sinematograpi. Dan melalui tahap pra produksi

sampai pasca produksi. Film juga dibedakan menjadi 3 yaitu :

3.1.1 Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk Film

pertama karya Lumiere Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan

(travelogoues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter

adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah dokumenter

pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert

Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson,

di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.

Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film

non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan.

Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film

dokumenter. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan

kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali

fakta yang ada dalam kehidupan.

Pemahaman bahwa membuat film adalah monopoli para

pemilik modal. Fenomena film dokumenter seharusnya menjadi

penyemangat para pemula untuk menggeluti pembuatan film. Jika

karyanya menarik, tentunya lembaga semacam Konfiden bisa


15

membantu untuk mengirimkannya ke forum-forum internasional.

Secara korespondensi, sineas-sineas muda bisa berhubungan dengan

organisasi sejenis.

Film dokumenter Adalah sebutan yang diberikan untuk film

pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan

(travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Setelah itu film

dokumenter banyak digunakan kembali.

Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali

digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John

Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson

berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan

realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal

72).

Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak,

pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter

menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai

macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah

lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda

bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap

berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari

film dokumenter misalnya dokudrama (dokudrama). Dalam

dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar


16

gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak

antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya

tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan.

Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman

dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang

banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak

hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam

jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film

dokumenter yang bisa disaksikan melalui saluran televisi seperti

program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran

televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai

saluran televisi yang hanya menayangkan program dokumenter

tentang keragaman alam dan budaya.

Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim

diikut sertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri.

Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film

Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film

dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi

dipelopori oleh stasiun televisi pertama, Televisi Republik Indonesia

(TVRI). Beragam film dokumenter tentang kebudayaan, flora dan

fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era

televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk

televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta


17

menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri

maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi.

“Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang,

salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun

swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau” (Miles Production,

1995). “Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan

sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama

dengan judul Pustaka Anak Nusantara” (Yayasan SET, 2001)

diproduksi untuk konsumsi televisi. Dokudrama juga mengilhami

para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga

mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy),

Malcom X, dan Schindler’s List.

Jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti

musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah

dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap genre

berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada

faktor-faktor budaya

Namun, mengapa penonton film bisa menikmati konvensi yang

sama berulang-ulang? Jawabnya menurut banyak cendekiawan film

adalah bahwa genre merupakan drama ritual kehidupan manusia

yang menyerupai perayaan hari besar atau upacara yang dapat


18

memuaskan hasrat penonton karena unsur-unsurnya dapat

menegaskan kembali nilai-nilai budaya dengan sedikit variasi.

Dalam film, terutama film cerita banyak sekali genre yang

sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western,

gangster, horor, science fiction (sci-fi), komedi, action, perang,

detektif dan sebagainya. Namun dalam perjalanannya, genre-genre

film tersebut sering dicampur satu sama lain (mix genre) seperti

horor-komedi, western-komedi, horor science fiction dan sebagainya.

Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih

spesifik yang kemudian dikenal dengan sub-genre, contohnya dalam

genre komedi dikenal sub-genre seperti screwball comedy, situation

comedy (sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan

sebagainya.

Demikian pula dalam film dokumenter, mencuplik dari buku

yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R.

Ayawaila membagi genre menjadi dua belas jenis. Akan tetapi

menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada di dalam

buku tersebut sebenarnya bisa dikelompokkan lagi.

a. Laporan Perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari

para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam

perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling

penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan


19

gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis

dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel

documentary dan adventures film.

Film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty

oleh banyak pengamat dianggap sebagai film perjalanan yang

awal. Dibuat selama satu tahun penuh oleh Flaherty dibuat

walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan aktivitas

Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing

dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh

industri teknologi).

John Grierson pernah membuat sebuah film berjudul Song

of Ceylon yang merupakan laporan perjalanannya di negeri yang

sekarang bernama Sri Lanka. Disutradari oleh Basil Wright, film

ini terbagi menjadi empat sequence, pertama tentang Buddha

dan penganutnya, di mana diperlihatkan kehidupan keagamaan

serta perjalanan ummat ke keindahan pulau, menceritakan

tentang wilayah yang sekarang dikenal dengan Sri Lanka.

Bagian pertama menggambarkan kehidupan keagamaan Sinhala,

yang dipadu dengan ritual Buddha serta keindahan alam di sana.

Dibuka dengan serangkaian alat logam di atas daun kelapa,

kemudian secara bertahap diajak melihat perjalanan orang-orang

ke Bukit Adam – pusat ziarah umat Buddha selama lebih dari

dua ratus tahun – yang kemudian diintercut dengan gambar-


20

gambar alam sekitarnya serta serangkaian patung Buddha.

Bagian dua memfokuskan pada kehidupan kerja Sinhala, dalam

sequence ini Basil Wright menekankan hubungan intim mereka

dengan lingkungan sekitarnya dengan memperlihatkan

penduduk yang membuat tembikar, ukiran kayu dan sedang

membangun rumah, sementara anak-anak bermain. Bagian

ketiga dari film ini memperkenalkan kedatangan sistem

komunikasi modern ke dalam gaya hidup ‘alami’ dan di bagian

terakhir dari film ini, dibawa kembali ke kehidupan keagamaan

Sinhala di mana orang berpakaian mewah untuk melakukan

tarian ritual.

Sekarang ini banyak televisi yang membuat program

dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah

(Trans TV), Jejak Petualang (TV7/Trans7), Bag Packer

(TVOne) dan sebagainya, bahkan di beberapa televisi berbayar

membuat saluran televisi khusus laporan perjalanan seperti

Travel and Living. Dikarenakan penayangannya di televisi,

maka kedalaman permasalahannya sangat disesuaikan dengan

kebutuhan televisi.

b. Sejarah

Dalam film fiksi, tema sejarah pernah menjadi sebuah

pencapaian estetika yang tinggi ketika Sergei Eisenstein dan

Alexandre Dovzhenko membuat film–film yang banyak


21

mengangkat latar belakang cerita dari tirani kekuasaan Tsar

Nicholas II serta perebutan kekuasaan dari status quo oleh kaum

komunis. Pada tahun 1976, Alan J. Pakula juga pernah

mengangkat penyelidikan (investigasi) skandal Watergate di

Amerika Serikat oleh dua orang wartawan Washington Post,

Carl Bernstein dan Bob Woodward.

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu

yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang

sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab

keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang

salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.

Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini

digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah

menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang

lebih banyak bertipe dokumenter. Khususnya film-film yang

disutradarai oleh Leni Refensthal seperti Triumph of the Will

(1934), Olympia I : Festival of Nations (1937) & Olympia II :

Festival of Beauty (1938). Pada awal film Olympia I

divisualisasikan tentang bangsa Aria di masa lalu sedang

melakukan oleh raga seperti lari, lempar lembing, lempar

cakram dan sebagainya. Sedangkan tahun 1955, Alain Resnais

membuat film Night and Fog yang mencengangkan dunia pada


22

masa itu menggambarkan bagaimana terjadinya genosida kaum

Yahudi oleh tentara Nazi dalam sebuah kamp konsentrasi.

Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi

karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan

pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang

tinggi sangat membatasi untuk mendalami pengetahuan tentang

sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk

memproduksi film-film sejarah. Sekarang ini di Metro TV

sering ditayangkan Metro Files, program dokumenter yang

mengupas sejarah yang tidak terungkap di Indonesia. Dalam

beberapa tayangannya sempat membahas tentang budaya

Tionghoa di Jakarta (Batavia) dalam judul Merah Hitam di

Batavia, pengupasan kepahlawanan Dr. Johannes Leimena,

seorang negarawan yang gigih dan memberi kontribusi terhadap

berdirinya puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur, serta

tentang tokoh pergerakan bangsa yang berjuang melalui

pendidikan dalam Lentera Bangsa.

c. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang

terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada

kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada

penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya.

Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film


23

jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau

perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan

kendaraan), dan lain sebagainya. Contoh film jenis ini adalah

Jejak Kasus, Derap Hukum dan Fokus.

Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en

scene (pemain, lokasi, kostum, make-up dan lighting) yang

persis dengan kejadiannya, sehingga sangat berbeda doku-drama

yang memang membutuhkan keotentikan yang tinggi. Yang

hendak dicapai dari rekonstruksi di sini adalah sekedar proses

terjadinya peristiwanya itu. Dalam membuat rekonstruksi, bisa

dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu

dengan animasi.

National Geographic Channel dalam seri televisinya

pernah membuat Locked-Up Abroad yang umumnya bercerita

penangkapan yang berlatar belakang narkoba, terorisme hingga

permasalah lain. Permasalahannya penangkapan tersebut

dilakukan di luar negara tokoh dalam film tersebut sehingga

membuat persoalannya menjadi semakin rumit. Dalam tayangan

tersebut, konstruksi biasanya digunakan untuk menggambarkan

kejadian–kejadian yang dialami tokoh yang bercerita dalam

tayangan tersebut.
24

d. Investigasi

Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari

investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap

ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang

ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik

ataupun tidak. Umpamanya korupsi dalam penanganan bencana,

jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah

peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan

sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan

dan ada pula yan belum, namun persisnya seperti apa bisa jadi

tidak banyak orang yang mengetahui.

Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan

rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya

peristiwa. Bahkan di beberapa film aspek rekonstruksinya

digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di

dalamnya. Misalnya yang dilakukan oleh Errol Morris dalam

filmnya The Thin Blue Line, rekonstruksi digunakan untuk

memperlihatkan seluruh kemungkinan dan detil peristiwa yang

terjadi saat itu, misalnya merk mobil, bentuk lampu, jarak

pandang dan sebagainya.

e. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling

dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa


25

Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa

Ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama

Flora dan Fauna. Tapi sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat

banyak variasinya lihat saja akhir tahun 1980-an ketika RCTI

(pada masa itu masih menjadi televisi berbayar) memutar

program Beyond 2000, yaitu film ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan teknologi masa depan. Saat itu beberapa

kalangan cukup terkejut sebab pengetahuan yang mereka

dapatkan berbeda dari dokumenter yang mereka lihat di TVRI.

Jenis ini bisa terbgai menjadi sub-genre yang sangat banyak :

f. Buku Harian (Diary)

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre

ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang

yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang

dari tema–temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat

berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan

tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan

perlakuan kawan–kawannya terhadap dirinya.

Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri,

yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya

konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta

kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan

serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang


26

cukup detil, misalnya Rumah Dadang, Jakarta. Tanggal 7

Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB. Pada beberapa film, jenis

diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain seperti

laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia.

Salah satu film yang dianggap film berjenis buku harian

adalah A Diary for Timothy (1945) adalah film dokumenter

Inggris yang disutradarai oleh Humphrey Jennings. Diproduseri

Basil Wright untuk Crown Film Unit. Narasinya dibuat oleh

pengarang roman Inggris, E. M. Forster, sedangkan Michael

Redgrave didaulat sebagai naratornya.

Ceritanya tentang perkembangan seorang bayi pada enam

bulan pertama selama Perang Dunia II. Diperlihatkan juga

proses penyembuhan seorang pilot yang patah kakinya serta

seorang penambang yang sedang patah tangannya. Dalam film

dokumenter yang dibuat tentang Jennings untuk Televisi

Channel 4 yang disutradarai oleh Kevin MacDonald pada tahun

2000, diketahui bahwa bayi yang menjadi subjek film (Timothy

James Jenkins) pindah ke Brighton sekitar 1960–an dan

berpenampilan modis sebelum akhirnya menjadi guru dan

meninggal dunia pada November 2000.

Film lainnya adalah Ito – A Diary of an Urban Priest yang

dibuat dengan latar Kota Tokyo dan menceritakan tentang

Yoshinobu Fujioka, biksu muda yang memiliki gairah tinggi


27

dalam mencari makna kehidupan ditengah–tengah mimpi yang

‘menindas’, di dalam lorong–lorong kota serta dalam kegelapan

pikiran manusia. Yoshinobu sempat mendengarkan pengakuan

para perempuan yang di penjara, di bar–bar dan bahkan di

sebuah rumah geisha yang sudah tua.

Hal tersebut dilakukannya ketika banyak banyak lapisan

manusia yang hidup di malam hari di belantara Kota Tokyo

serta ingatan–ingatan yang tidak terduga yang berubah menjadi

jejaring kehidupan yang memaksa orang–orang saling bertatap

muka satu dengan lainnya. Mimpi, realitas dan khayalan

bercampur menjadi satu dalam pelajaran kompleksitas pikiran

manusia yan membawa penontonnya ke dalam eksplorasi

ingatan saat berhadapan dengan diri mereka sendiri dan orang

lain.

g. Musik

Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun

pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat

banyak diproduksi. Memang salah satu awalnya muncul ketika

Donn Alan Pannebaker membuat film – film yang sebenarnya

hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik. Misalnya

ketika membuat Don’t Look Back yang menggambarkan seorang

seniman muda berusia 23 tahun bernama Bob Dylan. Sekarang

ini lebih dikenal sebagai penyanyi lagu–lagu balada. Pada


28

musim semi 1965, Bob Dylan menghabiskan tiga minggu di

Inggris.

Dengan kameranya, Don Pennebaker mengikuti seniman

tersebut dari bandara ke tempat menyanyi, dari hotel ke balai

rakyat, dari sebuah obrolan ke salah satu konsernya. Ini adalah

masa di mana Dylan beralih dari peralatan musik akustik ke

peralatan musik elektrik, sebuah transisi yang tidak semua

penggemarnya suka, bahkan termasuk pacarnya Joan Baez yang

juga seorang penyanyi.Setahun kemudian, pada tahun 1968,

Donn Pannebaker membuat Monterey Pop yang merupakan

perekaman pertunjukkan Legendary California Music Festival

yang sering dianggap sebagai pra-Woodstock yang kemudian

mengorbitkan beberapa pemusik, misalnya Jimi Hendrix dan

Janis Joplin, yang membuat salah satu penyanyi Amerika yang

terkenal yaitu Mama Cass dari grup The Mamas & Papas sangat

terpesona melihat penampilannya.

Setelah itu beberapa sutradara melakukan hal yang sama

seperti Michael Wadleigh yang mengabadikan pagelaran musik

Woodstock dengan membuat dokumenternya dengan judul yang

sama pada tahun 1970. Hampir bersamaan waktunya konser

musik Rolling Stones juga dibuatkan dokumenternya yang

berjudul Gimme Shelter yang disutradarai oleh Albert Maysles,

David Maysles dan Charlotte Zwerin. Peristiwanya berlangsung


29

pada bulan Desember 1969, empat bulan setelah Woodstock di

mana Rolling Stones dan Jefferson Airplane menggelar konser

gratis di California Utara (di sebelah timur Oakland, tepatnya di

Altamont Speedway) yang dihadiri oleh sekitar 300,000 orang.

Pihak penyelenggaranya menyewa genk motor yang

terkenal di Amerika bernama Hell’s Angels yang didapuk

sebagai keamanan. Masalahnya para anggota genk tersebut

membawa senjata api dan senjata tajam sehingga selama konser

berlangsung anggota Hell’s Angels menghabiskan waktunya

untuk memukuli para penonton hingga akhirnya satu orang

dinyatakan tewas.

Film ini menggunakan teknik paralel editing yang

disambung berselang-seling antara konser, kekerasan yang

terjadi, Grace Slick dan Mick Jagger yang sedang berusaha

menenangkan keadaan, close-up para penonton remaja

(berjoget, memakai narkoba atau sedang trauma pada perlakuan

Hell’s Angel) serta pihak Rolling Stones yang sedang menonton

footage konser dan merasa prihatin.

Sejak itu banyak sekali film dokumenter bergenre musik

dibuat, namun tidak semuanya merupakan dokumentasi konser

musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan

sebuah album. Banyak sutradara yang membuatnya lebih dekat

dengan genre lain seperti biografi, sejarah, diary dan


30

sebagainya. Penelope Spheeris membuat dwilogi dokumenter

musik yaitu The Decline of Western Civilization : Punk Years

(1981) yang membahas terbentuk subkultur dalam musik rock

yang dikenal dengan Musik Punk.

Banyak band yang terlibat dalam film ini seperti Black

Flag, Germs, X, The Bags, Circle Jerks, Catholic Discipline,

Fear dan sebagainya. Sedangkan pada tahun 1988, Spheeris

meneruskan filmnya dengan membuat yang kedua The Decline

of Western Civilization II : Metal Years yang cara

penceritaannya hampir sama, hanya saja aliran musik yang

diangkat dan tentu saja pemusik serta bandnya juga berbeda.

Dalam film kedua ini memasukkan band ataupun penyanyi

seperti Ozzy Osbourne, Aerosmith, Kiss, Poison, Vixen, Faster

Pussycat, Megadeth dan sebagainya.

3.1.2 Film Fiksi

Film fiksi Adalah yang tokoh, peristiwa, ruang dan waktunya

direkayasa. Diketahui film fiksi ini jauh lebih berkembang karena

faktor penceritaanya yang seperti dongeng, lagi pula film-film tipe

ini cenderung lebih nyaman untuk dinikmati.

3.2. Storyboard

Storyboard adalah visualisasi ide dari aplikasi yang akan dibangun,

sehingga dapat memberikan gambaran dari aplikasi yang akan dihasilkan.


31

Storyboard dapat dikatakan visual script yang akan dijadikan outline dari

sebuah proyek, ditampilkan shot by shot yang biasa juga disebut sebagai

scene. Storyboard sekaranglebih banyak digunakan untuk membuat

kerangka pembuatan website dan proyek media pembelajaran interaktif

ketika dalam tahap perancangan instruksi untuk mempresentasikan dan

menjelaskan kejadian interaktif seperti suara dan gerakan biasanya pada

antar muka pengguna, halaman elektronik dan layar presentasi. Storyboard

media interaktif dapat digunakan antar muka grafik pengguna untuk

rancangan rencana desain sebuah website atau proyek interaktif

sebagaimana alat visual untuk perancangan isi.

Salah satu keuntungan Storyboard adalah dapat membuat pengguna

untuk mengalami perubahan dalam alur cerita untuk memicu reaksi atau

ketertarikan yang lebih dalam. Kilas balik, secara cepat menjadi hasil

pengaturan Storyboard secara kronologis untuk membangun rasa penasaran

dan ketertarikan.

Seorang pembuat Storyboard harus mampu menceritakan sebuah

cerita yang bagus. Untuk mencapainya harus mengetahui berbagai film

dengan pengertian dan tampilan yang bagus, komposisi, gambaranberurut

dan editing. Pembuat storyboard harus memiliki kemampuan beradaptasi

terhadap gaya yang bermacam. Harus mampu untuk mengikuti desain yang

telah dikeluarkan dan menghasilkan kerja konsisten yang digambar pada

model.
32

a) Prinsip Penulisan Storyboard

Pesan visual harus kreatif (asli, luwes, dan lancar), komunikatif, efisien,

indah/elastic.

b) Konsep dan Strategi serta Proses Perancangan Grafis

Konsep 5W+1H = ‘ What, Why, Who, Which, Where, How.’

1. Materi pembelajaran dan pesan yang disampaikan

2. Apa saja jenis dan cakupan materi pembelajaran.

3. Apa keunggulan dan konsep membawakannya.

4. Kepada siapa materi itu diperuntukan.

5. Bagaimana cara pendekatan dengan Iaudience.

6. Apa peluang dan target dari pembelajaran tersebut.

7. Apa yang diperlukan untuk menggali potensi audience.

8. Kebiasaan pola dan cara masyarakat dalam belajar.

9. Pendekatan komunikasi yang tepat untuk itu.

c) Proses Perancangan

Proses perancangan selalu dimulai dengan penelitian yaitu:

1. Scanning, data collecting/pengumpulan data sebagai bahan dasar

untuk analisa. Dan beberapa data tertulis (vebal) atau dasa lainya

seperti suara (audio) dan data teraba (bentuk 3 dimensi) dan

aroma atau rasa (kecap).

2. Formulasi data dasar analisa untuk proses pemilahan,

pengelompokan (klasifikasi) lalu dirumuskan. Hasil rumusan

tersebut merupakan bahan penyusunan:


33

Konsep umum, lebih ditekankan pada konsep komunikasinya.

Konsep kreatif, lebih ditekankan pada konsep kreatifnya.

d) Implementasi

Adalah perwujudan visual (Visualisasi) kratif dalam media yang telah

dipilih berdasarkan pada kesesuaian visi, misi, maksud dan tujuan

sasaran dan pesan agar efisien, efektif, komunikatif, serta keindahanya.

Pada proses implementasi ini diperlukan strategi serta pemikiran proses

produksi media dan penerapan pada media serta penyebaran, serta

pemasangan dilokasi yang tepat (strategis).

1. Biasanya dilakukan Pretest (uji coba sebelum storyboard yang

ditulis dituangkan dalam bentuk visual dan audio).

2. Konsep desain storyboard yang baik adalah konsep yang mampu

memberikan jawaban atau jalan keluar terhadap problem yang ada

sesuai kebutuhan audience. Ini menggunakn riset, eksperimen,

kritik ,analisa.

3.2.1 Konsep Skenario

Skenario film sering disebut juga dengan screenplay atau

script. Script tidaklah sama dengan naskah drama yang bisa

dimainkan persis sesauai apa adanya atau mendekati naskah aslinya.

Skenario yang baik bukan hanya enak dibaca, namun lebih dituntut

segi efektivitas untuk memproduksi film. untuk itu script juga harus

disajikan lengkap dalam diskripsi-diskripsi visual yang mengandung

irama adegan dan dialog yang selaras. Penulisan naskah skenario


34

bisa berasal dari idea orisinil seorang penulis. Atau diambil

berdasarkan ide lain, misalnya dari kisah nyata, sejarah, naskah

drama, atau novel seperti james bond dari novel lan Fleming dan

Laskar Pelangi dari novel Andrea Hirata. Script atau naskah program

dan scenario atau naskah produksi. Naskah merupakan persyaratan

yang harus ada untuk suatu program yang terkontrol isi dan bentuk

sajiannya dibandingkan dengan live yang diambil begitu saja apa

adanya meskipun dapat direkam rambu-rambu pengendaliannya.

Dalam pembuatan film documenter “ Budaya Telur Asin

Kabupaten Brebes “ maka di buatlah naskah yang biasanya di sebut

Treatment.

a) Ide Pokok

Ide dalam membuat film documenter tidaklah harus pergi jauh-

jauh dan membuat rumit karena sebuah ide dapat timbul dimana

saja maupun kapan saja, bahkan kadang ide yang dia anggap

biasa saja dapat menjadi ide yang menarik untuk diproduksi.

Ide pokok dalam film documenter yang dibuat adalah

menyebarluaskan informasi mengenai pengertian, sejarah, latar

belakang, perkembangan, pembuatan, dan pasar tentang proses

pengolahan telur asin kabupaten brebes. Agar masyarakat luas

dapat mengerti dan mengetahui bahwa kabupaten brebes

memiliki ikon yang sangat terkenal yang patut dilestarikan dan

dibanggakan oleh generasi muda.


35

b) Tema

Tema diangkat pada pembuatan film dokumenter yang dibuat

adalah tentang telur asin Kabupaten Brebes. Alasannya karena

masyarakat cenderung belum mengetahui benar tentang

pengolahan telur asin Kabupaten Brebes.

c) Sinopsis

Sinopsis adalah cerita singkat tentang sebuah film. Film

documenter “ Budaya Telur Kabupaten Brebes” secara singkat

menceritakan mulai dari proses, pengolahan sampe pemasaran

yang membutuhkan waktu lama, upaya upaya yang dilakukan

pengrajin dalam melestarikan budaya Pembuatan telur asin

kabupaten Brebes serta di ikut sertakan bagaimana sejarah telur

asin Kabupaten Brebes dan pemasarannya.

d) Outline

Outline bisa juga disebut dengan script dalam bahasa teknisnya.

Script adalah cerita rekaan tentang sebuah film yang dibuat.

Script juga suatu gambar kerja keseluruhan dalam memproduksi

film, jadi fungsi outline adalah mengarahkan kerja pembuat film

agar lebih terarah dan terkonsep.

Ada beberapa fungsi script yaitu :

1. Script adalah alat struktural dan organizing yang dapat

dijadikan dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi


36

dengan script dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh

crew produksi film. Oleh karena itu script harus imaginer.

2. Script penting untuk cameramen sebagai salah satu alat

untuk mengingatkan cameramen dan dapat melihat secara

teknis yg berhubungan dengan cameramen.

3. Script sebagai dasar kerja bagian produksi, karena dengan

membaca script dapat diketahui kebutuhan dana yang

dibutuhkan untuk memproduksi film.

4. Script juga dijadikan arahan untuk editor sebagai panduan

agar bisa melihat struktur film yg diproduksi.

5. Dengan sciprt dapat diketahui siapa saja yg akan

diwawancarai atau yg dibutuhkan sebagai narasumber.

e) Referensi

1. Referensi film

a. Film Dokumter “ Wayang Golek Cepak Tegal “

b. Film Dokumnter “ Joki Cilik “

c. Film Dokumenter “ Bidadari Turun Bumi “

d. Film Dokumenter “ Kereta Kehidupan “

e. Film Dokumenter “ Poci Tanah Liat “

2. Referensi buku

Referensi buku dalam pembuatan film documenter “ Budaya

Telur Asin Kabupaten Brebes” adalah dari buku “ Mengenal


37

Film Dokumenter “ yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010.

3.2.2 Konsep Penyutradaraan

Sutradara atau pembuat film adalah orang yang bertugas

mengarahkan sebuah film sesuai dengan manuskrip, pembuat film

juga digunakan untuk merujuk pada produser film. Manuskrip

skenario digunakan untuk mengontrol aspek-aspek seni dan drama.

Pada masa yang sama, sutradara mengawal petugas atau pekerja

teknik dan pemeran untuk memenuhi wawasan pengarahannya.

Seorang sutradara juga berperan dalam membimbing kru teknisi dan

para pemeran film dalam merealisasikan kreativitas yang

dimilikinya. Sutradara bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif

pembuatan film, baik interpretatif maupun teknis. Ia menduduki

posisi tertinggi dari segi artistik dan memimpin pembuatan film

tentang "bagaimana yang harus tampak" oleh penonton. Selain

mengatur laku di depan kamera dan mengarahkan akting serta

dialog, sutradara juga mengontrol posisi beserta gerak kamera, suara,

pencahayaan, dan hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir

sebuah film. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya seorang

sutradara bekerja bersama para kru film dan pemeran film. Di

antaranya penata fotografi, penata kostum, penata kamera dan lain

sebagainya. Selain itu sutradara juga turut terlibat dalam proses


38

pembuatan film mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pasca-

produksi. Produksi sutradara sudah berhubungan dengan banyak

orang menumbuhkan dan merangsang kemampuan berkarya semua

tenaga pendukung seoptimal mungkin meng koordinasikan proses

kreatif produksi untuk mencapai efisiensi kerja demi terjaminnya

mutu semua karya tenaga kreatif secara efektif memberikan

pengarahan terhadap penciptaan karya agar seluruhnya menjadi padu

sebagai karya penuturan sinematik berkewajiban berada tetap di

tempat pelaksanaan selama proses produksi berlangsung melakukan

penilaian dan memberikan keputusan akhir atas mutu perkerjaan

seluruh sector pendukung secara teknis dan artistik.

3.3. Pengertian Adobe Pinnacle 14

Pinnacle Studio 14 merupakan salah satu program editing yang yang

banyak digunakan oleh para editing video. Kemampuanya yang cepat dalam

mengolah video, disertai dengan kemudahan - kemudahan menjadikan

program ini popular digunakan.Program Pinnacle Studio 14 pada dasarnya

dibagi menjadi 3 bagian yang utama yaitu import, edit, dan make movie.

Import merupakan bagian untuk proses transfer video dari video source ke

dalam computer berlangsung, prosesnya dimulai dengan pengambilan

gambar dengan camcorder, kemudian gambar video yang telah diambil

kemudian ditransfer ke dalam computer menggunakan kabel USB atau

menggunakan peralatan lainya. Bagian edit merupakan proses dimana


39

pengolahan dan pengeditan video hasil import dimulai, pada tahapan ini

pengolahan dengan beberapa langkah seperti pemotongan video,

penggabungan video, penambahan teks, pengolahan suara, dan lain

sebagainya. Terakhir yaitu bagian make movie atau mengekspor video hasil

editing. Bagian ini untuk transfer video hasil pengolahan kedalam format

file atau format disk yang dapat anda lihat pada video player.Dengan 3

proses yang bisa dilakukan menggunakan program Pinnacle Studio14

tersebut menjadikan program ini sebagai program editing yang sangat

mudah dan cepat. Selain itu tampilan interface program yang sederhana dan

mudah dimengerti.

Beberapa kelebihan terbaru dari Pinnacle Studio 14 sebagai

pengolahan video antara lain :

1. Memiliki lebih banyak fasilitas seperti efek transisi, theme, sound

effect, dan menu lainnya.

2. Kemudahan dalam pengoperasian program karena lebih terintegasi.

3. Proses capture yang semakin mudah

4. Proses make movie yang tidak terlalu rumit.

3.4. Tampilan Pinnacle Studio 14 Editor

Setelah program terinstal, maka dapat membuka langkah sebagai

berikut. Klik start > all program > Pinnacle 14 > Pinnacle Studio 14 ,

pertama kali akan tampak tampilan proses loading seperti ini.


40

Gambar 3.1 Loading Program

Proses loading memerlukan beberapa detik, selanjutnya akan tanpak

tampilan program sebagai berikut.

Gambar 3.2 Program Pinnacle 14

3.4.1 Interface Program Pinnacle 14

Terdiri dari tiga menu yang berfungsi sebagai tahap pengelohan

video yaitu :

1. Import

Tahap ini akan memerlukan waktu yang tergantung dari

durasi video yang diambil dari camcorder. Jika memiliki durasi

yang panjang maka proses import akan memakan waktu yang


41

lama. Pastikan pada saat proses import tidak ada gangguan

yang mempengaruhi hasil import seperti daya listrik lemah

ataupun kondisi computer yang kurang baik, hal itu sangat

mempengaruhi proses import.

Saat menampilkan tab import, akan tampak dua jenis tampilan

import yakni digital import dan analog import.

Gambar 3.3 Tampilan Digital Import

Digital Import akan tampak jika video source yang

digunakan adalah digital. Pada tampilan ini terdapat empat

bagian yang semuanya memiliki fungsi dan kegunaan yang

berbeda, yakni album, player, camcorder controller, dan

diskometer.

Gambar 3.4 Tampilan Album


42

Gambar 3.5 Tampilan Player

2. Edit

Pada tahap edit bagian yang terpenting adalah

pengolahan video yang telah dicapture atau import.

Pengolahan video ini meliputi banyak hal seperti pemotongan,

penghapusan pada bagian tertentu, pemberian efekdan

transisi.

Setelah klik edit maka tampilan seperti ini

Gambar 3.6 Tampilan Menu Edit

3. Make Movie

Tahap akhir proses editing adalah make movie. Video

clip yang telah diolah dan diedit selanjutnya diekspor, kedalam


43

sebuah format yang dapat anda putar dan memainkan pada

player.

Gambar 3.7 Interface Make Movie

3.4.2 Menu Bar

Berfungsi untuk menjadikan beberapa perintah tentang

pengaturan yang berbeda, seperti membuka dan menyimpan project

film, bekerja dengan klip video dan lain sebagainya.

Gambar 3.8 Menu Bar

3.4.3 Preview Window

Berfungsi untuk menampilkan klip video yang sedang

diedit, video efek, video filter dan judul teks atau teks video

Gambar 3.9 Tampilan Preview Window


44

3.4.4 Navigation Panel

Menyediakan tombol untuk memutar ulang video dan untuk

meringkas secara tepat klip video. Pada tahap capture, panel

navigasi juga berfungsi sebagai pengontrol camcorder. Selain itu,

digunakan juga untuk melihat klip yang sedang diedit dan

digunakan pada proyek, serta menggeser ke posisi klip yang

diinginkan mengunakan trim handles dan jog sliders untuk

mengedit klip video.

Gambar 3.10 Navigation Panel

3.4.5 Toolbars

Terdiri dari beberapa tombol yang berguna untuk mengedit

proyek video, musik, dan beberapa tombol lainya dengan fungsi

yang berbeda-beda. Menu toolbars memberikan kemudahan dalam

mengakses.

Gambar 3.11 Menu Toolbar


45

3.4.6 Movie Window

Movie window merupakan bagian pada interface pinnacle

yang berada dibawah. Bagian ini merupakan tempat untuk

melakukan pengolahan pada video. Seperti pemberian efek transisi,

klip video, judul/text, efek video, sound, pemotongan klip,

penggabungan klip, dan sebagainya. Tampilan movie window dapat

diatur dengan tiga pilihan yang berbeda, yakni Ada tiga tipe

tombol yang menampilkan proyek timeline, yaitu :timeline,

storyboard view, dan text.

Gambar 3.12 Tampilan Movie Window

a. Story view

Tampilan ini akan menampilkan video klip dengan

scene dan transisi. Video scene tersusun dari ikon-ikon

thumbnail. Pengaturan tampilan thumbnail dapat dilakukan

pada pengaturan setup option. Dengan tampilan di bawah ini,

akan mudah untuk mengetahui tampilan scene - scene dan efek

transisi yang telah diterapkan.


46

Pilih menu Setup > project preferences hingga aka

tampak kotak dialog setup. Tandai show large storyboard

thumbnail untuk menampilkan scene-scene yang lebih besar.

Gambar 3.13 Tampilan Storyboard

b. Timeline View

Pilihan tampilan ini digunakan untuk menampilkan

posisi dan durasi klip yang ditunjukan timescale. Dengan

tampilan seperti ini anda dapat dengan mudah mengolah video

klip, seperti memotong, menghapus, trimming video klip, dan

lainya.

Gambar 3.14 Tampilan Timeline

Pada tampilan Timeline ada beberapa track yang dapat

digunakan untuk memberikan pengolahan dan pengeditan

video klip.

c. Movie window

Movie window dengan tampilan text akan menunjukan

durasi awal dan akhir klip selain itu juga nama klip.
47

3.4.7 Library

Fitur library merupakan tempat menyimpan semua

kebutuhan untuk membuat film, seperti : klip video, video filter,

klip audio, gambar /foto, efek transisi, file music, judul/text, dan

klip warna.

Gambar 3.15 Tampilan Library

Anda mungkin juga menyukai