Anda di halaman 1dari 3

Ijarah Multi Jasa

Ijarah Multi Jasa

. Ijarah Multijasa (IMJ) adalah akad pembiayaan dimana bank memberikan pembiayaan kepada
nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Dalam pembiayaan Ijarah Multijasa
tersebut bank dapat memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee. Pembiayaan Ijarah Multijasa
diperuntukan untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

Pembiayaan Ijarah Multijasa

Prinsip Syariah Dalam Pembiayaan Ijarah Multijasa

Pada Bank Syariah

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi


baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup
dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan
perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni bagian
muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Pengaturan lembaga
perbankan dalam syariah Islam dilandaskan pada kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan
bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib“ , yakni sesuatu yang harus ada untuk
menyempurnakan yang wajib, maka lembaga perbankan wajib diadakan. Karena pada zaman
modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan.

Sebagai implementasinya, dalam Undang-undang Perbankan Indonesia, yakni Undang-undang


No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana disebutkan dalam butir 13 Pasal 1 Undang-undang No
21 Tahun 2008 (selanjutnya disingkat UUPS) memberikan batasan pengertian prinsip syariah
sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan Syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Adapun fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi ( intermediary institution ) yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis
keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank
konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa
yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa ( fee-base income ) maupun mark-up atau profit
margin , serta bagi hasil (loss and profit sharing). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada
bank syariah terdapat pelarangan riba, gharar dan masyir oleh karena itu bank syariah melarang
bunga.

[1]

Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga
(interest free), posisi unik lainnya dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional
adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-
finance dan perdagangan

(trading). Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi Bank Syariah yang merupakan investasi
dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat dilakukan Bank
Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah (jual beli), ijarah (sewa) atau

ijarah wa iqtina (sewa beli).

Dalam perkembangannya, bank syari’ah harus mengikuti kebutuhan nasabah yang semakin hari
semakin bervariasi, yang menyebabkan munculnya jenis-jenis produk pembiayaan baru. Salah
satu produk pembiayaan tersebut adalah produk pembiayaan multijasa.

Pembiayaan multijasa adalah suatu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dalam
akad ijarah, dalam penyaluran jasa keuangannya antara lain: penyaluran pelayanan jasa
pendidikan, kesehatan, walimah, pergi haji, kepariwisataan dan lain lain. Dalam pemberian
pembiayaan multijasa ini, bank syari’ah akan memperoleh imbalan jasa ( ujrah ) atau fee
menurut kesepakatan dimuka dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk
prosentase. [2]

Pada umumnya, pembiayaan multijasa yang terjadi di bank syari’ah maupun lembaga keuangan
syari’ah menggunakan skim pembiayaan akad ijarah. Pengertian ijarah adalah akad pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan ketentuan
fisik dari komoditas yang disewakan tetap dalam kepemilikan yang menyewakan dan hanya
manfaatnya yang dialihkan kepada penyewa. Sesuatu yang tidak dapat digunakan tanpa
mengkonsumsinya tidak dapat disewakan, seperti uang, makanan, bahan bakar dan sebagainya.
Hanya aset-aset yang dimiliki oleh yang menyewakan dapat disewakan, kecuali diperbolehkan
sub-lease (menyewakan kembali aset objek sewa yang disewa) dalam perjanjian yang dizinkan
oleh yang menyewakan. [3]

Dengan demikian, berdasar banyaknya ketentuan prinsip syariah yang harus ditaati maka dalam
mekanisme transaksinya, bank syariah wajib mengedepankan prinsip syariah, baik dari
pemilihan produk pembiayaanya maupun dalam praktiknya.

[1] Ascara, Akad dan Produk perbankan Syariah , (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 8.

[2] Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang Pembiayaan Mutijasa

[3] Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah

Anda mungkin juga menyukai