Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA_2: PEMBIMBINGAN KEDUA

Nama :Jese Siregar


Asal Sekolah : SMK Negeri 2 Penajam Paser Utara

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Keaktifan Belajar Siklus I
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2019 dan
untuk siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2019. Siswa
yang diberikan tindakan adalah siswa kelas X TAV SMK Negeri 2 Penajam Paser Utara
yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 25 putra dan 4 putri.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I
No Siklus I
Aspek perilaku yang diamati Rata-rata
. Pertemuan I Pertemuan II
1 Memperhatikan penjelasan guru 96,43% 96,55% 96,49%
2 Semangat dan antusias dalam
92,86% 92,55% 92,71%
pembelajaran
3 Menuliskan catatan meteri 71,43% 86,21% 78,82%
4 Bekerjasama dalam diskusi
75,00% 82,76% 78,88%
kelompok
5 Berani untuk bertanya 75,00% 72,41% 73,71%
6 Terlibat dalam menuliskan
67,86% 68,97% 68,42%
laporan hasil akhir
7 Memberi kritik dan saran 60,71% 72,41% 66,56%
8 Menyampaikan hasil akhir 71,43% 68,97% 70,20%
9 Menyimpulkan materi 64,29% 68,97% 66,63%
Rata-rata keaktifan belajar siswa 75,00% 79,31% 76,94%
Berdasarkan hasil observasi, nilai rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap
pertemuan di siklus I yaitu 75,00% pada pertemuan pertama dan 79,31% pada
pertemuan kedua. Peningkatan keaktifan belajar siswa dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua di siklus I yaitu 4,31%.

1
Hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I

Persentase (%)
85%
65%
45%
25%
5%
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pe 0.964 0.928 0.714 0.75 0.75 0.678 0.607 0.714 0.642


rt 3 6 3 6 1 3 9
e
m
ua
n
1
Pe 0.965 0.965 0.862 0.827 0.714 0.689 0.724 0.689 0.689
rt 5 5 1 6 2 7 1 7 7
e
m
ua
n
2

Gambar 1. Grafik Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I


Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1, terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa
dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Peningkatan terjadi karena pada
pertemuan kedua siswa sudah mulai bisa menyesuaikan kegiatan pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation. Setelah dihitung persentase rata-rata keaktifan
belajar pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I sudah mencapai indikator
keberhasilan penelitian yaita ≥75%. Hasil observasi pada siklus I rata-rata keaktifan
belajar yang dicapai siswa adalah 77,16%.
Hasil Belajar Siswa siklus I
Setelah pembelajaran pada siklus I selesai, maka dilakukan evalasi dengan
memberikan soal tes evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang diperoleh
siswa. Data yang diperoleh menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 76,69
dari 29 siswa.

Persentase Ketuntasan Siswa


100%
90%
80%
68.97%
70%
58.62%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus Siklus I

Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

2
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar
siswa meningkat setelah penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.
Persentase ketuntasan belajar pra siklus adalah 58,62% meningkat menjadi 68,97%
pada siklus I. Peningkatan ini disebabkan pada saat pembelajaran siswa tidak hanya
belajar dari apa yang disampaikan guru, namun siswa juga belajar dari siswa lainnya
sehingga pemahaman siswa terhadap materi semakin bertambah.
Hasil Keaktifan Belajar Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II rata-rata keaktifan belajar yang
dicapai siswa kelas X TAV pada pertemuan pertama adalah 82,76% dan meningkat
menjadi 90,80% pada pertemuan kedua. Peningkatan keaktifan belajar siswa dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua di siklus II yaitu 8,04%. Berikut ini persentase
keaktifan belajar pada siklus II pertemuan pertama dan kedua.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II
Siklus II
No. Aspek perilaku yang diamati Rata-rata
Pertemuan I Pertemuan II
1 Memperhatikan penjelasan guru 96,55% 100,00% 98,28%
Semangat dan antusias dalam
2 96,55% 96,55% 96,55%
pembelajaran
3 Menuliskan catatan materi 89,66% 96,55% 93,11%
Bekerjasama dalam diskusi
4 86,21% 89,66% 87,94%
kelompok
5 Berani untuk bertanya 79,31% 82,76% 81,04%
Terlibat dalam menuliskan
6 75,86% 93,10% 84,48%
laporan hasil akhir
7 Memberi kritik dan saran 72,41% 89,66% 81,04%
8 Menyampaikan hasil akhir 75,86% 86,21% 81,04%
9 Menyimpulkan materi 72,41% 82,76% 77,59%
Rata-rata Persentase Keaktifan
82,76% 90,80% 86,78%
Belajar Siswa

3
Hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus II
85%
65%

Persentase (%)
45%
25%
5%
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pe 0.965 0.965 0.896 0.862 0.793 0.758 0.724 0.758 0.724
rte 5 5 6 1 1 6 1 6 1
mu
an
1
Pe 1 0.965 0.965 0.896 0.827 0.931 0.896 0.862 0.827
rte 5 5 6 6 6 1 6
mu
an
2

Gambar 3. Grafik Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II


Berdasarkan tabel 2 dan gambar 3 tentang hasil observasi keaktifan belajar siswa
siklus II, terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua. Hal tersebut karena pada pertemuan kedua siswa bisa menyesuaikan
kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation.

Hasil Belajar Siswa siklus II


Setelah pembelajaran pada siklus II selesai, dilakukan evaluasi dengan
memberikan soal tes evaluasi untuk mengukur pencapaiaan hasil belajar yang diperoleh
siswa.

Persentase Ketuntasan Siswa


100%
89.66%
90%
80%
68.97%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II

4
Gambar 4. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa
meningkat setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.
Persentase ketuntasan belajar adalah 68,97% pada siklus pertama meningkat menjadi
89,66% pada siklus kedua. Peningkatan ini disebabkan karena pada saat pembelajaran
siswa tidak hanya belajar dari apa yang disampaikan guru, namun siswa juga belajar
dari siswa lainnya sehingga pemahaman siswa terhadap materi semakin bertambah.
Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas
X TAV pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika maka dapat diketahui adanya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari
antusiasme siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pertanyaaan
dan jawaban teman, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Selain itu
peningkatan keaktifan siswa tampak ketika siswa berinteraksi dengan siswa lainya saat
siswa berdiskusi materi yang dipelajari. Pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe
Group Investigation lebih menarik perhatian siswa dan mampu menciptakan suasan
belajar yang lebih hidup, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainya di dalam
forum diskusi kelompok dan menambah ingatan tentang materi pembelajaran karena
menyampaiakan kembali kepada teman temannya, selain itu penerapan metode ini lebih
mudah diserap oleh siswa karena selain guru menjelaskan juga terjadi pengulangan
materi pembalajaran.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam
meningkatkan keaktifan Belajar Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan belajar, semua aspek keaktifan belajar
siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yaitu ≥75 dengan pencapaian paling tinggi
adalah aspek memperhatikan penjelasan guru yaitu sebesar 100,00%. Keaktifan belajar
pada setiap pertemuan mengalami peningkatan dimana siklus I pertemuan pertama rata-
rata persentase keaktifan belajar siswa sebesar 75,00% dan pada pertemuan kedua
meningkat menjadi 79,31%. Pada siklus II pertemuan pertama rata-rata persentase
keaktifan belajar siswa sebesar 82,76% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi
90,80%.
Peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap pertemuan, pada peningkatan
siklus I ke siklus II pada setiap aspek, dan secara keseluruhan dari siklus I ke siklus II
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group

5
Investigation dapat digunakan sebagai alternatif untuk memvariasi metode pembelajaran
dengan tujuan agar dapat mendorong siswa untuk dapat berperan aktif dalam
pembelajaran.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam
Meningkatkan Hasil belajar
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di kelas X TAV dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika. Hal tersebut
dapat dilihat dengan adanya hasil belajar siswa melalui pra siklus, kemudian hasil tes
siklus I dan siklus II.
Berdasarkan gambar 2 dan gambar 4 tentang persentase ketuntasan belajar siswa
dapat diketahui bawa persentase ketuntasan belajar pada pra siklus yaitu sebesar 58,62%
dengan rata-rata nilai kelas sebesar 70,34 dan jumlah siswa tuntas berjumlah 17 siswa.
Siklus I persentase ketuntasan belajar sebesar 68,97% dengan rata-rata nilai kelas
sebesar 76,69 dan jumlah siswa tuntas berjumlah 20 siswa. Sedangkan untuk siklus II
persentase ketuntasan belajar sebesar 89,66% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 80,97
dan jumlah siswa tuntas berjumlah 26 siswa dari 29 siswa.
Ternyata dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation hasil belajar antara siklus I dan siklus II meningkat persentase ketuntasan
belajar siswa, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain perbedaan
materi pada siklus I dan II serta siswa sudah terbiasa dan tertarik dengan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika
Kelas X TAV SMK Negeri 2 Penajam Paser Utara. Peningkatan keaktifan belajar
pada setiap indikator yaitu; (1) Memperhatikan penjelasan guru mencapai 100,00%;
(2) Semangat dan antusias dalam pembelajaran mencapai 96,55%; (3) Menuliskan
catatan materi mencapai 96,55%; (4) Bekerjasama dalam diskusi kelompok
mencapai 89,66%; (5) Berani untuk bertanya mencapai 82,76%; (6) Terlibat dalam

6
menuliskan laporan hasil akhir mencapai 93,10%; (7) Berani memberikan kritik dan
saran mencapai 89,66%; (8) Berani dalam menyampaikan hasil akhir mencapai
86,21%; dan (9) Berani dalam menyimpulkan materi mencapai 82,76%. Pada siklus
I pertemuan pertama rata-rata persentase keaktifan belajar siswa 75,00% dan pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 79,31%. Pada siklus II pertemuan pertama
rata-rata persentase keaktifan belajar siswa sebesar 82,76% dan pada pertemuan
kedua meningkat menjadi 90,80%.
2. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika kelas
X TAV SMK Negeri 2 Penajam Paser Utara. Peningkatan hasil belajar siswa
tersebut dapat dibuktikan dari adanya peningkatan hasil belajar dengan rata-rata
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan pada pra
siklus sebesar 58,62% dari 29 siswa. Pada siklus I rata-rata ketuntasan belajar siswa
sebesar 68,97% dari 29 siswa atau meningkat sebesar 10,35% dari awal pra siklus.
Pada siklus II rata-rata ketuntasan belajar siswa sebesar 89,66% dari 29 siswa atau
meningkat sebesar 31,04% dari awal pra siklus.
Saran
1. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
ke materi lain dengan mengembangkan berbagai bentuk kegiatan di dalamnya, agar
pembelajaran lebih menarik dan bervariasi sehingga siswa tidak merasa jenuh dan
bosan.
2. Sebaiknya siswa lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan mengajukan
pertanyaan atau jawaban kepada teman atau guru untuk mencari tahu materi yang
masih belum jelas dan dipahami.
3. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya agar
dapat terus mengembangkan proses yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (untuk guru, kepala sekolah dan
pengawas). Malang: Aditya Media Publishing.
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Pat Hollingworth, G. L. 2008. Pembelajaran Aktif. Jakarta: Indeks.
Purwanto. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

7
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada.
Sardiman, A. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Semiawan, C. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Sekolah Menengah (Petunjuk bagi
guru dan orang tua). Jakarta: Gramedia.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research and Practise (N. Yusron.
Terjemahan). London: Allymand Bacon.
Somadayo, Samsul. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogtakarta:
Graha Ilmu
Suprijono, A. 2013. Cooperative learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta.
Waluyanti, Sri. 2010. Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dan Vokasional Melalui
Metode Peer Teaching dan Kooperatif Jigsaw pada Mata Kuliah Sistem
Video. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UNY.

Anda mungkin juga menyukai