Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL YANG ADA DI DAERAH TAPANULI

SELATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. Pera Juliana Br Sirumapea (19510060)

2. Joy Silaban (22510153)

3. Evita Dolok Saribu (22510174)

GROUP: AA5

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN MEDAN

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

yang bertemakan “KEARIFAN LOKAL YANG ADA DI DAERAH

TAPANULI SELATAN” kami berterima kasih kepada Ibu Dr. Hotmaida

Simanjuntak SPd, SH,MH yang sudah memberikan bimbingannya kepada kami

selama mata kuliah berlangsung didalam kelas.

Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan

makalah ini dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan tugas ini. Untuk ke depannya dapat memperbaiki

bentuk maupun dapat menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik

kedepannya, akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah

“KEARIFAN LOKAL YANG ADA DI DAERAH TAPANULI SELATAN” ini

dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 04 Januari 2023

Kelompok Tapsel

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
1.3 TUJUAN.........................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Kearifan Lokal Tapanuli Selatan Sebagai Norma Sosial Di Tengah-tengah Masyarakat.4
2.2 Fungsi Norma Sosial dan Adat Istiadat Dalam Masyarakat...........................................5
2.3 Kearifan Loka di daerah Tapanuli Selatan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.....6
2.3.1 Kearifan Lokal Sila Ke-1 tentang ketuhanan.............................................................6
2.3.2 Kearifan Lokal Sila ke-2 tentang kemanusiaan.........................................................7
2.3.3 Kearifan Lokal Sila ke-3 tentang persatuan..............................................................7
BAB III...........................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penduduk asli di Tapanuli Selatan adalah Suku Batak Angkola, yang masih dekat
dengan suku batak toba. Selain suku batak angkola, ada juga suku lainnya, umumnya
adalah batak toba dan mandailing. Meskipun sering disamakan, namun suku angkola
dan mandailing adalah suku yang berbeda. Suku Batak Angkola adalah salah satu sub
etnis dari suku bangsa batak disamping Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak
Simalungun, dan Batak Mandailing.

Tanah ulayat suku Batak angkola berada di wilayah geografis Tapanuli bagian Selatan
yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten
Padang Lawas Utara, Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Mandailing Natal. Suku
Batak angkola memiliki hubungan yang sangat erat Hubungan kekerabatan marga-
marga Batak Toba Dan juga memiliki kekerabatan yang kuat dengan Batak Mandailing
disebabkan adanya persamaan bahasa budaya dan agama yang dianut sebagai besar
masyarakatnya.

Selama ini banyak orang menganggap penduduk asli Tapanuli Selatan Sumatera Utara
semuanya etnis Mandailing dan sebagian Toba. Anggapan ini sangat keliru,Tapanuli
Selatan sebelum pemekaran wilayah menjadi Tapanuli Selatan Ibu Kota
Padangsidimpuan kemudian menjadi Sipirok, Mandailing natal atau beribu Kota
Panyabungan sejak dahulu kalah dihuni oleh penduduk asli yang terdiri dari etnis
angkola dan Mandailing. Etnis batak angkola mayoritas mendiami Tapanuli Selatan
sekarang, ditandai dengan dominasi Marga Harahap dan Siregar, Mandailing memang
mayoritas mendiami daerah Mandailing natal yang sekarang dengan dominasi Marga
Nasution dan Lubis. Dalam sejarah Tapanuli Selatan dijelaskan angkola mengandung
dua arti penting, angkola bisa diartikan sebagai suatu wilayah teritori atau daerah.
makna lain angkola adalah sebuah etnik berdiri sendiri dan hasil di Sumatera Utara ini.

1
Sejarah mencatat sebelum Indonesia merdeka wilayah pemerintahan di Tapanuli Selatan
dahulunya bernama afdeling dipimpin oleh seorang residen dengan pusat pemerintahan
Padangsidimpuan. Membawahi tiga onderafdeeling dan masing-masing dipimpin oleh
controller seterusnya membawahi onderdistrik dipimpin asisten Demang onderafdeeling
di bawah afdeling antar lain angkola dan sipirok Berpusat di padangsidempuan,
onderafdeeling Padang lawas di sibuhuan dan onderafdeeling Mandailing di kotanopan.
Selanjutnya onderafdeeling yang membawahi onderdistrik angkola membawa
tigadistrik masing-masing angkola dengan pusat Padangsidimpuan, batangtoru
dibatangtoru dan orderdistrik sipirok di Sipirok, onderdistrik ini membawahi pulahuat
atau puria yang dipimpin oleh kepala kuria.

Sebelum kemerdekaan ketiga onderafdeeling yang ada sama kedudukannya dengan


kabupaten yang dipimpin oleh Bupati, setelah pemulihan kekuasaan tahun 1949
seluruhnya digabung menjadi satu kabupaten dengan pusat pemerintahan di Padang
Sidempuan, di dalam pemerintahan sekarang onderafdeeling angkola sebelumnya terdiri
dari tiga onderdistrik dan beberapa kekuriaan berkembang menjadi beberapa
Kecamatan seperti Puri sipirok telah dipecah dan dimekarkan menjadi beberapa
kecamatan antara lain sipirok, arse atau pemekaran dari Sipirok, Padang Sidempuan
Timur, Saipar dolok hole, dan Aek bila atau pemekaran dari saipar Dolok hole, Batang
angkola Sayurmatinggi sigalangan hingga ke batangtoru dengan beberapa
pemekarannya sampai Kecamatan Dolo ibu kotanya Sipiongot. Angkola adalah etnis
Jauh sebelum penjajahan Belanda menjajah kan kaki di bumi Persada ini telah ada
penduduk yang mendiami wilayah angkola. Diperkirakan 9000 tahun sebelum masehi
itulah yang dinamakan etnik angkola atau asli angkola bukan pecahan atau yang
mengisahkan diri dari Etnik lain terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan seperti
Sabungan atau di kaki lubuk raya, batunadua, sipirok atau Parau sorat, sialagundi,
muaratais, batangtoru sekitarnya Batara Wisnu, Mandala sena dan lain-lain. Etnis
angkola memiliki ciri tersendiri seperti falsafah dasar dalihan natolu sebagai tatanan
atau pandangan hidup sampai saat ini tetap dipedomani, adat-istiadat budaya pakaian
adat tersendiri kain ulos atau Abid Gondang atau sabun yang kain tenun.

Dalam daerah tapanuli selatan memiliki hubungan dengan nilai-nilai pancasila didalam
masyarakat mulai dari kearifan lokal sila ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5 itulah bagian

2
dari kearifan lokal yang terkait dengan Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi
dan Keadilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kearifan lokal di daerah Tapanuli Selatan?

2. Bagaimana hubungan pancasila dan kearifan lokal di daerah Tapanuli Selatan?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Adapun yang menjadi tujuan masalah adalah

sebagai berikut :

1 Untuk mengetahui kearifan lokal di daerah Tapanuli Selatan

2. Untuk mengetahui hubungan pancasila dan kearifan lokal di daerah Tapanuli

Selatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kearifan Lokal Tapanuli Selatan Sebagai Norma Sosial Di Tengah-tengah

Masyarakat

Dalam berbagai bidang kehidupan, manusia membutuhkan norma-norma tersebut,


seperti dalam pemenuhan kebutuhan hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga
kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, perceraian dan sebagainya. Kebutuhan
akan mata pencaharian hidup manusia mebutuhkan lembaga-lembaga kemasyarakatan
misalnya pertanian, peternakan, koperasi, perusahaan dan lain sebagainya. Kemudian
kebutuhan akan kebahagiaan, kedamaian, ketentraman dan pencapaian tujuan hidup
dunia akhirat manusia membutuhkan agama. Norma-norma masyarakat yang terdapat
dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yaitu: memberikan pedoman pada
anggota masyarakat, bagaimana mereka bertingkah laku dan bersikap dalam
menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut
kebutuhankebutuhan, menjaga keutuhan masyarakat, dan memberikan pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.

Dalam konsep sosiologi selanjutnya ditegaskan bahwa dalam setiap masyarakat


dimanapun ia berada akan ditemui berbagai lembaga sosial. Setiap masyarakat memang
memiliki sistem nilai yang dapat menentukan lembaga mana yang dapat dijadikan pusat
pergaulan hidup bersama dan dianggap pula berada di atas lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau lembaga sosial lainnya. Dalam setiap masyarakat sedikit
banyaknya dapat dijumpai pola-pola yang akan mengatur hubungan antara lembaga-
lembaga kemasyarakatan tersebut. Dalam lembagalembaga kemasyarakatan tersebut
terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dipatuhi dan dipedomani oleh warga
masyarakat bersangkutan.

4
Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat sangat membutuhkan normanorma dalam
menjalankan kehidupan sosialnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhannya dan bahkan
untuk pencapaian tujuan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

Salah satu norma adat Tapanuli Selatan yang bisa dianggap sebagai kearifan lokal
adalah bahwa masyarakatnya didasarkan pada hubungan kekeluargaan yang erat, yang
bertitik tolak dari bapak yang berfalsafat Dalihan Natolu. Dimana hubungan masyarakat
adat yang didasari hubungan tiga unsur jalur hubungan kekeluargaan yang terdiri dari
Kahanggi, Mora, dan Anak boru yang lazim disebut Dalihan Natolu.

2.2 Fungsi Norma Sosial dan Adat Istiadat Dalam Masyarakat

Norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat baik dalam bentuk norma

adat istiadat dan norma sosial lainnya sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.

Agar kahidupan masyarakat berjalan harmonis, maka masyarakat dalam menjalankan

segala bidang kehidupannya tentu harus mempedomani norma-norma tertentu apakah

norma adat maupun norma agama yang dianutnya. Kehidupan masyarakat bisa

dipastikan tidak akan damai dan toleran. Jika tidak ada pedoman dalam bertindak dan

berperilaku apalagi jika hanya mengikuti dorongan hawa nafsu akan timbul

penyimpangan perilaku.

Norma adat isitiadat sebagai bagian dari norma-norma sosial yang ada dalam

masyarakat, mempunyai kekuatan yang mengikat bagi anggota masyarakat. Semua

warga masyarakat harus menggunakan norma-norma adat istiadat dalam kehidupannya

sehari-hari. Seperti norma adat istiadat Tapanuli Bagian Selatan dalam bentuk tutur

sopan santun, kata sapaan sapaan harus digunakan oleh masyarakat Tapanuli Bagian

Selatan dan bagi siapa yang tidak menggunakannya akan mendapat hukuman adat, dan

bahkan akan disebut sebagai orang yang tidak beradat..

5
2.3 Kearifan Loka di daerah Tapanuli Selatan yang sesuai dengan nilai-nilai

pancasila.

Setiap manusia yang tinggal dan menjalin hubungan serta proses berinteraksi
dan berkomunikasi antara sesama. Sudah pasti akan mempunya ciri yang khas sebagai
identitas keberadaan seseorang. Baik itu secara etnis, suku, budaya, dan adat istiadatnya.
Disinilah warisan budaya yang kekal dengan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Dengan berbagai perbedaan antar sesama masyarakat di dalam lingkungannya tersebut.
Dimana identias yang unik itu juga kita kenal sebagai suatu kearfian lokal masyarakat
Indonesia. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya yang ada di dalam masyarakat
dan itu tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Artinya kearifan lokal atau
disebut juga local wisdom adalah bagian dari sebuah nilai nilai identitas yang ada di
masyarakat Indonesia. Serta itu mempunya peran dan fungsi dalam menjalankan nilai
serta norma masyarakat.

2.3.1 Kearifan Lokal Sila Ke-1 tentang ketuhanan

Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Pertama yaitu Ketuhanan. Dimana kearifan lokal disini adalah
budaya yang dibangun secara rukun. Kerukunan umat antar beragama itu tercermin
didalam kearifan lokal budaya sila ke-1. Walaupun beragam, berbeda-beda dalam setiap
manusia atau umat memeluk agama. Namun tetap rukun dimana pun berada, baik di
desa, kota.

Tidak hanya itu, bentuk kearifan lokal yang terkait dengan Ketuhanan yaitu
dalam bentuk lain adalah akulturasi maupun penyatuan praktik. Serta ritual keagamaan
dan kebudayaan masyarakat setempat sebagai budaya lokal. Seperti misalnya contoh
kearifan lokal sila ke-1 dalam hal upacara selamatan.

6
2.3.2 Kearifan Lokal Sila ke-2 tentang kemanusiaan

Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Kedua yaitu Kemanusiaan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke dua khususnya bidang kemanusiaan, yaitu
kearifan lokal sila ke-2.

Seperti contohnya gotong royong, kerja bakti, dalam membangun rumah ibadah, tempat
ibadah, atau dalam hal memperbaiki jalan untuk kepentingan bersama masyarakat. Serta
contoh budaya dalam kearifan lokal lainnya pada masyarakat Indonesia yang
terkandung di dalam nilai-nilai pancasila.

2.3.3 Kearifan Lokal Sila ke-3 tentang persatuan

Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Ketiga yaitu Persatuan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke tiga khususnya bidang Persatuan, yaitu
kearifan lokal sila ke-3.

Misalnya contoh mengenai budaya lokal di dalam sistem kekerabatan masyarakat yang
mana dapat menyatukan orang dan keluarga besar dalam satu kelompok sosial di
masyarakat. Yaitu berupa etnis, suku, marga, klan dan sejenisnya. Dengan demikian
itulah bentuk kearifan lokal yang terkait dengan persatuan yang terkandung nilai nilai
Pancasila di dalam masyarakat tersebut.

2.3.4 Kearifan Lokal Sila ke-4 tentang demokrasi atau musyawarah

Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Keempat yaitu Demokrasi. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke empat khususnya bidang Demokrasi, yaitu
kearifan lokal sila ke-4.

Contoh budaya yang mengandung nilai Pancasila untuk sila ke-4 mengenai demokrasi
yang identik dengan musyawarah. Dimana kearifan lokal ini seperti halnya pemilihan
kepala desa, kepala suku, kepala kelompok, atau pun memilih pemimpin dalam
komunitas masyarakat. Yang mana dilakukan dengan musyawarah mufakat. Dengan

7
demikian, setiap warga masyarajat berhak dalam menyampaikan pandangan dan
masukannya mengenai pendapat tentang topik yang sedang dibahas tersebut. Itulah
diatas mengenai bentuk kearifan lokal yang terkait dengan Demokrasi atau musyawarah
yang ada dalam masyarakat Indonesia.

2.3.5 Kearifan Lokal sila ke-5 tentang keadilan

Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Kelima yaitu Keadilan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke lima khususnya bidang Keadilan, yaitu
kearifan lokal sila ke-5. Misalnya contoh pada sistem pengairan yang terdapat pada
masyarakat di Tapanuli Selatan.

Dimana pada sistem keadilan ini di suatu desa menjaga air agar irigasi bisa
didistribusikan secara adil kepada antara para petani yang ada di desa tersebut.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Norma-norma sosial dalam bentuk adat istiadat terdapat dalam setiap komunitas
masyarakat, norma-norma tersebut sangat penting bagi eksitensi masyarakat dalam
upaya mewujudkan cita-cita masyarakat yakni aman, damai dan toleran serta
menghargai perbedaan.

2. Salah satu bentuk norma sosial adalah nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada
masyarakat Tpanuli bagian Selatan dalam bentuk adat istiadat sangat penting diterapkan
bagi kelangsungan pergaulan dan kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat.

3.2 Saran

1. Dalam upaya mewujudkan damai dan toleran ditengah arus ideologi perlu diterapkan,
dilaksanakan dan dikembangkan nilai-nilai kearifan lokal berupa norma adat istiadat,
karena nilai tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat bersangkutan
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, sehingga diharapkan dapat efektif bagi
mewujudkan masyarakat yang damai dan toleran.

2. Dalam upaya mewujudkan nilai-nilai kearifan lokal sangat penting diterapkan,


dilaksanakan dan dikembangkan norma sosial dalam kelangsungan kehidupan sosial
suatu komunitas masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ch.S.T.B.Perkasa Alam, Surat Tumbaga Holing, Medan:Mitra, 2015

G. Siregar, Surat Tumbaga Holing, Padangsidimpuan : 1984.

Herwan Tiyako, Neltje F. Katuk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Kencana, 2006.

10

Anda mungkin juga menyukai