Makalah Kel. Pancasila (Tapsel)
Makalah Kel. Pancasila (Tapsel)
SELATAN
GROUP: AA5
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bentuk maupun dapat menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
kedepannya, akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
Kelompok Tapsel
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
1.3 TUJUAN.........................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Kearifan Lokal Tapanuli Selatan Sebagai Norma Sosial Di Tengah-tengah Masyarakat.4
2.2 Fungsi Norma Sosial dan Adat Istiadat Dalam Masyarakat...........................................5
2.3 Kearifan Loka di daerah Tapanuli Selatan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.....6
2.3.1 Kearifan Lokal Sila Ke-1 tentang ketuhanan.............................................................6
2.3.2 Kearifan Lokal Sila ke-2 tentang kemanusiaan.........................................................7
2.3.3 Kearifan Lokal Sila ke-3 tentang persatuan..............................................................7
BAB III...........................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penduduk asli di Tapanuli Selatan adalah Suku Batak Angkola, yang masih dekat
dengan suku batak toba. Selain suku batak angkola, ada juga suku lainnya, umumnya
adalah batak toba dan mandailing. Meskipun sering disamakan, namun suku angkola
dan mandailing adalah suku yang berbeda. Suku Batak Angkola adalah salah satu sub
etnis dari suku bangsa batak disamping Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak
Simalungun, dan Batak Mandailing.
Tanah ulayat suku Batak angkola berada di wilayah geografis Tapanuli bagian Selatan
yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten
Padang Lawas Utara, Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Mandailing Natal. Suku
Batak angkola memiliki hubungan yang sangat erat Hubungan kekerabatan marga-
marga Batak Toba Dan juga memiliki kekerabatan yang kuat dengan Batak Mandailing
disebabkan adanya persamaan bahasa budaya dan agama yang dianut sebagai besar
masyarakatnya.
Selama ini banyak orang menganggap penduduk asli Tapanuli Selatan Sumatera Utara
semuanya etnis Mandailing dan sebagian Toba. Anggapan ini sangat keliru,Tapanuli
Selatan sebelum pemekaran wilayah menjadi Tapanuli Selatan Ibu Kota
Padangsidimpuan kemudian menjadi Sipirok, Mandailing natal atau beribu Kota
Panyabungan sejak dahulu kalah dihuni oleh penduduk asli yang terdiri dari etnis
angkola dan Mandailing. Etnis batak angkola mayoritas mendiami Tapanuli Selatan
sekarang, ditandai dengan dominasi Marga Harahap dan Siregar, Mandailing memang
mayoritas mendiami daerah Mandailing natal yang sekarang dengan dominasi Marga
Nasution dan Lubis. Dalam sejarah Tapanuli Selatan dijelaskan angkola mengandung
dua arti penting, angkola bisa diartikan sebagai suatu wilayah teritori atau daerah.
makna lain angkola adalah sebuah etnik berdiri sendiri dan hasil di Sumatera Utara ini.
1
Sejarah mencatat sebelum Indonesia merdeka wilayah pemerintahan di Tapanuli Selatan
dahulunya bernama afdeling dipimpin oleh seorang residen dengan pusat pemerintahan
Padangsidimpuan. Membawahi tiga onderafdeeling dan masing-masing dipimpin oleh
controller seterusnya membawahi onderdistrik dipimpin asisten Demang onderafdeeling
di bawah afdeling antar lain angkola dan sipirok Berpusat di padangsidempuan,
onderafdeeling Padang lawas di sibuhuan dan onderafdeeling Mandailing di kotanopan.
Selanjutnya onderafdeeling yang membawahi onderdistrik angkola membawa
tigadistrik masing-masing angkola dengan pusat Padangsidimpuan, batangtoru
dibatangtoru dan orderdistrik sipirok di Sipirok, onderdistrik ini membawahi pulahuat
atau puria yang dipimpin oleh kepala kuria.
Dalam daerah tapanuli selatan memiliki hubungan dengan nilai-nilai pancasila didalam
masyarakat mulai dari kearifan lokal sila ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5 itulah bagian
2
dari kearifan lokal yang terkait dengan Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi
dan Keadilan.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Adapun yang menjadi tujuan masalah adalah
sebagai berikut :
Selatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat
4
Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat sangat membutuhkan normanorma dalam
menjalankan kehidupan sosialnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhannya dan bahkan
untuk pencapaian tujuan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu norma adat Tapanuli Selatan yang bisa dianggap sebagai kearifan lokal
adalah bahwa masyarakatnya didasarkan pada hubungan kekeluargaan yang erat, yang
bertitik tolak dari bapak yang berfalsafat Dalihan Natolu. Dimana hubungan masyarakat
adat yang didasari hubungan tiga unsur jalur hubungan kekeluargaan yang terdiri dari
Kahanggi, Mora, dan Anak boru yang lazim disebut Dalihan Natolu.
Norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat baik dalam bentuk norma
adat istiadat dan norma sosial lainnya sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.
norma adat maupun norma agama yang dianutnya. Kehidupan masyarakat bisa
dipastikan tidak akan damai dan toleran. Jika tidak ada pedoman dalam bertindak dan
berperilaku apalagi jika hanya mengikuti dorongan hawa nafsu akan timbul
penyimpangan perilaku.
Norma adat isitiadat sebagai bagian dari norma-norma sosial yang ada dalam
sehari-hari. Seperti norma adat istiadat Tapanuli Bagian Selatan dalam bentuk tutur
sopan santun, kata sapaan sapaan harus digunakan oleh masyarakat Tapanuli Bagian
Selatan dan bagi siapa yang tidak menggunakannya akan mendapat hukuman adat, dan
5
2.3 Kearifan Loka di daerah Tapanuli Selatan yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
Setiap manusia yang tinggal dan menjalin hubungan serta proses berinteraksi
dan berkomunikasi antara sesama. Sudah pasti akan mempunya ciri yang khas sebagai
identitas keberadaan seseorang. Baik itu secara etnis, suku, budaya, dan adat istiadatnya.
Disinilah warisan budaya yang kekal dengan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Dengan berbagai perbedaan antar sesama masyarakat di dalam lingkungannya tersebut.
Dimana identias yang unik itu juga kita kenal sebagai suatu kearfian lokal masyarakat
Indonesia. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya yang ada di dalam masyarakat
dan itu tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Artinya kearifan lokal atau
disebut juga local wisdom adalah bagian dari sebuah nilai nilai identitas yang ada di
masyarakat Indonesia. Serta itu mempunya peran dan fungsi dalam menjalankan nilai
serta norma masyarakat.
Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Pertama yaitu Ketuhanan. Dimana kearifan lokal disini adalah
budaya yang dibangun secara rukun. Kerukunan umat antar beragama itu tercermin
didalam kearifan lokal budaya sila ke-1. Walaupun beragam, berbeda-beda dalam setiap
manusia atau umat memeluk agama. Namun tetap rukun dimana pun berada, baik di
desa, kota.
Tidak hanya itu, bentuk kearifan lokal yang terkait dengan Ketuhanan yaitu
dalam bentuk lain adalah akulturasi maupun penyatuan praktik. Serta ritual keagamaan
dan kebudayaan masyarakat setempat sebagai budaya lokal. Seperti misalnya contoh
kearifan lokal sila ke-1 dalam hal upacara selamatan.
6
2.3.2 Kearifan Lokal Sila ke-2 tentang kemanusiaan
Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Kedua yaitu Kemanusiaan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke dua khususnya bidang kemanusiaan, yaitu
kearifan lokal sila ke-2.
Seperti contohnya gotong royong, kerja bakti, dalam membangun rumah ibadah, tempat
ibadah, atau dalam hal memperbaiki jalan untuk kepentingan bersama masyarakat. Serta
contoh budaya dalam kearifan lokal lainnya pada masyarakat Indonesia yang
terkandung di dalam nilai-nilai pancasila.
Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Ketiga yaitu Persatuan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke tiga khususnya bidang Persatuan, yaitu
kearifan lokal sila ke-3.
Misalnya contoh mengenai budaya lokal di dalam sistem kekerabatan masyarakat yang
mana dapat menyatukan orang dan keluarga besar dalam satu kelompok sosial di
masyarakat. Yaitu berupa etnis, suku, marga, klan dan sejenisnya. Dengan demikian
itulah bentuk kearifan lokal yang terkait dengan persatuan yang terkandung nilai nilai
Pancasila di dalam masyarakat tersebut.
Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Keempat yaitu Demokrasi. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke empat khususnya bidang Demokrasi, yaitu
kearifan lokal sila ke-4.
Contoh budaya yang mengandung nilai Pancasila untuk sila ke-4 mengenai demokrasi
yang identik dengan musyawarah. Dimana kearifan lokal ini seperti halnya pemilihan
kepala desa, kepala suku, kepala kelompok, atau pun memilih pemimpin dalam
komunitas masyarakat. Yang mana dilakukan dengan musyawarah mufakat. Dengan
7
demikian, setiap warga masyarajat berhak dalam menyampaikan pandangan dan
masukannya mengenai pendapat tentang topik yang sedang dibahas tersebut. Itulah
diatas mengenai bentuk kearifan lokal yang terkait dengan Demokrasi atau musyawarah
yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Kearifan lokal yang nilai nilainya terkandung dalam Pancasila, yang terdapat
dalam bidang atau Sila Kelima yaitu Keadilan. Dimana contoh budaya yang
mengandung nilai Pancasila pada sila ke lima khususnya bidang Keadilan, yaitu
kearifan lokal sila ke-5. Misalnya contoh pada sistem pengairan yang terdapat pada
masyarakat di Tapanuli Selatan.
Dimana pada sistem keadilan ini di suatu desa menjaga air agar irigasi bisa
didistribusikan secara adil kepada antara para petani yang ada di desa tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Norma-norma sosial dalam bentuk adat istiadat terdapat dalam setiap komunitas
masyarakat, norma-norma tersebut sangat penting bagi eksitensi masyarakat dalam
upaya mewujudkan cita-cita masyarakat yakni aman, damai dan toleran serta
menghargai perbedaan.
2. Salah satu bentuk norma sosial adalah nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada
masyarakat Tpanuli bagian Selatan dalam bentuk adat istiadat sangat penting diterapkan
bagi kelangsungan pergaulan dan kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat.
3.2 Saran
1. Dalam upaya mewujudkan damai dan toleran ditengah arus ideologi perlu diterapkan,
dilaksanakan dan dikembangkan nilai-nilai kearifan lokal berupa norma adat istiadat,
karena nilai tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat bersangkutan
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, sehingga diharapkan dapat efektif bagi
mewujudkan masyarakat yang damai dan toleran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Herwan Tiyako, Neltje F. Katuk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Kencana, 2006.
10