Makalah Pancasila Kel Taput
Makalah Pancasila Kel Taput
GROUP: AA5
ii
DAFTAR ISI
Iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari
wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau Sumatera
dengan panjang garis pantai sepanjang 200 Km.Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri
atas darat dan laut memiliki luas 2.194,98 km² darat dan 4.000 km² laut yang sebagian besar
daratan terletak di pulau Sumatera dan sebagian kecilnya terdiri dari pulau – pulau kecil dengan
batas – batas wilayah utara dengan propinsi Nangggroe Aceh Darussalam, sebelah selatan
dengan kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah barat dengan Samudera Hindia, sebelah timur
dengan kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk kabupaten Tapanuli tengah 346.804 jiwa,
yang tersebar di 20 kecamatan, 30 kelurahan dan 148 desa. (BPS Kabupaten Tapanuli Tengah,
2011).
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk ke dalam
keresidenan Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan
di Sibolga saat itu, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi 4 (empat) Afdeling (kabupaten), salah
satu diantaranya adalah afdeling Batak landen dengan ibukotanya Tarutung.
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku Batak berasal
dari daerah Provinsi Sumatera Utara. Suku Batak terdiri dari : Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandailing Pada masyarakat Batak Toba sangat terkenal
dengan benda berupa kain yang disebut dengan Ulos. Ulos adalah sejenis kain adat hasil
kerajinan tradisional masyarakat Batak terutama yang mendiami daerah Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Tanah Karo. Suku Batak, khususnya Batak Toba selain
akrab dengan budaya bertani, terkenal juga dengan budaya bertenun yaitu bertenun kain Batak
(ulos). Jenis ulos yang berbeda-beda memiliki tingkat kerumitan dan nilai yang berbeda pula,
sebab sehelai kain tenun ulos memiliki berbagai jenis dan corak yang memiliki nilai-nilai
budaya tertentu diantaranya ulos ragi idup, ragi hotang, 4ambi, bintang maratur, sibolang,
mangiring, situhu tuho, bolean, tali-tali mangiring napirsunaan, dan lain-lain.
Martonun ulos adalah salah satu seni tradisional Batak Toba yang masih dilakukan oleh
masyarakat Batak Toba di Desa Partali Toruan,Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli
Utara. Menurut catatan beberapa tekstil, martonun ulos dikenal masyarakat Batak pada abad
ke empat belas sejalan dengan masuknya alat tenun dari India. Artinya, sebelum masuknya alat
tenun ke tanah Batak, masyarakat Batak belum mengenal ulos. Pada umumnya yang melakukan
martonun ulos adalah kaum perempuan, ibu-ibu atau anak gadis, tanpa ada unsur-unsur ritual
dan magis. Hasil bertenun adalah kain ulos yang berfungsi sebagai pakaian sehari-hari yang
dikenakan, dililitkan, disandang, cendramata, dan perlambang dalam suatu upacara adat atau
ritual. Proses martonun ulos dilakukan dengan menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat
dari kayu. Ulos hasil tenunan masyarakat tidak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya, tapi
ulos juga memiliki arti yang mendalam bagi orang Batak Toba. Masyarakat Batak Toba
menganggap kain tenun ulos adalah 4ambing ikatan kasih 4ambin, 4ambing kedudukan, dan
4ambing komunikasi dalam adat masyarakat Batak Toba.
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan atau pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan,
penulis membatasi masalah agar pembahasan terarah dan terperinci. Adapun rumusan masalah
yang ingin diteliti penulis sebagai berikut:
a) Bagaimanakah Kearifan Lokal di Tapanuli Utara?
b) Bagaimana hubungan pancasila dan kearifan lokal martonun ulos didaerah Tapanuli
Utara?
1.3 Tujuan
Suatu peenelitian yang dilakukan agar memperoleh hasil yang baik tentunya penelitian
itu harus mempunyai sasaran ataupun tujuan. Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui kearifan lokal Tapanuli Utara.
b) b) Untuk mengetahui hubungan pancasila dan kearifan lokal martonun ulos didaerah
Tapanuli Utara
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembaca khususnya terhadap
penulis.
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
a) agar kelompok kami lebih mengenal dalam lagi mengenai martonun ulos pada siklus
mata pencaharian.
b) Menunjang program pemerintah dalam upaya dan mengembangkan budaya nasional.
c) Untuk melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah sebagai salah satu aset
kebudayaan negara.
d) Sebagai bahan inventaris masyarakat etnik Batak Toba yang mulai pudar karena
perkembangan zaman.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kearifan Lokal Yang Terdapat Dalam Tradisi Martonun Ulos merupakan kebijaksaan dan
pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur
tatanan kehiduapn masyarakat. Dalam hal ini kearifan lokal itu bukan hanya nilai budaya, tetapi
nilai budaya dapat dimamfaatkan untuk menata kehidupan masyarakat dalam mencapai
peningkatan kesejahteraan dan pembentukan kedamaian. Martonun ulos masyarakat Batak
Toba juga tidak akan lepas dari kebiasaan bekerjasama yang disebut Marsiurupan. Masyarakat
akan bekerja sama menenun ulos dan sebaliknya. Biasanya kerja sama akan akan dilakukan
ketika memintal benang, menjemur benang, dan menenun ulos. Sebenarnya kearifan lokal
tersebut haruslah tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak menghilang, karena kearifan lokal
tersebut menjadi cerminan dan identitas suatu daerah yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat banyak mengandung nilai luhur budaya bangsa,
yang masih kuat menjadi identitas karakter warga masyarakatnya.
Proses pembuatan ulos secara tradisional dimulai dengan pembuatan kapuk (randu) atau
kapas. Kapuk atau kapas dipilih, dipisahkan dari bijinya (mamipis) dan dikembangkan
(mamusur). Kapuk atau kapas yang telah diolah dipintal menjadi benang (bonang) disebut
mangganti. Martonun ulos membutuhkan ketekunan, kesabaran, ketelitian dan keuletan,
sekaligus menjadi pelatihan diri dan bagian dari sikap seorang wanita suku Batak Toba, selain
dari sikap ulet dan gigih. Proses menenun satu ulos sampai selesai membutuhkan waktu tiga
minggu atau tergantung dengan variasi atau corak ulos Hait Fungsi hait adalah sebagai badan
dari ulos yang akan ditenun. Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat
Batak. Mangulosi berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa,
karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian
restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikankebaikan lainnya. Dalam ulos Batak sangat
banyak jenis jenisnya serta berbeda fungsinya ada ulos untuk Duka Cita maupun sukacita.
Jenis-jenis ulos yang terdapat pada masyarakat Batak Toba a) Ulos Ragi Hotang b) Ulos
Sibolang c) Ulos Mangiring d) Ulos Ragi Huting e) Ulos Bintang Maratur f) Ulos Ragi Hidup
g) Ulos Pinuncaan h) Ulos Simarinjam Sisi i) Ulos Lobu-lobu j) Ulos Sitolu Tuho k) Ulos Suri
Ganjang l) Ulos Tumtuan m) Ulos Tutur-Tutur n) Ulos Antak-Antak.
3
Salib Kasih
Masyarakat Batak di Tapanuli Utara meliputi Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan
Mandailing yang menganut agama Kristen, Katolik dan Islam. Masyarakat Tapanuli Utara
mendiami wilayah kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siborong-borong,
Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, KecamatanSipahutar, Kecamatan Pangaribuan
dan Kecamatan Garoga. Dengan latar belakang masyarakat majemuk agama, masyarakat
Tapanuli Utara dapat memelihara toleransi antarumat beragama.Terbukti sampai saat ini belum
ditemui konflik antaruamat beragama. Hal ini bermanfaat agar masyarakat Tapanuli Utara
membangun toleransi antar umat beragama. Selain itu, potensi apa yang dimiliki Tapanuli Utara
yang digunakan dalam membangun toleransi. Hal ini menunjukkan bahwa Dalihan na Tolu
sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak merupakan kearifan lokal masyarakat Tapanuli
Utara. Kekerabatan ini menyangkut hubungan kekeluargaan beradasrakan ikatan darah (satu
keturunan) dan ikatan perkawinan. Kearifan lokal memiliki potensi dalam membangun
toleransi antarumat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Tapanuli Utara dapat
membangun toleransi antarumat beragama dikarenakan kearifan lokal yang dimiliki mereka
hidup dan berkembang di masyarakat tesebut dan secara turun-menurun.
Dari hal ini maka dapat disimpulkan bahwa adanya makna Monumen Salib Kasih adalah
sebagai simbol keberadaan agama Kristen di tanah Batak. Salib bagi orang Kristen adalah salah
satu simbol yang bermakna perdamaian, pembenaran dan penebusan. Salib Kasih sebagai
simbol penyelamatan orang Batak dari kegelapan menuju terang. Sebab bila dilihat dari sejarah
orang Batak, perkembangan pengetahuan orang Batak dimulai sejak masuknya agama Kristen
di tanah Batak. Objek wisata monumen Salib Kasih memiliki berbagai dampak terhadap
lingkungan, ekonomi, lapangan kerja dan sosial budaya secara khusus bagi masyarakat
setempat.
4
2.1 Hubungan Pancasila dengan Kearifan Lokal yang ada di Tapanuli Utara
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya yang ada di dalam masyarakat dan itu
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Artinya kearifan lokal atau disebut juga
local wisdom adalah bagian dari sebuah nilai nilai identitas yang ada di masyarakat Indonesia.
Serta itu mempunya peran dan fungsi dalam menjalankan nilai serta norma masyarakat.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1) Kearifan lokal yang masih terdapat di Tarutung misalnya kearifan lokal yang terdapat
dalam tahapan martonun ulos pada masyarakat Batak Toba di Desa tersebut diantaranya
yaitu kearifan lokal bergotong royong, kearifan lokal kebersamaan memintal benang,
menjemur benang dan menenum ulos. Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan
sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersama. Dalam perspektif sosio
budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan) untuk
melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu
tertentu.
2) Monumen Salib Kasih sebagai objek wisata religi adalah sebagai simbol keberadaan
agama Kristen di tanah Batak. Salib bagi orang Kristen adalah salah satu simbol yang
bermakna perdamaian, pembenaran dan penebusan. Salib Kasih sebagai simbol
penyelamatan orang Batak dari kegelapan menuju terang. Sebab bila dilihat dari sejarah
orang Batak, perkembangan pengetahuan orang Batak dimulai sejak masuknya agama
Kristen di tanah Batak.
3.2 Saran
1) Di era yang serba cepat, instan dan canggih ini, diharapkan gotong royong mampu
bertahan, tetap terpatri kuat, menancap dan mengakar pada jiwa masyarakat terutama
generasi penerus bangsa. Oleh karenanya gotong royong perlu untuk dikuatkan
kembali, mengingat betapa pasang surutnya gotong royong di masa sekarang, beberapa
perwujudannya mungkin masih ada, namun sudah semakin berkurang, menjadi
berbeda, maupun telah mengalami pergeseran budaya akibat arus globalisasi, untuk itu
mari kita lestarikan dan menjaga eksitensi budaya tersebut. Salah satunya dengan
memegang teguh norma adat Batak Toba. Agar warisan budaya yang terdapat
didalamnya tidak hilang ataupun punah.
2) Para wisatawan yang berkunjung secara khusus yang datang berkunjung untuk wisata
religi diharapkan mengerti makna Salib Kasih bukan hanya sekedar menikmati alam
sekitar namun lebih kepada menambah pengetahuan dan keimanan.
6
DAFTAR PUSTAKA
Baal, J.Van Sejarah Dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta: PT.Gramedia.
Bungin, B.2012
Buku sumber tentang metode-metode baru, Jakarta: Universitas Indonesia (UIpress). Nazir.
(1998).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2012. Siatas Barita Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tapanuli Utara.
Bintaro dan Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES.
Pustaka Utama.