Tugas 2 LB3 Biologi Kimia
Tugas 2 LB3 Biologi Kimia
DOSEN PENGAMPU :
Sarip Usman, S.K.M., M.Kes.
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Pengelolaan Limbah B3.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangatlah diharapkan demi
penyempurnaan laporan dimasa mendatang. Serta besar harapan kami agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok Tanggamus
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................1
BAB II...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
A. Definisi Limbah B3............................................................................2
B. Klasifikasi Limbah B3.......................................................................2
C. Klasifikasi Limbah B3 Puskesmas.............................................................7
D. Pengolahan Limbah B3.....................................................................8
E. Pengolahan Limbah B3 Secara Biologi...........................................9
E. Pengolahan Limbah B3 Secara Kimia...........................................11
BAB III............................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................15
B. Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pengolahan limbah B3 secara biologi dan kimia ?
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Limbah B3
B. Karakteristik Limbah B3
2
2. Mudah menyala (flammable)
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah Limbah yang memiliki
salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
3
4. Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang
terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di
lingkungan, dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
1. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular atau perawatan intensif dan Limbah
laboratorium;
2. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;
3. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang
terbuang dari proses bedah atau otopsi;
4. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius,
organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi,
dan terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius;
dan/atau
5. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik
untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif (Corrosive)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih
sifat-sifat berikut:
1. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk
Limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5
(dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa. Sifat
korosif dari Limbah padat dilakukan dengan
mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan metode
yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih kecil atau
sama dengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH
lebih besar atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima)
untuk yang bersifat basa; dan/atau
4
2. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai
dengan adanya kemerahan atau eritema dan
pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui
dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit
dengan menggunakan metode yang berlaku.
6. Beracun (Toxic)
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik
beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui
TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.
1. penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
a. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar
dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
b. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan
atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
2. Uji Toksikologi LD50
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per
kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika
memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7
(tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg
(lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji
5
mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50
oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan
5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan
pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan
dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui
uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara
limbah dengan kematian hewan uji.
Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit
terhadap hewan uji.
3. Sub-kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji
toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90
(sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan,
akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon
antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
6
C. Klasifikasi Limbah B3 Puskesmas
Farmasi
Medis Perawatan
2015
a. Limbah Non-medis
Limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak
berbahaya misalnya limbah dari makanan atau minuman, limbah
sisa pencucian bekas makanan, bahan pengemas.
b. Limbah Gas
Limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di fasilitas pelayanan kesehatan seperti insenerator,
dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
sitotoksik.
c. Limbah Patologis
Berasal dari jaringan-jaringan organ, bagian tubuh plasenta, darah,
dan cairan tubuh.
d. Limbah infectious
7
Limbah yang mengandung mikroorganisme pathogen yang dilihat
dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia
akan dapat menimbulkan penyakit, seperti darah dan cairan tubuh.
e. Limbah Benda-benda Tajam
Limbah benda tajam dalam hal ini merupakan alat yang digunakan
dalam kegiatan rumah sakit seperti jarum suntik, gunting, jarum
hipodermis, jarum intravena, pisau, kaca, dll yang terkontaminasi
darah, cairan tubuh, dan mikrobiologi.
f. Limbah Farmasi
Limbah produk farmasi berupa obat-obatan kadaluwarsa dan bahan
kimia.
D. Pengolahan Limbah B3
Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
8
5. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan
ketentuan teknis pengangkutan.
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah
B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia dan fisik.
Namun, proses ini juga masih terdapat kelemahan, pada proses bioremediasi dan
fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu karena
menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. (Bogorkab, 2019)
9
Metode Pembuangan Limbah B3
11
termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda
in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan
Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. (Bogorkab, 2019)
Gambar solidikasi/stabilisasi
Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka
logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk
hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur (Ca(OH)2) atau natrium
hidroksida (NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan.
Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut
mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak
mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan
yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid
tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. (Bogorkab, 2019)
12
digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida,
alumunium klorida, dan garam-garam besi. (Bogorkab, 2019)
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA
(Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi.
Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi
akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau
gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan
fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari
permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. (Bogorkab, 2019)
Kelebihan dari proses pengelolaan secara kimia antara lain dapat menangani
hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau
toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengelolaan secara kimia
juga dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur
sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi
mahal. (Bogorkab, 2019)
c. Precipitation
13
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya
ke bahan padat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) perlu untuk dikelola dengan baik. Limbah B3 berbahaya karena
mempunyai karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
bersifat beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif. Oleh karena itu,
menyimpan, menimbun ataupun menggunakan daur ulang dari limbah B3
haruslah dikelola dengan baik serta dengan volume yang tepat.
B. Saran
Diharapkan melalui makalah pengelolaan limbah B3 ini, pembaca dapat
mengetahui proses-proses dalam pengolahan limbah B3 secara biologi dan kimia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Bogorkab. 2019. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Diakses dari
https://bogorkab.go.id/post/detail/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-
beracun-b3
Manefo. 2018. Bab II Tinjauan Pustaka. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia diakses
dari https://dspace.uii.ac.id › bitstream › handle
PSLB3. 2019. Statiska. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Bahan Beracun Berbahaya Diakses dari
https://pslb3.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1605673004_Statistik
%20PSLB3%202019.pdf
Universal Eco. 2023. Proses Pengolahan Limbah B3 Melalui Pengolahan Fisik / Kimia.
https://www.universaleco.id/blog/detail/proses-pengolahan-limbah-b3-
berdasarkan-karakteristiknya/63
16
1