Anda di halaman 1dari 81

MP9

PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERATURAN


TENTANG PANGAN

Ir. Tetty Helferry Sihombing, MP


DIREKTUR INSPEKSI DAN SERTIFIKASI PANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


2016
AGENDA
1. PENDAHULUAN

2. PERATURAN & PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PANGAN

3. APLIKASI DI DALAM KEGIATAN FOOD INSPECTOR

4. OVERVIEW: PERKUATAN PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN

5. PENUTUP
1 PENDAHULUAN
MENGAPA PERLU MEMAHAMI PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN ???
1. Menjamin kepastian hukum. PROTEKSI TERHADAP
2. Memberikan rasa keadilan. KEPENTINGAN DALAM NEGERI
3. Melindungi / mengayomi hak dan kewajiban. YANG MEMPERTIMBANGKAN :
4. Menciptakan ketertiban dan ketenteraman 1. Aspek Kesehatan dan
5. Pendalaman terhadap substansi Keamanan Pangan
2. Aspek Keberlanjutan
Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah, SH. Ekonomi dan UMKM
(Jurnal Legislasi Indonesia - Volume 1 - September 2004) 3. Aspek Pelindungan
Masyarakat/ketahanan sosial

APA FILOSOFI
YANG PERLU
mengambil keputusan/tindakan secara DIPAHAMI
Cepat, Tepat, Berimbang, dan SEORANG FOOD
INSPECTOR DALAM
Bijaksana serta Memenuhi Azas MENGAMBIL
Keadilan KEPUTUSAN ?
4
PROTEKSI TERHADAP
KEPENTINGAN DALAM
NEGERI

ASEAN HARMONIZED STANDARDS AND REQUIREMENTS


ASEAN Technical Requirement : ASEAN Food Safety Standards :

1. ASEAN Common Food Control 1. ASEAN Harmonized Maximum


Requirement Limits for Food Additives
2. ASEAN Common Principles and 2. ASEAN Harmonized Maximum
Requirements for Food Labeling Residue Limits for Contaminants
3. ASEAN Principles and Guidelines for
National Food Control Systems (CAC/GL
82 MOD)
4. ASEAN General Principles of Food
Hygiene (CAC/RCP 1 - 1969, Rev.4 MOD)
5. ASEAN Principles for Food Import and
1. Non-Tariff
Export Inspection and Certification Barrier Trade
(CAC/GL 20 MOD) (TBT) issue
6. ASEAN Guidelines for Food Import 2. SPS issue
Control Systems (CAC/GL 47 MOD)
ASEAN Single Market
TANTANGAN PENGAWASAN
OBAT DAN MAKANAN
Globalisasi, MEA, persaingan dagang, dan perlindungan kesehatan masyarakat

Gerakan Nasional Produk Impor


Hidup Sehat meningkat
Tuntutan Jumlah dan variasi Obat
pengamanan pasar dan Makanan yang
dalam negeri beredar meningkat
seiring dengan
perkembangan Iptek

Ekspektasi
masyarakat terhadap Perubahan
perlindungan
kesehatan meningkat FOKUS Paradigma
PENGAWASAN
OBAT DAN Pengawasan
MAKANAN Daya Saing Produk Obat dan
Teknologi, Deteksi dan Obat dan Makanan
Manajemen Risiko Semakin Indonesia, terutama Makanan
Canggih yang diproduksi
vs UMKM belum
optimal
Kesiapan Infrastruktur dan
SDM Bidang Pengawasan
Obat dan Makanan
Peredaran Obat
dan Makanan
Pengawasan Emerging dan ilegal meningkat
Obat dan Reemerging Diseases
Makanan untuk Meningkat serta
JKN Perubahan Masalah
Kesehatan
6
Transformasi Paradigma Pengawasan Pangan

Watchdog Proactive
PENGAWASAN MANDIRI
(Self Regulatory Control)

Pengawasan
Pre Market
Inspeksi

Pemahaman peraturan perundang- Upaya pencegahan oleh


undangan untuk mendukung pro pelaku usaha dan diverifikasi
active control oleh regulator
7
2 2. PERATURAN & PERUNDANG-UNDANGAN
TENTANG PANGAN
PERATURAN & PERUNDANG-
UNDANGAN DI BIDANG
PANGAN

1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
3. Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
4. Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan (Dalam proses revisi)
5. Peraturan Pemerintah No. 28 th 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan (Dalam proses revisi)
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Makanan
7. Peraturan/Keputusan Menteri
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
9. SNI
1.
UNDANG-UNDANG
NOMOR 36, TAHUN
2009 TENTANG
KESEHATAN
YANG TERKAIT TENTANG
KEAMANAN PANGAN ??

BAB VI. PENGAMANAN MAKANAN DAN MINUMAN


• Pasal 109:
Setiap orang atau badan hukum yang memproduksi dan mengolah
serta mendistribusikan makanan dan minuman hasil teknologi
rekayasa genetik yg diedarkan harus menjamin agar aman bagi
manusia, hewan yang dimakan oleh manusia dan lingkungan
• Pasal 110:
Setiap orang atau badan hukum yang memproduksi dan
mempromosikan makanan dan minuman hasil olahan teknologi
dilarang menggunakan kata-kata yang mengecoh dan atau disertai
dengan klaim yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya
LANJUTAN UU Kesehatan

• Pasal 111
(1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat
harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan
kesehatan.
(2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi
tanda atau label yang berisi:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d.Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukan makanan dan minuman kedalam wilayah
Indonesia; dan e. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
12
LANJUTAN UU Kesehatan
Pasal 111
(4) Pemberian tanda atau label sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara benar dan akurat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian label
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
(6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar,
persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diedarkan,
ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
Pasal 112
Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur dan
mengawasi produksi, pengolahan, pendistribusian makanan, dan
minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109, 110, dan 111.
Monitor
Assurance

Educated and Good Practices by


Food Legislation Knowledgeable Primary Producers
and Enforcement
Public and Distributors
Discriminating and Quality Assurance
Advice for Selective and Control of
Industry/Trade
Consumers Processed Food
Safe Food Practices Appropriate
Consumer in the Home Processes and
Education Technology
Information
Gathering and Community Trained Managers
Research Participation and Food Handler
Informative
Provision of Active Consumer Labelling and
Health-Related Groups
Services Consumer
Education

GOVERNMENT CONSUMER INDUSTRY/TRADE


WHO Leadership for International Concensus on Food Safety Issues,
Policies, and Actions, 2003
2.
UNDANG-UNDANG
NO.18 TAHUN 2012
TENTANG PANGAN
LINGKUP PENGATURAN
KEBIJAKAN UU NO.18 Tahun 2012 Tentang Pangan

1. Perencanaan pangan
2. Ketersediaan pangan
PP No. 17 tahun 2015
3. Keterjangkauan pangan
4. Konsumsi pangan dan gizi
5. Keamanan pangan
6. Label dan iklan pangan
7. Pengawasan
8. Sistem informasi pangan
9. Penelitian dan pengembangan PP No. 17 tahun 2015
10. Kelembagaan pangan
11. Peran serta masyarakat
12. Penyidikan
16
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

BAB VII KEAMANAN PANGAN


Keamanan Pangan  mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.

Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui:


a. Sanitasi Pangan;
b. pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
c. pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
d. pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
e. penetapan standar Kemasan Pangan;
f. pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
g. jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN
LANJUTAN

• Pasal 82 ayat (2) : Penggunaan kemasan pangan yang aman


• Pasal 83 ayat (1) : Migrasi Kemasan Pangan
• Pasal 84 ayat (1) : pelarangan repacking produk pangan retail
• Pasal 85 ayat (1 dan 2) : Sanksi administratif terhadap pelanggaran Pasal 82 ayat (2),
Pasal 83 ayat (1) dan Pasal 84 ayat (1)
• Pasal 86 ayat (2) : Kewajiban produsen memenuhi standard Keamanan dan mutu
pangan
• Pasal 89 : Pelarangan memperdagangkan pangan yang tidak sesuai dengan keamanan
dan mutu pangan
• Pasal 90 ayat (1) : Pelarangan mengedarkan pangan tercamar
• Pasal 91 ayat (1) : Pangan olahan wajib memiliki izin edar
• Pasal 92 ayat (1) : Pengawasan secara berkala terhadap kadar atau kandungan
cemaran pada pangan
• Pasal 93 : Importir bertanggungjawab terhadap keamanan dan mutu pangan
• Pasal 94 ayat (1) dan (2) : Sanksi administratif terhadap pelanggaran Pasal 86 ayat (2),
Pasal 89, Pasal 90 ayat (1) dan Pasal 93
• Pasal 95 ayat (1) : Pengawasan Pemerintah terhadap penerapan sistem jaminan
produk halal, …… DSB
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

SANITASI
Pasal 71 ayat (1) dan (2) :Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan
wajib:
a. memenuhi Persyaratan Sanitasi; dan
b. menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.

Pasal 72 : Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 71 ayat (1) dan (2) dikenai sanksi administratif berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau
peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. ganti rugi; dan/atau
e. pencabutan izin.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

Bahan Tambahan Pangan & Rekayasa Genetik

Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang


menggunakan:
a. BTP yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; dan/atau
b. bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan.

Produksi Pangan yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan  harus


mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan.

Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dikenai sanksi


administratif berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. ganti rugi; dan/atau
e. pencabutan izin.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

IRADIASI PANGAN
Iradiasi Pangan  menggunakan zat radioaktif maupun akselerator.

Iradiasi Pangan dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan


untuk membebaskan Pangan dari jasad renik patogen, serta mencegah pertumbuhan
tunas.

Iradiasi  berdasarkan izin Pemerintah setelah memenuhi:


a. persyaratan kesehatan;
b. prinsip pengolahan;
c. dosis;
d. teknik dan peralatan;
e. penanganan limbah dan penanggulangan bahaya zat radioaktif;
f. keselamatan kerja; dan
g. kelestarian lingkungan.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

STANDAR KEMASAN PANGAN


Kemasan Pangan  mencegah terjadinya pembusukan dan
kerusakan, melindungi produk dari kotoran, dan membebaskan
Pangan dari jasad renik patogen.

Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan dalam kemasan


- wajib menggunakan bahan Kemasan Pangan yang tidak
membahayakan kesehatan manusia.
- dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai Kemasan Pangan
yang dapat melepaskan cemaran yang membahayakan kesehatan
manusia.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN
JAMINAN KEAMANAN PANGAN DAN MUTU PANGAN
Setiap Orang yang memproduksi dan memperdagangkan Pangan --> wajib memenuhi
standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan  sistem jaminan Keamanan Pangan
dan Mutu Pangan  sertifikat Jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan.

Pemerintah dapat menetapkan persyaratan agar Pangan diuji di laboratorium


terakreditasi sebelum diedarkan.

Setiap Orang dilarang mengedarkan Pangan tercemar.


• Beracun, berbahaya  merugikan / membahayakan kesehatan manusia
• Pemerintah : menetapkan, mengatur penggunaan, proses, bahan produksi
pangan
Pelaku Usaha Pangan wajib memiliki izin edar.

Pemerintah  pengawasan dan pencegahan secara berkala terhadap kadar atau


kandungan cemaran pada Pangan.

Impor Pangan wajib memenuhi standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

JAMINAN PRODUK HALAL


Pemerintah dan Pemerintah Daerah  melakukan pengawasan
terhadap penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang
dipersyaratkan terhadap Pangan.

Bagaimana
Dengan UU
Jaminan Halal ??
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN
BAB VIII LABEL DAN IKLAN PANGAN

• Tujuan memberikan informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat tentang
setiap produk Pangan yang dikemas
• Pangan MD dan ML wajib mencantumkan label di dalam pada Kemasan Pangan
yang dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit
keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

BAB IX PENGAWASAN

Pemerintah Pengawasan

Ketersediaan/ Persyaratan Keamanan Pangan,


kecukupan pangan Mutu Pangan, dan Gizi Pangan
serta persyaratan label dan iklan
Pangan untuk Pangan Olahan dan
Pangan Segar
UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN
Pengawas berwenang:
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan Perdagangan Pangan
untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh Pangan dan segala
sesuatu yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau Perdagangan Pangan;
b. menghentikan, memeriksa, dan mencegah setiap sarana angkutan yang
diduga atau patut diduga yang digunakan dalam pengangkutan Pangan
serta mengambil dan memeriksa contoh Pangan;
c. membuka dan meneliti Kemasan Pangan;
d. memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga memuat
keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan/atau Perdagangan Pangan, termasuk menggandakan atau mengutip
keterangan tersebut; dan
e. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain
yang sejenis.
PENGAWASAN PANGAN

Keamanan
penggunaan BTP
Pasal 74 (1)
Pengawasan berkala Pencegahan Cemaran
proses produksi, Pangan -->
penyimpanan, Inspeksi/ Audit GMP
pengangkutan, dan/atau
Peredaran Pangan Pasal 92 ayat (1)
Pasal 108 ayat (4) Pengawasan
Pangan
(UU No. 18 / 2012
Keamanan Pangan, Mutu tentang Pangan)
Pangan, dan Gizi Pangan Jaminan Halal
Label dan Iklan Pangan Pasal 95 ayat (1)
Pasal 108 ayat (2) b dan (3)
b.

Iklan Pangan
Pasal 104
LINK MATRIKS
SANKSI DAN
PELANGGARAN
3.
UU No. 8/ 1999
TENTANG
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
UU No. 8 / 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

PASAL 3 BUTIR E :

Perlindungan konsumen bertujuan


menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yg jujur dan
bertanggung jawab dlm berusaha

LARANGAN, PASAL 8
(1) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yg tdk
memenuhi atau tidak sesuai standar yg dipersyaratkan dlm
ketentuan perundang-undangan;
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan pangan yg rusak,
cacat atau bekas dan tercemar, dgn atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar
UU No. 8 / 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

PASAL 9 AYAT 1, BUTIR J

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan


suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah
menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,
tidak mengandung resiko atau efek samping tanpa keterangan yang
lengkap.

PASAL 10 , BUTIR B
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang menawrkan, mempromosikan,
mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau
menyesatkan mengenai kegunaan suatu barang dan/atau jasa.
4.
PP No. 69/ 1999
TENTANG
LABEL DAN IKLAN
PANGAN

DALAM PROSES REVISI


KRITERIA LABEL PANGAN MACAM-MACAM JENIS LABEL

• Berisikan keterangan
mengenai pangan
• Harus benar dan
tidak menyesatkan
• Wajib ada pada
setiap pangan
• Tidak mudah lepas,
Definisi Pasal 1 butir 3 PP 69/99 :
luntur atau rusak Keterangan mengenai pangan yang
• Terletak pada bagian berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, yang disertakan pada
pangan yang mudah pangan, dimasukkan kedalam,
dilihat dan dibaca ditempelkan pada, dicetak pada
atau merupakan bagian kemasan
pangan.
Keterangan yang harus
dicantumkan pada label
pangan :

 Nama produk
 Daftar bahan
 Berat bersih atau isi
bersih
 Nama dan alamat pabrik
yang memproduksi atau
perusahaan yang
memasukkan pangan ke
wilayah Indonesia
 Nomor pendaftaran
 Tanggal kedaluwarsa
 Tanggal dan atau kode
produksi
GMO
Labelling
PP NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

IKLAN PANGAN

Pasal 44 ayat (1) :

(1)Setiap iklan tentang pangan yang


diperdagangkan wajib memuat keterangan
mengenai pangan secara benar dan tidak
menyesatkan baik dalam bentuk gambar dan
atau suara, pernyataan, dan atau bentuk
apapun lainnya.

(2)Setiap iklan tentang pangan tidak boleh


bertentangan dengan norma-norma kesusilaan
dan ketertiban umum.
PP NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
Pasal 47 :
(1) Iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan
atau disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara
mendiskreditkan produk pangan lainnya.

(2) Iklan dilarang semata-mata menampilkan anak-anak berusia 5 (lima)


tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila pangan tersebut
diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia di bawah 5 (lima) tahun.

(3) Iklan tentang pangan olahan tertentu yang mengandung bahan-


bahan yang berkadar tinggi yang dapat membahayakan dan atau
menggangu pertumbuhan dan atau perkembangan anak-anak
dilarang dimuat dalam media apapun yang secara khusus ditujukan
untuk anak-anak.

(4) Iklan tentang pangan yang diperuntukkan bagi bayi yang berusia
sampai dengan 1 (satu) tahun, dilarang dimuat dalam media massa,
kecuali dalam media cetak khusus tentang kesehatan, setelah
mendapat persetujuan Menteri Kesehatan, dan dalam iklan yang
bersangkutan wajib memuat keterangan bahwa pangan yang
bersangkutan bukan pengganti ASI.
PP NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Pasal 48 :
Pernyataan dalam bentuk apapun tentang manfaat pangan bagi
kesehatan yang dicantumkan pada iklan dalam media massa,
harus disertai dengan keterangan yang mendukung pernyataab
itu pada iklan yang bersangkutan secara jelas sehingga mudah
dipahami masyarakat.

Pasal 50 :
Iklan dilarang memuat keterangan atau pernyataan bahw pangan
tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera
memberikan kekuatan.

Pasal 53 :
Iklan dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan
yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.
PP NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
Pasal 54 :
Iklan tentang pangan yang dibuat tanpa menggunakan
atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah
dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa
pangan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan
alamiah.

Pasal 55 :
Iklan tentang pangan yang dibuat dari bahan setengah
jadi atau bahan jadi, dilarang memuat pernyataan atau
keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan
segar.

Pasal 58 ayat (1) :


Setiap orang dilarang mengiklankan minuman beralhokol
dalam media massa apapun.
Minuman beralhokol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah minuman berkadar etanol (C2H5OH) lebih dari atau
sama dengan 1 % (satu per seratus)
5.
PP No. 28/ 2004
TENTANG
KEAMANAN
MUTU DAN GIZI
PANGAN

DALAM PROSES REVISI


PENGELOMPOKAN PANGAN
Pangan Segar Pangan Siap Saji Pangan Olahan
PP NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN MUTU DAN GIZI PANGAN

BAB II KEAMANAN PANGAN


PASAL 23

• Bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat merugikan atau


membahayakan kesehatan atau jiwa manusia
• Cemaran yang melampaui ambang batas maksimal yang
ditetapkan
• Bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan
• Bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan
nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai
sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia
• Pangan yang sudah kadaluwarsa
Pembagian tugas dan kewenangan dalam penyusunan NSPK,
pengawasan, dan pembinaan (PP 28/2004)

Kementerian Pertanian, Kementerian Kementerian Perindustrian, KKP, BPOM,


Kelautan& Perikanan (KKP) (ps 4-5, 24, 51) Pemda Kab/Kota (ps 6, 14-19, 24, 42, 51)

PANGAN SEGAR
Produksi PANGAN
Budidaya Pengolahan
pasca panen DIKONSUMSI BAHAN BAKU OLAHAN
LANGSUNG PENGOLAHAN

BPOM (ps 8)

PANGAN Ritel
SEGAR, Distribusi
PANGAN
KONSUMEN OLAHAN, Kemenprind, KKP,
PANGAN SIAP Produksi Kementan (ps 7)
SAJI pangan
Kementerian
Pembinaan PEMDA dan siap saji
Kesehatan (ps. 9),
masyarakat oleh BPOM BPOM, Kemenprind, KKP, Pem kab/kota (ps 51)
(ps 51) Kementan, Pemda (ps 45-47)
Untuk membantu terjaminnya keamanan pangan di
seluruh mata rantai pangan, pemerintah menetapkan
Pedoman Cara yang Baik (Good Practices)

Departemen Perindustrian
Departemen Pertanian Departemen Kelautan dan Perikanan
Departemen Kelautan dan Perikanan Badan POM

CARA
CARA PRODUKSI PANGAN SEGAR CARA PRODUKSI
PANGAN SEGAR PANGAN OLAHAN PANGAN
BUDIDAYA OLAHAN
YANG BAIK DIKONSUMSI BAHAN BAKU YANG BAIK
YANG BAIK LANGSUNG PENGOLAHAN

Badan POM
PANGAN SEGAR,
PANGAN OLAHAN CARA RITEL
DAN PANGAN YANG
PANGAN SIAP SAJI BAIK
KONSUMEN CARA DISTRIBUSI
PANGAN YANG BAIK

CARA PRODUKSI
PANGAN SIAP
PANGAN SIAP SAJI SAJI YANG BAIK Badan POM

Departemen Kesehatan
PP NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN MUTU DAN GIZI PANGAN

Masyarakat

UPK
(UNIT PELAYANAN KESEHATAN)

Dinas Kesehatan Kab/Kota


- Pengananan korban
Investigasi Kejadian
Pengamanan/pengambilan sampel tembusan

Dinas Kesehatan Provinsi BB/BPOM

Ditjen PP-PL Depkes Dit SPKP - BPOM


PP NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN MUTU DAN GIZI PANGAN

PANGAN TERCEMAR (Lanjutan)


Pasal 26:
• Pemeriksaan dan penanggulangan KLB oleh Dinkes
Propinsi bila KLB lintas kab/kota
• Pemeriksaan dan penanggulangan KLB oleh Depkes dan
atau Badan POM bila KLB lintas propinsi

Pasal 27:
• KLB tindak pidana, penyidikan oleh PPNS Badan dan atau
penyidik lainnya

Pasal 28:
• Depkes: ketentuan tindakan pertolongan kepada korban,
pengambilan contoh spesimen, pengujian spesimen dan
pelaporan KLB
• Badan POM: tata cara pengambilan contoh, pengujian
laboratorium dan pelaporan penyebab KLB
PP NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN MUTU DAN GIZI PANGAN

PASAL 48

Dilaksanakan atas perintah


PANGAN SEGAR Gubernur, Bupati / Walikota

Berdasarkan atas perintah


PANGAN OLAHAN Kepala Badan POM

Pemasukan pangan Melalui Importasi


diatur melalui mekanisme SKI,
pelanggaran akan dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan
pemasukan dan/atau peredaran;
c. pemusnahan atau re-ekspor;
d. pembekuan izin edar; dan/atau
e. pencabutan izin edar;
PP 28/2004 Pasal 48

Saat Ini BPOM


sedang menyusun
Pedoman Traceability
dan Recall Produk
Pangan
6.
PERATURAN MENTERI
KESEHATAN RI
NO. 033 TAHUN 2012
TENTANG BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN
PENTING DIPERIKSA SAAT
MELAKUKAN INSPEKSI

27 Golongan BTP :
1. Antibuih 16. Pengemulsi TINDAK LANJUT
17. Pengental PELANGGARAN :
2. Antikempal
3. Antioksdan 18. Pengeras
1. peringatan secara
4. Bahan pengkarbonasi 19. Penguat rasa tertulis;
5. Garam pengemulsi 20. Peningkat volume 2. larangan mengedarkan
6. Gas untuk kemasan 21. Penstabil untuk sementara waktu
dan/atau perintah untuk
7. Humektan 22. Peretensi warna
penarikan kembali dari
8. Pelapis 23. Perisa peredaran
9. Pemanis 24. Perlakuan tepung 3. perintah pemusnahan,
10. Pembawa 25. Pewarna jika terbukti tidak
26. Propelan memenuhi persyaratan
11. Pembentuk gel
keamanan atau mutu;
12. Pembuih 27. Sekuestran
dan/atau
13. Pengatur keasaman 4. pencabutan izin edar.
14. Pengawet
15. Pengembang
7.
Peraturan Kepala
Badan POM RI
CEK di :
http://jdih.pom.go.id
CONTOH
1. PER KBPOM NO.HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 Tentang Penetapan Batas
Maksimum cemaran Mikroba dalam Makanan
2. PER KBPOM NO.HK.03.1.23.07.11.6664 TAHUN 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan
3. PER KBPOM NO.HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan sarana Produksi Industri Rumah Tangga
4. PerKBPOM No. 36 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Pengawet
5. PerKBPOM No. 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Pewarna
6. PerKBPOM No. 1 Tahun 2015 Tentang Kategori Pangan
7. PerKBPOM No. 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman Cara Ritel Pangan Yang Baik
di Pasar Tradisional
8. PerKBPOM No.14 tahun 2015 Tentang Penerapan Program Manajemen Risiko
Keamanan Pangan di Industri Formula Bayi, Formula Lanjutan dan Formula
Pertumbuhan
9. PerKBPOM No. 9 Tahun 2015 Tentang Pengawasan Takaran Saji Pangan
Olahan
10. PerKBPOM No. 12 Tahun 2015 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan
Makanan Ke Dalam Wilayah Indonesia
1. PerKBPOM No. 3 Tahun 2016 Tentang Pedoman pelaksanaan
tindakan pengamanan setempat dalam pengawasan Peredaran
Obat dan Makanan di sarana Produksi, Penyaluran dan pelayanan
Obat dan Makanan
2. PerKBPOM No. 8 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Bahan
Tambahan Pangan campuran
3. PerKBPOM No. 9 Tahun 2016 Tentang Acuan Label Gizi
4. PerKBPOM No. 10 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Bahan
Penolong Golongan Enzim dan Golongan Penyerap Enzim Dalam
Pengolahan Pangan
5. PerKBPOM No. 12 Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Pangan
Olahan
6. PerKBPOM No. 13 Tahun 2016 Tentang Pengawasan Klaim Pada
Label dan Iklan Pangan Olahan 54
Perka Badan POM RI No.
3 tahun 2016 tentang
Pengamanan Setempat
Perka Badan POM RI No. 12
tahun 2016 tentang
Pendaftaran Pangan Olahan

56
Lanjutan
Perka Badan POM RI No. 12 tahun 2016

57
SEKILAS
PRODUK YANG PEREDARANNYA
DIATUR BERSAMA LINTAS SEKTOR

1. MINUMAN BERALKOHOL
PENGAWASAN
Berdasarkan Perpres Nomor 74 Tahun 2013 :
4) Bupati/Walikota dan
Menteri Perindustrian Menteri Perdagangan Badan POM
Gubernur untuk Daerah
menetapkan: menetapkan: menetapkan:
Khusus Ibukota Jakarta
• Izin usaha industri • Perizinan impor • Izin edar • melakukan
minuman beralkohol • Izin memperdagangkan • Standar keamanan dan pengendalian dan
• Standar mutu produksi Minuman Beralkohol mutu pangan pengawasan terhadap
produksi, peredaran
dan penjualan
Minuman Beralkohol
Tradisional untuk
kebutuhan adat istiadat
atau upacara
keagamaan di wilayah
kerja masing-masing.

Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Dalam
Negeri
• Persyaratan hotel, bar,
dan restoran yang
menyediakan minuman
Pemerintah • Pengaturan,
Pembinaan, dan
beralkohol
Daerah Pengawasan Pemda
terkait minuman
alkohol tradisional
FLOWCHART PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PRODUKSI DALAM NEGERI PRODUKSI LUAR TRADISIONA


NEGERI NEGERI L
Izin industri : Izin edar
Kemenperin berdasarkan
Standar mutu Izin edar Izin Produksi,
Kam & Mutu : Kemdag : berdasarkan Peredaran,
BPOM perizinan impor Standar mutu
Penjualan :
Kam & Mutu :
BPOM Bupati/Walikota
dan Gubernur

kebutuhan adat
istiadat atau upacara
keagamaan, produksi
izin memperdagangkan Minuman 25 L sehari dan hanya
diedarkan di wilayah
Beralkohol : Kemendag
kabupaten/kota
setempat,
Permenperin 71/M-
IND/7/2012

PRODUK BEREDAR DI MASYARAKAT

Golongan D :
Gol A Gol B Gol C Tradisional dan
Bebas dijual tetapi tidak Keperluan
berdekatan dengan tempat hotel, bar, restoran, toko bebas bea
peribadatan, lembaga
pendidikan dan rumah sakit
Farmasi

Sedang Dibahas di DPR RI RUU Larangan Minol


SEKILAS
PRODUK YANG PEREDARANNYA
DIATUR BERSAMA LINTAS SEKTOR

2. Produk SNI WAJIB DAN FORTIFIKASI

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI


KETENTUAN PANGAN FORTIFIKASI
PP 28 th 2004 psl
35
Upaya perbaikan gizi melalui UU 18/2012
pengayaan dan/atau fortifikasi gizi
pangan tertentu

Menkes menetapkan jenis &


jumlah zat gizi & jenis pangan

Menperind menetapkan pangan


yang wajib fortifikasi

Produsen wajib memenuhi


ketentuan fortifikasi & produk
wajib terdaftar di BPOM
SIAPA YANG HARUS TERLIBAT DALAM
PROGRAM FORTIFIKASI

PEMERIN Fasilitator
TAH:
Regulator
QC dan Pembinaan
Social Marketing

Program
Fortifikasi

KONSU
INDUSTRI
MEN

Partisipasi konsumsi Proses Produksi & Distribusi


Pengawasan QA sesuai standard SNI
PENGAWASAN TERHADAP SNI WAJIB
PADA PRODUK PANGAN
Air Minum Dalam Kemasan
(SNI 01-3553-2006)

Garam beryodium
(SNI 3556:2010)

Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan


(SNI 3751:2009)
SNI wajib
Cocoa Bubuk
sudah (SNI 3747:2009)

diterapkan Gula Rafinasi


(SNI 3140.2:2011)
pada produk Kopi Instan
pangan : (SNI 2983:2014)

Minyak Goreng Sawit


(SNI 7709:2012)  Pending akhir 2018 ???

Gula Kristal Putih


(SNI 3140:3-2010)

SNI Biskuit (SNI 01-2973-2011) 27 Juli 2016


Permenperind No.60 Tahun 2015
3 Aplikasi Peraturan dan Perundang-
undangan Dalam Kegiatan Inspeksi???
DISKUSI 1

Perhatikan Headline
Berita Ini:

1. Apa masalah yang


dihadapi ?
2. Siapa yang
bertanggung jawab ?
3. Aturan mana yang
dilanggar ?
4. Apa yang harus
dilakukan Terhadap
produk yang beredar
di pasar?
DISKUSI 2
Perhatikan Headline
Berita Ini:

1. Apa masalah yang


dihadapi ?
2. Siapa yang
bertanggung jawab ?
3. Aturan mana yang
dilanggar ?
4. Bagaimana Koordinasi
Food Inspector
dengan lintas sektor,
jika yang terlibat
adalah pangan
olahan?
DISKUSI 3
Perhatikan Headline
Berita Ini:

1. Apa masalah yang


dihadapi ?
2. Bagaimana regulasi
tentang pangan
rekayasa genetik?
3. Bagaimana langkah
Food Inspector jika
menemukan pangan
olahan rekayasa
genetik?
Tugas dan Kewenangan Food Inspector ??
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan Perdagangan Pangan
untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh Pangan dan segala
sesuatu yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau Perdagangan Pangan;
b. menghentikan, memeriksa, dan mencegah setiap sarana angkutan yang
diduga atau patut diduga yang digunakan dalam pengangkutan Pangan
serta mengambil dan memeriksa contoh Pangan;
c. membuka dan meneliti Kemasan Pangan;
d. memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga memuat
keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan/atau Perdagangan Pangan, termasuk menggandakan atau mengutip
keterangan tersebut; dan
e. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain
yang sejenis.
UU 18/2012 Tentang Pangan
MODERN FOOD INSPECTION

Peningkatan Penggunaan Tools


Pengetahuan Kit Inspeksi yang
Food Inspector disesuaikan
dan Capacity perkembahan ilmu
Building pengetahuan

• Penegakan Hukum Tepat Sasaran


• Fokus Pada Faktor Risiko Keamanan Pangan

- Kualitas Hasil Pemeriksaan


- Rekomendasi perbaikan yang akurat
- Melibatkan peran aktif industri
70
dalam pelaksanaan pengawasan
4 Overview : Perkuatan Pengawasan
Keamanan Pangan
73
Hasil Identifikasi Amanat UU No. 18 Tahun
2012 Tentang PANGAN

Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)


a. RPP tentang Keamanan dan Mutu Pangan
revisi PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan

b. RPP tentang Label dan Iklan Pangan


revisi PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan

74
STRUKTUR RPP KEAMANAN PANGAN
Tahun 2015 Tahun 2016
(9 Bab, 53 Pasal) (10 Bab, 60 Pasal)
Legal drafting
I. KETENTUAN UMUM dengan BPHN, I. KETENTUAN UMUM
II. PERSYARATAN jan – April 2016 II. JAMINAN KEAMANAN PANGAN
KEAMANAN PANGAN DAN MUTU PANGAN
III. EKSPOR DAN IMPOR III. PERSYARATAN KEAMANAN
PANGAN PANGAN DALAM IMPOR
IV. PENGAWASAN PANGAN
V. PEMBINAAN IV. PENGAWASAN
Lebih
VI. PERAN SERTA menyesuaikan V. PELAKSANAAN SANKSI
MASYARAKAT dengan VI. KEJADIAN LUAR BIASA DAN
amanah UU
VII. SANKSI Pangan dan KESIAPAN KEDARURATAN
VIII.KETENTUAN PERALIHAN kondisi real VII. PEMBINAAN
pengawasan
IX. KETENTUAN PENUTUP keamanan VIII.PERAN SERTA MASYARAKAT
pangan saat IX. KETENTUAN PERALIHAN
ini.
X. KETENTUAN PENUTUP
Beberapa Perubahan
RPP Keamanan Pangan a.l. :
• Sanitasi
Daftar Pedoman Cara yang baik yang harus disusun oleh K/L
dipindahkan ke Bagian Penjelasan. Hal ini untuk membuka peluang
kemungkinan adanya Pedoman lainnya.

• Ekspor
Ketentuan Ekspor dihilangkan, karena tidak ada amanah dari UU
Pangan. Ketentuan Ekspor diatur dalam peraturan perundang-
undangan lain.

• Sanksi administrasi
Sesuai amanah UU Pangan, sanksi administratif diatur jenis, penetapan
besaran denda, dan mekanisme pengenaannya.
STRUKTUR RPP Label & Iklan Pangan

Konten Lebih
Update
Dengan Kondisi
Riil Saat ini
Pending Issue :
RPP Label dan Iklan Pangan
• Bagian utama label
• Pelabelan pangan alergen.
• Iklan makanan yang mengandung alkohol
• Pencantuman kedaluwarsa karena penerapan berbeda dari pernyataan di
UU Pangan
• Penjabaran Klaim tertentu sebagai Klaim yang berkaitan dengan gizi dan
manfaat kesehatan
• Batasan kemasan eceran, perlu dikaji berapa layaknya maksimum dan
minimum dari berat/isi produk ritel dan kapan kemasan eceran dapat
dibuka bungkusnya dan dijual eceran dan berapa ukuran minimal.
• Pelabelan pangan segar
• Pencantuman pengawasan yang bersifat koordinasi
• Pengawasan iklan halal yang tidak disebut di UU JPH
• Sanksi administratif
5 PENUTUP
KESIMPULAN
PENUTUP :

Pemahaman tentang peraturan dan perundang-undangan sangat penting


agar seorang inspektur pangan dapat mengambil keputusan dengan cepat
dan tepat saat sedang melakukan tugas dan fungsi pengawasan di lapangan.

Food Inspector akan dituntut untuk dapat meningkatan pembinaan dan


bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam
memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk pangan

Badan POM telah merespon perubahan dinamika lingkungan strategis dengan


mengeluarkan produk peraturan dan pedoman teknis yang implementatif
untuk pelindungan masyarakat

Pemahamaman/skill terhadap proses bisnis pengolahan produk pangan


didukung dengan peralatan inspeksi yang canggih dan regulasi yang memadai
akan mendorong upaya kemandirian pengawasan keamanan pangan oleh
Industri/Pelaku Usaha
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai