Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya mineral merupakan bagian dari sumber daya alam atau biasa

disebut juga bahan galian. Walaupun bahan galian sering disebut sumber daya bahan

galian, namun tidak semua mineral merupakan sumber daya. Karena bila merujuk

dari arti sumber daya yang adalah materi atau unsur yang memiliki potensi untuk

kehidupan manusia, maka mineral yang dianggap sumber daya adalah mineral yang

memiliki kemanfaatan bagi manusia.

Sejauh ini ada lebih dari 200 mineral yang telah teridetifikasikan, namun dari

jumlah yang ada, hanya 93 mineral yang dapat dikatakan sebagai sumber daya

mineral (Syamer dan Muzzafar, 2020). Sebagai salah satu sumber daya alam, sumber

daya mineral memiliki sifat yang terbarukan (un renewable). Untuk itu kita perlu

bijak dalam memanfaatkan sumber daya mineral yang tersedia.

Agar kita dapat bijak dalam pemanfaatan sumber daya mineral, maka kita

perlu mengetahui genesa serta manfaat dari suatu sumber daya mineral. Alassan

inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk menulis makalah ini. Artinya hal

yang mejadi latar belakang penulisan makalah ini adalah karena belum banyak

tersedianya informasi tentang genesa serta manfaat dari sumber daya mineral pirit.

1
1.2 Tujuan

Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas

pada mata kuliah genesa bahan galian, namun lebig dari itu tujuan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui genesa terbentuknya bahan galian atau mineral pirit.

2. Untuk mengetahui kemanfaatan atau nilai ekonomis dari bahan galian atau

mineral pirit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Genesa Bahan Galian Pirit

Menurut Simanulang (2018), secara umum genesa bahan galian dapat

diartikan sebagai aspek-aspek yang mencakup keterdapatan, proses

pembentukan,komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-

faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Untuk itu pada

pembahasan ini akan membahas tentang genesa bahan galian dari mineral pirit.

Mineral pirit, atau pirit besi, juga dikenal sebagai badar emas atau emas semu.

Mineral pirit dikenal sebagai badar emas atau emas semu karena selain merupakan

mineral pengantar mineral emas, juga karena kilap logam mineral pirit yang berwarna

kuning-kuningan pucat sepintas memberikan kemiripan dengan emas. Warna kuning

pucat yang identik pada mineral pirit, merupakan hasil dari perpaduan dari mineral

besi dan disulfida. Perpaduan antara mineral besi dan disulfida terjadi karena magma

yang intrupsi kemudian mengisi rongga atau celah-celah batuan yang berada dekat

dengan kerak bumi. Namun dalam pembentukan mineral pirit dapat dikatakan bahwa

pada awalnya mangma yang intrupsi dan mengisi rongga atau celah-celah batuan

adalah magma yang telah membeku dengan umur skala waktu geologi oligosen

sehingga membentik mineral besi. Kemudian mineral besi yang sudan terbentuk itu,

disusupi oleh intrupsi magma berikutnya yang berumur miosen dalam skala waktu

3
geologi, yang mebentuk mineral disulfida. Pembekuan magma dalam skala waktu

geologi yang berbeda inilah yang membentuk perpaduan antara mineral besi dan

disulfida sehingga terbentuk mineral logam yang kita kenal sebagai mineral pirit

dengan rumus kimia FeS2 (besi(II) disulfida).

Berdasarkan pembahasan di atas, maka bila digolongkan berdasarkan genesa

terbentuknya, mineral pirit dapat digolongkan sebagai mineral endapan hidrotermal.

Karena mineral endapan hidroterlmal merupakan mineral logam yang terbentuk

karena adanya resapan dari magma cair yang membeku di celah-celah struktur lapisan

bumi atau pada celah-celah batuan di kerak bumi (Sudarsono dan Setiawan, 2014).

2.2. Kemanfaatan Mineral Pirit

Nama pirit berasal dari bahasa yunani, yaitu pyritēs, yang berarti "pada api"

atau "dalam api". Nama ini diberikan karena pada zaman Romawi Kuno, mineral pirit

sering digunakan sebagai pemicu api. Karena apa bila dua mineral pirit digesekan

akan menimbulkn percikan api (seperti korek).

Kemudian pada awal tahun 1900-an ketika pembuatan senjata api, mineral

pirit mulai digunaka untuk melapisi peluru. Mineral pirit mulai digunakan untuk

melapisi peluru karena mineral pirit mengandung disulfida yang dapat memercikan

api. Percikan api dari gesekan mineral pirit itulah yang membakar bubuk misiu dalam

peluru sehingga peluru dapat terlontar.

Seiring berjalannya waktu, maka terus dilakukan penelitian-penelitian terkait

kemanfaatan mineral pirit. Salah satu hasil penelitian menujukan bahwa mineral pirit

4
yang mengandung besi merupakan mineral yang mudah mengantarkan panas dan

listrik atau bersifat semi konduktor. Karena sifat pirit yang semi konduktor sehingga

dewasa ini pirit sering digunakan sebagai kawat kabel penghantar listrik, juga

digunakan pada komponen peralatan elektronik lainnya.

Berdasarkan manfaat mineral pirit yang telah dibahas, maka pada

penggolongan bahan galian menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967,

Tentang Ketentuan Pokok. Mineral pirit digolongkan sebagai bahan galian galian

vital, atau bahan golongan B. Bahan galian vital atau golongan B adalah bahan galian

yang dapat digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Bahan galian ini

sifatya penting untuk kepentingan umum. Bahan galian vital diperlukan oleh orang

banyak (Haris, 2014).

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui pembahasan yang ada, maka dapat dibuat kesimpulan dari makalah

ini, yaitu :

1. Mineral pirit merupakan mineral logam yang terbentuk karena adanya resapan dari

magma cair yang membeku di celah-celah struktur lapisan bumi atau pada celah-

celah batuan di kerak bumi, sehingga dapat dikategorikan sebagai bahan galian

endapan hidrotermal.

2. Mineral pirit merupakan bahan galian golongan B atau bahan galian vital karena

mineral pirit merupakan bahan galian yang yang dapat digunakan untuk memenuhi

hajat hidup orang banyak, dan sifatya penting untuk kepentingan umum.

3.2 Saran

Bersamaan dengan makalah ini penulis ingin menyarankan, agar adanya

inventarisasi mineral pirit, agar dapat dimanfaatkan secara lebih baik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris, 2014. “Sintesis Dan Karakterisasi Pyrite (Fes2) Dari Deposit Mineral
Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan”. Jurnal Jurusan
Fisika, FMIPA Universitas Negeri Makassar

Andre Simanulang, 2018. “Identivikasi Bahan Galian Di Indonesia”. Penerbit


Alfabeta Bandung-Indonesia

Arsyad Syamer dan Daffa Muzzafar, 2020. “Endapan Emas Placer”, Makalah
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang. Tersier.

Sudarsono dan Iwan Setiawan, 2014. “Model Genesa Mineralisasi Hidrotermal


Pegunungan Selatan Jawa, : Kasus Daerah Tasikmalaya Selatan, Jawa
Barat”. Proseding pada Riset Geoteknologi Dalam Mendukung Pembangunan
Berwawasan Lingkungan. . ISBN : 978-979-8636-15-8

Anda mungkin juga menyukai