File Nica Anemia 2
File Nica Anemia 2
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Karawang 2
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat dan
tuntunan Nya kami boleh menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang di
harapkan. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dewasa yang membahas materi tentang “ ANEMIA DAN
LEUKIMIA“ kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka
dari itu kritik dan saran dari dosen dan pembaca dapat membantu untuk
mengembangkan makalah ini. Kami juga mau berterima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini,semoga dengan makalah ini
dapat menambah wawasan kita mengenai ANEMIA DAN LEUKIMIA.
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anemia masih tergolong ke dalam kategori permasalahan dalam kesehatan
masyarakat global yang mempengaruhi cukup banyak orang di dunia. Anemia
menjadi risiko kekurangan gizi yang paling umum di dunia dan menempatkan
bayi serta anak kecil berada pada risiko tertinggi.' Anemia umumnya didefinisikan
menurut kadar atau tingkatan hemoglobinnya yang dapat bervariasi berdasarkan
faktor penting yang dapat mempengaruhi diantaranya usia, jenis kelamin, dan
etnis. Seseorang dapat dikategorikan mengalami anemia apabila memiliki kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari 13 gr/dL pada laki-laki, dan kurang dari 12
gr/dL pada wanita serta kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL.
2. Rumusan Masalah
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui definisi anemia
b. Untuk mengetahui etiologi anemia
3. Ruang Lingkup
6
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
1. Sistem Sirkulasi
2. Komponen
a. Sistem kardiovaskular adalah bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini
terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena) dan
darah yang melewatinya.
1) Jantung adalah pompa otot yang menggerakkan darah.
2) Pembuluh darah adalah serangkaian tabung tempat darah mengalir.
3) Darah merupakan suatu cairan yang mengalir dalam pembuluh
darah. Jarak seluruh sel tubuh dari sumber makanan ini tidak
pernah lebih dari satu milimeter.
b. Sistem limfatik juga merupakan bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini
terdiri dari pembuluh limfatik dan nodus limfa yang terletak di dalam
pembuluh limfatik besar
c. Organ pembentuk dan penyimpanan darah, seperti limfa, hati, sumsum
tulang, kelenjar timus, dan jaringan limfatik, juga berkaitan dengan
sistem sirkulasi.
7
3. Fungsi
a. Transpor
Makanan, gas, hormon, mineral, enzim dan zat penting lainnya dibawa
oleh darah ke setiap sel dalam tubuh. Zat zat sisa dibawa oleh darah ke
paru-paru, ginjal atau kulit untuk dikeluarkan dari tubuh.
b. Menjaga suhu tubuh.
Pembuluh darah menyempit untuk menahan panas tubuh dan melebar
untuk melepaskan panas ke permukaan kulit.
c. Perlindungan.
Sistem darah dan limfatik melindungi tubuh dari cedera dan benda
asing melalui sistem imun. Mekanisme pembekuan mencegah
kehilangan darah.
d. Pendaparan (buffering).
Protein darah menyediakan sistem buffer asam-basa untuk menjaga pH
optimal darah.
4. DARAH
Darah adalah medium transport tubuh
a. Karakteristik
1) Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen
pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma).
2) Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7, 4 (7.35-7, 45).
3) Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua
kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah
merah
4) Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran
rata- rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume Ini
bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan
jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi
sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
8
b. Komponen
1) Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur
pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air
dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik.
2) Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya
unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapilar
untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama:
albumin, globulin, dan fibrinogen.
a) Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 mm
60%, tetapi ukurannya paling terkecil. Albumin disintesis
daam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan ostomik
koloid darah.
b) Koloid adalah zat yang berdiameter 1 nm sampal 100 nm.
Sedangkan kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari
1 nm. Plasma mengandung koloid dan kristaloid.
c) Tekanan osmotik koloid (atau tekanan on kotik) ditentukan
berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini
merupakan suatu ukuran "daya tarik" plasma terhadap difust
air dari cairan ekstraselular yang melewati membran kapilar.
d) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma
(1) Alfa dan beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi
utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormon,
berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.
(2) Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada
lima jenis imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid
dan berfungsi dalam imunitas.
e) Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati
dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
3) Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral,
hormon, vitamin, dan zat-zat sisa.
9
b. Jumlah
Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang dibedakan berdasarkan
ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang
memiliki granula sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa granula disebut
agranulosit.
a. Struktur.
4. Monosit
a. Struktur.
Monosit adalah sel darah terbesar, diameternya rata-rata berukuran
12 um sampai 18 um. Nukleusnya besar, berbentuk seperti telur
atau seperti ginjal, yang dikeliling) sitoplasma berwarna biru
keabuan pucat.
b. Fungsi.
Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi
melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran
darah, maka sel ini menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).
G. Golongan Darah
Selain itu terdapat pula pembagian lebih lanjut dari Landsteiner, dan faktor
Rh atau faktor Rhesus dalam darah, yang penting untuk diketahui pada
bayi yang baru lahir kalau terjadi ketidak cocokan antara darah bayi
dengan darah ibunya. Dipandang dari donor darah:
Resipien
BAB II
ANEMIA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal
ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah
merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal.
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
18
2. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
e. Radiasi
f. Kehamilan yang mengalihkan zat besi maternal kepada janin untuk
eritropoicis
3. Klasifikasi
a. Anemia Defisiensi Besi
Cadangan zat besi yang tidak adekuat, yang menyebabkan
insufisiensi Hb (molekul utama dalam SDM), mengakibatkan sel
tampak tidak normal, berukuran lebih kecil dari normal
(mikrositik), dan pucat (hipokromik).
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
19
Pansitopenia
↓
Anemia aplastic
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
e. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik terjadi karena laju kerusakan eritrosit
meningkat (hemolisis adalah pecahnya sel darah merah). Penyakit
ini umumnya menyebabkan eritrosit mudah pecah oleh berbagai
sebab, dapat akut atau kronik. Anemia hemolotik akut umumnya
disebabkan oleh gigitan binatang, seperti ular atau sengatan lebah.
Anemia hemolitik dapat disebabkan kekurangan enzim untuk
membentuk eritrosit, seperti kekurangan enzim G-6PD, atau
adanya kelainan membran atau dinding eritrosit. Penyakit-penyakit
ini umumnya diturunkan dari orang tua. Anemia defisiensi jumlah
sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
1) Pengaruh obat-obatan tertentu
2) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
3) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
4) Proses autoimun
5) Reaksi transfusi
6) Malaria
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
g. Anemia Sideroblastik
Anemia ini mempunyai gambaran sel hipokrom dalam HDT dan
meningkatnya kadar besi di sumsum tulang, serta banyak
ditemukan sideroblas cincin (ring sideroblast) yang patologis di
sumsum tulang. Sel ini merupakan eritroblas abnormal yang
mengandung banyak granula besi. Penderita didiagnosis anemia
sideroblastik bila ditemukan 15% atau lebih sideroblas cincin
dalam sumsum tulang.
Penyebab anemia sideroblastik karena adanya defek dalam sintesis
heme, dan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: herediter dan
didapat (acquired). Herediter umumnya terjadi pada pria, dibawa
oleh wanita, dan jarang terjadi pada wanita. Pada gambaran darah
23
4. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah
yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
25
5. Farmakologi
Obat yang di gunakan untuk mengobati anemia
Eritropoietin Derivat Asam Folat
Darbopoetin alfa Asam folat
Epoetin alfa Leukovorin
Preparate zat besi Vitamin B12
Fero fumarat Sinokobalamin
Fero glukonat Hidrosokobalamin
Fero sulfat
Fero sulfat eksikatus
26
6. Terapi Diet
Anemia merupakan keadaan ketika terjadi penurunan jumlah eritrosit
atau kadar hemoglobin dalam darah.
27
b. Preskripsi Diet
a) Makan makanan yang kaya akan zat besi, folat dan
vitamin B12 seperti hati, kerang-kerangan, sereal yang
diperkaya zat besi, udang, ikan, ragi (misalnya tempe),
dan sereal utuh
b) Makan makanan sumber protein hewani dan nabati dalam
jumlah dan proporsi yang seimbang. Kebutuhan protein
bukan hanya diperlukan untuk membentuk komponen
globin dalam hemoglobin tetapi juga dibutuhkan bagi
pembentukan berbagai enzim dalam metabolisme sel,
perbaikan jaringan yang aus atau sakit dan pertumbuhan.
c) Makan sayuran hijau paling tidak sebanyak 3 porsi/hari
untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Lakukan pengkajian fisik
b. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
c. Observasi adanya manifestasi anemia
1) Manifestasi umum
2) Kelemahan otot
3) Mudah lelah
29
4) Kulit pucat
d. Manifestasi sistem saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lamba
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
e. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekuensi jatung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
b. Defisit nutrisi b.d inadekuat intake makanan.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
Hb)
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g. Pola napas tidak efektif b.d keletihan
h. Keletihan b.d anemia
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
30
ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya Rasa)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Analisa Data
- Pasien tampak
lemah Kelelahan
- HB 3.5g/dL
- Konjungtiva
anemis Intoleransi
- Pasien tampak aktivitas
tidak berenergi
dan lesu
- Kulit tampak
kuning seluruh
badan
34
INTERVENSI KEPERAWATAN
Usia : 19 tahun
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
2. Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan keperawatan Manajemen hipovolemia
selama 3x24 jam di Observasi
harapkan status - Periksa tanda dan gejala
cairan membaik hipovolemia (mis. frekuensi nadi
dengan kriteria hasil meningkat, nadi teraba lemah,
- Membrane tekanan darah menurun, tekanan
mukosa nadi menyempit, turgor kulit
membaik 5 menurun, membran mukosa kering,
- Kadar Hb volume urin menurun, hematokrit
membaik 5 meningkat, haus, lemah)
- Intake cairan - Monitor intake dan output cairan
membaik 5 Terapeutik
- Suhu tubuh - Hitung kebutuhan cairan
membaik 5 - Berikan posisi modified
Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCI, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaC/
0,4%)
37
C. Pencegahan Anemia
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi
kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan
membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah
39
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan
terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan
untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan
untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.
Makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang
hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek
penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah
dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat
lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga
memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi,
natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).
a. Penelitian Terkait
Menurut penelitian yang dilakukan Faridah Umi, dkk tahun 2017 tentang
"Pemberian Kacang Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Hemoglobin pada
Remaja Putri", di dapatkan hasil bahwa ada pengaruh Kacang Hijau terhadap
kadar hb pada remaja putri yang mengalami anemia di kelas X SMK Al-Islam
Kudus tahun 2017. Hasil analisa menunjukkan peningkatan kadar haemoglobin
10,57 menjadi 11,10 setelah dilakukan pemberian sari kacang hijau pada
kelompok intervensi. Sedangkan yang tidak diberi sari kacang hijau atau hanya di
sarankan makan makanan yg menambah zat besi darah menunjukkan peningkatan
kadar haemoglobin dari 10,60 menjadi 10,63 pada kelompok kontrol.
Dan didukung dengan penelitian yang dilakukan Amalia, Amirul tahun 2016
tentang "Efektifitas Minuman Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar Hb"
didapatkan hasil bahwa Terdapat Pengaruh Pemberian Minuman Kacang Hijau
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Mahasiswi Semester 4 D-III
Kebidanan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi
40
mengalami anemia ringan dengan rata-rata 9,6 gridl dan setelah diberikan
minuman kacang hijau mahasiswi tidak mengalami anemia dengan rata-rata 10,6
gridl, sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin
E. EBP Anemia
41
BAB III
LEUKEMIA
A. Konsep Penyakit
a. Definisi
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukos-
putih, haima-darah. Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah.
Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker vaitu membelah
tidak terkontrol dan menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia
(kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel darah putih
yang diproduksi ole sumsum tulang (bone marrow) (Padila, 2013).
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif
& Kusuma, 2015).
b. Etiologi
a. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik yang
akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
42
b. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6 % klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
c. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada
manusia adalah virus. Namun, ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse
transcriptase di temukan dalam darah manusia
4. Klasifikasi
a. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia
mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (AAL). Pasien
biasanya mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar,
perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.
Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan anemia dan
trombositopenia. Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah. Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
b. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati
dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
c. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologi yang umum terjadi pada anak.
Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan insidens
seiring pertambahan usia. Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip
dengan AML serta sebagian besar menyebabkan kegagalan sumsum
tulang. Pasien juga mengalami manifestasi spesifik nag meliputi
43
5. Patofisiologi
Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia terjadi akibat dari
beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus. Menurut
Corwin (2009) dan Hidayat (2006), leukimia tampak merupakan penyakit klonal,
yang berarti satu sel kanker abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, menghasilkan
sekelompok sel anak yang abnormal sehingga dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia. Kemudian leukimia atau limfositik akut merupakan
kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebih sehingga
jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ seperti sum-sum tulang dan
mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang
untuk mencukupi kebutuhan sel (Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini
leukimia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya,
sel-sel leukemik mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga menurunkan kadar
sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukimia. Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses
masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila
terjadi pada hati, splenomegali, (Hidayat, 2006)
44
6. Manifestasi Klinis
17. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular (Patrick, 2005).
8. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
i. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L asparaginase. Fase
induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat, cytarabine dan
hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke
otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan system saraf pusat.
iii. Konsolidasi
48
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi dan radioterapi
pada beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi dapat bersifat autolog, yaitu sel
sumsum tulang diambil sebelum pasien meneraima terapi dosis tinggi, disimpan,
dan kemudian dinfusikan kembali Selain itu, dapat jug bersifat alogenik, yaitu
sumsum tulang berasal dari donor yang cook HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis
sangat tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak
dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang dinfusikan kembali akan
mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang menerima
transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yag lebih rendah dibandingkan
dengan pasien yang menerima transplantasi autolog, karena sel tumor yang
terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik memiliki
risiko rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima
transplants autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan
relaps. Pada transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa
sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena limfosit
T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru menunjukan bahwa
transplantasi alogenik menggunakan terapi dosis rendah dapat dilakukan dan
memiliki kemungkinan sembuh akibat mechanism imunologis.
c. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam keadaan sakit
berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau perdarahan. Prioritas utamanya
adalah resusitasi mengguakan antibiotic doss tinggi intravena untuk melawan
infeksi, transfusi trombosit atau plasma beku segar (fresh frozen plasma) utuk
mengatasi anmia. Penggunaan antibiotic dalam situasi ini adalah tindakan yang
49
tepat walaupun demam yang terjadi ternyata merupakan akibat dari penyakit itu
sendiri dan bukan akibat infeksi. Lebih mudah menghentikan pemberian antibiotic
daripada menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah diberikan
tanpa terapi antibiotik. (Patrick. 2005)
9. Farmakologi
a. Prednison untuk efek antinflamasi
b. Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
c. Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor)
d. Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism
asam folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan
yang diperlukan sel-sel yang cepat membelah
e. Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik yang menekan sumsum tulang yang kuat.
f. Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia.
g. Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
h. Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut (Hidayat, Aziz. 2008)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Kaji keseluruhan riwayat kesehatan dari klien dan anggota keluarga untuk
membantu diagnosis dan pengobatan. Riwayat dan pemeriksaan awal
50
2. Diagnosis
a. Ketidakefektifan Perlindungan Diri/Risiko Infeksi. berhubungan dengan
neutropenia atau leukositosis sekunder akibat leukemia atau pengobatan.
51
Rasional infeksi akan dicegah atau akan ditemukan dini dan diobati secara
efektif seperti dibuktikan dengan hitung neutrofil lebih dari 1.000/mm?,
tidak ada demam, dan tidak ada kesulitan pernapasan.
b. Penurunan Curah Jantung. berhubungan dengan trombositopenia sekunder
akibat leukemia maupun pengobatan.