Referat Ablasio Retina Dian Indra Malik R.
Referat Ablasio Retina Dian Indra Malik R.
OLEH:
Dian Indra Malik Rusli, S.Ked
K1B1 22 105
PEMBIMBING:
dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya, Sp. M
Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
ii
Retinal Detachment (Ablasio Retina)
Dian Indra Malik Rusli, Nevita Yonnia Ayu Soraya
1. PENDAHULUAN
Ablasio retina (retinal detachment) terjadi ketika retina terpisah dari sel epitel
pigmen retina. Antara sel fotoreseptor retina dengan koroid atau epitel pigmen tidak
terdapat suatu perlekatan struktural, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk
lepas secara embriologis. Jika retina terlepas dari suplai darah utama, fotoreseptor secara
perlahan akan mengalami degenerasi dan tidak berfungsi dengan baik lagi.(1)
vitreous humor untuk masuk kecelah diantara retina dan epitel pigmen retina. Gangguan
miopi berat juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan tersebut. Selain itu peradangan
atau kondisi neoplastik akan memicu munculnya eksudasi serosa yang dapat berujung
pada terjadinya ablasio retina. Keadaan lainnya yakni membrane fibrosa atau vascular
yang tumbuh secara tidak normal atau tumor seperti melanoma malignant pada koroid
dibelakang retina.(1)
Epidemiologi kejadian ablasio retina berkisar antara 1 per 10.000 orang per tahun
dan lebih sering terjadi pada laki – laki. Ablasi retina atau retinal detachment terbagi atas
Tanda dan gejala yang timbul berupa penurunan visus secara mendadak tanpa
disertai nyeri pada mata, adanya titik hitam pada pandangan, melihat kilatan cahaya
maupun pandangan seperti adanya tirai yang menutupi pandangan pada mata yang
tobacco dust ” peda pemeriksaan dengan slit lamp, dan tekanan intraokuler dapat
menurun.(1)
1
Penanganan ablasio retina berupa pembedahan dengan fokus pada keterlibatan
makula. Jika makula terlibat maka operasi merupakan hal yang bersifat mendesak karena
penglihatan maka penting untuk dikenali tanda dan gejalanya sejak awal untuk mencegah
neurosensoris retina dari sel epitel pigmen retina dimana pada keadaan normal sel
sehingga menjadi titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis. Lepasnya
retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan
gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan
penarikan, exudative akibat cairan seperti darah atau serous yang tertampung di antara
2
1.2. Anatomi Retina
Retina merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya dan terdiri dari sel-sel
kerucut yang bertanggungjawab terhadap penglihatan warna dan sel-sel batang yang
bertanggungjawab terhadap persepsi hitam dan putih serta penglihatan pada area gelap.
Ketika sel batang dan sel kerucut tersensitisasi, maka sinyal akan ditransmisikan pertama
melalui lapisan saraf pada retina dan akhirnya kedalam serabut saraf optic dan korteks
serebral.(4)
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan
epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan
sklera. Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga
membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada
diskus optikus retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi
Retina terdiri atas 10 lapisan (luar kedalam) yakni : (1) Membrana limitan interna,
merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca, (2) Lapisan serabut saraf, yang
3
mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus dimana
dalam lapisan – lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina, (3) lapisan sel
ganglion, yang merupakan lapis badan sel dari pada nervus optikus, (4) lapisan pleksiform
dalam, yang mengandung sambungan – sambungan sel ganglion dalam sel amakrin dan sel
bipolar, (5) lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
yang mendapat metabolisme dari arteri retina sentral (7) lapisan pleksiform luar yang
mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor,
(8) lapisan inti luar, yang merupakan susunan lapis nukleus, sel kerucut dan batang, (9)
membrana limitan eksterna, yang merupakan membram ilusi, (9) lapisan fotoreseptor,
merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan
Pada retina terdapat fovea yang berperan penting pada proses melihat yang bersifat
akut dan detail. Fovea hanya berukuran 0,3 mm untuk diameter dan terdiri dari sel kerucut
yang berperan pada proses melihat secara detail. Pada sel batang terdapat rodopsin yang
4
berperan dalam proses melihat sementara pada sel kerucut terdapat 3 jenis pigmen warna
dengan fungsi yang hampir sama dengan rhodopsin kecuali dalam hal sensitivitas terhadap
spektrum warna. Baik rhodopsin maupun pigmen warna merupakan sejenis protein
transmembran. 4 segmen fungsional pada sel batang dan sel kerucut adalah: (1) segmen
luar, (2) segmen dalam yang mengandung mitokondria yang berperan dalam menyediakan
energi dan untuk fotoreseptor dan (3) nukleus dan (4) badan sinaptik.(4)
Suplai darah bernutrisi untuk bagian dalam retina berasal dari arteri retina sentralis,
yang memasuki bola mata melalui pusat saraf optik dan selanjutnya mempercabangkan
diri untuk menyuplai seluruh permukaan dalam arteri. Sementara lapisan terluar retina
melekat pada koroid yang juga merupakan jaringan kaya pembuluh darah di antara retina
dan sklera. Lapisan luar retina, terutama segmen luar sel batang dan sel kerucut sangat
bergantung terutama pada difusi pembuluh darah koroid untuk nutrisinya, terutama untuk
oksigen.(4)
Retina memiliki dua sel fotoreseptor yaitu sel batang atau rod dan sel kerucut atau
cone. Baik sel batang maupun sel kerucut mengandung bahan kimia yang akan terurai bila
terpajan cahaya dan dalam prosesnya akan merangsang serabut saraf yang berasal dari
mata. Bahan kimia tersebut adalah rodopsin dan pigmen warna. Rodopsin adalah suatu
glukulipid membran yang separuh terbenam di lempeng membran lapis ganda pada
segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak pada rodopsin terjadi pada
panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah biru-hijau spektrum cahaya.
Bila sudah mengabsorbsi energi cahaya, rodopsin segera terurai dalam waktu sepersekian
detik. Penyebabnya adalah fotoaktivasi elektron pada bagian retinal dari rodopsin yang
5
akhirnya menjadi metarodopsin I kemudian metarodopsin II dan akhirnya dalam waktu
yang jauh lebih lambat akan menjadi produk pecahan akhir. Metarodopsin II yang disebut
rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan elektrik dalam sel batang yang kemudian
menghantar bayangan penglihatan ke sistem saraf pusat dalam bentuk potensial aksi
nervus optikus.
Secara singkat dijelaskan bahwa sel- sel fotoreseptor pada retina, mampu
mengubah rangsang cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat
saraf retina melalui saraf optikus dan pada akhirnya ke korteks pengelihatan oksipital.
kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Fovea berperan pada resolusi spasial
(ketajaman penglihatan) dan pengelihatan warna yang baik karena banyaknya jumlah sel
kerucut disana. Kedua peran tersebut memerlukan pencahayaan ruang yang terang
sementara retina sisanya terutama digunakan untuk melihat gerak, kontras, dan
fotoreseptor sel batang. Penglihatan siang hari terutama oleh fotoreseptor kerucut, sore
atau senja diperantarai oleh kombinasi sel batang dan kerucut, dan pengelihatan malam
oleh fotoreseptor batang. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan
penting dalam proses penglihatan. Epitel ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen
sawar selektif antara koroid dan retina, Membran basalis sel-sel epitel pigmen retina
membentuk lapisan dalam membran bruch, yang juga tersusun atas matriks ekstraseluler
khusus dan membran basalis korikapilarissebagai lapisan luarnya. Sel-sel epitel pigmen
6
1.4. Patofisiologi
bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul diantaranya. 16
Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas
melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya
epitel pigmen dari retina tersebut. Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya
tampak sehat dan refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan
bagi retina untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak
terdiagnosis letaknya dipinggir bawah retina. Kadang-kadang ditempat yang sama terdapat
kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk
suatu lubang seperti yang disebutkan diatas. Pada ablasio retina, bagian luar retina yang
sebelumnya mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi dan
atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi kompenasasi sel epitel pigmen
yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan
terlihat sel epitel pigmen di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel
kerucut dan sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan
bermigrasi ke dalam cairan sub retina dank e dalam sel reseptor kerucut dan batang. Bila
pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan sub retina.
Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid. Apabila terjadi degenerasi
sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam, yang
Ablasio retina dibagi menjadi tiga jenis utama yaitu ablasio regmatogenosa,
ablasio traksi dan ablasio eksudatif dengan bentuk tersering yaitu ablasio retina
7
regmatogenosa atau sering dinamakan ablasio retina primer. Insiden ablasio retina di
Inggris antara 6.3 sampai 17.9 orang per 100.000 dengan 7300 kasus baru. Distribusi
umur paling sering terjadi pada usia 70-74 tahun dengan insiden 60 per 100.000 meskipun
pada kondisi tertentu, golongan usia muda beresiko tinggi khususnya pada kelompok yang
memiliki miopia yang tinggi. Pria memiliki resiko yang 1.5 kali lebih tinggi terkena
ablasio retina meskipun tidak terlalu menunjukkan perbedaan yang berarti antara laki-laki
dengan prevalensi sekitar 0,4% pada orang tua. Faktor penyebab yang paling umum di
seluruh dunia terkait dengan ablasi retina adalah miopia (yaitu, rabun jauh), afakia,
pseudofakia (yaitu, pengangkatan katarak dengan implan lensa), dan trauma. Sekitar 40-
50% dari semua pasien dengan ablasio retina memiliki miopia, 30-40% telah mengalami
pengangkatan katarak, dan 10-20% mengalami trauma langsung pada mata. Ablasio
traumatis lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio miopi paling sering terjadi
Prevalensi ablasio retina pada emetropi dan orang dengan miopia diatas minus 10
D adalah 0,2% berbanding 7%. Berdasarkan usia, ablasio retina biasanya terjadi pada usia
40 – 70 tahun. Namun, cedera paintball pada anak-anak dan remaja menjadi penyebab
Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan yang masuk ke
belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Terjadi pendorongan retina oleh
8
badan kaca cair (vitreous fluid) seperti yang masuk melalui robekan atau lubang pada
retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan
epitel pigmen.(7)
thickness) di area sensorik, tarikan korpus vitreus dengan derajat yang bervariasi dan
mengalirnya korpus vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang
korpus vitreus. Miopia, afakia, lattice degeneration dan trauma mata biasanya
Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenisnya. Robekan tapal kuda
paling sering terjadi di kuadran superotemporal; lubang atrofik pada kuadran temporal,
dan dialisis retina di kuadran inferotemporal. Ablasio retina yang berlokasi di daerah
turun secara akut pada ablasio retina bila lepasnya retina mengenai macula lutea. (8)
Jenis ini termasuk dalam emergency oftalmologi karena dapat menyebabkan kebutaan
Etiologi dari ablasio retina bervariasi. Kondisi vitreus merupakan faktor yang
penting dalam timbulnya ablasio retina rhegmatogenous. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan perubahan struktur cairan vitreus antara lain umur, dimana menurut
epidemiologi meningkat seiring usia, myopia yang tinggi, trauma, operasi katarak, dan
inflamasi okular. Karena itu penyebab tersering adalah destruksi pada korpus vitreous
yang terkait usia. Hal ini dapat menyebabkan lubang dan robekan akibat tarikan pada
retina perifer. Akibatnya vitreous humour dapat masuk dan menyebar sehingga terjadi
pemisahan antara lapisan neurosensoris. Insidennya sekitar 0,01% dari kasus ablasio
retina secara keseluruhan dan terbanya pada usia 50-70 tahun. Gambaran klinis berupa
9
photopsia dan skotoma yang absolut. Jika makula tidak terlibat maka ketajaman
penglihatan baik. Diagnose dibuat secara klinis dengan indirek oftalmoskop dengan
Pada ablasio ini, lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada
badan kaca. Dibandingkan degan ablasio retina regmatogenosa, ablasio retina akibat
traksi memiliki bentuk yang khas, yakni permukaan yang lebih konkaf dan cenderung
lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang secara aktif
menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh adanya
membran vitreosa, epiretina atau subretina yang terdiri dari fibroblast dan sel glia atau
proliferans post hemoragic, retinopati pada prematuritas dan sicle cell retinopati dan
proliferatif, sudah terjadi proses neovaskularisasi, pembuluh darah baru, tanpa sel
perisit pembuluh darah baru ini mudah pecah dan mengalami perdarahan. Apabila
terjadi perdarahan berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina.
Sikatriks dan jaringan fibrosis ini akan menarik retina sampai lepas, sehingga dapat
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah
retina dan koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor
retrobulbar, radang uvea, idiopatik, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak
10
dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat akan terlihat licin.
Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau
dipengaruhi oleh tingkat permeabilitas pembuluh darah koroid. Setiap proses patologis
menyebabkan ablasi retina eksudatif. Adanya kerusakan pada epitel pigmen retina,
mencegah aksi pemompaan cairan dan dapat menyebabkan akumulasi cairan dalam
ruang subretinal yang juga mengarah pada terjadinya ablasio retina eksudatif.(9)
Etiologi yang paling sering akibat penyakit sistemik termasuk toxocemia pada
kehamilan, hipertensi renal dan poliarteritis nodosa termasuk juga kelainan vaskular
serta penyakit okular seperti Harada’s disease, keganasan atau tumor pada koroid atau
dan permukaanya bersifat lunak. Gejala lainnya yang mengarah pada diagnose ini
adalah masa prominen, dilatasi vena retina, dan tanda-tanda peradangan lainnya. (9)
11
1. Anamnesis (11,12)
Pada anamnesis penting untuk digali tentang keluhan yang dialami pasien dan riwayat
dapat ditemukan :
tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat
vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu
yang datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang.
Penghalang ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi lebih
nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan memburuk di
Fotopsia (kilatan cahaya, tanpa adanya cahaya di sekitarnya) yang umumnya terjadi
sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina dan bisa terjadi pada orang normal
Selain itu, dari anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat
glaukoma dan retinopati diabetik), riwayat keluarga dengan penyakit mata serta
penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina. Juga riwayat penyakit
dalam keluarga.
12
2. Pemeriksaan fisis dan oftalmologis (6)
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang
baik dekat maupun jauh, kemudian dilakukan koreksi pada kelainan refraksi.
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina.
Kadang pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio
ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina.
Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat
retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya
pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen
13
Gambar 2.4 Gambaran pemeriksaan funduskopi pada pasien
ablasio retina rhegmatogenesa
kemungkinan menurun.
daerah wajah atau benda asing intraocular dicurigai, teknik pencitraan, seperti CT-
scan atau MRI, tidak dibenarkan untuk mengevaluasi ablasio retina. Ultrasonografi,
14
untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya
Penanganan yang cepat dan tepat akan mengurangi gejala permanen dan
pembedahan merupakan terapi pilihan yang memberikan hasil yang baik. Pembedahan
dilakukan secepatnya dan sebaiknya antara 1-2 hari. Tujuan penanganan adalah untuk
melekatkan kembali retina yang lepas denga krioterapi atau laser. Krioterapi yang
digunakan dapat hanya di permukaan maupun krioterapi setengah tebal sesudah reseksi
sklera. Hal ini dilakukan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran
hanya akan dilakukan terutama di daerah yang paling tinggi ablasinya. Teknik operasi
Retinopeksi pneumatic dilakukan dengan cara udara dimasukkan ke dalam viterus untuk
mempertahankan retina pada posisinya. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan
posisinya.Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal akan
menghilang 1-2 hari. Pasien harus mempertahankan posisi head precise selama 7-10 hari
pada retina dapat juga dengan menggunakan laser (argon laser coagulation) atau
krioterapi.
Scleral buckling bertujuan untuk menutup robekan retina dengan cara indentasi sklera
untuk mengurangi daya tarikan intravitreus dan melekatkan daerah robekan dengan epitel
pigmen atau singkatnya mempertahankan retina pada posisinya. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan sklera eksplan yang dijahitkan mengelilingi sklera pada daerah
15
robekan retina sehingga robekan tertutup akibat tekanan atau indentasi. Penanganan awal
dari ablasio retina yaitu batasi aktivitas fisik pasien dan batasi pergerakan bola mata.
Vitrektomi.
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus.
perfluorocarbon atau cairan dan udara atau gas yang dapat mempertahankan posisinya
1.9. Prognosis
Prognosis ablasio retina dapat baik jika cepat dikenali dan ditangani lebih awal.
16
PENUTUP
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut
dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Berdasarkan epidemiologi, insiden
ablasio terjadi pada usia tua dengan risiko yang lebih besar pada laki-laki. Faktor
penyebab ablasio retina banyak antara lain miopia dan trauma. Ablasio retina dibagi atas
Gejala dari ablasio retina adalah adanya floater, fotopsia, dan penurunan tajam
tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid
Prinsip penatalaksanaan pada ablasio retina adalah cepat dan tepat melekatkan
pembedahan. Prognosis dari ablasio retina tergantung pada keterlibatan makula. Pada
17
DAFTAR PUSTAKA
18