Filsafat Pendidikan Islam Aan
Filsafat Pendidikan Islam Aan
Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami
meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tema “Strategi Pengembangan Profesi Keguruan”, Kami
pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………........
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………
1. Latar Belakang…………………………………………………………………..
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi keguruan memiliki peran strategis dalam membentuk watak bangsa dan
mengembangkan potensi siswa1. Oleh karena itu, pengembangan profesi keguruan
menjadi hal yang sangat penting. Tenaga kependidikan memegang peran yang amat
penting dan strategis dalam lingkup pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Istilah “Pembentukan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu proses,
cara atau perbuatan membentuk sesuatu. Membentuk berarti menjadikan atau membuat
sesuatu dengan bentuk tertentu, berarti pula membimbing, mengarahkan, dan mendidik
watak, pikiran, kepribadian dan sebagainnya.4
Sedangkan istilah “Kepribadian” sebagai suatu ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima di
lingkungannya, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak
lahir.5
5
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hlm. 11
6
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Purwokerto: STAIN Press), hlm. 15.
7
Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian ( Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 10.
8
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 14.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembentukan kepribadian muslim yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu proses atau cara yang dilakukan dalam rangka
membentuk, membimbing dan mengarahkan manusia agar mempunyai sikap dan
perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam atau internalisasi nilai-nilai ajaran
Islam (dilandasi keimanan, dihiasi akhlak yang mulia dan mampu merealisasikan
keimanan tersebut dalam bentuk amal sholeh.).
Kepribadian Muslim dapat dilihat secara individu dan juga secara kelompok atau
ummah. Kepribadian individu.meliputi ciri khas seseorang dalam tingkah laku serta
kemampuan intelektual yang dimilikinya. Adanya unsur dalam kepribadian yang
dimiliki masing-masing individu, maka sebagai seorang muslim akan menampilkan ciri
khasnya masing-masing. Dengan demikian, akan ada perbedaan kepribadian antara
seorang muslim dengan.muslim lainnya.10
Manusia tercipta dan terlahir sebagai pribadi yang unik dan sempurna. Adapun
menurut peneliti kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya,
baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaannya
menunjukan pengabdian kepada tuhan. Inge Hutagalung menjelaskan tentang hal ini
dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Kepribadian, menyatakan bahwa: Tidak
ada dalam dua orang yang benar-benar sama dalam menyesuaikan dirinya terhadap
lingkungan. Jadi, demikian bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian
yang sama.
9
IAIN Syarif Hidayatullah, “Ensiklopedi Islam Indonesia”, (Jakarta: Djambani, 1992), hlm.701
10
Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, cet 3, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hal 192.
Sebagai Contoh : manusia adalah makhluk yang unik dan ciptaan Tuhan yang
paling sempurna di dunia. Keunikan pada diri manusia meskipun dilahirkan sebagai dua
anak kembar, tetapi tetap merupakan dua pribadi yang berbeda. Secara fisik memang
ada kemiripan, terutama yang dilahirkan dengan jenis kelamin sama, namun secara jiwa
mereka tidak sama.11 Berdasarkan penjelasan diatas, setiap individu tidak mempunyai
kesamaan dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, ini berarti
menunjukan penampakan yang mencirikan kepribadian dari masingmasing diri individu
berbeda-beda.
Secara individu kepribadian seorang muslim mencerminkan ciri yang berbeda. Ciri
tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Secara potensi (pembawaan/heredity)
akan dijumpai adanya perbedaan kepribadian antara seorang muslim yang satu dengan
muslim lainnya. Perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki
berdasarkan faktor pembawaan masing-masing yaitu meliputi aspek jasmaniah dan
aspek rohaniah.
Pada umumnya para ahli ilmu perilaku mengatakan bahwa manusia berperilaku
karena didorong oleh serangkaian kebutuhan, sehingga menyebabkan seseorang berbuat
untuk mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil. Pemahaman kebutuhan yang
berbeda dari seseorang akan bermanfaat untuk memahami konsep perilaku seseorang
dalam organisasi Hal ini dapat dipergunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
perilaku yang berorientasi tujuan di dalam kerja sama organisasi.
Suatu tingkat di mana hasil merupakan daya tarik tambahan, karena kemampuan
hasil untuk memimpin ke arah tercapainya hasil lain yang diinginkan.
Namun demikian, model ini hanya membuat asumsi bahwa seseorang membuat
keputusan rasional berdasarkan persepsi terhadap lingkungannya.
Manusia jarang bertindak netral mengenai sesuatu yang mereka ketahui dan alami,
dan cenderung untuk mengevaluasi sesuatu tersebut dengan cara senang atau tidak
senang. Perasaan senang dan tidak senang akan menjadikan seseorang berbuat berbeda
dengan orang lain dalam menanggapi sesuatu hal. Seseorang bisa puas dengan gaji
tertentu di tempat tertentu sedangkan orang lain pada tempat yang sama merasa tidak
puas. Hal tersebut dapat timbul dari perbedaan dari sesuatu yang diterima dengan
sesuatu yang diharapkan seharusnya diterima. Terkadang orang mempunyai
salah persepsi terhadap suatu hasil yang dicapai oleh orang lain.
6. Banyak faktor yang menentukan sika[ dan perilaku seseorang
Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi meliputi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya
yang akan berpengaruh di dalam tingkah lakunya. Hal-hal tersebut meliputi :
a. Faktor Kedewasan
Kedewasaan merupakan tingkat kematangan seseorang dalam memenuhi tugas-
tugas di masa perkembangan masa kanak-kanak, masih remaja, dan remaja akhir
(Hurlock, 1992: 25). Misalnya seorang anak kecil yang pada umur tertentu yang
seharusnya bisa mengenali orang-orang di sekelilingnya tetapi anak tersebut ternyata
belum mengenali mereka, maka anak tersebut dapat dikatakan gagal dalam memenuhi
tugasnya sebagai anak seumurnya atau tidak matang dalam perkembangannya.
b. Faktor Motif Cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial sebagai pertumbuhan
kepribadian. Kehangatan, persahabatan, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain
yang hangat sangat dibutuhkan manusia.
c. Faktor Frustasi
Frustasi merupakan keadaan seseorang yang merasakan kekecewaan akibat
kegagalan di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai
suatu cita-cita.
d. Faktor Konflik
Konflik merupakan sikap seorang yang menentang, berselisih maupun cekcok
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
e. Faktor Ancaman
Yaitu sikap seseorang yang akan melakukan sesuatu terhadap suatu objek baik
berupa pertanda atau peringatan mengenai sesuatu yang akan terjadi (Suryabrata, 2002:
141-142).
pengertian kepribadian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas
psikologis yang meliputi sifat-sifat pribadi yang khas dan unik dari individu yang
melekat pada diri seseorang yang telah bersangkutan karena berhadapan dengan
lingkungan.
Kepribadian muslim berasal dari dua kata yaitu kepribadian dan muslim. Dalam
pergaulan dan percakapan sehari-hari, kata kepribadian sering dikaitkan dengan sifat,
watak, tingkah laku maupun bentuk fisik seseorang. Contohnya, kepada orang yang
pemalu dikenakan atribut “kepribadian pemalu”, kemudian orang yang supel dikenakan
atribut “berkepribadian supel”. 7 Sehingga dapat diperoleh gambaran bahwa kepribadian
menurut terminologi awam menunjukkan bagaimana tampil dan menimbulkan kesan di
depan orang. Menurut Toto Tasmara, muslim adalah orang yang konsekuen bersikap
hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan sunnah. 8 Jadi, muslim adalah yang menempuh
jalan lurus, yaitu jalan yang dikehendaki Allah dan diridlai-Nya. Mereka yang
menempuh jalan lurus daan mengambil penerangan dari cahaya kebenaran Tuhan, itulah
orang-orang yang mencerminkan kemanusiaan yang benar dan lurus, yang telah
mewujudkan maksud dan tujuan hidupnya dan telah melaksanakan tugasnya dalam
hidup ini. 9 Muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan
penderitaan dengan tenang. Demikian juga 7 E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian,
Bandunng: Eresco, 1991, Cet. I, hal. 10 8 Toto Tasmaran, Etos Kerja Pribadi Muslim,
Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995, hal. 157 9 Umar Sulaiman al-Asyqar, Ciri-ciri
Kepribadian Muslim, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hal 6 menunggu hasil
pekerjaan, bagaimana jauhnya memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin tidak
ragu sedikit pun. 10 Jadi, kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang
sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan
dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan
penyerahan diri kepada Allah.
2. Aspek materil beban, berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam
materi pembentukan akhlaq al karimah.
3. Aspek social, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk,
khususnya sesama manusia.
4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim itujukan pada pembentukan
nilai- nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi
yang setia.
5. Aspek teologis tujuan, pembenukan kepribadian mempunyai tujua yang jelas. 10
Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim , terj. Mahmud Rifa’i, Semarang:
Wicaksana, t.th., hal. 43
6. Aspek duratif, pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak lahir hingga
meninggal dunia.
7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim didasarkan atas
penghargaaan terhadap faktor- faktor bawaan yang berbeda perbedaan individu.
8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi
bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani dan rohani.
11 Adapun menurut Ahmad D. Marimba membagi aspek kepribadian dalam 3 hal, yaitu
aspek-aspek kejasmaniahan, aspek-aspek kejiwaan, dan aspek-aspek kerohaniahan yang
luhur. 1. Aspek kejasmanian Aspek ini meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak
dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berbuat dan cara-cara berbicara. Menurut
Abdul Aziz Ahyadi, aspek ini merupakan pelaksana tingkah laku manusia.
12 Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam
kepribadian, berisikan hal- hal yang dibawa sejak lahir unsur-unsur biologis Karena apa
yang ada dalam kedua aspek lainnya tercermin dalam aspek ini.12
2. Aspek kejiwaan Aspek ini meliputi aspek-aspek yang abstrak tidak terlihat dan
ketahuan dari luar, misalnya cara berpikir, sikap dan minat. Aspek ini memberi suasana
jiwa yang melatarbelakangi seseorang merasa gembira maupun sedih, mempunyai
semangat yang tinggi atau tidak dalam bekerja, berkemauan keras dalam mencapai cita-
cita atau tidak, mempunyai rasa sosial yang tinggi atau tidak, dan lain-lain. Aspek ini
dipengaruhi oleh tenaga-tenaga kejiwaan yaitu: cipta, rasa, dan karsa.
3. Aspek kerohaniahan yang luhur Aspe k “roh” mempunyai unsur tinggi di
dalamnya terkandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur
dan sifat-sifat yang paling suci. Aspek ini merupakan aspek kejiwaan yang lebih abstrak
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini merupakan sistem nilai yang telah meresap
dalam kepribadian, memberikan corak pada seluruh kehidupan individu. Bagi yang
beragama aspek inilah yang memberikan arah kebahagiaan dunia maupun akhirat. 13
Aspek inilah yang memberikan kualitas pada kedua aspek lainnya.
Kepribadian terbentuk melalui interaksi sosial yang terjalin antara seorang individu
dengan orang-orang disekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut, konsep kepribadian
sangat lekat dengan konsep sosialisasi. Proses terbentuknya kepribadian berjalan
beriringan dengan proses sosialisasi yang dialami oleh individu.
12
?
Jalaluddin,teologi pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal 203-204 12 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama
Kepribadian Musim Pancasila., Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995, hal.. 69
pembentukan kepribadian manusia tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai
substansi manusia itu sendiri.13
Wan Mohd. Nor Wan Daud dalam Peranan University: Pengislaman Ilmu Semasa,
Penafibaratan dan Penafijajahan menjelaskan bahwa dwi hakikat yang dijelaskan Syed
Muhammad Naquib al-Atta>s tersebutlah yang pada akhirnya melahirkan gagasan yang
disebut Insan Kulli atau Insan Kamil yang memiliki sejarah panjang dalam tradisi
intelektual Islam seperti Ikhwan al-Shafa (abad ke-10 M), Abu Hamid al-Ghazali
(w.1111 M), Muhyiddin Ibn ‘Arabi (w. 1492 M), Sadruddin al-Qunyawi (w. 1263 M),
‘Abdurrazq al-Qashani, ‘Abdurrahman al-Jami (w. 1492 M), ‘Abdul Karim al-Jili (w.
1403 M) Sadruddin al-Shirazi (Mulla Sadra, w. 1640 M), Nuruddin al-Raniri (w. 1658
M) dan lain-lain.15
Psikologi Islam (‘ilm al-nafsi) kemudian membahasakan body dan psysical being
sebagai jasad atau jism.Sementarasoul dan spirit sebagai ruh. Layaknya pembentukan
senyawa kimia yang harus terdiri dari dua unsur yang berbeda jenis dan sifat, harus ada
pengikat di antara keduanya dalam satu area medan energi.Pengikat kedua hal tersebut
di atas –jasad/jism dan ruh- adalah nafs.16
Maka, Kautsar Azhari Noer berpendapat dalam Pemerintahan Ilahi Atas Kerajaan
Manusia, ruh menempati kedudukan tertinggi. Jasad menempati kedudukan terendah.
Nafs berada di antara keduanya, yang, jika memiliki kecenderungan jasmani, atau
material, ia tertarik kepada kesenangan dan keuntungan duniawi, dan jika memiliki
13
St. Rahmatiah, Konsep Manusia Menurut Islam dalam al-Isrsyad al-Nafs: Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam,
Volume. 2, Nomor. 1, Desember 2015, 98
14
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Isla>m; an Exposition of The Fundamental
Elements of The Worldview of Islam (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Civilization,
1995), 143
15
3Wan Mohd Nor Wan Daud, Peranan University: Pengislaman Ilmu Semasa, Penafibaratan dan Penafijajahan
(Kuala Lumpur: Casis-Hakim, 2017), 65-66
16
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
56-57
kecenderungan rohani, atau spiritual, ia tertarik kepada asalnya, yaitu Allah swt.17
Alquran menjelaskan asal-muasal ruh;
(Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan Aku telah meniupkan
ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud).18
ُثَّم َس ّٰو ىُه َو َنَفَخ ِفْيِه ِم ْن ُّر ْو ِحٖه َو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَد َۗة َقِلْياًل َّم ا َتْشُك ُرْو َن
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa proses penciptaan manusia dengan ruh itulah
yang mengantar manusia lebih mampu mengenal Allah swt., beriman, berbudi luhur
serta berperasaan halus. Karena hanya ruh yang tidak ditemukan pada diri iblis ataupun
jin.38 Adapun dengan jasad, ia merupakan aspek biologis yang proses penciptaannya
memiliki persamaaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab, baik jasad manusia,
hewan ataupun tumbuhan, semua itu adalah bagian dari alam fiskal.
17
Kautsar Azhari Noer, Pemerintahan Ilahi Atas Kerajaan Manusia: Psikologi Ibn ‘Arabi Tentang Roh dalam Kanz
Philosophia, Volume. 1, Nomor. 2, Agustus-Desember, 2011, 200
18
QS. Al-Hijr: 29
19
QS. Al-Sajdah: 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian Muslim merupakan sinergi antara pola-pola pikir, sikap dan prilaku
seorang muslim yang dilandasi oleh akidah dan nilai-nilai Islam. Pembentukan
Kepribadian Muslim adalah suatu usaha untuk membentuk kepribadian seseorang agar
sesuai dengan aqidah dan nilai-nilai Islam. Salah satu cara yang digunakan dalam
Pembantukan Kepribadian Muslim adalah konsep Tarbiyah Islamiyah, yang merupakan
pemikiran, pendapat atau rancangan mengenai cara ideal dalam berinteraksi dengan
fitrah manusia secara langsung atau tidak langsung untuk memproses perubahan dalam
dirinya menuju kondisi yang lebih baik. Konsep ini dijadikan sarana utama dan pertama
dalam melakukan proses perubahan, karena secara operasional meliputi aspek
penjagaan, perbaikan, penumbuhan dan pembinaan. Melibatkan diri sendiri dan orang-
orang lain. Meliputi aspek akal, fisik dan ruh. Sasarannya adalah individu yang memiliki
kelurusan akidah; beribadah sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw; memiliki
ketangguhan akhlak; mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam dunia
kerja; memiliki keluasan wawasan memiliki kekuatan fisik memerangi hawa nafsunya
mampu mengatur segala urusannya mampu memelihara waktunya dan menjadikan
dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Daftar Pustaka
1. Depdiknas, Undang-Undang RI NO 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008
tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2009), hlm. 64
3. Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Purwokerto: STAIN Press), hlm. 15
4. Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 10.
5. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 179-180.
6. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 152.
9. Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Purwokerto: STAIN Press), hlm. 15.
10. Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian ( Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 10.
11. Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 14.
12. IAIN Syarif Hidayatullah, “Ensiklopedi Islam Indonesia”, (Jakarta: Djambani, 1992), hlm.701
13. Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, cet 3, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hal 192.
15. Jalaluddin,teologi pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal 203-204 12 Abdul Aziz Ahyadi,
Psikologi Agama Kepribadian Musim Pancasila., Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995, hal.. 69
16. St. Rahmatiah, Konsep Manusia Menurut Islam dalam al-Isrsyad al-Nafs: Jurnal Bimbingan Penyuluhan
Islam, Volume. 2, Nomor. 1, Desember 2015, 98
17. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Isla>m; an Exposition of The
Fundamental Elements of The Worldview of Islam (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic
Thought and Civilization, 1995), 143
18. 3Wan Mohd Nor Wan Daud, Peranan University: Pengislaman Ilmu Semasa, Penafibaratan dan
Penafijajahan (Kuala Lumpur: Casis-Hakim, 2017), 65-66
19. Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenadamedia Group,
2015), 56-57
20. Kautsar Azhari Noer, Pemerintahan Ilahi Atas Kerajaan Manusia: Psikologi Ibn ‘Arabi Tentang Roh dalam
Kanz Philosophia, Volume. 1, Nomor. 2, Agustus-Desember, 2011, 200