Laporan FDM Kontruksi
Laporan FDM Kontruksi
DEFLEKSI
Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir pratikum FENOMENA DASAR, khususnya ”DEFLEKSI”sebagai
laporan akhir pratikum getaran bebas ini tepat pada waktunya
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang akan
memberikan saya arahan dalam menyelesaikan laporan.Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Awalludin Martin, S.T.,M.T dan bapak Dr. Feblil huda,
S.T.,M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah fenomena dasar
mesin
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
selama praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman satu kelompok yang saling memberikan masukan.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik
baiknya. Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis,
sehingga masih terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari
perhatian penulis.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah
diharapkan untukmembangun kedepannya. atas perhatiannya penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR NOTASI ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Defleksi ................................................................................... 3
2.2 Faktor Penentu Defleksi ............................................................................ 4
2.3 Jenis-Jenis Defleksi ................................................................................... 5
2.4 Jenis-Jenis Tumpuan ................................................................................. 6
2.5 Jenis-Jenis Batang ..................................................................................... 7
2.6 Jenis-Jenis Pembebanan ............................................................................ 9
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 11
3.2 Prosedur Praktikum ................................................................................. 13
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengujian ........................................................................................ 17
4.2 Pengolahan Data ..................................................................................... 19
4.3 Pembahasan Data .................................................................................... 26
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35
5.2 Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 4. 1 Pembebanan Pertama ..................................................................... 17
Gambar 4.2 Pembebanan Kedua ........................................................................ 18
Gambar 4.3 Pembebanan Ketiga ........................................................................ 18
Gambar 4.4 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 1 ................................................................................... 28
Gambar 4.5 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 2 ................................................................................... 29
Gambar 4.6 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 3 ................................................................................... 29
Gambar 4.7 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 1 ................................................................................... 30
Gambar 4.8 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 2 ................................................................................... 30
Gambar 4.9 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 3 ................................................................................... 31
Gambar 4.10 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Engsel - Rol Beban di Tengah
Batang Uji 1 ................................................................................. 32
Gambar 4.11 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Engsel - Rol Beban di Tengah
Batang Uji 2 ................................................................................. 32
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR NOTASI
P N Beban
X mm Posisi pengujian
I mm4 Inersia
L mm Panjang batang
δ mm Defleksi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum percobaan defleksi ini adalah sebagai
berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi pada defleksi
atau lendutan.
2. Praktikan mampu membuktikan rumus-rumus solusi teoritik dengan hasil
eksperimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
terjadi akibat pembebanan harus kecil yang artinya kelengkungan kurva defleksi
hampir mendatar dan tegangan yang terjadi harus kecil dari tegangan yang
diizinkan untuk bahan yang digunakan. Hal ini berlaku untuk kondisi statis
maupun kondisi dinamis. Untuk kondisi dinamis misalnya pada poros atau rotor
suatu konstruksi mesin dimana putaran kritis yang terjadi tergantung pada nilai
defleksi maksimum yang diperoleh. Semakin kecil defleksi akan semakin besar
putaran kritis dan berlaku sebaliknya. Kerusakan (patah) suatu poros atau rotor
akan terjadi apabila putaran kritis berimpit dengan putaran normalnya (frekuensi
pribadi sistem sama dengan frekuensi gaya luar), sehingga akan menyebabkan
defleksi yang terjadi adalah amat besar, kondisi ini harus dihindari. Dalam
menganalisis balok maka balok akan dibedakan atas dua jenis yaitu balok statis
tertentu apabila dapat diperoleh semua reaksi, gaya geser, momen lentur dari
diagram benda bebas dan persamaan kesetimbangan dan balok statis tak tentu
apabila banyaknya reaksi melebihi banyaknya persamaan kesetimbangan
independent (Basori, 2015).
2.2 Faktor Penentu Defleksi
Adapun faktor penentu defleksi adalah sebagai berikut.
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan
defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
5
3. Tumpuan jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel
atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. (Mustafa, 2012).
4. Batang menerus
Batang jenis ini merupakan batang yang memiliki banyak tumpuan.
Dinamakan batang menerus apabila tumpuan-tumpuannya secara fisik terdapat
pada balok kontinu (Agung Supriyanto, 2016).
BAB III
METODOLOGI
4. Benda Uji.
Benda Uji berfungsi sebagai pembebanan.
8. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit berfungsi sebagai tumpuan.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari panjang
batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi/jarak tertentu dari posisi
pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
15
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
L/2 L/2
3. Pengukuran lendutan batang dengan tumpuan Jepit – Rol dan beban pada
bagian ujung batang.
18
L/2 L/2
L/2 L/2
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟔𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟔𝟓𝟎)𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝟓𝟎(𝟓)𝟑
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟏𝟐 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟏, 𝟐𝟔𝟏 𝒎𝒎
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟐𝟎𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟐𝟎𝟎) 𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟔𝟒 × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟔, 𝟖𝟖𝟖 𝒎𝒎
b. Untuk pengujian dengan x = 550 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟓𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟓𝟓𝟎) 𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 × × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎𝟐 𝟔𝟒
𝜹 = −𝟏𝟏, 𝟗𝟑𝟗 𝒎𝒎
c. Untuk pengujian dengan x = 650 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟔𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟔𝟓𝟎) 𝒎𝒎𝟐
𝜹= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟔𝟒 × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟏𝟎, 𝟑𝟐𝟔 𝒎𝒎
A. Jepit -Rol Beban Diujung
1. Batang Uji 1 (Tebal)
a. Untuk pengujian dengan x = 200 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 2003 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 50(5)3 1000
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12 𝑚𝑚4
𝛿 = -0,021 mm
b. Untuk pengujian dengan x = 550 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
22
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 5503 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 50(5)3 4 1000
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12 𝑚𝑚
𝛿 = -0,397 mm
c. Untuk pengujian dengan x = 650 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 6503 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 50(5)3 4 1000
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12 𝑚𝑚
𝛿 = −0,653 mm
2. Batang Uji 2 (Tebal)
a. Untuk pengujian dengan x = 200 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 2003 + 8002
𝛿=− ( )
𝑁 50(3)3 800
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12
𝛿 = -0,118 mm
b. Untuk pengujian dengan x = 450 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 4503 + 8002
𝛿=− ( )
𝑁 50(3)3 800
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12
𝛿 = -1,259 mm
c. Untuk pengujian dengan x = 550 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 5503 + 8002
𝛿=− ( )
𝑁 50(3)3 800
6 × 200000 𝑚𝑚 × 12
𝛿 = −2,291 mm
3. Batang Uji 3 (Silinder)
23
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 2003 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 𝜋 4 4 1000
6 × 200000 𝑚𝑚 × 64 × 6 𝑚𝑚
𝛿 = -0,175 mm
b. Untuk pengujian dengan x = 550 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 5503 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 𝜋 1000
6 × 200000 × × 64 𝑚𝑚4
𝑚𝑚 64
𝛿 = -3,248 mm
c. Untuk pengujian dengan x = 650 mm
𝑃𝑎 𝑥 3 + 𝐿2
𝛿=− ( )
6𝐸𝐼 𝐿
𝑚
(0,755 𝑘𝑔 × 9,81 𝑠 )200 6503 + 10002
𝛿=− ( )
𝑁 𝜋 1000
6 × 200000 𝑚𝑚 × 64 × 64 𝑚𝑚4
𝛿 = -5,348 mm
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟓𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟓𝟓𝟎)𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝟓𝟎(𝟓)𝟑
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟏𝟐 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟏, 𝟒𝟓𝟖 𝒎𝒎
c. Untuk pengujian dengan x = 650 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟔𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟔𝟓𝟎)𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝟓𝟎(𝟓)𝟑
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟏𝟐 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟏, 𝟐𝟔𝟏 𝒎𝒎
𝜹 = −𝟎, 𝟓𝟕𝟖 𝒎𝒎
3. Batang Uji 4 (Silinder)
a. Untuk pengujian dengan x = 200 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟐𝟎𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟐𝟎𝟎) 𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟔𝟒 × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟔, 𝟖𝟗𝟎 𝒎𝒎
b. Untuk pengujian dengan x = 550 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟓𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟓𝟓𝟎) 𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 × × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎𝟐 𝟔𝟒
𝜹 = −𝟏𝟏, 𝟗𝟒𝟎 𝒎𝒎
c. Untuk pengujian dengan x = 650 mm
𝑷(𝟒𝒙𝟑 − 𝟑𝑳𝟐 𝒙)
𝜹=
𝟒𝟖𝑬𝑰
𝜹
𝒎
(𝟎, 𝟕𝟓𝟓𝒌𝒈 × 𝟗, 𝟖𝟏 ) × (𝟒(𝟔𝟓𝟎)𝟑 − 𝟑(𝟏𝟎𝟎𝟎)𝟐 × 𝟔𝟓𝟎) 𝒎𝒎𝟐
= 𝒔𝟐
𝑵 𝝅
𝟒𝟖 × 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 × 𝟔𝟒 × 𝟔𝟒 𝒎𝒎𝟒
𝒎𝒎
𝜹 = −𝟏𝟎, 𝟑𝟐𝟔 𝒎𝒎
Tabel 4.5 Data Hasil Defleksi Tumpuan Jepit-Rol dengan Beban di Tengah.
Batan Posisi Pengujian Defleksi Pengujian Defleksi Teoritis
g Uji (mm) (mm) (mm)
No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 550 650 1,42 3,20 2,65 -0,841 -1,458 -1,261
2 200 450 550 0,24 0,37 0,29 -2,414 -3,425 -2,678
3 200 550 650 1,31 3,04 2,36 -6,888 -11,939 -10,326
26
Tabel 4.6 Data Hasil Defleksi Tumpuan Jepit-Rol dengan Beban di Ujung.
Batan Posisi Pengujian Defleksi Pengujian Defleksi Teoritis
g Uji (mm) (mm) (mm)
No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
3,3
1 200 550 650 -1,26 8,10 -0,021 -0,397 −0,653
3
0.5
2 200 450 550 -0.21 1.33 -0.118 -1.259 −2.291
9
2,5
3 200 550 650 -1,16 7,03 -0,175 -3,248 -5,348
8
Tabel 4.7 Data Hasil Defleksi Tumpuan Engsel-Rol dengan Beban di Tengah.
Posisi
Batang Defleksi Pengujian Defleksi Teoritis
Pengujian
Uji (mm) (mm)
(mm)
No.
X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
Deformasi balok dapat dengan mudah dijelaskan dengan defleksi balok dari
posisi sebelum mengalami pembebanan. Lendutan diukur dari bidang permukaan
netral awal ke posisi netral setelah deformasi, dan konfigurasi yang diasumsikan
dengan deformasi bidang permukaan netral disebut kurva elastis dari balok.
Pada percobaan ini fenomena yang akan dilihat ada lendutan atau defleksi
yang terjadi.Pada percobaan ini variasi yang akan dilakukan adalah adalah
tumpuan dan posisi pembebanan.Untuk praktikum ini percobaan ini akan tumpuan
jepit-rol dan engsel-rol, dan untuk posisi pembebanan yang akan diberikan berada
di tengah dan di ujung batang.
Adapun prosedur percobaan Defleksi yang dilakukan adalah.
1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia.
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk masing-
masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari panjang
batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi/jarak tertentu dari posisi
pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
6. Ulangi langkah percobaan No.2-5, akan tetapi pindahkan posisi pembebanan
pada ujung batang uji dan tumpuan rol berada di tengah-tengah panjang
batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian menjadi tumpuan engsel-rol.
Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan ukur besar
simpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada tabel yang telah disediakan.
Adapun grafik yang didapatkan dari praktikum percobaan putaran kritis ada 9
yaitu:
A. Tumpuan Jepit Rol Beban di Tengah
28
2
1.42
Defleksi (mm)
1 Defleksi Pengujian
Defleksi Teoritis
0
200 550 650
-1
-0.841
-1.261
-2 -1.458
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.4 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 1
-1
-1.5 Defleksi Pengujian
-1.261
-2 Defleksi Teoritis
-2.5
-3 -2.414
-3.5
-4 -3.425
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.5 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 2
Dapat dilihat dari grafik diatas untuk defleksi hasil pengujian sebagi
berikut:0,24 , 0,37 , dan 0,29 sedangkan untuk posisi teoritis nya sebagai berikut: -
2,414 , -3,425, dan -1,261.Untuk grafik ini dapat dianalisi kembali bahwa hasil
pengujian dengan teoritis berbanding terbalik lagi. Hal ini disebabkan oleh human
eror yang terjadi saat praktikum.
0
Defleksi (mm)
-5 Defleksi Pengujian
Defleksi Teoritis
-6.888
-10
-10.326
-11.939
-15
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.6 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban Tengah
Batang Uji 3
30
Untuk grafik diatas untuk defleksi pengujian sebagai berikut: 1,31 , 3,04 ,
2,36 sedangkan untuk teoritisnya sebagai berikut: -6,888 , -11,939 dan -.10,326.
Grafik nya berbanding terbalik dan sangat jauh hal ini terjadi karena Human eror.
8
Defleksi (mm)
0 -1.26
200
-0.021 550 650
-0.397 -0.653
-2
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.7 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 1
Pada grafik diatas defleksi teoritisnya sebagai berikut:- 0,021 , -0,397 dan -
0,653 sedangkan untuk pengujian nya -1,26 ,-3,33 , dan 9,1.Untuk defleksi
pengujian sangat berbanding jauh dengan teoritis yang bernilai minus. Nilai minus
ini disebabkan karena pembebanan berada diujung batang yang akan
menyebabkan batang terangkat.
31
1.5 1.33
1
0.59
0.5
Defleksi (mm)
0 -0.21
200 450 550 Defleksi Pengujian
-0.118
-0.5 Defleksi Teoritis
-1
-1.5 -1.259
-2
-2.5
Posisi Pembebanan (mm) -2.291
Gambar 4.8 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 2
Pada grafik diatas didapat bahwa defleksi pengujian sebagai berikut: -0,21 , -
0,59 , dan 1,33 sedangkan untuk teoritis sebagai berikut -0,118 , -1,259 dan -
2,291.Untuk perbandingan sangat jauh jika teoritis posisi pembebanan nya
semakin jauh maka nilai nya defleksi yang akan dihasilkan akan bernilai negative
sedangkan pengujian semakin jauh posisi pembebanan maka nilai defleksi berniai
negative.
32
4
2.58
Defleksi (mm)
2
Defleksi Pengujian
0 Defleksi Teoritis
-1.16
200 550 650
-0.175
-2
-4 -3.248
Gambar 4.9 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Jepit - Rol Beban di Ujung
Batang Uji 3
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa, untuk posisi 200,550 dan 650.
Hasil nilai defleksi pengujian berturut-turut sebagai berikut:-0,175 , 2,58 dan 7,03
sedangkan nilai defleksi teoritis sebagai berikut:- 1,16 , -,3,248 dan -5,348. Untuk
teoritis semakin jauh posisi pembebanan maka akan bernilai negative hal ini
karena di prediksi bahwa batang akan terangkat.Sedangkan di percobaan nilai
defleksi bernilai positif hal ini menunjukkan bahwa tidak terangkat nya
batang.Hal ini bias saja disebabkan oleh Human eror. Seperti Dial indicator yang
tidak di set nol dahulu.
33
4 Defleksi Pengujian
Defleksi Teoritis
2
0
200 550 650
-2 -0.841
-1.458 -1.261
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.10 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Engsel - Rol Beban di Tengah
Batang Uji 1
Dari data diatas untuk posisi 200,550 dan 650.Nilai defleksi pengujian
sebagai berikut: 6,39 , 8,11 , dan 6,71 sedangkan untuk teoris sebagai berikut:-
0,841 , -1,458 dan -1,261.Untuk perbandingan teoritis dengan pengujian sanagt
berbanding terbalik yang sebabkan oleh Human eror pada saat pengujian.
0.2
0 Defleksi Pengujian
-0.2 200 450 650 Defleksi Teoritis
-0.4
-0.6
-0.521 -0.578
-0.8
-1 -0.74
Posisi Pembebanan (mm)
Gambar 4.11 Grafik Defleksi Pengujian Vs Teoritis Engsel - Rol Beban di Tengah
Batang Uji 2
34
Pada grafik diatas nilai defleksi untuk posisi 200,450 dan 650. Untuk defleksi
pengujian nya berturut-turut sebagai berikut : 0,77 , 0,73 dan 0,51 sedangkan
untuk teoritis nya sebagai berikut: - 0,521 , -0,74 dan -0,578. Perbandingan nya
sangat jauh karena terjadi nya kesalahan Human eror.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum percobaan defleksi adalah sebagai berikut.
1. Defleksi terjadi diakibatkan adanya pembebanan yang terjadi secara vertikal
ke bawah. Perbedaan nilai defleksi yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis
batang, berat beban, material bahan, jenis tumpuannya dan dapat juga
disebabkan peralatan atau benda uji yang sudah terlalu banyak terdefleksi
sehingga bentuk tidak simetris lagi dan juga mempengaruhi data yang telah
didapat.
2. Dalam membanding hasil teoritik dengan hasil eksperimen, dapat dilihat
bahwa perbandingan setiap datanya sangat jauh hal ini disebabkan oleh human
eror yang terjadi saat pengujian. Human eror ini seperti dial indicator yang
tidak diset nol, kurang elitinya saat perhitungan nya dan hal lainnya
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum percobaan defleksi adalah sebagai berikut.
1. Pada saat pengambilan data, lakukanlah dengan cermat dan pastikan kedataran
permukaan poros dan pelat antara tumpuan engsel dan rol, karena kedataran
permukaan sangat mempengaruhi hasil perhitungan. Jika permukaan tidak rata
lakukan penyetelan, dalam praktikum ini penyetelan bisa dilakukan pada
tumpuan rol.
2. Perhatikan alat ukur dial indikator berada pada titik yang telah ditentukan,
karena kalau tidak pada titik yang ditentukan hasilnya akan sangat berbeda
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
GETARAN BEBAS
Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir pratikum FENOMENA DASAR, khususnya ”GETARAN BEBAS”sebagai
laporan akhir pratikum getaran bebas ini tepat pada waktunya
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang akan
memberikan saya arahan dalam menyelesaikan laporan.Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Awalludin Martin, S.T.,M.T dan bapak Feblil huda,
S.T.,M.T.,Ph.D selaku dosen pembimbing mata kuliah fenomena dasar
mesin
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama
praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman satu kelompok yang saling memberikan masukan.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik baiknya. Namun,
penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih
terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian
penulis.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan
untukmembangun kedepannya. atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Pekanbaru, Oktober 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR NOTASI ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Getaran ............................................................................................ 3
2.2 Karakteristik Getaran ........................................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Getaran ............................................................................................ 5
2.4 Pemasangan pegas ............................................................................................. 5
2.5 Jenis-jenis redaman ........................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan ..................................................................................................10
3.2 Prosedur Percobaan ..........................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Pengujian..................................................................................................16
4.2 Pengolahan Data ...............................................................................................19
4.3 Analisa Data ............................................................................................. 30
4.4 Pembahasan ............................................................................................. 32
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................34
5.2 Saran ........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 4.4 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 2 Pegas Dengan Redaman ...... 17
Gambar 4.5 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 3 Pegas Tanpa Redaman ........ 17
Gambar 4.6 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 3 Pegas Dengan Redaman ...... 18
Gambar 4.7 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 1 Pegas tanpa Redaman ........... 18
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 1 Pegas Dengan Redaman ........ 18
Gambar 4.9 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 2 Pegas Tanpa Redaman .......... 18
Gambar 4.10 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 2 Pegas Dengan Redaman ...... 19
Gambar 4.11 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 3 Pegas Tanpa Redaman ........ 19
Gambar 4.12 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 3 Pegas Dengan Redaman ...... 19
Gambar 4.13 Grafik frekuensi pribadi vs jumlah pegas pada massa 0,25kg tanpa
redaman......................................................................................... 31
Gambar 4.14 Grafik frekuensi pribadi vs jumlah pegas 0,4 kg tanpa redaman .... 30
Gambar 4.15 Grafik Redaman vs Jumlah Pegas Pada Massa 0,25 Kg Dengan
Redaman ....................................................................................... 31
Gambar 4.16 Grafik Redaman vs Jumlah Pegas Pada Massa 0,4 Kg Dengan
Redaman ....................................................................................... 32
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR NOTASI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan dalam laporan ini diawali dengan pendahuluan yang berisi tentang
gambaran secara singkat mengenai getaran bebas, bab ini menjelaskan tentang
latar belakang, tujuan , dan manfaat.
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat terutama pada proses
produksi dan konstruksi dalam sebuah perkembangan industrial yang tidak asing
bagi para akademika terutama pada bidang teknik mesin. Berkaitan dengan teknik
mesin, banyak sekali ilmu yang wajib dipelajari, dari mulai rancang konstruksi,
struktur otomotif, konstruksi crane, konstruksi jembatan dan lain-lain. Dari
rancang konstruksi tersebut diperlukan suatu ilmu yang penting demi terjaganya
keamanan dalam pemakaian, yaitu ilmu getaran. Ilmu getaran berhubungan
dengan gerakan osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut.
Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar. Mesin dan
struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu dan dalam
rancangannya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya. Getaran bebas terjadi
jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem sistem itu
sendiri, serta tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan
bergetar satu atau lebih frekuensi pribadinya yang merupakan sifat sistem
dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekakuannya.
Getaran dapat ditampilkan dalam bentuk grafik dengan menggunakan suatu
alat peraga, yaitu dengan cara menarik beban yang terhubung pada ujung pegas
yang tergantung dan kemudian dilepaskan, maka beban akan bergetar bersamaan
dengan pegas. Bersamaan dengan itu, pena yang dihubungkan dengan beban ikut
bergerak vertikal dan melukis sebuah grafik pada kertas yang posisinya tegak dan
disisi lain digerakkan oleh motor secara horizontal. Alat uji getaran bebas satu
derajat kebebasan adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menampilkan getaran dalam bentuk grafik. Getaran terjadi karena adanya eksitasi
baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem akan tetapi efek getaran
1
2
Dalam tinjauan pustaka ini berisi mengenai apa itu getaran, karaktersitik
getaran,klasifikasi getaran, pemasangan pegas dan jenis-jenis redaman yang ada.
2.1 Pengertian Getaran
Getaran dapat didefinisikan sebagai gerak osilasi dari sistem mekanik di
sekitar titik atau posisi seimbang. Getaran terjadi karena adanya gaya eksitasi.
Getaran adalah gerakan translasi (bolak-balik) yang ada disekitar titik
kesetimbangan dimana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang
diberikan. Kesetimbangan disni maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda
berada ada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar. Mesin dan
struktur rekayasa mengalami getaran dampai derajat tertentu dan rancangannya
biasanya memerlukan perkembangan sifat osilasinya. Sistem berisolasi yang
paling sederhana terdiri dari massa dan pegas seperti ada gambar 2.1
3
4
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya siklus (getaran) yang dilakukan dalam
satuan waktu, dengan satuan Hz.
𝟏 𝒗
𝑻 = 𝒇 = 𝝀 ............................................ (2.2)
∆x1 dan ∆x2. Secara umum konstanta total pegas yang dirangkai pararel
dinyatakan dengan persamaan:
Pada bab metodologi ini berisikan alat,bahan dan prosedur yang digunakan
pada praktikum getaran bebas.
3.1 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Rangka
Rangka berfungsi penyangga alat
10
11
3. Peredam
Peredam berfungsi meredam getaran.
4. Landasan
Landasan berfungsi sebagai dudukan alat
6. Motor
Motor berfungsi memutar drum pembawa kertas
7. Kedudukan Kertas
Kedudukan kertas berfungsi tempat kertas
9. Pegas
Pegas berfungsi menahan getaran
Adapun bab pembahasan ini berisi tentang data pengujian, perhitungan, anilisa
serta pembahasan.
4.1 Data Pengujian
Pengujian dilakukan dengan memvariasikan massa beban dan jumlah pegas pada
alat uji. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Massa 0,25 kg
a. Grafik pengujian dengan massa 0,25 kg dan 1 pegas tanpa redaman.
Gambar 4.2 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 2 Pegas dengan Redaman
c. Grafik pengujian dengan massa 0.25 kg dan 2 pegas tanpa redaman.
16
17
Gambar 4.3 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 2 Pegas Tanpa Redaman
Gambar 4.4 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 2 Pegas Dengan Redaman
Gambar 4.5 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 3 Pegas Tanpa Redaman
Gambar 4.6 Grafik Pengujian Massa 0,25 kg dan 3 Pegas Dengan Redaman
2. Massa 0,4 kg
a. Grafik pengujian dengan massa 0.4 kg dan 1 pegas tanpa redaman.
Gambar 4.7 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 1 Pegas tanpa Redaman
b. Grafik pengujian dengan massa 0.4 kg dan 1 pegas dengan redaman.
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 1 Pegas Dengan Redaman
c. Grafik pengujian dengan massa 0.4 kg dan 2 pegas tanpa redaman.
Gambar 4.9 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 2 Pegas Tanpa Redaman
19
Gambar 4.10 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 2 Pegas Dengan Redaman
e. Grafik pengujian dengan massa 0.4 kg dan 3 pegas tanpa redaman.
Gambar 4.11 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 3 Pegas Tanpa Redaman
f. Grafik pengujian dengan massa 0.4 kg dan 3 pegas dengan redaman.
Gambar 4.12 Grafik Pengujian Massa 0,4 kg dan 3 Pegas Dengan Redaman
4.2 Pengolahan Data
1. Massa 0,25 Kg
a. Tanpa redaman
i. Menggunakan 1 pegas
m = 0,25 Kg
t = 0,45 s
X1 = 0,028 m
X2 = 0,026 m
l = 0,3 m
Frekuensi Pribadi (Teori):
1152,7 𝑁/𝑚
√𝑘 √
𝑚 0,25 𝑘𝑔
𝜔𝑛 = = = 10,807 𝐻𝑧
2𝜋 2∙𝜋
Kecepatan:
𝑙 0,3 𝑚
𝑣= = = 0,667 𝑚/𝑠
𝑡 0,45 𝑠
Frekuensi Pribadi (Pengujian):
𝑣 0,667 𝑚/𝑠
𝜔𝑛 = = = 3,790 𝐻𝑧
𝜆 0,176 𝑚
Kecepatan:
𝑙 0,2 𝑚
𝑣= = = 0,206 𝑚/𝑠
𝑡 0,97 𝑠
Frekuensi Pribadi (Pengujian):
𝑣 0,206 𝑚/𝑠
𝜔𝑛 = = = 1,807 𝐻𝑧
𝜆 0,114 𝑚
iii. Menggunakan 3 pegas
l = 0,205 m
𝜔𝑛
𝐹𝐷 = √1 − (𝜍 2 × )
2𝜋
70,19
= √1 − (0,112 × 2×3,14)
=0,932 Hz
ii. Menggunakan 2 pegas
2305,4 𝑁/𝑚
=√
0,25𝑘𝑔
= 96,029 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝜔𝑛
𝑓𝑛 =
2𝜋
96,029𝑟𝑎𝑑/𝑠
=
2×𝜋
= 15,283 𝐻𝑧
Zeta :
𝑥1
𝜍 = 𝑙𝑛 /2𝜋
𝑥2
0,022𝑚
= 𝑙𝑛 /2 × 𝜋
0,012𝑚
= 0,096
Redaman:
𝑐 = 2𝜍√𝑘𝑚
= 2(0,096)√2305,4 𝑁/𝑚 × 0,25𝑘𝑔
= 4,609
Frekuensi pribadi redaman (pengujian):
𝜔𝑛
𝐹𝐷 = √1 − (𝜍 2 × )
2𝜋
96,029
= √1 − (0,0962 × )
2𝜋
= 0,927 𝐻𝑧
iii. Menggunakan 3 pegas
23
3458,1 𝑁/𝑚
=√
0,25𝑘𝑔
= 117,611𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝜔𝑛
𝑓𝑛 =
2𝜋
117,611𝑟𝑎𝑑/𝑠
=
2×𝜋
= 18,718𝐻𝑧
Zeta :
𝑥1
𝜍 = 𝑙𝑛 /2𝜋
𝑥2
0,018𝑚
= 𝑙𝑛 0,010𝑚 /2 × 𝜋
= 0,093
Redaman :
𝑐 = 2𝜍√𝑘𝑚
= 2(0,093)√3458,1𝑁/𝑚 × 0,25𝑘𝑔
= 5,469
Frekuensi pribadi redaman (pengujian):
𝜔𝑛
𝐹𝐷 = √1 − (𝜍 2 × )
2𝜋
117,611
= √1 − (0,0932 × )
2𝜋
= 0,915 𝐻𝑧
2. Massa 0,40 Kg
a. Tanpa Redaman
i. Menggunakan 1 pegas
m = 0,40 Kg
t = 1,04 s
X1 = 0,021 m
X2 = 0,020 m
l = 0,565 m
Frekuensi Pribadi (Teori):
1152,7 𝑁/𝑚
√𝑘 √
𝑚 0,40 𝑘𝑔
𝜔𝑛 = = = 8,544 𝐻𝑧
2𝜋 2∙𝜋
Kecepatan:
𝑙 0,565 𝑚
𝑣= = = 0,543 𝑚/𝑠
𝑡 1,04 𝑠
Frekuensi Pribadi (Pengujian):
𝑣 0,543 𝑚/𝑠
𝜔𝑛 = = = 2,983 𝐻𝑧
𝜆 0,182 𝑚
ii. Menggunakan 2 pegas
X2 = 0,003 m
l = 0,22 m
Frekuensi Pribadi (Teori):
3458,1 𝑁/𝑚
√𝑘 √
𝑚 0,40 𝑘𝑔
𝜔𝑛 = = = 14,798 𝐻𝑧
2𝜋 2∙𝜋
Kecepatan:
𝑙 0,22 𝑚
𝑣= = = 0,259 𝑚/𝑠
𝑡 0,85 𝑠
Frekuensi Pribadi (Pengujian):
𝑣 0,259 𝑚/𝑠
𝜔𝑛 = = = 3,454 𝐻𝑧
𝜆 0,075 𝑚
b. Dengan Redaman
i. Menggunakan 1 pegas
Diketahui : k = 1152,7 N/m
m = 0,4 kg
t = 0,79 s
X1 = 0,017 m
X2 = 0,019 m
Frekuensi Pribadi (Teori):
𝑘
ω𝑛 = √
𝑚
1152,7 𝑁/𝑚
=√
0,4 𝑘𝑔
= 53,682 𝑟𝑎𝑑/𝑠
ω𝑛
𝑓𝑛 =
2𝜋
53,682 𝑟𝑎𝑑/𝑠
=
2𝜋
= 8,544 𝐻𝑧
Zeta :
𝑥
ln 𝑥1
2
ς =
2𝜋
0,017 𝑚
ln 0,019𝑚
=
2𝜋
= 0,018
Redaman :
𝑐 = 2. 𝜍. √𝑘. 𝑚
= 2. 0,018. √1152,7 𝑁⁄𝑚 . 0,4 𝑘𝑔
26
= 0,773
Frekuensi pribadi redaman (pengujian):
ω𝑛
𝑓𝐷 = √(1 − (𝜁 2 . )
2𝜋
53,682
= √(1 − (0,018)2 . )
2𝜋
= 0,999 𝐻𝑧
ii. Menggunakan 2 pegas
Diketahui : k = 2305,4 N/m
m = 0,4 kg
t = 0,78 s
X1 = 0,027 m
X1 = 0,019 m
Frekuensi Pribadi (Teori):
𝑘
ω𝑛 = √
𝑚
2305,4 𝑁/𝑚
=√
0,4 𝑘𝑔
= 75,918 𝑟𝑎𝑑/𝑠
ω𝑛
𝑓𝑛 =
2𝜋
75,918 𝑟𝑎𝑑/𝑠
=
2𝜋
= 12,083 𝐻𝑧
Zeta :
𝑥
ln 𝑥1
2
ς =
2𝜋
0,027𝑚
ln
0,019 𝑚
=
2𝜋
= 0,056
Redaman :
𝑐 = 2. 𝜍. √𝑘. 𝑚
= 2. 0,056. √2305,4 𝑁⁄𝑚 . 0,4 𝑘𝑔
= 3,401
Frekuensi pribadi redaman (pengujian):
ω𝑛
𝑓𝐷 = √(1 − (𝜁 2 . )
2𝜋
27
75,918
= √(1 − ((0,056)2 . )
2𝜋
= 0,981 𝐻𝑧
3458,1 𝑁/𝑚
=√
0,4 𝑘𝑔
= 92,98 𝑟𝑎𝑑/𝑠
ω𝑛
𝑓𝑛 =
2𝜋
92,98 𝑟𝑎𝑑/𝑠
=
2𝜋
= 14,798 𝐻𝑧
Zeta :
𝑥
ln 1
𝑥2
ς =
2𝜋
0,003𝑚
ln 0,005 𝑚
=
2𝜋
= 0,081
Redaman :
𝑐 = 2. 𝜍. √𝑘. 𝑚
= 2. 0,081. √3458,1 𝑁⁄𝑚 . 0,4 𝑘𝑔
= 6,025
Frekuensi pribadi redaman (pengujian):
ω𝑛
𝑓𝐷 = √(1 − (𝜁 2 . )
2𝜋
92,98
= √(1 − ((0,081)2 . )
2𝜋
= 0,95 𝐻𝑧
28
Frek. Pribadi
Jumlah Massa Kekakuan X1 X2 Redaman
Zeta (Pengujian)
Pegas (Kg) (N/m) (m) (m) (c)
(Hz)
1 1152,7 0,010 0,05 0,11 3.735 0.932
2 0,25 2305,4 0,022 0,012 0,096 4.609 0.927
3 3458,1 0,018 0,010 0,093 5.469 0.915
Frek. Pribadi
Jumlah Massa Kekakuan X1 X2 Redaman
Zeta (Pengujian)
Pegas (Kg) (N/m) (m) (m) (c)
(Hz)
1 1152,7 0,017 0,019 0,018 0.773 0.999
2 0,4 2305,4 0,027 0,019 0,056 3.401 0.981
3 3458,1 0,003 0,005 0,081 6.025 0.95
14
15.283
12
10
10.807 Frek. Pribadi (Teori)
8
6 3.79 Frek. Pribadi (Pengujian)
2.923
4 1.807
2
0
1 2 3
Jumlah Pegas
Gambar 4.13 Grafik frekuensi pribadi vs jumlah pegas pada massa 0,25kg tanpa
redaman
Pada grafiknya kedua frekuensi sama-sama naik. Saat jumlah pegas satu, nilai
frekuensi pribadi pengujian bernilai 3,79 Hz dan nilai frekuensi pribadi teorinya
10,807 Hz. saat jumlah pegas dua, nilai frekuensi pribadi pengujian 1,807 Hz dan
nilai frekuensi pribadi teori 15,283 Hz. Saat jumlah pegas tiga, nilai frekuensi pribadi
pengujian 2,923 Hz dan nilai frekuensi pribadi teori 18,718 Hz.Dilihat dari grafik
diatas dapat dilihat bahwa secara teori dan pengujian data yang diperoleh memiliki
kesamaan yaitu semakin banyak jumlah pegas maka frekuensi pribadinya akan
semakin banyak.
30
12
10 12.082
8
8.544 Frek. Pribadi (Teori)
6
3.454 Frek. Pribadi (Pengujian)
4 2.379
2 0.543
0
1 2 3
Jumlah Pegas
Gambar 4.14 Grafik frekuensi pribadi vs jumlah pegas 0,4 kg tanpa redaman
Berdasarkan grafik diatas, dapat kita ketahui bahwa hasil dari frekuensi pribadi
pengujian dan frekuensi pribadi teori memiliki nilai dengan perbedaan yang tidak
terlalu jauh. Saat jumlah pegas satu, nilai frekuensi pribadi pengujian bernilai 0,543
Hz dan nilai frekuensi pribadi teorinya 8,544 Hz. Saat jumlah pegas dua, nilai
frekuensi pribadi pengujian 2,379 Hz dan nilai frekuensi pribadi teori 12,082 Hz. Saat
jumlah pegas tiga, nilai frekuensi pribadi pengujian 3,454 dan nilai frekuensi pribadi
teori 14,798 Hz.
Jika dibandingkan pada grafik diatas maka dilihat bahwa terjadi kenaikan
frekuensi pribadi hal ini disebabkan oleh pembebebanan yang berubah dimana jika
semakin berat beban yang diberikan maka akan semakin banyak pula frekuensi
pribadi yang ditimbulkan.
31
5 5.469
4 4.609
Redaman
3 3.735
Redaman
2
Frek. Pribadi (Pengujian)
0.932 0.927 0.915
1
0
1 2 3
Jumlah Pegas
Gambar 4.15 Grafik Redaman vs Jumlah Pegas Pada Massa 0,25 Kg Dengan
Redaman
Berdasarkan grafik diatas, dapat kita ketahui bahwa hasil dari frekuensi pribadi
pengujian dan redaman memiliki nilai dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.
Tetapi dapat kita lihat pada grafiknya yang sama-sama naik. Saat jumlah pegas satu,
nilai frekuensi pribadi pengujian bernilai 0,932 Hz dan nilai redamannya 3,735 Hz.
Saat jumlah pegas dua, nilai frekuensi pribadi pengujian 0,927 Hz dan nilai
redamannya 4,609 Hz. Saat jumlah pegas tiga, nilai frekuensi pribadi pengujian 0,915
Hz dan nilai redamnnya 5,469 Hz. Ketika pengujian dilakukan menggunakan
redaman grafik yang awalnya kenaikan nya tidak konstan maka ketika diberikan
redaman grafik menjadi konstan hal ini terjadi karena redaman yang diberikan akan
mengurangi jumlah frekuensi pribadi.
32
4
3 Redaman
3.401
2 0.999 0.981 Frek. Pribadi (Pengujian)
0.95
1
0 0.773
1 2 3
Jumlah Pegas
Gambar 4.16 Grafik Redaman vs Jumlah Pegas Pada Massa 0,4 Kg Dengan Redaman
Berdasarkan grafik diatas, dapat kita ketahui bahwa hasil dari frekuensi pribadi
pengujian dan redaman memiliki nilai dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.
Tetapi dapat kita lihat pada grafiknya yang sama-sama naik. Saat jumlah pegas satu,
nilai frekuensi pribadi pengujian bernilai 0,999 Hz dan nilai redamannya 0,773 Hz.
Saat jumlah pegas dua, nilai frekuensi pribadi pengujian 0,981 Hz dan nilai
redamannya 3,401 Hz. Saat jumlah pegas tiga, nilai frekuensi pribadi pengujian 0,95
Hz dan nilai redamnnya 6,025 Hz.
4.4 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum getaran bebas ini, kita dapat menganalisa hasil
percobaan melalui grafik. Harga frekuensi pribadi suatu sistem berbanding terbalik
dengan nilai massa yang digunakan. Semakin berat massa pecobaan maka nilai
frekuensi pribadi akan semakin kecil. Berdasarkan grafik diatas yaitu, grafik
frekuensi pribadi vs jumlah pegas pada massa 0,25 kg kita memperoleh bahwa grafik
mengalami kenaikan. Hal tersebut sama dengan teoritis dimana jika semakin banyak
pegas yang kita pasang maka frekuensi pribadi akan bertambah. Begitu juga saat kita
menggunakan redaman, yang berbeda jika tanpa redaman peningkatannya tidak
konstan sedangkan jika menggunakan redaman maka hasil peningkatan akan konstan.
33
Fenomena ini berkaitan dengan kekakuan material pegas yakni pegas semakin
banyak tersusun paralel maka kekakuan pegas akan semakin berlipat. Hal ini juga
menunjukkan bahwa harga frekuensi pribadi juga berbanding lurus dengan nilai
kekakuan pegas. Semakin besar nilai kekakuan pegasnya, maka frekuensi pribadinya
juga akan bertambah.
Pada percobaan kali ini juga ditemui kesalahan, hal ini dapat dilihat pada grafik
yang datar. Pemberian simpangan yang tidak sama di setiap percobaan dapat menjadi
faktor yang menyebabkan grafik yang dihasilkan datar.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum getaran bebas adalah:
1. Harga frekuensi pribadi suatu sistem berbanding terbalik dengan nilai massa
𝑘
yang digunakan yaitu 𝑤𝑛 = √𝑚 .Semakin berat massa pecobaan maka nilai
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
GOVERNOR
Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir pratikum FENOMENA DASAR, khususnya ”GOVERNOR”sebagai
laporan akhir pratikum getaran bebas ini tepat pada waktunya
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang akan
memberikan saya arahan dalam menyelesaikan laporan.Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Awalludin Martin, S.T.,M.T dan bapak Feblil huda, S.T.,M.T,
Ph. D. selaku dosen pembimbing mata kuliah fenomena dasar mesin
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
selama praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman satu kelompok yang saling memberikan masukan.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik
baiknya. Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis,
sehingga masih terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari
perhatian penulis.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah
diharapkan untukmembangun kedepannya. atas perhatiannya penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Pekanbaru, Oktober 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 1
1.3 Manfaat................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Governor ............................................................................. 3
2.2 Prinsip Kerja Governor ......................................................................... 3
2.3 Gaya – Gaya Pada Governor ................................................................. 4
2.4 Jenis – jenis Governor ........................................................................... 6
2.5 Karakteristik Governor ......................................................................... 7
2.6 Sistem Pengatur Pada Governor ............................................................ 8
2.7 Pneumatic hydraulic speed control ....................................................... 8
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat & Bahan ....................................................................................... 11
3.2 Prosedur .............................................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Pengujian..................................................................................... 16
4.2 Pengolahan Data .................................................................................. 16
4.3 Analisa Data ........................................................................................ 23
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 26
5.2 Saran................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Governor ................................................................................... 3
Gambar 2.2 Gaya sentrifugal ......................................................................... 4
Gambar 2.3 Gaya sentripetal ......................................................................... 5
Gambar 2.4 Gaya Tangensial ........................................................................ 6
Gambar 2.5 Porter Governor ......................................................................... 6
Gambar 2.6 Proel Governor .......................................................................... 7
Gambar 2.7 Hartnell Governor ...................................................................... 7
Gambar 2.8 Pneumatic hydraulic speed control ............................................ 8
Gambar 3.1 seperangkat alat uji Governor .................................................... 11
Gambar 3.2 Timbangan digital ...................................................................... 11
Gambar 3.3 Kunci 17 .................................................................................... 11
Gambar 3.4 Mistar ........................................................................................ 12
Gambar 3.5 Jangka ....................................................................................... 12
Gambar 3.6 Tachometer ................................................................................ 12
Gambar 3.7 Massa ........................................................................................ 13
Gambar 3.8 Menghubungkan rangkaian ........................................................ 13
Gambar 3.9 Mengatur tegangan .................................................................... 14
Gambar 3.10 Mengamati dan menghitung menggunakan Tachometer ........... 14
Gambar 3.11 Mengukur posisi sleeve ............................................................ 14
Gambar 3. 12 Memvariasikan massa flyball .................................................. 15
Gambar 4.1 Grafik pemendekan pegas vs beban ........................................... 24
Gambar 4.2 Garfik kecepatan putar vs beban ................................................ 24
Gambar 4. 3 Grafik kecepatan putar vs rata-rata pemendekan ....................... 25
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. 1 Pengujian Menggunakan 1 beban ................................................. 16
Tabel 4. 2 Tabel Hasil Pengujian Governor ................................................... 22
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan dalam laporan ini diawali dengan pendahuluan yang berisi tentang
gambaran secara singkat mengenai putaran kritis.Bab ini menjelaskan latar
belakang,tujuan dan manfaat.
1.1 Latar Belakang
Uji Governor adalah unit jenis sentrifugal yang memberikan kontrol presisi
kecepatan mesin. Ketika kontrol kecepatan tidak diinginkan itu harus dilepaskan
dengan tipe twin-pin. Tidak pernah terlibat kopling ini dengan menjalankan
mesin. Untuk mengoperasikannya menarik tutup luar dan putar ¼ berubah di
kedua arah sampai anda merasakan dua lugs drop ke dalam wadahnya yang
disediakan.
Dalam dunia industri,banyak sekali mesin mesin yang sebagian besar elemen
elemennya bergerak terutama kecepatan gerak.Banyak dijumpai sebagian besar
mesin rusak karena kecepatan putaran yang tidak konstanta dan bekerja paruh
waktu.Selain itu mesin mesin penggerak mula yang harus beroperasi pada
kecepatan putaran konstan.Dengan adanya daya yang bervariasi sehingga
diperlukan alat yang dapat mengatur kecepatan.Dengan permasalahan tersebut
terdapat suatu alat yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yang dengan
adanya alat yang bernama Governor.
Governor selalu berperan dan mengendalikan output mesin. Jika terjadi
dalam perubahan yang diinginkan maka Governor akan segera bertindak
mengatur suplay untuk mengendalikan output. Jadi Governor merupakan alat
kontrol otomatis, Governor berperan mengatur kecepatan rata-rata mesin untuk
penggerak mula, apabila terjadi variasi kecepatan akibat fluktuasi beban.
Pada dasarnya pengujian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari
dari pengatur dengan membuat grafik yang menyatakan hubungan antar kecepatan
poros dengan dan posisi sleeve.Posisi sleeve dapat diperoleh hubungan gaya
ssentrifugal dalam keadaan stabil atau tidak.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum percobaan Governor adalah sebagai berikut:
1
2
Dalam tinjauan pustaka berisi mengenai apa itu Governor. Bab ini
menjelaskan tentang devinisi Governor, jenis - jenis Governor dan hal lain
tentang Governor.
2.1 Pengertian Governor
Governor merupakan suatu alat pengatur kecepatan putaran pada mesin
penggerak mula. Fungsi dari Governor adalah mengatur kecepatan putaran poros
keluaran pada penggerak mula yang dipasang alat pengatur ini. Sehingga dapat
diperoleh kecepatan putaran poros keluaran yang stabil, meskipun beban yang
ditanggung oleh mesin tersebut bervariasi dan berubah-ubah.
Governor bekerja berdasarkan perubahan besarnya gaya sentrifugal yang
terjadi karena adanya perubahan perubahan kecepatan putaran poros. Tanggapan
dari Governor ini diteruskan ke suatu sistem lain yang mempengaruhi besarnya
kecepatan putaran dari mesin-mesin penggerak mula.
3
4
r = Jarak flayball
ω = Putaran sudut
Putaran yang diberikan dengan memakai motor penggerak yang mana
kecepatan putaran poros dapat diatur dengan menggunakan slide regulator.
Setelah putaran yang di berikan sesuai dengan yang diharapkan, lengan-lengan
Governor akan mengangkat posisi sleeve dari posisi awal sampai maksimum. Jadi
output yang diharapkan dari system kerja Governor ini adalah berapa ketinggaian
sleeve (h) agar posisi mencapai kondisi stabil.
Penggerak mula sering kali harus beroperasi pada putaran yang relatif
konstan walaupun daya yang harus dihasilkannya berfariasi. Untuk mencapai
kondisi operasi seperti yang diperlukan suatu alat yang disebut pengatur
(Governor). Berdasarkan cara kerjanya pengaturan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pengaturan sentrifugal (centrifugal Governor)
b. Pengaturan inersia (inersia Governor)
Pengaturan sentrifugal bekerja berdasarkan gaya sentrifugal sedangkan
pengatur inersia bekerja berdasarkan momen inersia yang timbul kerena
terjadinya percepatan sudut. Karena lebih rumit maka jenis pengatur inersia tidak
banyak digunakan walaupun reaksinya lebih cepat.
2.3 Gaya – Gaya Pada Governor
Adapun gaya – gaya yang berkerja pada Governor adalah sebagai berikut:
2.3.1 Gaya sentrifugal
Merupakan sebuah gaya yang ditimbulkan akibat adanya gerakan suatu
benda atau partikel sebuah lintasan lengkung sehingga gaya yang ditimbulkan
keluar lingkaran.
𝑚×𝑣 2
𝐹= ........................................ (2.2)
𝑟
Keterangan:
F = Gaya sentrifugal
m= massa
v = Kecapatan
r = jarak sentrifugal
2.3.2 Gaya sentripetal
Yaitu gaya yang diperlukan agar benda dapat tetap bias bergerak melingkar.
Jika arah gaya sentrifugal mengarah keluar maka arah gaya sentripental mengarah
ke dalan lingkaran.
Keterangan
F = Gaya Sentripetal
m = Massa
ω = Kecepatan sudut
r = Jarak
2.3.3 Gaya Tangensial
Yaitu gaya dalam yang bekerja sejajar dengan bidang penampang potong
atau tegak lurus terhadap sumbu batang.
6
Sirkuit mesin lokomotif disel sebagai banyak yang diketik beda sirkuit mulai
dari ukuran dan pabrikan mesin lokomotif diesel. Biasanya, mereka dapat dimulai
oleh kapal motor udara, kapal motor elektris, kapal motor hidrolis, dan secara
manual. Sirkuit start dapat buku sederhana start push button, atau komplek auto-
start sirkuit. Tetapi hampir semua kasus peristiwa mengikuti harus terjadi untuk
mesin mulai untuk start. Tanda start mengirim untuk motor mulai beroperasi
elektris atau motor hidrolis, akan melibatkan mesin roda gaya. Motor akan mulai
memutar engkol mesin. Mesin akan kemudian mempercepat ke kecepatan normal.
Ketika motor stater gear tambahan oleh motor berlari itu akan melepaskan roda
gaya. Sebab rely mesin lokomotif disel panas di tekanan untuk menyalakan bahan
bakar, mesin dingin dapat panas cukup mengambil dari gas yang jatuh udara
dimampatkan di bawah panas pengapian bahan bakar.
BAB III
METODOLOGI
Dalam bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum serta prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini
3.1 Alat & Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Governor adalah:
1. Seperangkat alat uji Governor
Berikut adalah gambar seperangkat alat uji Governor yang akan digunakan
11
12
4. Mistar
Mistar berfungsi untuk mengukur benda
5. Jangka.
Jangka berfungsi untuk mengukur posisi sleeve
6. Tachometer.
Tachometer berfungsi untuk mengukur kecepatan putar poros
7. Massa
Massa berfungsi sebagai pembebanan
4. Tempatkan sleeve pada skala ukur dan ukur kecepatan putar pada setiap
skala.
Dalam bab ini menunjukkan hasil perhitungan dan menyajikan grafik, serta
pembahasan atau analisis dari grafik.
4.1 Data Pengujian
Tabel 4. 1 Pengujian Menggunakan 1 beban
No Massa Pegas Kekakuan Putaran Poros Pemendekan Panjang Akhir
(kg) Pegas (rpm) Pegas (mm) Pegas(mm)
X0 (N/mm) 125 V 150 V 125 V 150 V 125 V 150 V
(mm)
1 0,051 180 0,0135 354,7 355,4 36 38 144 142
Ditanya = a. K
b. 𝜃
c. r
d. 𝜔
e. Fs
Jawab
𝐹
a. K = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑛
16
17
F=mxg
F = 0,051 kg x 9,81𝑚⁄𝑠 2
F = 0,50031 N
Pemendekan pegas 125V+ Pemendekan pegas 150V
Rata-rata pemendekan = 2
36 mm+38 mm
= 2
= 37 mm.
0,50031 N
K= 37 mm.
= 0,0135 𝑁⁄𝑚𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 2
b. Cos 𝜃 = 2 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
1. 125 V
(144 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 = 2 𝑥 (144𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,257
𝜃 = Cos-1 0,257
𝜃 = 1,31 °
2. 150 V
(142 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 = 2 𝑥 (142𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,254
𝜃 = Cos-1 0,254
𝜃 = 1,31 °
c. r = panjang lengan x sin 𝜃
1. 125 V
r = 280 mm x sin 1,31°
r = 270,532 mm
2. 150 V
r = 280 mm x sin 1,31°
r = 270,532 mm
2𝜋
d. 𝜔 = 60𝑛
18
1. 125 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 354,7 𝑟𝑝𝑚
2. 150 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 355,4 𝑟𝑝𝑚
Ditanya = a. K
b. 𝜃
c. r
d. 𝜔
e. Fs
Jawab
𝐹
a. K = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑛
19
F=mxg
F = 0,322 kg x 9,81𝑚⁄𝑠 2
F = 3,15882 N
Pemendekan pegas 125V+ Pemendekan pegas 150V
Rata-rata pemendekan = 2
37 mm+59 mm
= 2
= 48 mm.
3,15882 N
K= 48 mm.
= 0,0658 𝑁⁄𝑚𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 2
b. Cos 𝜃 = 2 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
1. 125 V
(143 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 = 2 𝑥 (143𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,255
𝜃 = Cos-1 0,255
𝜃 = 1,31 °
2. 150 V
(121 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 = 2 𝑥 (121𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,216
𝜃 = Cos-1 0,216
𝜃 = 1,35 °
c. r = panjang lengan x sin 𝜃
1. 125 V
r = 270,532 mm
2. 150 V
r = 280 mm x sin 1,35°
r = 273,202 mm
20
2𝜋
d. 𝜔 = 60𝑛
1. 125 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 257,5 𝑟𝑝𝑚
2. 150 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 359,1 𝑟𝑝𝑚
Ditanya = a. K
b. 𝜃
c. r
d. 𝜔
e. Fs
Jawab
21
𝐹
a. K = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑛
F=mxg
F = 0,872 kg x 9,81𝑚⁄𝑠 2
F = 8,55432 N
Pemendekan pegas 125V+ Pemendekan pegas 150V
Rata-rata pemendekan= 2
70 mm+94 mm
= 2
= 82 mm.
8,55432 N
K= 82 mm.
= 0,104 𝑁⁄𝑚𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 2
b. Cos 𝜃 = 2 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
1. 125 V
(110 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 = 2 𝑥 (110𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,196
𝜃 = Cos-1 0,196
𝜃 = 1,37 °
2. 150 V
(86 𝑚𝑚)2
Cos 𝜃 =
2 𝑥 (86 𝑚𝑚)𝑥 (280𝑚𝑚)
Cos 𝜃 = 0,153
𝜃 = Cos-1 0,153
𝜃 = 1,42 °
c. r = panjang lengan x sin 𝜃
1. 125 V
r = 274,374 mm
22
2. 150 V
r = 280 mm x sin 1,42°
r = 276,822 mm
2𝜋
d. 𝜔 = 60𝑛
1. 125 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 256,7 𝑟𝑝𝑚
2. 150 V
2𝜋
𝜔 = 60 . 355,2 𝑟𝑝𝑚
90
80
70 59
60 70
50 38
40 125 V
30 37 150 V
36
20
10
0
0.051 0.322 0.872
Beban (kg)
Berdasarkan grafik diatas yaitu, grafik pemendekan pegas vs beban dapat kita
lihat bahwa grafik yang dihasilkan menanjak. terlihat jelas antara beban 0.322 Kg
dan 0.872 Kg yang memiliki grafik kenaikan yang tinggi. Jika kita bandingkan
24
pada tegangan 150 V dan 125 V terlihat jelas grafik pada tegangan 150 V
memiliki kenaikan yang lebih besar dan jelas.dapat disimpulkan dari grafik diatas
bahwa pada semakin besar pembebanan yang diberikan dan juga tegangan yang
diberikan menyebabkan pemendekan pegas meningkat. Hal ini terjadi karena
beban memberikan gaya setrifugal dan mengangkat sleeve yang menyebabkan
pegas mengalami gaya dan pemendekan pun terjadi. Semakin besar pembebanan
yang terjadi maka pemendekan akan semakin besar pula.
350
354.7
300
250
257.7 256.7
200
125 V
150
150 V
100
50
0
0.051 0.322 0.872
Beban (Kg)
350
300 354.7
250
200 257.7 256.7
125 V
150
100 150 V
50
0
37 48 82
Rata-rata Pemendekan (mm)
Jika dilihat pada tabel diatas, Pemendekan pegas berkurang ketika kecepatan
putaran poros semakin tinggi. Hal ini terjadi terjadi akibat gaya gravitasi yang
menarik beban. Melihat fenomena ini, dapat disimpulkan bahwa hal ini juga
dipengaruhi oleh pertambahan beban, karena tidak mungkin pemendekan pegas
berkurang jika kecepatan putaran poros meningkat. Tentunya jika dengan beban
yang sama kita dapat melihat grafik yang berbeda dimana pemendekan pegas juga
semakin tinggi nilainya. Namun kembali harus dipertimbangkan bahwa dalam
praktikum ini kita juga menggunakan beban yang berbeda-beda pada setiap
percobaan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum percobaan Governor adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik pengatur (Governor) yaitu: Penurunan kecepatan, pengaturan
isokhorik, kepekaan, kestabilan, ayunan, ketangkasan, daya dari pengatur.
2. Untuk mementukan daerah stavil pada Governor dilakukan dengan cara
mengamati perubahan posisi sleeve dengan perubahan kecepatan poros harus
proporsional.
3. Gaya sentrifugal pada pegas dapat di tentukan dengan persamaan 𝐹𝑠 = 𝑚𝑟𝜔2
4. Struktur truss jika gaya-gaya luar dialihkan melalui perilaku aksial pada
elemen 1 D, sedangkan frame adalah selain aksial juga memanfaatkan
perilaku lentur maupun geser pada elemen 1 D
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum percobaan Governor ini adalah:
1. Pada saat pengambilan data, lakukanlah dengan cermat dan pastikan aman
dari putaran Governor.
2. Perhatikan pada saat pengukuran tinggi sleeve, dikarenakan putaran Governor
yang berbahaya.
3. Perhatikan dalam pengolahan data, agar data yang dihasilkan akan lebih
akurat juga.
26
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D. C. (2014). Fisika Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
R., H. A. (1955). Dynamics of Machinery. New York: John Wiley adn Sons.
27
28
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
PUTARAN KRITIS
Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir pratikum FENOMENA DASAR, khususnya ”PUTARAN
KRITIS”sebagai laporan akhir pratikum getaran bebas ini tepat pada waktunya
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang akan
memberikan saya arahan dalam menyelesaikan laporan.Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Awalludin Martin, S.T.,M.T dan bapak Feblil huda,
S.T.,M.T., Ph.D selaku dosen pembimbing mata kuliah fenomena
dasar mesin
2. Asisten Dosen yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
selama praktikum hingga dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman satu kelompok yang saling memberikan masukan.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik baiknya. Namun,
penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih
terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian
penulis.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan
untuk membangun kedepannya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu, sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum putaran kritis ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik poros
2. Mahasiswa dapat mengetahui hubugan defleksi yang terjadi dengan posisi
rotor untuk berbagai tegangan yang diberikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fenomena yang terjadi pada poros.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mesin.
Adapun berdasarkan pergerakan massanya putaran kritis dapat dijabarkan
sebagai berikut:
3
4
Massa yang bergetar secara vertical mempunyai frekuansi yang sama seperti
massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi yang terjadi disekitar posisi
keseimbangan.
2.2 Poros
Gandar (berputar atau diam) atau poros dimaksudkan untuk menopang bagian
mekanis yang diam, bergetar, atau berputar tetapi tidak mengalami torsi, sehingga
tegangan utamanya adalah lentur. Sumbu pendek juga disebut baut.Bagian yang
berputar dalam bantalan dari gandar dan poros disebut tap. Poros (keseluruhannya
berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar dan mendapat tegangan
puntir dan tekuk. Menurut arah memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan
poros yang bengkok (poros engkol) terhadap poros lurus biasa, sebagai poros
pejal atau poros berlubang, keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut
penampang melintangnya disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil
(contohnya dengan profil alur banyak dan profil – K). Disamping itu dikenal juga
poros engsel, poros teleskop, poros lentur, dan lain-lain. Persyaratan khusus
terhadap design dan pembuatan adalah sambungan dari poros dan naf serta poros
dengan poros.Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang
dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi
pemasangannya, contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk
roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat
memegang perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun
(kepekaan takikan lebih tinggi). Design pada poros diarahkan menurut bagian
tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari
piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan
yang dibuat dengan benar yang peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu
umumnya pada perlemahan dari berbagai pengaruh takikan. Adapun gambar 2.3
Poros pada suatu kontruksi seperti gambar di bawah ini.
6
Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban puntir murni atau
puntir dan lentur. Dalam hal ini mendukung elemen mesin hanya suatu cara,
bukan tujuan. Jadi, poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik
salah satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Adapun gambar 2.4 Poros
transmisi untuk roda gigi seperti gambar di bawah ini.
Bantalan luncur, dimana terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan
pelumas. Adapun gambar 2.5 Bantalan luncur seperti gambar di bawah ini.
11
12
150 1485,0
16,16 x 10 -3
100 1445,5
150 1485,3
100 1542,1
150 1646,1
Tabel 4.2 Pengujian Menggunakan 2 beban
L
(m V
a B Nc M P I ᵟ Keq
Nc_T
(mm) (mm) (rpm) (kg) (N) (mm4) (mm) (N/mm)
m)
100 1401,1
100 1361,2
150 1474,7
100 1410,9
150 1474,5
18
19
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
ᵟ = 1,019 x 10 -9 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
16,16 x 10 −3 kg 𝑥 9,81 𝑚⁄ 2
𝑠
keq =
1,019 x 10 −9 mm
20
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
Posisi 2
Diketahui = - L = 792 mm
- V = 100 V, 125 V, dan 150 V
- a = 450 mm
- b = 227 mm
- Nc1 = 1445,5 rpm
- Nc2 = 1690,6 rpm
- Nc3 = 1485,3 rpm
- m = 16,16 x 10 -3 kg
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
𝑃 .𝑎 .𝑏
ᵟ = 24 𝐸.𝐼.𝐿 (𝐿2 − 𝑎2 − 𝑏2 )
ᵟ =6 . (1,9 x 100,159) NN . 450
11
mm . 227 mm
4
. 7853,982 mm . 792 mm
((792 mm)2 -(450 mm)2 -(227mm)2 )
mm2
ᵟ = 8,549 x 10 -10 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
16,16 x 10−3 kg 𝑥 9,81 𝑚⁄ 2
𝑠
keq =
8,549 x 10−10 mm
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
21
60 1,854 x 10 8 𝑁⁄𝑚𝑚
Nc_T = √
2𝜋 16,16 x 10 −3 kg
Posisi 3
Diketahui = - L = 792 mm
- V = 100 V, 125 V, dan 150 V
- a = 165 mm
- b = 507 mm
- Nc1 = 1542,1 rpm
- Nc2 = 1483,3 rpm
- Nc3 = 1646,1 rpm
- m = 16,16 x 10 -3 kg
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
𝑃 .𝑎 .𝑏
ᵟ = 24 𝐸.𝐼.𝐿 (𝐿2 − 𝑎2 − 𝑏2 )
ᵟ = 6 . (1,9 x 100,159) N .165. 7853,982
11 N
mm . 507 mm
4
mm . 792 mm
((792 mm)2 -(165 mm)2 -(507mm)2 )
mm2
ᵟ = 6,434 x 10-10 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
16,16 x 10−3 kg 𝑥 9,81𝑚⁄ 2
𝑠
keq =
6,433 x 10−10 mm
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
𝑃 .𝑎
ᵟ= (3𝐿2 − 4𝑎2 )
24 𝐸.𝐼
ᵟ = 24 (1,9 x0,159
10 )
N .165 mm
N
11
. 7853,982 mm
4 (3(792 mm)2 − 4(165 mm)2 )
mm2
ᵟ = 1,299 x 10-9 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
16,16 x 10−3 kg 𝑥 9,81𝑚⁄ 2
𝑠
keq =
1,299 x 10−9 mm
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
- b = 220 mm
- Nc1 = 1361,2 rpm
- Nc2 = 1467,8 rpm
- Nc3 = 1474,7 rpm
- m = 32,38 x 10 -3 kg
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
𝑃 .𝑎
ᵟ = 24 𝐸.𝐼 (3𝐿2 − 4𝑎2 )
N .220 mm
ᵟ = 24 (1,90,159
x 10 )
11 N
. 7853,982 mm4
(3(792 mm)2 − 4(220 mm)2 )
mm2
ᵟ = 1,649 x 10-9 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
Posisi 3
Diketahui = - L = 792 mm
- V = 100 V, 125 V, dan 150 V
- a = 140 mm
- b = 140 mm
24
Ditanya = a. ᵟ
b. keq
c. Nc_T
Jawab
𝑃 .𝑎
ᵟ = 24 𝐸.𝐼 (3𝐿2 − 4𝑎2 )
0,159 N .140 mm
ᵟ = 24 (1,9 x 10 )
11 N
. 7853,982 mm
4
(3(792 mm)2 − 4(140 mm)2 )
mm2
ᵟ = 1,121 x 10-9 mm
𝑚𝑥𝑔
keq =
ᵟ
60 𝑘
Nc_T = √
2𝜋 𝑚
L
V
a b Nc M P I ᵟ Keq
Nc_T
(mm) (mm) (mm) (rpm) (kg) (N) (mm4) (mm) (N/mm)
10
1616,7
0
1,019 x 10 -9
1,556 x 108
0,937 x 106
12
792 325 351 1474,7
5
15
1485,0
0
10
1445,5
0
16,16 x 10 -3
8,549 x 10 -10
1,854 x 108
1,023 x 106
7853,982
0,159
12
792 450 227 1690,6
5
15
1485,3
0
10
1542,1
0
6,434 x 10-10
2,464 x 108
1,179 x 106
12
792 165 507 1483,3
5
15
1646,1
0
L
V
a b Nc M P I ᵟ Keq
Nc_T
(mm) (mm) (mm) (rpm) (kg) (N) (mm4) (mm) (N/mm)
10
1401,1
1,299 x 10-9
0,830 x 10-6
0
1,22 x 108
12
792 165 165 1455,9
5
15
1473,3
0
10
1361,2
32,38 x 10 -3
1,649 x 10-9
0,736 x 10-6
0,961x 108
0
7853,982
0,159
12
792 220 220 1467,8
5
15
1474,7
0
10
1410,9
1,121 x 10-9
0,893 x 10-6
1,414 x 108
0
12
792 140 140 1456,0
5
15
1474,5
0
26
4.3 Pembahasan
Praktikum putaran kritis. Dalam praktikum ini fenomena yang akan dilihat
adalah defleksi yang terjadi pada poros. Poros adalah suatu komponen yang
berputar yang berfungsi untuk meneruskan daya dari satu tempat komponen lain.
Jika poros berputar normal maka tidak akan terjaddi defleksi beda hal nya jika
poros berputar dengan putaran yang sangat tinggi,putaran ini akan menyebabkan
poros mengalami defleksi. Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau
batang yang ditinjau dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan.
Pembebanan yang dimaksud pada praktikum ini adalah rotor yang berputar pada
kecepatan tinggi.Ketika poros berputar dengan kecepatan tinggi akan muncul
sebuah batas dibatas batas ini akan menunjukan poros mengalami defleksi atau
tidak batas ini disebut dengan putaran kritis. Putaran kritis adalah putaran yang
mengakibatkan terjadinya defleksi maksimum pada poros.
Prosedur praktikum ini dimulai dengan mempersiapkan alat uji dan alat alat
bantu lain nya, Lalu setelah alat uji dan alat lainnya sudah terpasang maka satu
rotor dipasang pada poros untuk posisinya disesuikan dengan keinginan
praktikan,pemasangan ini menggunakan alat bantu seperti kunci pas dan kunci L.
Setelah rotor dipasang maka motor akan dihidupkan dan tegangan akan
diatur.Untuk tegangan pada percobaan ini menggunakan tegangan 100 V, 125 V
dan 150 V. Setelah motor dihidupkan maka poros akan berputar dan putaran-
putaran poros ini akan dihitung menggunakan tachometer. Ketika semua data
putar-putaran didapat maka akan dilakukan penambahan beban dengan cara
menambah satu buah rotor lagi pada poros.Untuk tegangan nya masih sama yaitu
100 V, 125 V dan 150 V.
Pada percobaan ini akan dibuat 4 grafik,yaitu grafik Nc teoritis vs Nc
percobaan satu beban, grafik Nc teoritis vs Nc percobaan dua beban, Grafik
defleksi vs kostanta kekakuan poros satu beban dan Grafik defleksi vs kostanta
kekakuan poros dua beban.
Pada percobaan ini kesalahan yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:
1.Kurangnya ketelitian saat percobaan
2. Saat mengunci rotor kurang kuat
27
Nc Teoritis vs Nc percobaan
1750
1700
1650
Nc Percobaan ( rpm)
1600
1550
100 V
1500
125 V
1450
1400 150 V
1350
1300
0.937 1.023 1.179
Nc Teoritis (x106 rpm)
Nc Teoritis vs Nc percobaan
1500
1480
Nc Percobaan (rpm)
1460
1440
1420
1400 100 V
1380 125 V
1360
150 V
1340
1320
1300
0.83 0.736 0.893
Nc Teoritis (x106 rpm)
2.5
Defleksi (x10-9 mm)
1.5
0.5
0
1.019 0.849 0.6434
K (x 108 N/mm)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1.299 1.649 1.121
K (x 108 N/mm)
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan putaran kritis ini adalah sebagai berikut :
1. Pada percobaan ini dapat diketahuhi nahwa karakteristik poros itu bersifat
elastis.dan hubungan antara defleksi yang terjadi dengan posisi rotor sebagai
berikut untuk pembebanan satu rotor semakin jauh posisi rotor dengan poros
maka akan menyebabkan defleksi menjadi semakin besar.Untuk pembebanan
dengan dua rotor,jika posisi rotor 1 jauh dengan rotor 2 maka defleksi akan
kecil dan jika dua rotor semakin dekat maka defleksi yang terjadi akan
menjadi lebih besar.
2. Pada percobaan ini fenomena yang terjadi adalah poros mengalami getaran
dan defleksi dimana jika tegangan yang ditentukan tinggi maka
kemumngkinan poros bergetar dan terdefleksi akan semakin besar.
3. Putaran kritis dapat ditentukan dengan persamaan berikut Nc = 60/2π√𝑘/𝑚
5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan putaran kritis ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum praktikum praktikan harus terlebih dahulu memahami materi.
2. Praktikan tidak boleh menggunakan gelang karena dapat membahayakan jika
sampai gelang tersangkut.
3. Saat membaca Tachometer, praktikan harus terliti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ach. Muhib Zainuri. 2008. Kekuatan Bahan (Strength of Materials). Andi Offset :
Yogyakarta.
Popov, E.P., Mekanika Teknik (Mechanics of Material), terjemahan Zainul
Rao, S.S., Mechanical Vibration, Addison-Wesley,1986
Nazarudin.dkk 2022. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Bidang
Konstruksi Mesin Dan Perancangan. Jurusan Teknik Mesin.UR
William T.Thomsun.1998.Thori Of Vibration With Application Practice.Hall In :
London
30
LAMPIRAN